RINGKASAN MATA KULIAH
BAB 13
"AKUNTANSI UNTUK CHANGING PRICES"
Mata Kuliah
Teori Akuntansi
Dosen Pengampu : Drs. Sri Hartoko, MBA., Ak
Oleh :
Alifia Faizun Nahari
F1314008
S1 AKUNTANSI (TRANSFER)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
BAB 13
"AKUNTANSI UNTUK CHANGING PRICES"
ASPEK-ASPEK INSTITUSIONAL AKUNTANSI INFLASI
Tujuan akuntansi inflasi adalah untuk mengukur kinerja suatu perusahaan dan memungkinkan setiap orang yang tertarik untuk mengukur jumlah, waktu dan kemungkina arus kas masa depan. Inflasi merupakan kenaikan harga barang dan jasa secara umum. Selain disebabkan oleh inflasi, kenaikan harga barang dan jasa juga dapat disebabkan oleh pergeseran permintaan dan penawaran terhadap produk tertentu. Inflasi menyebabkan dua masalah utama dalam akuntansi. Pertama, angka dalam laporan keuangan yang menggunakan historical value tidak lagi relevan secara ekonomi karena terjadi perubahan harga. Kedua, angka dalam laporan keuangan mencerminkan jumlah uang yang dibelanjakan pada waktu tertentu. Artinya, jumlah uang tersebut memiliki purchasing power yang berbeda.
Institutional Aspect of Inflation Accounting Prior to SFAS No. 33
Pada tahun 1951, AAA mengeluarkan Suplementary Statement No. 2 mengenai "Price Level Changes and Financial Statements". Pernyataan ini merekomendasikan bahwa laporan keuangan harus dinyatakan dalam unit general purchasing power sebagai pelengkap historical cost. Hal ini diperkuat oleh hasil studi yang dilakukan oleh AICPA pada tahun 1961 dengan mengeluarkan ARS No. 6 dan juga dituangkan dalam Accounting Principles Board (APB) Statement No. 3 yang mendukung general price-level adjusted statements. Konsep ini kembali dikuatkan oleh Trueblood Committee yang menegaskan kembali pentingnya pengakuan atas perubahan harga dalam laporan keuangan. FASB mengumumkan konsep laporan yang berjudul "Financial Reporting in Units of General Purchasing Power (Pelaporan Keuangan dalam Unit-unit Daya Beli yang Bersifat Umum)".
ASR 190 mewajibkan pengungkapan pergantian kos, berbeda dengan pernyataan SFAS No. 33. Dalam hal ini SEC memiliki pandangan yang berbeda. Pihaknya melarang penyajian laporan keuangan selain dengan historical value. SEC meminta adanya disclosure mengenai informasi replacement cost yang mencerminkan efek karena penggantian aset baru yang lebih efisien, dan produktif. Namun sekarang, pendekatan mulai bergeser dari historical value ke current value (fair value) seiring dengan dikeluarkannya ASR 190 oleh SEC.
PANDANGAN MENYELURUH AKUNTANSI INFLASI
General price level adjustment menekankan pada perubahan purchasing power dari waktu ke waktu. SFAS No. 33 menggunakan harga indeks konsumen untuk general price purpose. Penyesuaiannya dilakukan dengan mengalikan historical cost pada saat aset tersebut dibeli dengan harga indeks sekarang dibagi harga indeks pada saat pembelian. Hasil perhitungan tersebut tentu saja tidak mencerminkan purchasing power yang sama dengan saat ini. SFAS No 107 mendefinisikan fair value sebagai jumlah yang disetujui oleh dua pihak untuk melakukan pertukaran saat ini. Current value ada dua tipe yaitu entry value (harga jika perusahaan membeli) dan exit value (harga jika perusahaan menjual).
Purchasing Power Gains and Losses
Timbul sebagai akibat dari memegang aset atau kewajiban keuangan selama periode ketika terjadi perubahan harga. Memegang gains atau losses pada aset riil dibagi menjadi dua yaitu :
monetary holding gains and losses: murni diakibatkan perubahan harga, dan
real holding gains and losses yang merupakan perbedaan antara general price- level adjustment dengan current value.
PEMBERLAKUAN SFAS NO. 33: FINANCIAL REPORTING AND CHANGING PRICES
SFAS No. 33
FASB memutuskan untuk tetap memakai biaya historis nominal sebagai dasar laporan keuangan. SFAS No. 33 secara spesifik menjelaskan pengaruh perubahan harga seharusnya disajikan sebagai informasi tambahan (pelengkap) dalam laporan tahunan. Hanya perusahaan publik yang harus mematuhi SFAS No 33 ini dengan kriteria:
Persediaan dan property, plant, dan equipment (tidak termasuk intangible aset) sebelum dikurangi akumulasi depresiasi, deplesi, dan amortisasi berjumlah lebih dari $125 juta.
Total aset berjumlah lebih dari $1 miliar setelah dikurangi akumulasi depresiasi.
Selama pelaporan dolar konstan, SFAS mensyaratkan pengungkapan atas :
informasi pendapatan dan operasi selanjutnya selama tahun fiskal saat ini berbasis historical cost (kos historis) atau constant dollar (dolar konstan).
keuntungan atau kerugian daya beli atas nilai moneter bersih untuk pajak tahunan.
Purchasing power gains and losses tidak boleh dimasukkan dalam perhitungan
Akhirnya SFAS No. 33 gagal karena beberapa alasan, yaitu adanya penurunan secara dramatis dari inflasi selama awal tahun 1980an. Ditambah lagi masalah pengukuran yang digunakan, muncul pertanyaan tentang understandability (pengertian) dan kegunaan untuk tujuan predictive value.
PENOLAKAN DALAM SFAS NO. 82 AND 89
SFAS No. 82
Diterbitkan pada akhir tahun 1984, mengeliminasi pengungkapan constant dollar income yang sebelumnya diminta oleh SFAS No. 33. Informasi yang disajikan dianggap membingungkan pengguna, serta menyebabkan adanya overload information karena kesamaan pengungkapan pendapatan biaya.
SFAS No. 89
Pengukuran current cost income, purchasing power gains and losses, dan informasi holding gains and losses didorong untuk diungkapkan tapi tidak diwajibkan.
SFAS NO. 157: FAIR VALUE MEASUREMENTS
SFAS No. 157 mendefinisikan nilai wajar sebagai suatu harga yang akan diterima untuk menjual aset atau dibayar untuk mentransfer kewajiban dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran dengan nilai tertinggi dan terbaik untuk aset dan dengan harga terendah untuk kewajiban.
Pertimbangan Pengukuran
SFAS No. 157 mencoba untuk membangun penggunaan tertinggi dan terbaik untuk aset. Membangun penggunaan tertinggi dan terbaik, standar membedakan antara dua kategori yaitu in-use dan in-exchange. Perbedaan ini berlaku ketat untuk aset. In-use berarti aset yang digunakan dalam kombinasi dengan aset lainnya oleh pembeli. In-exchange berkaitan dengan aset yang digunakan secara terpisah atau berdiri sendiri oleh pembeli. Sehubungan dengan kewajiban, biaya terendah menghilangkan kewajiban adalah analog dari tertinggi dan terbaik untuk aset. Akhirnya, nilai wajar umumnya berlaku untuk aset dan kewajiban tertentu, tetapi dapat berlaku untuk pengumpulan aset yang lebih besar tersebut seperti bisnis yang dimiliki oleh entitas pelaporan.
Teknik Penilaian
Ada tiga teknik penilaian atau pendekatan dalam kedua kategori pada in-use dan in-exchange untuk aset dan juga untuk kewajiban, yaitu :
Pendekatan pasar, melibatkan penentuan harga saat ini atau membandingkan antara aset dan kewajiban.
Pendekatan pendapatan, menggunakan laba masa depan atau arus kas yang kemudian didiskon untuk harga jual simulasi.
Pendekatan biaya. Pendekatan ini melibatkan penentuan biaya saat ini untuk menggantikan kapasitas pelayanan aset. Perhatikan bahwa ini adalah biaya penggantian atau nilai masukan dan bukan harga keluaran.
The Fair Value Pricing Hierarchy
The fair value pricing hierarchy berkaitan dengan proses atau mekanisme pengamanan harga. Ada tiga tingkat untuk mengamankan harga :
Level 1, harga yang diambil di pasar aktif untuk aset atau kewajiban yang identik.
Level 2, harga berkaitan dengan harga pasar aset dan kewajiban yang sama harga di pasar aktif.
Level 3 input yang berasal dalam situasi di mana ada aktivitas pasar sedikit .
SFAS NO. 159: THE FAIR VALUE OPTION FOR FINANCIAL ASSETS ANDI LIABILITIES
SFAS No 159 The Fair Value Option for Financial Assets and Financial Liabilities-Including an amendment of FASB Statement No. 115, meluas ke beberapa daerah baru "pilihan " pengukuran nilai wajar. Pilihan ini diperpanjang untuk aset keuangan dan kewajiban keuangan peristiwa lebih , kecuali untuk hal berikut :
Cabang perusahaan wajib untuk konsolidasi
Variable interest entities
Overfunded rencana manfaat pensiun, tunjangan pasca kerja lain dan imbalan pasca kerja, dan berbagai pengaturan kompensasi yang ditangguhkan dan rencana.
Leased assets and liabilities, meskipun ini termasuk dalam SFAS No. 157
Berbagai simpanan dan kewajiban bank
Instrumen keuangan yang merupakan bagian dari ekuitas pemilik
SFAS No. 159 ini seharusnya mengurangi volatility pendapatan dengan memungkinkan pengukuran penilaian serupa di seluruh spektrum instrumen keuangan. Selanjutnya, SFAS No. 159 juga mungkin mengurangi lindung nilai yang tidak perlu untuk kelancaran pendapatan, dengan memungkinkan penilaian yang sama untuk semua instrumen keuangan Pernyataan No. 159 juga merubah SFAS No. 115 tentang surat berharga. SFAS No. 159 mengijinkan surat berharga baik itu available-for-sale maupun held-to-maturity untuk diukur pada nilai wajar.
Salah satu efek dari SFAS 159 adalah bahwa buyout firm dapat mencoba untuk mengenali biaya manajemen mereka "dimuka" ketika mereka membeli perusahaan dengan maksud untuk kemudian membawa mereka publik.