59
Wiroso, Akuntansi Transaksi Syariah, Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta, 2011, hlm. iii.
http://referensiakuntansi.blogspot.com/2012/07/pengertian-akuntansi-syariah.html
https://usamahrahman.wordpress.com/2014/08/31/akuntansi-syariah-pengertian-arti-penting-konsep-dasar-dan-prinsip-prinsip/
http://isma-ismi.com/akuntansi-syariah.html
Akuntansi Social ekonomi dan Akuntansi Islam:56
http://referensiakuntansi.blogspot.com/2012/07/pengertian-akuntansi-syariah.html
http://akhirberawal.blogspot.com/2012/07/akuntansi-syariah-29.html
Rizal Yahya, Akntansi Perbankan Syariah, Jakarta, 2009, Salemba Empat, hlm. 121-129
Rizal Yahya, Akntansi Perbankan Syariah, Jakarta, 2009, Salemba Empat, hlm. 121-129
Ibid
Rizal Yahya, Akntansi Perbankan Syariah, Jakarta, 2009, Salemba Empat, hlm. 129
Sri nurhayati, Wasilah, Akuntansi Syari'ah Di Indonesia, Jakarta, 2013, Salemba Empat, hlm. 131
Dwi Suwiknyo, Pengantar Akuntansi Syari'ah, Yogyakarta, 2010, Pustaka Pelajar, hlm.77
Sri nurhayati, Wasilah, Akuntansi Syari'ah Di Indonesia, Jakarta, 2013, Salemba Empat, hlm. 136
Ibid
Sri nurhayati, Wasilah, Akuntansi Syari'ah Di Indonesia, Jakarta, 2013, Salemba Empat, hlm. 136-139
Ibid, hlm.139-141
Ibid, hlm.
Dwi Suwiknyo, Pengantar Akuntansi Syariah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, hlm. 104.
Ibid, hlm. 107.
Ibid, hlm. 108.
Ibid, hlm. 109.
Ibid, hlm. 109.
Ibid, hlm. 110.
Ibid, hlm. 110.
Ibid, hlm. 111
Ibid, hlm. 112
Ibid, hlm. 113
Ibid, hlm. 114
Ibid, hlm. 115
Ibid, hlm. 115-118.
Wiroso, Akuntansi Transaksi Syariah, Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta, 2011, hlm. 73.
Ibid, hlm. 74-75.
Ibid, hlm. 77-78.
Ibid, hlm. 80.
Ibid, hlm. 81-83.
Ibid, hlm. 85-88.
Ibid, hlm. 89-91.
Ibid, hlm. 92-95.
Ibid, hlm. 101-108.
Ibid, hlm. 113.
Ibid, hlm. 117-121.
Ibid, hlm. 132.
Wiroso, Akuntansi Transaksi Syariah, Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta, 2011, hlm. 133-154.
Nurul Huda, dkk, Keuangan Publik Islami, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2011, hlm. 88.
Ibid, hlm. 89.
Ibid, hlm. 105.
Rizal Yaya, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah, Salemba Empat, Jakarta, 2013, hlm. 318.
Ibid, hlm. 320.
MAKALAH AKUNTANSI
AKUNTANSI SYARIAH
Disusun oleh:
Geraldi Aprillian Susilo 14810115
Muhammad Faiq Ilmadina 14810116
Durratul Munawarah 14810117
Fariz Abdurrohman 14810118
Fildan Aris Rozaqi 14810119
Muhammad Ilyas 14810120
Ridwannulloh 14810121
Ahmad Haqqi Azizy 14810122
Arief Furqoon Rauf 14810123
Fifi Fatmawati 14810132
Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta
2015
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr. Wb
Segala puji syukur bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan arahan dalam menyelesaikan tugas ini, serta teman-teman yang sudah memberikan saran dan dorongan dalam penyusunan makalah ini.
Penyusunan tugas makalah ini untuk menunjang proses pembelajaran mahsiswa dalam kelas agar lebih memahami materi, khususnya pada materi mengenai "Akuntansi Syari'ah" ini.
Tiada gading yang retak tiada satupun yang sempurna begitu juga dengan tugas yang telah kami susun. Untuk itu saran dan kritik dari pembaca selalu kami perlukan dalam penyusunan tugas-tugas berikutnya.
Harapan kami semoga tugas ini memberikan manfaat dan nilai tambah bagi penulis dan pembaca.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Yogyakarta, 20 April 2015
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 1
Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Akuntansi Syariah 2
Jenis-Jenis Laporan Keuangan Syariah 4
Akuntansi Mudharabah 18
Akuntansi Musyarakah 30
Akuntansi Murabahah 40
Akuntansi Zakat 56
BAB III PENUTUP
Kesimpulan 60
Saran 60
Daftar Pustaka 61
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembagan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia seperti Bank Syariah, Asuransi Syariah, Lembaga Pembiayaan Syariah, Pegadaian Syariah, Koperasi Syariah, Lembaga Keuagan Mikro Syariah dan lembaga keuangan syariah lainnya menuntut akuntansi harus mampu untuk mengikuti perkembangan Lembaga Keuangan Syariah tersebut. Akuntansi syariah di Indonesia berkembang dengan cukup pesat dimana tahun 2001 sampai dengan 2007 hanya ada satu ketentuan akuntansi syariah yaitu PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah yang hanya dipergunakan untuk bank syariah, maka mulai tahun buku 2008 sudah dapat dikembangkan dan disempurnakan menjadi beberapa PSAK Syariah, yaitu PSAK 101 sampai dengan PSAK 108, yang dipergunakan oleh seluruh lembaga keuangan syariah dan pihak-pihak terkait, termasuk Kerangka Dasar Penyajian Penyusunan Laporan Keuangan Syari'ah (KDPPLKS) yang terpisah dari akuntansi umum. Dengan adanya perubahan dan penyempurnaan PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syari'ah menjadi PSAK Syariah (saat ini nomor 101 sampai dengan 108) tersebut, terdapat perbedaan yang sangat mendasar dalam memahami akuntansi syariah untuk Lembaga Keuangan Syariah. Pada PSAK syariah yang baru terdapat PSAK Syariah yang berlaku umum dan berlaku atau diterapkan untuk seluruh lembaga keuangan syariah dan pihak-pihak terkait dalam melaksanakan transaksi syariah (tidak membedakan entitas) dan juga terdapat PSAK yang dipergunakan industri khusus, misalnya khusus untuk asuransi syariah, pengelola zakat dsb. Dengan adanya perubahan dan penyempurnaan akuntansi syariah termasuk para akademi. Pada tingkatan akademisi hambatan yang dialami adalah keterbatasan buku-buku literatur aplikatif tanpa mengabaikan konseptual, yang dapat dipergunakan sebagai bahan bacaan.
Rumusan Masalah
Apa pengertian Akuntansi Syariah ?
Bagaimana bentuk laporan keuagan lembaga keuangan syariah ?
Bagaimana karakteristik dan sistem akuntansi mudharabah ?
Bagaimana karakteristik dan sistem akuntansi musyarakah ?
Bagaimana karakteristik dan sistem akuntansi murabahah ?
Bagaimana karakteristik dan sistem akuntansi zakat ?
Tujuan
Mengetahui pengertian Akuntansi Syariah.
Mengetahui bentuk laporan keuangan lembaga keuagan syariah.
Mengetahui karakteristik dan sistem akuntansi mudharabah.
Mengetahui karakteristik dan sistem akuntansi musyarakah.
Mengetahui karakteristik dan sistem akuntansi murabahah.
Mengetahui karakteristik dan sistem akuntansi zakat.
BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN AKUNTANSI SYARIAH
Pengertian akuntansi syariah dapat dijelaskan melalui akar kata yang dimiliki yaitu akuntansi dan syariah.
Pengertian akuntansi
Akuntansi adalah proses Identifikasi transaksi, pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran, sehingga dihasilkan informasi keuangan dalam bentuk laporan keuangan yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.Adapun pengertian akuntansi dalam Al-Qur'an:
a. Muhasabah
Kata muhasabah tidak pernah ada dalam Al-Qur'an dalam bentuk masdar atau akar kata (muhasabah) tetapi yang ada hanyalah kata kerjanya yaitu hasaba, yaitu seperti firman Allah dalam Qs Al-Baqarah :284
"Dan jika kamu melahirkan apa yang ada didalam hatimu atau menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu".
b. Hisab
Hisab dengan arti "perhitungan dan pendataan waktu" seperti pada firman Allah dalam Qs. Yunus :5
"…ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu).
Hisab dengan arti "perhitungan dan pembalasan" seperti pada firman Allah dalam Qs. An-Nuur:39
"Dan didapatinya ketetapan Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungannya."
Arti kata al-hisab dalam ayat itu adalah "perhitungan dan pembalasan" dihadapan Allah maupun dengan perantara ulil amri(pemimpin).
Hisab dengan arti"menanyai seseorang dengan mendebatnya di hari kiamat tentang perbuatannya didunia" dam Qs. Ibrahim 41:
"Ya tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab(hari kiamat)."
Arti kata al-hisab dalam ayat ini ialah "hari perhitungan, Tanya jawab dan pembalasan'
Hisab dengan berarti "berinfak dan member secara mutlak tanpa sebab dan syarat"
Arti dari kata hisab terdapat dalam Qs. Al Baqarah 212
" adalah merasa cukup dengan karunia dan kelapangan rahmat, pemberian tanpa pujian, katan, serta tekanan".
c. Al-Muhasib
Hasib artinya "pengawas" dalam Qs An Nisa :6
Hisab dengan arti hafiz(yang menjaga) dalam Qs. An nisa:86
Hisab dengan arti muhasib (yang menghitung) Qs. Al-Israa: 14
d. Hasibin, yang artinya "menghitung": Qs Al-Anama ayat 62.
Pengertian Syariah
Definisi Syariah adalah aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT untuk dipatuhi oleh manusia dalam menjalani segala aktivitas hidupnya di dunia.
Jadi pengertian Akuntansi Syariah adalah proses pencatatan atas transaksi yang sesuai dengan aturan yang telah diterapkan Allah SWT yaitu berdasarkan pada prinsip akad-akad syariah, yaitu tidak mengandung zhulum (Kezaliman), riba, maysir (judi), gharar (penipuan), barang yang haram, dan membahayakan.
Akuntansi Syari'ah adalah akuntansi yang berorientasi sosial. Artinya akuntansi ini tidak hanya sebagai alat untuk menterjemahkan fenomena ekonomi dalam bentuk ukuran moneter tetapi juga sebagai suatu metode menjelaskan bagaimana fenomena ekonomi itu berjalan dalam masyarakat Islam. Oleh sebab itu, keberadaan Akuntansi Syariah sangat diperlukan dalam menunjang dan mendukung suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan syariah karena tidak mungkin akuntansi syariah dapat diterapkan apabila transaksi yang akan dicatat oleh proses akuntansi itu tidak berdasarkan syariah. Untuk lebih memudahkan dalam memahami akuntansi syariah maka dibutuhkan sebuah pemahaman yang benar-benar berkaitan denga Islam beserta substansinya pada kehidupan manusia.
Menurut Sofyan S. Harahap Akuntansi Islam atau Akuntansi syariah pada hakekatnya adalah penggunaan akuntansi dalam menjalankan syariah Islam.
Akuntansi syariah memiliki beberapa arti penting karena akuntansi syariah dibutuhkan sebagai kewajiban atas pelaksanaan syariah, kebutuhan akibat pesatnya perembangan transaksi keuangan syariah dan kebutuhan akuntabilitas atau pertanggungjawaban serta entitas/kelembagaan yang menerapkan prinsip syariah.
Terdapat 2 (dua) versi akuntansi syariah, yaitu:
Akuntansi syariah yang yang secara nyata telah diterapkan pada era dimana masyarakat menggunakan sistem nilai Islami khususnya pada era Nabi SAW, Khulafaurrasyidiin, dan pemerintah Islam lainnya.
Akuntansi syariah yang saat ini muncul dalam era dimana kegiatan ekonomi dan sosial dikuasai ( dihegemony) oleh sistem nilai kapitalis yang berbeda dari sistem nilai Islam
JENIS-JENIS LAPORAN KEUNGAN SYARIAH
Sekarang semakin banyak institusi bisnis yang menjalankan kegiatan operasional dan usahanya berlandaskan prinsip syariah. Untuk mengelola institusi Islami ini diperlukan pencatatan transaksi dan pelaporan keuangan yaitu pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangan dengan karakteristik tertentu yang sesuai dengan syariah. Pencatatan transaksi dan pelaporan keuangan yang diterapkan pada institusi bisnis Islami inilah yang kemudian berkembang menjadi akuntansi syariah. Menurut Karim, akuntansi syariah (shari'a accounting) merupakan bidang baru dalam studi akuntansi yang dikembangkan berlandaskan nilai-nilai, etika dan syariah Islam, oleh karenanya dikenal juga sebagai akuntansi Islam (Islamic Accounting).
Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan dari suatu entitas syariah. Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas entitas syariah yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas syariah yang meliputi:
1. Aset
2. Kewajiban
3. Dana syirkah temporer
4. Ekuitas
5. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian
6. Arus kas
7. Dana zakat
8. Dana kebajikan.
Informasi ini dapat membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas pada masa depan khususnya dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.
Komponen Laporan Keuangan Syariah
Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini:
1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
2. Laporan Laba Rugi
3.Laporan Arus Kas
4. Laporan Perubahan Ekuitas
5. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat
6. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
7. Catatan atas Laporan Keuangan
8. Laporan Surplus Defisit Underwriting Dana Tabarru
9. Laporan Perubahan Dana Tabarru
Neraca
Entitas syariah menyajikan harta lancar terpisah dari harta tidak lancar dan liabilitas jangka pendek terpisah dari liabilitas jangka panjang kecuali untuk industri tertentu yang diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan khusus. Aset lancar disajikan menurut ukuran likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh temponya. Entitas syariah harus mengungkapkan informasi mengenai jumlah setiap aset yang akan diterima dan kewajiban yang akan dibayarkan sebelum dan sesudah 12 (dua belas) bulan dari tanggal neraca.
a. Harta Lancar
Suatu harta diklasifikasikan sebagai harta lancar, apabila harta tersebut:
1) Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan dalam jangka waktu siklus operasi normal entitas syariah
2) Dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan diharapkan akan direalisir dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan dari tanggal neraca
3) Berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi.
Harta lancar termasuk persediaan dan piutang dagang yang dijual, dikonsumsi dan direalisasi sebagai bagian dari siklus normal operasi entitas syariah walaupun aset tersebut tidak diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca. Surat berharga diklasifikasikan sebagai aset lancar apabila surat berharga tersebut diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca dan jika lebih dari dua belas bulan diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar.
b. Liabilitas (kewajiban/utang) Jangka Pendek
Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek, jika:
1) Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi entitas syariah
2) Jatuh tempo dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan dari tanggal Neraca.
Semua liabilitas lainnya harus diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka panjang.
Liabilitas jangka pendek dapat diklasifikasikan dengan cara yang serupa dengan aset lancar. Beberapa liabilitas jangka pendek seperti hutang dagang dan biaya pegawai serta biaya operasi lainnya membentuk sebagian modal kerja yang digunakan dalam siklus operasi normal entitas syariah.
Neraca pada akuntansi syariah disajikan sedemikian rupa sehingga menonjolkan berbagai unsur posisi keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Neraca, minimal mencakup hal-hal berikut:
(a) Kas dan setara kas
(b) Aset keuangan
(c) Piutang usaha dan piutang lainnya (kontribusi, reasuransi)
(d) Persediaan
(e) Investasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas
(f) Aset tetap
(g) Aset tak berwujud
(h) Hutang usaha dan hutang lainnya
(i) Hutang pajak
(j) Dana syirkah temporer
(k) Hak minoritas
(l) Modal saham dan pos ekuitas lainnya.
PT Asuransi Syariah "X"
Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Per 31 Desember 2001
ASET
Kas dan setara kas
XXX
Piutang kontribusi
XXX
Piutang Reasuransi
XXX
Piutang
XXX
Murabahah
XXX
Salam
XXX
Istishna
XXX
Investasi pada surat berharga
XXX
Pembiayaan
XXX
Mudharabah
XXX
Musyarakah
XXX
Investasi pada entitas lain
XXX
Properti Investasi
XXX
Aset tetap dan akumulasi penyusutan
XXX
Jumlah Aset
XXX
Liabilitas
Penyisihan kontribusi yang belum menjadi hak
XXX
Utang klaim
XXX
Klaim yang sudah terjadi tetapi belum dilaporkan
XXX
Bagian reasuransi dari pihak lain atas klaim yang masih harus dibayar
XXX
Bagian peserta atas surplus underwrting dana tabarru yang masih harus dibayar
XXX
Utang reasuransi
XXX
Utang dividen
XXX
Utang pajak
XXX
Jumlah Liabilitas
XXX
Dana Peserta
Dana syirkah temporer mudharabah
XXX
Dana tabarru
XXX
Jumlah dana peserta
XXX
Ekuitas
Modal disetor
XXX
Tambahan modal disetor
XXX
Saldo laba
XXX
Jumlah ekuitas
XXX
Jumlah Liabilitas, Dana Peserta, dan Ekuitas
XXX
Laporan Laba Rugi
Laporan Laba Rugi dalam akuntansi syariah disajikan sedemikian rupa agar menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Laporan laba rugi minimal mencakup:
a. Pendapatan usaha
b. Bagi hasil untuk pemilik dana
c. Beban usaha
d. Laba atau rugi usaha
e. Pendapatan dan beban nonusaha
f. Laba atau rugi dari aktivitas normal
g. Beban pajak
h. Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.
Komponen-komponen laporan laba rugi bank syariah disusun dengan mengacu pada PSAK untuk pos-pos umum. Dengan memperhatikan ketentuan dalam PSAK, bank syariah menyajikan laporan laba rugi yang mencakup, tetapi tidak terbatas pada pos-pos berikut:
Pendapatan pengelolaan dana oleh bank sebagai mudharib:
Pendapatan dari jual beli:
a. Pendapatan marjin murabaha
b. Pendapatan neto salam paralel
c. Pendapatan neto istishna paralel
Pendapatan dari sewa:
a. Pendapatan neto ijarah
Pendapatan dari bagi hasil:
1. Pendapatan bagi hasil mudharabah
2. Pendapatan bagi hasil musyarakah
b. Pendapatan usaha utama lainnya:
1. Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer
c. Pendapatan usaha lainnya;
1. Pendapatan imbalan (fee) jasa perbankan
2. Pendapatan imbalan investasi terikat.
d. Beban usaha
e. Laba atau rugi usaha
f. Pendapatan nonusaha
g. Beban non-usaha
h. Beban pajak
i. Laba atau rugi neto.
Asuransi Syariah "X"
Laporan Laba Rugi
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 2001
Pendapatan
Pendapatan pengelolaan operasi asuransi (ujrah)
XXX
Pendapatan pengelolaan portofolio investasi dana peserta
XXX
Pendapatan pembagian surplus underwriting
XXX
Pendapatan investasi
XXX
Jumlah Pendapatan
XXX
Beban
Beban komisi
XXX
Ujrah dibayar
XXX
Beban umum dan administrasi
XXX
Beban pemasaran
XXX
Beban pengembangan
XXX
Jumlah Beban
(XXX)
Laba Usaha
XXX
Pendapatan (beban) non usaha neto
XXX
Laba Sebelum Pajak
XXX
Beban Pajak
(XXX)
Laba neto
XXX
Laporan Arus Kas
Laporan arus kas disusun berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan terkait.
Laporan Perubahan Ekuitas
Dalam akuntansi syariah disajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan:
a. Laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan
b. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan terkait diakui secara langsung dalam ekuitas
c. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan terkait
d. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik
e. Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya
f. Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan.
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat
Akuntansi syariah menyajikan Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan:
a. Dana zakat berasal dari wajib zakat (muzakki)
1) Zakat dari dalam entitas syariah
2) Zakat dari pihak luar entitas syariah
b. Penggunaan dana zakat melalui lembaga amil zakat untuk:
1) Fakir
2) Miskin
3) Riqab
4) Orang yang terlilit hutang (gharim)
5) Muallaf
6) Fiisabilillah
7) Orang yang dalam perjalanan (ibnu sabil)
8) Amil
c. Kenaikan atau penurunan dana zakat
d. Saldo awal dana zakat
e. Saldo akhir dana zakat.
PT Bank Syariah "X"
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat
Periode yang berakhir pada 31 Desember 20x1
Sumber Dana Zakat
Zakat dari dalam bank syariah
XXX
Zakat dari pihak luar bank syariah
XXX
Jumlah sumber dana zakat
XXX
Penggunaan Dana Zakat
Fakir
(XXX)
Miskin
(XXX)
Amil
(XXX)
Muallaf
(XXX)
Orang yang terlilit hutang (gharim)
(XXX)
Riqab
(XXX)
Fisabilillah
(XXX)
Orang yang dalam perjalanan (ibnu sabil)
(XXX)
Jumlah penggunaan dana zakat
(XXX)
Kenaikan (penurunan) dana zakat
XXX
Saldo awal dana zakat
XXX
Saldo akhir dana zakat
XXX
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan sebagai komponen utama laporan keuangan menunjukkan:
a. Sumber dana kebajikan berasal dari penerimaan:
1) Infak
2) Sedekah
3) Hasil pengelolaan wakaf sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku
4) Pengembalian dana kebajikan produktif
5) Denda
6) Pendapatan nonhalal.
b. Penggunaan dana kebajikan untuk:
1) Dana kebajikan produktif
2) Sumbangan
3) Penggunaan lainnya untuk kepentingan umum.
c. Kenaikan atau penurunan sumber dana kebajikan
d. Saldo awal dana penggunaan dana kebajikan
e. Saldo akhir dana penggunaan dana kebajikan.
PT Bank Syariah "X"
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
Periode yang berakhir pada 31 Desember 2001
Sumber Dana Kebajikan
Infak zakat dari dalam bank syariah
XXX
Sedekah
XXX
Hasil pengelolaan wakaf
XXX
Pengembalian dana kebajikan produktif
XXX
Denda
XXX
Pendapatan nonhalal
XXX
Jumlah Sumber Dana Kebajikan
XXX
Penggunaan Dana Kebajikan
Dana kebajikan produktif
(XXX)
Sumbangan
(XXX)
Penggunaan lainnya untuk kepentingan umum
(XXX)
Jumlah Penggunaan Dana Kebajikan
(XXX)
Kenaikan (penurunan dana kebajikan)
XXX
Saldo awal dana kebajikan
XXX
Saldo akhir dana kebajikan
XXX
7. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam Neraca, Laporan Laba Rugi dan Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan, harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan:
a. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting
b. Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan di Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, dan Laporan Penggunaan Dana Kebajikan
c. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.
Pengungkapan Lain
Entitas syariah mengungkapkan hal-hal berikut ini jika tidak diungkapkan dibagian manapun dari informasi yang dipublikasikan bersama dengan laporan keuangan:
a. Domisili dan bentuk hukum entitas syariah, negara tempat pendirian entitas syariah, alamat kantor pusat entitas syariah serta lokasi utama bisnis jika berbeda dari lokasi kantor pusat
b. Keterangan mengenai hakekat operasi dan kegiatan utama entitas syariah
c. Nama entitas syariah dalam grup, nama entitas syariah asosiasi, nama entitas syariah induk dan entitas syariah holding
d. Nama anggota direksi dan komisaris
e. Jumlah karyawan pada akhir periode atau rata-rata jumlah karyawan selama periode yang bersangkutan.
Untuk setiap jenis instrumen pendanaan dalam mata uang asing, entitas syariah harus mengungkapkan informasi berikut ini:
a. Karakteristik umum dari setiap instrumen pendanaan termasuk informasi mengenai nisbah bagi hasil/margin/ujrah dan nama pemodal
b. Nilai nominal dalam mata uang asing, jangka waktu, tanggal jatuh tempo, jadwal angsuran atau pembayaran
c. Dasar konversi menjadi efek lain jika instrumen pendanaan dapat dikonversi
d. Nilai kurs yang digunakan pada tanggal Neraca
e. Jaminan
f. Hal penting lainnya.
8. Laporan Surplus Defisit Underwriting Dana Tabarru'
Entitas asuransi syariah menyajikan laporan laba rugi peserta, dengan memperhatikan ketentuan dalam PSAK yang relevan, mencakup tetapi tidak terbatas pada:
a. Kontribusi bruto
b. Bagian reasuransi atas kontribusi
c. Perubahan kontribusi yang belum menjadi hak
d. Penerimaan kontribusi untuk periode berjalan
e. Pembayaran klaim bruto
f. Bagian reasuransi dan pihak lain atas pembayaran klaim bruto
g. Perubahan klaim yang masih harus dibayar (outstanding claim)
h. Perubahan bagian reasuransi atas klaim yang masih harus dibayar
i. Penyisihan teknis
j. Beban pengelolaan asuransi
k. Pendapatan investasi
l. Surplus atau defisit underwriting dana tabarru'.
PT Asuransi Syariah "X"
Laporan Surplus Defisit Underwriting Dana Tabarru'
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 2001
Pendapatan Asuransi
Kontribusi bruto
XXX
Ujrah pengelola
(XXX)
Bagian reasuransi (atas risiko)
(XXX)
Perubahan kontribusi yang belum menjadi hak
(XXX)
Jumlah pendapatan asuransi
XXX
Beban asuransi
Pembayaran klaim
XXX
Klaim yang ditanggung reasuransi dan pihak lain
(XXX)
Klaim yang masih harus dibayar
XXX
Klaim yang masih harus dibayar yang ditanggung reasuransi dan pihak lain
(XXX)
Penyisihan teknis:
Beban penyisihan teknis
XXX
Jumlah beban asuransi
XXX
Surplus (Defisit) Neto Asuransi
XXX
Pendapatan Investasi
XXX
Total pendapatan investasi
XXX
-/- beban pengelolaan protofolio investasi
XXX
Pendapatan investasi neto
XXX
Surplus (defisit) Under Writing dana Tabarru'
XXX
9. Laporan Perubahan Dana Tabarru'
Entitas asuransi syariah menyajikan laporan perubahan danatabarru' yang mencakup, tetapi tidak terbatas, pada pos-pos berikut:
a. Surplus atau defisit periode berjalan
b. Bagiab surplus yang didistribusikan ke peserta dan atau pengelola; dan
c. Surplus yang tersedia untuk dana tabarru'
Asuransi Syariah "X"
Laporan Perubahan Dana Tabarru'
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 2001
Surplus underwriting dana tabarru'
XXX
Distribusi ke peserta
(XXX)
Distribusi ke pengelola
(XXX)
Surplus yang tersedia untuk dana tabarru'
XXX
Saldo awal
XXX
Saldo akhir
XXX
MUDHARABAH
Pengertian mudharobah
Investasi mudharabah adalah pembiayaan yang di salurkan oleh bank syariah kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif. Secara bahasa, mudharabah berasal dari kata "dharb" yang artinya mlakukan perjalanan yang ,umnya untuk berniaga.
Secara teknis, Antonio (2001) mendefinisikan mudharabah sebagai akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya sebagai pengelola. Keuntungan usaha secara mudhorobah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian disebabkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola. Si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
Ketentuan mudharabah
Menurut PSAK 105, kontrak mudharabh dapat dibagi atas tiga jenis, yaitu mudharabah muqayyadah, ketentuan muthalaqah, dan mudharabah musytaraqah.
Mudharabah muqayyadah
Adalah bentuk kerja sama antar pemilik dana dan pengelola, dengan kondisi pengelola dikenakan pembatasan oleh pemilik dana dalam hal tempat, cara, dan obyek investasi. Dalam transaksi mudharabah muqayyadah .bank syariah bersifat sebagai agen yang menghubungkan shahibul maal dengan mudharib. Dalam praktik perbankan, mudharabah muqayyadah terdiri atas dua jenis, yaitu mudharabah muqayyadah executing dan mudharabah muqayyadah channeling. Pada mudharabah muqayyadah executing, bank syariah sebagai pengelola menerima dana dari pemilik dana dengan pembatasan dalam hal tempat, cara dan obyek investasi. Akan tetati, bank syariah memiliki kebebasan dalam melakukan seleksi terhadap calon mudharib yang layak mengelola dana tersebut. Sementara itu, pada mudharabah muqayyadah chaneking, bank syariah tidak memiliki kewenangan dalam menyeleksi calon mudharib yang akan mengelola dana tersebut.
Mudharabah muthalaqah
Adalah bentuk kerja sama antara pemilik dana dan pengelola tanpa adanya pembataasan oleh pemilik dana dalam hal tempat, cara maupun obyek investasi. Pada tabungan mudharabah, penabung berperan sebagai pemilik dana, sedang bank berperan sebagai pengelola yang mengontribusikan keahliannya dalam mengelola dana penabung. Mudharabah muthlaqah biasa juga disebut dengan mudhrabah mutlak atau mudharabah tidak terikat (unrestricted mudharabah).
Mudharabah musyitaraqah
Adalah bentuk mudharabah dimana pengelola dan menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama inventasi. Akad musytaraqah ini merupakan soolusi sekiranya dalam perjalanan usaha, pengelola dana memiliki modal yang dapat dikontribusikan dalam investasi, sedang disisi lain, adanya penambahan modal ini akan dapat meningkatkan kemajuan investasi. Akad musytaraqah ini pada dasarnya merupakan perpaduan antara akad mudharabah dan akad musyarakah. Dalam mudharabah musytaraqah, pengelola dana berdasarkan akad (mudharabah) menyertakan juga dananya dalam investasi bersama (berdasarkan akad musyarakah). Setelah penambahan dana oleh pengelola, pembagian hasil usaha anatara pengelola dana dan pemilik dana dalam mudharabah adalah sebesar hasil usaha musytarakah setelah dikurangi porsi pemilik dana sebagai pemilik dana musyarakah.
Rukun transaksi mudharabah
Rukun transaksi mudhrabah meliputi dua pihak transaktor disini adalah investor dan pengelola modal. (pemilik modal dan pengelola). Objek akad mudharabah (modal dan usaha), dan ijab dan Kabul atau persetujuankedua belah pihak. Investor biasa disebut dengan istilah shahibul maal atau rabbul maal, sedang pengelola modal biasa disebut dengan istilah mudharib. Kedua pihak disyaratkan memiliki kompetensi beraktifitas. Criteria kompetensi tersebut antara lain mampu membedakan yang baik dan yang buruk (baligh) dan tidak dalam keadaan tercekal seperti pailit.
Ijab dan Kabul
Ajab dan Kabul atau persetujuan kedua belah pihak dalam mudharabah yang merupakan wujud dalam prinsip sama sama rela (an-taraddin minkum). Dalam hal ini, kedua belah pihak harus secara rela bersepakat untuk mengikat diri dakam akad mudharabah. Si pemilik dana setuju dengan perannya untuk menkontribusikan dana, sementara si pelaksana usaha setuju dengan perannya untuk menkontribusikan kerja.
Akad mudharabah pada dasarnya sama dengan akad-akad yang lain dalam aspek yang bersifat umum. Aspek yang bersifat umum persebut anatara lain tentang identitas kedua pihak yang bertransaksi, besar pembiayaan, persyaratan pengambilan pembiayaan, jaminan, ketentuan denda, pelanggaran atas syarat-syarat perjanjian, dan penggunanaan badan Arbitrase Syariah. Adapun hal spesifik dalam akad mudharabah antara lain kesepakatan tentang dasar bagi hasil (revenue sharing atau profit sharing), besra nisbah bagi hasil, pernyataan bank sebagai shahibul maal untuk menanggung kerugian kecuali yang disebabkan oleh mudharib, pernyataan hak bank untuk memasuki tempat usaha dan tempat lainnya untuk mengaadakan pengawasan terhadap pembukuan, catatan-catatan, transaksi mudharib yang berhubungsn dengan pembiayaan mudharabah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain akad yang ditandatangani oleh kedua belah pihak, dalam praktik juga dilampiri dengan proyeksi pendapatan dan jadwal pembayaran angsuran pokok maupun bagi hasil.
Sumber Hukum Akad Mudharabah
Menurut ijma' Ulama', mudharabah hukumnya jaiz (boleh). Hal ini dapat diambil dari kisah Rasulullah yang pernah melakukan mudharabah dengan Sit Khadijah. Siti Khdijah bertindak sebagai pemilik dana dan Raulullah sebgai pengelola dana. Lalu Rasulullah membawa barang dagangannya ke negeri Syam. Dari kisah ini kita lihat akat mudharabah telah terjadi pada masa Rasulullah belum menjadi Rasul mudharabah telah dipraktikkan secara luas oleh orang-orang sebelum masa Islam dan beberapa sahabat Nabi Muhammad SAW. Jenis bisnis ini sangat bermanfat dan sangat selaras dengan prinsip dasar ajaran syari'ah, oleh karena itu akad ini dierbolehkan secara syari'ah.
Al-Qur'an
"Apabila telah ditunaikan shalat maka betebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah SWT." (QS 62:10)
"... Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya..." (QS 2:283)
As-Sunah
Dari Shalih bin Suaib r.a bahwa Rasulullah SAW besabda, "tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampuradukkan gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga bukan untuk dijual." (HR. Ibnu Majah)
"Abas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai mudharbah, ia mensyaratkan kepada pengelola dananya agar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, erta tidak membeli hewan ternak. Jik persyaratan itu dilanggar, i (pengelola dana)harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas di dengan Rasulullah SAW, beliau membenarkannya." (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas)
Karakteristik
Berdasarkan PSAK No. 105, bank syari'ah dapat bertindak baik sebagai pemilik dana atau pengelola dana. Jika bank syari'ah bertindak sebagai pengelola dana, dana yang diterima disajikan sebagai dna syirkah temporer.dalam mudharabah muqayadah, contoh batasannya antara lain: a) tidak mencampurkan dana pemilik dana dengan dana lainnya; b) tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan, tanpa penjamin, atau tanpa jaminan; atau c) mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri tanpa melalui pihak ketiga. Pada prinsipnya, dalam penyaluran mudharabah tidak ada jaminan tetpi agar pengelola dana tidak melakukan penyimpangan, pemilik dana dapat meminta jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga. Jaminan ini dapat dicairkan hanya apabila pengelola dana terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.
Pengembalian dana syirkah temporer dapat dilakukan secara parsial bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau secara total pada saat akad mudharabah berakhir. Jika dari pengelola dana syirkah temporer mengahsilkan keuntungan, maka porsi jumlah bagi hasil untuk pemilik dana atau pengelola dana ditentukan berdasarkan nisbah yang disepakati dari hasil usaha yng diperoleh selama periode akad. Jika dari pengelola dana syirkah temporer menimbulkan kerugian, kerugian finansial menjadi tanggungan pemilik dana.
Prinsip Pembagian Hasil Usaha (Psak 105 Par 11)
Dalam mudharabah istilah profit and loss sharing tidak tepat digunakan karena yang dibagi hanyalah keuntungannya saja (profit), tidak termasuk kerugiannya (loss). Sehingga untuk pembahasan selanjutnya, akan digunakan istilah prinsip bagi hasil yang digunakan dalam Undang-Undang No. 10 tahun 19998, karena apabila usaha tersebut gagal kerugian tidak dibagi antara pemilik dana dan pengelola dana, tetapi harus ditanggung sendiri oleh pemilk dana.
Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan pengakuan penghasilan usaha mudharabah, dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi penghasilan hasil usaha dari pengelola dana. Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha.
Untuk menghindari perselisihan dalam hal biaya yang dikeluarkan oleh pengelola dana, dalam akad harus disepakati iaya biaya apa saja yang dapat dikurangkan dari pendapatan.
Contoh pembagian hasil usaha:
Data:
Penjualan
Rp
1.000.000
HPP
(Rp
650.000
)
Laba kotor
Rp
350.000
Biaya-biaya
(Rp
250.000
)
Laba (rugi) bersih
Rp
100.000
Berdasarkan prinsip bagi laba (profit sharing), maka nisbah pemilik dana : pengelola dana = 30:70
Pemilik dana : 30% × Rp 100.000 = Rp 30.000
Pengelola dana : 70% × Rp 100.000 = Rp 70.000
Dasar pembagian hasil usaha adalah lba neto/laba bersih yaitu laba kotor dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan modal mudharabah.
Berdasarkan prinsib bagi hasil, maka dasar pembagian hasil usaha adalah laba bruto/laba kotor bukan pendapatan usaha dengan nisbah pemilik dana : pengelola dana = 10:90
Bank syar'ah : 10% × Rp 350.000 = Rp 35.000
Pengelola dana : 90% × Rp 350.000 = Rp315.000
Jika akad mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil ssuai nisbah yang disepakati (PSAK 105 par 20)
Perlakuan Akuntansi PSAK 105
Akuntansi Untuk Pemilik Dana
Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada pengelola dana.
Pengukuran investasi mudharabah
Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan;
Investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar aset non-kas pda saat penyerahan.
Nilai dari investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas harus disetujui oleh pemilik dana dan pengelola dana pada saat kontrak.
Ada 2 alasan tidak digunkan dasar historitical cost untuk mengukur aset nonkas:
Penggunaan nilai yang disetujui oleh pihak yang melakukan kontrak untuk mencapai satu tujuan akuntansi keuangan.
Penggunaan nilai yang disetujui (agreed value) oleh pihak yang melakukan kontrak untuk nilai aset nonkas menuju aplikasi konsep representational faithfulness dalam pelaporan.
Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan.
Jurnal pada saat penyerahan kas:
Dr. Investasi Mudharabah xxx
Kr. Kas xxx
Investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesr nilai wajar aset nonkas pada saat penyerahan kemungkinannya ada 2:
Jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi sebagai jangka waktu akad mudharabah.
Jurnal pada saat penyerahan aset nonkas:
Dr. Investasi Mudharabah xxx
Kr. Keuntungan Tangguhan xxx
Kr. Aset Nonkas xxx
Jurnal amortisasi keuntungan tangguhan:
Dr. Keuntungan Tangguhn xxx
Kr. Keuntungan xxx
Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatanya, mkaselisihnya diakui sebagai kerugian dan akui pada saat penyerahan aset nonkas
Jurnal:
Dr. Investasi Mudharabah xxx
Dr. Kerugian xxx
Kr. Aset Nonkas Mudharabah xxx
Penurunan nilai jika investasi mudharabah dalam bentuk aset non kas
Penurunan nilai sebelum usaha dimulai
Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan rusak, hilang atau faktor ain yang bukan karena kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi mudharabah
Jural:
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Kr. Investasi Mudharabah xxx
Penurunan nilai setelah usaha dimulai
Jika sebagian investasi mudharabah hilai setelah dimulainya usaha tanpa adanya kelalaian atau keslahan pengelola dana, maka kerugian tersebut tidak langsung mengurangi jumlah investasi mudharabah namun diperhitungkan pada saat pembagian bagi hasil.
Jurnaal pada saat kerugian:
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Kr. Penyisihan Investasi Mudharabah xxx
Jurnal pada saat bagi hasil:
Dr. Kas xxx
Dr. Investasi penyisihan Mudharabah xxx
Kr. Pendapaan Bagi Hasil Mudharabah xxx
Kerugian
Kerugian yang terjadi dalama suatu periode sebelum akad mudharabah berakhir. Pencatatan kerugian yang terjadi dalama suatu periode sebelum akad mudharabah berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentk penyisihan kerugian investasi.
Jurnal:
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Kr. Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Catatan:
Tujuan dicatat sebagai penyisihan agar jelas nilai investasi awal mudharabah penyisihan kerugian disajikan sebagai akun kontra dari investasi mudharabah.
Hasil usaha
Bagi hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai piutang
Jurnal:
Dr. Piutang pendapatan Bagi Hasil xxx
Kr. Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah xxx
Pada saat pengelola dana membayar bagi hasil
Jurnal:
Dr. Kas xxx
Kr. Piutang Pendapatan Bagi Hasil xxx
Akad mudharabah berakhir
Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi, dan pengambilan investasi mudharabah, diakui sebagai keuntungan dan kerugian.
Jurnal:
Dr. Kas/Piutang/Aset Nonkas xxx
Dr. Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Kr. Investasi Mudharabah xxx
Kr. Keuntungan Investasi Mudharabah xxx
ATAU
Dr. Kas/Piutang/Aset Nonkas xxx
Dr. Penyisihan Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Dr. Kerugian Investasi Mudharabah xxx
Kr. Invetasi Muharabah xxx
Penyajian
Penyajiandana menyajikan invstasi mudharabah dalam laporan keuangan sebesar nilai tercatat, yaitu nilai investasi mudharabah dikurangi penyisihan kerugian (jika ada).
Pengungkapan
Pemilik dana mengungkapkan hal-hal yang terkait denga transakisi mudharabah, tetapi tidak terbatas pada:
Isi kesepakatan utama usaha mudaharabah, seperti porsi dana, pembagian hasil usaha, aktivitas usaha mudharabah, dan lain-lain;
Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya;
Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan;
Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syari'ah
Akuntansi Untuk Pengelola Dana
Dana yang diterim dari pemilk dana dalam akad mudharabah diakui sebagai dana syirkah tempore sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diterima.
Pengukuran dana syirkah temporer
Dana syirkah temporer diukur sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diterima.
Jurnal:
Dr. Kas/Aset Nonkas xxx
Kr. Dana Syirkah Temporer xxx
Penyaluran kembali dana syirkah temporer
Jika pengelola dana menyalurkan kembali ana syirkah temporer yang diterima maka pengelola dana mengakui sebagai aset (investasi mudhrabah). Sma seperti akuntansi pemilik dana. Dan ia akan mengakui pendapata secara bruto sebelum dikurangi dengan bagian hak pemilik dana.
Jurnal pencatatan ketika menerima pendapatan bagi hasil dari penyaluran kembali dna syirkah temporer:
Dr. Kas/Piutang xxx
Kr.Pendapatan yang Belum Dibagikan xxx
Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetpi belum dibagikan kepada pemilik dana diakui sebagai kewajiban sebesar bagi hasil yang menjadi porsi hak pemilik dana.
Jurnal:
Dr. Beban Bagi Hasil Mudharabah xxx
Kr. Utang Bagi Hasil Mudharabah xxx
Jurnal pada saat pengelola dana membayar bagi hasil:
Dr. Utang Bagi Hasil Mudharabah xxx
Kr. Kas xxx
Sedangkan apabila pengelola dana mengelola sendiri dana mudharabah berarti ada pendapatan dan beban yang diakui dan pencatatnnya sama dengan akuntansi pada umumnya yaitu:
Saat mencatan pendapatan:
Dr. Kas/Piutang xxx
Kr. Pendapatan xxx
Saat mencatt beban:
Dr. Beban xxx
Dr. Kas/Utang xxx
Jurnal penutup yang dibuat di akhir periode (apabila diperoleh keuntungan):
Dr. Pendapatan xxx
Kr. Beban xxx
Kr. Pendapatan yang Belum Dibagikan (kewajiban) xxx
Jurnal ketika dibagi hasilkan:
Dr. Pendapatan yang Belum Dibagikan xxx
Kr. Utang Bagi Hasil Mudharabah xxx
Jurnal penutup yang dibuat apabila terjadi kerugian:
Dr. Pendapatan xxx
Dr. Penyisihan Kerugian xxx
Kr. Beban xxx
Catatan: penyisihan kerugian diajika sebagai akun kontrak dari Dana Syirkah Temporer.
Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahn atau kelalaian pegelola dana diakui sebagai beban pengelola dana.
Di akhir akad
Jurnal:
Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Kr. Kas/Aset Nonkas xxx
Jika ada penyisihan kerugian sebelumnya
Jurnal:
Dr. Dana Syirkah Temporer xxx
Kr. Kas/Aset Nonkas xxx
Kr. Penyisihn kerugian xxx
Penyajian
Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan:
Dana syirkah temporer sari pemilik dana disajikan sebesar nilai tercatatnya untuk setiap jenis mudharabah; yaitu sebesar dana syirkah temporer dikurangi dengan penyisihan kerugian (jika ada).
Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum diserahkan kepada pemilik dana disajikan sebagai pos bagi hasil yang belum dibagika sebagai kewajiban.
Pengungkapan
Pengelola dana mengungkapkan transaksi mudharabah dalam laporn keuangan:
Isi utama kesepakatan mudharabah ,seperti porsidana ,pembagian hasil usaha, aktifitas usaha mudharabah dan lain-lain.
Rincian dana sirkah temporer yag diterima berdasarkan jenisnya.
Penyaluran dana yang berasal dari mudharabah muqdayah. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No.101 Tentang Penyajian Laporan Keuangan.
ILUSTRASI AKUNTANSI AKAD MUDHARABAH
Penyerahan Dana Investasi dalam Bentuk Kas (Asumsi: Pengelola Dana tidak Memudharabahkan Kembali)
Transaksi (dalam ribuan rupiah)
Shahibul Maal (Pemilik Dana)
Mudharib (Pengelola Dana)
1 januari 2011
Setelah melakukan akad, pemilik dana menyerahkan dana sebesar Rp 100.000 Periode akad: 2 tahun.
Nisbah Bagi Hasil Pengelola:Pemilik dana = 3:1
Investasi Mudharabah
100.000
Kas
100.000
Kas
100.000
Dana Syirkah Temporer
100.000
Keterangan: Dana Syirkah temporer disajikan sebagai akun terpisah dari hutang dan modal
31 Desember 2011
Jika hasil pengolahan dana selama tahun 2011 adalah:
Memperoleh Pendapatan
Rp 10.000
Menanggung Beban
Rp 8.000
Pengelola dana akan mencatat pendapatan dan beban kemudian di akhir periode akan dibuat jurnal penutup:
Kas/Piutang
10.000
Pendapatan
10.000
Beban
8.000
Kas/Utang
8.000
Pendapatan
10.000
Beban
8.000
Pendapatan yang Belum Dibagikan (kewajiban)
2.000
Membagi laba sesuai nisbah:
Pengelola Dana : ¾ × 2000 = 1.500
Pemilik Dana : ¼ × 2000 = 500
Pebayaran kepada Pemilik Dana
Jika tidak dibagi langsung
Kas
500
Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah
500
Piutang Bagi Hasil
500
Pendapatan Bagi Hasil
500
Saat penerimaan uang:
Kas
500
Piutang Bagi Hasil
500
Pendapatan yang Belum Dibagikan
2000
Kas
2000
31 Desember 2012
Melakukan ayat jurnal penutup untuk bagi hasil tersebut
Penyaajian Laporan Keuangan Neraca
Aset:
Investasi Mudharabah
100.000
Penyisihan kerugian
0
100.000
Utang:
Utang Bagi Hasil Mudharabah
0
Dana Syirkah Temporer
100.000
Penyisihan Kerugian
0
100.000
Tahun 2012
31 Desember 2012
Jika hasil pengelola dana selama tahun 2012 adalah:
Memperoleh pendapatan Rp 8.000
Menanggung beban Rp. 10.000
Kerugian Mudharabah
2.000
Penyisihan Kerugian Mudharabah
2.000
Pengelola dana akan mencatat pendapatan dan beban, kemudian akan ditutup:
Kas/Piutang
8.000
Pendapatan
8.000
Beban
10.000
Kas/Utang
10.000
Pendapatan
8.000
Penyisihan Kerugian
2.000
Beban
10.000
Penyajian Laporan Keuangan
Neraca (31/12/2012)
Aset:
Investasi Mudharabah
100.000
Penyisihan Kerugian
2.000
98.000
Utang:
Utang Bagi Hasil Mudharabah
0
Dana Syirkah Temporer
100.000
Penyisihan Kerugian
2.000
98.000
1 Januari 2013
Pengembangan nvestasi mudharabah pada akhir akad dan menerima Rp 98.000
Kas
98.000
Penyisihan Kerugian Mudharabah
2.000
Investasi Mudharabah
100.000
Dana Syirkah Temporer
100.000
Kas
98.000
Penyisihan Kerugian
2.000
MUSYARAKAH
Pengerian Musyarakat
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dalam musyarakah masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan di bagi bedasarkan kesepakatan, sedangkan resiko bedasarkan porsi kontribusi dana. Secara oprasional, musyarakah ada 2 jenis: pertama :musyarakah permanen, yaitu musyarakah dengan ketentuan bagian dana setiap mitra ditentukan sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad. Kedua :musyarakah menurun, yaitu musyarakah dengan ketentuan bagian dana entitas akan di alihkan secara berahap terhadap mitra, sehingga bagian dana entitas akan menurun dan masa akad. Kedua belah pihak dapat menjadi mitra aktif ataupun mitra pasif. Mita aktif adalah yang mengelola usaha musyarokah, baik mengelola sendiri atau menunjuk pihak lain atas nama mitra tersebut. Sedangan mitra pasif adalah mitra yang tidak ikut mengelola usaha musyarakah.
Pengakuan dan Pengukuran Musyarakah
Untuk pertanggungjawaban pengelolaan usaha musyarakah dan sebagai dasar penentuan bagi hasil mitra, aktif atau pihak pengelola usaha musyarakah harus membuat catatan akuntansi yang terpisah untuk usaha musyaraah tersebut :
Akuntansi mitra aktif
Pada saat akad
Investasi musyarakah di akui pada saat menyisihkan kas atau aset nonkas untuk usaha musyarakah
Rekening
Debit
Kredit
Kas/aset nonkas
xxx
Investasi musyarakah
xxx
Pengukuran investasi musyarakah (a) dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang disisihkan; dan (b) dalam bentuk aset nonkas dinilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat selisih antara wajar dan nilai buku aset nonkas, selisih tersebut diakui sebagai selisih penilaian aset musyarakah dalam ekuitas.
Selisih kenaikan aset musyarakah diamortisasi selama masa akad musyarakah. Aset tetap musyarakah yang telah dinilai sebesar nilai wajar dengan jumlah penyusutan yang mecerminkan (a) menyusutkan yang dihitung dengan historical cost model; ditambah dengan (b) penyusutan atas kenaikan nilai aset karena penilaian kembali saat penyisihan aset nonkas untuk usaha musyarakah.
Apabila proses penilaian pada nilai wajar menghasilkan penurunan nilai aset, penurunan nilai ini langsung diakui sebagai kerugian. Aset tetap musyarakah yang telah dinilai sebesar nilai wajar disusutkan bedasarkan nailai wajar yang baru.
Rekening
Debit
Kredit
Aset nonkas (nilai buku)
Xxx
Kerugian penerimaan aset
Xxx
Investasi musyarakah
Xxx
Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi kelayakan ) tidak dapat diakui sebagai bagian investasi musyarakah, kecuali ada perstujuan dari kedua mitra musyarakah.
Rekening
Debit
Kredit
Beban akad musyarakah
Xxx
Kas
Xxx
Rekening
Debit
Kredit
Kas/ aset nonkas
Xxx
Beban akad musyarakah
Xxx
Investasi musyarakah
Xxx
Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif (misalnya dari bank syariah) diakui sebagai investasi musyarakah dan disisi lain sebagai dana syirkah temporer sebesar (a) dana dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang diterima; dan (b) dana dalam bentuk aset nonkas dinilai sebesar nilai wajar dan disusutkan selama masa akad atau selama umur ekonomis apabila aset tersebut tidak akan dikembalikan kepada mitra pasif.
Selama akad
Bagian entitas atas investasi musyarakah dengan pengembalian dana mitra di akhir akad dinilai sebesar (a) jumlah kas yang disisihkan untuk usaha musyarakah pada awal akad dikurangi dengan kerugian (apabila ada); atau (b) nilai tercatat aset musyarakah nonkas pada saat penyisihan untuk usaha musyarakah setelah dikurangi penyusutan dan kerugian (apabila ada).
Bagian entitas atas investasi musyarakah menurun (dengan pengembalian dana mitra secara bertahap) dinilai sebesar jumlah kas yang disisihkan untuk usaha musyarakah pada awal akad, ditambah dengan jumlah dana syirkah temporer yang telah dikembalikan kepada mitra pasif, dan dikurangi kerugian (apabila ada).
Akhir akad
Pada saat akad diakhiri investasi musyarakah yang belum dibayarkan kepada mitra pasif diakui sebagai kewajiban.
Pengakuan hasil usaha
Pendapatan usaha musyarakah yang menjadi hak mitra aktif diakui sebesar haknya sesuai dengan kesepakatan atas pendapatan usaha musyarakah. Adapun pendapan usaha untuk mitra pasif diakui sebagai hak mitra pasif atas bagi hasil dan kewajiban.
Kerugian investasi musyarakah diakui sesuai dengan porsi dana masing-masing mitra dan mengurangi nilai aset musyarakah.
Jika kerugian akibat kelalaian mitra aktif atau pengelola usaha, kerugian tersebut ditanggung oleh mitra aktif atau pengelola usaha musyarakah.
Pengakuan pendapatan usaha musyarakah dalam praktik dapat diketahui bedasarkan lapoan bagi hasil atas realisasi pendapatan usaha dari catatan akuntansi mitra aktif atau pengelola usaha yang dilakukan secara terpisah.
Akuntansi bank syariah mitra pasif
Pada saat akad
Investasi musyarakah diakui pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada mitra aktif musyarakah.
Rekening
Debit
Kredit
Pembiyayaan musyarakah
Xxx
Kas
Xxx
Pengukuran investasi musyarakah : (a) dalam bentuk kas sebesar jumlah yang dibayarkan; dan (b) dalam bentuk aset nonkas nilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat aset nonkas, maka selisih tersebut diakui sebagai keuntungan atau kerugian.
Investasi musyarakah nonkas yang diukur dengan nilai wajar aset yang diserahkan akan berkurang nilainya sebesar beban penyusutan atas aset yang diserahkan dikurangi dengan amortisasi keuntungan tangguhan.
Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi kelayakan) tidak dapat diakui sebagai bagian investasi musyarakah keculai ada persetujuan dari seluruh mitra musyarakah.
Rekening
Debit
Kredit
Beban akad musyarah
Xxx
Kas
Xxx
Selama akad
Bagian bank syariah atas investasi musyarakah dengan pengembalian dana mitra diakhir akad dinilai sebesar (a) jumlah kas yang dibayarkan untuk usaha musyarakah pada awal akad dikurangi dengan kerugian (apabila ada); atau (b) nilai tercatat aset musyarakah nonkas pada saat penyerahan unuk usaha musyarakah setelah dikurangi penyusutan dan kerugian (apabila ada).
Bagian bank syariah atas investasi musyarakah menurun (dengan pengembalian dana mitra secara bertahap) dinilai sebesar jumlah kas yang dibayarkan untuk usaha musyarakah pada awal akad dikurangi jumlah pengembalian jumlah mitra aktif dan kerugian (apabila ada).
Akhir akad
Pada saat akad diakhiri, investasi musyarakah yang belum dikembalikan oleh mitra aktif diakui sebagai piutang.
Pengakuan hasil usaha
Pendapatan usaha investasi musyarakah diakui sebagai pendapatan sebesar bagian mitra pasif sesuai kesepakatan. Adapun kerugian investasi musyarakah diakui sesuai dengan porsi dana.
Contoh :
Seorang pengusaha kayu gergajian atau gelondongan mengajukan pembiayaan musyarakah ke sebuah bank syaria'ah.
Dari hasil pembicaraan disepakati :
Porsi Bank : Rp. 300 juta
Janka Waktu :1 Tahun
Niasbah :50% :50%
Terdapat biaya sebesar 2 juta untuk realisasi kerjasama musyarakah tersebut. Bagaimana pembukuannya?
Akuntansi /pembukuannya
Realisasi porsi bank sebesar Rp 300 juta
Berupa dana tunai seluruhnya
Penyertaan bank langsung dimasukkan ke rekening giro nasabah.
Jurnal :
Rekening
Debit
Kredit
Pembiayaan musyarakah
Rp 300 juta
Giro –Rp
Rp 300 juta
Campuran :
Dana tunai sebesar 200 juta oleh bank langsung di setorkan ke rekening giro nasabah
Jurnal :
Rekening
Debit
Kredit
Pembiayaan musyarakah
Rp 200 juta
Giro –Rp
Rp 200 juta
Atau disediakan dana pada rekening pembiayaan musyarakah, sehingga setiap penarikan maupun setoran, mutasinya langsung direkening tersebut.
Berupa kayu sebesar 100 juta
Nilai buku = nilai pasar wajar/ tunai =Rp 100 juta
Jurnal :
Rekening
Debit
Kredit
Pembiayaan musyarakah
Rp 100 juta
Pembiayaan barang
Rp 100 juta
Nilai buku hanya Rp 90 juta, sedangkan nilai tunai Rp 100 juta, sehingga diperoleh keuntungan sebesar 10 juta
Jurnal :
Rekening
Debit
Kredit
Pembiayaaan musyarakah
Rp 100 juta
Persediaan barang
Rp 100 juta
Rekening
Debit
Kredit
Persediaan barang
Rp 10 juta
Laba- musyarakah
Rp 10 juta
Persediaan barang
Persediaan awal
Rp 90 juta
Pembiayaan musyarakah
Rp 100 juta
Laba
Rp 10 juta
jumlah
Rp 100 juta
Jumlah
Rp 100 juta
Nilai buku sebesar Rp 105 juta, sedangkan nilai pasar wajar adalah 100 juta, jadi rugi Rp 5 juta
Jurnal :
Rekening
Debit
Kredit
Pembiayaan musyarakah
Rp 100 juta
Persediaan barang
Rp 100 juta
Rekening
Debit
Kredit
Rugi –musyarakah
Rp 5 juta
Persediaan barang
Rp 5 juta
Persediaan barang
Persediaan awal
Rp 105 juta
Pembiayaan musyarakah
Rp 100 juta
Rugi
Rp 5 juta
Jumlah
Rp 105 juta
Jumlah
Rp 10 juta
Distribusi biaya musyarakah sebesar 2 juta, misalnya biaya notaris
Saat pembayaran biaya
Jurnal :
Rekening
Debit
Kredit
Rekg transitoris –Rp
Rp 2 juta
Giro –Rp kliring
Rp 2 juta
Distribusi biaya
Beban bank seluruhnya
Jurnal :
Rekening
Debit
Kredit
Biaya –musyarakah
Rp 2 juta
Rekg transitoris- Rp
Rp 2 juta
Bila dari awal disepakati bahwa biaya notaris menjadi beban bank, tanpa melalui jurnal pada butir a), jurnal secara langsung sebagai berikut:
Rekening
Debit
Kredit
Biaya - musyarakah
Rp 2 juta
Giro-Rp/ kas/kliring
Rp 2 juta
Bank dan nasabah masing- masing dibebani separo ( lanjutan butir a.)
Jurnal :
Beban Bank
Rekening
Debit
Kredit
Biaya- musyarakah
Rp 1 juta
Rekg transitoris-Rp
Rp 1 juta
Beban debitur- dilimpahkan ke giro nasabah
Rekening
Debit
Kredit
Giro -Rp
Rp 1 juta
Rekg transitoris-Rp
Rp 1 juta
Saat jatuh waktu pembiayaan musyarakah :
Kasus -I
Bedasarkan perhitungan, terdapat kelebihan dana/ modal (musyarakah) sebesar Rp 50 juta yang ditampung di rekening giro nasabah pembiayaan (debitur) porsi dana bank dikembalikan
Jurnal :
Pembagian keuntungan (masing- masing 50% x Rp 50 juta)
Rekening
Debit
Kredit
Giro-Rp-Debitur
Rp 25 juta
Pembiayaan musyarakah
Rp 25 juta
Pengembalian dana bank
Rekening
Debit
Kredit
Giro-Rp- Debitor
Rp 300 juta
Pembiayaan musyarakah
Rp 300 juta
Kasus II
Kerjasama mengalami kerugian sebesar Rp 80 juta akibat kerusakan persediaan kayu. Dana bank belum dapat dikembalika seluruhnya karena tertanam dalam piutang yang baru akan dibayar 3 bulan mendatang. Dana yang tersedia untuk angsuran bank sebesar Rp 200 juta.
Jurnal :
Pengembalian porsi/dana bank
Rekening
Debit
Kredit
Giro-Rp-Debitur
Rp 200 juta
Pembiayaan-musyarakah
Rp 200 juta
Debitur kerugian
Misalnya sesuai perbandingan modal, bank dibebani sebesar Rp 60 juta
Rekening
Debit
Kredit
Kerugian musyarakah
Rp 60 juta
Pembiayaan-musyarakah
Rp 60 juta
Adapun sisa pembiyayaan musyarakah sebesar Rp 40 juta masih berupa tagihan
Perhitungan :
= Porsi bank – dana yang dikembalikan – rugi beban bank
= Rp 300 juta – Rp 200 juta – Rp 60 juta
Rekening
Debit
Kredit
Piutang musyarakah
Rp 40 juta
Pembiayaan-musyarakah
Rp 40 juta
Kasus III
Nasabah ternyata membeli kayu gelap senilai Rp 500 juta dan semuanya disita yang berwajib. Dana nasabah (direkening giro) yang tersedia untuk mengangsur baru Rp 100 juta, sedangkan sisanya akan diselesaikan 6 bulan lagi dengan menjual asetnya.
Jurnal :
Kerugian menjadi tanggumgjawab nasabah sepenuhnya. Pengembalian daa bank sebesar Rp 100 juta
Rekening
Debit
Kredit
Giro-Rp-Debitur
Rp 100 juta
Pembiayaan-musyarakah
Rp 100 juta
Pengembalian sisa pembiayaan (Rp 200 juta) 6 bulan mendatang
Rekening
Debit
Kredit
Piutang jatuh tempo
Rp 200 juta
Pembiayaan-musyarakah
Rp 200 juta
Kasus IV
Guna menghemat biaya pengiriman, nasabah memilih kapal barang yang akan melakukan docking untuk overhaul, guna untuk mengangkut kayu senilai Rp 1,2 miliyar. Ditengah perjalana mesinnya mati dan kapal terkena badai sehingga tenggelam. Oleh karena itu, usaha nasabah macet dan pada akhirnya pembiayaan musyarakah pun macet.
Jurnal :
Kerugian usaha : (bank tidak mencatat apapun dan tidak menanggung kerugian nasabah, karena kerugian disebabkan pihak nasabah)
Pembiayaan macet :
Bank masih memiliki hak tagih kepada debitur sebesar Rp 300 juta
Rekening
Debit
Kredit
Piutang jatuh tempo
Rp 300 juta
Pembiayaan-musyarakah
Rp 300 juta
Kasus V
Sawmill(tembat penggergajian dan stok kayu) dilanda banjir, sehingga seluruh barang dan peralatan hanyut dibawa banjir. Melihat masalahnya, dalam kasus ini, kerugian ditanggung bersama sebesarorsi penyertaan masing-masing, sebab musibah terjadi di luar kekuasaan nasabah
Jurnal kerugian :
Rekening
Debit
Kredit
Kerugian musyarakah
Rp 300 juta
Pembiayaan-musyarakah
Rp 300 juta
Kasus VI
Perekonomian terkena krimson, proyek gagal dan pembiayaan macet. Debitur melarikan diri dan tidak diketahui keberadaannya. Bank mengalami kerugian total.
Jurnal :
Rekening
Debit
Kredit
Piutang jatuh tempo
Rp 300 juta
Pembiayaan-musyarakah
Rp 300 juta
MURABAHAH
Pengertian Murabahah
Murabahah (bai' murabahah) adalah jual beli barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih tinggi sebagai laba.
Karakteristik Murabahah
Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, penjual melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari pembeli.
Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang dipesannya. Dalam murabahah pesanan mengikat pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya. Jika aset murabahah yang telah dibeli oleh penjual, mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli maka penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual dan akan mengurangi nilai akad.
Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau tangguh.
Akad murabahah memperkenankan penawaran harga yang berbeda untuk cara pembayaran yang berbeda sebelum akad murabahah dilakukan. Namun jika akad tersebut telah disepakati maka hanya ada satu harga (harga dalam akad) yang digunakan.
Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual, sedangkan biaya perolehan harus diberitahukan. Jika penjual mendapatkan diskon sebelum akad murabahah maka potongan itu merupakan hak pembeli. Sedangkan diskon yang diterima setelah akad murabahah disepakati maka sesuai dengan yang diatur dalam akad, dan jika tidak diatur dalam akad maka potongan tersebut adalah hak penjual.
Diskon yang terkait dengan pembelian barang, antara lain, meliputi :
Diskon dalam bentuk apapun dari pemasok atas pembelian barang.
Diskon biaya asuransi dari perusahaan asuransi dalam rangka pembelian barang; dan
Komisi dalam bentuk apapun yang diterima terkait dengan pembelian barang.
Diskon atas pembelian barang yang diterima setelah akad murabahah disepakati diperlakukan sesuai dengan kesepakatan dalam akad tersebut. Jika akad tidak mengatur maka diskon tersebut menjadi hak penjual.
Penjual dapat meminta pembeli menyediakan agunan atas piutang murabahah, antara lain, dalam bentuk barang yang telah dibeli dari penjual.
Penjua dapat meminta uang muka kepada pembeli sebagai bukti komitmen pembelian sebelum akad disepakati. Uang muka menjadi bagian pelunasan piutang murabahah jika akad murabahah disepakati. Jika akad murabahah batal, uang muka dikembalikan kepada pembeli setelah dikurangi dengan kerugian sesuai dengan kesepakatan. Jika uang muka itu lebih kecil dari kerugian maka penjual dapat meminta tambahan dari pembeli.
Jika pembeli tidak dapat menyelesaikan piutang murabahah sesuai dengan yang diperjanjikan, penjual berhak mengenakan denda kecuali jika dapat dibuktikan bahwa pembeli tidak atau belum mampu melunasi disebabkan oleh force majeur. Denda tersebut didsarkan pada pendekatan ta'zir yaitu untuk membuat pembeli lebih disiplin terhadap kewajibannya. Besarnya denda sesuai dengn yang diperjanjikan dalam akad dan dana yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana kebajikan.
Penjual boleh memberikan potongan pada saat pelunasan piutang murabahah jika pembeli :
Melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu; atau
Melakukan pelunasan pembayaran lebih cepat dari waktu yang telah disepakati.
Penjual boleh memberikan potongan dari total piutang murabahah yang belum dilunasi jika pembeli :
Melakukan pembayaran cicilan tepat waktu; dan atau
Mengalami penurunan kemampuan pembayaran.
Jenis dan Alur Murabahah
Transaksi jual beli dapat dilakukan dengan beberapa cara penyerahan barang dan degnan beberapa cara pembayarannya juga. Murabahah dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis murabahah sebagaimana diilustrasikan pada gambar berikut :
Dilihat dari proses pengadaan barang murabahah dapat dibagi menjadi:
Murabahah Tanpa Pesanan
Dalam jenis ini pengadaan barang yang merupakan obyek jual beli dilakukan tanpa memperhatikan ada yang pesan atau tidak, ada yang akan membeli atau tidak. Pengadaan barang dilakukan atas dasar persediaan minimum yang harus dipelihara. Sebagai contoh pada supermarket, ada yang beli atau tidak, begitu persediaan sudah sampai pada jumlah persediaan minimum yang harus dipelihara, maka langsung dilakukan pengadaan.
Murabahah Berdasrkan Pesanan
Dalam jenis ini pengadaan barang yang merupakan obyek jual beli, dilakukan atas dasar pesanan yang diterima. Apabila tidak ada yang pesan maka ditidak dilakukan pengadaan barang. Pengadaan barang sangat tergantung pada proses jual belinya. Hal ini dilakukan untuk menghindari persediaan barang menumpuk dan tidak efisien, sehingga proses pengadaan baang sangat dipengaruhi oleh proses jual belinya.
Akuntansi Penjual
Cakupan akuntansi yang tercantum dalam PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah dibahas dalam akuntansi penjual dan pembeli. Penjual yang dimaksud disini adalah Entitas Syariah yang melakukan penjualan kepada pembeli akhir.
Akun-Akun Untuk Akuntansi Penjual
Akun Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Persediaan / Aaset Murabahah
Piutang Murabahah
Margin Murabahah Tangguhan (Cr)
Piutang Murabahah Jatuh Tempo
Margin Murabahah Tangguhan Jatuh Tempo (Cr)
Hutang Diskon Murabahah (Kewajiban kepada Pembeli)
Piutang Uang Muka Murabahah
Hutang Uang Muka Murabahah
Cadangan Kerugian Murabahah (Cr)
Piutang Pada Nasabah (calon pembeli)
Akun Laporan Laba Rugi
Pendapatan Margin Murabahah
Potongan Pelunasan (muqasah) Murabahah
Potongan Angsuran Murabahah – Prestasi
Potongan Angsuran Murabahah – Beban Operasi
Diskon Murabahah
Pendapatan Non Operasional Lainnya
Beban Kerugian Murabahah
Kerugian Penurunan Aset Murabahah
Untuk memberikan gambaran secara lengkap dan menyeluruh mengenai akuntansi murabahah pada lembaga keuagan syari'ah sebagai penjual dapat diberikan ilustrasi contoh umum sebagai berikut :
Contoh
Aminah dan LKS Ridho Gusti sepakat melakukan jual beli Mobil Kijang dengan data sebagai berikut :
Harga barang :
Harga pokok mobil kijang pokok sebesar Rp. 140.000.000,00
Keuntungan sebesar Rp. 24.000.000,00
Harga jual yang disepakati sebesar Rp. 164.000.000,00
Sebagai tanda keseriusan atas jual beli tersebut Aminah memberikan uang muka kepada LKS Ridho Gusti sebesar Rp. 20.000.000,00
Pembayaran disepakati dengan cara angsuran sesuai dengan kesepakatan antara penjual dan pembeli.
Keterlambatan dalam membayar angsuran Aminah dikenakan denda sebesar Rp. 500.000,00 dan akan disetorkan oleh LKS Ridho Gusti ke Dana Kebajikan (sosial) atas nama Aminah.
Atas jual beli dengan Aminah tersebut LKS Ridho Gusti melakukan pembelian mobil kijang ke PT Barakah dengan data-data sebagai berikut:
Harga on the road yang disepakati sebesar Rp. 140.000.000,00
Untuk tanda keseriusan LKS Ridho Gusti memberikan uang muka sebesar Rp. 30.000.000,00 dengan kesepakatan jika dibatalkan dipotong sebesar 50%.
Uang Muka Murabahah
Pengertian
Dalam transaksi murabahah terdapat dua pengertian yang terkait dengan pembayaran dimuka ini yaitu:
Hamish Gedyyah yaitu jumlah yang dibayar oleh pemesan pembelian atas permintaan pembeli untuk memastikan si bahwa sipemesan adalah serius didalam pesanannya. Tetapi, apabila janji mengikat dan pemesan pembelian menolak membeli aset, maka kerugian sebenarnya bagi pembeli harus dipenuhi dari jumlah ini.
Urboun yaitu jumlah yang dibayar oleh nasabah (pemesan) kepada penjual (yaitu pembeli mula-mula) pada saat pemesan membeli sebuah aset dari penjual. Jika nasabah atau pelanggan menerukan penjualan dan mengambil aset, maka urboun akan menjadi bagian dari harga dan tidak meneruskan penjualan maka urboun akan menjadi hak penjual.
Pengakuan dan Pengukuran Uang Muka
Uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima.
Pada saat barang jadi dibeli oleh pembeli maka uang muka diakui sebagai pembayaran piutang (merupakan bagian pokok); dan
Jika barang batal dibeli oleh pembeli maka uang muka dikembalikan kepada pembeli setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual.
Peninjauan Uang Muka dari Pembeli (sudut pandang LKS)
Penerimaan Uang Muka dari Pembeli (kedudukan LKS sbg penjual)
Dalam contoh diatas, yaitu uang muka dari Aminah sebagai pembeli kepada LKS Ridho Gusti sebagai penjual, yang merupakan tanda keseriusan atas pemesanan pembelian barang yang besarnya sesuai kesepakatan antara Aminah sebagai pembeli dan LKS Ridho Gusti sebagai penjual. Dalam catatan akuntansi LKS sebagai penjual akun yang pergunakan untuk mencatat transaksi ini adalah "Hutang Uang Muka Murabahah"
Pembayaran Uang Muka kepada Pemasok (kedudukan LKS sbg pembeli)
Dalam contoh diatas, yaitu uang muka yang dibayar oleh LKS Ridho Gusti sebagai pembeli kepada PT Barakah sebagai pemasok, yang besarnya sesuai kesepakatan sebagai tanda keseriusan atas pemesanan pembelian barang yang dilakukan oleh LKS Ridho Gusti kepada PT Barakah. Dalam catatan akuntansi LKS sebagai penjual akun yang dipergunakan adalah "Piutang Uang Muka Murabahah".
Contoh penerimaan uang muka dari pembeli :
Tanggal 5 Januari 2007 LKS Ridho Gusti sebagai penjual menerima pembayaran uang muka dari Aminah sebagai pembeli, sebagai tanda keseriusannya dalam memesan untuk membeli barang sesuai kesepakatan sebesar Rp. 20.000.000,00
Atas penerimaan uang muka dari Aminah oleh LKS Ridho Gusti melakukan jurnal :
D Kas Rp. 20.000.000
K Hutang Uang Muka Murabahah Rp. 20.000.000
Contoh pembayaran uang muka dari LKS kepada pemasok :
Tanggal 6 Januari 2007 LKS Ridho Gusti membayar uang muka atas pemesanan barang kepada PT. Barakah (pemasok) uang muka sebesar Rp. 30.000.000,00. Uang muka tersebut sebagai tanda keseriusan atas pembelian barang yang dilakukan oleh LKS Ridho Gusti. Disepakti LKS Ridho Gusti dan PT Barakah bahwa jika LKS Ridho Gusti membatalkan pesanannya, maka uang muka dipotong sebesar 50%.
Atas pembayaran uang muka yang dilakukan oleh LKS Ridho Gusti kepada PT Barakah tesebut, LKS Ridho Gusti melakukan jurnal sebagai beriku :
D Piutang Uang Muka Murabahah Rp. 30.000.000
K Kas Rp. 30.000.000
Pembatalan Murabahah Oleh Pembeli
Pembatalan Murabahah dan LKS Sebagai Penjual Mengalami Kerugian
Kerugian LKS Lebih Kecil Dari Uang Muka Pembeli
Jika kerugian yang diderita oleh LKS sebagai penjual atas pembatalan pesanan murabahah oleh pembeli jumlahnya lebih kecil dari uang muka yang diterima, maka uang muka setelah dikurangi dengan kerugian riil LKS sebagai penjual dikembalikan kepada pembeli.
Contoh :
Tgl 8 Januari 2007 Aminah membatalkan pesanan pembelian mobil kijang. Atas pembatalan pesanan oleh Aminah tersebut, LKS Ridho Gusti membatalkan juga pesanan Mobil Kijang pada PT Barakah. Atas pembatalan yang dilakukan oleh LKS Ridho Gusti tersebut, sesuai kesepakatan PT Barakah melakukan potongan uang muka sebesar 50% dari uang muka yang dibayar, sehingga LKS Ridho Gusti mengalami kerugian sebesar Rp. 15.000.000,00 (50% x Rp. 30.000.000,00)
Atas pembatalan pesanan tersebut LKS Ridho Gusti akan menerima sisa uang muka dari PT Barakah sebesar Rp. 15.000.000,00 dilakukan jurnal sebagai berikut :
D Kas Rp. 15.000.000
D Kerugian Pemesanan Murabahah Rp. 15.000.000
K Piutang Uang Muka Rp. 30.000.000
Dalam transaksi murabahah berdasarkan pesanan kerugian yang dialami oleh LKS Ridho Gusti sebesar Rp. 15.000.000 harus diganti oleh Aminah sebagai pembeli dari uang muka yang telah diserahkan kepada LKS Ridho Gusti. Oleh karena itu jurnal yang dilakukan oleh LKS Ridho Gusti adalah sebagai
berikut :
D Hutang Uang Muka Rp. 20.000.000
K Kerugian Pemesanan Murabahah Rp. 15.000.000
K Kas Rp. 5.000.000
Kerugian LKS Lebih Besar Dari Uang Muka Pembeli
Jika kerugian riil pembatalan murabahah yang diderita oleh LKS sebagai penjual lebih besar dari uang muka yang diterima dari pembeli, maka LKS dapat meminta kekurangan pembelian kepada pembeli. Oleh karena itu atas kekurangan tersebut harus diperlakukan seabgai piutang kepada pembeli tidak dapat diperlakukan sebagai kurgian.
Contoh :
Selain kerugian atasa pemotongan uang muka oleh PT Barakah sebesar Rp. 15.000.000, atas pembatalan tersebut LKS Ridho Gusti juga dibebankan beban lain yang tidak dapat dihindari (riil cost) oleh PT Barakah sebesar Rp. 7.500.000 sehingga jumlah kerugian yang dialami oleh LKS Ridho Gusti sebesar Rp. 22.500.000
Pada saat PT Barakah mengenakan denda kepada LKS Ridho Gusti dilakukan jurnal :
D Kas Rp. 7.500.000
D Kerugian Pesanan Murabahah Rp. 22.500.000
K Piutang Uang Muka Rp. 30.000.000
Pada saat pembebanan kerugian riil LKS kepada Aminah, maka LKS Ridho Gusti melakukan jurnal :
D Hutang Uang Muka Rp. 20.000.000
D Piutang Nasabah Rp. 2.500.000
K Kerugian Pesanan Piutang Rp. 22.500.000
Kekurangan Kerugian Dilakukan Hapus Buku
Jika atas kekurangan penggantian kerugian pembatalan murabahah tidak dibayar oleh nasabah, dan kekurangan tersebut dilakukan hapus buku, maka diakui sebagai kerugian pesanan murabahah.
Contoh :
Karena sesuatu hal, Aminah tidak mau membayar kekurangan kerugian yang dialami oleh LKS sebesar Rp. 2.500.000, dan atas kebijakan intern LKS Ridho Gusti piutang tersebut dihapuskan.Oleh karena itu atas penghapusan piutang tersebut, LKS Ridho Gusti melakukan jurnal sebagai berikut :
D Beban Kerugian Piutang Murabahah Rp. 2.500.000
K Piutang Murabahah Rp. 2.500.000
Pembatalan Murabahah dan LKS Tidak Mengalami Kerugian
Jika LKS tidak mengalami kerugian maka seluruh uang muka yang diterima LKS dari pembeli, dikembalikan seluruhnya kepada pembeli.
Contoh :
Tgl 8 Januari 2007 Aminah membatalkan pesanan pembelian mobil kijang. Setelah menerima pemberitahuan dari Aminah LKS Ridho Gusti tidak membatalkan pesanannya ke PT Barakah, karena pada saat yang sama diterima pesanan barang yang serupa dari pihak lain. Maka jurnal yang dibuat oleh LKS adalah
D Hutang Uang Muka Murabahah Rp. 20.000.000
K Kas Rp. 20.000.000
Pembatalan Pesanan Karena Kesalahan LKS Sebagai Penjual
Jika pembatalan murabahah berdasarkan pesanan akibat kesalahan LKS sebagai penjual, maka segala resiko yang timbul termasuk kerugian yang diderita atas pembatalan tersebut ditanggung oleh LKS sebagai penjual. Oleh karena itu uang muka pembeli tidak diperkenankan untuk dipotong.
Contoh :
Karena mendapat penawaaran yang lebih menjanjikan LKS Ridho Gusti membatalkan pemesanan mobil antik kepada PT Barakah (bukan kesalahan Aminah). Sesuai kesepakatan diatas pembatalan tersebut PT Barakah memotong uang muka yang telah dibayar sebanyak Rp. 15.000.000. Atas transaksi tersebut, LKS menjurnal sebagai berikut ;
D Beban Kerugian Pesanan Murabahah Rp. 15.000.000
D Kas Rp. 15.000.000
K Piutang Rp. 30.000.000
Pengadaan Aset (Barang) Murabahah
Syarat yang disyariatkan mengenai barang yang akan diakadkan :
Barangnya harus ada.
Barangnya berupa harta yang jelas harganya.
Barangnya dimiliki sendiri, artinya terjaga.
Barang itu dapat diserahkan sewaktu aqad.
Pembelian barang (aset murabahah)
Pada prinsipnya pengadaan brang menjadi tanggung jawab LKS sebagai penjual, sebelum dilakukan transaksi murabahah. Akun yang dipergunakan oleh LKS sebagai penjual untuk mencatat barang yang dibeli adalah "persediaan" diakui sebesar harga perolehan barang tersebut.
Contoh :
Tgl 10 Januari 2007 atas pesanan pembelian barang dari Aminah, LKS Ridho Gusti membeli sebuah mobil kijang dari PT Barakah, seharaga Rp. 140.000.000. LKS Ridho Gusti telah membayar uang muka sebesar Rp. 30.000.000. Atas pembelian mobil kijang tersebut jurnal yang dilakukan oleh LKS Ridho Gusti adalah sebagai berikut :
D Persediaan Rp. 140.000.000
K Kas Rp. 110.000.000
K Piutang Uang Muka Rp. 30.000.000
Penjualan Barang dan Pengakuan Keuntungan Saat Penyerahan Barang
Penerimaan uang muka dari pembeli
Uang muka yang diterima diakui sebagai "Hutang Uang Muka" sebesar uang muka yang diberikan.
Contoh :
D Kas Rp. 20.000.000
K Hutang Uang Muka Murabahah Rp. 20.000.000
Penyerahan barang kepada pembeli
Dalam transaksi murabahah, yang dilakukan oleh LKS sebagai penjual adalah menyerahkan barang bukan menyerahkan uang. Untuk murabahah dengan pengakuan pendapatan keuntungn saat penyerahan barang, akun-akun yang berkaitan dengan barang adalah (1) persediaan sebesar harga perolehan barang, (2) Pendapatan Keuntungan Murabahah sebesar keuntungan murabahah yang disepakati, dan (3) Piutang Murabahah sebesar harga jual barang yang disepakati yaitu harga perolehan ditambah dengan keuntungan yang disepakati.
Contoh :
Tgl 15 Februari 2007 dilakukan akad Murabahah dan penyerahan barang oleh LKS Ridho Gusti kepada Aminah dengan data berikut :
Harga perolehan barang Rp. 140.000.000
Keuntungan disepakati Rp. 24.000.000
Harga jual disepakati Rp. 164.000.000
Atas transaksi tersebut jurnal yang dilakukan oleh LKS Ridho Gusti sebagai penjual adalah sebagai berikut :
D Piutang Murabahah Rp. 164.000.000
K Pendapatan Margin Murabahah Rp. 24.000.000
K Persediaan Rp. 140.000.000
D Hutang Uang Muka Murabahah Rp. 20.000.000
K Piutang Murabahah Rp. 20.000.000
Penerimaan pembayaran angsuran dari pembeli
Dalam PSAK 102 tentang akuntansi murabahah, besarnya angsuran atas pembayaran harga barang didasarkan pada kesepakatan yang dilakukan antara LKS sebagai penjual dengan nasabah sebagai pembeli.
Contoh :
Tgl 15 Maret 2007 diterima pembayaran angsuran dari Aminah atas harga barang sebesar Rp. 60.000.000. Jurnalnya:
D Kas Rp. 60.000.000
K Piutang Murabahah Rp. 60.000.000
Potongan Angsuran Murabahah
Potongan angsuran murabahah dikategorikan menjadi dua, yang pertama potongan merupakan akibat prestasi yang dilakukan pembeli dalam melakukan pembayaran angsuran dan yang kedua merupakan akibat dari ketidak mampuan pembeli dalam melakukan pembayaran angsuran.
Contoh :
Tgl 30 September 2007 Aminah melakukan pembayaran sisa angsuran ketiga sebesar Rp. 15.000.000 dan atas pembayaran angsuran tersebut LKS Ridho Gusti memberikan potongan angsuran kepada Aminah sebesar Rp. 1.000.000.
Potongan angsuran akibat dari ketepatan waktu atau prestasi pembeli
Sesuai dengan ketentuan PSAK 102 tentang akuntansi murabahah potongan angsuran yang berupa prestasi atau ketepatan waktu pembeli dalam melakukan pembayaran angsuran, diakui sebagai pengurang dari keuntungan murabahah. Jurnalnya :
D Kas Rp. 15.000.000
K Piutang Murabahah Rp. 15.000.000
D Potongan Angsuran Murabahah Prestasi Rp. 1.000.000
K Kas Rp. 1.000.000
Potongan angsuran akibat penurunan kemampuan membayar pembeli
Sesuai dengan ketentuan PSAK 102 tentang akuntansi murabahah potongan angsuran sebagai akibat penurunan kemampuan nasabah dalam melakukan pembayaran, diakui sebagai beban LKS sendiri. Jurnalnya :
D Kas Rp. 15.000.000
K Piutang Murabahah Rp. 15.000.000
D Beban potongan angsuran murabahah Rp. 1.000.000
K Kas Rp. 1.000.000
Penjualan Dengan Pengakuan Keuntungan Proporsional
Uang muka yang diterima diakui sebagai "Hutang Uang Muka" sebesar uang muka yang diberikan.
Contoh :
Tgl 1 Februari 2007 diterima uang muka sebesar Rp. 20.000.000 dari Aminah sebagai tanda keseriusan pembelian barang yang dilakukan dari LKS Ridho Gusti. Jurnalnya :
D Kas Rp. 20.000.000
K Hutang Uang Muka Murabahah Rp. 20.000.000
Penyerahan barang kepada pembeli
Dalam transaksi murabahah, yang dilakukan oleh LKS sebagai penjual adalah menyerahkan barang bukan menyerahkan uang. Untuk murabahah dengan pengakuan pendapatan keuntungn saat penyerahan barang, akun-akun yang berkaitan dengan barang adalah (1) persediaan sebesar harga perolehan barang, (2) Margin Murabahah Tangguhan sebesar keuntungan murabahah yang disepakati, dan (3) Piutang Murabahah sebesar harga jual barang yang disepakati yaitu harga perolehan ditambah dengan keuntungan yang disepakati.
Contoh :
Tgl 15 Februari 2007 dilakukan akad Murabahah dan penyerahan barang oleh LKS Ridho Gusti kepada Aminah dengan data berikut :
Harga perolehan barang Rp. 140.000.000
Keuntungan disepakati Rp. 24.000.000
Harga jual disepakati Rp. 164.000.000
Dari data diatas maka jurnalnya adalah sebagai berikut :
D Piutang Murabahah Rp. 164.000.000
K Margin Murabahah Tangguhan Rp. 24.000.000
K Persediaan Rp. 140.000.000
D Hutang Uang Muka Murabahah Rp. 20.000.000
K Piutang Murabahah Rp. 20.000.000
Penerimaan pembayaran angsuran dari pembeli
Cara pembayaran transaksi murabahah dapat dilakukan dengan cara tunai maupun dengan cara angsuran, sesuai kesepakatan yang dilakukan antara LKS dengan pembeli.
Contoh :
Tgl 15 Maret 2007 diterima pembayaran angsuran dari Aminah atas harga barang sebesar Rp. 60.000.000. Dalam catatan LKS Ridho Gusti sebagai penjual, pembayaran angsuran tersebut terdiri dari komponen sebagai berikut :
Tanggal Angsuran
Porsi Pokok
Porsi Keuntungan
Total Angsuran
15 Maret 2007
50.000.000
10.000.000
60.000.000
Atas pembayaran angsuran tersebut maka jurnalnya adalah sebagai berikut :
D Kas Rp. 60.000.000
D Margin Murabahah Tangguhan Rp. 10.000.000
K Pendapatan Margin Murabahah Rp. 10.000.000
K Piutang Murabahah Rp. 60.000.000
Penjualan dengan pengakuan keuntungan setelah pelunasan pokok
Alternatif ketiga pengakuan keuntungan murabahah dalam PSAK 102 tentang akuntansi murabahah adalah dilakukan setelah pelunasan pokoknya. Pengakuan pendapatan setelah pelunasan ini dipergunakan jika penagihan harga barang memiliki risiko sangat besar dalam arti kemungkinan tidak dibayarnya cukup besar. Pada dasarnya pada awal melakukan transaksi murabahah, penggunaan metode ini tidak terjadi karena tidak mungkin terjadi transaksi jika telah diketahui risiko tidak dibayarnya harga barang sangat tinggi.
Contoh :
Dalam catatan LKS Ridho Gusti, hutang Aminah sebesar Rp. 1.200.000 yang terdiri dari saldo pokok murabahah sebesar Rp. 1.000.000 dan saldo margin murabahah tangguhan sebesar Rp. 200.000. Setelah dilakukan negosiasi Aminah sepakat untuk melakukan pembayaran hutangnya dalam dua tahap yaitu masing-masing sebesar Rp. 600.000. Dengan adanya transaksi tersebut LKS melakukan jurnal sebagai berikut :
Penerimaan pembayaran tahap pertama sebesar Rp. 600.000 jurnal yang dilakukan adalah sebagai berikut :
D Kas Rp. 600.000
K Piutang Murabahah Rp. 600.000
Penerimaan pembayaran tahap kedua sebesar Rp. 60.000.000 jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut :
D Kas Rp. 600.000
K Piutang Murabahah Rp. 600.000
D Margin Murabahah Tangguhan Rp. 200.000
K Pendapatan Margin Murabahah Rp. 200.000
Denda Kepada Pembeli
Dalam transaksi murabahah, jika pembeli yang mampu tetapi tidak memenuhi kewajibannya dapat dikenakan denda, sedangkan untuk nasabah yang tidak mampu, tidak diperkenankan untuk dikenakn denda. Dana yang diterima dari denda diakui sebagai dana kebajikan, tidak diperkenankan diakui sebagai pendapatan.
Pengenaan denda kepada pembeli atas tidak dipenuhi kewajiban pembeli dalam melakukan pembayaran angsuran harga barang dimaksudkan untuk memberikan kedisiplanan, karena dengan tidak dipenuhinya pembayaran angsuran maka, sebagian dari hak investor atas bagi hasil juga tertahan.
Jadi pengenaan denda tidak dapat dilakukan kepada nasabah yang tidak memenuhi kewajiban, sebagaimana yang dilakukan kepada lembaga keuangan konvensional, tetapi hanya kepada nasabah yang mampu tetapi tidak mau.
Dalam PSAK 102 tentang akuntansi murabahah, paragraf 29 ditanyakan ketentuan tentang dana sebagai berikut:
29 denda dikenaka jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan akad, dan denda yang diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan.
Fatwa DSN Nomor : 17/DSN-MUI/IX/2000 Tentang sanksi nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran
Sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang dikenakan LKS kepada nasabah yang mampu membayar, tetapi menunda-nunda pembayaran dengan disengaja.
Nasabah yang tidak/belum mampu membayar disebabkan force majeur tidak boleh dikenakan sanksi.
Nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran dan/atau tidak mempunyai kemauan dan itikad baik untuk membayar hutangnya boleh dikenakan sanksi.
Sanksi didasarkan pada prinsip ta'zir, yaitu bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalma melaksanakan kewajibannya.
Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnyaditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad di tanda tangani.
Dana yang berasal dari denda di peruntukan sebagai dana sosial.
Jika memperhatikan ketentuan diatas, maka denda yang dikenakan oleh lembaga keuangan syari'ah bukan sebagai kewajiban yang harus dibayar nasabah karena pengenaan denda tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi nasabah dan dana yang diterima tidak diakui sebagai pendapatan tetapi diserahkan sebagai dana sosial.
Contoh : 4-33
Pada tanggal 25 maret 2007, atas keterlambatan pembayaran asuransi tanggal 15 maret 2007, LKS Ridho Ghusti mengenakan denda keterlambatan kepada amina sebesar Rp. 500.000.00.
Atas penerimaan dana denda dari amina tersebut LKS Ridho Ghusti melakukan jurnal sebagai berikut:
Dr. Kas / Rekening Aminah Rp500.000,00
Cr. Rekening Dana Kebajikan (giro / tabungan) Rp500.000,00
Pembentukan Cadangan Kerugian Piutang Murabahah
Dalam fatwa dewan syariah nasional nomor: 18/DSN-MUI/IX/2000 Tentang pencadangan penghapusan aktiva produktif dalam lembaga keuangan syariah :
Pencadangan boleh dilakukan oleh LKS.
Dana yang digunakan untuk pencadangan diambil dari bagian keuntungan yang menjadi hak LKS sehingga tidak merugikan nasabah.
Dalam perhitungan pajak, LKS boleh mencadangkan dari seluruh keuntungan.
Dalam kaitan dengan pembagian keuntungan, pencadangan hanya boleh berasal dari bagian keuntungan yang menjadi hak LKS.
Sedangkan dalam PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah(paragraf 22) dijelaskan bahwa:
22. pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan aset murabahah ditambah keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan, piutang murabahah dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi, yaitu saldo piutang dikurangi penyisihan kerugian piutang.
Contoh: 4-34
Lembaga keuangan syaraiah harus membentuk cadangan kerugian atas piutang Murabahah sebesar Rp 1.000.000,00
Atas pembentukan cadangan piutang Murabahah tersebut lembaga keuangaan syariah melakukan jurnal sebagai berikut:
Dr. Beban kerugian Piutang Rp1.000.000,00
Cr. Cadangan kerugian piutang Rp1.000.000,00
Piutang Murabahah Bermasalah
Sebelum melakukan pembahasan hal-hal tersebut diatas, terlebih dahulu akan dibahas pengakuan keuntungan Murabahah atas piutang Murabahah yang macet. Dalam PSAK 102 tentang Murabahah paragraf 23 huruf b, iii dijelaskan pengakuan keuntungan metode ini sebagai berikut:
23 keutungan Murabahah diakui:
(b) selama periode akad sesuai dengan tingkat risiko dan upaya untuk merealisasikan keuntungan tersebut untuk transaksi tangguh lebih dari satu tahun. Metode-metode ini digunakan, dan dipilih yang paling sesuai dengan karakteristik risiko dan upaya transaksi Murabahah-nya:
(iii) keuntungan diakuai saat seluruh piutang Murabahah berasil ditagih. Metode ini terapan untuk transaksi Murabahah tangguh diaman risiko piutang tidak tertagih dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya cukup besar. Dalam peraktek, metode ini jarsng dipakai karena transaksi Murabahah Tangguh mungkin tidak terjadi bila tidak ada kepastian yang memadai akan penagihan kasnya.
Contoh: 4-35
Dalam catatan atsminitrasi LKS Ridho Gusti menunjukan hutang Aminah sebesar Rp72.600.000,00 yng terdiri dari porsi pokok sebesar Rp 60.000.000,00 dan porsi keuntungan Murabahah sebesar Rp 12.600.000,00. Berdasarkan data-data yang ada dalam LKS Ridho Gusti Aminah dikategorikan macet.
Dalam perbangkan Syariah, jika piutang Murabahah dikategorikan macet, LKS harus membentuk cadangan kerugian porsi pokok Murabahah. Dalam contoh diatas LKS membentuk cadangan kerugian (penyisihan penghapusan aktiva produktif / PPAP) piutang Murabahah sebesar Rp 60.000.000.00 sehingga LKS Ridho Gusti melakukan jurnal:
Dr.Beban PPAP Mbh Rp60.000.000,00
Cr. Cad PPAP Mbh Rp30.000.000,00
Nasabah melakukan pembayaran atas piutang murabahah yang telah dikategorikan macet
Aminah membayar sebagai utang murabahah kepada LKS Ridho Gusti sebesar Rp 30.000.000,00 maka LKS Ridhi Gusti melakukan jurnal:
Dr.Kas Rp 30.000.000,00
Cr. Piutang murabahah Rp60.000.000,00
Pembayaran hutang murabahah oleh nasabah diakui oleh LKS Ridho Gusti sebagai pengembalian pokok murabahah terlebih dahulu, sehingga dalam catatan Bank porsi pokok murabahah menunjukan saldo awal Rp60.000.000,00 dikurangi pembayaran Rp30.000.000,00 sisa pokok murabahah Rp30.000.000,00 dan margin murabahah tangguhan tetap Rp 12.600.000,00.
Aminah membayar sebagian lagi hutang murabahah kepada LKS Ridho Gusti sebesar Rp 35.000.000,00 dari sisa hutangnya sebesar 42.600.000,00 maka LKS Ridho Gusti melakukan jurnal:
Dr. Kas Rp35.000.000,00
Cr piutang murabahah Rp35.000.000,00
Dr. Margin Murabahah Tangguhan Rp5.000.000,00
Cr. Pendapatan Margin Murabahah Rp5.000.000,00
Pembayarn hutang murabahah oleh nasabah diakui oleh LKS Ridho Gusti sebagai pengembalian pokok murabahab terlebih dahulu, sehingga dalam catatan Bank porsi pokok murabahah menunjukan saldo awal Rp30.000.000,00 dikurangi pembayaran Rp30.000.000,00 sisa pokok murabahah RpNihil dan saldo margin murabahah tangguhan awal Rp12.600.000,00 dikurang Rp5.000.000,00 sisa margin tangguhan sebesar Rp7.200.000,00 pembayaran hutang oleh nasabah sebesar Rp35.000.000,00 diakui oleh LKS Ridho Gusti porsi pengembalian pokok murabahah sebesar Rp30.000.000,00 dan pembayaran margin murabahah sebesar Rp5.000.000,00. Pendapatan margin Murabahah sebesar Rp5.000.000,00 diperhitungkan dalam profit distribusi.
Aminah melakukan pelunasan hutang murabahah kepada LKS Ridho Gusti sebesar Rp7.000.000,00 maka LKS Ridho Gusti melakukan jurnal:
Dr. Kas Rp7.600.000,00
Cr. Piutang Murabahah Rp7.600.000,00
Dr. Margin Murabahah Tangguhan Rp7.600.000,00
Cr. Pendapatan Margin Murabahah Rp7.600.000,00
Oleh karena posisi pokok murabahah dalam catatan LKS Ridho Gusti telah menunjukan nihil, maka seluruh pembayaran yang dilakukan oleh nasabah diakui olh LKS Ridho Gusti sebagai pendapatan margin murabahah, yaitu sebesar Rp.7.600.000,00. Pendapatan margin Murabahah sebesar Rp7.600.000,00 merupakan pendapatan operasi utama dan prhitungan dalam Profit Distribusi.
Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa berapapun nasabah membayar yang berkurang adalah piutang murabahahyang berrti sama dengan hutang murabahah bagi nasabah.
Akuntansi Pembeli Akhir
Perbedaan akuntansi murabahah dalam PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah dengan PSAK 59 tentang akuntansi perbankan syariah, adalah dalam PSAK 102 dibahas ketentuan-ketentuan akuntansi pembeli akhir, dimana hal ini tidak pernah dibahas pada PSAK 59.
Pembahasan ketentuan akuntansi pada pembeli akhir ini dimaksudkan untuk memberikan aturan akuntansi syariah pada sisi pembeli sehingga mempunyai presepsi yang sama pada penjual maupun pembeli.
Akun-Akun Pada Pembukuan Pembeli.
Akun Dalam Laporan
Hutang Murabahah
Hutang Murabahah Jatuh Tempo
Piutang Uang Muka Murabahah
Aktiva Ttap
Hutang Kepada LKS
Akun Dalam Laporan Laba Rugi
Beban Murabahah Ditangguhkan
Diskon Murabahah
Potongan Pelunasan Hutang Murabahah
Kerugian Pesanan Murabahah
Beban Denda Murabahah
Penyajian dan Pengungkapan Murabahah
Dalam PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah terlah dijelaskan hal hal terkait dengan penyajian dan pengungkapa transaksi murabahah, dan dalam bab ini telah disajikan dalam butir yang dibahas untuk memberikan gambaran yang lengkap atas transasksi tersebut.
Dalam PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah dijelaskan hal-hal yang perlu disajikan dalam transaksi murabahah sebagai berikut :
Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang.
Margin murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) piutang murabahah.
Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) hutang murabahah.
Dalam PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah dijelaskan hal-hal yang perlu diungkapkan atas transaksi murabahah sebagai berikut :
Penjual mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi tidak terbatas pada :
Harga perolehan aset murabahah.
Janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanan sebagai kewajiban atau bukan dan
Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101 : Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
Pembeli mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi tidak terbatas pada :
Nilai tunai aset yang diperoleh dari transaksi murabahah.
Jangka waktu murabahah tangguh.
Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101 : Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
ZAKAT
Pengertian Zakat
Zakat secara bahasa adalah penyucian. Sedangkan pengertian zakat secara syara' adalah penyerahan pemilikan tertentu kepada orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu pula. Ini berarti bahwa orang-orang yang memiliki nisab zakat (muzakki) wajib memberikan kadar tertentu dari hartanya kepada orang-orang miskin dan yang semisal mereka yang berhak menerima zakat.
Tujuan Zakat
Menurut Kahf (1999), tujuan utama zakat adalah untuk mencapai keadilan sosial ekonomi. Muhammad Daud Ali menerangkan dengan lebih rinci. Menurutnya, tujuan zakat adalah:
Mengangkat derajat fakir miskin.
Membantu memecahkan masalah para Gharimin, Ibnu sabil dan mustahik lainnya.
Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat islam dan manusia pada umumnya.
Menghilangkan sifat kikir dan loba para pemilik harta.
Menghilangkan sifat iri dan dengki (kecemburuan sosial) dari hati orang-orang miskin.
Menjembatani jurang antara si kaya dan si miskin di dalam masyarakat.
Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang terutama yang memiliki harta.
Mendidik manusia terutama untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak orang lain padanya.
Sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadilan sosial.
Sumber Zakat
Jenis-jenis harta yang menjadi sumber zakat yang dikemukakan secara terperinci dalam Al-Quran dan Hadis, menurut sebagian ulama pada dasarnya ada empat jenis. Yaitu:
Tanam-tanaman dan buah-buahan,
Hewan ternak,
Emas dan Perak,
Harta perdagangan.
Penyaluran Zakat
Penyaluran dana zakat telah disebutkan dalam surat at-Taubah 60 yang mengkhususkan pada 8 golongan (asnaf), yaitu:
Fakir
Miskin
Amil
Muallaf
Hamba sahaya
Orang yang terlilit hutang
Orang yang sedang berjihad
Orang yang sedang dalam perjalanan.
Akuntansi Zakat
Contoh kasus
Pada laporan keuangan tahun 2011, saldo dana zakat pada Bank Syariah Peduli (BPS) adalah sebesar Rp 15.000.000. berikut adalah transaksi yang terkait dengan dana zakat pada BPS selama tahun 2012.
15 Januari 2012 diterima zakat dari Bapak Rahmad secara tunai sebesar Rp 3.000.000.
15 Maret 2012 diterima zakat dari Bapak Thariq secara tunai sebesar Rp 12.000.000.
17 Maret 2012 disalurkan tunai dana zakat kepada masyarakat miskin sebesar Rp 12.000.000.
1 April 2012 diterima zakat perniagaan Bank Syariah Peduli selama tahun 2012 sebesar Rp 50.000.000
2 Mei 2012 diterima via rekening tabungan, zakat dari jamaah pengajian BUMN sebesar Rp 10.000.000.
7 Mei 2012 disalurkan dana zakat kepada ustad yang berdakwah di pedalaman pulau Kalimantan sebesar Rp 10.500.000.
16 Agustus 2012 diterima dana zakat penghasilan dari nasabah Giro sebesar Rp 20.000.000 via rekening nasabah.
25 September 2012 disalurkan tunai dana zakat kepada orang miskin Rp 65.000.000.
30 November 2012 disalurkan tunai dana zakat kepada muallaf sebesar Rp 2.000.000.
15 Desember 2012 disalurkan tunai dana zakat kepada ibnu sabil sebesar Rp 500.000.
27 Desember 2012 ditransfer honorarium amil sebesar Rp 500.000. ke rekening tabungan Bapak Abdi petugas penyaluran bantuan dana ZIS.
Jurnal Transaksi
Bank Syariah Peduli
Tanggal
Rekening
Debit
Kredit
15 Januari 2012
Kas
Rp 3.000.000
Dana Zakat
Rp 3.000.000
13 Maret 2012
Kas
Rp 12.000.000
Dana Zakat
Rp 12.000.000
17 Maret 2012
Dana Zakat
Rp 12.000.000
Kas
Rp 12.000.000
01 April 2012
Zakat Bank Syariah Peduli
Rp 50.000.000
Dana Zakat
Rp 50.000.000
02 Mei 2012
Rekening Tabungan Nasabah
Rp 10.000.000
Dana Zakat
Rp 10.000.000
07 Mei 2012
Dana Zakat
Rp 10.500.000
Kas
Rp 10.500.000
16 Agustus 2012
Rekening Giro Nasabah
Rp 20.000.000
Dana Zakat
Rp 20.000.000
25 September 2012
Dana Zakat
Rp 65.000.000
Kas
Rp 65.000.000
30 November 2012
Dana Zakat
Rp 2.000.000
Kas
Rp 2.000.000
15 Desember 2012
Dana Zakat
Rp 500.000
Kas
Rp 500.000
27 Desember 2012
Dana Zakat
Rp 500.000
Rekening Tabungan Bp. Andi
Rp 500.000
Laporan Dana Zakat
Bank Syariah Peduli
Laporan Sumber dan Penggunaan Zakat
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 2012 dan 2011
Keterangan
Tahun 2012
Tahun 2011
Sumber Dana Zakat
a. Zakat dari Bank
Rp 50.000.000
Rp 35.000.000
b. Zakat dari Pihak Luar Bank
Rp 45.000.000
Rp 45.000.000
Total Sumber Dana
Rp 95.000.000
Rp 80.000.000
Penggunaan Dana Zakat
a. Fakir
Rp -
Rp -
b. Miskin
Rp 77.000.000
Rp 48.000.000
c. Amil
Rp 500.000
Rp 500.000
d. Muallaf
Rp 2.000.000
Rp 4.000.000
e. Gharim
Rp -
Rp -
f. Hamba Sahaya
Rp -
Rp -
g. Orang yang Berjihad
Rp 10.500.000
Rp 1.500.000
h. Orang yang dalam Perjalanan
Rp 500.000
Rp 30.000.000
Total Penggunaan
Rp 90.500.000
Rp 84.000.000
Kenaikan (penurunan) sumber atas penggunaan
Rp 4.500.000
Rp (4.000.000)
Sumber dana zakat pada awal tahun
Rp 15.000.000
Rp 19.000.000
Sumber dana zakat pada akhir tahun
Rp 19.500.000
Rp 15.000.000
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Akuntansi syariah adalah akuntansi yang berbasis atau berlandaskan sistem dan norma Islam, sehingga dalam penerapan diperlukan pemahaman mengenai syariah Islam. Terdapat perbedaan yang mencolok antara sistem akuntansi konvensional dengan sistem akuntansi syariah. Salah satu perbedaannya ada pada pengakuan laba atau rugi dalam sebuah transaksi. Ketika kita berada di akuntansi konvensional hanya terdapat tiga model akuntansi yaitu pada perusahaan jasa, perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur sedangkan pada sistem akuntansi syariah terdapat berbagai bentuk sistem akuntansi salah satunya adalah murabahah. Adapun pengklasifikasian jenis sistem akuntansi pada sistem akuntansi syariah yaitu berdasarkan produk akad atau perjanjiannya baik berupa murabahah, mudharabah, musyarakah dan lain-lain Namun bagian lain masih terdapat pola kesamaan antar keduanya yaitu basis akrual yang digunakan.
Saran
Untuk mencapai disiplin ilmu yang matang, sistem akuntansi syariah perlu banyak perbaikan dan berkembangan sesuai dengan dinamika lembaga keuangan syariah di Indonesia. Untuk itu perlu adanya dukungan dari kalangan profesional, praktisi maupun dari civitas akademika untuk berusaha mengembangkan dan memperbaiki sistem akuntansi syariah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Wiroso. 2011. Akuntansi Transaksi Syariah.Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.
Yahya, Rizal. 2009. Akntansi Perbankan Syariah. Jakarta: Salemba Empat.
Nurhayati, Sri. 2013. Wasilah, Akuntansi Syari'ah Di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Dwi Suwiknyo. 2010. Pengantar Akuntansi Syari'ah. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Huda, Nurul dkk. 2011. Keuangan Publik Islami. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
http://referensiakuntansi.blogspot.com/2012/07/pengertian-akuntansi-syariah.html
https://usamahrahman.wordpress.com/2014/08/31/akuntansi-syariah-pengertian-arti-penting-konsep-dasar-dan-prinsip-prinsip/
http://isma-ismi.com/akuntansi-syariah.html
http://referensiakuntansi.blogspot.com/2012/07/pengertian-akuntansi-syariah.html
http://akhirberawal.blogspot.com/2012/07/akuntansi-syariah-29.html