BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Latar Belakan Belakang g
Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) yakni sekitar 63% dari kematian disebabkan oleh PTM. Secara global PTM yang merupakan penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya adalah penyakit kardioaskuler yang dapat terjadi sebelum usia 6! tahun" dan #!% dari kematian dini tersebut terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
$
Penyaki Penyakitt kardio kardioask askule ulerr adalah adalah penya penyakit kit yang yang diseba disebabka bkan n ganggu gangguan an ungsi ungsi jantung dan pembuluh darah seperti Penyakit &antung 'oroner" Penyakit agal &antung" dan ipertensi. enti jantung merupakan komplikasi dari gangguan ungsi jantung dan pembuluh tersebut. $ enti jantung pada pasien di luar rumah sakit atau out-of-hospital cardiac arrest (*+,) merupakan penyebab kematian dan kecacatan dan merupakan penyakit yang mengha menghabis biskan kan banyak banyak biaya biaya di ,merik ,merikaa Serika Serikat. t. ampir ampir -!!.!! -!!.!!! ! kematia kematian n per tahunnya di ,merika Serikat dikaitkan denganhenti jantung mendadak" dan / % diantaranya terjadi di luar rumah sakit.0"3" 1i 2ndo 2ndone nesi siaa data data *+, *+, masih masih belu belum m jelas jelas.. amu amun n data data dari dari depa depart rtem emen en kesehatan 42 tahun 0!$3 didapatkan bah5a angka kejadian penyakit jantung koroner pada umur di atas $- tahun adalah 3./ 3./ kasus. 1engan angka kejadian di Sumatera Sumatera 7arat 0!.-6/ kasus. Mengingat penyakit jantung coroner merupakan salah satu actor resiko terjadinya kasus henti jantung. al ini perlu menjadi perhatian khusus dalam pencegahan dan penanganan henti jantung" terlebih yang yang terjadi di luar rumah sakit. $" Penanganan segera pada kasus henti jantung merupakan hal yang penting untuk meningkatkan hasil yang lebih baik pada kasus henti jantung. Pengenalan dini akan
1
gejala henti jantung sangat diperlukan untuk penatalaksanaan henti jantung. 1engan penanganan segera yang baik" pasien memiliki survival rates lebih baik. al ini terkait dengan 3 hubungan hubungan pada mata rantai pertolongan pertolongan pertama pada henti jantung jantung yaitu akses yang cepat ke pusat kesehatan" resusitasi jantung paru dini dan deibrilasi dini. dini. 4antai 4antai keempat keempat yaitu yaitu Advance Cardio Life Support sering memberikan hasil yang baik" hal tersebut adalah manajamen airway lanjutan dan pemberian obat8obatan secara intraena. 0"3 Sebagai Sebagai prakti praktisi si kesehat kesehatan" an" seoran seorang g dokter dokter harus harus memili memiliki ki kemamp kemampuan uan Basic Cardio Life Support dan Advance Cardio Life Support. *leh karena itu penulis merasa perlu untuk menulis makalah ini dan melakukan penelaahan terhadap berbagai literatur mengenai 7antuan idup 1asar dan 9anjutan berdasarkan ,, 0!$-. 1.2 Batasan Batasan Masal Masalah ah
Pada makalah ini akan dibahas mengenai henti jantung dan panduan bantuan hidup dasar dan lanjutan pada pasien dengan henti jantung berdasarkan pedoman American Heart Association tahun Association tahun 0!$-. 1.3 Tu Tujuan juan Penulisan
Tuju Tujuan an penu penuli lisan san maka makalah lah ini ini adal adalah ah untu untuk k mena menamb mbah ah peng penget etah ahua uan n dan dan pemahaman penulis mengenai bantuan hidup dasar dan lanjutan berdasarkan American Heart Association tahun 0!$-. 1.4 Metoe Metoe Penulis Penulisan an
Metode penulisan makalan ini menggunakan metode tinjauan kepustakaan dari beberapa literatur.
2
BAB 2 HENT! "ANTUN# 2.1 De$inisi
enti &antung (Cardiac Arrest ) merupakan keadaan yang ditandai dengan hilangnya kesadaran yang mendadak disebabkan oleh aliran darah ke serebral yang tidak adekuat sebagai hasil kegagalan ungsi pompa jantung. enti jantung hampir selalu mengarah kepada kematian pada keadaan tidak adanya interensi yang bermakna" 5alaupun kembalinya kesadaran dapat terjadi dengan peluang sangat kecil. 2.2 E%ie&iologi
Setiap tahunnya angka kejadian henti jantung sekitar 0!.!!! kasus di ,merika Serikat dan 0/-.!!! kasus di :ropa. &ika kematian yang terjadi akibat henti jantung yang terjadi di luar rumah sakit dipisahkan dari kematian akibat kelainan kardioaskuler" maka *+, menduduki peringkat ketiga sebagai penyebab kematian terbanyak. 1an penyebab paling sering yang ditemukan dari henti jantung mendadak adalah penyakit jantung koroner. 3" 'ematian akibat henti jantung terjadi berkisar sebesar % di negara berpenghasilan tinggi dan 0% terjadi di negara berpenghasilan rendah. 7erdasarkan data 1erpartemen 'esehatan 42 tahun 0!$3. Prealensi penyakit jantung coroner di 2ndonesia pada tahun 0!$3 sebesar !"-% atau diperkirakan sekitar 3./ orang.
Tabel 0.$ :stimasi Penderita Penyakit &antung 'oroner pada ;mur Menurut Proinsi Tahun 0!$3
≥
$- tahun
Sumber < 1epartemen 'esehatan 42 tahun 0!$3 2.3 Etiologi an 'aktor (esiko
enti jantung merupakan hasil akhir dari kelainan ungsi jantung yang bersiat akut maupun kronik. 'asus ini merupakan keadaan yang heterogen. =alaupun penyebab utama adalah mekanisme terhentinya aktiitas jantung" actor respirasi dan mekanisme campuran merupakan aktor penting yang berkontribusi terhadap kasus ini. "6 Terdapat beberapa penyakit yang dapat menjadi penyebab henti jantung. 7eberapa kelaianan ungsi jantung yang dapat menyebabkan henti jantung diantaranya adalah sebagai berikut.
$. 'elainan ,rteri 'oroner Penyakit jantung coroner berpengaruh terhadap !% henti jantung mendadak di negara barat dan kardiomiopati noniskemik bertanggung ja5ab terhadap $!8$-% kasus henti jantung mendadak. 0. ipertroi >entrikular dan 'ardiomiopati ipertroi ipertroi entrikel kiri (9>) adalah aktor resiko henti jantung mendadak yang bersiat independen. 9> berhubungan dengan banyak penyebab henti jantung mendadak" dan mungkin menjadi contributor isiologis terhadap aritmia yang berpotensi bersiat letal.3. 'ardiomiopati oniskemik dan agal &antung Sistolik dan 1iastolik Penatalaksanaan yang memberikan kontrol jangka panjang yang lebih baik pada gagal jantung kongesti telah meningkatkan kelangsungan hidup jangka panjang dari pasien ini. 7agaimanapun juga" kejadian kematian mendadak pada pasien gagal jantung sangat besar" terlebih pada pasien yang memiliki kondisi stabil. . agal &antung ,kut Semua penyebab gagal jantung jika tidak ditatalaksana dengan baik dapat berujung dengan henti jantung sebagai hasil kegagalan sirkulasi itu sendiri dan sebagai hasil dari aritmia.-. 'elaianan :lektroisiologis Penyakit yang diperoleh dari ,> node dan sistem is 8 Purkinje dan kehadiran jalur aksesori konduksi merupakan dua kelompok kelainan struktural konduksi khusus yang mungkin terkait dengan henti jantung mendadak. 2.4 Pato$isiologi an Patogenesis
Mekanisme 9istrik pada henti jantung dibagi menjadi ritme takikardi dan ritme bradikardi asistolik. 4itme takikardi termasuk Ventricular Fibrilation (>?) dan Ventricular achycardia (>T)" yang mana dengan aliran darah yang adekuat tidak dapat dipertahankan dan perusi yang tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan tubuh. 4itme bradikardi asistolik termasuk bradiaritmia berat" !ulselessness "lectrical Activity (P:,)" dan asistol.-
1ahulu" >? dan >T merupakan mekanisme elektris jantung yang paling sering menyebabkan henti jantung mendadak. Secara umum hal ini berkaitan dengan 2nark Miokard ,kut (2M,) dan 'ardiomiopati iskemik dan noniskemik. amun lebih dari dua decade belakangan asistol dan P:, telah menjadi aktiitas elektrik pertama yang terekam pada mayoritas kasus henti jantung.
/
Terjadinya takiaritmia atau bradyarrhythmia berat atau asistol adalah akhir dari jalur kelainan patoisiologis yang dihasilkan dari interaksi kompleks antara kelainan askular koroner" cedera miokard" ariasi nada otonom" dan metabolik dan elektrolit keadaan miokardium. 2.) Diagnosis an Mani$estasi *linis
Tindakan dalam penanganan pertama pada pasien yang tidak sadar merupakan penegakan diagnosis dan bantuan hidup dasar. Tindakan pertama yang harus dilakukan adalah mengkonirmasi hilangnya kesadaran atau dicurigai menjadi henti jantung. :aluasi respon suara" obserasi pergerakan dinding dada dan 5arna kulit" dan pemeriksaan palpasi pada arteri besar merupakan tindakan yang harus dilakukan secara simultan untuk menentukan kejadian yang mengancam nya5a pasien.
-
ilangnya pulsasi dengan terhentinya naas atau terengah8engah" merupakan kriteria diagnosis tehentinya jantung. =alaupun tidak adanya pulsasi carotis dan emoral merupakan kriteria primer untuk diagnostic untuk petugas kesehatan" palpasi untuk pulsasi tidak lagi menjadi r ekomendasi untuk penolong yang belum terlatih. ilangnya usaha untuk bernaas atau stridor berat dengan pulsasi persisten mengarahkan pada terhentinya naas primer
yang mungkin berujung pada henti jantung dalam 5aktu singkat. =arna kulit dapat ditemukan pucat atau sianosis berat.-"/ 2.+ Penatalaksanaan
Manajemen pasien henti jantung termasuk mempertahankan aliran darah untuk mempertahankan kelangsungan hidup dari sistem sara pusat" jantung" dan organ ital lainnya" sementera tetap mengusahakan untuk mengembalikan sirkulasi secara spontan secepat mungkin. Tujuan ini dicapai dengan cara menilai pasien dan menghubungi tim ga5at darurat" memulai bantuan hidup dasar" deibrilasi dini untuk >? dan >T" bantuan hidup lanjutan" dan pera5atan pasca henti jantung. Penganganan pada pasien yang mengalami henti jantung melibatkan multidisiplin yang secara berkelanjutan dapat
menangani pasien. (ambar 0.$).
/
ambar 0.$ Siklus 'elansungan idup +, dan *+,
Penambahan bantuan
hidup
lanjutan tidak
menambah tingkat
kelangsungan hidup pada pasien yang mengalami henti jantung di luar rumah sakit
yang
sebelumnya
dioptimalkan dengan deibrilasi
dini.
;ntuk
menyelamatkan korban" dibutuhkan peran serta dari berbagai lapisan masayarakat agar dapat melakukan resusitasi jantung paru dan deibrilasi dini. 4esusitasi jantung paru yang dilakukan pada pasien henti jantung di luar rumah sakit sebelum kedatangan :mergency Medical Serice terkait dengan angka bertahan hidup selama 3! hari akan meningkat 0 kali dibanding yang tidak mendapatkan resusitasi jantung paru.Pelatihan rela5an dan menyediakan perlengkapan yang baik untuk upaya deibrilasi dini dapat meningkatkan jumlah korban yang selamat untuk pulang dari rumah sakit setelah henti jantung di tempat umum. Personil a5am yang terlatih dapat menggunakan ,:1 secara aman dan eekti.0"3"
BAB 3 PED,MAN AHA 2-1) 3.1
Penahuluan
Pembaruan Pedoman ,, 0!$- untuk +P4 dan :++ didasarkan pada proses ealuasi bukti internasional yang melibatkan 0-! orang pemeriksa dan berdasarkan bukti dari 3# negara. Proses pemeriksaan sistematis 29+*4 (0!$- #nternational Liaison Committee on $esuscitation) cukup berbeda bila dibandingkan dengan proses yang digunakan pada 0!$! ;ntuk proses pemeriksaan sistematis 0!$-" tugas 29+*4 mengharuskan untuk memeriksa topik yang diprioritaskan" dengan kondisi munculnya ilmu baru yang memadai atau terdapat kontroersi yang memerlukan pemeriksaan sistematis. #
'omite :++ menetapkan ersi 0!$- ini sebagai pembaruan" yang hanya mencakup topik yang ditangani berdasarkan pemeriksaan bukti 29+*4 0!$- atau yang diminta oleh jaringan pelatihan. 'eputusan ini memastikan bah5a kita hanya memiliki satu standar untuk ealuasi bukti" yakni proses yang dibuat oleh 29+*4. Sebagai hasilnya Pembaruan Pedoman ,, 0!$- untuk +P4 dan :++ 0!$- bukan merupakan reisi menyeluruh dari Pedoman ,, 0!$! untuk +P4 dan :++ %&'(' AHA )uidelines for C!$ and "CC*. #
Pertimbangan etis juga harus berkembangseiring dengan perkembangan praktik resusitasi Mengelola beberapa keputusan terkait resusitasi adalah tugas yang sulit bila dilihat dari berbagai perspekti" sama seperti halnya dengan saat penyedia layanan kesehatan (+P) menangani etika yang melingkupi keputusan untuk memberikanatau menunda interensi kardioaskular darurat.
#
Masalah etis yang mencakup apakah akan memulai atau kapan akan menghentikan +P4 adalah masalah kompleks dan mungkin dapat beragam di seluruh pengaturan (di dalam atau di luar rumah sakit)" penyedia (dasar atau lanjutan)" dan populasi pasien (neonatal" pediatri" orang de5asa). Meskipun prinsip etis belum berubah sejak Pedoman 0!$! dipublikasikan" namun data yang menginormasikan berbagai diskusi etis telah diperbarui melalui proses pemeriksaan bukti. Proses pemeriksaan bukti 29+*4 0!$- dan Pembaruan Pedoman ,, yang dihasilkan mencakup beberapa pembaruan ilmu yang berimplikasi pada pengambilan keputusan etis untuk pasien periarrest" saat terjadi serangan jantung" dan pasca8serangan jantung.#
3.2
Bantuan Hiu% Dasar Deasa an *ualitas /P(
Pada penanganan henti jantung" penolong akan dibedakan dalam beberapa kelompok yaitu Penolong Tidak Terlatih dan Penyedia 9ayanan 'esehatan. al ini akan mempermudah dalam penanganan pasien dengan henti jantung.
7erikut adalah
masalah utama dan perubahan besar dalam rekomendasi permbaruan pedoman 0!$untuk +P4 orang de5asa pada penolong tidak terlatih. # •
ubungan penting dalam 4antai 'elangsungan idup pasien de5asa di luar rumah sakit tidak berubah sejak 0!$!" dengan tetap menekankan pada ,lgoritma
•
79S (7antuan idup 1asar) 1e5asa uniersal yang disederhanakan. ,lgoritma 79S 1e5asa telah diubah untuk menunjukkan akta bah5a penolong dapat mengaktikan sistem tanggapan darurat (misalnya" melalui penggunaan
•
ponsel) tanpa meninggalkan korban. Masyarakat yang anggotanya berisiko terkena serangan jantung disarankan
•
menerapkan program P,1. 4ekomendasi telah diperkuat untuk mendorong pengenalan langsung terhadap kondisi korban yang tidak menunjukkan reaksi" pengaktian sistem tanggapan
darurat" dan inisiasi +P4 jika penolong tidak terlatih menemukan korban yang tidak menunjukkan reaksi juga tidak bernapas atau tidak bernapas dengan normal
•
(misalnya" tersengal). Penekanan perihal identiikasi cepat terhadap kemungkinan serangan jantung oleh operator telah ditingkatkan melalui penyediaan instruksi +P4 secepatnya kepada
•
pemanggil (misalnya" +P4 yang dipandu oleh operator). ;rutan yang disarankan untuk satu8satunya penolong telah dikonirmasi< penolong diminta untuk memulai kompresi dada sebelum memberikan napas buatan (+8,8 7" bukan ,878+) agar dapat mengurangi penundaan kompresi pertama. Satu8 satunya penolong harus memulai +P4 dengan 3! kompresi dada yang diikuti
•
dengan 0 napas buatan. Terdapat penekanan lanjutan pada karakteristik +P4 berkualitas tinggi< mengkompresi dada pada kecepatan dan kedalaman yang memadai" memberikan rekoil dada sepenuhnya setelah setiap kompresi" meminimalkan gangguan dalam
•
kompresi" dan mencegah entilasi yang berlebihan. 'ecepatan kompresi dada yang disarankan adalah $!! hingga $0!@min (diperbarui
•
dari minimum $!!@min). 4ekomendasi yang diklariikasi untuk kedalaman kompresi dada pada orang de5asa adalah minimum 0 inci (- cm)" namun tidak lebih besar dari 0" inci (6 cm).
7erikut adalah masalah utama dan perubahan besar dalam rekomendasi pembaruan pedoman 0!$- untuk penyedia layanan kesehatan.
•
4ekomendasi ini memungkinkan eksibilitas untuk pengaktian sistem tanggapan
•
darurat untuk lebih menyesuaikan dengan kondisi klinis +P. Penolong terlatih didorong untuk menjalankan beberapa langkah secara bersamaan (misalnya" memeriksa pernapasan dan denyut sekaligus) dalam upaya mengurangi 5aktu untuk kompresi dada pertama.
•
Tim terpadu yang terdiri atas penolong yang sangat terlatih dapat menggunakan pendekatan terencana yang menyelesaikan beberapa langkah dan penilaian secara bersamaan" bukan secara berurutan yang digunakan oleh masing8masing penolong (misalnya" satu penolong akan mengaktikan sistem tanggapan darurat dan penolong kedua akan memulai kompresi dada" penolong ketiga akan menyediakan entilasi atau mengambil perangkat kantong masker untuk napas buatan" dan
•
penolong keempat mengambil dan menyiapkan deibrilator). Peningkatan penekanan telah diterapkan pada +P4
berkualitas
tinggi
menggunakan target perorma (kompresi kecepatan dan kedalaman yang memadai" sehingga membolehkan rekoil dada sepenuhnya di antara setiap kompresi" meminimalkan gangguan dalam kompresi" dan mencegah entilasi yang
•
berlebihan). 'ecepatan kompresi diubah ke kisaran $!! hingga $0!@min. 'edalaman kompresi untuk pasien de5asa diubah ke minimum 0 inci (- cm)" namun tidak melebihi 0"
•
inci (6 cm). ;ntuk mendukung rekoil penuh dinding dada setelah setiap kompresi" penolong
•
harus menjaga posisi agar tidak bertumpu di atas dada di antara kompresi. 'riteria untuk meminimalkan gangguan diklariikasi dengan sasaran raksi
•
kompresi dada setinggi mungkin" dengan target minimum 6!%. Meskipun sistem :MS telah menerapkan paket pera5atan yang melibatkan kompresi dada berkelanjutan" namun penggunaan teknik entilasi pasi dapat
•
dianggap sebagai bagian dari paket pera5atan untuk korban *+,. ;ntuk pasien yang sedang menjalani +P4 dan memiliki saluran udara lanjutan yang dipasang" laju entilasi yang disederhanakan disarankan $ napas buatan setiap 6 detik ($! napas buatan per menit). Tabel 3.$ ,njuran dan 9arangan 79S untuk +P4 7erkualitas Tinggi 1e5asa Penolong Harus Penolong Tiak Boleh
Melakukan kompresi dada pada kecepatan $!!8$0!@min
Mengkompresi pada kecepatan lebih rendah dari $!!@min atau lebih cepat dari
$0!@min Mengkompresi ke kedalaman minimum 0 inci (- cm)
Mengkompresi ke kedalaman kurang dari 0 inci (- cm) atau lebih dari 0" inci (6 cm)
Memberikan recoil penuh setelah setiap kali kompresi
7ertumpu di atas dada di antara kompresi yang dilakukan
Meminimalkan jeda dalam kompresi
Menghentikan kompresi lebih dari $! detik
Memberikan entilasi yang cukup
Memberikan entilasi berlebihan
(0 napas buatan setelah 3! kompresi" setiap napas buatan diberikan lebih dari $ detik" setiap kali diberikan dada akan terangkat)
(misalnya" terlalu banyak napas buatan atau memberikan dapas buatan dengan kekuatan berlebihan)
Sumber < uideline ,, 0!$-
7erikut adalah elemen utama 0!$- untuk bantuan hidup dasar de5asa" anak8anak dan bayi (kecuali pada bayi baru lahir)
Tabel 0.$ 4ingkasan 'omponen +P4 7erkualitas Tinggi untuk penyedia 79S
Sumber < uideline ,, 0!$-
Sebagai penyedia layanan kesehatan" kita perlu mengetahui langkah8langkah yang sistematis dalam penanganan henti jantung. 7erikut adalah algoritma penatalaksanaan pasien dengan henti jantung. ambar 3.$ ,lgoritma 7antuan idup 1asar Pada *rang 1e5asa bagi Penyedia 9ayanan 'esehatan
3.3
Bantuan Hiu% *ario0askular Lanjutan Deasa
7erikut adalah masalah utama dan perubahan besar dalam rekomendasi Pembaruan Pedoman 0!$- untuk bantuan hidup lanjutan terkait j antung<
•
Perpaduan penggunaan asopresin dan epinerin tidak memberikan manaat apa pun terhadap penggunaan epinerin dosis standar dalam serangan jantung.
>asopresin juga tidak memberikan manaat terhadap penggunaan hanya epinerin. *leh karena itu" untuk menyederhanakan algoritma" asopresin telah dihapus dari
•
,lgoritma Serangan &antung Pada *rang 1e5asaAPembaruan 0!$-. 'arbondioksida end-tidal rendah (:T+* 0) pada pasien yang diintubasi setelah menjalani +P4 selama 0! menit terkait dengan kemungkinan resusitasi yang sangat rendah. Meskipun parameter ini tidak boleh digunakan dalam isolasi untuk pengambilan
keputusan"
namun
penyedia
layanan
medis
dapat
mempertimbangkan :T+*0 yang rendah setelah melakukan +P4 selama 0! menit yang dikombinasikan dengan beberapa aktor lain untuk membantu
•
menentukan 5aktu yang tepat guna menghentikan resusitasi. Steroid dapat memberikan beberapa manaat bila diberikan bersama asopresin dan epinerin dalam menangani henti jantung di 4umah Sakit ( Hospital Cardiac Arrest ). Meskipun penggunaan rutin tidak direkomendasikan dalam penelitian lanjutan yang masih dalam proses" namun penyedia layanan medis perlu
•
memberikan paket pera5atan untuk +,. 7ila diterapkan dengan cepat" :+P4 dapat memperpanjang kelangsungan hidup" karena dapat memberikan 5aktu untuk mengantisipasi kondisi berpotensi reersibel atau menjad5alkan transplantasi jantung untuk pasien yang tidak
•
menjalani resusitasi dengan +P4 konensional. Pada pasien serangan jantung dengan ritme yang tidak dapat dikejut dan yang
•
tidak menerima epinerin" pemberian epinerin di a5al disarankan. Penelitian tentang penggunaan lidokain setelah 4*S+ menimbulkan pertentangan" dan penggunaan lidokain secara rutin tidak disarankan. amun" inisiasi atau kelanjutan lidokain dapat dipertimbangkan segera setelah 4*S+ dari serangan jantung >?@p>T (pulseless entricular tachycardia atau takikardia entrikel tanpa
•
denyut). Satu penelitian obserasi menunjukkan bah5a penggunaan B8blocker setelah
serangan jantung dapat dikaitkan dengan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan bila B8blocker tidak digunakan. Meskipun penelitian obserasi ini tidak memberikan bukti yang cukup kuat untuk merekomendasikan penggunaan rutin" namun inisiasi atau kelanjutan B8blocker oral maupun intraena (2>) dapat dipertimbangkan di a5al setelah menjalani ra5at inap dari serangan jantung akibat >?@p>T.
3.4
Peraatan Pasaerangan "antung
7erikut adalah masalah utama dan perubahan besar dalam rekomendasi Pembaruan Pedoman 0!$- untuk pera5atan pasca8serangan jantung<
•
,ngiograi koroner darurat disarankan untuk semua pasien dengan eleasi ST dan untuk pasien yang tidak stabil secara hemodinamik maupun isik tanpa eleasi ST
•
yang diduga memiliki lesi kardioaskular. 4ekomendasi manajemen suhu yang ditargetkan (ar+etted emperature ,ana+ement ) telah diperbarui dengan bukti baru yang menunjukkan bah5a kisaran suhu dapat diterima untuk ditargetkan dalam periode pasca8serangan
•
jantung. Setelah TTM selesai" demam dapat terjadi. Meskipun terdapat data obserasi yang bertentangan tentang bahaya demam setelah TTM" namun pencegahan demam
•
dianggap tidak berbahaya dan oleh karena itu 5ajar diterapkan. 2dentiikasi dan perbaikan hipotensi direkomendasikan dalam periode pasca8
•
serangan jantung langsung. Prognostikasi kini direkomendasikan tidak lebih cepat dari /0 jam setelah penyelesaian TTMC bagi pasien yang tidak memiliki TTM" prognostikasi tidak
•
direkomendasikan lebih cepat dari /0 jam setelah 4*S+. Semua pasien yang mengarah ke kondisi kematian otak atau kematian sirkulasi setelah serangan jantung pertama akan dipertimbangkan sebagai calon donor organ.
3.+
Bantuan Hiu% Dasar Peiatri an *ualitas /P(
Perubahan terhadap 79S pediatri sejalan dengan perubahan terhadap 79S de5asa. 7erikut adalah topik yang diperiksa yang tercakup di sini<
•
•
Menegaskan kembali urutan +8,87 sebagai urutan yang dipilih untuk +P4 pediatri ,lgoritma baru untuk +P4 +P pediatri dengan satu dan beberapa penolong
•
dalam era penggunaan ponsel Menentukan batas atas 6 cm untuk kedalaman kompresi dada pada anak remaja Menunjukkan bah5a 79S de5asa merekomendasikan kecepatan kompresi dada
•
sebesar $!! hingga $0!@min Menegaskan kembali sepenuhnya bah5a kompresi dan entilasi diperlukan untuk
•
79S pediatri
ambar 3.0 ,lgoritma 7antuan idup 1asar pada Pediatri untuk Satu Penolong
ambar 3.3 ,lgoritma 7antuan idup 1asar pada Pediatri untuk 1ua Penolong atau lebih 3. Bantuan Hiu% Lanjutan Peiatri 7erbagai masalah utama dalam ulasan dokumentasi bantuan hidup lanjutan bagi pediatri menghasilkan perbaikan rekomendasi yang sudah ada" bukan membuat rekomendasi baru. 2normasi baru atau pembaruan yang diberikan berisi tentang
resusitasi cairan dalam penyakit demam" penggunaan atropin sebelum intubasi trakea" penggunaan amiodaron dan lidocaine pada >?@p>T reraktori8kejut" TTM setelah resusitasi dari serangan jantung pada bayi dan anak8anak" dan manajemen tekanan darah pasca8serangan jantung.
•
Pada lingkungan tertentu" saat mera5at pasien pediatrik yang disertai demam" penggunaan olume isotonik crystalloid terbatas akan diarahkan pada peningkatan pertahanan hidup. 2ni sangat bertentangan dengan pemikiran tradisional bah5a
•
resusitasi olume agresi rutin memiliki pengaruh yang baik. Penggunaan rutin atropin sebagai pengobatan a5al untuk intubasi trakea darurat pada selain bayi baru lahir yangsecara khusus untuk mencegah aritmia" merupakan hal yang kontroersial. Selain itu" terdapat data yang menyarankan
•
bah5a tidak ada dosis minimum yang diperlukan untuk atropin dalam indikasi ini. &ika pemantauan tekanan darah arteri yang tersebar telah tersedia" maka mungkin akan digunakan untuk menyesuaikan +P4 guna mendapatkan sasaran tekanan
•
darah pada anak8anak yang memiliki serangan jantung. ,miodaron atau lidocaine adalah agen anti8aritmia yang disetujui untuk >? dan
•
p>T reraktori kejut pada anak. :pinerin akan terus disarankan sebagai asopresor serangan jantung pada
•
pediatrik. ;ntuk pasien pediatrik dengan diagnosis jantung dan +, yang terdapat dalam lingkungan dengan protokol oksigenasi membran ekstra8korporeal" :+P4
•
mungkin akan dipertimbangkan. 1emam harus dihindari bila menangani anak8anak yang pingsan dengan 4*S+ setelah *+,. ;ji coba hipotermia teraupetik acak besar untuk anak8anak dengan *+, tidak menunjukkan hasil yang berbeda baik dalam masa hipotermia teraupetik (dengan suhu yang dipertahankan pada 30D+ hingga 3D+) atau pemeliharaan normotermia ketat (dengan suhu yang dipertahankan 36D+ hingga
3/"-D+) diberikan. 7eberapa ariabel klinis dalam dan pasca8seranganjantung telah diperiksa untuk
•
signiikansi prognostik.Tidak ada identiikasi ariabel tunggal yang cukup andal untuk memprediksi hasil. *leh karena itu" pera5at harus mempertimbangkan beberapa aktor saat mencoba memprediksi hasil selama terjadi serangan jantung
•
dan dalam lingkungan pasca84*S+. Setelah 4*S+" cairan inus dan inus asoakti harus digunakan untuk menjaga
•
tekanan darah sistolik di atas seperlima persen dari usia. Setelah 4*S+" normoksemia harus menjadi sasarannya. 7ila peralatan yang diperlukan tersedia" pemberian oksigen harus ditiadakan untuk menargetkan saturasi oksihemoglobin sebesar #% hingga ##%. ipoksemia harus benar8benar dihindari. 2dealnya" oksigen harus dititrasi ke nilai yang sesuai dengan kondisi pasien tertentu. 1emikian juga" setelah 4*S+" Pa+*0 pada anak harus ditargetkan pada tingkat yang tepat untuk setiap kondisi pasien. Paparan untuk hiperkapnia parah atau hipokapnia harus dihindari.
3.5
(esusitasi Neonatal
Serangan jantung neonatal sebagian besar adalah asiksia" sehingga inisiasi entilasi tetap okus pada resusitasi a5al. 7erikut merupakan topik neonatal utama di 0!$-<
•
;rutan 3 pertanyaan penilaian telah diubah ke ($) 'ehamilan normalE (0) Tonus
•
baikE dan (3) 7ernapas atau menangisE )olden !eriode (6! detik) untuk menyelesaikan langkah a5al" mengealuasi ulang" dan memulai entilasi (jika diperlukan) akan dipertahankan untuk menekankan pentingnya menghindari penundaan yang tidak perlu dalam inisiasi entilasi dan langkah terpenting untuk keberhasilan resusitasi pada bayi baru lahir
•
yang belum merespons langkah a5al. Terdapat rekomendasi baru bah5a penundaan pemotongan tali pusar selama lebih
dari 3! detik merupakan hal yang 5ajar" baik pada bayi normal maupun prematur yang tidak memerlukan resusitasi saat lahir. amun hal ini tidak terbukti memadai untuk merekomendasikan metode pemotongan tali pusar bagi bayi yang memerlukan resusitasi saat lahir" dan saran terhadap penggunaan rutin pengeringan tali pusar (di luar lingkungan penelitian) untuk bayi baru lahir kurang dari 0# minggu sejak kehamilan" hingga diketahui manaat dan komplikasi lebih
•
lanjut. Suhu harus dicatat sebagai aktor prediksi hasil dan sebagai indikator kualitas. Suhu bayi baru lahir tanpa mengalami asiksia harus dijaga antara 36"-D+ hingga
•
3/"-D+ setelah lahir melalui admisi dan stabilisasi. 7erbagai strategi (inkubator" plastik pembungkus dengan penutup" matras thermal"
•
gas hangat yang dilembapkan" dan suhu ruang yang ditingkatkan ditambah penutup dan matras thermal) dapat digunakan untuk mencegah hipotermia pada bayi prematur. ipertermia (suhu lebih dari 3D+) harus dihindari karena akan
•
mengakibatkan potensi berisiko terkait. 1i lingkungan dengan sumber daya terbatas" upaya sederhana untuk mencegah hipotermia pada a5al kehidupan (penggunaan pembungkus plastik" kontak kulit ke kulit" dan bahkan meletakkan bayi setelah dikeringkan dalam kantung plastik setara dengan 5adah untuk tingkat makanan bersih hingga ke leher) dapat
•
mengurangi tingkat kematian. &ika bayi lahir dengan cairan amniotik tercemar mekonimum serta tonus otot lemah dan sulit bernapas" maka bayi harus ditempatkan dalam inkubator dan Penekanan >entilasi Positi (P>P) harus dilakukan"jika perlu. 2ntubasi rutin untuk penyedotan trakea tidak lagi disarankan karena terdapat bukti yang tidak memadai untuk melanjutkan rekomendasi ini. Pera5atan dukungan yang sesuai untuk mendukung entilasi dan kadar oksigen harus dilakukan sesuai yang diindikasikan pada masing8masing bayi. 'ondisi ini dapat mencakup intubasi dan penyedotan
•
jika saluran udara terganggu. Penilaian detak jantung tetap penting selama menit pertama resusitasi dan penggunaan 3 sadapan :+ mungkin dapat dilakukan" karena penyedia tidak menilai detak jantung dengan akurat menggunakan auskultasi atau palpasi" dan oksimetri pulsa kemungkinan salah dalam menilai detak jantung. Penggunaan :+ tidak menggantikan kebutuhan oksimetri pulsa untuk mengealuasi
•
oksigenasi pada bayi yang baru lahir. 4esusitasi pada bayi baru lahir prematur yang berusia kurang dari 3- minggu dari kehamilan harus dilakukan dengan oksigen rendah ( 0$% hingga 3!%) dan oksigen dititrasi untuk mencapai saturasi oksigen preduktal yang mendekati rentang bayi
•
normal sehat yang dicapai. 1ata keselamatan dan metode penerapan inlasi berkelanjutan dengan durasi lebih
•
dari - detik untuk pengangkatan bayi baru lahir tidak memadai. Masker laring mungkin dipertimbangkan sebagai alternati untuk intubasi trakea jika entilasi masker 5ajah tidak berhasil" dan masker laring disarankan selama resusitasi bayi baru lahir yang berusia 3 minggu atau lebih dari kehamilan saat
•
intubasi trakea tidak berhasil atau tidak mungkin dilakukan. 7ayi prematur yang bernapas secara spontan dengan kesulitan pernapasan dapat dibantu dengan terlebih dulu memberikan penekanan pada saluran udara positi
•
secara berkelanjutan" bukan dengan intubasi rutin untuk pemberian PP>. 4ekomendasi tentang teknik kompresi dada (gerakan melingkar dengan dua ibu jari di atas dada) dan rasio kompresi berbanding entilasi (3<$ dengan #! kompresi dan 3! napas buatan per menit) tetap tidak berubah. Pada rekomendasi tahun 0!$!" penolong dapat mempertimbangkan untuk menggunakan rasio yang lebih tinggi (misalnya" $-<0) jika serangan tersebut benar8 benar diyakini sebagai
•
serangan jantung. Meskipun tidak ada penelitian klinis tentang penggunaan oksigen selama +P4" rup Penulisan Panduan eonatal akan terus mendukung penggunaan oksigen
$!!% bila kompresi dada diberikan. 'onsentrasi oksigen dapat dihentikan segera
•
setelah detak jantung dipulihkan. 4ekomendasi tentang penggunaan epinerin selama +P4 dan tindakan pemberian olume tidak ditinjau pada tahun 0!$-" sehingga rekomendasi tahun 0!$! tetap
•
berlaku. ipotermia terapeutik diinduksi di lingkungan berdaya dukung tinggi" terhadap bayi yang lahir lebih dari 36 minggu sejak masa kehamilan yang memiliki ensealopati
•
hipoksik8iskemik
tingkat
sedang
hingga
parah
yang
terus
berkembang" tidak ditinjau dalam 0!$-" sehingga rekomendasi 0!$! tetap berlaku. 1i lingkungan dengan sumber daya terbatas" penggunaan hipotermia terapeutik dapat dipertimbangkan di ba5ah protokol yang ditetapkan secara jelas" sama seperti yang digunakan dalam uji klinis maupun di asilitas dengan kemampuan
•
pera5atan dan tindak lanjut multidisipliner. Secara umum" tidak ada data baru yang telah dipublikasikan untuk membenarkan perubahan rekomendasi pada tahun 0!$! tentang penahanan atau penarikan resusitasi. ilai ,pgar ! pada $! menit adalah pertanda kuat kematian dan morbiditas pada bayi prematur dan normal" namun keputusan untuk melanjutkan
•
atau menghentikan upaya resusitasi harus dianalisis. 1isarankan bah5a pelatihan tugas resusitasi neonatal dilakukan lebih sering dibanding interal 0 tahun baru8baru ini.
BAB 4 PENUTUP •
enti jantung merupakan masalah yang cukup kompleks yang dapat
terjadi kapan saja dan dimana saja. 1engan tingginya angka mortalitas dan morbiditas yang dapat ditimbulkan" tidak hanya penyedia jasa kesehatan dari berbagai lini yang perlu mengetahui penanganan a5al pada kasus henti jantung" masyarakat hendaknya juga turut dilibatkan dalam penanganan pasien henti jantung terutama yang terjadi di luar rumah sakit. 1engan bantuan hidup dasar berupa 4&P yang berkualitas dapat meningkatkan 3! hari survival rate. •
Penanganan pertama berupa bantuan hidup dasar pada pasien henti
jantung yang terjadi di luar rumah sakit dapat meningkatkan survival rate pada pasien tersebut dan dapat memberikan hasil yang baik terkait dengan survival rate dalam 3! hari. Penanganan ini dia5ali dengan pengaktian rantai kelangsungan hidup yang telah disusun oleh ,, pada tahun 0!$- yang secara umum terdiri dari sebagai berikut. $. 0. 3. . •
Pengenalan dan pengaktian sistem tanggap darurat 4&P yang berkualitas tinggi dan secepatnya 1eibrilasi cepat 7antuan hidup lanjutan dan pera5atan pasca serangan jantung.
Pedoman ,, untuk penanganan henti jantung yang dikeluarkan tahun 0!$merupakan pembaharuan dan penyempurnaan yang telah diuji di beberapa negara. Terdapat beberapa perubahan yang cukup signiikan pada bantuan hidup lanjutan pada penggunaan obat8obatan yaitu penggunaan asopressin dan epinerin tidak memberikan manaat apapun sebagai pengganti epinerin dosis standar dalam serangan jantung. amun beberapa perubahan yang cukup berperan dalam penanganan serangan jantung terdiri dari pengenalan dini oleh penolong tidak terlatih dapat dipandu oleh operator melalui media komunikasi sehingga 4&P
dapat diberikan lebih dini. ?rekuensi 4&P minimal $!! F@min dan maksimal $0!F@min. 'emudian hal penting yang menjadi sorotan
pada ,, 0!$- ini
adalah penggunaan ,:1" bah5a dengan deibrilasi dini akan memperbaiki keadaan pasien dan banyak lagi perubahan yang telah disusun secara detail dan teknis dalam penanganan henti jantung baik di 4umah Sakit maupun yang terjadi di luar 4umah Sakit. •
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
DA'TA( PUTA*A
$. 'ementerian 'esehatan 42. Situasi 'esehatan &antung. Pusat 1ata dan 2normasi 'ementerian 'esehatan 42. 0!$. 0. Stiell 2." =ells ,." ?ield 7." et all. Advanced Cardiac Life Support in utof-Hospital Cardiac Arrest . &urnal. he ew "n+land /ournal of ,edicine. 0!!C3-$(/)<6/8-6 3. asselGist 2." 4ia 4." erlitH &." et all. "arly Cardiopulmonary $esuscitation in ut-of-Hospital Cardiac Arrest. &urnal. he ew "n+land /ournal of ,edicine. 0!$-C3/0(0)<03!/8$-. . 7remer ,." 1ahlberg '." Sandman 9. Balancin+ Between Closeness and 0istance1 "mer+ency ,edical Services !ersonnel2s "3periences of Carin+ for Families at ut-of-Hospital Cardiac Arrest and Sudden 0eath. &urnal. Prehospital and 1isaster Medicine. 0!$0C0/($)<08-0 -. Myerburg 4&." +asetellanos ,. Cardiac Arrest and Sudden Cardiac 0eath. 1alam < Brauwald2s Heart 0isease. :lseier 2nc. 0!$6C0$86!. 6. 4ea T1." ?ahrenbruch +. +ulley 9. C!$ with Chest Compression Alone or with $escue Breathin+. &urnal. he ew "n+land /ournal of ,edicine. 0!$-C363(-)<03833. /. Myerburg 4&. Approach to Cardiac Arrest and Life-hreatenin+ Arrhythmias. 1alam < oldman8+ecil Medicine 0- Th :d. :lseier 2nc. 0!$6C3-086. . allstrom ,." *rnato &P. !ublic-Access 0efibrillation and Survival after utof-Hospital Cardiac Arrest. &urnal. he ew "n+land /ournal of ,edicine. 0!!C3-$(/)<63/86 9. aHinski M?." Shuster M." 1onnino M=." et all. ?okus ;tama Pembaruan ,merican eart ,ssociation 0!$- untuk +P4 dan :+. )uidline +P4 I :+ ,,. 0!$-