anuary 16, 2010 PEMELIHARAAN DALAM KEADAAN BERTEGANGAN J January Posted by imanudin84 in PEMELIHARAAN DALAM KEADAAN BERTEGANGAN. Tags: PEMELIHARAAN DALAM KEADAAN BERTEGANGAN add a comment
Pada tahun 1960, Harold L. Roden, seorang insinyur praktisi praktisi tegangan tinggi dari perusahaan pelayanan pelayanan Tenaga Listrik Amerika, berkerjasama dengan Dr. Charles D Miller, seorang insinyur peneliti muda perusahaan Ohio Brass, mengadakan sebuah program pengujian untuk mengevaluasi faktor-faktor yang tidak diketahui dan aspek keselamatan dari metode barehand. Metode ini telah dikembangkan dan disempurnakan dalam pengujian mereka, sehingga dapat dilakukan oleh semua pelaksana dalam pemeliharaan bertegangan bertegangan saluran saluran tegangan tinggi.
Tiga alasan utama yang menyebabkan metode barehand digunakan: digunakan: Kurangnya sistem interkoneksi transmisi sehingga pekerjaan dalam keadaan bertegangan menjadi sangat penting. Bertambahnya ukuran konduktor dan asesorisnya men yebabkan penggunaan hot stick menjadi stick menjadi kurang praktis. Bertambahnya tegangan sistem sehingga mengakibatkan bertambahnya jarak aman. Teknik ini bukan merupakan pengganti metode lain dari pemeliharaan saluran bertegangan tetapi lebih merupakan sebuah prosedur pelengkap yang terkait dalam bidang ini. Hot stick dan stick dan live line rope merupakan rope merupakan komponen yang diperlukan pada sebagian besar pengoperasian metode barehand . Penggunaan teknik “Sangkar Faraday” telah diganti dengan pakaian konduktif pada metode barehand. barehand. Dengan pakaian konduktif, intensitas listrik di tubuh pelaksana dapat dibatasi sehingga pelaksana dapat bekerja dalam kondisi yang aman dan nyaman meskipun bekerja pada tegangan yang tinggi. Sejarah PDKB TT/TET di Indonesia
Bagi karyawan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) di seantero nusantara ini, terutama di jajaran distribusi agaknya tidak asing lagi mendengar istilah Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB). Sejarah PDKB di PLN sebetulnya belum begitu panjang, kalau dihitung pelaksanaan pertamanya pada 10 November 1993 di PLN Udiklat Semarang yang dikenal dengan Pencanangan Pelaksanaan PDKB di Indonesia oleh Dirjen Listrik dan Pengembangan Energi waktu itu, Prof. Dr. Artono Arismunandar. Pencanangan itu didahului dengan terbitnya Keputusan Dirjen Listrik dan Pengembangan Energi Nomor : 73-12/40/600.1/1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan. Sejak tahun 1985 sebenarnya telah dilaksanakan pelatihan PDKB secara ”off - -line” l ine” di Udiklat Cibogo, namun belum dapat diaplikasikan secara “on line” karena karena belum adanya undang – undang atau peraturan yang menunjang pelaksanaan pemeliharaan bertegangan. Sementara itu, dibelahan dunia lain, terutama negara-negara maju, bahkan sejumlah perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia, sudah lebih dulu melaksanakan PDKB. PLN sudah memiliki rencana untuk melaksanakan pemeliharaan dengan cara PDKB bersamaan dengan dibangunnya SUTET 500 kV. Di negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand sudah jauh-jauh hari melakukan PDKB dan di dalam negeri sendiri pun, untuk PT Caltex Pasifik Indonesia (CPI) di Propinsi Riau telah melaksanakan PDKB meskipun hanya memiliki daya listrik 500 Mega Watt (MW) atau jauh di bawah milik PLN P3B – JB yang mempunyai beban puncak mencapai 16 ribu MW. Pembentukan tim PDKB diawali dengan Surat Keputusan (SK) Nomor : 152.K/020/DIR/2003 tanggal 6 Juni 2003 tentang Tim Persiapan dan Pelaksanaan Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan untuk Tegangan Tinggi dan Tegangan Ekstra Tinggi. Tim tersebut adalah Berlin Simarmata (Kantor Pusat) sebagai Ketua, Basuki Prayitno (P3B) sebagai anggota. Sedangkan Tim Implementasinya diketuai oleh Djoko Hastowo (P3B), sekretaris Yanuar Hakim (P3B) dan anggota lainnya sebanyak sembilan orang. Tim tersebut selanjutnya bertugas mempelajari perlu tidaknya tim PDKB di PLN. Dari hasil kajian di dapat bahwa PLN sudah sangat memerlukan Tim PDKB guna pemeliharaan transmisi, kemudian pada tahap awal manajemen berpendapat diperlukan sedikitnya personil baru sebanyak empat grup yang masing-masing terdiri 6-7 orang sehingga diperlukan sebanyak 24 orang tenaga inti. Mereka yang akan disaring dalam rekrutmen personil PDKB Transmisi ini harus memenuhi ku alifikasi yang relatif ketat karena jenis pekerjaannya memang sedikit berbeda dengan pekerjaan karyawan PLN lainnya. Pada Mei 2003, tim bayangan implementasi yang sebagian besar dari P3B juga telah melakukan serangkaian persiapan antara lain pendataan dan pencarian pegawai PLN yang untuk dilibatkan dalam
pekerjaan itu, termasuk penjajakan ke sejumlah pegawai yang terlibat di PDKB Distribusi. Dari l angkah tersebut akhirnya, dihasilkan gambaran kebutuhan SDM awal dari PDKB Transmisi ini yakni sebanyak 36 personil SDM baru. Sejak 30 Juni sampai dengan 4 Juli 2003 Tim Implementasi melaksanakanbenchmark ke PT.Caltex Pasifik Indonesia, kemudian dilanjutkan benchmark ke EGAT Thailand tanggal 14 s/d 17 Juli 2003. Dalam proses seleksi dari 36 orang pegawai PLN yang berminat di dapat 10 orang untuk dididik menjadi supervisor PDKB, sedangkan dari 400 orang pelamar yang masuk kualifikasi terpilih 36 orang yang akan di didik sebagai pelaksana (linesman) PDKB. Pelatihan pengawas (supervisor) PDKB dilaksanakan di Omaka Training Centre – New Zealand selama 25 hari dari tanggal 3 Juli s/d 9 September 2003 yang dilanjutkan pelatihan di Udiklat Bogor pada 16 April s/d 24 Mei 2004. Tepatnya 9 September 2003 persiapan SDM pelaksana sebanyak 36 orang hasil seleksi, yang diawali pendidikan kesamaptaan selama 1 (satu) bulan di SPN Banyu Biru, dilanjutkan pendidikan transmisi off- line di Udiklat Semarang selama 6 (enam) bu lan, kemudian para calon pelaksana PDKB melaksanakanOn Job Training di 3 (tiga) Region, yaitu Region Jakarta dan Banten, Region Jawa Barat, dan Region Jawa Timur dan Bali selama 1 (satu) bulan. Pendidikan pemeliharaan secara bertegangan/PDKB dilaksanakan di Udiklat Bogor selama 2 (dua) bulan. Sejak 8 September 2004, supervisor dan pelaksana PDKB melaksanakan Pekerjaan Dalam Keadaan bertegangan (PDKB) di Region Jakarta dan Banten, Region Jawa barat, Region Jawa Tengah & DIY, dan Region Jawa Timur dan Bali. Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro mendeklarasikan operasional PDKB TT/TET secara r esmi pada 27 Oktober 2004 bertepatan dengan HLN ke – 58. Terhitung saat itu PT PLN (Persero) telah memiliki Tim PDKB TT/TET yang tersebar di 4 region P3B Jawa Bali. 4.2
Persyaratan Umum Pelaksanaan PDKB TT /TET
4.2.1 Ketentuan Keselamatan Pelaksanaan PDKB TT /TET
Sebelum melaksanakan PDKB harus dilakukan Analisa Keselamatan Pekerjaan (AKP) pada setiap tower yang akan dikerjakan. Pelaksanaan perbaikan dikerjakan selambatlambatnya 7 hari setelah pelaksanaan AKP. Hal-hal yang dilakukan pada saat AKP : Memeriksa kondisi tower, meliputi struktur tower, isolator, konduktor, kawat petir, Optic Ground Wire (OPGW), dan aksesoris yang akan dikerjakan termasuk tower pengapit.
Menentukan jarak aman minimum peralatan isolasi sesuai dengan tegangan operasi Menghitung beban kerja pada tower, khusus pada tower tipe tension harus dihitung dengan lebih teli ti. Mengamati potensi bahaya pada lokasi pekerjaan, antara lain keselamatan masyarakat umum, lintasan jalan raya, saluran transmisi, jalan kereta api, dan lain-lain. 4.2.2 Metode PDKB TT/TET Metode Barehand Metode barehand adalah suatu metode dimana pelaksana bekerja dengan menyentuh konduktor yang bertegangan, sehingga tidak ada perbedaan potensial antara pelaksana dengan konduktor yang bertegangan. Metode ini dapat dilakukan pada tegangan 150 kV sampai dengan 500 kV dengan memperhatikan jarak aman minimum. Metode Hot Stick
Metode Hot Stick adalah suatu metode dimana pelaksana
berada di sisi tower yang terisolasi dari konduktor bertegangan. Metode ini menggunakan peralatan hot stick dengan jarak tertentu sehingga aman dikerjakan. Pelaksana harus menjaga diri dan semua peralatan yang dibawa dan yang digunakan (misal: ladder, platform , dll.) agar tidak melanggar jarak aman minimum yang ditentukan. (Tabel 1, hal. 30). Semua peralatan hot stick harus mempunyai panjang isolasi yang cukup, sesuai dengan jarak aman minimum tegangan operasi. Sarung tangan berisolasi tidak boleh digunakan pada saat pelaksanaan pekerjaan metode hot stick karena penggunaan sarung tangan dapat menutupi rasa sengatan listrik bila terjadi arus bocor, yang mengindikasikan kerusakan peralatan hot stick . Penggunaan sarung tangan dapat menjadi penyebab kontaminasi pada permukaan peralatan hot stick , sehingga mengurangi sifat isolasi peralatan. Hot stick yang digunakan pada metode ini terbuat dari Fibreglass Reinforced Plastic (FRP) yaitu plastik yang diperkuat dengan fiberglass . Semua hot stick yang terbuat dari FRP harus mempunyai daya tahan elektrik dan mekanik yang sesuai standar. Semua hot stick yang terbuat dari FRP harus diuji setiap 6 bulan di Lembaga sertifikasi dan hasilnya tercatat dan dibukukan.
Pemeriksaan visual peralatan hot stick dilakukan sebelum dan sesudah digunakan. Untuk mengetahui tanda-tanda kerusakan, antara lain: Hilang atau turunnya mutu isolasi akibat terkontaminasi polutan padahot stick dan tangga isolasi. Cacat pada permukaan peralatan hot stick . Penyimpanan dan penggunaan yang tidak tepat. Adanya garis karbon berwarna yang tidak beraturan pada permukaanhot stick yang diakibatkan beban elektrik yang berlebihan. Adanya lengkungan, keretakan, pemuaian, dan kendornya pin padahot stick yang disebabkan pembebanan mekanik yang berlebihan. Jika tanda-tanda kerusakan tersebut diatas ditemukan, maka harus segera dievaluasi, diperbaiki dan diuji serta hasilnya dicatat pada data peralatan. Metode hot stick dapat juga digunakan bersamaan dengan metode barehand selama metode tersebut bisa saling melengkapi. 4.2.3 Pengawas Pelaksanaan PDKB Dalam setiap pelaksanaan pekerjaan, ditunjuk seorang Pengawas Pekerjaan dan seorang Pengawas K3. Tujuan pengawasan adalah untuk memperoleh hasil pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan standar mutu. Orang yang ditunjuk sebagai Pengawas harus kompeten dan mengerti secara jelas tentang tanggung jawab yang berkaitan dengan kualitas pekerjaan dan keselamatan anggotanya. Pengawas Pekerjaan
Dalam pelaksanaan pekerjaan harus ditunjuk seorang Pengawas Pekerjaan yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : Bersertifikat sebagai Pengawas Pekerjaan PDKB TT/TET. Kompeten dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan metode yang akan dilakukan. Mampu membagi tugas dan tanggung jawab kepada pelaksana agar pekerjaaan dapat dilakukan dengan aman, efektif, dan efisien. Pengawas K3
Dalam pelaksanaan PDKB harus ditunjuk seorang Pengawas K3 yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Bersertifikat sebagai Pengawas K3 PDKB TT/TET. Kompeten dalam melaksanakan pekerjaan dengan metode kerja yang akan dilakukan. Mampu menganalisa potensi bahaya pada setiap tahapan pekerjaan agar pekerjaan yang dilakukan aman dan selamat. Tailgate Session
Pengawas Pekerjaan harus memimpin tailgate atau penjelasan singkat kepada semua pelaksana, meliputi : Siapakah Pengawas K3. Pembagian tugas para pelaksana. Penghantar, fasa dan string set atau aksesoris yang akan dikerjakan. Urutan pekerjaan yang harus dikerjakan. Metode yang digunakan, barehand atau hot stick. Pelaksana/pekerja mempunyai tanggung jawab pekerjaan masing-masing. Pengawas Pekerjaan harus menyampaikan jarak aman mi nimum yang sesuai dengan tegangan sistem yang dikerjakan. Koordinasi dengan GI/GITET pengapit, mengenai penon-aktifan fungsi auto reclose. Menjelaskan potensi bahaya selama pekerjaan. Menyampaikan Safe Working Load (SWL) peralatan yang digunakan masih dalam batas beban kerja. Potensi Bahaya
Potensi bahaya adalah suatu kondisi yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Dalam pelaksanaan PDKB ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pelaksana antara lain : Static shunt mempunyai kabel dengan panjang 1,8 m, hal ini berpotensi mengakibatkan flash over apabila terjatuh. Flash over akibat terjatuhnya tali bonding pakaian
konduktif dengan panjang 1,8 m.
Cacat pada stick Flash over pada saat pekerjaan Pelaksana (groundman), kendaraan dan peralatan kerja harus diluar “fall area”. Yang dimaksud fall area adalah daerah dimana peralatan kemungkinan jatuh.
4.3
Persyaratan Teknis Pelaksanaan PDKB TT/TET
4.3.1 Jarak Aman Minimum Jarak aman minimum adalah daerah dimana pelaksana dapat bekerja dan peralatan dapat digunakan dengan aman pada daerah bertegangan. Pelaksana PDKB haru s tetap menjaga dirinya dan peralatan yang dibawanya tidak melanggar jarak aman minimum dan jarak minimum peralatan seperti ditetapkan pada tabel 4.1, dari bagian yang bertegangan.
Tegangan
Fasa ke Bumi
Fasa ke Fasa
70 kV
900 mm
1200 mm
150 kV
1200 mm
1500 mm
500 Kv
3400 mm
5500 mm
4.3.2 Pengetesan Isolator Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, semua piring isolator pada string yang akan dikerjakan (kaca yang dikuatkan dan porselin) harus dilakukan pengetesan terlebih dahulu yang hasilnya dicatat dan dibuat grafik. Pengetesan isolator dilakukan untuk menentukan jumlah isolator yang rusak secara elektrik dan untuk menentukan apakah pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan dengan metode barehand atau tidak. Dalam pengetesan isolator terdapat ketentuan-ketentuan :
Pembacaan dengan nilai nol tidak mengindikasikan bahwa isolator tersebut rusak, karena jika terjadi kebocoran halus sebuah isolator tidak akanshort secara sempurna dan tegangan masih melewatinya; Isolator dianggap rusak jika pembacaannya 30 % atau lebih di bawah bentuk karakteristik kurva normal isolator lain dalam satu string; Jika terdapat isolator yang rusak maka nilai isolator sesudahnya akan meningkat sebagai kompensasi dari isolator yang rusak tersebut. Jika ada beberapa isolator yang rusak, bandingkan hasil pengukuran dengan hasil pengukuran string lain pada penghantar yang sama untuk melihat deviasi bentuk kurva.
Keterangan :
= Rusak = Baik
Jumlah isolator yang rusak tidak boleh lebih dari ketentuan (½ n+1) . Bila jumlahnya melebihi ketentuan tersebut, maka pekerjaan dil aksanakan dengan metode Off line . Catatan : n = Jumlah isolator pada 1 string Jika digunakan static shunt, maka jumlah isolator yang rusak tidak boleh lebih dari ketentuan (½ n+1-y) . Dimana y adalah jumlah isolator yang dipasang static shunt.
4.3.3 Pengujian Menggunakan Hot Stick Tester
Gambar 4.1 Hot Stick Tester Petunjuk Penggunaan Pasang kawat steker. Sakelar diposisikan „on‟ . Masukkan stick uji kedalam elektroda. Hasil tes harus menunjukkan jarum meter sepenuhnya ke area “gagal” untuk memverifikasi bahwa tester berfungsi normal. Lepas alat uji dan pastikan jarum kembali ke garis „nol‟. Letakkan masing-masing ujung peralatan hot stick untuk diuji pada posisi yang sesuai sehingga hot stick tester dapat digunakan untuk menguji dengan n yaman.
Letakkan hot stick tester pada hot stick yang diuji sehingga permukaan elektroda menempel pada hot stick . Bagian logam tidak boleh disertakan dalam pengujian ini. Langkah tersebut diul angi sampai pengujian dilakukan pada semua permukaan hot stick untuk mendapatkan kemungkinan adanya bagian yang lembab pada hot stick . jangan menggeser hot stick tester di sepanjang peralatan hot stick . Jika jarum menunjukkan mendekati area “gagal”, hot stick yang diuji harus diputar untuk mendapatkan pembacaan maksimum. Hot stick yang memiliki diameter 50 mm-75 mm harus selalu dirotasi/diputar pada saat pengujian. Jika ada bagian yang menunjukkan bocor berlebihan , hot stick tersebut harus diperiksa, dibersihkan dengan silicon wipe dan dilapisi ulang (resurfaced ) bila perlu. Setelah itu stick dikeringkan dan diuji ulang. Apabila pengujian masih gagal, peralatan tersebut tidak boleh dipakai dalam pekerjaan. Jika jarum tetap berada pada posisi hijau, berarti peralatan hot stick lulus uji. Ulangi langkah (b) untuk menyelesaikan pengujian. 4.3.4 Pakaian Konduktif
Pakaian konduktif harus digunakan oleh semua pelaksana/perkerja yang bertugas di atas tower. Karena kebutuhan untuk memposisikan pekerja PDKB berada lebih dekat ke daerah yang bertegangan. Pakaian ini dihubungkan ke konduktor, untuk menghilangkan beda potensial sehingga tegangan konduktor sama dengan pelaksana/pekerja PDKB dan memungkinkan untuk bekerja dengan menggunakan tangannya pada konduktor bertegangan secara langsung sampai dengan tegangan 765 kV.
Pakaian konduktif terbuat dari campuran 2 jenis bahan yaitu : Serat nomex aramid tahan api. Serat baja mikroskopis anti karat.
Hasil analisa dan pengujian menunjukan bahan tersebut : Sangat kuat dan tahan sobek. Mempunyai konduktifitas tinggi yaitu 144 ohm/sq (IEC 895). Tidak mengalami penyusutan karena sejumlah pencucian.
4.4
Peralatan Kerja
Tali mempunyai peranan penting dalam pekerjaan PDKB, dengan menggunakan tali dapat memudahkan dalam pelaksanaan pekerjaan. Sehingga diperlukan pengetahuan mengenai tali temali dan keuntungan mekanik pada saat mengangkat beban dengan menggunakan block . Ukuran ideal live line rope maupun tali biasa yang nyaman dipegang dalam penggunaan dan pengoperasiannya adalah 18 mm. Pemeliharaan tali harus disamakan dengan pemeliharaan peralatan lainnya yang digunakan dalam PDKB. Merupakan hal yang penting menjaga tali dari rantas, kotor, dan kelembaban yang dapat mengakibatkan jamur sehingga terjadi penurunan daya isolasinya. Hindari penyimpanan tali dalam keadaan suhu, kelembaban, dan kadar keasaman yang tinggi. Tidak diperbolehkan penggunaan tali atau webbing sling pada bengkokan yang tajam. Bila terpaksa gunakan alas un tuk melindunginya. Pengetahuan mengenai tali sama pentingnya dengan pengetahuan tentang beban patah peralatan (MBL) dan beban kerja aman peralatan (SWL). Pelaksana juga harus memiliki pengetahuan mengenai simpul tali, penerapan dan pengaruh beban terhadap macam-macam simpul. Berikut adalah panduan penggunaan tali dan pemeliharaannya.
Tabel 4.2 Spesifikasi Kekuatan Tali
Pabrikan
Merek
Ukuran
UTS kg
SF
SWL kg
Sherman & Reilly
Hi-D Orange
½“
2.45
6
408
Sherman & Reilly
Hi-D Orange
5/8”
3.72
6
670
Sherman & Reilly
Hi-D Orange
1”
7.72
6
1.28
Sherman & Reilly
Hi-D Orange
¾”
4.81
6
800
Sherman & Reilly
Hi-D Orange
7/8”
6.36
6
1.06
TSE International
Gatortail
1”
12
6
2
AB Chance
Composite Fibre
½”
3
6
500
AB Chance
Composite Fibre
5/8”
5
6
830
AB Chance
Polypripylene
½”
1.7
6
280
Dalam PDKB, konduktor sering diangkat dengan men ggunakan rope block . Dalam penggunaannya, rope block langsung digunakan pada konduktor atau dapat dirangkai dengan hotstick . Rope block ini dapat pula digunakan secara tidak langsung dengan menggunakan strain link stick yang terhubung dengan konduktor. Jenis Rope block Ada 4 tipe rope block yang digunakan dan digambarkan dengan jumlah tali yang terdapat dalam masingmasing kotak rope block . Sebagai contoh, sebuah rope block berukuran 3 x 2 mempunyai 3 tali pada satu kotakrope block , dan 2 tali pada kotak rope block lainnya.
Daftar-daftar rope block : Tabel 4.3 Tipe Rope Block Tipe Rope block
Jumlah Tali
Keuntungan Mekanik
Panjang Tali
2x1
3
2,27
30 m
2x2
4
2,86
40 m
3x2
5
3,33
45 m
3x3
6
3,70
50 m
Seorang Pelaksana/pekerja PDKB dengan ukuran rata-rata dapat menarik kira-kira 380 N. Cara perhitungan beban maksimum yang dapat dipikul diperoleh dengan mengalikan 380 N dengan keuntungan mekanik tipe rope block . Sebagai contoh pelaksana yang men ggunakan tipe rope block 3×3 dapat menarik beban hingga 380 N x 3,70 = 1406 N atau setara dengan beban 143,5 kg.
Peralatan ini berfungsi sebagai alat bantu dimana pelaksana/pekerja tidak bisa menyentuh secara langsung ke daerah yang bertegangan
Asesoris universal stick : Ratchet Wrench
Gambar 4.3 Ratchet Wrench
Dengan penggerak ½ inci persegi, ratchet wrench digunakan untuk mengencangkan baut pada
perlengkapan transmisi. Cotter Key Pusher
Gambar 4.4 Cotter Key Pusher Untuk kopeling dengan ball dan socket isolator. Untuk mendorong pen keluar. Ujung yang melengkung mendorong pen kembali ke posisinya
Screw Driver
Gambar 4.5 Screw Driver
Berfungsi seperti obeng pada umumnya. Shepherd Hook
Gambar 4.6 Shepherd Hook
Pengait yang digunakan untuk membantu mendorong, menahan, mengait dan mengangkat string isolator. Cotter Key Puller
Gambar 4.7 Cotter Key Puller
Digunakan untuk menarik pin yang terdapat pada socket isolator . 4.4.4 Dead End Tools Take-Up Trunnions Alat ini digunakan untuk mengambil alih tarikan beban konduktor dan digunakan bersamaan dengan strain jack yang dipasang pada adjustable strain pole atau clevis strain pole.
Ada 2 jenis take-up trunnions, yaitu : Take up Trunnion (kecil)
Alat ini digunakan untuk memposisikan ujung hot stick bagian cold dan memasangnya dalam cold end yoke .
Take up trunnion (besar)
Trunion ini hanya cocok untuk Strain crossarm yoke – tipe B. Rachet Wrench
Kunci Ratchet dapat diatur penggunaannya untuk menarik dan mengulurtrunnion pada strain jack .
Adjustable strain pole panjangnya dapat digunakan sesuai kebutuhan, dengan mengatur posisi pole clamp yang khusus.
Tabel 4.4 Dimensi Adjustable Strain Pole
Diameter (mm)
Panjang (m)
Panjang antara yoke (m) Min
Maks
Total take-up maks (mm)
Panjang total (M)
50
2,44
0,965
2,565
300
2,87
50
3,05
1,575
3,175
300
3,48
50
4,58
3,100
4,700
300
5,0
Adjustable pole clamp diperlukan untuk memasang adjustable strain pole pada hot end yoke dalam pekerjaan penggantian isolator tension.
Cara pengoperasian : Tentukan panjang adjustable strain pole sesuai kebutuhan. Lepas kunci pada adjustable pole clamp dan pasanglah padaadjustable strain pole . Letakkan adjustable pole clamp di antara 2 pin stainless steel sesuai panjang yang dibutuhkan. Putar kunci adjustable pole clamp . Periksa adjustable pole clamp apakah telah terkunci dengan aman pada hot stick . 4.4.5 Suspension Insulator Tools
Boom Support Pole
Boom support pada umumnya terdiri dari trolley pole atau wire tong yang dipasang sebagai tripod untuk menopang berat cargo boom . Peralatan ini dipasang pada tower menggunakan tower saddle dan diberi pole clamp tambahan pada tiap-tiap pole agar tidak terjadi slip akibat memikul beban yang berat.
Gambar 4.14 Clevis-Eye Strain pole
Strain pole ini dapat digunakan pada berbagai model yoke plate . Beban kerjastrain pole adalah 12.000 pounds.
Gambar 4.15 Strain Link Stick Pada tower dead end dan sudut, strain link stick digunakan sebagai isolasi antara rope block dan came-a long. Pada beban konduktor dengan span panjang, lebih aman wire tong digunakan bersamaan dengan strain link stick . Pemasangannya pada konduktor harus berdekatan. Strain link stick berfungsi untuk menopang beban konduktor pada tower selama penggantian isolator. Hook dan eye terbuat dari aluminium campuran dengan r asio terbaik sehingga didapatkan kekuatan tertinggi dengan berat yang ringan. Eye pada ujung stick yang digunakan untuk
mengaitkan rope block atau handline ditempa dari baja berkualitas tinggi. Swivel berputar secara bebas pada bearing . Hook strain link stick berbentuk bulat untuk mencegah kerusakan pada konduktor.
Gambar 4.16 Hot End Suspension Yoke
Ada 2 macam hot end yoke, yaitu :
Digunakan dengan adjustable strain pole Digunakan dengan clevis strain pole. Kedua yoke ini dibuat dari plat aluminium yang berkekuatan tinggi. Dengan beban kerja aman 15.000 pound (6,8 ton). Yoke ini mempunyai dua pegas pengunci yang akan mengunci strain pole pada posisinya. Yoke ini dilengkapi dengan saddle swivel yang dapat berputar 360 0 dan dapat dipasang pada berbagai macam suspension yoke plate hingga ketebalan 1 inci. 4.4.6 Insulator Craddle EHV side-opening cradle
Alat ini digunakan pada tower tension untuk mengganti satu string isolator pada jenis isolator dua string atau empat string.
Insulator craddle terdiri dari berbagai peralatan antara lain :
Blank pole Center brace pole Ridge pole J-craddle Brace pole
Alat pendukung yang lain. Insulator craddle digunakan untuk menyangga string isolator yang r usak atau akan diganti. Insulator craddle digantung dengan live line rope yang dipasang pada boom assembly . Untuk beban yang berat boom assembly harus diperkuat dengan skor tambahan berupa webbing sling yang dikombinasikan dengan strap hoist/chain hoist untuk mengimbangi beban dari isolator padacraddle.
Gambar 4.18 Ladder Assembly and Support
Peralatan ini dapat digunakan pada struktur tower dan dapat dipasang secara vertikal maupun horizontal. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan ladder assembly sebagai berikut : Ketika menaikkan tangga dari posisi vertikal ke posisi horisontal selalu kurangi tekanan pada rakitan penopang tangga dengan mendorong (atau menarik) tangga keluar dari bodi tower pada awal gerakan vertikal. Pasang tali pengaman pada anak tangga ke tower untuk mengamankan tangga. Posisi pemasangan rope block pada tangga harus lebih dari ½ dari panjang tangga yang digunakan. Bila menggunakan ladder splice maka harus menggunakan dua rope block yang dipasang pada ujung dan tengah tangga.
No
Nama Peralatan
Ukuran
1.
Ladder clamp
2,5”
2.
Swivel stick
1,5” x 10’
3.
Spreader Bar
14’
4.
Rope block
5.
Ladder Support Assembly
6.
Ladder
Swivel Stick
Gambar 4.19 Swivel Stick
Swivel stick digunakan dalam pemasangan ladder sebagai penopang berat tangga. Swivel stick mempunyai panjang yang berbeda-beda sesuai dengan penggunaannya, yaitu : 4.4.8 Boom Assembly Swivel boom assembly
Peralatan ini digunakan untuk mengangkat isolator pada craddleuntuk mendapatkan posisi yang aman. Strap hoist/chain hoist disambung searah craddle berfungsi untuk mengangkat dan mengendalikan craddle.
Tabel 4.6 Swivel Boom Assembly
Swivel boom medium duty assembly
Swivel boom heavy duty assembly
Ø
7,6 cm
8 cm
SWL
227 kg
454 kg
Gambar 4.20 Boom Assembly Keterangan Gambar
Tabel 4.7 Ukuran Boom Assembly
No
Nama Peralatan
Ukuran
1.
Heavy duty swivel boom
10 cm x 10 cm x 5 m
2.
Mast pole 8 cm x 2,5 m
3.
Trolley pole
6 cm x 3,6 m
4.
Strain link stick
4 cm x 3 m
5.
Chain hoist
1 ½ Ton
6.
Mast yoke
6 cm
7.
Pole clamps
1 inci x 6 feet
8.
Webbing sling
10 cm x 10 cm
9.
Boom base
2500 lbs
10.
Tower saddle
11.
Boom clamp
12.
Snatch block
Tower saddle
Gambar 4.21 Tower Saddle Tower saddle digunakan untuk menopang wire tong atau mast pole pada tower. Tower saddle dipasang
pada besi tower dengan 4 (empat) buah mur baut bersayap
Wire tong mempunyai banyak fungsi di antaranya untuk mengangkat, memegang, dan menjauhkan konduktor bertegangan, untuk menopang posisimast-boom , atau untuk menahan tangga. Wire tong dibuat dari bahanEpoksiglas dan fitting logam dibuat dari bahan aluminium campuran yang dipisahkan dengan cincin perunggu. Rahang wire tong dapat dipasang rapat pada konduktor dengan memutar stick dari posisi yang aman (dalam jarak aman). 4.4.9 Peralatan pendukung
Gambar 4.23 Shackle
Gambar 4.24 Karabiner
Gambar 4.25 Snatch Block
Diameter dasar alur block (sisi terdalam lekukan) harus lebih dari 5 kali diamater tali, sedangkan kedalaman alur block harus lebih dari 1/3 diameter tali. Sebelum digunakan, block harus diuji kekuatan mekanik.
Perhitungan Ukuran Block
Contoh tali 24 mm Diameter ikatan 5 x 24
= 120 mm (diukur dari dasar
alur).
Kedalaman alur 1/3 x 24
=
8 mm.
Static Shunt
Static shunt digunakan untuk menghilangkan beda potensial pada pada proses pelepasan dan pemasangan isolator baik sisi hot maupun sisi cold . Cara penggunaan static shunt : Pasang static shunt pada besi siku travers (sisi cold ) atau pada konduktor (sisi hot ). Pasang rahang shunt pada socket isolator baik sisi cold maupun sisihot . Webbing Sling
Gambar 4.27 Webbing Sling
Dalam pemasangan webbing sling tidak boleh melebihi sudut 450. Apabilawebbing sling harus dipasang pada sudut yang lebar(>450), maka perhatikan SWL webbing sling apakah mampu memikul beban pada posisi tersebut
4.5.1 Metode Kerja Pada Tower Suspension V – String 500 kV (Metode Barehand)
Metode menggunakan tangga isolasi. Metode swing dari tower. Metode akses rope dari bawah.
Rangkai strain pole dengan chain hoist dibawah. Naikkan peralatan cold . Akses hotman ke konduktor. Pasang hot yoke . Naikkan dan pasang strain pole yang sudah dirangkai dengan chain hoist . Ambil alih beban isolator dengan chain hoist . Pasang static shunt pada sisi hot. Pasang handline pada isolator sisi hot . Lepas isolator. Lepas static shunt sisi hot . Posisikan isolator ke vertikal. Pasang handline pada isolator sisi cold. Lepas isolator sisi cold dan turunkan. Naikkan dan pasang isolator pengganti. Balik urutan kerja metode penggantian isolator V – string. 4.5.2 Metode Kerja Pada Tower Tension 500 kV (Metode Barehand) Metode akses ke konduktor Metode menggunakan tangga isolator. Metode akses rope dari tower.
Metode penggantian isolator Rangkai J – Craddle dibawah. Tempatkan adjustable strain pole pada J – Craddle. Rangkai Boom dibawah. Naikkan dan pasang Boom pada posisinya. Akses hotman ke konduktor. Naikkan J – Craddle & adjustable strain pole . Pasang cold end yoke & hot end yoke pada posisinya. Pasang J – Craddle pada isolator. Pasang strain pole dan ambil alih beban tarikan isolator. Pasang static shunt . Lepas isolator. Lepas static shunt . Turunkan J – Craddle beserta isolator. Naikkan isolator pengganti. Balik urutan kerja metode penggantian isolator tension. go! search
Categories
Arrester
Arrester Valve Type
PEMELIHARAAN DALAM KEADAAN BERTEGANGAN
theory-theory
Uncategorized
Archive
January 2010
Blogroll
WordPress.com
WordPress.org
FEEDS
FULL
COMMENTS
Theme: Regulus by Binary Moon.
Blog at WordPress.com.
Top
Follow
Follow Imanudin84's Blog Get every new post delivered to your Inbox. Enter email
Sign me up!
Powered by W ordPress.com
http://imanudin84.wordpress.com/tag/pemeliharaan-dalam-keadaan-bertegangan/