1
EKSISTENSI BAHASA ARAB DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Zainal Arifin Ahmad Program Magister dan Doktor FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta email.
[email protected] email.
[email protected]
A. Pendahuluan Tidak ada yang statis di dunia. Semua hal berubah. Semua terus bergerak. Di dalam dunia industri, gelombang perubahan makin hari makin cepat. Bukan sekadar evolutif, bahkan revolutif. Gelombang pertama revolusi industri terjadi pada akhir abad ke-18 dengan dengan ditemukannya tenaga uap dan alat tenun. tenun. Revolusi ini mengubah cara produksi barang-barang dari tradisional ke mesin. Gelombang kedua terjadi seabad kemudian dengan ditemukannya listrik dan jalur perakitan yang memberi kemampuan industri untuk memproduksi massal. Gelombang ketiga, akhir abad ke-19 (1970) ditandai dit andai dengan berkembangnya industri berbasis otomasi dan komputer yang memungkinkan dunia industri memprogram mesin dan jaringan (https://mobnasesemka.com/apa-itu-industri-4-0/. (https://mobnasesemka.com/apa-itu-industri-4-0/. Lihat juga Tim Viva, 2018). Gelombang ke-4, abad 21 (2011), dikenal dengan revolusi industri 4.0. Secara garis besar, revolusi industri 4.0 ini ditandai dengan kemajuan teknologi dalam berbagai bidang, khususnya kecerdasan buatan, robot buatan, robot cerdas, blockchain, blockchain, teknologi nano, komputer nano, komputer kuantum, bioteknologi, kuantum, bioteknologi, Internet Internet of Things (IoT), percetakan (IoT), percetakan 3D, dan 3D, dan kendaraan kendaraan tanpa awak. Revolusi awak. Revolusi industri 4.0 ini mengakibatkan terjadinya perubahan besar-besaran di berbagai bidang lewat perpaduan teknologi yang mengurangi mengurangi sekat-sekat antara dunia fisik, digital, dan biologi (https://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Industri_Keempat). Revolusi industri 4.0 bukan hanya mengubah kehidupan dunia bisnis, pekerjaan, dan negara secara spektakuler (Suparjono, 2018), tetapi juga mengubah kehidupan masyarakat dan dunia pendidikan secara luas, termasuk pendidikan bahasa Arab. Perubahan akibat revolusi industri 4.0, di satu sisi memberi peluang atau kesempatan untuk mendapat keuntungan, tetapi di sis i lain juga memberi tantangan. Bagi Bagi pihak yang tidak mampu menghadapinya, maka ia akan mengalami kerugian besar. Dalam merespon perubahan revolusioner industri 4.0 ini, para pecinta, pegiat, pendidik, dan pengguna bahasa Arab perlu mengambil mengambil sikap secara cepat, tepat, dan persiapan matang. Oleh karena itu, penulis memberi apresiasi tinggi kepada HMJ Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar yang memrakarsai penyelenggaraan Seminar Nasional dengan tema utama Eksistensi Bahasa Arab di Era Revolusi Industri 4.0. tanggal 25 Oktober 2018. Seminar ini dapat dipandang sebagai salah satu langkah antisipatif dalam menghadapi perubahan akibat revolusi industri 4.0.
Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Eksistensi Bahasa Arab di Era Revolusi Industri 4.0 yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar, tanggal 25 Oktober 2018.
2
Kajian secara spesifik mengenai eksistensi bahasa Arab menghadapi era industri 4.0 nampaknya masih minim. Liteatur-literatur yang ada lebih berorientasi pada kajian tentang bahasa Arab dalam menghadapi era globalisasi secara umum. Sebuah tulisan mengenai pengaruh globalisasi terhadap bahasa Arab, misalnya, ditulis oleh Morrow and Castleton (2007). Namun tulisan itu belum membahas secara spesifik bagaimana eksistensi bahasa Arab menghadapi Revolusi Industri 4.0. Ubaid Ridlo (2015) telah mencoba mengkaji tantangan dan peluang bahasa Arab di era global. Namun tulisan ini juga belum menukik ke masalah Revolusi Industri 4.0. Tulisan ini mengkaji bagaimana eksistensi bahasa Arab di era Revolusi Industri 4.0. Teori motivasi Abraham Maslow digunakan untuk menganalisis masalah tersebut. Digunakannya teori motivasi karena persoalan eksistensi sangat terkait dengan kemampuan memenuhi kebutuhan, dalam hal ini kebutuhan masyarakat era industri 4.0. Asumsinya, jika pada era industri 4.0 bahasa Arab mampu berperan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat global, maka bahasa Arab akan semakin eksis. Sebaliknya, jika bahasa Arab kurang mampu berperan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat global era industri 4.0, maka eksistensi bahasa Arab akan semakin melemah. Ada empat masalah pokok yang akan dijawab dalam tulis an ini, yaitu: (1) Bagaimana gambaran singkat Revolusi Industri 4.0?; (2) Bagaimana potensi dan peluang bahasa Arab era industri 4.0 dalam memenuhi kebutuhan masyarakat global?; (3) Bagaimana tantangan yang harus dihadapi oleh bahasa Arab akibat adanya Revolusi Industri 4.0? (4) Bagaimana strategi pengembangan eksistensi bahasa Arab era Revolusi Industri 4.0? B. Sekilas tentang Revolusi Industri 4.0 Kata revolusi mengandung makna perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat. Dikatakan cepat terutama karena perubahan itu menyangkut sendi-sendi fundamental kehidupan masyarakat. Revolusi merupakan proses menjebol sistem kehidupan lama dan membangun sistem kehidupan baru. Dalam konteks industri, revolusi industri bermakna perubahan radikal dalam proses produksi dengan menggunakan mesin-mesin, baik untuk tenaga penggerak maupun tenaga pemroses (https://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi). Istilah Industri 4.0 telah mendunia. Tetapi di beberapa negara terdapat istilah lain untuk menunjuk makna Revolusi Industri 4.0. Di Amerika, Industri 4.0 dikenal dengan Holistic Digital Evolution atau Digital Supply Network . Sedangkan di Eropa fenomena revolusi industri gelombang empat ini dikenal dengan Industry 4.0 (Cotteleer & Sniderman, 2017). Bill Lydon (2014) menjelaskan bahwa istilah Industri 4.0 pertama kali muncul di Jerman dalam acara Hannover Messe atau Hannover Fair pada tahun 2011, ketika Direktur dan CEO Pusat Penelitian Jerman, Wolfgang Wahlster, berbicara dalam acara tersebut. Dalam acara itu Wahlster melontarkan persoalan tentang bagaimana suatu perusahaan dapat berhasil dalam persaingan global. Dalam saran yang disampaikan oleh Wahlster muncul istilah Revolusi Industri 4.0. Saran dia adalah
3
bahwa setiap perusahaan hendaknya memiliki kekuatan dan ketegaran dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0 yang didorong oleh internet. Kemudian pada acara Review Hannover Messe 2014, ada pemaparan konsep dan kemajuan dalam mencapai visi industri 4.0 yang disampaikan oleh Zühlke. Dalam pemaparannya, Zühlke yang juga menjabat sebagai Scientific Director of Innovative Factory Systems (IFS) di lembaga German Research Center for Artificial Intelligence menegaskan bahwa Industri 4.0 adalah revolusi industri keempat yang dimulai dan dipimpin oleh Jerman (Bill Lydon, 2014). Dalam pemaparannya, Zühlke juga menginformasikan bahwa Smart Factory KL e.V. yang terus melakukan inisiatif teknologi telah ditetapkan sebagai asosiasi untuk mengembangkan ide-ide baru dan mempraktekkannya bersama para mitra dalam proyek-proyek pengembangan teknologi dasar untuk pengembangan produk yang dapat dipasarkan (Bill Lydon, 2014). Terjadinya revolusi industri tidak terlepas dari faktor pemicu. Arun (2018) merangkum faktor pemicu terjadinya revolusi industri ke dalam 10 faktor, khususnya yang terjadi di Eropa, yaitu: (a) Kompetisi ekonomi dan politik di Eropa; (b) Revolusi sains di Eropa; (c) Revolusi pertanian di Britania Raya/Inggris; (d) Kebijakan pemerintah (Inggris) yang memberi kesempatan terbuka kepada kapitalisme; (e) Pengaruh politik Ingris atas sebagian besar wilayah India, terutama di sektor industri kapas dan pusat perdagangan Bengal; (f) Inovasi dan penemuan-penemuan baru teknologi; (g) Terjadinya lonjakan pertumbuhan penduduk yang membutuhkan pangan; (h) Tersedianya cadangan batubara dan besi yang cukup memadai di Inggris yang digunakan untuk membuat mesin-mesin dan bahan bakar penggeraknya; (i) Inovasi finansial untuk mendukung Kapitalisme dan dunia usaha; (j) Sistem transportasi yang menggunakan mesin sebagai alat penggeraknya. Kalau kita amati lebih dalam, sesungguhnya faktor pemicu terjadinya revolusi industri pada intinya adalah adanya perubahan. Yakni perubahan cara berpikir dan bertindak manusia dalam beraktifitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia terus mencari cara paling efektif, dan efisien. Dan setiap tahap menimbulkan konsekuensi pergerakan yang semakim cepat. Perubahan itu didukung kecanggihan sains dan teknologi (https://ivoox.id/revolusi-industridari-1-0-hingga-4-0/) Menurut Maicon Saturno, dkk. (2017), Revolusi Industri 4.0 ditopang oleh 10 pilar utama teknologi, yaitu keamanan dunia maya (cyber security), komputer awan (cloud computing ), teknologi seluler (mobile technology), jaringan mesin ke mesin (machine to machine), cetak simulasi tiga dimensi (3D printing ), teknologi robot canggih (advance robotic), analisis data besar (big data/analytic), internet segala atau segalanya berbasis internet (internet of things), identifikasi frekuensi radio atau transponder untuk menyimpan dan mengambil data jarak jauh ( Radio Frequency Identification/RFID), dan komputasi kognisi (cognitive computing ). 10 pilar tersebut dapat dilihat dalam gambar 1.
4
Masuknya era revolusi industri 4.0 dengan 10 pilar tersebut telah memberi dampak perubahan luar biasa dalam kehidupan manusia dalam berbagai bidang, baik ekonomi, sosial, maupun politik. Di satu sisi, revolusi industri memberi dampak positif. Namun di sisi lain, revolusi industri 4.0 juga dapat memberikan dampak negatif. Sisi positif revolusi industri 4.0 antara lain mampu menciptakan berbagai solusi atas tantangan yang dihadapi dunia saat ini, seperti efisiensi sumber daya dan energi, dan perubahan demografi. Adanya efisiensi memungkinkan produktifitas sumber daya secara berkelanjutan untuk disebarluaskan ke seluruh jaringan. Dengan bantuan sistem yang cerdas para pekerja bisa membebaskan diri dari keharusan melakukan tugas rutin, dan memungkinkan mereka untuk fokus pada aktivitas kreatif untuk mendapatkan nilai tambah. Para pekerja yang lebih tua dapat memperpanjang masa kerja mereka dan tetap produktif lebih lama (Moraes & Lepikson, 2017). Secara umum, dampak positif revolusi industri 4.0 adalah berkembangnya berbagai inovasi, inklusifitas, dan efisiensi. Inovasi memungkinkan terjadinya
5
proses produksi barang dan jasa layanan yang lebih handal, baik dalam bidang usaha, pendidikan, kesehatan, hukum, pelayanan-pelayanan publik, dll. Inklusifitas membuat segala macam layanan dapat dengan mudah menjangkau banyak orang di berbagai wilayah dan daerah. Sedangkan efisiensi yang ditopang oleh inovasi platform digital, otomatis membuat proses manufaktur dan pemasaran menjadi lebih cepat dan murah (Putri Agus, 2018). Namun demikian, apabila tidak diantisipasi dengan baik, maka perubahan akibat industri 4.0 itu dapat menimbulkan dampak negatif, terutama dalam masalah kendali, kesetaraan, dan kompetisi. Masalah kendali misalnya bagaimana mengelola dunia usaha yang mengalami kebangkrutan akibat perubahan perilaku publik yang tadinya belanja ke toko ritel kemudian beralih ke belanja online. Masalah kesetaraan misalnya munculnya banyak pengangguran akibat digunakannya robot cerdas yang menggantikan pekerja manusia. Masalah kompetisi misalnya adanya kompetisi yang tidak sehat. Bila ada satu platform yang melakukan monopoli dan tidak ada check and balance, maka pengguna tidak dapat melakukan pilihan layanan yang paling cocok untuk mereka (Putri Agus, 2018). Dalam menghadapi revolusi industri 4.0, individu, masyarakat, maupun negara perlu menyusun strategi yang tepat. Menurut Bill Lydon (2014) strategi yang diperlukan sebagaimana dikembangkan di Jerman meliputi pengembangan lima bidang, yaitu kerja sama yang kuat antara sains dan bisnis, peningkatan keterlibatan sektor swasta dalam inovasi, penyebaran teknologi terkemuka, internasionalisasi penelitian dan pengembangan (R & D), dan pendanaan untuk individu berbakat. C. Potensi dan Peluang Bahasa Arab Era Revolusi Industri 4.0 Bahasa memiliki peran penting dalam berbagai aspek kehidupan. Peran bahasa tidak hanya sebatas komunikasi, melainkan meluas ke berbagai cabang pengetahuan manusia. Bahasa bisa mengembangkan pengetahuan manusia dan memperluasnya untuk kepentingan umat manusia (Ashraf M. Zedan, dkk., 2013). Menurut Mustapha Benkharafa (2013), bahasa merupakan organisme sosiologis yang bisa beradaptasi. Ia mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dengan cara yang selaras dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat di mana bahasa itu diucapkan. . Kekurangan dan ketidakcukupan di sekitar bahasa tidak muncul dari sifat bahasa itu sendiri, melainkan dari orang-orang yang menggunakan bahasa dan sikap yang mereka pegang terhadapnya. Hingga saat ini, berdasarkan penelitian John McWhorter (2004), di dunia ini terdapat tidak kurang dari 6.000 bahasa yang masih eksis. Termasuk di dalamnya adalah bahasa Arab. Sejumlah peneliti dan tokoh penting dunia bahkan melihat ada potensi besar yang dimiliki bahasa Arab. Dari sisi esensi unsur bahasa, Bahasa Arab memiliki akurasi kata dan kosakata yang sangat baik untuk pendidikan di seluruh dunia (Ashraf M. Zedan, dkk., 2013). Dari sisi kepentingan bisnis, bahasa Arab menjadi salah satu bahasa bisnis terpenting yang banyak diperhitungkan. Prasad Garapati, pemimpin perusahaan The Electronics and Computer Software Export Promotion Council (ESC) India, misalnya, menegaskan bahwa bahasa Arab
6
merupakan salah satu bahasa yang mendominasi pasar dunia selain Inggris, China, Jepang, Spanyol, dan Perancis. Garapati menyatakan: “If you know French, you can tap 29 countries. If you know Spanish, you can cover another 29 countries. Arabic is spoken in 22 markets”. Artinya: “Jika Anda tahu bahasa Prancis, Anda dapat menepuk keuntungan dari 29 negara. Jika Anda tahu bahasa Spanyol, Anda dapat mencakup 29 negara lain. Dengan Bahasa Arab, Anda akan bisa mengakses sejumlah pasar di 22 negara” (K V Kurmanath, 2017). Demikian halnya dari sisi kepentingan politik. Sebab kepentingan politik tidak akan terpisah dari kepentingan bisnis. Dalam konteks pendidikan, penelitian Hezi Brosh (2013) mengenai motivasi mahasiswa Amerika dalam belajar bahasa Arab menghasilkan temuan yang menarik. Penelitian Brosh yang dimuat dalam International Journal of Humanities and Social Science Vol. 3 No. 19; November 2013, dengan judul “Motivation of American College Students to Study Arabic” menunjukkan bahwa para mahasiswa Amerika cukup banyak yang tertarik untuk mendalami bahasa Arab. Motivasi mereka dalam belajar bahasa Arab cukup beragam, antara lain motif ekonomi, akademik, tugas negara (national jobs), warisan budaya etnik, dan pemahaman bahasa dan budaya Arab itu sendiri. Dari sekian motivasi itu ternyata motif pemahaman bahasa dan budaya Arab justru paling tinggi. Kemudian disusul oleh motif ekonomi dan lain-lainnya. Tak kalah menarik adalah flyer (pamflet) berjudul “10 Reasons To Learn Arabic Language” dari Universitas St. Lawrence New York Amerika Serikat yang diposting dalam situs web universitas tersebut yang tentunya ditujukan terutama kepada para mahasiswa, civitas akademika, dan masyarakat Amerika pada umumnya. Flyer itu memuat uraian 10 alasan pentingnya mempelajari bahasa Arab, yaitu: (1) Bahasa Arab adalah bahasa ke-5 yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia; (2) Bahasa Arab adalah bahasa liturgi (peribadatan) Islam; (3) Bahasa Arab memiliki warisan budaya yang kaya; (4) Masyarakat pengguna bahasa Arab telah berkontribusi besar terhadap kemajuan peradaban dunia; (5) Ada kebutuhan yang tinggi dan suplai yang rendah dari masyarakat pengguna bahasa Arab terhadap dunia Barat; (6) Negara-negara pengguna bahasa Arab memiliki pasar yang tumbuh cepat dalam perdagangan; (7) Memahami bahasa Arab dapat memajukan pemahaman antar budaya; (8) Pengaruh bahasa Arab terhadap bahasa-bahasa lain sangat nyata; (9) Ada banyak beasiswa dari pemerintah Amerika bagi mereka yang ingin belajar bahasa Arab; (10) Amerika memiliki banyak warga negara campuran Amerika-Arab (http://blogs.stlawu.edu/arabicmedia/files/2013/12/10-Reasons-to-Learn-ArabicLanguage.pdf). Dalam situs wikipedia Indonesia ditegaskan bahwa Bahasa Arab telah diajarkan di pesantren-pesantren Indonesia. Begitu pula di universitas internasional dan beberapa sekolah menengah internasional. Bahasa Arab telah menarik minat jutaan penduduk dunia untuk mempelajarinya, karena sebagian istilah Islam berasal dari bahasa Arab. Dan kini, bahasa Arab berkembang semakin luas dengan munculnya software bahasa Arab, siaran TV berbahasa Arab, dan pembelajaran online (https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Arab).
7
Berdasarkan kenyataan bahwa bahasa Arab merupakan salah satu bahasa yang dibutuhkan oleh masyarakat global era industri 4.0 ini, maka dapat disimpulkan bahwa bahasa Arab memiliki potensi dan peluang besar untuk dapat eksis dalam berbagai bidang kehidupan. Hal itu didukung oleh proposisi K V Kurmanath (2017) bahwa di era globalisasi, justru masyarakat dunia tertarik untuk mempelajari ragam bahasa karena mas yarakat dunia telah menyatu namun tetap ada kesadaran untuk mempertahankan identitas diri, termasuk identitas bahasa. D. Tantangan Bahasa Arab Era Revolusi Industri 4.0 Adanya potensi dan peluang besar bagi eksistensi bahasa Arab di era revolusi industri 4.0, bukan berarti sama sekali tidak ada tantangannya. Hal ini karena revolusi Industri 4.0 meskipun berdampak ke berbagai bidang kehidupan, namun orientasi utamanya adalah dunia bisnis. Dalam situasi ini salah satu tantangan krusial bagi bahasa Arab adalah peranannya sebagai bahasa agama Islam dalam menghadapi dunia bisnis. Sebab bahasa Arab tidak mungkin dipisahkan dari agama Islam. Hal ini mengingat bahwa sumber-sumber otentik ajaran Islam, yakni al-Quran dan al-Hadits, serta peribadatan-peribadatan Islam menggunakan bahasa Arab. Lebih dari itu, sebagaimana dikemukakan oleh Wekke & Tamalia (2016), bahasa Arab bukan hanya bahasa komunikasi antar manusia, tetapi juga merupakan bahasa yang menjadi sarana dialog dengan Tuhan. Dalam konteks bahasa agama, saat ini bahasa Arab tengah mengalami reduksi dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa Arab sebagai ekspresi Isla mi, Allah sentris, mengalami kemunduran karena digantikan dengan bentuk-bentuk yang disederhanakan berdasarkan norma-norma Barat. Misalnya ucapan terima kasih, harapan baik dan sejenisnya mengalami degradasi karena diganti dengan ungkapan-ungkapan Barat. Orang-orang Arab sendiri, terutama mereka yang “kebarat- baratan” sering mengganti ucapan “Assalamu’alaikum” dengan "Allo," "Bonjour, "" Hai", atau "Halo” (Morrow and Castleton, 2007). Apabila kondisi seperti itu terus berlangsung dan bersifat masif, maka bahasa Arab, baik sebagai bahasa Ibu bagi orang Arab maupun bahasa kedua bagi negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, akan semakin tergerus oleh dominasi bahasa-bahasa lainnya. . Dalam konteks persaingan ekonomi global, semua masyarakat dan bangsa memiliki akses kepada sumber-sumber multikultural dan multilingual. Karena itu, mereka pun memiliki kesempatan untuk mengambil peran penting dalam ekonomi global (Navin Kumar Singh, et.al, 2012). Pertanyaannya, bagaimana kesiapan sumber daya masyarakat pemilik, pecinta, dan pegiat bahasa Arab dalam mengambil peran utama ekonomi global? Jawaban atas pertanyaan ini tentu memerlukan penelitian tersendiri. Namun demikian, berdasarkan latar historis terjadinya revolusi industri, dari revolusi gelombang pertama hingga keempat, nampaknya negara-negara Barat lebih siap dari pada negara-negara Islam atau negara-negara yang mayoritas penduduknya muslim. Sebab revolusi industri itu dikomandani oleh negara-negara Barat.
8
Demikian pula dalam bidang teknologi, terutama teknologi internet. Internet adalah identik dengan informasi. Siapa menguasai informasi, dialah pemilik kekuatan. Teknologi internet yang saat ini merambah ke seluruh sendi kehidupan ( Internet of Things/IoT ), semuanya dalam kendali negara-negara Barat, terutama Amerika. Semua kondisi tersebut jelas menjadi tantangan tersendiri bagi bahasa Arab dan pengguna bahasa Arab dari kalangan negara-negara Timur Tengah dan negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Untuk menghadapi tantangan tersebut, tidak bisa tidak, para pengguna, pecinta, dan pegiat bahasa Arab perlu bersatu membangun visi bersama dan bekerjasama untuk mengambil peran-peran penting dalam berbagai sendi kehidupan. E. Strategi Pengembangan Eksistensi Bahasa Arab Era Revolusi Industri 4.0 Kata eksistensi dapat diartikan sebagai kemampuan, baik langsung maupun tidak langsung, dalam berinteraksi dengan realitas dan lingkungan semesta (https://en.wikipedia.org/wiki/Existence). Kemampuan berinteraksi dengan relitas dan lingkungan, baik lokal maupun global, salah s atunya didukung oleh faktor kemampuan memenuhi kebutuhan. Menurut teori Motivasi Abraham Maslow, kebutuhan manusia dibagi secara garis besar dalam empat tingkatan, yaitu: (1) Kebutuhan mempertahankan hidup ( survival ), seperti makanan, minuman, rumah, pakaian; (2) Kebutuhan keselamatan dan keamanan ( safety and security), meliputi perlindungan hukum dan aturan, stabilitas, pekerjaan, dan kesehatan; (3) Kebutuhan rasa memiliki dan dimiliki atau kebutuhan rasa kasih sayang (belonging ), seperti keluarga, sahabat, dan tetangga; (4) Kebutuhan pertumbuhan dan pencapaian ( growth and achievment ), seperti prestasi, pengakuan, dan pemenuhan kebutuhan eksistensial (Nicki Pozos and Mike Britch, 2015). Dalam perspektif Maslow, kebutuhan-kebutuhan itulah yang menggerakkan manusia untuk mendekati dan mengambil obyek. Ketika suatu obyek dipandang sebagai sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhannya, maka manusia akan bergerak untuk meraihnya. Berdasarkan teori Maslow tersebut, maka dapat diajukan premis bahwa jika pada era revolusi industri 4.0 bahasa Arab mampu berperan dalam memenuhi realitas kebutuhan masyarakat, maka eksistensi bahasa Arab akan semakin kuat. Sebaliknya, jika bahasa Arab kurang mampu berperan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, maka eksistensi bahasa Arab akan semakin mele mah. Atas dasar premis tersebut maka menurut hemat penulis, strategi pengembangan eksistensi bahasa Arab era revolusi Industri 4.0 harus dilakukan melalui upaya untuk dapat membuat bahasa Arab mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Kemampuan memenuhi kebutuhan masyarakat membutuhkan sumber daya manusia bahasa Arab yang kuat, terampil, dan berkarakter, sesuai tuntutan dan kebutuhan era revolusi Industri 4.0. Untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, maka sistem pendidikan, khususnya pendidikan bahasa Arab, harus dirancang dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga
9
mampu menghasilkan output dan outcome yang secara kreatif mampu menghadapi pesatnya perubahan kebutuhan masyarakat. Ketidakmampuan melakukan perubahan dalam memanfaatkan teknologi digital era revolusi industri bisa berakibat fatal. Sudah banyak contoh perusahaan perusahaan besar yang tiba-tiba gulung tikar karena tidak mampu mengantisipasi perubahan teknologi sehingga terkena disruptive innovation. 10-25 Tahun lalu Wartel (Warung Telekomunikasi), adalah bisnis yg menguntungkan, namun saat ini Wartel sudah tidak kita jumpai lagi, karena semua orang memiliki handphone. Nokia dengan julukannya sebagai raja ponsel di seluruh dunia dan Black Berry sebagai raja BBM, sekarang sudah dilibas oleh Android dengan Whatsapp dan Line. Beberapa tahuan lalu, profesi ojek tidak dipandang dengan sebelah matapun. Fakta hari ini, di antara tukang ojek adalah para sarjana S1, S2, bahkan S3, karena sudah ada ojek online seperti Gojek. Beberapa strategi yang penulis usulkan antara lain: Pemanfaatan dan Pengembangan 10 Pilar Revolusi Industri 4.0, peningkatkan Kualitas SDM Bahasa Arab dalam memenuhi kebutuhan masyarakat global, dan memperluas jaringan kerjasama antar pecinta dan pegiat bahasa Arab serta para stakeholders. Pemanfaatan dan pengembangan 10 Pilar Revolusi Industri 4.0 dipandang penting mengingat bahwa revolusi Industri 4.0 terjadi karena adanya dukungan 10 pilar teknologi sebagaimana telah dipaparkan di muka (lihat Gambar 1). Oleh karena itu, maka sistem pendidikan bahasa Arab juga harus dirancang dan diarahkan untuk mampu memanfaatkan dan mengembangkan 10 pilar tersebut. Misalnya pemanfaatan sistem pembelajaran online (elearning ) untuk mendukung proses pembelajaran offline. Sampai sejauh ini, beberapa lembaga pendidikan Islam, baik formal maupun non formal, yang melaksanakan proses pembelajaran dan pengembangan bahasa Arab telah memulai untuk melaksanakan proses pembelajaran online dan pemanfaatan internet untuk pengembangan bahasa Arab. Jurusan Pendidikan Bahasa Arab FITK UIN Sunan Kalijaga, misalnya, juga telah menggunakan sistem pembelajaran online untuk membackup pembelajaran offline dengan alamat situs: https://elearning.fitk.uin-suka.ac.id/course/view.php?id=52. Demikian pula, lembaga atau organisasi Persatuan Pengajar Bahasa Arab atau Ittihad al-Mudarrisin lil-Lughah al-Arabiyah (IMLA) yang kini sedang giatgiatnya membangun Corpus Bahasa Arab. Corpus tersebut berisi kumpulan teks sistematis berjumlah besar yang terkait dengan masalah bahasa Arab dan pembelajaran bahasa Arab yang dapat disimpan dan diolah secara elektronik berbasis internet yang diharapkan akan menjadi rujukan lengkap. Peningkatkan kualitas SDM bahasa Arab dipandang penting karena kualitas SDM merupakan kunci utama suksesnya pengembangan eksistensi bahasa Arab. Kualitas SDM ini juga terkait dengan pola pendidikan pembelajaran bahasa Arab di lembaga-lembaga pendidikan. Oleh karena itu pembenahan dan pengembangan sistem pembelajaran bahasa Arab perlu terus dilakukan. Pembenahan dilakukan dengan cara, misalnya: (a) Merubah pendekatan pembelajaran bahasa Arab dari grammatical approach ke communicative
10
approach; (b) Mengembangkan lingkungan pembelajaran bahasa Arab dengan memperbanyak intake (asupan) bahasa Arab yang variatif bagi peserta didik; (c) Meningkatkan kemampuan riset para dosen dan mahasiswa; (d) Mengembangkan kreatifitas SDM bahasa Arab. Terakhir adalah memperluas jaringan kerjasama antar pecinta dan pegiat bahasa Arab serta para stakeholders. Global networking merupakan keharusan. Sebab kerjasama itulah salah satu pilar revolusi industri. Wallahu a’lam. F. Kesimpulan Revolusi Industri 4.0 telah terjadi. Perubahan besar-besaran dalam berbagai bidang kehidupan tengah berlangsung. Revolusi Industri 4.0 terjadi karena ada dukungan 10 pilar teknologi canggih yang meliputi keamanan dunia maya (cyber security), komputer awan (cloud computing ), teknologi seluler (mobile technology), jaringan mesin ke mesin (machine to machine), cetak simulasi tiga dimensi (3D printing ), teknologi robot canggih (advance robotic), analisis data besar (big data/analytic), internet segala atau segalanya berbasis internet (internet of things), identifikasi frekuensi radio atau transponder untuk menyimpan dan mengambil data jarak jauh ( Radio Frequency Identification/RFID), dan komputasi kognisi (cognitive computing ). Era Revolusi Industri 4.0 memberi peluang besar bagi eksistensi bahasa Arab karena masyarakat global masih memandang bahasa Arab seb agai salah satu sarana penting bagi pengembangan ekonomi global. Namun demikian, Revolusi Industri 4.0 juga memberi tantangan tersendiri bagi eksistensi bahasa Arab. Tantangan tersebut utamanya adalah kepercayaan diri para pengguna, pecinta, dan pegiat bahasa Arab dalam menggunakan bahasa Arab untuk komunikasi global. Begitu pula kesiapan mereka dalam bersaing dengan bahasa-bahasa lain dalam mengambil peran strategis dalam pengembangan ekonomi global. Beberapa strategi penting untuk mengembangkan eksistensi bahasa Arab era Revolusi Industri 4.0 meliputi pemanfaatan dan pengembangan 10 Pilar Revolusi Industri 4.0 dalam sistem pembelajaran bahasa Arab, peningkatkan kualitas SDM Bahasa Arab dalam memenuhi kebutuhan masyarakat global, dan memperluas jaringan kerjasama antar pecinta dan pegiat bahasa Arab dengan para stakeholders. Wallahu a’lam.
11
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, and Wahab Rosyidi. 2012. “Menengok Kembali Kurikulum Bahasa Arab Dan Pembelajarannya.” Makalah. Fakultas Humaniora dan budaya UIN Maliki Malang. Arun, 2018, 10 Major Causes od The Industrial Revolution, , https://learnodonewtonic.com/industrial-revolution-causes. diakses 2 Oktober 2018. Benkharafa, Mustapha, 2013. “The Present Situation of the Arabic Language and the Arab World Commitment to Arabization”, dalam Theory and Practice in Language Studies, Vol. 3, No. 2, pp. 201-208, February 2013. Brosh, Hezi, 2013. “ Motivation of American College Students to Study Arabic”, International Journal of Humanities and Social Science Vol. 3 No. 19; November 2013, hlm. 36. Conti, Gianfranco. 2016. “Grammar Translation and Communicative Language Teaching.” https://gianfrancoconti.wordpress.com/2016/01/12/grammar translation-and-communicative-language-teaching-compared/, diakses%0A10/10/2018%0A. diakses 4 Oktober 2018. Cotteleer & Sniderman, 2017) , Forces of change: Industry 4.0 https://www2.deloitte.com/insights/us/en/focus/industry-4-0/overview.html, diakses 3 Oktober 2018. http://blogs.stlawu.edu/arabicmedia/files/2013/12/10-Reasons-to-Learn-ArabicLanguage.pdf). Diakses 11 Oktober 2018 https://en.wikipedia.org/wiki/Existence. Diakses 12 Oktober 2018 https://en.wikipedia.org/wiki/Existence. Diakses 12 Oktober 2018 https://ivoox.id/revolusi-industri-dari-1-0-hingga-4-0/ https://www.thehindubusinessline.com/info-tech/it-industry-wants-to-learn-otherlanguages/article9539777.ece. Diakses 2 Oktober 2018. Ismail Suardi Wekke* & Ghita Tamalia, 2016. “Tantangan Pengembangan Pembelajaran Bahasa Arab Madrasah Masa Depan: Adaptasi dalam Teknologi Pndidikan”. Makalah Dipresentasikan dalam “Seminar Nasional The 21st Century Skills Guru pada Jenjang Pendidikan Dasar” Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 27 Oktober 2016 Khasairi. Moh., 2002. Pengajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyahantara Harapan dan Kenyataan dalam jurnal Ikatan Pengajar Bahasa Arab Al-Hadharah. hlm. 80 Krashen, Stephen D. 2009. Principles and Practice in Second Language Acquisition. California: Pergamon Press Inc.
12
Kurmanath, K V. 2017. IT industry wants to learn other languages, dalam McWhorter, John, 2004. “The Story of Human Language Part I”, The Teaching Company Limited Partnership. Morrow, John A, and Castleton, Barbara, 2007. “The Impact of Globalization on the Arabic Language”. Intercultural Communication Studies XVI : 2. Muradi, Ahmad. 2014. “Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa Arab.” dalam Arabiyat , Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Dan Kebahasaaraban Vol. I (1): 29 – 48. Pozos, Nicki and Britch, Britch, 2015. “Improving Emergency Preparedness Of The Public, Using Maslow's Hierarchy of Needs. https://www.pnwsawwa.org/uploads/PDFs/conferences/2016/Technical%20Sessions/Friday/P ozos%20Maslows%20Hierarchy%20of%20Needs.pdf . Putri Agus, 2018, Dunia Mulai Beralih Ke Era Digital: Hari ini Suka atau Tidak, Fakta Sudah Terjadi !!!, dalam https://digitalentrepreneur.id/revolusi-industri-4-0/. Diakses 2 Oktober 2018. Singh, Navin Kumar, et.al, 2012. “Globalization and Language Policies of Multilingual Societies: Some Case Studies of South East Asia”, RBLA, Belo Horizonte, v. 12, n. 2, p. 349-380, 2012. Stanley, Karen. 2002. “The Role of Linguistic and Language Acquisition Theory in Teacher Development.” TESL-EJ Forum 6 (2). http://www.teslej.org/ej22/f1.html. diakses 2 Oktober 2018. Tim
Viva, “4 Tahap Revolusi Industri Sampai ke Era 4.0”, https://www.viva.co.id/digital/digilife/1040470-4-tahap-revolusi-industrisampai-ke-era-4-0, diakses 1 Oktober 2018.
Veza, Ivica, et.al., 2015. “Analysis of the Current State of Croatian Manuvacturing Industry with Regard do Industry”. dalam Croatian Association of Production Engineering, Zagreb 2015 CI M2015 June, 10-13, 2015 Vodice, Croatia Winger, Win, 2004, Beyond Teaching & Learning Memadukan Quantum Teaching & Learning, diterjemahkan oleh Ria Sirait dan Purwanto, (Bandung: Nuansa). Zedan, Ashraf M., et.al. 2013. “The role of language in education: Arabic as case study”. Dalam Procedia - Social and Behavioral Sciences 70. 1002 – 1008.