Pemetaan Akuifer Kota Depok
A.
PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI
A.1 PENDEKATAN UMUM
Air tanah mempunyai manfaat yang sangat vital bagi kelangsungan hidup hidup makhluk hidup, hidup, khususnya manusia. Selain dimanfaatkan sebagai sumber air minum, mandi, dan keperluan rumah tangga lainnya dengan membuat sumur, air tanah juga menjadi sumber atau mata air bagi aliran sungai, yang juga sangat penting bagi kehidupan, sumber tenaga (listrik), dan sebagai usaha peternakan dan pertanian. Kota Depok merupakan salah satu kota yang berkembang dengan sangat pesat di Propinsi Jawa Barat. Keberadaannya sebagai salah satu kota penyangga dari DKI Jakarta membuat Kota Depok sangat menarik untuk ditinggali. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk Kota Depok saat baru berdiri tahun 1999 sekitar 926.529 orang menjadi 1.898.567 orang pada tahun 2012 (Sumber : BPS Kota Depok, 2013). 2013). Dengan demikian dalam kurun waktu 13 (tiga belas) tahun telah terjadi peningkatan jumlah penduduk 972.038 orang dengan persentase sekitar 3,94% per tahun. Peningkatan jumlah penduduk jelaslah menyebabkan meningkatnya permintaan kebutuhan dasar masyarakat seperti sumber dan jaringan air bersih; jalan, jembatan, dan saluran drainase jalan; saluran irigasi dan drainase kota; pengangkutan dan pengelolaan sampah;
PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA E - 1
Pemetaan Akuifer Kota Depok
kesehatan; pendidikan; dan lain – lain. Hal ini menyebabkan Pemerintah Kota Depok harus bekerja lebih keras dalam rangka memenuhi permintaan masyarakat Kota Depok akan kebutuhan dasar. Dinas – Dinas, Badan – Badan, dan Kantor – Kantor menjadi tumpuan dan motor penggerak perencanaan pembangunan dalam rangka memenuhi tuntutan tersebut. Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Depok pun menjadi salah satu dinas yang diandalkan dalam rangka memenuhi kebutuhan infrastruktur masyarakat akan jalan, jembatan, saluran drainase jalan, saluran irigasi, dan drainase kota. Kota Depok, seperti kebanyakan kota – kota – kota kota di Indonesia, memanfaatkan air tanah sebagai sumber utama air bersih. Lebih dari 80% kebutuhan air bersih Kota Depok diambil dari air tanah ini. Hal ini disebabkan oleh selain belum terjangkaunya daerah – daerah daerah perumahan dan pemukiman di Kota Depok oleh sambungan pipa PDAM Kota Depok (baru berdiri Tahun 2012) juga oleh rendahnya kesadaran masyarakat Kota Depok tentang pentingnya peranan air tanah bagi kelestarian lingkungan, penahan permukaan tanah, dan pengendalian banjir. Kota Depok sendiri memiliki peranan yang unik dalam hal kelestarian air tanah di daerah cekungan air tanah. Kota Depok sendiri terdiri dari dua daerah cekungan yaitu Cekungan Air Tanah (CAT) Jakarta dan Cekungan Air Tanah (CAT) Bogor. CAT Jakarta merupakan CAT yang lebih dominan di Kota Depok. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang air tanah, Kota Depok termasuk daerah resapan. Karena itu, untuk CAT Jakarta, air hujan akan meresap di Kota Depok dan keluar di DKI Jakarta dan untuk CAT Bogor, air hujan akan meresap di Kota Depok dan keluar di Kabupaten Bogor dan Kota Bogor. Berdasarkan peraturan pemerintah inilah Kota Depok dilarang untuk menerbitkan surat izin baru tentang pemanfaatan air tanah. DKI Jakarta dan Kota/Kabupaten Bogor tidak mendapatkan pelarangan tersebut. A.2
PENDEKATAN TEKNIS
Air sebagai suatu sumberdaya vital bagi bagi kehidupan masyarakat, sangat dibutuhkan, di sisi lain intensitas pengambilan air bawah tanah, setiap tahun semakin meningkat seiring berbagai faktor yang mendorong terjadinya hal tersebut. Suplai air dari sumber air permukaan yang belum optimal menjadi salah satu penyebab terjadinya eksploitasi air dari sumber air tanah, ditambah dengan meningkatnya jumlah penduduk, pemukiman, industri dan lain-lain, sehingga pada gilirannya air tanah seolah-olah menjadi prioritas bagi sumber
PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA E - 2
Pemetaan Akuifer Kota Depok
air masyarakat. Seperti telah diketahui dari literatur-literatur mengenai air tanah yang menyatakan bahwa suatu sistem air bawah tanah berada pada suatu daerah atau wilayah yang disebut dengan “cekungan air tanah” atau “groundwater “groundwater basin”, yaitu yaitu suatu wilayah wilayah dimana suatu proses pembentukan air tanah, aliran air tanah, penyimpanan air bawah tanah, pelepasan air bawah tanah dari sistem termaksud terjadi. terj adi. Wilayah Wi layah tersebut te rsebut dibatasi oleh kondisi-kondisi hidraulik tertentu yang membuat sistem air bawah tanah pada wilayah tersebut terpisah dari sistem air bawah tanah yang lain. Dalam melakukan pengelolaan air bawah tanah, haruslah dilakukan di dalam satu cekungan air bawah tanah dan pertimbangan-pertimbangan maupun tindakan yang diambil haruslah berdasarkan pada konsep cekungan air bawah tanah. Dengan sifat air tanah yang dibatasi oleh batas-batas hidrogeologis hidrogeologis dan bukan batasan administrasi, kemungkinan di era otonomi daerah sekarang akan terjadinya konflik kepentingan antar daerah sehubungan dengan pemanfaatan dan dampak dari pengambilan air tanah. Selain itu juga dalam penentuan skala prioritas peruntukkan pemanfaatan air tanah antara untuk kepentingan rumah tangga (domestic uses) dan kepentingan industri (commercial uses), memungkinkan untuk terjadinya benturan atau fperbedaan persepsi jika tidak ada frame pengelolaan yang jelas dari Pemerintah. Kebijakan pengelolaan air tanah di Jawa Barat bertujuan untuk menjamin keseimbangan antara intensitas eksploitasi dengan aspek kelestarian pemanfaatan air tanah yang diharapkan akan memberikan hasil yang optimal bila manajemen maupun pengelolaannya dilakukan dengan tepat. Bagi Pemerintah Provinsi Jawa Barat pola pengelolaan seperti itu tidak terlepas dari tanggung
jawab dan kewenangan Pemerintah Provinsi dalam menerbitkan izin
pemanfaatan air tanah baik untuk pemakaian ataupun pengusahaan air tanah terutama untuk CAT lintas batas Kabupaten/Kota yang harus seimbang penggunaannya antara Kabupaten/Kota yang terdapat dalam CAT lintas tersebut dengan mengupayakan adanya keseimbangan antara daerah charge dan recharge area serta usaha konservasi
dengan
melakukan pengimbuhan kembali untuk menjaga keutuhan wilayah dalam perpspektif pembangunan regional Jawa Barat. Memperhatikan kondisi zona konservasi air tanah selama tahun 2006-2015 yang telah banyak mengalami perubahan akibat pengambilan air tanah yang terus menerus
PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA E - 3
Pemetaan Akuifer Kota Depok
(perubahan negatif) maupun perubahan akibat adanya rekayasa teknologi yang diberlakukan sebagai upaya pemulihan kondisi air tanah (perubahan positif), maka dipandang perlu dilakukan pemutakhiran data dan updating peta zona konservasi air tanah tersebut yang sarat dengan pembangunan yang terus menerus dan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat sehingga membutuhkan sarana air bersih untuk kebutuhan pokok sehari-hari dan untuk kegiatan pengusahaan, dimana air tanah menjadi pilihan dan tumpuan yang paling mudah utuk mendapatkan sarana air bersih tersebut. Di Indonesia, air tanah dapat digolongkan sebagai sumber daya alam nasional, mengingat perannya yang penting bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak dan pembangunan. Dengan terbatasnya potensi air tanah di alam, maka agar pemanfaatannya dapat dilakukan secara berkelanjutan tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi dan lingkungan sumber daya air tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya pengendalian pengambilan dan pemanfaatannya. Salah satu bentuk perangkat pengendalian tersebut adalah Peta Konservasi Air Tanah Skala 1:100.000 yang di dalamnya menyajikan informasi tentang kondisi ketersediaana air tanah di berbagai wilayah dalam peta, baik secara lateral maupun vertikal, pengaturan peruntukan pemanfaatan, jumlah pasokan, serta upaya pelestarian air tanah dan lingkungan keberadaannya. Tata Cara Penyusunan Peta Konservasi Air Tanah
Peta konservasi air tanah pada dasarnya merupakan peta pengaturan atau pengelolaan air tanah dari suatu daerah dengan perubahan kondisi air tanah baik pada akuifer dangkal maupun akuifer dalam tertentu, meliputi aman, rawan, kritis, dan rusak. Pesan yang muncul dari peta ini adalah pengendalian pemanfaatan dan pemanfaatan serta upaya perlindungan dan pelestarian air tanah. Dalam peta ini diatur peruntukan pemanfaatan dan pengambilan air tanah yang penentuannya didasarkan atas potensi ketersediaan baik kuantitas maupun kualitasnya, kemampuan pasokan, serta kebutuhan akan air untuk berbagai keperluan. Zona konservasi air tanah pada peta ini disajikan dalam warna, sedang informasi hidrogeologi ditampilkan dengan pola grafis dan lambang. Pedoman ini pada dasarnya memberikan acuan untuk penyusunan peta dengan informasi dalam tingkatan rendah hingga lanjut (advance). Artinya informasi yang tersaji pada peta masih bersifat kualitatif hingga semi kuantitatif. Hasil utama kegiatan penyusunan peta konservasi air tanah skala 1:100.000 adalah peta konservasi air tanah dengan catatanpenerangan (explanatory note)
PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA E - 4
Pemetaan Akuifer Kota Depok
atas peta tersebut. Tahapan kegiatan dalam penyusunan peta konservasi air tanah skala I : 100.000 mencakup perencanaan, inventarisasi dan evaluasi meliputi penentuan kedalaman penyadapan akuifer, penentuan peruntukan pemanfaatan dan debit pemanfaatan air tanah, serta penentuan zona konservasi air tanah yang dituangkan dalam bentuk peta konservasi air tanah 1) Perencanaan a.
Berdasarkan data dan informasi yang tersedia, dilakukan perencanaan penyusunan peta yang mencakup pembentukan tim / kelompok kerja pembuatan rencana kerja dan rencana biaya, serta menyusun daftar kebutuhan peralatan pendukung.
b.
Tim yang dibentuk melakukan kajian atas semua data dan infromasi perubahan kondisi dan lingkungan air tanah yang tersedia dan melakukan evaluasi kegiatan pengumpulan data primer air tanah di lapangan.
2) lnventarisasi Data dan Informasi Dalam setiap penyusunan peta konservasi air tanah harus didasarkan atas data dan informasi dari daerah yang dipetakan terdiri atas data primer dan data sekunder air tanah. a.
Data Primer
Pengumpulan data primer air tanah dilakukan melalui pengukuran, pemantauan, penyelidikan, dan penelitian di lapangan serta pengumpulan dari berbagai intansi terkait. Survei lapangan dalam rangka kegiatan penyusunan peta konservasi air tanah dapat berbasis satu wilayah cekungan air tanah atau lebih dalam satu atau lebih wilayah administratif. Data primer air tanah meliputi:
Penyebaran sumur produksi air tanah, sumur pantau dan mata air
Penampang litologi dan konstruksi sumur.
Sistem akuifer.
Data uji akuifer dan uji pemompaan sumur gali maupun sumur bor.
Muka air tanah terutama perubahannya..
Debit sumur bor, sumur gali dan mata air.
Jumlah pemanfaatan air tanah.
PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA E - 5
Pemetaan Akuifer Kota Depok
b.
Kualitas air tanah t€rutama perubahannya.
Data sumber pencemaran limbah rumah tangga maupun limbah industri.
Batas cekungan air tanah.
Lokasi dan kondisi daerah imbuharr.
Dampak negatif pemanfaatan air tanah.
Data Sekunder
Koleksi data sekunder air tanah terutama dilakukan melalui pengumpulan dari berbagai intansi terkait meliputi data curah hujan, penggunaan lahan, jumlah dan perhrmbuhan pendudukd, dan lain-lain. Data sekunder meliputi :
Data iklim
Penggtrnaanla han.
Jumlah dan pertumbuhan penduduk.
Rencana umum tata ruang
Data kebutuhan akan air
Data lainnya yang diperlukan
3) Evaluasi dan Interpretasi Kegiatan evaluasi dan interpretasi data yang telah terkumpul didasarkan atas pengetahuan hidrogeologi dan acuan yang ada serta penilaian pribadi. Pada dasarnya kegiatan ini dilalcukan dalam empat tahapan:
Tahap pertama melakukan evaluasi potensi air tanah terutama tingkat ketersediaan sumberdaya air tanah
Tahap kedua melakukan evaluasi kondisi lingkungan air tanah terutama tingkat perubahan lingkungan serta daya dukung air tanah akibat pemanfaatannya.
Tahap ketiga melakukan evaluasi pengelolaan terutama menetapkan pengaturan batasan kedalaman sumur produksi dan kedalaman akuifer yang akan disadap
Tahap keempat melakukan evaluasi pengelolaan terutama menetapkan pengaturan pemanfaatan air tanah berupa batasan besarnya debit sumur serta peruntukan pemanfaatannya
PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA E - 6
Pemetaan Akuifer Kota Depok
a.
Evaluasi Potensi Air tanah
Evaluasi potensi air tanah dilakukan unftrk mendapatkan tingkat potensi pada sistem akuifer bebas dan akuifer tertekan berdasarkan kriteria kuantitas dan kualitasnya. b.
Evaluasi Kondisi Lingkungan Air tanah
Evaluasi kondisi air tanah terutama tingkat perubahan lingkungan serta daya dukung sumberdaya air tanah dilakukan untuk mendapatkan tingkat kerusakan sistem akuifer bebas maupun tertekan akibat pemanfaatan air tanah sesuai dengan kriteria yang tercantum dalam pedoman tentang Kriteria Kerusakan Kondisi dan Lingkungan Air Tanah Akibat Pengambilan Air Tanah. c.
Evaluasi Kedalaman Sumur Produksi
Evaluasi pengelolaan air tanah terutama penetapan kedalaman sumur produksi dan kedalaman akuifer yang akan disadap. Suatu daerah kemungkinan mengandung beberapa akufier (multi layer aquifers). Sehingga kondisi yang demikian memungkinkan dilakukannya pengaturan kedalaman penyadapan air tanah pada akuifer tertentu. Dengan pengaturan kedalaman akan dapat dihindari penyadapan air tanah hanya pada satu akuifer tertentu, yang dampaknya tentu berbeda dengan penyadapan atas beberapa akuifer. Pengaturan kedalaman penyadapan air tanah pada akuifer dengan kondisi air tanah aman dilakukan, sebagai berikut. 1) Penyadapan air tanah yang terkandung dalam akuifer tidak tertekan, umufilnya pada kedalaman kurang dari 40 m hanya diperuntukan bagi keperluan air minum dan rumah tangga, dengan cara penyadapan melalui sumur gali atau sumur pasak. 2) Pada suatu daerah yang hanya tersedia air tanah pada akuifer tidak tertekan penyadapan air tanah urituk kiperluan industri dan niaga dipertimbangkan setelah dilakukan kajian triarogeologi terlebih dahulu untuk mengetahui dampak negative yang mungkin terjadi terhadap sumur penduduk sekitarnya. 3) Untuk keperluan niaga dan industri, penyadapan air tanah dilakukan pada akuifer tertekan, umumnya pada kedalaman lebih dari 40 m dengan cara penyadapan melalui sumur pasak atau sumur bor.
PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA E - 7
Pemetaan Akuifer Kota Depok
d.
Evaluasi Debit Pengamtlilan Air Tanah dan Peruntukan Pemanfaatan
Evaluasi besarnya debit pengambilan air tanah terkait dengan kedalaman sumur produksi dan kedalaman akuifer yang akan disadap serta peruntukan pemanfaatannya Tergantung pada kondisi suatu daerah, pada dasarnya pengaturan kedalaman penyadapan air tanah tetap mengacu terutama pada kemampuan ketersediaan serta prioritas peruntukan pemanfaatannya, dimana air minum dan rumah tangga merupakan prioritas utama di atas segala-galanya. Kriteria air tanah untuk keperluan rumah tangga terbatas untuk keperluan masak, mandi dan cuci di luar kompleks/tawasan niaga dan industri. Air tanah untuk keperluan serupa, namun di dalam kompleks niaga dan industri, dikategorikan sebagai air untuk proses niaga, dan industri. Dengan melakukan pembatasan debit pengambilan air tanah maka penurunan muka air tanah akan dapat dibatasi pada kedudukan yang aman' Aman disini dalam arti mencegah terjadinya tonAlsi air tanah menjadi rawan, kritis dan rusak, sehingga pemanfaatan air tanahh arusd isesuaikand enganp otensik etersediaana ir tanahy ang tersedia patut diingat, bahwa kondisi hidrogeologi suafu daerah, sangat menentukan kuantitas dan kualitas air tanah, sehingga batas airan dari jumlah pemanfaatan air tanah, sangat berbeda dari suatu daerah ke daeiah yang lain, tergantung dari kondisi hidrogeologinya Namun secara kasar dapat dikatakan, jumlah pemanfaatan air tanah hendaknya tidak melebihi jumlah imbuhan air tanah Berdasarkan perhitungan matematis, dengan memperhatikan batas-batas hidrogeologis yang ada,penentuan iatas aman dari jumlah debit pengambilan dapat dilakukan dengan model air tanah (ground water modelling) Prinsipnya adalah, membuat rekaan (simulasi) kondisi hidrogeologi kemudian ditetapkan beberapa perencanaan (skenario) pengambilan air tanah pada suatu akuifer tertentu, Dari skenario tersebut dapai diketatrui tcuota jumlah pemanfaatan air tanah maksimum dari akuifer tersebut dalam area per km2, terutama terhadap penumnan muka air tanah yang aman. Apabila potensi ketersediaan air tanah pada suatu lapisan akufier setiap 1 km2 (100 Ha) diketahui dan jumlah sumur produksi dalam areal 10 Ha hanya diperbolehkan maksimum 5 sumur jarak antar sumur 150 m maka kuota pemanfaatan air tanah persumur produksi dapat ditentukan. Dalam hal penentuan debit pemanfaatan air tanah untuk pembuatan sumur produksi baru maka sebelumnya harus diperhitungkan jumlah dari sumur produksi berikut jumlah debit
PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA E - 8
Pemetaan Akuifer Kota Depok
yang telah disarankan sebeiumnya, iehingga kuota pemanfaatan tidak dilampaui. Kriteria Kerusakan Kondisi dan Lingkungan Air Tanah Akibat pemanfaatan Air Tanah Tingkat Kerusakan Kondisi Air tanah 1) Berdasarkan pertimbangan penumnan muka air tanahnya, tingkat kerusakan kondisi air tanah dapat dibagi menjadi 4 (empat) tingkatan, yaitu : Aman
: penurunan muka air tanah < 40%
Raw an
: penurunanm ukaair tanah 40%-60%
Kri t i s
: penunmanmuka airtanah > 60% - 80%
Rusak
: penurunan muka air tanah > 80%
a. Tingkat Kerusakan Kondisi Air Tanah Tidak-Tertekan Aman
: penumnanpreati < 40%
Rawan
: penurunanpreatik 40% - 60%
Kri t i s
: penurunanpreatik > 60% - 80%
Rusak
: penurunan preatik > 80%
b. Tingkat Kerusakan Kondisi Air Tanah Tertekan Aman
: penumnanpisometri < 40%
Rawan
: penurunanpisometri 40% - 60%
Kr i t is
: penurunanpisometri > 60%- 80%
Rusak
: penumnanpisometri >80%
Perubahan/penurunan pisometrik maupun preatik tersebut dihitung dari kondisi awal sebagai titik acuan. Berdasarkan pertimbangan penurunan kualitas air tanahnya, tingkat kerusakan kondisi air tanah tertekan maupun tidaktertekan dapat dibagi menjadi 4 (empat) tingkatan, yaitu: A m a n : penurunan kualitas yang ditandai dengan kenaikan salinitas kurang dari 1000 mg/l atau daya hantar listrik kurang dari 1000 μ S/cm.
PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA E - 9
Pemetaan Akuifer Kota Depok
Ra w a n : penurunan kualitas yang ditandai dengan kenaikan salinitas antara 1000 10.000 mgll atau daya hantar listrik antara 1000 - 1500 μ S/cm. K r i t i s : penurunan kualitas yang ditandai dengan kenaikan salinitas antara > 10.000 15.000 mgllatau daya hantar listrik antara> 1500 - 5000 μ S/cm. R u s a k : penurunan kualitas yang ditandai dengan kenaikan salinitas lebih dari 100.000 mg/l atau daya hantar listrik lebih dari 5000 μ S/cm atau tercemar oleh logam berat dan atau bahan berbahaya dan beracun. sebagai upaya pemulihan air tanah di daerah-daerahy ang kondisi air tanahnya telah rawan kritis, dan rusak, untuk perpanjangan Surat Izin Pemanfaatan Air Tanah dari sumur produksi dilakukan pengLlrangand ebit sebesarl 10% pada daerah rawan, dan 15% pada daerah kritis/rusak. Penentuan Zona Konservasi Air tanah
Zona konservasi air tanah merupakan pengelompokan suatu daerah yang ditentukan berdasarkan kesamaan kondisi daya dukung air tanah, kesamaan tingkat kerusakan air tanah dan kesamaan pengelolaannya. Berdasarkan kriteria tersebut di atas, zona konservasi air tanah dapat dibedakan menjadi 6 (enam) zona yang disajikan pada peta konservasi air tanah skala 1 : 100.000 dengan memuat warna yang digunakan untuk membedakan zona-zona tersebut, yaitu : a.
Zona Rusak, digambarkan dengan wama merah dengan tambahan garis arsiran khusus.
b.
Zona Kritis, digambar dengan warna merah.
c.
Zona Rawan, digambar dengan warna kuning.
d.
Zona Aman, digambar dengan warna biru.
e.
Zona Imbuhan, digambar dengan warna hijau.
f.
Zona Aman dengan produktivitas rendah,/daera air tanah langka diberi simbol warna coklat.
PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA E - 10
Pemetaan Akuifer Kota Depok
Petak onservasai air tanah Skala 1 : 100.000 selain menggambarkan zonasi konservasai air tanah juga dilengkapii informasi: a. Batas cekungan air tanah. b. Penetapan wilayah yang telah intensif pengambilan air tanahnya. c. Kontur kedudukan muka air tanah. d. Arah aliran air tanah. Selain itu, peta konservasi air tanah juga dilengkapi dengan peta penunjang yang diharapkan akan berisi informasi yang lebih rinci urituk melengkapi-peta utama, yaitu , a. Peta Sebaran sumur produksi. b. Peta sebaran sumur pantau. c. Peta Kualitas air tanah. d. Penampang hidrogeologi e. Grafik perkembangan kedudukan muka air tanah f. Grafik perkembanganju mlah sumur produksi g.Grafik perkembangan jumlah pemanfaatana air tanah
Tingkat Kerusakan Lingkungan Air Tanah Berdasarkan pertimbangan ada tidaknya amblesan tanah, tingkat kerusakan lingkungan air tanah dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu: A m a n : apabila pemanfaatan air tanah belum berdampak terjadinya amblesan tanah. K r i t i s : apabila pemanfaatan air tanah telah berdampak terjadinya amblesan tanah. Tingkat Kerusakan Kondisi dan Lingkungan Air tanah Berdasarkan penurunan muka air tanah dan kualitasnya, serta ada tidaknya amblesan tanah, maka tingkat kerusakan kondisi dan lingkungan air tanah dapat ditentukan dari matrik sebagai berikut :
PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA E - 11
Pemetaan Akuifer Kota Depok
Tabel Matriks Penentuan Peringkat Kerusakan Kondisi dan Lingkungan Air Tanah
A.3
METODOLOGI
Lingkup materi pada kegiatan ini merupakan Pemetaan Akuifer Kota Depok, dengan lingkup kajian sebagai berikut: a) Evaluasi dan deliniasi wilayah-wilayah yang sudah terindikasi terjadi penurunan muka air tanah;
PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA E - 12
Pemetaan Akuifer Kota Depok
b) Identifikasi dan inventarisasi dampak pengambilan air tanah eksisting (penurunan kualitas air tanah, penurunan kondisi air tanah dan penurunan muka air tanah); c) Penyusunan Peta Muka Air Tanah yang dihasilkan melalui pengukuran Muka Air Tanah (MAT) pada lokasi terpilih di Kota Depok; d) Deliniasi kondisi air tanah di Kota Depok, sesuai dengan
Pasal 6, Peraturan
Gubernur Nomor 31 Tahun 2006 tentang Pendayagunaan Air Tanah:
Zona aman, yaitu wilayah yang memenuhi salah satu kriteria terjadi penurunan muka air tanah kurang dari 40% dan/atau terjadi penurunan kualitas air tanah yang ditandai dengan kenaikan zat padat terlarut kurang dari 1.000 mg/l atau DHL <1.000 µ S/cm
Zona Rawan, yaitu wilayah yang memenuhi salah satu kriteria terjadi penurunan muka air tanah kurang dari 40% - 60% dan/atau terjadi penurunan kualitas air tanah yang ditandai dengan kenaikan zat padat terlarut antara 1.000 – 10.000 mg/l atau DHL <1.000 – 1.500 µ S/cm.
Zona Kritis, yaitu wilayah yang memenuhi salah satu kriteria terjadi penurunan muka air tanah kurang dari 60% - 80% dan/atau terjadi penurunan kualitas air tanah yang ditandai dengan kenaikan zat padat terlarut antara 10.000 – 100.000 mg/l atau DHL <1.500 – 5000 µ S/cm.
Zona Rusak, yaitu wilayah yang memenuhi salah satu kriteria terjadi penurunan muka air tanah lebih dari 80% dan/atau terjadi penurunan kualitas air tanah yang ditandai dengan kenaikan zat padat te rlarut
lebih dari 100.000 mg/l atau tercemar oleh logam berat dan/atau bahan berbahaya dan beracun dan/atau DHL > 5000 µ S/cm. 1.
Penyusunan Peta Potensi Air Tanah di Akuifer Tengan di Kota Depok
2.
Penyusunan Peta Zonasi Konservasi Air Tanah di Kota Depok.
3.
Sistem Informasi Geografis dari Peta Zonasi Konservasi Air Tanah di Kota Depok.
Untuk
mempermudah
Pekerjaan
” Pemetaan
Akuiefer
Kota
Depok ”,
kegiatan
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan KAK oleh Konsultan disederhanakan dan diuraikan menjadi beberapa tahap pekerjaan yaitu:
PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA E - 13
Pemetaan Akuifer Kota Depok
A.
PERSIAPAN
1.
Persiapan Administrasi, Personil dan Peralatan
2.
Penyusunan Rencana Kerja
3.
Penetapan Metodologi
4.
Pengumpulan Data Sekunder
B.
PELAKSANAAN DAN EVALUASI
1.
Pelaksanaan Survey
2.
Pengukuran Geolistrik
3.
Pengeplotan Peta Zonasi
4.
Penyusunan Peta Zonasi
5.
Analisis Kajian Peta Zonasi
C.
PELAPORAN
1.
Laporan Pendahuluan (Inception Report)
2.
Laporan Antara (Interim Report)
3.
Konsep Laporan Akhir
4.
Laporan Akhir
5.
Expose
6.
Dokumentasi
Persiapan Administrasi, Personil dan Peralatan Pekerjaan persiapan yang akan dilakukan oleh Konsultan, antara lain : •
Persiapan administrasi
Meliputi pengurusan surat-menyurat dan dokumen sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan. Jenis surat yang diperlukan pada tahap ini berupa surat tugas konsultan dan surat pengantar dari pihak Direksi maupun Konsultan, yang ditujukan untuk instansi terkait dan berwenang di wilayah studi. Pelaksanaan pengurusan administrasi dimaksudkan untuk memudahkan kelancaran pekerjaan, terutama berkaitan dengan pengumpulan data dan
PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA E - 14
Pemetaan Akuifer Kota Depok
pekerjaan di lapangan. •
Persiapan personil
Dengan dimulainya kegiatan proyek maka konsultan mempersiapkan personil tenaga ahli yang tercantum di dalam proposal teknis. Setiap tenaga ahli akan mempersiapkan segala sesuatunya untuk kegiatan survey meliputi form survey maupun daftar (check list) kebutuhan data sekunder yang diperlukan. •
Persiapan peralatan
Pada tahap awal dimulainya pekerjaan akan dipersiapkan peralatan yang diperlukan untuk mendukung operasional proyek. Khususnya untuk tenaga ahli yang melakukan survey akan mempersiapkan peralatannya yang sudah dikalibrasi. Penyusunan Rencana Kerja Penetapan Metodologi Review terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK) harus terlebih dahulu dipahami dan dijabarkan ke dalam penyusunan parameter yang akan menjadi tolak ukur dari setiap tahapan pelaksanaan pekerjaan. Dengan adanya penjabaran parameter yang ada dalam KAK ini maka dengan mudah dapat disusun metodologi dan perencanaan kerja yang akan dilaksanakan oleh konsultan. Pengumpulan Data Sekunder Kegiatan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data-data/laporan studi, kebijakan, yang terkait dengan lokasi pekerjaan baik langsung maupun tidak langsung serta peta yang tersedia dari berbagai instansi pemerintah atau swasta terkait. Pengumpulan data terdiri atas data data yang bersifat data dasar. Data sekunder lainnya didapatkan dengan melakukan koordinasi terhadap instansi terkait.
PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA E - 15
Pemetaan Akuifer Kota Depok
Inventarisasi Air Tanah Inventarisasi air tanah merupakan kegiatan untuk memperoleh data dan informasi air tanah sebagai dasar perencanaan pengelolaan air tanah, yang dilakukan pada setiap cekungan air tanah. Kegiatan inventarisasi sumber daya air dimaksudkan antara lain untuk mengetahui kondisi hidrologi, hidrometeorologi, hidrogeologi, potensi sumber daya air
yang
menyangkut
tersedia,
dan
kebutuhan
kuantitas maupun
air
baik
kualitas beserta
prasarana dan sarana serta lingkungannya termasuk kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakatnya. Inventarisasi pada seluruh aspek air tanah yang ada bertujuan untuk mengetahui potensi ketersediaannya, melalui kegiatan pemetaan, penyelidikan, penelitian, eksplorasi dan evaluasi, dan pengelolaan data air tanah. Inventarisasi potensi air tanah merupakan fungsi paling menentukan dalam pendayagunaan air tanah yang berwawasan
PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA E - 16
Pemetaan Akuifer Kota Depok
lingkungan. Kegiatan inventarisasi dilakukan melalui pengumpulan dan pengolahan data untuk memperoleh informasi tentang: a.
Potensi cekungan air tanah.
b.
Dimensi dan geometri akuifer.
c.
Parameter akuifer.
d.
Daerah imbuh dan daerah luahan air tanah.
e.
Keterdapatan dan jumlah ketersediaan air tanah.
f.
Mutu air tanah.
g.
Jumlah pengambilan air tanah.
Kegiatan Inventarisasi Air Tanah
Kegiatan inventarisasi dapat dirinci sebagai berikut (PP No. 43/2008 Pasal 21 Ayat (4)): 1.
Pemetaan
Pemetaan air tanah dilakukan untuk memperoleh data keterdapatan, sebaran, dan produktivitas akuifer, serta kondisi keberadaan air tanah dengan tema tertentu yang disajikan dalam bentuk peta. Pemetaan air tanah dilakukan berdasarkan lembar peta, cekungan air tanah, wilayah administrasi, atau sesuai kebutuhan. Pemetaan air tanah dapat dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota, serta pihak yang berkepentingan dengan air tanah. 2.
Penyelidikan
Penyelidikan dan penelitian air tanah dilakukan untuk memperoleh data spesifik kondisi dan lingkungan air tanah meliputi konfigurasi dan parameter akuifer, sebaran daerah imbuhan dan luahan air tanah, kuantitas dan kualitas air tanah, serta dampak pengambilan air tanah. Penyelidikan dan penelitian air tanah dapat dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota, serta pihak yang berkepentingan dengan air tanah. 3.
Penelitian
Eksplorasi air tanah dilakukan untuk memperoleh data air tanah melalui kegiatan pengeboran atau penggalian eksplorasi air tanah, dan survei geofisika. Kegiatan eksplorasi
PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA E - 17
Pemetaan Akuifer Kota Depok
air tanah wajib dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/ kota, serta pihak yang berkepentingan dengan air tanah. 4.
Eksplorasi
Eksplorasi air tanah bertujuan untuk memperoleh data air tanah mencakup antara lain sebaran dan sifat fisik batuan yang mengandung air tanah, kedalaman akuifer, konstruksi sumur, debit optimum, kualitas air tanah, dan lain-lain, melalui kegiatan survei geofisika, pengeboran, penampangan sumur, uji pemompaan, dan pemeriksaan laboratorium contoh air. Eksplorasi air tanah dilakukan melalui kegiatan pengeboran atau penggalian eksplorasi air tanah dan survei geofisika. Kegiatan eksplorasi air tanah wajib dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/ kota, serta pihak yang berkepentingan dengan air tanah. 5.
Evaluasi Data
Evaluasi data air tanah bertujuan untuk mengetahui sebaran, kuantitas, dan kualitas air tanah. Hasil kegiatan evaluasi data inventarisasi air tanah berupa informasi dimensi cekungan air tanah, konfigurasi dan parameter akuifer, serta potensi air tanah. Hasil evaluasi digunakan sebagai dasar perencanaan pengelolaan air tanah, serta pelaksanaan konservasi dan pendayagunaan air tanah. Kegiatan evaluasi data inventarisasi air tanah dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan semua pihak yang berkepentingan dengan air tanah. Wewenang mengenai kegiatan inventarisasi berada di tangan Pemerintah dalam hal ini Menteri, gubernur, dan bupati/walikota, dan dalam pelaksanaannya dapat menugaskan pihak lain baik instansi, lembaga pemerintah maupun swasta seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), perguruan tinggi, dan badan usaha yang mempunyai kompetensi di bidang air tanah. Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan inventarisasi diatur dengan peraturan Menteri. Hierarki pelaporan hasil kegiatan inventarisasi yaitu (PP No. 43/2008, Pasal 23): a.
Hasil
kegiatan
inventarisasi
tingkat
kabupaten/kota
yang
dilakukan
oleh
bupati/walikota dilaporkan kepada gubernur. b.
Hasil kegiatan inventarisasi yang dilakukan oleh gubernur kemudian dilaporkan
PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA E - 18
Pemetaan Akuifer Kota Depok
kepada Menteri. c.
Seluruh hasil kegiatan inventarisasi tersebut merupakan milik negara.
Data dan informasi hasil kegiatan inventarisasi digunakan sebagai bahan penyusunan zona konservasi air tanah. Dimensi dan Geometri Akuifer
Informasi yang diperoleh dapat dibedakan antara konfigurasi sistem akuifer dan parameter akuifer. Pengkajian konfigurasi sistem akuifer dimaksudkan untuk mengetahui sebaran baik lateral maupun vertikal serta dimensi akuifer dan nonakuifer yang merupakan suatu wadah atau media di mana air tanah tersimpan dan mengalir. Pengkajian ini meliputi: 1.
Penentuan sebaran lateral akuifer dan non-akuifer
Sebaran lateral akuifer dan non-akuifer dalam suatu cekungan air tanah ditentukan berdasarkan kemampuan meluluskan air dari satuan batuan/ formasi batuan yang membentuk cekungan tersebut. Artinya, mengkonversikan satuan batuan atau formasi batuan menjadi satuan-satuan hidrogeologi berdasarkan kemampuan meluluskan air, apakah termasuk akuifer atau non-akuifer. 2.
Penentuan sebaran vertikal sistem akuifer dan non-akuifer
Sebaran vertikal dari unit hidrogeologi ditentukan dengan pendekatan sistem, artinya beberapa akuifer atau non-akuifer yang mempunyai karakteristik hidraulika yang relatif sama, misal kedudukan muka air tanahnya, dikelompokkan menjadi satu sistem (akuifer atau non-akuifer). Data yang digunakan meliputi data hidrogeologi bawahpermukaan yang diperoleh dari hasil analisis geofisika dan hasil kegiatan pengeboran sumur eksplorasi, sumur eksploitasi, serta sumur pantau. Penentuan sebaran vertikal dilakukan dengan cara : a.
Membuat penampang hidrogeologi;
b.
Menentukan kedalaman bagian atas sistem akuifer;
c.
Menentukan kedalaman bagian bawah sistem akuifer.
PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA E - 19
Pemetaan Akuifer Kota Depok
3.
Penentuan model konseptual sistem akuifer
Hasil pengkajian pada butir 1 dan 2 di atas, dipakai dasar untuk menentukan model konseptual sistem akuifer dari cekungan air tanah yang dikaji, dengan tujuan antara lain untuk memudahkan di dalam penghitungan neraca air pada cekungan air tanah tersebut. Parameter Akuifer
Pengkajian parameter akuifer dan non akuifer dimaksudkan untuk menentukan koefisien kelulusan (k), kofisien keterusan (T), dan koefisien kesimpanan (S). Parameter akuifer ini sangat penting artinya untuk melakukan perhitungan-perhitungan yang berkaitan dengan hidraulika air tanah. Daerah Imbuhan dan Daerah Luahan/Lepasan Air Tanah
Penentuan daerah imbuhan dan daerah lepasan bukanlah hal yang mudah mengingat ketersediaan data di suatu cekungan berbeda-beda, terutama ketersediaan data muka freatik dan muka piezometrik yang dipakai dasar untuk penentuan batas kedua daerah tersebut. a.
Di suatu cekungan air tanah di mana data muka freatik dan muka piezometri tersedia memadai, penentuan batas antara darah imbuhan dan daerah lepasan diperoleh dengan cara menumpang-tindih (overlay) antara peta muka freatik dan peta muka piezometrik. Garis perpotongan antara muka preatik dan muka pisometrik adalah garis engsel, yang merupakan batas antara daerah imbuhan dan derah lepasan.
b.
Di suatu cekungan air tanah di mana data muka freatik dan muka piezometrik tidak tersedia secara memadai, penentuan batas antara daerah imbuhan dan daerah lepasan dilakukan dengan cara pendekatan yang mengacu kepada konsepsi-konsepsi hidrogeologi yang berlaku.
Jumlah Ketersediaan Air Tanah
Pengkajian jumlah air tanah dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara perubahan air tanah yang masuk maupun ke luar dari suatu wadah di dalam cekungan (intra basin) maupun antar cekungan (inter basin) dalam batasan waktu tertentu (neraca air). Pengkajian jumlah air tanah melalui penghitungan parameter-parameter jumlah sebagai berikut: 1.
Imbuhan Air Tanah
Perhitungan imbuhan air tanah untuk mengetahui perkiraan secara kuantitatif tentang jumlah imbuhan ke dalam suatu akuifer di suatu cekungan. Perkiraan secara kuantitatif ini
PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA E - 20
Pemetaan Akuifer Kota Depok
sering menemui kesulitan sehubungan dengan faktor-faktor yang terkait seperti hidrometeorologi dan sifat fisik tanah serta karakteristik hidaulikanya. Penilaian jumlah imbuhan air tanah dapat dilakukan dengan berbagai metode, antara lain persentasi curah hujan, neraca massa klorida, dan hidrograf sumur. 2.
Neraca Air
Pengkajian tentang neraca air pada suatu cekungan air tanah dilakukan untuk menentukan angka besaran beberapa komponen daur hidrologi, artinya melakukan evaluasi terhadap jumlah masukan dan keluaran air di cekungan tersebut. Dalam kondisi di mana jumlah masukan sama besarnya dengan jumlah keluaran, maka neraca air dalam keadaan seimbang walupun daya simpan air juga perlu diperhitungkan. Dalam pengkajian potensi sumber daya air tanah, neraca air dapat digunakan untuk menghitung jumlah air tanah jika komponen daur hidrologinya diketahui. Uraian lebih rinci mengenai perhitungan neraca air disajikan pada Bab berikutnya. Mutu Air Tanah
Mutu air tanah dinyatakan menurut sifat fisik, kandungan unsur kimia, maupun kandungan bakteriologi yang terkandung di dalamnya. Data yang digunakan untuk menentukan mutu air tanah bersumber dari hasil pengamatan dan pengukuran lapangan dan analisis laboratorium dari beberapa contoh air yang mewakili. Informasi yang lebih jelas mengenai mutu air tanah. Jumlah Pengambilan Air Tanah
Dengan pembatasan debit pengambilan air tanah maka penurunan muka air akan dapat dibatasi pada kedudukan yang aman. Aman di sini dalam arti mencegah terjadinya kondisi air tanah menjadi rawan, kritis dan rusak, sehingga pengambilan air tanah harus disesuaikan dengan jumlah imbuhan dan cadangan air tanah yang tersedia. Patut diingat, bahwa kondisi hidrogeologi suatu daerah, sangat menentukan cadangan dan mutu air tanah, sehingga batas aman dari jumlah pengambilan air tanah, sangat berbeda dari suatu darah ke daerah yang lain, tergantung dari kondisi hidrogeologinya. Namun secara kasar dapat dikatakan, jumlah pengambilan air tanah hendaknya tidak melebihi jumlah imbuhan air tanah.
PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA E - 21
Pemetaan Akuifer Kota Depok
Penentuan Zona Konservasi Air Tanah
Penentuan zona konservasi air tanah dilaksanakan untuk mengetahui tingkat perubahan kondisi dan lingkungan air tanah yang disebabkan oleh proses alami dan atau akibat kegiatan manusia. Pelaksanaan kegiatan penentuan zona konservasi dilakukan untuk menentukan upaya konservasi air tanah dalam kegiatan pendayagunaan air tanah. Penentuan zona konservasi air tanah merupakan salah satu unsur untuk menyusun rencana pengambilan, penyediaan, pemanfaatan, pengembangan, pengusahaan air tanah, dan rencana tata ruang wilayah pada suatu cekungan air tanah. Zona konservasi air tanah ditentukan berdasarkan faktor-faktor berikut: 1.
keterdapatan dan potensi ketersediaan air tanah;
2.
perubahan muka air tanah;
3.
perubahan kualitas air tanah;
4.
perubahan lingkungan air tanah;
5.
ketersediaan sumber air lain di luar air tanah;
6.
prioritas pemanfaatan air tanah;
7.
kepentingan masyarakat dan pembangunan.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut zona konservasi air tanah suatu daerah dibedakan dalam katagori aman, rawan, kritis dan rusak, yang kemudian disajikan dalam bentuk peta. Zona konservasi air tanah memuat ketentuan konservasi dan pendayagunaan air tanah pada CAT. Selain itu di dalamnya juga memuat informasi mengenai hidrogeologi dan potensi air tanah. Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi zona konservasi air tanah diatur dengan peraturan Menteri (PP No. 43/2008 Pasal 24). Kewenangan penetapan zona konservasi air tanah berada di tangan pemerintah yaitu Menteri, gubernur, atau bupati/walikota, setelah dilakukan konsultasi publik (PP No. 43/2008 Pasal 24, Ayat (2)). Zona konservasi air tanah dapat ditinjau kembali apabila terjadi perubahan kuantitas, kualitas, dan lingkungan air tanah (PP No. 43/2008 Pasal 24, Ayat (5) ).
PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA E - 22
Pemetaan Akuifer Kota Depok
B.
PROGRAM KERJA
B.1 Tahapan Kegiatan
Sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja, tahap kegiatan yang telah diuraikan terlebih dahulu dikelompokan menjadi kegiatan A,B,C,D, dan E. Adapun jumlah hari yang dibutuhkan setiap jenis kegiatan berdasarkan rencana kerja yang diusulkan, mengacu pada uraian kegiatan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK). Guna memudahkan dalam pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan, maka Konsultan akan membuat Jadwal Pelaksanaan berupa Bar Chart. Ringkasan dari tahapan kegiatan pekerjaaan adalah sebagai berikut : A.
PERSIAPAN
1.
Persiapan Administrasi, Personil dan Peralatan
2.
Penyusunan Rencana Kerja
3.
Penetapan Metodologi
4.
Pengumpulan Data Sekunder
B.
PELAKSANAAN DAN EVALUASI
1.
Pelaksanaan Survey
2.
Pengukuran Geolistrik
3.
Pengeplotan Peta Zonasi
4.
Penyusunan Peta Zonasi
5.
Analisis Kajian Peta Zonasi
C.
PELAPORAN
1.
Laporan Pendahuluan (Inception Report)
2.
Laporan Antara (Interim Report)
3.
Konsep Laporan Akhir
4.
Laporan Akhir
5.
Expose
6.
Dokumentasi
PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA E - 23
Pemetaan Akuifer Kota Depok
B.2 Jadwal Kerja
Jadwal kerja untuk “ Pemetaan Akuifer Kota Depok ” dilaksanakan dengan metode pendekatan yang telah dijelaskan pada uraian diatas, dimana pengkajian kawasan studi perlu dilaksanakan secara integrated antar lintas sektoral dan akan dilakukan secara bertahap sesuai dengan urutan kerja. Jadwal Pelaksanaan Menyeluruh Jadwal kerja untuk pelaksanaan pekerjaan “Pemetaan Akuifer Kota Depok ” dijelaskan secara rinci pada bab berikutnya. Beberapa bagian yang bisa dilaksanakan secara simultan adalah kegiatan lapangan yang meliputi kegiatan analisa dan perhitungan perencanaan, survey lapangan rinci, pengukuran saluran air, penggambaran perencanaan, perhitungan volume pekerjaan, gambar final desain. dimana Team bersamaan melakukan kegiatan dengan koordinasi satu sama lain.
B.3 Jadwal Penugasan Personil
Berdasarkan hasil analisa perhitungan man month setiap tenaga ahli untuk masing-masing kegiatan digambarkan secara matriks. Jadwal pengerahan personil disusun secara Barchart yang dilengkapi jumlah waktu penugasan kantor dan lapangan berikut jabatan dan nama personil yang diusulkan.
B.4 Jadwal Penyerahan Laporan
Laporan-laporan yang harus diserahkan oleh Konsultan akan mengikuti apa yang tertera dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Adapun penyerahan laporan untuk masing-masing kegiatan dapat dilihat pada Bab berikutnya dalam Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan.
C.
ORGANISASI DAN PERSONIL
C.1 Manajemen Dan Organisasi Konsultan
Didalam melaksanakan pekerjaan ini, Konsultan akan mengerahkan tenaga ahli yang profesional dalam bidangnya masing-masing dengan pengalaman pekerjaaan studi yang
PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA E - 24
Pemetaan Akuifer Kota Depok
sejenis. Kualifikasi lain yang diperlukan adalah keahlian dalam bidang pengembanagan sumber daya air yang memerlukan penanganan khusus. Konsultan akan menempatkan tim yang berpengalaman dalam bidang ters ebut selain dalam bidang perencanaan. Berdasarkan kerangka acuan kerja maka personil-personil yang terlibat dalam kegiatan tersebut di susun strukturnya sehingga jelas tanggungjawab masing-masing tenaga ahlinya. Adapun struktur organisasi dapat dilihat dibawah ini.:
Gambar Struktur Organisasi Pelaksana Pekerjaan
PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA E - 25
Pemetaan Akuifer Kota Depok
C.2 Tenaga Ahli
Tenaga ahli yang akan disampaikan di dalam pekerjaan ini akan disesuaikan dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK), dengan daftar sebagai berikut : Daftar Personil Yang Diusulkan
NO.
NAMA PERSONIL
POSISI
A
B
C
I
TENAGA AHLI/PROFESIONAL STAFF
1
Doddy Oskandar, M.Eng.
Ketua Tim (Team Leader)
2
Ir. Unang Amar Ma’ruf .
Ahli Geodesi
3
Edy Wiyono, ST. MT.
Ahli Teknik Lingkungan
4
Alif Sargumantoro, ST
Ahli Hidrogeologi
5
Ir. Mailendra
Ahli Geofisika
II
TENAGA PENDUKUNG/SUPPORTING STAFF
1
Ir. Subekti Boedhi Poernomo.
Asisten Ahli Hidrogeologi
2
Badaruddin, S.Si..
Asisten Ahli Geofisika
3
Yuke Ardiansyah, ST.
Asisten Ahli Geodesi
4
Subardjo Fadillah, BE.
Operator Geolistrik 1
5
Dadan Ahmad Hidayat, ST.
Operator Geolistrik 2
6
Asep Rohmat Hidayat.
Operator Geolistrik 3
7
Agus Yanto, A.Md.
Surveyor 1
8
Budiman Sutisna.
Surveyor 2
9
Achlidar.
Surveyor 3
10
Jajang Komarudin.
Surveyor 4
11
Kasyanto.
Surveyor 5
12
Harnawan Sufiana.
Surveyor 6
13
Yusuf Abdullah Noor, ST.
Drafter (Juru Gambar) 1
14
Iwan Sunarya, ST.
Drafter (Juru Gambar) 2
15
Budi, SE.
Operator Komputer
PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA E - 26
Pemetaan Akuifer Kota Depok
C.3 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Profesional Staff (1) Team Leader
Tugas dan tanggung jawab sebagai Team Leader adalah sebagai berikut : 1.
Menyiapkan Program Kerja dan Administrasi pelaksanaan pekerjaan serta penyiapan personil yang akan ditugaskan.
2.
Mengarahkan Team Pelaksana dalam kegiatan dan menyusun tugas serta tanggung jawab masing-masing Tenaga Ahli,
3.
Mengumpulkan Data Sekunder yang terkait dengan pekerjaan ini.
4.
Koordinasi dengan Direksi dalam pelaksanaan pekerjaan penentuan desain bangunan air.
5.
Mengarahkan pembuatan Laporan Bulanan, Laporan Pendahuluan, Laporan Akhir, dan Laporan lainnya Serta mengarahkan Team dalam pembuatan laporan dengan menyiapkan Outline Laporan masing-masing untuk didiskusikan.
6.
Mengarahkan Team dalam pelaksanaan pekerjaan lapangan dan studio secara sistematis sesuai Jadwal Pelaksanaan yang telah ditetapkan.
7.
Memimpin Diskusi dan Asistensi
8.
Menghubungi seluruh Instansi terkait baik di Pusat maupun di Daerah termasuk mengkoordinir dalam kegiatan Sosialisasi dengan masyarakat.
9.
Memeriksa seluruh hasil pekerjaan secara seksama dan bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan.
10. Mengkoordinir seluruh pelaksanaan kegiatan tim konsultan, baik untuk pekerjaan di lapangan maupun pekerjaan analisa dan kantor serta memeriksa pekerjaaan yang ditugaskan pada masing-masing personil / Tenaga Ahli 11. Mengadakan hubungan dengan pihak Direksi dan instansi lain yang terkait guna menunjang kegiatan pekerjaan, baik melalui diskusi maupun rapat 12. Menyusun jadual kerja waktu aktual para tenaga ahli dalam pelaksanaan tugas pekerjaan masing-masing 13. Melaksanakan inventarisasi data dan informasi serta membuat pedoman / catatan
PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA E - 27
Pemetaan Akuifer Kota Depok
perencanaan (design note) yang akan digunakan oleh seluruh anggota tim dalam merencanakan pekerjaan 14. Bertanggung jawab mengenai kualitas seluruh hasil pelaksanaan pekerjaan konsultan dan laporan yang disajikan
(2) Ahli Geodesi
Tugas dan tanggung jawab sebagai Ahli Geodesi adalah sebagai berikut : 1.
Menerapkan Ketentuan UUJK, K3, Lingkungan dan Kode Etik Profesi
2.
Menganalisis pekerjaan persiapan geodesi
3.
Merencanakan pekerjaan survey awal
4.
Mengevaluasi dan menetapkan sumber daya dan teknologi yang sesuai dengan tingkat kesulitan
5.
Mengevaluasi rencana kerja pekerjaan geodesi
6.
Mengelola pelaksanaan pekerjaan geodesi
7.
Melakukan pengawasan pelaksanaan pekerjaan geodesi
8.
Menyusun laporan hasil pekerjaan geodesi
9.
Mengelola komunikasi ditempat kerja dengan pihak lain
(3) Ahli Teknik Lingkungan
Tugas dan tanggung jawab sebagai Ahli Taknik Lingkungan adalah sebagai berikut : 1.
Mengelola kesehatan dan keselamatan kerja prasarana lingkungan
2.
Melakukan komunikasi di tempat kerja
3.
Menyusun kebutuhan prasarana lingkungan
4.
Menyusun rencana umum pembangunan prasarana lingkungan
5.
Menyusun analisa dampak disain konseptual prasarana lingkungan
6.
Menyusun rencana konstruksi prasarana ramah lingkungan
PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA E - 28
Pemetaan Akuifer Kota Depok
7.
Menilai pelaksanaan konstruksi prasarana lingkungan
8.
Menyusun dokumen teknis konstruksi prasarana lingkungan
(4) Ahli Hidrogeologi
Tugas dan tanggung jawab sebagai Ahli Hidrogeologi adalah sebagai berikut : 1.
Melakukan pengumpulan data sekunder
2.
Melakukan koordinasi eksternal dengan pengguna jasa dan pihak lain yang terkait.
3.
Berkoordinasi dengan seluruh kegiatan tim dalam pelaksanaan studi.
4.
Menyusun jadwal pelaksanaan pekerjaan, dan melakukan pengawasan pelaksanaan berdasarkan jadual tersebut.
5.
Menyusun metoda dan program pelaksanaan secara rinci.
6.
Memberikan arahan dalam pelaksanaan pekerjaan.
7.
Melakukan survey lapangan untuk mengidentifikasi potensi air Tanah
8.
Melakukan Survey Geolistrik
9.
Menelaah hasil investigasi geolistrik
10. Membuat laporan hasil lapangan 11. Membantu memaparkan laporan hidrologi dan diskusi dengan pengguna jasa. 12. Bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan
(5) Ahli Geofisika
Tugas dan tanggung jawab sebagai Ahli Geofisika adalah sebagai berikut : 1.
Bertugas membantu Ketua Tim dalam pelaksanaan pekerjaan di kantor dan lapangan.
2.
Membuat Peta Zonasi air tanah
3.
Membuat peta DHL
4.
Membuat peta MAT.
PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA E - 29
Pemetaan Akuifer Kota Depok
5.
Membantu membuat Laporan pendukung.
6.
Bersama Ketua Tim menghadiri diskusi dengan Tim Teknis dan Pihak Terkait.
7.
Bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaannya
C.4 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Asisten Tenaga Ahli dan Tenaga Teknis/Pendukung (1) Asisten Tenaga Ahli Hidrogeologi
Tugas dan tanggung jawab sebagai Asisten Tenaga Ahli Hidrogeologi adalah sebagai berikut : 1.
Berkoordinasi dengan tenaga ahli utama.
2.
Membantu tenaga ahli dalam kegiatan survey lapangan
3.
Mewakili Tenaga Ahli jika berhalangan hadir
4.
Mengikuti diskusi dengan pengguna jasa
5.
Membantu dalam analisis tenaga ahli
6.
Membantu dalam penyusunana lapaoran
(2)
Asisten Tenaga Ahli Geofisika
Tugas dan tanggung jawab sebagai Asisten Tenaga Ahli Geofisika adalah sebagai berikut : 1.
Berkoordinasi dengan tenaga ahli utama.
2.
Membantu tenaga ahli dalam kegiatan survey lapangan
3.
Mewakili Tenaga Ahli jika berhalangan hadir
4.
Mengikuti diskusi dengan pengguna jasa
5.
Membantu dalam analisis tenaga ahli
6.
Membantu dalam penyusunana lapaoran
PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA E - 30
Pemetaan Akuifer Kota Depok
(3)
Asisten Tenaga Ahli Geodesi
Tugas dan tanggung jawab sebagai Asisten Tenaga Ahli Geodesi adalah sebagai berikut : 1.
Berkoordinasi dengan tenaga ahli utama.
2.
Membantu tenaga ahli dalam kegiatan survey lapangan
3.
Mewakili Tenaga Ahli jika berhalangan hadir
4.
Mengikuti diskusi dengan pengguna jasa
5.
Membantu dalam analisis tenaga ahli
6.
Membantu dalam penyusunana lapaoran
(4)
Operator Geolistrik
Tugas dan tanggung jawab sebagai Operator Geolistrik adalah sebagai berikut : 1. Membantu tenaga ahli melakukan survey geolistrik. 2. Membantu semua tenaga ahli dalam mempersiapkan laporan. 3. Membantu membuat laporan yang diperlukan tenaga ahli 4. Melaporkan seluruh pekerjaannya kepada Direktur/Team Leader 5. Bertanggung jawab terhadap pekerjaannya.
(5)
Surveyor Tugas dan tanggung jawab sebagai Surveyor adalah sebagai berikut :
1. Membantu tenaga ahli dalam pengumpulan data-data dari beberapa instansi terkait yang berhubungan kegiatan pengukuran. 2. Mengkoordinir survey untuk perencanaan bangunan air. 3. Melakukan pelaksanaan pengukuran di lokasi 4. Mengawasi pelaksanaan pengukuran yang dilakukan pembantu pengukuran. 5. Membantu membuat laporan hasil pengukuran 6. Bertanggung jawab terhadap pekerjaan
PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA E - 31