Perancangan Struktur Bangunan Tinggi Gedung Pasca Sarjana UNISMA
b. Data yang dimiliki :
c. Penyelesaian : Berdasarkan kondisi potongan bangunan di atas, kondisi setback pada bagian ruang lift di atas lantai 6 harus diperiksa.
= = 1,95
Persentase : 1,95 x 100% = 195% Maka, 195 % terjadi
> 130% → iregularitas geometri vertikal
d. Kesimpulan : Berdasarkan hasil pengecekan pada bangunan di atas diperoleh kesimpulan bahwa iregularitas geometri vertikal terjadi pada bangunan. Iregularitas dan Redudansi
56
Perancangan Struktur Bangunan Tinggi Gedung Pasca Sarjana UNISMA
4.
Iregularitas vertikal tipe 4 → berdasarkan diskontinuitas in plane a. Persyaratan : Iregularitas vertical tipe 4 (diskontinuitas in-plane) dianggap terjadi ketika ada kondisi offset dalam bidang dari sistem penahan gaya lateral yang mengakibatkan demand overturning pada balok, kolom, truss maupun slab b. Data yang dimiliki :
c. Kesimpulan : Berdasarkan kondisi yang terjadi pada bangunan ini, tidak terjadi kondisi offset pada shear wall/core wal pada bangunan ini sehingga tidak mengakibatkan demand overturning pada elemen-elemen struktur lainnya. Maka dari itu, bangunan ini tidak mengalami kondisi Iregularitas Tipe 4 (Diskontinuitas InPlane) 5.
Iregularitas vertikal tipe 5 (5a dan 5b) → Berdasarkan Weak Story a. Persyaratan : Iregularitas Tipe 5a : Diskontinuitas Ketidakberaturan Kuat Lateral Tingkat didefinisikan ada jika kuat lateral tingkat kurang dari 80% kuat lateral tingkat di atasnya. Kuat late ral
Iregularitas dan Redudansi
57
Perancangan Struktur Bangunan Tinggi Gedung Pasca Sarjana UNISMA
tingkat adalah kuat lateral total semua elemen penahan seismik yang berbagi geser tingkat untuk arah yang ditinjau Iregularitas Tipe 5b : Diskontinuitas Ketidakberaturan Kuat Lateral Tingkat Berlebihan didefinisikan ada jika kuat lateral tingkat kurang dari 65% kuat lateral tingkat di atasnya. Kuat lateral tingkat adalah kuat lateral total semua elemen penahan seismik yang berbagi geser tingkat untuk arah yang ditinjau b. Data yang dimiliki : V2 lantai 1 = 179661,75 kg V2 lantai 2 = 136854,07 kg c. Penyelesaian : Periksa ketentuan 80% (tipe 5a) Lantai 1 < 80% x Lantai 2 179661,75 kg < 0,8 x 136854,07 kg 179661,75 kg >109483,256 kg tidak terjadi)
→ (Iregularitas tipe 5a
Periksa ketentuan 65% (tipe 5b)
Lantai 1 < 65% x Lantai 2 179661,75 kg < 0,65 x 136854,07 kg 179661,75 kg > 88955,145 kg → (Iregularitas tipe 5b tidak terjadi) d. Kesimpulan : Berdasarkan hasil dari pengecekan di atas, didapatkan kesimpulan bahwa bangunan tidak mengalami kondisi iregularitas kuat lateral tipe 5a dan 5b atau extreme weak story tidak terjadi. 5.1.2 Iregularitas horizontal 1. Iregularitas tipe 1 (1a dan 1b) → Berdasarkan torsi accidental a. Persyaratan : Iregularitas Tipe 1a : Ketidakberaturan Torsi didefinisikan ada jika simpangan antar lantai tingkat maksimum, torsi yang dihitung termasuk tak terduga, disebuah ujung struktur melintang terhadap sumbu lebih dari 1,2 kali simpangan antar lantai tingkat rata-rata di kedua ujung struktur. Persyaratan ketidakberaturan torsi dalam pasal-pasal referensi berlaku hanya untuk struktur di mana diafrgmanya kaku atau setengah kaku Iregularitas Tipe 1b : Ketidakberaturan Torsi Berlebihan didefinisikan ada jika simpangan antar lantai tingkat maksimum, torsi yang dihitung termasuk tak terduga, disebuah ujung struktur Iregularitas dan Redudansi
58
Perancangan Struktur Bangunan Tinggi Gedung Pasca Sarjana UNISMA
melintang terhadap sumbu lebih dari 1,4 kali simpangan antar lantai tingkat rata-rata di kedua ujung struktur. Persyaratan ketidakberaturan torsi dalam pasal-pasal referensi berlaku hanya untuk struktur di mana diafrgmanya kaku atau setengah kaku b. Data yang dimiliki : δL2 = 1,4 mm δL1 = 1,1 mm
δR2 = 2,3 mm δR1 = 1,7 mm
c. Penyelesaian : Menentukan simpangan antar lantai pada level 2 : ΔL2 = δL2 - δL1 = 1,4 – 1,1 = 0,3 mm ΔR2 = δR2 - δR1 = 2,3 – 1,7 = 0,6 mm
Δavg = = Δmax = 0,6 mm
= 0,45 mm
Periksa terhadap iregularitas horizontal tipe 1a :
= = 1,33 mm > 1,2 ...(Iregularitas tipe 1a terjadi)
Periksa terhadap iregularitas horizontal tipe 1b :
= = 1,33 mm < 1,4 ...(Iregularitas tipe 1b tidak terjadi)
Pengecekan nilai amplifikasi pada torsi accidental pada level 2
δmax = 1,4 mm = δavg =
= 1,85 mm Ax = A2 Ax = = 0,397 < 1,0 (TIDAK OK) = d. Kesimpulan : Berdasarkan hasil dari pengecekan diatas, dapat disimpulkan bahwa iregularitas tipe 1a tidak terjadi tetapi iregularitas tipe 1b terjadi.
Iregularitas dan Redudansi
59
Perancangan Struktur Bangunan Tinggi Gedung Pasca Sarjana UNISMA
2.
Iregularitas tipe 2 → Berdasarkan Sudut Dalam a. Persyaratan : Iregularitas yang dianggap jika kedua proyeksi denah struktur dari sudut dalam lebih besar dari 15% dimensi denah struktur dalam arah yang ditentukan b. Data yang dimiliki :
c. Penyelesaian : Konfigurasi denah dan sistem penahan gaya lateral pada bangunan ini memiliki sudut dalam dengan dimensi sesuai konfigurasi di atas. Untuk sisi pada grid 9 (kiri), proyeksi melewati sudut dalam :
36,8 m – 2,8 m = 34 m
= 0,92
Persentase (%) =
< 15%
Untuk sisi pada grid 9 (kanan), proyeksi melewati sudut dalam:
36,8 m – 1,5 m = 35,3 m
= 0,95
Persentase (%) = 100% - (0,95 x 100%) = 5 % < 15%
Iregularitas dan Redudansi
60
Perancangan Struktur Bangunan Tinggi Gedung Pasca Sarjana UNISMA
d. Kesimpulan : Berdasarkan hasil pengecekan, proyeksi pada kedua arah tidak melebihi 15% maka tidak terjadi iregularitas sudut dalam atau terjadi sudut dalam pada kondisi yang sangat kecil. 3.
Iregularitas tipe 3 → Berdasarkan Area Gross a. Persyaratan : Iregularitas Diskontinuitas Diafragma yang dianggap terjadi jika terdapat diafragma dengan diskontinuitas atau kekakuan variasi mendadak, termasuk yang mempunyai daerah terpotong atau terbuka lebih besar dari 50% daerah diafragma bruto yang melingkupinya atau perubahan kekakuan diafragma efektif lebih dari 50% dari suatu tingkat ke tingkat selanjutnya b. Data yang dimiliki :
c. Penyelesaian : Area gross yang melingkupi diafragma 36,8 m x 14,8 m = 544,64 m 2 Area opening
4 m x 3,65 m = 14,6 m 2 50% dari area gross
0,5 x 544,64 m 2 = 272,32 m 2 > 14,6 m2
Iregularitas dan Redudansi
61
Perancangan Struktur Bangunan Tinggi Gedung Pasca Sarjana UNISMA
d. Kesimpulan : Berdasarkan hasil pengecekan area gross dapat dis impulkan bahwa iregularitas diskontinuitas diafragma tidak terjadi. 4.
Iregularitas tipe 4 → Berdasarkan Ketidakberaturan Pergeseran Melintang Bidang a. Persyaratan : Iregularitas yang terjadi jika terdapat diskontinuitas dalam lintasan tahanan gaya lateral, seperti pergeseran melintang terhadap bidang elemen vertikal b. Data yang dimiliki :
c. Kesimpulan : Karena tidak mengalami output of plane offset dari elemen vertikal penahan gaya lateral seperti wall/core wall pada bangunan ini tipikal dari lantai 1 – lantai 7 tidak mengalami kondisi iregularitas out of plane offset. 5.
Iregularitas tipe 5 → Berdasarkan Sistem Non -Pararel a. Persyaratan : Iregularitas yang terjadi jika elemen penahan gaya lateral vertikal tidak pararel atau simetris terhadap sumbu-sumbu orthogonal utama sistem penahan gaya gempa
Iregularitas dan Redudansi
62
Perancangan Struktur Bangunan Tinggi Gedung Pasca Sarjana UNISMA
b. Data yang dimiliki :
c. Kesimpulan : Bangunan tidak memenuhi persyaratan diatas, sehingga bangunan tidak mengalami kondisi iregularitas sistem non-pararel.
Iregularitas dan Redudansi
63
Perancangan Struktur Bangunan Tinggi Gedung Pasca Sarjana UNISMA
NO
REKAPITULASI IRREGULARITAS Irregularitas
Kategori
Tipe
1
Vertikal
1a
√
2
Vertikal
1b
√
3
Vertikal
2
√
4
Vertikal
3
5
Vertikal
4
√
6
Vertikal
5a
√
7
Vertikal
5b
√
8
Horizontal
1a
9
Horizontal
1b
√
10
Horizontal
2
√
11
Horizontal
3
√
12
Horizontal
4
√
13
Horizontal
5
√
Iregularitas dan Redudansi
Terjadi
Kondisi Tidak Terjadi
√
√
64
Perancangan Struktur Bangunan Tinggi Gedung Pasca Sarjana UNISMA
5.2 Redundansi Bangunan termasuk Kategori Desain Seismik (KDS)
:D
Berdasarkan pola bagan di atas, alur sesuai den gan garis dan lingkaran biru yang menyatakan bangunan ini setelah dilakukan pengecekan terjadi iregularitas extreme torsi, sehingga dapat ditarik kesimpulan nilai faktor redundansi ( ρ) yang digunakan adalah ρ = 1,0
Iregularitas dan Redudansi
65