Pembimbing: Prof. dr. H. AMAR SINGH, Sp.F
BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAANG Indonesia adalah negara agraris. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian dibidang pertanian, tidak bisa dipungkiri manfaat insektisida sangat luas dalam meningkatkan hasil pertanian. Pemakaian insektisida tidak hanya dalam bidang pertanian, insektisida juga digunakan di rumah tangga, sekolah, taman dan lain sebagainya. Dalam bidang medis ternyata ternyata insektisida juga dipakai sebagai gas saraf, obat mata, obat cacing dan lain sebagainya.1, 2 Sekara Sekarang ng ini terdap terdapat at lebih lebih dari dari 5. 5. senya!a senya!a insekt insektisi isida da yang yang disintesa dan diuji efekti"itasnya, hanya sekitar 5 saja yang digunakan.2 Pestisida di #merika melebihi 1$. produk terdaftar dan lebih dari 2 juta pons digunakan setiap tahunnya. Penggunaan masif tersebut tidak menutup kemungkinan, lingkungan dan organisme non target dapat terkena dampak toksin toksin insekt insektisi isida. da. Pada penelit penelitian ian terhad terhadap ap pekerj pekerjaa di #meri #merika, ka, angka angka kesakitan akibat pestisida sebesar 1$ per 1. pekerja. Di %hina, kematian akibat pestisida mencapai 1&. kasus pertahun.1 Penelitian di 'agian Penyakit Dalam (S ). #dam *alik, *edan, ditemukan 1+ kasus keracunan akut. enis keracunan yang terbanyak adalah insektisid insektisidaa -51,/0, -51,/0, dengan golongan golongan insektisi insektisida da yang terbanyak terbanyak adalah rganofosfat -/1,&/0. 3ematian ditemukan pada 1 kasus -,420. nam kasus kasus kemati kematian an di antara antaranya nya akibat akibat herbis herbisida ida -5,&&0 -5,&&0 dan + kasus kasus akibat akibat insektisida -/,$50. 6atar belakang keracunan dari 1+ penderita terbanyak adalah bunuh diri - suicide suicide sebanyak $ kasus -$5,5&0. Selebihnya adalah akibat kecelakaan yang banyak terjadi terjadi pada anak7anak./
1 3(#%8 3(#%89#9 9#9 I9S I9S3:I 3:ISID SID# # -(#%89 -(#%89 S(# S(#9;; 9;;# # dr. I*S <(DI9#9
Pembimbing: Prof. dr. H. AMAR SINGH, Sp.F
Sesuai Sesuai data data di atas, atas, kasus kasus keracu keracunan nan insekt insektisi isida da cukup cukup banyak, banyak, penanganan cepat dan tepat bagi korban k orban hidup sangat menentukan prognosis. Pada korban korban mening meninggal gal,, identi identifik fikasi asi racun racun insekt insektis isida ida mutlak mutlak diperl diperlukan ukan dalam diagnosa penyebab kematian. leh karena itu, perlu penjabaran lebih lanjut mengenai macam7macam macam7macam insektisi insektisida, da, toksisita toksisitas, s, penanganan penanganan korban hidup dan pemeriksaan post mortem pada korban meninggal. Dalam makalah ini akan dijelaskan hal7hal yang berhubungan dari racun serangga -isektisida dilihat dari kaca mata ilmu kedokteran forensik.
2 3(#%8 3(#%89#9 9#9 I9S I9S3:I 3:ISID SID# # -(#%89 -(#%89 S(# S(#9;; 9;;# # dr. I*S <(DI9#9
Pembimbing: Prof. dr. H. AMAR SINGH, Sp.F
BAB II T!SI!L!GI
A.
DEFINISI (acun (acun adal adalah ah =at =at yang yang beker bekerja ja pada pada tubu tubuh h seca secara ra kimi kimia! a!ii dan fisiologik yang dalam dosis toksik akan menyebabkan gangguan kesehatan atau mengakibatkan kematian.+ (acun dapat masuk ke dalam tubuh seseorang melalui beberapa cara>
B.
1.
*elalui mulut -peroral? ingesti.
2.
*elalui saluran pernafasan -inhalasi
/.
*elalui suntikan -parenteral, injeksi
+.
*elalui kulit yang sehat? intak atau kulit yang sakit.
5.
*elalui dubur atau "agina -perektal atau per"aginal.5
LASIFIASI RA RA"UN #
Pe$%i$id&. A.
In$e'%i$id&. !rg&no'(orin.
1. Deri Deri"a "att %hlor %hlorin inet etha hane> ne> DD:. DD:. 2. Deri"a Deri"att %yclodie %yclodiene ne >:hiodane >:hiodane,, ndrim, ndrim, Dieldr Dieldrine ine,, %hlordan, #ldrin, )eptachlor, :o@apene. /. Deri"a Deri"att )e@achl )e@achlorc orcycl yclohe@ ohe@an an > 6indan, 6indan, *yre@. *yre@. !rg&nofo$f&%.
D
%arbaryl, #ldicarb, Propa@ur, *obam.
/ 3(#%8 3(#%89#9 9#9 I9S I9S3:I 3:ISID SID# # -(#%89 -(#%89 S(# S(#9;; 9;;# # dr. I*S <(DI9#9
Pembimbing: Prof. dr. H. AMAR SINGH, Sp.F
Bo%&ni.
9ikotin, (otenon. B.
Herbi$id&.
1. %hloropheo@y. 2. Ikatan Dinitrophenal. /. Ikatan 3arbonat > Prepham, 'arba"e. +. Ikatan 8rea. 5. Ikatan :riasine > #tra=ine. 4. #mide> Propanil. &. 'ipyridye. ".
F)ngi$id&.
1. %aplan. 2.
Roden%i$id&.
1. Aarfarin. 2. (ed SBuill. /. 9orbomide. +. Sodium
Cinc Phosfat.
:hallium Sulfat.
Phosfor.
'arium %arbamat.
+ 3(#%89#9 I9S3:ISID# -(#%89 S(#9;;# dr. I*S <(DI9#9
Pembimbing: Prof. dr. H. AMAR SINGH, Sp.F
#l. Phosfat.
#rsen :rio@yde.
*.
B&+&n Ind)$%ri.
.
B&+&n )n%)' r)m&+ %&ngg&.
-.
B&+&n ob&%ob&%&n.
/.
R&0)n 1%&n&m&n d&n +e2&n3.
*, 4
#. "&r& m&$)'.
3eracunan paling cepat terjadi jika racun masuk secara inhalasi dan paling lambat bila melalui kulit yang sehat. *. Um)r.
8ntuk beberapa jenis racun tertentu, orang tua dan anak lebih sensitif, misalnya pada barbiturate. . ondi$i %)b)+.
Penderita penyakit ginjal umumnya lebih mudah mengalami keracunan. -. 5&'%) Pemberi&n.
8ntuk racun yang ditelan, jika ditelan sebelum makan absorbsi terjadi lebih baik sehingga efek akan timbul lebih cepat.+ Di dalam tubuh mekanisme kerja racun antara lain sebagai racun yang bekerja lokal, sistemik, maupun yang bekerja secara lokal dan sistemik. Sebagai racun yang bekerja secara lokal misalnya =at7=at yang bersifat korosif -lisol, asam dan basa kuat, =at yang bersifat iritan -arsen, )g%l2, yang bersifat anestetik -kokain, asam karbol. (acun yang bekerja sistemik misalnya narkotika yang terutama berpengaruh pada susunan saraf pusat, digitalis dan asam oksalat yang terutama berpengaruh pada jantung, karbonmonoksida dan sianida yang terutama berpengaruh pada sistem en=im pernapasan dalam sel, insektisida golongan ”chlorinated hydrocarbon” dan golongan fosfor organik terutama berpengaruh pada hati. Sedangkan racun
5 3(#%89#9 I9S3:ISID# -(#%89 S(#9;;# dr. I*S <(DI9#9
Pembimbing: Prof. dr. H. AMAR SINGH, Sp.F
yang bekerja secara lokal dan sistemik misalnya asam oksalat, asam karbol, arsen, garam Pb.5
BAB III INSETISIDA
A.
DEFINISI Insektisida adalah racun serangga yang banyak dipakai dalam pertanian, perkebunan dan dalam rumah tangga. 3eracunan insektisida biasanya terjadi karena kecelakaan dan percobaan bunuh diri, jarang sekali karena pembunuhan.+
A
!RGAN!F!SFAT
#
Defini$i.
rganofosfat adalah salah satu jenis insektisida yang mengandung fosfat organic. Cat ini pertama kali disintesis oleh 6assaigne dengan mereaksikan alkohol dan asam fosfat di erman pada a!al perang dunia ke II. Insektisida golongan ini terdiri dari, :etraethylpyrophosphate, Parathion, *alathion, Dia=inon, %hlorpyrifos. Semua organofosfat efektif untuk serangga tetapi juga berefek toksik bila tertelan mamalia. *ekanisme toksisitas berupa blok pada system pseudokolinesterase pada plasma dan kolinesterase pada darah merah dan sinaps saraf. Pada a!alnya organofosfat yang disintesis sangat toksik untuk manusia dan serangga, contohnya misalnya tetraethyl pyrophosphate. :api kini senya!a yang dipakai relatif kurang toksik terhadap manusia tapi masih sangat toksik terhadap serangga, misalnya malathion.1, 2
*
S%r)'%)r imi&.
2
4 3(#%89#9 I9S3:ISID# -(#%89 S(#9;;# dr. I*S <(DI9#9
Pembimbing: Prof. dr. H. AMAR SINGH, Sp.F
9ama
Struktur
:etraethylpyrophosphate -:PP
Parathion
*alathion
Sarin
Pem&'&i&n.
rganofosfat digunakan secara luas untuk membasmi berbagai serangga, baik serangga dalam rumah, di kebun atau persa!ahan. 'eberapa organofosfat juga dipakai untuk keperluan medis seperti fisostigmin, endorphium, neostigmin sebagai =at kolinomimetik. bat7obat ini dipakai sebagai antidotum toksisitas antikolinergik seperti atropine, antidepresan trisiklik.
To'$i$i%&$.
Seperti disebutkan diatas mekanisme toksisitas berupa blok pada system pseudokolinesterase pada plasma dan kolinesterase pada darah merah dan neuromuscular junction.. n=im tersebut secara normal menghidrolisis asetylcholin menjadi asetat dan kholin. Pada saat en=im dihambat, mengakibatkan jumlah asetylkholin meningkat dan berikatan dengan reseptor
& 3(#%89#9 I9S3:ISID# -(#%89 S(#9;;# dr. I*S <(DI9#9
Pembimbing: Prof. dr. H. AMAR SINGH, Sp.F
muskarinik yang terdiri dari tiga subtipe yakni > *1 di ganglia dan berbagai kelenjar, *2 di jantung, */ di otot polos dan kelenjar. Selain itu peningkatan asetilkolin juga terjadi pada reseptor nikotinik neuronal, yang terdapat pada ganglion otonom, neuromuscular
adrenal
junction
medula dan
)al tersebut
SSP reseptor nikotinik
menyebabkan
timbulnya
otot gejala
keracunan yang berpengaruh pada seluruh bagian tubuh. Penghambatan ini bersifat ire"ersibel karena organofosfat memfosforilasi hidroksi serin pada bagian aktif asetilkolinesterase dan mengadakan ikatan ko"alen yang stabil.2,&
Pada bentuk ini en=im mengalami phosphorylasi.
rganofosfat relatif berdampak kecil terhadap lingkungan karena =at ini merupakan senya!a organik yang mudah terurai, meskipun begitu dapat
$ 3(#%89#9 I9S3:ISID# -(#%89 S(#9;;# dr. I*S <(DI9#9
Pembimbing: Prof. dr. H. AMAR SINGH, Sp.F
memberikan efek7efek akut pada organisme non sasaran seperti pada ternak atau binatang peliharaan lain.2, & /
Ge6&(& '(ini$ %o'$i$i%&$.
rganofosfat diserap secara cepat melalui kulit, paru, pencernaan dan membran mukosa lain. 3ecepatan penyerapan tergantung dari tempat masuk, kadar, potensi insektisida, kelarutan dalam lemak dan kecepatan metabolisme. ;ejala akan muncul dalam beberapa jam setelah penelanan dan akan muncul dengan segera setelah penghirupan. ;ejala berupa >
)ipersekresi di semua kelenjar. )ipersekresi disebabkan hiperakti"itas reseptor muscarinic I yang bekerja pada
kelenjar. )ipersekresi dapat
berupa lakrimasi, hipersali"asi,
hipersekresi bronkus, hingga udem paru.
'radicardia. 'radicardi disebabkan hiperakti"itas reseptor muscarinic tipe II. #danya bradicardi dapat terjadi hipotensi.
3erja otot polos lebih aktif. )al ini berhubungan dengan terpacunya reseptor muscarinic tipe III yang tedapat pada otot polos. ;ejala yang berhubungan berupa diare, sering buang air kecil, spasme bronkus, muntah, miosis.
;ejala otot. ;ejala otot berhubungan dengan akti"itas reseptor nikotinik, berupa kelemahan umum, paralisis dan fasikulasi.
;ejala Susunan Saraf Pusat. (eseptor nikotinik neural bertanggungja!ab terhadap terjadinya kejang, tremor atau depresi susunan saraf pusat berupa hilangnya refleks7refleks. 8ntuk memastikan diagnosis klinis kadang diperlukan pemeriksaan
laboratoris. Diagnosis laboratorium keracunan organophospat adalah dengan mengukur kadar asetilkolinesterase baik dalam plasma atau dalam eritrosit.
3(#%89#9 I9S3:ISID# -(#%89 S(#9;;# dr. I*S <(DI9#9
Pembimbing: Prof. dr. H. AMAR SINGH, Sp.F
Pada keracunan ringan kadar asetilkolinesterase yang aktif 275 0 dari normal. Pada keracunan moderat kadar asetilkolinesterase yang aktif 172 0 dari normal. Pada keracunan berat kadar asetilkolinesterase yang aktif 1 0 dari normal. Pada kasus keracunan organopospat dari pemeriksaan laboratorium dapat
juga
ditemukan>
leukositosis
-sebagai
reaksi
stress
tubuh
hemokonsentrasi -akibat kehilangan cairan, asidosis -akibat anoksia sel, hiperglikemi, hipokalemia, hipomagnesia -akibat pelepasan katekolamin. 1,2,& 4
Te$ (&in.
3; >inter"al
:c memanjang,
ele"asi segmen S:, depresi
gelombang :, inter"al P( memanjang. 7
Pen&%&(&'$&n&&n.
3asus keracunan akut merupakan kasus emergensi di unit ga!at darurat rumah sakit. 3eberhasilan tindakan tergantung pada kecepatan dan ketepatan diagnosis penyebab keracunan, derajat keracunan, serta cepat atau lambatnya korban diba!a ke rumah sakit. )endaknya keluarga mengingat atau memba!a label =at yang telah meracuni korban, dengan ini dapat mempersingkat !aktu tata laksana. Pada unit ga!at darurat
>
Periksa keadaan umum pasien.
Sebelum melakukan #'% petugas harus mengamankan diri dari kontaminasi racun baik secara kontak atau inhalasi.
6akukan #'% berupa bebaskan jalan nafas, beri bantuan oksigen, perbaiki sirkulasi.
'ersihkan racun yang masih menempel pada kulit maupun pakaian.
6akukan dekontaminasi usus dan lakukan bilas lambung. Pemberian norit perlu dipertimbangkan untuk meminimalisir penyerapan melalui usus, tetapi harus mengingat risiko dan manfaatnya.
1 3(#%89#9 I9S3:ISID# -(#%89 S(#9;;# dr. I*S <(DI9#9
Pembimbing: Prof. dr. H. AMAR SINGH, Sp.F
Injeksi sulfas atropin intra"ena, dengan loading dose 275 mg untuk de!asa dan .5 mg? kg '' untuk anak7anak dengan pemberian minimum ,1 untuk mencegah refle@ bradicardia. Dosis maintenance dapat diulang setiap 571 menit.
Pada toksisitas berat terkadang didapatkan pasien dengan kejang. #pabila kejang potong kejang dengan dia=epam 5 mg i". #pabila setelah 571 menit kejang belum berhenti ulangi dengan 5 mg lagi.
:erapi penunjang dapat diberikan fresh fro=en plasma untuk mengganti en=im pseudocolinesterase. Selain itu nebulasi berisi ipratropium bromida juga perlu dipertimbangkan untuk mengurangi bronkospasme
6akukan konsultasi dengan ahli toksikologi bila perlu. Selain itu apabila penyebab keracunan adalah pecobaan bunuh diri perlu konsul psikiater. 2,
&
B.
ARBAMAT
#
Defini$i 8 $%r)'%)r.
3arbamat merupakan ester dari asam karbamat, 9)2%), yang belum stabil. Strukturnya secara umum > EE ( 1 9) 7 % 7 ( 2 #sam karbamat sendiri memiliki gugus nitrogen yang menempel pada gugus karboksil sehingga dapat dikatakan amida. leh karena itu, ester karbamat mungkin memiliki gugus pengganti alkil atau aril pada nitrogen -( 1 atau ( 2 atau pada fungsi amida. $ *
Pengg)n&&n.
Seperti yang telah kita ketahui bah!a karbamat seringkali digunakan sebagai >
11 3(#%89#9 I9S3:ISID# -(#%89 S(#9;;# dr. I*S <(DI9#9
Pembimbing: Prof. dr. H. AMAR SINGH, Sp.F
Insektisida pada karbamat dengan ( 1 adalah gugus metil.
)erbisida pada karbamat dengan ( 1 merupakan aromatik atau alifatik.
To'$i$i%&$.
3arbamat
merupakan
insektisida
yang
efektif
mengacu
pada
kemampuannya dalam menghambat asetilkolinesterase -#%h pada sistem saraf. 3arbamilasi en=im tersebut tidak stabil dan regenerasi #%h relatif cepat dibandingkan dengan en=im terfosforilasi. 3arbamat tidak lebih berbahaya efeknya pada manusia dari pada organofosfat. (asio antara dosis yang menyebabkan kematian dan dosis yang menimbulkan gejala minimal keracunan jelas lebih besar pada karbamat dari pada organofosfat.1 3arbamat mempunyai efek toksik yang tinggi, yang mempengaruhi semua he!an tak terkecuali manusia. 'erikut manifestasi dari efek toksik karbamat >
3eracunan kulit akut dengan derajat ringan7sedang, kecuali pada aldicarb derajat beratF hiperpigmentasi.
Iritasi mata sedang.
Pada sistem hemopoetik.
Degenerasi hati dan ginjal.
Degenerasi testis > abnormalitas sperma.
;angguan sistem endokrin.
*anifestasi nikotinik > fasikulasi otot pada diafragma, takikardi
*anifestasi muskarinik > peningkatan sekresi bronkial, keringat, sali"asi, dan lakrimasi, bronkokonstriksi, pinpoint pupil , diare, muntah dan bradikardi.
*anifestasi sistem saraf pusat > cemas, sakit kepala, pusing, kejang dan koma, depresi nafas. 3arbamat yang erat kaitannya dengan insektisida ada berbagai macam.
9amun yang kerap kita dengar yaitu karbaril, karbofuran dan propo@ur.
12 3(#%89#9 I9S3:ISID# -(#%89 S(#9;;# dr. I*S <(DI9#9
Pembimbing: Prof. dr. H. AMAR SINGH, Sp.F
'erikut penjelasan mengenai ketiganya > a. &rb&ri( -Se"in. 3arbaril -17naphthyl methylcarbamat ber!ujud kristal padat putih. Sering kali digunakan pada bidang agrikultur dan kehutanan. Sindrom klinis yang terjadi pada intoksikasi kronik yaitu miastenia, inkoordinasi, ataksia, tremor, kontraksi kronik otot yang menuju paralisis otot, dan kematian. 6esinya terkonsentrasi pada sistem saraf pusat dan otot skeletal. Selain itu dapat menyebabkan edema sedang hingga berat pada cerebellum, medula oblongata dan medulla spinalis bagian atas yang didahului dengan edema "asogenik -Smalley et al., 14. Pemulihan spontan dari efek dosis sublethal terjadi sekitar $ jam kemudian -%arpenter et al., 141. ral 6D5 > •
25 mg? kg 7$5 mg? kg pada tikus.
•
1 mg? kg 745 mg? kg pada mencit , 11
b. &rbof)r&n - :ikus $71+ mg?kg F anjing 1 mg? kg. 12 c. Propo9)r -'aygon, 8nden. Strukturnya secara umum >
1/ 3(#%89#9 I9S3:ISID# -(#%89 S(#9;;# dr. I*S <(DI9#9
Pembimbing: Prof. dr. H. AMAR SINGH, Sp.F
Propo@ur berupa kristalin putih bubuk yang memiliki aroma khas dan titik lebur $471.5 o%. Senya!anya tidak terakumulasi di jaringan. *erupakan
insektisida
non7sistemik yang
biasa
digunakan untuk
membasmi nyamuk pada area terbuka, lalat pada area agrikultur, kutu pada he!an piaraan dan kecoa. Dapat diserap tubuh melalui proses pernafasan, pencernaan maupun kontak kulit. 3eracunan akut dapat menimbulkan
mual,
muntah,
kram
perut,
berkeringat,
sali"asi,
ketidakseimbangan, lemah, mata kabur, sulit bernafas, hipertensi dan inkontinensia. 3eracunan kronik memba!a dampak yang sama seperti pada keracunan akut namun lebih lama dan berulang. ral 6D5 > •
pada tikus jantan 114. mg? kg.
•
pada tikus betina 5. mg? kg.
3ontak kulit 6D5 > •
pada tikus betina maupun jantan G 2+ mg? kg.1/
"
!RGAN!L!RIN
&.
DDT
#.
Defini$i.
DD: -1,1,1 Htriichloro 72,2 Hbis - p7chlorophenyl ethane adalah insektisida golongan organoklorin yang dulu digunakan secara luas untuk mengontrol pertumbuhan serangga yang mengganggu pertanian dan serangga yang memba!a penyakit seperti malaria dan tifus.1+
1+ 3(#%89#9 I9S3:ISID# -(#%89 S(#9;;# dr. I*S <(DI9#9
Pembimbing: Prof. dr. H. AMAR SINGH, Sp.F
*.
S%r)'%)r imi&.
DD: DD: adalah campuran dari / bentuk yaitu p,p DD: -$50, o,p DD: -150, dan o,o DD: -sisanya. DD: juga mengandung DDD -1,17dichloro7 2,27bis
-p7chlorophenyl
ethane
dan
DD
-1,17dichloro72,27bis
-p7
chlorophenyl ethylene sebagai kontaminan. DD: adalah bubuk putih amorfous yang meleleh pada suhu $7+J celcius. 1+ .
Pengg)n&&n.
DD: digunakan sebagai insektisida terutama dalam bidang agrikultur untuk membasmi hama tanaman dan tungau. Dapat juga digunakan untuk mengeliminasi "ector malaria dan tifus. DDD digunakan dalam pengobatan kanker kelenjar adrenal. Sedangkan DD tidak memliki kegunaan komersial. DD: yang beredar di pasaran antara lain> ;enito@, #nofe@, Deto@an, Dicophane, Pentachlorine dan ;esarol.1+ -.
To'$i$i%&$.
fek kardio"askular yang pernah didokumentasikan adalah takikardi yang terjadi pada dosis 5,1712,5 mg? kg.
Paparan DD: pada manusia dapat menghambat kerja en=im hepar.
DD: dapat menurunkan produksi sel 93 -9atural 3iller? fagosit.
Sistem Saraf. •
Paparan 4 mg? kg DD: menyebabkan peningkatan akti"itas keringat, mual dan nyeri kepala.
•
Paparan 14 mg? kg DD: menyebabkan kejang.1+
15 3(#%89#9 I9S3:ISID# -(#%89 S(#9;;# dr. I*S <(DI9#9
Pembimbing: Prof. dr. H. AMAR SINGH, Sp.F
/.
Pen&%&(&'$&n&&n.
Penanganan pada kondisi ga!at darurat
>
aga kondisi jalan napas, aliran napas dan sirkulasi.
*onitor tanda "ital.
3ontrol kejang dengan obat yang sesuai.
*onitor tekanan darah dan %;.
3ontrol aritmia jantung dengan obat yang sesuai.
*onitor keseimbangan asam basa.
ika telah terjadi muntah spontan, monitor fungsi respirasi dan !aspada.
:erhadap kemungkinan aspirasi pulmoner.
Dekontaminasi dengan menggunakan air, lakukan bilas lambung dan berikan arang.15 b.
LINDANE
#.
Defini$i.
6indane termasuk golongan insektisida jenis organoklorin spectrum luas yang juga dikenal sebagai ;amma )e@a@hlorocyclohe@ane atau 'en=ene he@achloride. Sebagai preparat farmasi, lindane berguna sebagai insektisida, lar"asida dan acarisida.14 *.
S%r)'%)r imi&.
6indane
14 3(#%89#9 I9S3:ISID# -(#%89 S(#9;;# dr. I*S <(DI9#9
Pembimbing: Prof. dr. H. AMAR SINGH, Sp.F
.
Pengg)n&&n.
Pada pengobatan scabies, digunakan secara topical pada konsentrasi 1 0.
Pengontrolan "ector penyakit termasuk nyamuk.
Pera!atan benih tanaman dan tanah.
Perlindungan kayu.
8ntuk penggunaannya dalam pengobatan skabies dan tungau, hal7hal yang perlu diperhatikan > •
3ontraindikasi pada bayi premature, pasien lanjut usia, pasien dengan kulit rusak, psoriasis, dll, dan digunakan secara hati7hati pada anak7 anak dan pasien dengan berat badan kurang dari 5 kg.
•
fek samping > 1. :imbul bercak di kulit. 2. (asa gatal atau terbakar. /. 3ulit kering. +. (asa tebal atau kesemutan. 5. (ambut rontok.14
.
To'$i$i%&$.
6indane dapat menyebabkan rhabdomyolisis pada otot lurik. Pada dosis tinggi, lindane juga dapat menyebabkan Disseminated Intr"ascular %oagulation -DI%.
Di sistem saraf, lindane berinteraksi dengan komplek reseptor klorida 7 ;#'# 7# pada tempat pengikatan pikrotoksin.
Pada hati, lindane menurunkan kapasitas oksidasi hati dan mengganggu metabolism gluthation. 3erusakan hati juga dimungkinkan oleh adanya peningkatan metabolisme lemak.
Dosis letal pada de!asa sebesar 17/ mg. Dosis 1,4 dan +5 g dapat menyebabkan kejang pada anak kecil dan de!asa. 3ematian dapat terjadi akibat dosis serum lindane mencapai 1,/ mcg? ml. 3onsentrasi serum
1& 3(#%89#9 I9S3:ISID# -(#%89 S(#9;;# dr. I*S <(DI9#9
Pembimbing: Prof. dr. H. AMAR SINGH, Sp.F
lindane mencapai ,4 mg dapat menyebabkan kejang, asidosis, kelemahan otot, mioglobinuri, gagal ginjal akut, dan hipertensi.
Pada
anak7anak,
penghirupan
dengan
dosis
157+5
mg
dapat
menyebabkan nyeri kepala, pusing, mual, letargi dan kejang.
fek sistemik dari lindane> 1.
3ardio"askular >G kejang protraksi yang akan diikuti oleh kolaps dan henti jantung.
2.
Pernapasan >G depresi pernapasan akibat kejang protraksi dan pneumonitis bronchoaspirasi.
/.
Sistem saraf pusat >G kejang, bingung, tidak sadar, koma.
+.
Sistem saraf perifer >G parestesi, hiperrefleksi, rasa tebal pada ekstremitas.
-.
5.
;astrointestinal >G mual, muntah dan diare.
4.
Sistem urinarius >G insufisiensi ginjal akibat rhabdomyolisis.
&.
ndrocin >G dapat mengakibatkan abortus.
$.
3ulit >G iritasi pada kulit.
.
*ata, telinga, hidung >G dapat terjadi iritasi.14
Pen&%&(&'$&n&&n.
Dalam kasus ingesti, jangan rangsang muntah dan jangan berikan susu, lemak atau minyak le!at mulut.
'uka dan pertahankan setidaknya satu jalur intra"ena.
3ontrol kejangnya.
'erikan arang.
Pertahankan jalan napas.
*onitor %P3 dan mioglobinuri.
)indari pemberian atropine dan adrenalin jika terjadi perubahan pada gambaran %;.14
0.
END!SULFAN
1$ 3(#%89#9 I9S3:ISID# -(#%89 S(#9;;# dr. I*S <(DI9#9
Pembimbing: Prof. dr. H. AMAR SINGH, Sp.F
#.
Defini$i.
ndosulfan adalah insektisida yang biasa digunakan untuk mengontrol serangga pada tanaman pangan seperti padi7padian, teh, buah7buahan dan sayuran serta juga pada tanaman non pangan seperti kapas dan kopi. ndosulfan biasanya berbentuk padat ber!arna krem hingga coklat dan memiliki bau yang khas mirip dengan turpentine.1& *.
S%r)'%)r imi&.
ndosulfan ndosulfan terdiri dari dua isomer murni yaitu K7endosulfan dan L7 endosulfan dengan ratio perbandingan sebesar &>/. Dalam kandungan endosulfan juga terdapat 2 0 endosulfan alkohol dan 1 0 endosulfan eter.1& .
Pengg)n&&n.
ndosulfan biasa digunakan untuk mengontrol pertumbuhan serangga pada tanaman pangan seperti teh, padi7padian, buah7buahan -stra!berry, pir, anggur tomat, pada tanaman non pangan seperti kopi, kapas dan alfalfa. ndosulfan juga digunakan sebagai penga!et untuk kayu. ndosulfan yang beredar di pasaran antara lain > :hiodan, :hione@, :hifor, %yclodan dan ndocide.1& -
To'$i$i%&$.
Pada sistem kardio"askular, ingesti endosulfan menyebabkan takikardi, hipertansi, dan diikuti dengan syok kardiogenik.
Pada hati, penghirupan endosulfan dapat menyebabkan peningkatan serum alanin aminotransferase -#6: dan aspartat aminotransferase -#S:.
1 3(#%89#9 I9S3:ISID# -(#%89 S(#9;;# dr. I*S <(DI9#9
Pembimbing: Prof. dr. H. AMAR SINGH, Sp.F
Peningkatan ini diikuti oleh gagal ginjal akut, DI%, trombus pada aorta dan arteri pulmonalis serta syok kardiogenik.
Ingesti endosulfan pada dosis letal menyebabkan perdarahan medula ginjal, diikuti dengan gagal ginjal akut.
Ingesti
endosulfan
juga
mengakibatkan
asidosis
metabolik
dan
hiperglikemia.
Pada sistem saraf, ingesti endosulfan dapat menyebabkan hiperakti"itas, sali"asi, tremor, penurunan frekuensi pernafasan, dyspnea, kejang tonik7 klonik.1&
/.
Pen&%&(&'$&n&&n.
1. Penanganan pada keadaan ga!at darurat >
aga kondisi jalan napas, aliran napas dan sirkulasi.
*onitor tanda "ital.
'uka dan pertahankan minimal satu rute intra"ena.
'erikan cairan bila perlu.
8ntuk mengontrol kejang berikan %lona=epam IM atau Dia=epam IM per rectal.
2.
6anjutkan dengan Sodium "alproat atau phenytoin..
*onitor tekanan darah dan lakukan %;.
Dekontaminasi dengan cara irigasi menggunakan air terhadap bagian tubuh yang terkena endosulfan.
/.
%ona=epam atau dia=epam adalah obat pilihan pertama, namun barbiturat juga cukup efektif. Disuntikkan secara perlahan melalui intra"ena atau intramuskular.1$ &
D
B!TANI
&
NI!TIN
#.
Defini$i.
2 3(#%89#9 I9S3:ISID# -(#%89 S(#9;;# dr. I*S <(DI9#9
Pembimbing: Prof. dr. H. AMAR SINGH, Sp.F
Diperoleh dari daun kering 9icotiana tabacum dan 9icotiana rustika. 9ikotin diabsorsi dengan cepat dari permukaan mukosa #lkaloid bebas tetapi bukan garam yang diabsorsi dari kulit. 9ikotin bereaksi dengan reseptor asetilkolin dari membrane paskasinaptik -ganglia simpatis dan para simpatis, sambungan syaraf otot yang menyebabkan depolarisasi membrane. *.
To'$i$i%&$.
*enyebabkan perangsangan dengan cepat yang diikuti oleh hambatan transmisi. .
Pen&%&(&'$&n&&n.
6angsung ditujukan pada mempertahankan tanda7tanda "ital dan penekanan kejang. b
PRETHRUM
#.
Defini$i.
:erdiri 4 ester insektisida yang diketahui yaitu Piretin I dan asmolin II. Piretroid sintetik merupakan sekitar / 0 insektisida yang digunakan di seluruh dunia -chobichon, 11. Piretrum dapat diabsorbsi setelah di inhalasi atau di telan, sedangkan absorbsi melalui kulit tidak berarti. ster7 ester
di
biotransformasi
secara
ektensif.
Insektisida
piretrum
tidak
menimbulkan efek toksik yang tinggi pada mamalian. ika absorbsi dalam jumlah yang cukup maka, jumlah efektoksik utamanya adalah pada susunan saraf pusat. .
To'$i$i%&$.
ksitasi, kon"ulsi, paralisis tetanik yang dapat terjadi dengan mekanisme 9atrium yang mirip dengan D::. -.
Pen&%&(&'$&n&&n.
Dilakukan dengan pemberian anti kon"ulsi. 0
R!TEN!N
#.
Defini$i.
21 3(#%89#9 I9S3:ISID# -(#%89 S(#9;;# dr. I*S <(DI9#9
Pembimbing: Prof. dr. H. AMAR SINGH, Sp.F
Diperoleh dari Derriselliptica, Derris mallaccensis, 6oncho carpus utilis dan 6oncho carpus uruca. *.
To'$i$i%&$.
3erusakan yang paling sering dilaporkan pada manusia ditimbulkan oleh sifat alenergik =at ini. 3hususnya kontak dermatitis. Parestesi kulit telah dilaporkan pada pekerjaan yang menggunakan piretroid sintetik semprotan. Pemaparan yang berat pada piretroid sintetik akibat kerja di %ina menimbulkan efek7efek yang jelas pada sistim saraf pusat, termasuk kon"ulsi -echobicon 11. ;ejala 3eracunan> 3onjungti"itis, dermatitis, faringitis, rhinitis, iritasi saluran cerna. .
Pen&%&(&'$&n&&n.
)anya bersifat simptomatik.
22 3(#%89#9 I9S3:ISID# -(#%89 S(#9;;# dr. I*S <(DI9#9
Pembimbing: Prof. dr. H. AMAR SINGH, Sp.F
BAB I; PEMERISAAN F!RENSI
A.
PEMERISAAN P!ST M!RTEM 3ematian karena insektisida biasanya terjadi karena kecelakaan atau percobaan bunuh diri, jarang sekali karena pembunuhan. 3orban mati akibat keracunan umumnya dapat dibagi menjadi dua golongan, yang sejak semula sudah dicurigai kematian diakibatkan oleh keracunan, dan kasus yang sampai saat
sebelum
diautopsi
dilakukan,
belum
ada
kecurigaan
terhadap
kemungkinan keracunan. )arus dipikirkan kemungkinan kematian akibat keracunan bila pada pemeriksaan setempat terdapat kecurigaan akan keracunan, bila pada autopsi ditemukan kelainan yang la=im ditemukan pada keracunan dengan =at tertentu, misalnya didapatkan bau minyak tanah pada keracunan insektisida, serta bila pada autopsi tidak ditemukan penyebab kematian.+ Dalam menangani kasus kematian yang diduga akibat keracunan dalam hal ini insektisida, perlu dilakukan pemeriksaan yang penting, yaitu pemeriksaan di tempat kejadian, pemeriksaan luar dan dalam, serta analisa toksikologik.+ Informasi dari tempat kejadian yang penting misalnya, apakah terdapat larutan insektisida di sekitar korban, yang mungkin bisa membantu mengidentifikasi jenis insektisida penyebab kematian. 'ila terdapat muntahan, bagaimanakah baunya. #pakah terdapat gelas atau alat minum lain, atau surat perpisahan?.peninggalan jika merupakan kasus bunuh diri. Informasi tentang insektisida yang biasa digunakan di rumah ataupun di tempat dimana korban bekerja juga perlu dikumpulkan.+
2/ 3(#%89#9 I9S3:ISID# -(#%89 S(#9;;# dr. I*S <(DI9#9
Pembimbing: Prof. dr. H. AMAR SINGH, Sp.F
Pemeriksa tidak diperkenankan merokok, mempergunakan banyak air, menggunakan desinfektan atau air freshner untuk mengurangi bau, dan bahan7 bahan kimia yang dapat mengganggu penafsiran.5 *enentukan sebab kematian karena keracunan insektisida, pada dasarnya dapat dilakukan, bilamana kriteria untuk itu terpenuhi. #dapun kriteria diagnostik pada keracunan 1.
>
#namnesa kontak antara korban dengan racun, dalam hal ini insektisida.
2.
#danya tanda7tanda serta gejala yang sesuai dengan tanda dan gejala dari keracunan insektisida yang diduga.
/.
Dari sisa benda bukti, harus dapat dibuktikan bah!a bukti tersebut memang insektisida yang dimaksud.
+.
Dari bedah mayat dapat ditemukan adanya perubahan atau kelainan yang sesuai dengan keracunan dari insektisida yang diduga, serta dari bedah mayat tidak dapat ditemukan adanya penyebab kematian lain.
5.
#nalisa kimia atau pemeriksaan toksikologik, harus dapat dibuktikan adanya insektisida serta metabolitnya, dalam tubuh atau cairan tubuh korban secara sistemik. dari lima kriteria tersebut di atas, maka kriteria ke7+ dan ke75 adalah yang terpenting dan tidak boleh tidak, harus dikerjakan.5
B.
PEMERISAAN LUAR DAN DALAM Secara umum, keracunan insektisida dapat menyebabkan depresi pada pusat pernafasan. Sehingga pada korban mati karena keracunan insektisida dapat ditemukan tanda7tanda asfiksia.+ Pada pemeriksaan luar, terutama pada kasus7kasus yang dicurigai kemungkinan kematian karena keracunan, yang
pertama
kali harus
diperhatikan oleh pemeriksa adalah bau. Dari bau yang tercium dapat
2+ 3(#%89#9 I9S3:ISID# -(#%89 S(#9;;# dr. I*S <(DI9#9
Pembimbing: Prof. dr. H. AMAR SINGH, Sp.F
diperoleh petunjuk, racun apa kiranya yang ditelan korban. *aka tiap kasus keracunan, pemeriksa harus selalu memperhatikan bau yang tercium dari pakaian, lubang hidung, dan mulut, serta rongga badan.+ Pemeriksa harus menekan dada mayat dan menentukan apakah ada suatu bau tidak biasa yang keluar dari lubang7lubang hidung dan mulut. 'ila pemeriksa sebelumnya telah melakukan otopsi atas mayat lain atau berada di kamar autopsi untuk sekian !aktu, maka hendaknya ia keluar dari kamar otopsi, menghirup udara segar untuk beberapa menit supaya daya tangkap bau menjadi tajam kembali. 'au yang terdeteksi pada keracunan organofosfat atau carbamat adalah adanya bau seperti minyak tanah -merupakan pelarut untuk insektisida atau seperti terpentin atau @ylol. Sedangkan bau asli organofosfat seperti ba!ang putih.+, 1 Pada pakaian korban, dapat ditemukan bercak7bercak yang disebabkan oleh tercecernya racun yang ditelan, atau oleh muntahan. Penyebaran -distribusi bercak perlu diperhatikan, karena dari penyebaran itu kadang7 kadang dapat diperoleh petunjuk tentang intensi? kemauan korban, yaitu apakah racun itu ditelan atas kemauannya sendiri -bunuh diri atau dipaksa -pembunuhan. Dalam hal korban dipegangi dan dicocoki secara paksa, maka bercak7bercak akan tersebar pada daerah yang luas. Pada bunuh diri didapatkan bercak beraturan pada bagian tengah dari atas ke ba!ah. Sedangkan pada kecelakaan bercak pada pakaian tidaklah khas. Selain itu pada pakaian mungkin melekat bau racun.+, 5 Sesuai dengan cara kerja senya!a organofosfat dan carbamat pada myoneural junction dan sinaps ganglion, maka pemeriksaan post mortem pada korban keracunan senya!a organofosfat dan carbamat secara umum akan ditemukan inflamasi pada traktus ;I disertai perdarahan petekie dan tanda7 tanda asfiksia -seperti sianosis, kongesti "ena, dan udem paru. 1 Pada pemeriksaan dalam, beberapa ahli menganjurkan pada setiap kasus keracunan untuk membuka pertama7tama rongga tengkorak terlebih
25 3(#%89#9 I9S3:ISID# -(#%89 S(#9;;# dr. I*S <(DI9#9
Pembimbing: Prof. dr. H. AMAR SINGH, Sp.F
dahulu dan menentukan bau tidak biasa yang keluar dari jaringan otak, sebelum bau itu tersamarkan oleh bau "iscera yang la=im tercium pada pembukaan rongga7rongga perut dan dada.+ Pada korban keracunan insektisida jenis organofosfat dan carbamat, akan ditemukan darah lebih gelap dan kongesti organ. Selain itu pada lipatan mukosa lambung mengalami kemerahan, namun tidak terjadi iritasi. Sedangkan duodenum dan yeyenum selain kemerahan juga akan mengalami iritasi disertai sekresi mucosa yang berlebihan. Dapat juga ditemukan perlunakan otak, oedem paru, paru terisi material yang terjadi akibat aspirasi muntahan. )epar ber!arna kuning lemon atau kuning abu7abu dengan disertai bintik7bintik degenerasi lemak. 'eberapa kasus ditemukan hepar kuning homogen dengan tepi ber!arna lebih gelap. Pada kasus yang lain ditemukan hepar mengeras. Selain hepar, organ7organ "iscera lain juga akan ber!arna keabuan karena degenerasi? ikterus. Dilaporkan satu kasus degenerasi lemak pada dengan perdarahan kecil purpura ditemukan pada serosa dan sub mukosa organ dan jaringan ikat longgar seperti mediastinum dan jaringan periaorta. Pada keracunan yang disebabkan oleh kebanyakan insektisida jenis organochlorin, didapatkan !arna kulit menjadi kuning. :erjadi nekrosis hepar di sekitar "ena sentralis. 8ntuk jenis DD:, juga terjadi degenerasi parenkimatosa pada ginjal dan "iscera lain, dan peribronchial pneumonia.5, 1 Pada keracunan yang disebabkan oleh nikotin, dapat ditemukan kongesti pada lambung dan usus. Darah menjadi ber!arna gelap dan encer. 'au tembakau mungkin dapat tercium.1
24 3(#%89#9 I9S3:ISID# -(#%89 S(#9;;# dr. I*S <(DI9#9
Pembimbing: Prof. dr. H. AMAR SINGH, Sp.F
".
PEMERISAAN TAMBAHAN Pemeriksaan tambahan yang perlu ditambahkan diantaranya adalah pemeriksaan histopatologi dari jaringan terutama hepar dan tentunya pemeriksaan analisa toksikologi. Prinsip pengambilan sampel untuk pemeriksaan analisa toksikologi pada kasus keracunan adalah diambil sebanyak7banyaknya setelah kita sisihkan untuk cadangan dan untuk pemeriksaan histopatologik. :idak jarang seorang dokter mengirimkan bahan yang salah atau dalam jumlah yang terlampau sedikit. Dengan demikian jelas bah!a ahli toksikologi tidak dapat memenuhi permintaan dokter tersebut.5 Pada semua kasus, bahan tersebutdi ba!ah ini perlu diambil. Sekalipun dokter yang melakukan autopsi sudah memperoleh petunjuk kuat bah!a ia sedang menghadapi suatu jenis racun, hendaknya ia tetap mengambil bahan7bahan secara lengkap. Secara umum, sampel yang harus diambil adalah> 1.
6ambung dengan isinya, 3arena pentingnya pemeriksaan labung dengan isinya pada kasus toksikologik, maka pada kasus7kasus non7toksikologik, hendaknya pembukaan lambung ditunda sampai saat akhir autopsi atau sampai pemeriksa telah menemukan penyebab kematian. )al ini penting karena umumnya pemeriksa baru teringat pada keracunan setelah pada akhir autopsi ia tidak dapat menemukan penyebab kematian,
2.
Seluruh usus dengan isinya dengan membuat sekat dengan ikatan7 ikatan pada usus,
/.
Darah, yang berasal dari sentral -jantung dan yang berasal dari perifer -". jugularis, a. femoralis, dsb., masing7masing 5 ml, dan dibagi 2, yang satu diberi penga!et -9a< 10, yang lain tidak diberi bahan penga!et,
2& 3(#%89#9 I9S3:ISID# -(#%89 S(#9;;# dr. I*S <(DI9#9
Pembimbing: Prof. dr. H. AMAR SINGH, Sp.F
+.
)ati, sebagai tempat detoksifikasi, tidak boleh dilupakan, hati yang diambil sebanyak 5 gram,
5.
;injal, diambil keduanya, yaitu bila urin tidak tersedia,
4.
8rin diambil seluruhnya, penting oleh karena pada umumnya racun akan diekskresikan melalui urine,
&.
mpedu, sama halnya dengan urine, diambil oleh karena tempat ekskresi pelbagai racun.+, 5 umlah bahan penga!et untuk sampel padat, minimal 2 @ "olume
sampel tersebut, bahan penga!et yang dianjurkan >
#lkohol absolut.
6arutan garam jenuh -untuk Indonesia paling ideal.
9atrium fluoride 1 0.
9atrium fluoride N natrium sitrat -&5 mg N 5 mg, untuk setiap 1 ml sampel.
9atrium ben=oat dan phenyl mercuric nitrate. #lcohol dan larutan garam jenuh untuk sample padat atau organ,
sedangkan 9a< 1 0 dan campuran 9a< dengan 9a sitrat untuk sample cair, sedangkan natrium ben=oat dan mercuric nitrate khusus
untuk penga!et
urine.5 )al Oang Perlu Diperhatikan >
:iap sample ditaruh dalam satu kemasan yang terpisah.
Penyegelan dilakukan oleh penyidik, dokter sebagai saksi.
Permintaan pemeriksaan dibuat oleh penyidik, dokter menyertakan laporan singkat serta racun yang diduga sebagai penyebab kematian.
Setiap pengiriman harus ditandai dengan pengiriman contoh bahan penga!et, yaitu untuk kontrol.
Dokter bertugas untuk mengambilkan sampel dan memasukkannya pada masing7masing kemasan.
2$ 3(#%89#9 I9S3:ISID# -(#%89 S(#9;;# dr. I*S <(DI9#9
Pembimbing: Prof. dr. H. AMAR SINGH, Sp.F
Pengambilan sampel untuk pemeriksaan toksikologi harus dilakukan sebelum tubuh korban dia!etkan -embalming, oleh karena dengan embalming, banyak racun yang akan rusak dan derngan deteksinya tidak menjadi tidak memungkinkan.
Dalam hal dimana korban masih hidup, maka alkohol tidak diperkenankan sebagai desinfektan, se!aktu dokter mengambil darah korban, sebagai penggantinya dapat digunakan sublimat 1 > 1 atau mercury7chloride 1 0.5 Pada keracunan insektisida jenis organophosphat mungkin diperlukan
pemeriksaan kadar asetilkolinesterase -#%h dalam darah. Penentuan kadar #%h dalam darah dan plasma dapat dilakukan dengan cara tintometer -dson dan cara paper7strip -#cholest. %ara dson
> berdasarkan perubahan p) darah.
#%h #%h
kolin N asam asetat #mbil darah korban dan tambahkan indikator brom7timol7biru,
diamkan beberapa saat maka akan terjadi perubahan !arna. 'andingkan !arna yang timbul dengan !arna standar pada comparator disc -cakram pembanding maka dapat ditentukan kadar #%h dalam darah.
0 aktifitas #%h dalam darah &5 0 H 1 0 dari normal 5 0 H &5 0 dari normal 25 0 H 5 0 dari normal 0 H 25 0 dari normal
Interpretasi :idak ada keracunan 3eracunan ringan 3eracunan 3eracunan berat
%ara #cholest >
2 3(#%89#9 I9S3:ISID# -(#%89 S(#9;;# dr. I*S <(DI9#9
Pembimbing: Prof. dr. H. AMAR SINGH, Sp.F
#mbil serum darah korban dan teteskan pada kertas #cholest bersamaan dengan kontrol serum darah normal. Pada kertas #cholest sudah terdapat #%h dan indikator. Aaktu perubahan !arna pada kertas tersebut dicatat. Perubahan !arna harus sama dengan perubahan !arna pembanding -serum normal yaitu !arna kuning telur.2
/ 3(#%89#9 I9S3:ISID# -(#%89 S(#9;;# dr. I*S <(DI9#9
Pembimbing: Prof. dr. H. AMAR SINGH, Sp.F
ESIMPULAN
Insektisida merupakan racun serangga yang banyak dipakai dalam pertanian, perkebunan dan rumah tangga. 'anyaknya penggunaan insektisida, disertai juga dengan banyaknya keluhan yang timbul. feknya pada manusia ber"ariasi, tergantung jenis dan kadar yang masuk ke dalam tubuh. Selain karena kecelakaan, keracunan insektisida juga dapat terjadi karena percobaan bunuh diri atau karena pembunuhan.
Insektisida
terdiri
dari
+
golongan,
yaitu
organofosfat,
carbamat,
organochlorin, dan botani.
Pada pemeriksaan luar dan dalam korban mati karena keracunan insektisida, tidak didapatkan tanda yang khas. 3elainan yang dapat ditemukan antar lain tanda H tanda asfi@ia dan bau seperti minyak tanah yang dapat terdeteksi pada keracunan organofosfat atau carbamat. Pada keracunan yang disebabkan oleh kebanyakan insektisida jenis organochlorin, didapatkan !arna kulit menjadi kuning. Sedangkan jika penyebabnya adalah nikotin, dapat ditemukan kongesti pada lambung dan usus, dan bau tembakau mungkin dapat tercium. 3eracunan
organophosphat
mungkin
memerlukan
pemeriksaan
kadar
asetilkolinesterase -#%h dalam darah.
Pengetahuan mengenai insektisida mutlak diperlukan oleh seorang dokter, baik dokter spesialis forensik maupun dokter umum, karena sangat membantu dalam pelaksanaan dan pembuatan "isum dan autopsi.
/1 3(#%89#9 I9S3:ISID# -(#%89 S(#9;;# dr. I*S <(DI9#9
Pembimbing: Prof. dr. H. AMAR SINGH, Sp.F
DAFTAR PUSTAA 1. 9ishijima 3D. @cerpt from :o@icity, rganophosphate and %arbamate %ited 24 9o"ember 1$Q. 8(6> http>??!!!.emedicine.com?emerg?byname?to@icity7 organophosphate7and7carbamate.htm 2. Darmono. :oksisitas organofosfat. 8(6> !!!.;eocities.com?kul7farm?farm7 forensik?pestisida.doc.hasil pertanian.:oksisitas /. Cein 8, Purba #, ;inting O, 'achtiar PD. 'eberapa aspek keracunan di bagian penyakit
dalam
rumah
sakit
h.
adam
malik,
medan.
8(6>
http>??!!!.tempo.co.id?medika?arsip?522?art72.htm +. 'agian kedokteran forensik <38I. Ilmu kedokteran forensik. akarta> 8ni"ersitas Indonesia, 1& 5. Idries #*. Pedoman ilmu kedokteran forensik edisi pertama. akarta> 'inarupa #ksara, 1& 4. Santoso
.
paper.
#"ailable
from
8(6>
)OP(6I93
http>??forpapjs.blogspot.com?25?4?forensic7paper.html &. 3at=ung ';. :oksikologi kerja dan lingkungan dalam farmakologi dasar dan klinik, edisi IM. akarta> Penerbit 'uku 3edokteran ;%, 15. $. #nonymous. Aikipedia > %arbamate %ited 24 9o"ember 1$Q. 8(6 > http>??en.!ikipedia.org?!iki?carbamate . #nonymous. %arbamate Pesticides > a ;eneral Introduction %ited 24 9o"ember 1$Q. 8(6 > http>??!!!.inchem.org?documents?ehc?ehc?ehc4+.htm 1. )arms , Ailson %, "erson (. rganophosphate and %arbamate Insecticide Poisoning
%ited
24
9o"ember
1$Q.
8(6
>
http>??!!!.addl.purdue.edu?ne!sletters?1$?summer.organos.html 11. #nonymous. Aikipedia > %arbaryl %ited 24 9o"ember 1$Q. 8(6 > http>??en.!ikipedia.org?!iki?carbaryl.
/2 3(#%89#9 I9S3:ISID# -(#%89 S(#9;;# dr. I*S <(DI9#9