BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia adalah kesehatan. Untuk memperoleh kesehatan yang prima, setiap orang berusaha dengan berbagai cara untuk mengatasi dan mengobati penyakit yang dideritanya hingga sembuh. Seseorang dalam mencapai kesembuhan yang diharapkan terkadang membutuhkan bantuan dari pihak lain dalam hal ini adalah laboratorium. Laboratorium merupakan salah satu instansi yang berwenang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat luas. Keadaan ini membuat laboratorium perlu memperhatikan kualitas pelayanan diberikan kepada pasien. Pemerintah dan segenap masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Sampai saat ini pelayanan laboratorium belum menjadi bagian utama dari agenda pembangunan
kesehatan.
Di
lain
pihak
sebenarnya
pelayanan
Laboratorium sudah dilaksanakan secara sporadik, menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh seluruh masyarakat dan masyarakat perlu aktif berperan serta. Usaha kesehatan diatas mencakup usaha peningkatan (promotif), pencegahan
(preventif),
penyembuhan
(kuratif),
dan
pemulihan
(rehabilitatif). Dalam upaya penyembuhan tercakup upaya pelayanan laboratorium. Masyarakat semakin peduli akan kesehatannya, dimana laboratorium salah satu layanan yang ikut berperan di dalamnya. Salah satu programnya yaitu general check up laboratorium, sehingga pelayanan laboratorium tidak hanya bagi pasien yang sakit, tetapi orang sehat pun sangat penting menggunakan jasa pelayanan laboratorium ini. 1.2. Tujuan Pedoman A. Mengatehui standart ketenagaan di Instalasi laboratorium Rumah Sakit Kusta sumbergalagah.
Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 1
B. Mengetahui standart fasilitas di instalasi laboratorium Rumah Sakit Kusta Sumbergalagah C. Mengetahui tata laksana pelayanan di instalasi laboratorium Rumah sakit Kusta Sumberglagah D. Mengetahui penyediaan logistik di insatalasi laboratorium Rumah Sakit Kusta Sumbergalagah. E. Mengetahui keselamatan pasien dalam pelayanan laboratorium Rumah Skit Kusta Sumberglagah. F. Mengetahui keselamatan kerja dalam pelayana laboratorium Rumah Sakit Kusta Sumberglagah. G. Mengetahui pengendalian mutu pelayanan di instalasi laboratorium Rumah Sakit Kusta Sumberglagah. 1.3. Ruang Lingkup Pelayanan Ruang lingkup kegiatan laboratorium rumah sakit adalah memberikan pelayanan laboratorium kepada masyarakat yang adekuat, teratur dan, nyaman selama 24 jam dengan pembagian dinas 2 shift sampai jam 21.00. Diatas jam 21.00 dilanjutkan dengan piket on call, terpisah dari unit pelayanan lain di rumah sakit. Masyarakat yang bisa mendapatkan pelayanan laboratorium di Rumah Sakit Kusta Sumberglagah adalah pasien rawat jalan, rawat inap, pasien yang atas permintaanya sendiri ingin mendapatkan pelayanan laboratorium di Rumah Sakit Kusta Sumberglagah ataupun pasien rujukan dari luar rumah sakit. Untuk pelayanan laboratorium di luara rumah sakit dipilih berdasarkan rekomendasi dari kepala Insatalasi laboratorium dan di pilih berdasarkan reputasi yang baik dan memenuhi standart Undang – Undang serta adanya pemberian informasi secara jelas kepada pasien apabila ada pemeriksaan yang di rujuk ke laboratorium di luar rumah sakit
1.4. Batasan Operasional
Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 2
Untuk membantu mengarahkan pemahaman tentang isi buku ini, perlu diketahui batasan opersaional beberapa istilah penting yang terkait dengan kerangka pelayanan instalasi laboratorium rumah sakit. Batasan operasional di bawah ini merupakan batasan istilah, baik dari sumber buku pedoman standart laboratorium yang baik maupun dari sumber – sumber lain yang di pandang sesuai dengan kerangka konsep pelayanan yang terurai dalam buku ini. A. Instalasi laboratorium adalah suatu instalasi yang memberikan pelayanan pemeriksaan laboratorium terhadap spesimen yang berasal dari manusia seperti darah, urine, feces, dahak, cairan sendi, cairan pleura, cairan otak dan lain – lain. Hasil pemeriksaan laboratorium ini di gunakan untuk penetapan diagnosis, pemberian pengobatan, dan pemantauan hasil pengobatan, serta penentuan prognosis (Pedoman Praktek Laboratorium yang benar) B. Spesimen infeksius adalah semua specimen yang berasal dari manusia dan hewan yang mengandung agen penyebab infeksi atau yang dinyatakan
infeksius
oleh
yang
berwenang
seperti
dokter
‚ ilmuan‚ perawat ‚ dan lain-lain ( Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan . C. Kalibrasi alat adalah suatu kegiatan yang merupakan
salah satu
komponen kegiatan pemantapan mutu internal yang dilakukan pada masing – masing alat secara berkala untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium ( Pedoman Praktek Laboratoeium yang Benar) D. Pengendalian Mutu adalah semua kegiatan pencegahan yang ditujukan untuk
menjamin
ketelitian
dan
ketepatan
hasil
pemeriksaan
laboratorium (Pedoman Praktek Laboratoeium yang Benar) E. Pemantapan Mutu Internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh masing – masing laboratorium secara terus – menerus agar diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat (Pedoman Praktek Laboratoeium yang Benar) F. Pemantapan Mutu Eksternal adalah kegiatan yang dilaksanakan secara periodik oleh pihak lain diluar laboratorium rumah sakit, baik Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 3
pemerintah, swasta atau internasional untuk memantau dan menilai kwalitas suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan laboratorium tertentu (Pedoman Praktek Laboratoeium yang Benar).
BAB 2 STANDART KETENAGAAN 2.1. Kualifikasi sumber Daya Manusia Ketenagaan Instalasi Laboratorium sesuai dengan klasifikasi rumah sakit menurut buku Pedoman Pengelolaan Laboratorium Klinik Rumah Sakit Tahun 1998 sesuai dengan jumlah dan kualifikasi tenaga Insalasi Laboratorium , adalah sebagai berikut : 1. Kepala Instalasi Laboratorium a. Pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan mempunyai SIP di Rumah Sakit Kusta Sumberglagah b. Mempunyai sertifikat Manajement Laboratorium rumah Sakit 2. KUPL (Kepala Urusan Pelayanan Laboratorium/ Koordinator Pelayanan Tehnis Medis) Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 4
a. b.
Pendidikan Akademi Analis Kesehatan Mempunyai STR dan bekerja minimal 3 tahun di Laboratorium
c.
Rumah Sakit Kusta Sumberglagah. Mempunyai sertifikat kepemimpinan dan manajement
laboratorium Penanggungjawab Shift 3. a. Pendidikan akademi Analis Kesehatan b. Mempunyai STR dan minimal bekerja 2 tahun di laboratorium c. d.
Rumah Sakit Kusta Sumberglagah. Sekolah Menengah Analis Kesehatan Mempunyai STR dan bekerja minimal 3 tahun di laboratorium
Rumah Sakit Kusta Sumberglagah. Pelaksana Laboratorium 4. a. Pendidikan Akademi analis Kesehatan b. Mempunyai STR dan bekerja minimal 3 bulan di Laboratorium Rumah Sakit Kusta Sumberglagah
Tabel 2.1 Pola Ketenagaan Personil Instalasi Laboraorium Rumah Sakit Kusta Sumberglagah. Nama Jabatan
Kepala instalasi laboratorium Koordinator administrasi Koordinator pelayanan tehnis medis Bagian Hematologi Bagian Kimia klinik Bagian Immuno serologi
Pendidikan
Sertifikat
Dokter spesialis Patologi Klinik D – III Analis Kesehatan D – III Analis Kesehatan
Pelatihan manajement laboratorium Pelatihan administrasi Pelatihan Laboratorium Up-Date Pelatihan Hematologi
D – III Analis Kesehatan/ SMAK D – III Analis Kesehatan/ SMAK D – III Analis Kesehatan/ SMAK
Pelatihan Kimia Klinik Pelatihan Kimia Klinik
Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 5
Jumlah kebutuhan
Tenaga yang ada
Keterangan
Bagian Mikrobiologi Bagian Administrasi Rawat Inap Bagian Administrasi Rawat Jalan Total
D – III Analis Kesehatan/ SMAK D – III Analis Kesehatan/ SMAK D – III Analis Kesehatan/ SMAK
Pelatihan Mikrobiologi Pelatihan Administrasi Pelatihan Administrasi
2.2. Distribusi Ketenagaan Kepala Instalasi Laboratorium membawahi koordinator pelayanan, pelaksana
laboratorium
dan
administrasi.
Sedangkan
koordinator
pelayanan dibagi menjadi koordinator teknis medis dan koordinator administrasi laboratorium. Pelaksana laboratorium di bagi menjadi empat yaitu bagian Hematologi, Kimia klinik, Immunoserologi dan mikrobiologi. Koordinator pelayanan administrasi, mengkoordinasi urusan administrasi rawat inap dan rawat jalan. 2.3. Pengaturan Jaga Instalasi Laboratorium Rumah Sakit Kusta Sumberglagah memberikan pelayanan selama 24 jam dalam 7 hari. Oleh Karena itu tidak ada hari libur, maka sistem jaga harus diatur sedemikian rupa sehingga masing – masing tenaga laboratorium memiliki waktu libur. Waktu libur yang ada yaitu sejumlah hari minggu dan hari besar dalam satu bulan. Pembagian petugas di atur menjadi 2 shift yaitu pagi dan sore sedangkan malam piket on call. Petugas pagi 4 orang, sore 1 orang dan piket on call 1 orang. Pada hari minggu dan libur nasional pagi 1 orang dan siang 1 orang. Pembuatan jadwal jaga setiap akhir bulan minimal tiga hari sebelum akhir bulan. Jadwal jaga dibuat oleh kepala instalasi laboratorium dan mengetahui pokja penunjang dan koordinator pokja fungsional A. Susun jadwal jaga sebagai berikut : 1) Enam hari kerja, minggu dan hari besar , kepala instalasi libur Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 6
2) Untuk (minggu dan hari besar) pelaksana laboratorium bergantian dan diganti liburnya satu hari sebelumnya B. Aturan jam kerja sebagai berikut : 1) Shift I 2) Shift II 3) Shift III
: 07.00 – 14.00 WIB : 14.00 – 21.00 WIB : 21.00 – 07.00 WIB / Piket On Call
C. Apabila berhalangan hadir karena : 1) Kepentingan keluarga yang direncanakan harus mengajukan ijin 1 minggu sebelumnya 2) Sakit, harus membuat surat ijin sakit. Apabila lebih dari hari harus ada surat keterangan dari dokter 3) Permohonan cuti tahunan haruf diajukan 2 minggu sebelumnya dan mengetahui atasannya BAB 3 STANDART FASILITAS 3.1. Ruangan Luas ruangan setiap kegiatan cukup menampung peralatan yang dipergunakan , aktifitas dan jumlah petugas yang berhubungan dengan specimen atau pasien untuk kebutuhan pemeriksaan laboratorium . Semua Ruangan harus mempunyai tata ruang yang baik sesuai alur pelayanan dan memperoleh sinar matahari atau cahaya dalam jumlah yang cukup . Secara umum , tersedia ruang yang terpisah. 3.2. Standart Fasilitas Pelayanan
Instalasi
Laboratorium
Rumah
Sakit
Kusta
Sumberglagah, sebagai salah satu bagian penunjang medis dari bidang medis diagnostik, untuk menunjang pelayanan medis baik untuk pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap, menyediakan fasilitas : 1.
Peralatan Laboratorium yang memadai untuk jenis pemeriksaan yang dilakukan. untuk semua peralatan harus terjamin keamanan
2.
dan perawatannya Ruang Laboratorium untuk melaksanakan pelayanan, yang terdiri
Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 7
dari : a. Ruang penerimaan pasien b. Ruang tunggu pasien c. Ruang sampling d. Ruang pemeriksaan e. Ruang administrasi atau pengolahan hasil f. Ruang Reagen g. Ruang Dokter h. Ruang Sterilisasi i. Tempat penunjang untuk meyimpan reagensia kimia j. Toilet, ruangan cuci 3.
Fasilitas pendukung untuk melaksanakan pelayanan berupa : meja kerja yang kuat dan baik, listrik yang baik dan aman, penerangan
4.
yang cukup, ventilasi yang baik . Fasilitas penanganan limbah laboratorium, baik limbah umum maupun limbah umum maupun limbah khusus
3.3. Peralatan di Laboratorium Beberapa factor yang menjadi pertimbangan memilih alat yaitu : A. Kebutuhan Alat yang dipilih harus mempunyai spesifikasi yang sesuai dengan kebutuhan yang meliputi jenis pemeriksaan , jenis specimen dan volume specimen dan jumlah pemeriksaan . B. Fasilitas yang tersedia Alat yang dipilih harus mempunyai spesifikasi yang sesuai dengan fasilitas yang tersedia seperti luasnya ruangan , fasilitas listrik dan air yang ada , serta tingkat kelembaban dan suhu ruangan . C. Tenaga yang ada Perlu dipertimbangkan tersedianya tenaga dengan kualifikasi tertentu yang dapat mengoprasikan alat yang akan dibeli . D. Reagen yang dibutuhkan Perlu dipertimbangkan tersedianya reagen di pasaran dan kontinuitas distribusi dari pemasok . E. Nilai Ekonomis Dalam memilih alat perlu diperhatikan analisis cost-benefit , yaitu seberapa besar keuntungan yang diperoleh dari investasi yang dilakukan termasuk di dalamnya biaya oprasional . F. Terdaftar di Departemen Kesehatan Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 8
Peralatan yang akan dibeli harus sudah terdaftar di Departemen Kesehatan dan mendapat izin edar. 3.4. Evaluasi Peralatan Baru Evaluasi alat baru atau yang disebut juga sebagai uji fungsi .Tujuan nya untuk mengenal kondisi alat ,yang mencakup kesesuaian spesifikasi alat dengan brosur ,lingkungan dan hal – hal khusus yang diperlukan bagi penggunaan secara rutin . Dari evaluasi ini dapat diketahui reprodusibilitas , kelemahan alat , harga per tes dan sebagainya . No
Jenis Alat
Jumlah
1. 2.
1 1
4.
Sismex Spektro photometer 4010 Cobas C111 semi automatic Elektrolit analyser
5.
BGA
1
6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Imser Mikroskop binokuler Mikroskop monokuler Centifuse Refrigato ( lemari es ) Autoclave Bunsen burner Counter ( hand tally ) Frezer Incubator Peralatan gelas Bak Pewarnaan sediaan
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
18.
Petridish
20. 21.
PH meter Scalpel
22.
Gelas obyek
23.
Gelas penutup
24. 25. 26. 27.
Ose Rak tabung Box preparat Mikropipet 1000 µl
3.
Kondisi Baik Sedang Rusak √ √
1
√
1
√
keterangan
Tidak dipakai √ √ √ √ √ √ √ Usulan PAK √ √ Usulan PAK √ Sesuai kebutuhan
1 2
√ √ Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
2 4 1 2
√ √ √ √
Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 9
No
Jenis Alat
Jumlah
28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39 40. 41 42. 43.
Mikropipet 500 µl Mikropipet 100 µl Mikropipet 50 µl Mikropipet 25 µl Mikropipet 20 µl Mikropipet 10 µl Kamar hitung Pipet lekosit Pipet eritrosit Pipet LED (westergreen) Standar LED Timer Pincet Timbangan analitis Glucose strip Peralatan gelas
1 2 1 1 2 2 2
44
Spuit dengan jarum
45
Tempat tidur pasien
46
Tourniquet
Kondisi Baik Sedang Rusak √ √ √ √ √ √ √
keterangan
Usulan PAK Usulan PAK 20 1
√ √ Usulan PAK
2 1 2
√ √ √ Usulan PAK Sesuai kebutuhan
1
√ Sesuai kebutuhan
PERLENGKAPAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN LABORATORIUM 1.
Alat bantu pipet /rubber bulb
2.
Alat pemadam api / apar
3.
Desinfektan
7.
Klem tabung / tube holder Wadah khusus untuk jarum , lancet Pemotong jarum dan wadah pembuangan Perlengkapan P3K
8.
Sarung tangan
9.
Masker
10.
Jas laboratorium
4. 5. 6.
2
1
Usulan PAK Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Usulan PAK Usulan PAK Usulan PAK
1set
Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 10
Usulan PAK Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
No 11. 12.
Jenis Alat
Jumlah
Kondisi Baik Sedang Rusak
Alas kaki / sepatu tertutup Wastafel ,sabun /desinfektan dan air yang mengalir
Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 11
keterangan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
BAB 4 TATA LAKSANA PELAYANAN 4.1. Pendaftaran dan pencatatan A. Pasien yang berasal dari rawat jalan mendaftar dengan cara : 1) Petugas Laboratorium menerima formulir permintaan pemeriksaan dari pasien rawat jalan dengan membawa kwitansi biaya sesuai tindakan laboratorium 2) Petugas Laboratorium melakukan pencatatan specimen sesuai formulir permintaan pemeriksaan Laboratorium dalam buku bantu penerimaan pasien rawat jalan 3) Petugas di bagian sampling memanggil pasien untuk di ambil sampelnya di ruang sampling. B. Pasien yang berasal dari rawat Inap , UGD, ICU 1) Petugas atau perawat rawat inap, UGD, ICU mengirim permintaan Laboratorium melalui billing SIMRS . 2) Petugas Laboratorium melakukan pencatatan specimen sesuai formulir permintaan pemeriksaan Laboratorium dalam buku bantu penerimaan pasien di UGD ‚ ICU dan Rawat Inap . 3) Petugas di bagian sampling memanggil pasien untuk di ambil sampelnya di ruang UGD ‚ ICU dan Rawat Inap . 4.2. Pemeriksaan Laboratorium Rujukan Untuk pelayanan pemeriksaan Laboratorium di luar rumah sakit berdasarkan rekomendasi dari dokter Kepala Instalasi Laboratorium dan dipilih berdasarkan kwalitas laboratorium yang baik dan memenuhi standart Undang – Undang. 4.3. Pengolahan specimen Semua bahan pemeriksaan (sample) dianggap infeksius, Karena bahan berasal dari manusia yang tidal diketahui apakah infeksius atau tidak. Semua bahan pemeriksaan (sample) diberikan identitas pasien yaitu : Nama, Umur, Alamat, RM, tanggal lahir. Untuk sampel Laboratorium luar, pada lembar permintaan pemeriksaan Laboratorium juga dituliskan : A. Tanggal permintaan pemeriksaan Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 12
B. Tanggal pengambilan sample C. Idenditas pasien yang meliputi : Nama, Umur, Jenis kelamin, Alamat, D. E. F. G. H.
atau ruangan dimana pasien di rawat. Identitas Dokter pengirim Nomor Laboratorium Diagnosa sementara atau keterangan klinis Pemeriksaan Laboratorium yang diminta Nama pengambil sample
1) Pengolahan serum a) Darah dibiarkan membeku terlebih dahulu pada suhu ruangan selama 20 – 30 menit kemudian centrifuge pada 3000 rpm selama 5 – 15 menit b) Serum dipisahkan dari komponen darah yang lain. Serum yang memenuhi syarat apabila serum tidak berwarna merah atau tidak keruh (lipemik) 2) Pengelolaan Darah EDTA a) Sampel darah yang telah diambil dan mengalir ke dalam tabung yang sudah berisi EDTA di campurkan dengan cara membolakbalikkan tabung dengan hati-hati sebanyak 8 kali. b) Pada saat hendak dilakukan pemeriksaan dilakukan pencampuran kembali ddengan cara dibolak-balikkan sebanyak 5-10 kali dengan perlahan.
3) Pengelolaan Plasma a) Sampel darah yang telah diambil dan mengalir ke dalam tabung yang sudah berisi natrium citrat0.38% dicampurkan dengan cara membolak-balikkan tabung dengan hati-hati sebanyak 4 kali. b) Plasma dipisahkan tidak boleh lebih dari 2 jam setelah pengambilan sampel. c) Plasma yang memenuhi syarat tidak kelihatan merah atau keruh (lipemik). 4) Pengelolaan urine Untuk uji carik celup, urine tidak memerlukan perlakuan khusus, kecuali pemeriksaan harus segera dilakukan dalam waktu 1 Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 13
jam, sedangkan untuk pemeriksaan sedimen harus dilakukan pengelolaan dahulu dengan cara : a) Wadah
urine digoyangkan agar memperoleh sampel yang
tercampur homogeny. b) Urine sebanyak 10 ml dimasukkan kedalam tabung sentrifus. c) Urine disentrifus selama 5 menit pada 3000 rpm. d) Supematan urine dibuang dengan menyisakan 1 ml, kemudian di kocok untuk mendapatkan sedimen urine. 4.4. Pemeriksaan dan Pelaporan Hasil Laboratorium Pemeriksaan Laboratorium dikerjakan dengan metode tertentu yang dipakai berdasarkan standar baku atau rekomendasi resmi. Tujuan pemeriksaan Laboratorium antara lain untuk uji saring diagnostic dan evaluasi hasil pengobatan . Mengingat hasil pemeriksaan Laboratorium sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan ‚ maka waktu pemeriksaan sampai diperolehnya hasil ‚ metode yang dipakai perlu dipertimbangkan : A.
Untuk pemeriksaan cito hasil dapat diketahui 1) 1 jam untuk pemeriksaan darah lengkapdan pemeriksaan klinik 2) 2 jam untuk pemeriksaan serologi dan sputum . 3) Pasien rawat inap dalm waktu 4 jam setelah pengambilan sampel untuk semua jenis pemeriksaan .
B.
Metode pemeriksaan laboratorium yang telah digunakan dikaji ulang secara periodic, terutama untuk pelaksanaan metode kolaboratif bila di temukan hasil yang kritis dari pemeriksaan diagnostic dengan sistem pelaporan yang formal. 1) Laboratorium rumah sakit menetapkan nilai ambang kritis bagi setiap jenis pemeriksaan, bila ada hasil yang kritis segera dilaporkan oleh petugas laborat ke perawat ruangan/ dokter yang meminta pemeriksaan via telpon sebelum hasil dikeluarkan dan didokumentasikan di buku laporan shif harian. 2) Hasil pemeriksaan tersebut diketik di computer pada aplikasi laboratorium ( SIMRS ) . Hasil pemeriksaan yang asli diberikan kepada pasien( rawat jalan ).
Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 14
3) Hasil pemeriksaan untuk pasien rawat inap bias dilihat di aplikasi SIMRS secara on line di ruangan masing – masing (UGD , ICU , rawat inap) 4) Penyimpanan arsip dilakukan selama lima tahun . 5) Nilai Normal hasil pemeriksaan laboratorium dievaluasi setiap penggatian reagen yang dilakukan, jika ada perbedaan nilai langsung direvisi. 4.5. Daftar Nilai Kritis dan Nilai Normal. Setiap laboratorium dalam menentukan angka Normal tergantung pada alat yang dipakai dan cara pemakaiannya . Jadi angka pada laporan kita harus bandingkan dengan nilai rujukan pada laporan sesuai dengan nilai yang diberikan suatu reagen tertentu.
A.
Nilai Normal
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
TES Hemoglobin Eritrosit Hematokrit MCV MCH MCHC RDW
Nilai Normal Pria 14.0 – 17.5 4.5 – 5.9 (x10˄6) 40 – 52 80 – 97 26.5 – 33.5 31.5 – 35.0 10.0 – 15.0
Nilai Normal Wanita 12.3 – 15.3 4.1 – 5.1 (x10˄6) 34 – 47 80 – 97 26.5 – 33.5 31.5 – 35.0 10.0 – 15.0
Satuan g/dL /mm3 % µm3 pg g/dL %
4.6. Pengelolaan Peralatan. A. Proses seleksi dan pengadaan alat diikuti dalam program RSB rumah sakit setiap tahun. B. Proses inventarisasi alat dilakukan dengan pengurus barang . C. Inspeksi dan pengetesan alat dilakukan dengan melakuakan control setiap pagi sebelum digunakan untuk pemeriksaan pasien. 4.7. Monitoring / Pemeliharaan Alat. Peralatan laboratorium yang ada harus selalu dijaga dan dirawat dengan baik. Untuk itu ada beberapa alat yang membutuhkan perawatan khusus sesuai dengan jadwal perawatan masing-masing. Pada setiap alat Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 15
laboratorium
dilakukan
pemeliharaan
pencegahan
(preventive
maintenance), yaitu semua kegiatan dilakukan agar diperoleh kondisi yang optimal, dapat beroperasi dengan baik dan tidak terjadi kerusakan. Kegiatan ini dilakukan secara rutin untuk semua jenis alat, sehingga diperoleh pengkatan kualitas produksi, peningkatan keamanan kerja, pencegahan produksi yang tiba-tiba berhenti, penekanan waktu luang/ pengangguran bagi tenaga pelaksana, serta penurunan biaya perbaikan. Untuk itu setiap alat mempunyai kartu pemeliharaan untuk dokumentasi yang mencatat setiap tindakan pemeliharaan dan kelainan-kelainan yang ditemukan. Bila ditemukan kelainan, maka hal tersebut harus segera dilaporkan kepada penanggung jawab alat untuk dilakukan perbaikan. 4.8. Kalibrasi Alat Kalibrasi peralatan sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang terpercaya menjamin penampilan hasil peeriksaan. Kalibrasi sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang terpercaya mennjamin hasil pemeriksaan. Beberapa peralatan laboratorium membutuhkan kalibrasi pada jangka waktu tertentu, sesuai dengan kebutuhan masing-masing alat. Beberapa alat laboratorium yang perlu dikalibrasi adalah : A. Pipet (satu tahun sekali) B. Fotometer semiotomatis (satu tahun satu kali) C. Alat autoanaliser (cobas C111) satu tahun satu kali, tiap ada pergantian reagen baru dan jika ada indicator alat yang menganjurkan untuk kalibrasi
Kalibrasi ini dilakuakan secara berkala sesuai dengan
kebutuhan alat masing-masing. Untuk kalibrasi pipet atau fotometer semiotomatis dilakulan oleh pihak luar, sedangkan untuk alat autoanaliser dilakukan sendiri di laboratorium dengan menggunakan bahan kalibrator. 4.9. Trouble Shooting.
Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 16
Dalam melakuakan pemeriksaan seringkali terjadi suatu ketidak cocokan hasil, malfungsi alat ataupun kondisi yang tidak kita inginkan, yang mungkin disebabkan oleh karena adanya gangguan pada peralatan . untuk itu perlu adanya pemecahan masalah (troble shooting) troble shooting adalah proses atau kegiatan untuk mencari penyebab terjadinya penampilan alat yang tidak memuaskan, dan memilih cara penanganan yang benar untuk mengatasianya. Makin canggih suatu alat, akan makin kompleks permasalahan yang mungkin terjadi. Hal-hal yang perlu diperhatikan bila terjadi permasalahan pada peralatan : A. Tetap tenang dan berfikir jernih. B. Memastikan masalahnya dan
tidak
membuat
asumsi
tentang
kemungkinan permasalahanya. C. Jika penanganan sederhana gagal, meminta bantuan supervisor atau atasan atau menghubungi teknisi alat yang bersangkutan untuk menanyakan masalah tersebut. D. Menempelkan label bahwa alat rusak atau tidak dapat dipergunakan. E. Mencatat semua tindakan atau upaya perbaikan pada catatan khusus. 4.10. Pengolaan Limbah Limbah atau sampah laboratorium dibagi menjadi dua golongan , yaitu sampah / limbah medis dan limbah / sampah non medis. A. Pengelolaan sampah non medis sebagai berikut : 1) Sampah non medis yang dihasilkan laboratorium dimasukkan ke dalam container sampah non medis dengan plastic berwarna hitam. 2) Petugas cleaning servise laboratorium mengosongkan container sampah yang ada. 3) Container sampah dibersihkan atau dicuci segera setelah di kosongkan. 4) Petugas cleaning servise mengangkut sampah rumah sakit mengambil sampah dari laboratorium untuk dibawa ke tempat pembuangan sementara (TPS) rumah sakit setiap hari. B. Pengolahan sampah medis padat : 1) Sampah medis padat dipisahkan sesuai jenisnya, yaitu sampah medis tajam seperti jarum dan sampah medis tidak tajam, yaitu Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 17
kapas, kertas saring, spuit (penghisap), sarung tangan sekali pakai, tabung specimen plastic, kemasan reagen, dan lain-lain. 2) Sampah medis tajam (jarum) dibuang dalam container khusus tertutup. 3) Sampah medis tidak tajam dibuang dalam container tertutup dengan plastic warna kuning. Khusus untuk sampah medis tidak tajam spuit (penghisap), tabung specimen darah plastic dibuang dalam container khusus tertutup yang terpisah. 4) Untuk wadah specimen urine dan feses yang terbuat dari plastik, setelah spesimennya dibuang ke spoel hok, wadah spesimennya langsung dibuang dalam container tertutup dengan plastic warna kuning bersama sampah medis lainnya. 5) Untuk kemasan reagen, setelah dicuci bersih, ditampung ditempat tersendiri untuk selanjutnya di buang dan dibakar dalam insenerator rumah sakit. 6) Membuang sampah medis (specimen hasil pemeriksaan yaitu darah dan urine ) ke saluran limba (Bio filter). 7) Merendam dengan creolin sampah medis yang berbahaya (sputum ,feaces dan jarum suntik dll) lalu bakar dengan Incenerator 8) Membakar juga sampah non medis pada inceneratorPetugas pengangkut sampah rumah sakit mengambil sampah padat tajam dan tidak tajam untuk dibakar di incinerator rumah sakit. C. Pengolaan limbah cair : 1) Membuang sampah medis (specimen hasil pemeriksaan yaitu darah dan urine ) ke saluran limba (Bio filter). untuk selanjutnya masuk septic tank. 2) Bekerja sama dengan unit IPAL (Instalasi Pengolahan aAir Limbah)
Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 18
BAB 5 LOGISTIK 5.1. Prosedur Penyediaan Alat Laboratorium dan Reagen. A. Pengertian. Prosedur penyediaan alat laboratorium dan reagen adalah permintaan alat-alat laboratorium kepala direksi dan bagian pembelian dan permintaan reagen kepada instansi farmasi. B. Prosedur penyediaan alat laboratorium. 1) KUPL mengajukan permintaan alat-alat laboratorium yang dibutuhkan
untuk
melengkapi
jenis
pemeriksaan
atau
mempercepat waktu pemeriksaan dalam bentuk surat tertulis dilengkapi dengan penawaran harga beberapa merek kepada direksi dan bagian pembelian. 2) Direksi rumah sakit dan yayasan rumah sakit mengadakan acara presentasi produk dari beberapa perusahaan yang menewarkan alat-alat laboratorium tersebut. 3) Direksi dan yayasan rumah sakit memilih dan membeli alat-alat laboratorium sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan dengan harga yang disepakati. 4) Alat-alat laboratorium yang dibutuhkan di install di laboratorium. 5) Pelatihan pengenalan alat dan cara mengatasi masalah diadakan di laboratorium oleh pelatih dari perusahaan alat yang bersangkutan. C. Prosedur penyediaan reagen. 1) Koordinator pelayanan administrasi mengecek stok sisa reagen. 2) Koordinator pelayanan administrasi menulis pesanan reagen bila sisa reagen tinggal ± setengeh kit dan diketahui oleh koordinator unit 3) Peswanan reagen disampaikan kepada Pejabat Pengadaan (PP) untuk dilkasanakan pengadaan langsung . 4) Panitia pemeriksa dan penerima barang menerima reagen dari Distributor dan dicatat dalam berita acara penerimaan barang sesuai dengan faktur
Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 19
5) Panita Penerima dan pemeriksa menyerahkan barang (reagen) kepada bagian perlengkapan D. Prosedur Permintaan Reagen 1) Petugas laboratorium menulis permintaan barang (Reagen) meliputi nama, jumlah dan jenis pada bagian perlengkapan 2) Barang (Reagen) yang diterima ditulis dalam buku penerimaan,. 3) Barang (Reagen) yang diterima disimpan kedalam lemari khusus (sesuai dengan instruksi dari masing-masing kemasan). E. Distribusi Reagen pada Unit 1) Unit menulis permintaan reagen ke laboratorium 2) Laboratorium memberikan reagen dengan memberikan petunjuk pemakaian dan penyimpanan 3) Pengeluaran reagen dicatat dalam buku pengeluaran barang F. Kaidah Pemakaian Reagen 1) Pertama masuk – pertama keluar (FIFO = fist in – fist out), yaitu barang yang lebih dulu masuk persediaan harus dipergunakan terlebih dulu. 2) Masa kadaluarsa pendek dipakai dulu (FEFO – fist expired – fist out), hal ini adalah untuk menjamin barang tidak rusak akibat penyimpanan yang terlalu lama. G. Uji Kualitas Reagen Reagen yang dipergunakan di laboratorium ada yang dapat dibuat sendiri dan ada yang sudah jadi/komersial. Baik reagen yang dibuat sendiri maupun yang komersial mempunyai persyaratan tertentu. Penggantian reagen dilakukan pada saat hasil pemeriksaan tidak akurat, pabrik tidak produksi atau ada rekomendasi dari kepala instalasi laboratorium. 1) Reagen buatan sendiri Hal yang perlu diperhatikan : a. Pada waktu pengenceran harus diperhatikan kualitas aquadest yang
dipakai.
Air
yang
mengandung
kaporit
akan
mempengaruhi reagen untuk pemeriksaan kalsium dan klorida, sedangkan air yang banyak mengandung banyak logam akan mempengaruhi poemeriksaan logam dan pewarna.
Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 20
b. Larutan kerja sifatnya tidak tahan lama sehingga harus dibuat secukupnya sesuai kebutuhan. Untuk penyimpanan sebaiknya dalam bentuk larutan stok (larutan induk). c. Wadah reagen perlu diberi label yang berisi nama reagen, tanggal pembuatan dan paraf pembuat. d. Penyimpanan untuk reagen tertentu mempunyai persyaratan khusus, misalnya : tidak boleh terkena paparan cahaya, harus pada suhu ruangan, suhu dingin atau beku dan sebagainya. 2) Reagen yang sudah jadi / komersial. Hal-hal yang perlu di perhatikan adalah : a. Etiket / label wadah Umumnya pada reagen komersial sudah tercantum nama atau kode bahan, tanggal produksi dan batas kadaluwarsa serta batch/lot reagen tersebut. b. Batas kadaluwarsa Masa kadaluwarsa yang tercantum pada kemasan yang berlaku untuk reagen yang disimpan pada kondisi baik dan belum pernah dibuka, karena reagen yang wadahnya sudah pernah dibuka mempunyai masa kadaluwarsa lebih pendek dari reagen yang belum pernah dibuka. c. Keadaan fisik. Kemasan harus dalam keadaan utuh, isi tidak mengeras dan tidak ada perubahan warna. Pengujian kualitas dapat dilakukan dengan melakukan permeriksaan memakai control reagen yang sudah diketahui nilainya dengan menggunakan reagen tersebut H. Uji Kualitas Antigen – Antisera Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan antigen – antisera 1) Penggunaan harus mengikuti petunjuk pabrik produsen 2) Setiap akan digunakan antigen – antisera dalam botol harus 3) 4) 5) 6)
dikocok dahulu dan sesuaikan suhunya dengan suhu kamar . Simpan pada suhu yang dianjurkan . Ada beberapa reagen serologi yang tidak boleh dibekukan . Hindari pembekuan dan pencairan yang berulang – ulang . Periksa masa kedaluwarsanya ‚ jangan memakai antigen – antisera yang masa kedaluarsanya terlampui.
Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 21
7) Pemeriksaan
selalu
dilakukan
denagan
mengikutsertakan
beberapa serum control yang sudah diketahui reaktifitasnya . DAFTAR REAGEN No
Nama Reagen
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29.
Creatinin Urea Asam urat Bilirubin Sgot Sgpt Gda Glukosa strip Chol total Trigliserida HDL /LDL Widal set reagen Hematologi reagen Control hematologi Albumin Elektrolit reagen Strip HBSaG Strip urine Pz / garam faali T3 raeagen set T4 raeagen set TSHS raeagen set CEA raeagen set COTISOL reagen set T3 raeagen set Control Cobas C111 Strip narkoba Cat pewarna BTA Mikrobiologi set reagen
Lemari Lemari Es reagen √ √ √ √ √ ` √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 22
Suhu (˚C) 2–8 ˚C 2–8 ˚C 2–8 ˚C 2–8 ˚C 2–8 ˚C 2–8 ˚C 2–8 ˚C 20 – 32 ˚ C 2–8 ˚C 2–8 ˚C 2–8 ˚C 2–8 ˚C 20 – 32 ˚ C 2–8 ˚C 2–8 ˚C 20 – 32 ˚ C 20 – 32 ˚ C 20 – 32 ˚ C 20 – 32 ˚ C 2–8 ˚C 2–8 ˚C 2–8 ˚C 2–8 ˚C 2–8 ˚C 2–8 ˚C 2–8 ˚C 20 – 32 ˚ C 20 – 32 ˚ C 2 – 8 ˚ C/20 – 32 ˚ C
BAB 6 KESELAMATAN PASIEN 6.1. Pengertian. Keselamatan pasien adalah suatu system dimana rumah sakit membuat keadaan pasien lebih aman . Hal ini termasuk asesmen resiko ‚identifikasi dan pengolahan yang berhubungan dengan resiko pasien ‚pelaporan dan analisis insiden ‚kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi sehari untuk meminilmalkan timbulnya resiko . Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit ‚cidera ‚cacat ‚kematian ‚ dan lain – lain) yang tidak seharusnya terjadi. 6.2. Tujuan. Tujuan system ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabka oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya di ambil. Selain itu system keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian yang tidak diharapkan di rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan. 6.3. Tata Laksana Keselamatan Pasien. Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit. Adapun tujuh langkah tersebut adalah : Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 23
A. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien, menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil. B. Memimpin dan mendukung karyawan, membangun komitmen dan focus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien. C. Mengintegrsikan aktifitas pengelolaan resiko. Mengembangkan system dan proses pengelolaan resiko, serta melakukan identifikasi dan asesmen hal potensial bermasalah. D. Mengembangkan system pelaporan. Memastikan karyawan agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian atau insiden ‚serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada KKP-RS (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit ) E. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan caracara komunikasi yang terbuka dengan pasien. F. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Mendorong karyawan untuk melakukan analis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul . G. Mencegah cidera melalui implementasi system keselamatan pasien .Menggunakan informasi yang ada atau masalah untuk melakukan perubahan pada sistem pelayanan. 1) Dalam malaksanakan keselamatan pasien standart keselamatan pasien harus diterapkan. Standart teresbut sebagai berikut : a. b. c. d.
Hak pasien. Mendidik pasien dan keluarga. Keselamatan pasien dan kesunambungan pelayanan. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja
untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien. e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien. f. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien. g. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai keselamatan pasien. 2) Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit : a. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program keselamatan pasien rumah sakit.
Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 24
b. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1 – 2 tahun. c. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit. d. Mengadakan palatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran managemen dan karyawan. e. Menetapkan system pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien). f. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti tersebut di atas. g. Menerapkan standart keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut diatas), dan melakukan self assessment dengan instrument akreditasi pelayanan keselamatan pasien rumah sakit. h. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit. i. Mengevaluasi secara periodic pelaksanaan progam keselamatan pasien rumah sakit dan kejadian tidak di harapkan. 6.4. Sasaran Keselamatan Pasien Di Instansi Laboratorium Rumah Sakit Kusta Sumber Glagah. A. Ketepatan Identifikasi Pasien. Ketepatan identifikasi pasien adalah ketepatan penentuan identifikasi pasien sejak awal pasien masuk sampai pasien keluar terhadap semua pelayanan yang diterima oleh pasien. B. Peningkatan Komunikasi yang Efektif. Peningkatan komunikasi yang efektif adalah komunikasi lisan yang menggunakan prosedur : “SBAR”, Write, read dan repeat back (reconfirm). C. Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan. Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan pelayanan kesehatan. Infeksi biasa dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah, pneumonia yang sering berhubungan dengan ventilasi mekanis. Pokok eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat. D. Pengurangan Resiko Pasien Jatuh.
Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 25
Pengurangan pengalaman pasien yang tidak direncanakan untuk terjadinya jatuh, suatu kejadian yang tidak disengaja pada seseorang pada saat istirahat yang dapat dilihat atau dirasakan atau kejadian jatuh yang tidak dapat dilihat karena suatu kondisi adanya penyakit seperti stroke, pingsan, dan lainnya.
BAB 7 KESELAMATAN KERJA
Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 26
Undang-undang nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat 1 menyatakan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Rumah sakit adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti disebut diatas, berarti wajib menerapkan upaya kesehatan dan keselamatan kerja. Program keselamatan dan kesehatan kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga, bertujuan melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan di luar rumah sakit. Dalam undang-undang dasar 1945 pasal 27 ayat 2 disebutkan bahwa “setiap warganegar berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dalam hal ini yang dimaksud degan pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia. A. Kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 merupak bagian integral dar perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini intalasi laboratorium dan perlindungan terhadap rumah sakit pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan kesehatan dan keselamatan kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan produktivitas rumah sakit. Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja dimaksudkan untuk menjamin : 1) Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam keadaan sehat dan selamat. 2) Agar factor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien. 3) Agar proses produksi dapat berjalan secara lancer tanpa hambatan B. Factor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat di golongkan pada tiga kelompok, yaitu : 1) Kondisi dan lingkungan kerja. 2) Kesadaran dan kualitas kerja. 3) Lperanan dan kualitas manajemen. C. Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat terjadi bila : Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 27
1) Peralatan tidak memenuhi standart kualitas atau bila sudah aus. 2) Alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi. 3) Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu panas atau dingin. 4) Tidak tersedia alat-alat pengaman. 5) Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dan lain-lain. 7.1. Perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja petugas kesehatan. A. Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus mendapatkan pelatihan mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai dengan protocol jika terpajan. B. Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberi penjelasan umum mengenai penyakit tersebut. C. Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara harus menjaga fungsi saluran pernafasan (tidak merokok, tidak minum dingin) dengan baik dan menjaga kebersihan tangan. 7.2. Petunjuk pencegahan infeksi untuk petugas kesehatan. A. Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan kesehatan, petugas harus menggunakan APD yang sesuai dengan kewaspadaan standart dan kewaspadaan isolasi (berdasarkan penularan secara kontak, droplet, atau udara) sesuai dengan penyebaran penyakit. B. Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala penyakit menular yang sedang dihadapi. C. Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus di evaluasi untuk memastikan agen penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan dari kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di instansi perawatan intensif (IPI), ruang rawat anak, ruang bayi. D. Semua petugas instansi laboratorium harus menggunakan APD. 7.3. Alat pelindungan diri untuk petugas laboratorium.
Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 28
Jenis alat pelindungan yang digunakan petugas laboratorium meliputi sarung tangan, baju kerja, sepatu / sandal pelindung, bila perlu masker dan kaca mata. Sarung tangan harus selalu dipakai pada saat melakukan tindakan diperkiran akan terjadi kontak dengan darah, cairan tubuh, secret, ekskreta, kulitbyang tidak utuh, selaput lendir pasien, dan benda yang terkontaminasi. Cuci tangan harus selalu dilakukan pada saat sebelum memakai dan sesudah melepas sarung tangan. Sarung tangan harus berbeda untuk setiap pasien. Terutama bayi baru lahir dan pasien di ruang perawatan intensif. Selain itu harus menghindari kontaminasi pada benda-benda lain selain berhubungan tindakan yang sedang dilakukan. Tidak di anjurkan untuk menggunakan sarung tangan rangkap bila tidak benar-benar di perlukan karena tidak meningkatkan perlindungan. Bahkan akan meningkatkan resiko kecelakaan karena menurunkan kepekaan (raba). Baju kerja berupa gaun pelindung merupakan salah satu jenis pakian kerja. Tujuan pemakaian gaun pelindung ini untuk melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau percikan darah atau cairan tubuh lain yang dapat mencemari baju atau seragam. Khusus untuk pengambilan di ruang bayi baru lahir menggunakan baju pelindung yang tersedia di ruang bayi tersebut untuk mencegahan penyebaran infeksi ke bayi-bayi baru lahir tersebut. Baju kerja ini harus segera dig anti bila terkena kotoran, darah, atau cairan tubuh lainnya. Sepatu / sandal kerja digunakan di area pemeriksaan laboratorium sehingga dapat mencegah terperciknya sampel ke kaki petugas dan mencegah terlukanya kaki petugas karena terkena tusukan benda tajam yang terjatuh.
Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 29
BAB 8 PENGENDALIAN MUTU Pengendalian mutu laboratorium kesehatan adalah semua kegiatan yang diajukan
untuk
menjamin
ketelitian
dn
ketetapan
hasil
pemeriksaan
laboratorium. Kegiatan ini untuk mengandung komponen pemantapan mutu internal dan pemantapan mutu eksternal. Cakupan obyek pemantapan mutu internal meliputi aktivitas tahap pra analitik, analitik dan tahap paska analitik. 8.1. Tujuan pemantapan mutu internal adalah : A. Pemantapan dan penyempurnaan metode
pemeriksaan
dengan
mepertimbangkan aspek analitik dan klinis B. Meningkatkan kesiagaan tenaga sehingga pengeluaran hasil yang salah tidak terjadi dan oerbaikan kesalahan dapat dilakukan segera. C. Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien, pengambilan, pengiriman, penyimpana dan pengolahan sample sampai dengan pencatatan dan pelaporan telah dilakukan dengan benar. D. Mendeteksi kesalahan dan mengetahui sumbernya. E. Membantu perbaikan pelayanan pasien melalui peningkatan mutu pemeriksaan lasboratorium. 8.2. Pra analitik Sebelum sampel diambil, pasien harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan baik sesuia dengan persyaratan pengambilan sampel
(seperti
tercantum dalam pengolahan sampel), termasuk persyaratan puasa atau tidak, pembatasan aktifitas fisik, konsumsu bahan seperti yang dianjurkan (misalnya 75 gr glukosa dalam setengah gelas air) 8.3. Analitik Termasuk dalam tahap analitik, pemqantapan mutu internal meliputi kalibrasi alat dan uji kwalitas reagent dan alat. Reagent yang di gunakan di laboratoium sudah jadi (komersial) dengan persyaratan tertentu. Reagent komersial sudah mencantumkan nama dan kode bahan, tanggal produksi dan batas kadaluwarsa serta kode batch reagent tersebut. Masa kadaluwarsa yang tercantum pada kemasan hanya berlaku untuk raegen yang disimpan Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 30
pada kondisi baik dan belum pernah dibuka dibanding dibandingkan dengan yang terbuka masa kedaluarsanya lebih pendek dari pada yang belum dibuka. Kemasan dalam keadaan utuh tidak ada perubahan warna. A. Penyimpanan mengikuti ketentuan yang berlaku untuk tiap reagen. 1) Setiap minggu . 2) Bila mendekati masa kadaluarsa . 3) Bila ada tanda – tanda kerusakan reagen ( perubahan warna ‘ timbul endapan ). 4) Bila terdapat hasil yang tidak sesuai dilakukan dengan pemeriksaan bahan control assay yang sudah diketahui nilainya dengan menggunakan reagen tersebut . B. Dalam melaksanakan uji ketelitian di gunakan bahan control assayed. Kegiatan yang dilakukan dalam pengujian ini adalah : 1) Periode pendahuluan. Pada periode ini ditentukan nilai dasar yang merupakan nilai rujukan untuk pemeriksaan selanjutnya. 2) Bahan control diperiksa bersamaan dengan pemeriksaan sampel setiap hari kerja atau pada hari parameter yang bersangkutan diperiksa sampaui mencapai 25 hari 3) Nilai yang diperoleh dicatat tiap hari kerja. 4) Steleh diperoleh 25 pemeriksaan, nilai rata – rata dihitung (mean ± 2 SD). Dan batas contrl (Mean 3 SD) 5) Diteliti kembali apakah ada nilai yang melebihi batas mean 3 SD. Bila ada maka nuilai tersebut di hilangkan, dan dihitung kembali mean SD, CV, mean ± 2 SD, mean ± 3 SD 6) Nilai mean dari SD yang diperoleh ini dipakai sebagai nilai rujukan periode control. 7) Pada periode control nilai ynag diperoleh di plot pada grafik control. Sumbu X dalam grafik control meninjukkan tanggal pemeriksaan, sumbu Y meninjukkan satuan. 8) Evaluasi hasil control mengikuti aturan Westgard. 9) Apabla ditemukan hasil pemeriksaan yang meragukan, hasil akan diulang dengan menggunakan sampel dan prosedur yang sama atau bila diperlukan dikerjakan dengan pengenceran atau secara manual. 8.4. Paska Analitik Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 31
Kegiatan pencatatab dan pelaporan di laboratorium harus dikerjakan dengan cermat dan teliti karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan dan dapat mengakibatkan kesalahan dalam penyampaian hasil. Hal- hal yang perlu diperhatrikan adalah : A. Kesesuaian antara pencatatan dan pelaporan hasil pasien dengan sampel yang sesuai. B. Penulisan angka dan satuan yang digunakan. C. Pencantuman nilai normal, metode pemeriksaan dibantumkan serta kondisi lain seperti jenis kelamin dan batas usia. D. Pencantuman keterangan yang penting, seperti pemeriksaan sudah di ulang 2 kali, dikonfirmasi dengan perhitungan manual, dan sebagainya. E. Penyampaian hasil, waktu pemeriksaan menentukan manfaat laporan tersebut untuk kepentingan diagnosis penyakit dan pengobatan pasien. Oleh karena itu hasil pemeriksaan perlu disampaikan secepat mungkin segera setelah pemeriksaan selesai dilaksanakan. F. Buku ekspedisi, kasus bertukar atau hilang dapat terjadi dalam transportasi, sehingga hal ini harus dihindarkan. 8.5. Pemantapan Mutu Eksternal Kegiatan pemantapan mutu ekternal ini sangat bermanfaat bagi suatu laboratorium, sebab dari hasil evalusi yang diperoleh dapat menunjukkan kualitas laboratorium yang bersangkutan dalam bidang pemeriksaan yang ditentukan. Untuk itu pada waktu melaksanakan kegiatan ini tidak boleh diperlakukan khusus, jadi pada waktu melakukan pemeriksaan harus dilaksanakan oleh petugas yang biasa melaksanakan pemeriksaan tersebut, serta menggunakan alat/ reagent/ metode yang bisa hasil dipakai, sehingga hasil pemnatapan mutu ekternal ini benar – benar dapat mencerminkan kualitas laboratorium yang sebenarnya. Setiap
nilai yang diterima dari
penyelenggara di catat dan dievaluasi untuk mencari penyebab – penyebab dan mengambil langkah – langkah perbaikan.
Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 32
8.6. Indikator Mutu Instalasi laboratorium Di Rumah Sakit Kusta Sumberglagah A. Waktu tunggu hasil pelayanan (kecuali general checkb up dan BTA) Judul Waktu tunggu hasil pelayanan Dimensi Mutu Kenyamanan,Kecepatan,efisiensi Tujuan Tergambarnya Waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium Difinisi Waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium dalah Operasional
tenggang waktu mulai pasien diambil sample darah sampai
Frekwensi
dengan menerima hasil 1 bulan
Pengumpulan Data Periode Analisa Numerator
3 bulan Jumlah komulatif waktu tunggu hasil pelayanan
Denominator Sumber data Standar Penanggung
laboratorium dalam satu bulan Jumlah total pasien laboratorium dalam satu bulan Rekam Medis ≤ 60 menit Kepala ruang laboratorium
Jawab pengumpul Data B. Tidak adanya kesalahan penulisan hasil pemeriksaan lab Judul Tidak adanya kesalahan penulisan hasil pemeriksaan lab Dimensi Mutu Keamanan,Efisiensi Tujuan Tergambarnya Keamanan,Efisiensi pelayanan Difinisi
laboratorium Tidak adanya kesalahan penulisan hasil pemeriksaan lab
Operasional
adalah tidak adanya kesalahan dalam penulisan hasil lab
Frekwensi
yang bukan disebabkan kesalahan alat 1 bulan
Pengumpulan Data Periode Analisa Numerator
3 bulan Jumlah hasil laboratorium yang tidak salah penulisannya
Denominator Sumber data Standar
dalam satu bulan Jumlah hasil seluruh pemeriksaan di laboratorium Register laboratorium 100 %
Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 33
Penanggung
Kepala ruang laboratorium
Jawab pengumpul Data C. Kepuasan Pelanggan Judul Kepuasan Pelanggan Dimensi Mutu Kenyamanan Tujuan Terselenggaranya pelayanan laboratorium yang mampu Difinisi
memberikan kepuasan pelanggan Kepuasan pelanggan adalah persepsi pelanggan terhadap
Operasional Frekwensi
pelayanan yang di berikan 1 bulan
Pengumpulan Data Periode Analisa Numerator
3 bulan Jumlah komulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien yang
Denominator Sumber data Standar Penanggung Jawab
di survey Jumlah total pasien yang di survey Survey ≥ 90 % Kepala ruang Laboratorium
pengumpul Data D. Respon time Judul Dimensi Mutu Tujuan Difinisi Operasional
Respon time Kecepatan Tergambarnya kecepatan penanganan pasien laboratorium kecepatan penanganan pasien laboratorium adalah respon tenaga yang bertugas di laboratorium dari mulai pasien meminta pemeriksaan lab sesuai advice dokter
sampai
Frekwensi
dilakukan pengambilan sample darah 1 bulan
Pengumpulan Data Periode Analisa Numerator
3 bulan Jumlah komulatif waktu yang diperlukan tenaga sejak pasien meminta pemeriksaan lab sesuai advice dokter
Denominator Sumber data Standar
sampai dilakukan pengambilan sample darah Jumlah pasien yang diperiksa Sample ≤ 5 menit
Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 34
Penanggung Jawab
Kepala ruangan laboratorium
pengumpul Data E. Pemberi pelayanan Judul Pemberi pelayanan Dimensi Mutu Kompetensi teknik Tujuan Tersedianyan layanan laboratium oleh tenaga yang kompeten Difinisi Operasional Pemberi pelayanan laboratorium adalah D3 laboratorium Frekwensi 1 bulan Pengumpulan Data Periode Analisa Numerator
3 bulan Jumlah tenaga yang
Denominator Sumber data Standar Penanggung Jawab
laboratorium Jumlah seluruh tenaga yang melayani di unit laboratorium Kepegawaian 100 % Kepala ruang laboratorium
yang mempunyai kompetensi D3
pengumpul Data F. Service alat laboratorium tepat waktu Judul
Peralatan Laboratorium
yang diservice tepat waktu
Dimensi Mutu Tujuan Difinisi Operasional
sesuai dengan ketentuan Keamanan dan efektifitas Tergambarnya akurasi pelayanan laboratorium Service alat laboratorium tepat waktu adalah pengujian kembali terhadap kelayakan peralatan laboratorium oleh
Frekwensi
pihak ketiga 1 bulan
Pengumpulan Data Periode Analisa Numerator
3 bulan Jumlah seluruh alat laboratorium yang diservice tepat
Denominator Sumber data Standar Penanggung Jawab
waktu Jumlah seluruh alat laboratorium yang diservice Laboratorium 100% Kepala ruang laboratorium
pengumpul Data G. Kepatuhan tenaga bekerja sesuai protap laboratorium Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 35
Judul Dimensi Mutu Tujuan
Kepatuhan tenaga bekerja sesuai protap laboratorium Keamanan,efektifitas,efisiensi Terselenggaranya keamanan,efektifitas dan efisiensi
Difinisi
pelayanan laboratorium Kepatuhan tenaga bekerja sesuai protap laborotorium adalah
Operasional
kepatuhan tenaga laboratorium dalam bekerja sesuai
Frekwensi
prosedur yang dibakukan untuk pasien di unit laboratorium 1 bulan
Pengumpulan Data Periode Analisa Numerator
3 bulan Jumlah pelayanan laboratorum yang sesuai protap dalam 1
Denominator Sumber data Standar Penanggung Jawab
bulan Jumlah semua pelayanan laboratorium dalam 1 bulan Survey 100 % Kepala Instalasi laboratorium
pengumpul Data H. Kesalahan penyerahan hasil pemeriksaan laboratorium Ruang Lingkup
Tidak adanya kesalahan penyerahan hasil pemeriksaan
Dimensi mutu Tujuan Definisi oprasional
laboratorium Keselamatan pasien Tergambarnya ketelitian pelayanan labortorium Kesalahan penyerahan hasil laboratorium adalah kesalahan
Kriteria inklusi
penyerahan hasil laboratroium kepeda orang lain Meliputi kesalahan memasukkan hasil pemeriksaan laboratorium ke dalam sampul, kesalahan memberikan hasil kepeda orang lain, kesalahan memberikan hasil ke unit lain.
Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 36
BAB 9 PENUTUP Sebagai
bagian
integral
dari
pelayanan
kesehatan,
pelayanan
laburatorium selain perlu meningkatkan kemampuan untuk melaksanakan pemeriksaan dalam arti kuantitatif, dapat melayani pemeriksaan yang di minta, juga harus meningkatkan mutu pemeriksaan laboratorium dalam arti kualitatif dapat memberikan hasil pemeriksaan yang bermutu sehingga dapat dipercaya. Ruang lingkup kegiatan pelayanan laboratorium rumah sakit adalah memberikan layanan laboratorium kepada masyarakat selama 24 jam, terpisah dari unit pelayanan lain di rumah sakit, instalasi laboratorium sesuai dengan klasifikasi rumah sakit yang menurut buku pedoman pengelolaan laboratorium klinis rumah sakit umum 1998 sesuai dengan jumlah dan kualifikasi tenaga instalasi laboratorium yang ada sekarang. Pelayanan laboratorium selalu berusaha memberikan pelayanan yang baik dan optimal dengan memperhatikan kualitas, kese;amatan pasien, dan keselamatan kerja. Untuk meningkatkan mutu hasil pemeriksaan laboratorium perlu dilaksanakan kegiatan pemantapan mutu laboratorium, yang mencakup bagian komponen kegiatan. Komponen itu meliputi pemantapan mutu internal baik tahap pra analitik, analitik, dan paska analitik, dan pemantapan mutu eksternal. Dengan disusunnya buku Standart Pelayanan Instalasi Laboratorium ini, diharapkan memberikan acuan yang jelas dalam pengelola dan melaksanakan pelayanan laboratorium di Rumah Sakit Kusta Sumberglagah.
Dokumen Akreditasi : Pedoman Pelayanan Laboratorium 37