ANALISIS RESIKO LINGKUNGAN PENGEMBANGAN PASAR ANGSO DUO KOTA JAMBI DI PROVINSI JAMBI
LINDAWATI
ABSTRACT
LINDAWATI. Enviroment Risk Analisys of Traditional Market Development in Angso Duo Jambi – Jambi Province. Under direction direction of NASTITI SISWI INDRASTI and SUPRIHATIN
Angso Duo Market in Jambi City is a traditional market which is located on an area of 5 hectares, with a number of traders about 1000 peoples. In last few years, this market expand into the wholesale market. Local Government of Jambi City plans to develop this market in order to meet the needs of the traditional trading activity in the market as well as the wholesale market. This market is located in the center of the main traffic of Jambi city and near the riparian river area of Batanghari watershed (DAS) which is in critical category. Local Government of Jambi City has alternative plans to develop this market , there were: 1) to relocate the market away from the existing market, 2) to relocate the market to the area which were provided by the Local Government of Jambi Province near the existing market, and 3) to maintain existing market by improving infrastructure. The alternative area in second and third alternative is a protected area and asset of Local Government of Jambi Province. The aims of this study were 1) to analyze the environmental risk of market development, 2) to analyze policy alternatives in market development. The research was conducted during December 2010 and March 2011 in Jambi
ABSTRACT
LINDAWATI. Enviroment Risk Analisys of Traditional Market Development in Angso Duo Jambi – Jambi Province. Under direction direction of NASTITI SISWI INDRASTI and SUPRIHATIN
Angso Duo Market in Jambi City is a traditional market which is located on an area of 5 hectares, with a number of traders about 1000 peoples. In last few years, this market expand into the wholesale market. Local Government of Jambi City plans to develop this market in order to meet the needs of the traditional trading activity in the market as well as the wholesale market. This market is located in the center of the main traffic of Jambi city and near the riparian river area of Batanghari watershed (DAS) which is in critical category. Local Government of Jambi City has alternative plans to develop this market , there were: 1) to relocate the market away from the existing market, 2) to relocate the market to the area which were provided by the Local Government of Jambi Province near the existing market, and 3) to maintain existing market by improving infrastructure. The alternative area in second and third alternative is a protected area and asset of Local Government of Jambi Province. The aims of this study were 1) to analyze the environmental risk of market development, 2) to analyze policy alternatives in market development. The research was conducted during December 2010 and March 2011 in Jambi
RINGKASAN
Pasar Angso Duo Kota Jambi merupakan pasar tradisional yang yang berdiri seiring dengan lahirnya Kota Jambi, terletak di atas lahan seluas 5 hektar, dengan jumlah pedagang sekitar 1000 orang. Beberapa tahun terakhir pasar ini tidak hanya menjadi pasar tradisional tetapi juga berkembang menjadi pasar induk. Untuk itu Pemerintah Kota Jambi berencana untuk mengembangkan pasar agar dapat memenuhi kebutuhan aktivitas perdagangan sebagai pasar tadisional sekaligus pasar induk. Pasar ini berada di kawasan sempadan bagian hilir dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari yang masuk kategori DAS kritis. Pasar ini juga berada di pusat jalur utama lalu lintas Kota Jambi. Alternatif pengembangan pasar yang direncanakan oleh pemda Jambi yakni 1) merelokasi pasar dengan lokasi yang jauh dari pasar yang ada saat ini; 2) merelokasi pasar di lahan yang telah disediakan oleh pemerintah Provinsi Jambi seluas 9 ha dengan lokasi bersebelahan dari pasar yang ada, dan 3) tidak memindahkan pasar yang ada tetapi membenahi infrasturktur pasar. Permasalahan dalam pengembangan pasar ini adalah alternatif kedua dan ketiga merupakan kawasan lindung dan dari segi kepemilikan merupakan asset Pemerintah Provinsi Jambi. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi sosial dan ekonomi pasar saat ini, resiko pengembangan pasar terhadap lingkungan dan menganalisis alternatif kebijakan pengembangan pasar yang akan datang.
daerah sebaiknya sebaiknya menyediakan unit pengolahan lanjutan untuk untuk sampah padat maupun cair dengan merevitalisasi TPA Talang Gulo Gulo dan IPAL Terpadu untuk limbah cair.
ANALISIS RESIKO LINGKUNGAN PENGEMBANGAN PASAR ANGSO DUO KOTA JAMBI DI PROVINSI JAMBI
LINDAWATI
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Tesis
:
Analisis Resiko Lingkungan Pengembangan Pasar Angso Duo Kota Jambi di Provinsi Jambi
Nama Mahasiswa
:
Lindawati
NIM
:
P 052 090 211
Disetujui Komisi Pembimbing
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas karunianya penelitian dengan judul “Analisis Resiko Lingkungan Pengembangan Pasar Angso Duo Kota Jambi di Provinsi Jambi” dapat diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka penulisan tesis yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada yang terhormat : 1. Prof. Dr.Ir. Nastiti Siswi Indrasti selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Prof.Dr.Ing Ir. Suprihatin. selaku Anggota Anggota Komisi Pebimbing. 2. Bapak Gubernur Jambi, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melanjutkan studi di Sekolah Pascasarjana IPB. 3. Prof.Dr.Ir. Cecep Kusmana, MS dan Dr.Ir. Lailan Saufina. M.Sc selaku Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi S2 PSL IPB.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jambi pada tanggal 17 November 1969 dari ayah M.Yakin.MS dan ibu Siti Maryam. Penulis merupakan anak ketujuh dari delapan bersaudara. Tahun 1988 penulis lulus SMA Negeri 1 Jambi dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Jambi pada Fakultas Peternakan. Tahun T ahun 1997 penulis diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil di Badan Litbang Departemen Pertanian. Tahun 2003 penulis dipromosikan menjadi Kasubbag Program di Balitbangda Provinsi Jambi. Tahun 2006 penulis
menjadi Kasubbid Produksi dan
Teknologi pada Bappeda Provinsi Jambi. Pada tahun 2009 penulis menjadi Kasubbag Program di Biro Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kantor Gubernur Jambi. Pada tahun 2009 penulis diizinkan untuk melanjutkan pendidikan di Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kota Jambi merupakan ibukota Provinsi Jambi terdiri dari 10 (sepuluh) kabupaten dan kota. Letak kota ini berada di di pusat pertumbuhan ekonomi ekonomi serta berada di jalur perdagangan di Provinsi Jambi. Pertumbuhan ekonomi kota ini terus meningkat dari tahun ke tahun, pada tahun 2005 sebesar 5,69%, tahun 2006 sebesar 5,93% dan tahun 2007 sebesar 6,09%. Pertumbuhan ekonomi Kota Jambi sangat dipengaruhi oleh sektorsektor pembangunnya. Salah satu sektor yang sangat berpengaruh yakni sektor perdagangan dan jasa. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) selama tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa sektor perdagangan memberi kontribusi sebesar 25% dari total keseluruhan. Berdasarkan hal tersebut maka pemerintah terus berupaya untuk membangun sarana dan prasarana penunjang pedagangan di Kota Jambi. Pasar Angso Duo Duo Kota Jambi merupakan pasar tradisional yang berdiri seiring
Perencanaan pengembangan pasar tersebut hendaknya mengacu pada prinsip pembangunan berkelanjutan, yang berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan selain kepentingan ekonomi dan sosial (Salim, 2009). Diperlukan suatu perencanaan yang matang serta mampu menghitung serta meminimalkan dampak yang yang akan muncul muncul dari suatu pembangunan pembangunan (Sugandhy dan Hakim, 2007), serta menghindari pola pikir pikir yang bersifat lokal dan tidak berpikir keterkaitannya dengan lingkungan secara global yang merupakan penyebab dari lemahnya pembangunan saat ini (Gore, 1994). Pasar tradisional merupakan salah satu tempat yang memproduksi limbah cair maupun padat. Berdasarkan hasil penelitian Susilawaty (2009) peraiaran sungai Batanghari termasuk dalam kategori tercemar berat. Hal ini mengindikasikan bahwa aktivitas di sekitar sungai tersebut memberi beban ke dalam sungai. Sementara limbah padat berupa sampah organik merupakan sumber penghasil gas metan, salah satu gas rumah kaca. Gas metan tidak dapat terserap oleh klorofil tumbuh-tumbuhan melalui proses fotosintesis seperti gas CO2, sehingga lebih stabil di atmosfir.
masuknya limbah cair ke dalam sungai, serta pengaruh terhadap
penurunan fungsi
sempadan. Untuk itu perlu menganalisis resiko pasar saat ini guna mengantisipasi dampak yang akan ditimbulkan akibat pengembangan pasar bagi lingkungan. Analisis resiko lingkungan merupakan upaya mengidentifikasi sumber dan jenis resiko yang mungkin terjadi serta upaya untuk mencari alternatif pengendaliannya. Agar hasil dari analisis resiko ini dapat digunakan dalam pertimbangan pengembangan pasar, maka perlu dilakukan analisis terhadap stakeholders terkait. Stakeholders merupakan semua pihak yang kepentingannya terpengaruh oleh dampak, baik positif maupun negatif yang ditimbulkan oleh suatu kebijakan, atau dengan kata lain stakeholders merupakan pihak-pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dari suatu kebijakan yang diambil (Igbal dan Sumaryanto, 2007). Dengan mengetahui stakeholders maka persepsi stakeholders terhadap alternatif pengembangan pasar dapat dianalisis dengan menggunakan Analisis Hierarkhi Proses (AHP). Alternatif yang dihasilkan merupakan solusi yang menjadi masukan untuk dipilih oleh pihak
Rencana Pengembangan Pasar Induk Angso Duo
Kondisi Eksisting : 1.Berada di sempadan Sungai Batanghari 2.Potensi pencemaran limbah padat &cair
Identifikasi Resiko : 1. Dampak pencemaran 2. Penurunan fungsi sempadan sun ai
Analisis Sta Stakeholders
Stakeholders Terkait
Pengendalian Resiko (minimalisir resiko)
Persepsi Stakeholder
Analisis Resiko Lin kun an
Analisis Hierarki Proses (AHP)
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganilisis kondisi sosial ekonomi pasar saat ini 2. Menganalisis Resiko dari kondisi Pasar Angso Duo saat i ni. 3. Menganalisis alternatif pengembangan Pasar Angso Duo kedepan
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini berguna bagi Pemerintah Kota Jambi dalam mempertimbangkan pengembangan Pasar Angso Duo dan dapat mengetahui permasalahan lingkungan yang muncul selama ini, sehingga pengembangan pasar kedepan menurunkan daya dukung lingkungan.
diharapkan tidak
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pasar Tradisional
Pasar tradisional di Indonesia dikenal dengan pasar yang kumuh
hal ini
dikarenakan sifat pengelolaannya yang kurang profesional. Akibat pengelolaan demikian pasar ini menimbulkan eksternalitas negatif bagi lingkungan. Salah satunya adalah sampah/limbah yang merupakan bahan tidak digunakan lagi, sehingga dibuang sebagai bahan yang tidak berguna (Sudarso, 2003).
Limbah dapat berada pada
setiap fase materi yaitu fase padat, cair, atau gas (limbah ketika dilepaskan dalam dua fase yaitu cair dan gas). Bila limbah masuk ke dalam lingkungan (ke air, udara dan tanah) maka kualitas lingkungan akan menurun. Peristiwa masuknya limbah lingkungan dikenal sebagai peristiwa pencemaran lingkungan.
2.1.1. Limbah Padat/ Sampah
ke
yang dilengkapi dengan pipa-pipa pengumpul dan penyalur air lindi ( leachate) yang terbentuk dari proses penguraian sampah organik. Pengelolaan sampah meliputi antara lain
daur ulang, insinerasi / pembakaran dan
pengomposan. 1.
Daur Ulang Daur ulang atau recycling adalah mengembalikan suatu produk atau sisa dari suatu proses produksi ke dalam siklus produksi. Recycling dibedakan atas dua jenis (Widyatmoko dan Sintorini, 2001) reuse
yaitu menggunakan kembali suatu
produk untuk tujuan yang sama, misalnya tabung gas, reutilization yaitu menggunakan buangan untuk keperluan yang berbeda dari konsep awal, untuk itu diperlukan perlakuan fisik, kimia atau biologis. 2.
Insinerasi Insinerasi adalah proses pembakaran sampah yang terkendali menjadi gas dan abu. Alat insinerasi dinamakan insinerator . Gas yang dihasilkan berupa karbondioksida
terjadi karena adanya kegiatan jasad renik yang beragam jenisnya dan secara serentak bekerja dalam habitatnya masing masing pada suhu tertentu. Proses pembusukan terjadi secara aerobik maupun anaerobik. Kedua proses pembusukan ini dapat terjadi secara bersamaan dalam satu tumpukan. Pembusukan aerobik lebih cepat daripada pengomposan anaerobik. Dalam proses pengomposan, bahan organik diuraikan menjadi unsur-unsur yang dapat diserap j asad renik maka ukuran bahan organik berubah menjadi partikel-partikel yang kecil. Volume tumpukan menyusut kira-kira sebanyak tiga perempatnya sepanjang proses pengomposan (CPIS, 1992)
Sampah Organik sebagai Penghasil Gas Metan Pembuangan sampah yang tidak terkontrol akan menyebabkan terjadinya pembusukan anaerobik. Pembusukan anaerobik terjadi pada tumpukan bagian dalam yang tidak berongga
dan
memiliki kadar udara cukup. Tumpukan sampah yang
kaca tersebut dapat dilewati radiasi matahari gelombang panjang. Selanjutnya radiasi tersebut masuk ke dalam rumah kaca. Oleh permukaan tanah radiasi gelombang panjang dari sinar matahari tersebut dipantulkan kembali dalam bentuk sinar gelombang pendek atau sinar infra merah yang panas. Sinar gelombang pendek ini tidak dapat menembus atap atau dinding kaca sehingga menaikkan temperatur di dalam ruangan rumah kaca tersebut. Demikian halnya yang terjadi di atmosfir bumi, radiasi gelombang panjang yang dapat melewati atmosfir bumi dipantulkan kembali oleh permukaan bumi dalam bentuk sinar infra merah. Pada kondisi normal sinar infra merah sebagian besar akan kembali ke luar angkasa. Namun, terdapatnya gas seperti karbon dioksida, metan dan sebagainya dalam atmosfir yang dapat menyerap sinar panas pantulan dari bumi tersebut telah menaikkan temperatur udara di atmosfir. Gas metan dibandingkan dengan gas karbon dioksida, dapat menimbulkan pemanasan global yang
lebih besar. Gas metan tidak dapat terserap oleh klorofil
tumbuh-tumbuhan sehingga lebih stabil di atmosfir dibanding gas CO 2 yang dapat
manusia. Terkadang sungai menerima pencemaran yang berat dengan kandungan pencemar yang tinggi. Sungai dinyatakan tercemar jika sifat fisik, kimia dan biologinya mengalami perubahan kearah negatif. Menurut Wardhana (2001) indikator air tercemar adalah 1) perubahan suhu air, pH, warna, bau, dan rasa; 2) timbulnya endapan, koloid dan bahan terlarut; 3) meningkatnya mikroorganisme dan radioaktivitas air. Parameter Fisik – Kimia Peraiaran Perubahan suhu, pH, warna, bau dan rasa dapat terjadi dengan meningkatnya buangan industri dan aktivitas manusia lainnya, akibatnya akan menurunkan kadar oksigen air, meningkatkan reaksi kimia dan mengganggu kehidupan organisme air (Kristanto, 2004). Endapan dan koloid serta bahan terlarut yang berasal dari buangan
akan
mempengaruhi kualitas air sungai. Bahan buangan padat kalau tidak dapat larut sempurna akan mengendap di dasar sungai dan yang dapat larut akan menjadi koloid. Endapan sebelum sampai ke dasar akan melayang bersama koloid, kondisi ini akan
ditentukan. Analisis BOD adalah suatu analisa empirik yang mendekati secara global proses biokimia maupun mikrobiologis yang benar-benar terjadi di alam, sehingga uji BOD berlaku sebagai simulasi suatu proses biologis. Semakin besar nilai BOD semakin besar tingkat pencemaran oleh bahan organik. Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan ukuran banyaknya oksigen yang digunakan dalam mendegradasi bahan organik dengan menggunakan kalium dikromat, yang merupakan pengoksidasi kuat untuk mengoksidasi zat organik secara lengkap dalam suasana asam dengan katalis peraksulfat. Hubungan antara COD dan BOD menggambarkan bahwa jumlah senyawa kimia yang dapat doksidasi secara kimiawi lebih besar dari biologis (Kristianto, 2004). Mikroorganisme Perairan. Mikrorganisme sangat berperan dalam proses degradasi bahan buangan yang masuk ke sungai. Parameter mikrobiologi seperti Eschericia coli (E.coli) termasuk parameter baku mutu air. Keberadaan E.coli dalam perairan menunjukkan pencemaran
semakin meningkat; 6) kerusakan pada daerah resapan (recharge area) sehingga mengganggu pasokan air. Hasil evaluasi terhadap DAS akan menunjukkan status dari DAS tersebut, jika termasuk dalam status kritis hal ini menginformasikan adanya gangguan dalam kesehatan DAS baik dibagian hulu maupun hilir. Salah satu gangguan di hilir DAS adalah semakin tingginya areal yang mengalami pengerasan dan kerusakan pada daerah resapan dan pengaliran air. Suatu bentuk penggunaan lahan yang salah adalah pembangunan fisik di daerah sempadan sungai. Akibat yang ditimbulkan dari pengerasan sempadan bagian hilir menyebabkan berkurangnya daya infiltrasi air hujan dan tingginya air limpasan (run off). Dampak akhir
gangguan pada sempadan berupa bencana erosi, banjir dan
sedimentasi sebagia variabel ketidak optimalan kondisi ruang DAS. Hal ini berawal dari ketidak terpaduan antar wilayah atau antar sektor dalam pengelolaan DAS tersebut (Aswandi, 2003) Limpasan permukaan merupakan sebagian dari air hujan yang mengalir di atas
Daya infiltrasi air merupakan kemampuan air tanah untuk terserap secara vertikal oleh gaya grafitasi bumi ataupun secara horizontal oleh gaya kapileritas tanah. Daya infiltrasi ini sangat erat hubungannya dengan kelembaban tanah, sifat permukaan tanah, stuktur dan tekstur tanah. Ketiga faktor tersebut akan mempengaruhi mekanisme daya infiltrasi air yang terdiri dari
proses masuknya air hujan melalui pori-pori tanah,
tertampungnya air hujan ke dalam tanah, serta proses mengalirn ya air (Asdak, 2004).
2.3. Analisis Resiko Lingkungan
Resiko merupakan kemungkinan terjadinya sesuatu yang merugikan yang tidak dapat diduga/tidak diinginkan, ketidak pastian atau kemungkinan terjadinya sesuatu, yang bila terjadi akan mengakibatkan kerugian. Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman, atau suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk penilaian resiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi
dari input dan output . Faktor-faktor input terdiri dari persepsi, organisasi, tuntutan, dukungan, dan keluhan. Unsur kebijakan antara lain adalah regulasi, distribusi, redistribusi, kapitalisasi, dan nilai-nilai etika. Output nya antara lain adalah aplikasi, penegakan hukum, interpretasi, evaluasi, legitimasi, modifikasi, penyesuaian, dan penarikan diri atau pengingkaran. Ilmu kebijakan dibangun untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perannya dalam upaya meningkatkan kualitas keputusan, yang diperoleh dari proses perumusan tujuan kebijakan, mengenali permasalahan kebijakan, dan mencari jalan pemecahan masalah kebijakan. Dunn (2003) mengemukakan bahwa prosedur analisis kebijakan merupakan subordinat dari standar plausibilitas dan relevansi kebijakan, dan terhadap tuntutan umum atau aturan multiplisme kritis. Peranan prosedur ini adalah untuk menghasilkan informasi mengenai masalah kebijakan, masa depan kebijakan, aksi kebijakan, hasil kebijakan. Ada lima prosedur analisis kebijakan yang dipakai dalam pemecahan masalah manusia yaitu 1) perumusan masalah (definisi) untuk menghasilkan
Keterlibatan langsung dari partai kunci yang memiliki hubungan dengan analisis masalah dan proyek perencanaan kedepan menciptakan rasa kepemilikan
dan
komitmen pada proses perencanaan yang akan berkontribusi terhadap keberhasilan suatu proyek. Analisis stakeholders memberikan hasil berupa pemahaman tentang tujuan dan ketertarikan dari berbagai macam stakeholders. Analisis ini menggunakan keragaman ketertarikan tersebut sebagai titik awal. (Grontjik, 2003).
Untuk
menyederhanakan permasalahan dalam pengambilan keputusan maka digunakan Analisis Hierarki Proses (AHP). Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan yang kompleks dan tidak terstruktur, strategis dan dinamis serta menata dalam suatu hirarki. AHP merupakan salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk kondisi ketidakpastian dan ketidaksempurnaan informasi dan beragamnya kriteria suatu pengambilan keputusan (Saaty, 1993).
I. METODE PENELITIAN
3.1.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Jambi Provinsi Jambi. Penelitian berlangsung selama 4 (empat) bulan mulai
Desember 2010 sampai Maret 2011. Peta lokasi
penelitian disajikan pada Gambar 2 berikut.
wawancara dengan stakeholders. Jenis data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini tertera pada Tabel 1. Tabel 1. Jenis dan Sumber Data Primer No 1. 2. 3.
Jenis Data Karakteristik Pedagang Pasar Kepentingan dan Pengaruh Stakeholders Alternatif Kebijakan Pengembangan Pasar
Sumber Observasi & Responden Responden Responden
Parameter yang diukur dari karakteristik pedagang yakni : 1) kondisi umum pedagang; 2) persepsi dan partisipasi pedagang terhadap pasar. Parameter yang diukur dari kepentingan dan pengaruh stakeholders adalah : 1) kepentingan berdasarkan ekologi, sosial, ekonomi, politis dan tugas pokok dan fungsi stakeholders dan 2) pengaruh stakeholders yang didasarkan pada tahap perencanaan, fasilitasi, kewenangan, regulasi serta
anggaran.
Parameter
yang
mendasari
pemilihan
pengembangan pasar yakni aspek ekologi, ekonomi dan sosial.
alternatif
kebijakan
kepentingan dan pengaruh stakeholders serta persepsi terhadap alternatif kebijakan pengembangan pasar digunakan teknik purposive sampling dengan
pertimbangan
responden yang dipilih mengetahui dan terkait dengan permasalahan penelitian. Keseluruhan responden yang diwawancarai untuk analisis stakeholders dan alternatif kebijakan pengembangan pasar dapat dilihat pada Tabel 3 . Tabel 3. Responden Penelitian No
Kelompok
1.
Pemerintah Provinsi
2.
Pemerintah Kota
3.
Perguruan Tinggi
Stakeholders Assisten II Gubernur Bappeda BLH Dinas Pekerjaan Umum Bappeda BLH Dinas Tata Ruang Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kantor Pengelola Pasar Pusat Studi DAS Unja
Jumlah Responden (orang) 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
terhadap Pendapatan Asli Daerah menggunakan teknik review dokumen Dinas Pedapatan Daerah. B. Resiko Lingkungan •
Limbah Padat dan Cair Pasar Data limbah padat berupa jumlah dan komposisi sampah dikumpulkan melalui
teknik review dokumen dari Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kota Jambi tahun 2011. Sedangkan data limbah cair berupa kualitas air dibagian hulu dan hilir lokasi pasar dikumpulkan melalui review dokumen dari Badan Lingkungan Hidup Kota Jambi tahun 2009. •
Penurunan Fungsi Sempadan Penurunan fungsi sempadan dikumpulkan melalui 2 (cara) yakni wawancara
serta melalui review dokumen terhadap hasil-hasil penelitian dan pemerhati Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari dari Pusat Studi DAS Batanghari Universitas Jambi. Data pendukung tentang kondisi umum yang berkaitan dengan fungsi sempadan
Tabel 4. Ukuran Kuantitatif terhadap Kepentingan dan Pengaruh Stakeholders Skor Nilai Kriteria Keterangan Kepentingan Stakeholders 5 20-25 Sangat Tinggi Sangat Mendukung 4 16-20 Tinggi Mendukung 3 11-15 Cukup tinggi Cukup Mendukung 2 6-10 Kurang Tinggi Kurang Mendukung 1 0-5 Rendah Tidak Mendukung 5 4 3 2 1
20-25 16-20 11-15 6-10 0-5
Pengaruh Stakeholders Sangat Tinggi Sangat mampu mempengaruhi Tinggi Mampu Cukup tinggi Cukup Mampu Kurang Tinggi Kurang Mampu Rendah Tidak Mampu
Sumber : Abbas, 2005
Pengukuran tingkat kepentingan stakeholders terhadap pengembangan Pasar Angso Duo (AD) berdasarkan lima pertanyaan berikut : Kepentingan Pertama (K1) yakni : Berapa besar manfaat pengembangan Pasar AD bagi tugas pokok langsung
Kepentingan Keempat (K4) Berapa besar manfaat pengembangan Pasar AD
tupoksi stakeholders dari sisi politis? Unsur-unsur yang dinilai yakni
bagi
1)
peningkatan pelayanan pada daerah kewenangan; 2) penyelamatan lingkungan SDA (DAS Batanghari secara umum); 3) meningkatkan nilai ekonomis wilayah; 4) meningkatkan nilai keamanan wilayah; 5) penyelamatan peninggalan nilai budaya daerah. Kepentingan Kelima (K5) Berapa besar tingkat prioritas rencana pengembangan
Pasar AD
terhadap tupoksi atau kebutuhan stakeholders? Unsur-unsur yang dinilai
yakni 1) jika ≥ 80% diberi skor 5; 2) jika 60-79% diberi skor 4; 3) jika 40-59% diberi skor 3; 4) jika 20-39% diberi skor 2; dan 5) jika < 20% diberi skor 1. Tingkat pengukuran pengaruh stakeholders terhadap pengembangan Pasar Angso Duo berdasarkan pertanyaan berikut : Pengaruh Pertama (P1) Berapa besar tingkat keterlibatan stakeholders terkait rencana pengembangan Pasar AD? Unsur-unsur yang dinilai yakni 1) perencanaan; 2) pengorganisasian; 3) pelaksanaan;
4) pengawasan
80% diberi skor 5; 2) jika 60-79% diberi skor 4; 3) jika 40-59% diberi skor 3; 4) jika 20-39% diberi skor 2; dan 5) jika < 20% diberi skor 1.
D. Alternatif Kebijakan Pengembangan Pasar Angso Duo. Data yang dikumpulkan berupa data primer tentang persepsi alternatif kebijakan pengembangan pasar. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner.
3.3. Metode Analisis
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan maka digunakan metode analisis yakni analisis diskriptif, analisis resiko lingkungan, analisis stakeholders, dan analisis hierarkhi proses. A. Analisis Kondisi Sosial Ekonomi Pasar Angso Duo. Analisis kondisi sosial ekonomi dilakukan secara diskriptif terhadap data
kuantitatif. Setelah semua data yang teridentifikasi maka dilakukan analisis kualitatif, semi kuantitatif dan kuantitatif pada Tabel 5 dan 6 di bawah ini. Tabel 5. Pengukuran Dampak secara Kualitatif Level 1 2
Kriteria Insignificant Minor
Keterangan Tidak berbahaya dan tidak memerlukan biaya pengendalian Berbahaya, perlu bantuan pertama kecelakaan dan memerlukan biaya sedang dalam pengendaliannya. 3 Moderate Berbahaya, memerlukan penanganan segera dan memerlukan biaya pengendalian yang besar 4 Major Sangat berbahaya, menyebabkan kehilangan produktivitas dan memerlukan biaya yang sangat besar dalam pengendalian 5 Catastrophic Menimbulkan kematian segera, membutuhkan biaya pengendalian yang sangat besar Sumber : Joint Technical Committee Australian and New Zealand, 1999
Tabel 6. Pengukuran Peluang Level A B
Kriteria Pasti Terjadi Terjadi
Keterangan Peluang kejadian yang sudah pasti terjadi Peluang kejadian yang tidak bisa dihindari
C. Analisis Alternatif Kebijakan Pembangunan Pasar Angso Duo Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi aktivitas stakeholders kunci dan melakukan
penilaian
terhadap
perannya,
tingkat
pengaruh/kekuatannya
dalam
pengembangan Pasar Angso Duo di Kota Jambi. Alat analisis yang digunakan adalah stakeholder grid dengan bantuan microsoft exel. Hasil analisis diilustrasikan dalam Gambar 3 dimana stakeholders dikategorikan menurut tingkat kepentingan dan kekuatannya. Data jawaban terhadap tingkat kepentingan dan pengaruh masing-masing stakeholders hasil skoring dikelompokkan menurut jenis indikatornya, yang kemudian disandingkan sehingga membentuk koordinat. Tinggi Subjects
KeyPlayers
(Kuadran I)
(Kuadran II)
Kepentingan Crowd
Context Setters
informasi dan beragamnya kriteria suatu pengambilan keputusan (Saaty, 1993). Proses analisis dengan AHP dilakukan dengan melakukan perbandingan berpasangan ( pairwise comparison) untuk mendapatkan tingkat kepentingan (importance) suatu kriteria relatif terhadap kriteria lain dan dapat dinyatakan dengan jelas. Proses perbandingan berpasangan ini dilakukan untuk setiap level/tingkat, tingkat 1 (tujuan umum), tingkat 2 (kriteria), tingkat 3 (sub kriteria), tingkat 4 (alternatif kegiatan).
Dengan berbagai
pertimbangan kemudian dilakukan sintesis menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sitem tersebut (Marimin, 2004). Pendekatan AHP menggunakan skala banding berpasangan menurut Saat y (1993). Tabel 8. Skala Banding Secara Berpasangan Tingkat Kepentingan 1 3
Definisi edua elemen sama pentingnya
Penjelasan
Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan lemen yang satu sedikit lebih penting daripada Pengalaman dan penilaian sedikit mendukung satu lemen lainnya elemen dibanding elemen yang lainnya
Pengembangan Pasar Angso Duo Kota Jambi
Tu uan
Ekologis
Aspek
sasaran
F.Sem
Alternatif
Cemar
Ekonomis
N.Tam
RJKL
RDKL
PAD
Sosial
Tibum
Esttk
Tetap
Gambar 4. Struktur Hierarkhi Alternatif Kebijakan Ket : F. Sem Cemar N. Tam
: : :
Menaiknya fungsi sempadan Menurunnya pencemaran Meningkatnya nilai tambah pasar
Dalam hal ini A1, A2,..., An merupakan set elemen pada satu tingkat keputusan hirarki. Kuantifikasi pendapat dari hasil komparasi berpasangan membentuk matrik berukuran n x n, nilai Aij merupakan nilai matrik pendapat hasil komparasi berpasangan yang mencerminkan nilai kepentingan Ai terhadap Aj. 5. Matrik pendapat gabungan, merupakan matrik baru yang elemennya berasal dari rata-rata
geometri
elemen
matriks
pendapat
individu
yang
nilai
rasio
inkonsistensinya memenuhi syarat. 6. Nilai pengukuran konsistensi yang diperlukan untuk menghitung konsistensi jawaban responden. 7. Penentuan prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hirarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama Revisi pendapat dapat dilakukan apabila nilai rasio inkonsistensi pendapat cukup
IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Profil Wilayah Studi
Kota Jambi memiliki luas 205.38 km² dan terdiri dari 8 kecamatan, dengan pusat administrasi di Kecamatan Kota Baru. Kota Jambi terletak pada kordinat 01° 30’ 2.98" - 01° 7’ 1.07" Lintang Selatan dan 103° 40’ 1.67" - 103° 40 0.23"
Bujur Timur.
Jumlah penduduk Kota Jambi pada tahun 2009 sebesar 532.743 jiwa dengan kepadatan penduduk 30 jiwa/ha. Kota Jambi beriklim tropis, tahun 2009 rata-rata suhu di Kota Jambi berkisar antara 26,3°C sampai 28,3°C. Dengan suhu maksimum 35,4°C yang terjadi pada bulan Maret dan suhu minimum 20,8°C terjadi pada bulan Februari dan Maret. Curah hujan di Kota Jambi selama tahun 2009 beragam antara 60 mm sampai 345 mm, dengan jumlah hari hujan antara 10 hari sampai 26 hari per bulannya. Sedangkan rata-rata kelembaban udara berkisar 78% - 87%. Berdasarkan
topografi Kota Jambi relatif datar dengan
dilihat dari kriteria sempadan sungai, sungai yang melewati kawasan perkotaan dengan kepadatan tinggi termasuk kedalam sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan. Dari kriteria tersebut, maka sempadan sungai yang berlaku di daerah ini sebesar sekurang-kurangnya 3 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul. •
Kawasan perkotaan dengan kepadatan rendah. Kawasan ini merupakan kawasan dengan fungsi perumahan dan fungsi pendukung kawasan perkotaan dengan kepadatan rendah. Sungai Batanghari yang melewati kawasan ini merupakan sungai yang tidak memiliki tanggul dengan kedalaman lebih dari 20 meter. Berdasarkan ciri ini maka sempadan sungai untuk daerah ini sekurangkurangnya sebesar 100 m
2. Sempadan Danau Berdasarkan keputusan Presiden R.I Nomor 32 tahun 1990 tentang
1.Bencana Banjir Berdasarkan kejadian banjir yang dicatat melalui Stasiun Pengamat Tanggo Rajo dan berdasarkan hasil perhitungan banjir menggunakan data banjir, maka kejadian banjir Kota Jambi pada tahun 2003 diduga merupakan banjir periode ulang 50 tahun. Hal tersebut didasarkan pada hasil pencatatan kejadian banjir tahun 2003, dimana luas genangan banjir untuk Kota Jambi adalah 708.019 Ha. 2. Bencana Kebakaran Berdasarkan pendekatan standar, luas Wilayah Manajemen Kebakaran 2
(WMK) adalah 176.625 km . Apabila dibandingkan dengan luas Kota Jambi secara 2
keseluruhan (205,38km ), maka untuk Kota Jambi dengan tingkat kepadatan penduduk dan pemakaian intensitas lahan perkotaan diperlukan 1 (satu) buah WMK. Pelayanan dengan lingkup menengah dinyatakan dalam tingkat Sektor Pemadam Kebakaran (SPK). Adapun setiap SPK akan membawahi Pos Pelayanan Kebakaran (PPK) yang maksimal melayani 3 (tiga) kelurahan.
Tabel 11. Hirarki Kota di Kota Jambi No 1 2 3 4 5 6 7 8
Kecamatan Kota Baru Telanai Pura Jambi Selatan Pasar Jambi Danau Teluk Pelayangan Jambi Timur Jelutung
Nilai 1645,5 970,5 945,5 845,5 657,1 600,0 445,5 390,5
Hirarki I II II II III III III III
Sumber: Bappeda Kota Jambi 2010-2030
Bagian Wilayah Kota (BWK) Berdasarkan RTRW Kota Jambi 2010-2030 (Bappeda Kota Jambi, 2010), Kota Jambi dibagi ke dalam tujuh BWK dan tiap kelurahan berfungsi menjadi pusat lingkungan . 1. Bagian Wilayah Kota (BWK) Telanaipura
pelayanan kota di manfaatkan sebagai taman yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul. 5. BWK JAMSEKO BWK Jambi Kota Seberang berfungsi sebagai permukiman kepadatan rendah yang melayani Kecamatan Danau Teluk dan Pelayangan. Pusat BWK Jambi Kota Seberang terletak di Kelurahan Olak Kemang dengan luas sub pusat pelayanan kota sebesar ± 10 Ha. Sub pusat pelayanan kota di manfaatkan sebagai taman yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul. 6. BWK Talang Gulo BWK Talang Gulo berfungsi sebagai pusat perdagangan regional, pemandu moda dan permukiman yang melayani kawasan sekitar. Pusat sub BWK Talang Gulo terletak di Kelurahan Kenali Asam Bawah dengan luas pusat sub BWK sebesar ± 10 Ha. Pusat sub BWK dimanfaatkan sebagai taman yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul. 7. BWK Kenali Besar
Perkembangan ekonomi yang pesat di Kota Jambi menjadikan kota ini juga mengalami percepatan dalam hal pembangunan sarana perdagangan dan jasa yang dilakukan oleh pihak swasta. Perhitungan kebutuhan penyediaan sarana perdagangan di Kota Jambi dilakukan mengacu kepada Standar Pelayanan Minimal yang diatur dalam Kepmen Kimprawil Nomor 534 Tahun 2001. Pada standar tersebut diatur bawah sarana pasar dibangun untuk melayani 30.000 jiwa penduduk. Jumlah tersebut mengalami perubahan sesuai dengan proyeksi jumlah penduduk Kota Jambi. Tabel 12. Proyeksi Kebutuhan Sarana Perdagangan
4.5.Sistem Transportasi Darat
Jaringan Jalan Dalam realisasi RUTR Kota Jambi 2000 – 2010 diatur bahwa sistem jaringan transportasi Kota Jambi terdiri atas jaringan jalan arteri primer yang mengelilingi Kota Jambi (Jalan Lingkar) yang menghubungkan pusat-pusat pada struktur Kota Jambi; serta jaringan jalan arteri dan kolektor sekunder yang menghubungkan kegiatankegiatan di dalam Kota Jambi. Sistem jaringan jalan Kota Jambi kemudian membentuk pola radial konsentrik dimana jaringan jalan kolektor terhubung secara radial dengan jaringan jalan arteri (jalan lingkar) yang melingkari seluruh wilayah Kota Jambi. Kondisi saat ini telah mulai menampakkan adanya gejala kemacetan yang terjadi di Kota Jambi. Hal ini dapat dilihat dari kondisi beberapa ruas jalan yang memiliki kecepatan di bawah 30 km/jam. Hal yang sama juga akan diindikasikan melalui peningkatan jumlah antrian pada persimpangan-persimpangan yang akan meningkat menjadi 168 antrian.
4.
Adanya keberadaan Danau Teluk Kenali, Danau Teluk, dan Danau Sipin yang dapat diarahkan menjadi Taman Wisata Alam, dengan potensi ekonomis sekaligus berwawasan lingkungan (strengh).
5.
Terdapat cadangan lahan potensial berupa lahan pertanian di Kelurahan Silencah sekitar koordinat 01o34’42.9” LS dan 103 o38’53.8” BT yang dapat dipromosikan untuk menjadi kawasan industri (strengh).
6.
Adanya kawasan Pasar Angso Duo yang memerlukan kebutuhan penataan (weakness), namun memiliki potensi sebagai kawasan perdagangan dan jasa (strengh).
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Pedagang Pasar Angso Duo Jambi
Pasar Angso Duo menurut sejarahnya merupakan pasar yang tumbuh mengikuti kebiasaan masyarakat Jambi yang hidup di pinggiran sungai. Pasar ini telah mengalami 2(dua) kali perpindahan tetapi tidak diikuti oleh perpindahan pedagang setempat. Karakteristik umur pedagang di pasar ini adalah berumur lebih dari 40 tahun (39%), antara 30-40 tahun (38 %) dan
kurang dari 30 tahun (23 %), Tingkat pendidikan
pedagang meliputi PT (1%), SMA (55%), SMP (24 %) dan SD (20%). Lama para pedagang menempati Pasar Angso Duo berkisar antara 5 – 10 tahun (43 %), lama berdagang
>10–20 tahun (29 %) dan kurang dari 5 tahun (28%), dapat dilihat pada
Gambar 5 berikut.
Gambar 6. Persentase Tingkat Kenyamanan, Penyebab dan Solusi Terhadap Pasar
Tingkat partisipasi pedagang terhadap pasar dilihat dari kesediaan pedagang dalam mengumpulkan sampah dilokasi penjualan masing-masing (89%), dan membiarkan sampah dilokasi penjualannya(11%) serta kesediaan dari pedagang untuk membayar iuran diluar iuran resmi pemerintah (93%) dan yang tidak bersedia (7%). Gambaran partsipasi pedagang dapat dilihat pada Gambar 7.
Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah sebagaimana peraturan menteri dalam negeri tersebut dikelompokan atas Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan lain- lain pendapatan daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Kewenangan untuk mendayagunakan sumber keuangan sendiri dilakukan dalam wadah Pendapatan Asli Daerah yang sumber utamanya adalah pajak daerah dan retribusi Daerah. Secara nominal PAD Kota Jambi terus meningkat dalam 10 tahun terakhir, meskipun demikian kontribusi PAD terhadap realisasi pendapatan cenderung terus menurun. Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 13 berikut. Tabel 13. Rekapitulasi Penerimaan PAD Kota Jambi TA 2000 sd 2009
Tabel 14. Kontribusi Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan laninya terhadap Pendapatan Asli Daerah Selama 2000 s/d 2009 No Tahun Pajak Daerah Retribusi Daerah Lain-lain Anggaran (%) (%) (%) 1 2000 38,60 57,29 4,11 2 2001 34,84 51,42 13,74 3 2002 39,44 50,98 9,58 4 2003 37,21 49,79 13,00 5 2004 48,25 40,98 10,77 6 2005 47,91 41,84 10,25 7 2006 44,44 38,34 17,22 8 2007 45,32 38,11 16,57 9 2008 45,18 31,78 19,54 10 2009 51,80 32,89 10,30 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Jambi 2010
Retribusi daerah merupakan
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Salah satu sumber retribusi daerah
5.3. Analisis Resiko Lingkungan Pasar Angso Duo Jambi
5.3.1. Jumlah dan Komposisi Sampah Pasar Angso Duo Berdasarkan data Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kota Jambi (2011), dalam satu hari Pasar Angso Duo menghasilkan sampah sebanyak ton/hari pada hari-hari besar (bulan Ramadan dan hari raya Idul Fitri)
13 – 17
dan 9 – 11
ton/hari pada hari biasa. Komposisi sampah terdiri dari bahan organik 92 %, kertas dan kardus 0,72 %, plastik 5,58 %, dan residu 1,7%. Komposisi sampah organic dapat dilihat pada Gambar 8.
1,439.82 liter dan 37,17 % dari jumlah sampah tersebut berasal dari lokasi perdagangan dan pasar. Jumlah sampah yang dibuang di TPA dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Sumber dan Jumlah Sampah yang di Proses di TPA Talang Gulo No 1 2 3 4 5 6 7 8
Sumber Sampah Permukiman Perdagangan dan Pasar Industri Perkantoran Koridor Jalan Penginapan dan Wisata Taman dan Rereasi Lain-lain Jumlah
Prosentase 45.25 37.17 0.05 5.58 0.65 5.07 6.15 0.08
Jumlah Timbulan Sampah (harian) 651.520 535.182 0.720 80.342 9.359 72.999 88.549 1.152
100
1.439.82
Sumber: Dinas Kebersihan, Pertamanan Dan Pemakaman Kota Jambi 2009
Sistem pengelolaan sampah TPA Kota Jambi dilakukan secara open dumping ,
3
3
sebanyak 64.8 m /bulan atau 777.6 m /tahun. Sampah yang dihasilkan perlu dikelola lebih lanjut, mengingat gas metan yang dihasilkan bersifat mampu bertahan di atmosfir dan jumlahnya tidak berkurang oleh aktifitas fotosintesis seperti halnya CO 2 . Sehingga setiap metan yang dihasilkan akan bertahan dan terakumulasi di udara sepanjang waktu dan akan menambah besar efek pemanasan global. Salah satu upaya untuk meminimalisir jumlah gas metan dapat dilakukan melalui pengolahan sampah organik menjadi kompos, dimana setiap pengolahan 1,9 ton sampah maka gas metan dapat direduksi sebesar 0,21-0,29 ton atau setara dengan 5 – 7 ton CO 2 (Indrasti, 2005). Upaya penanggulangan gas metan tersebut telah banyak dilakukan. Dilaporkan bahwa pengolahan limbah organik padat dengan proses biogas di Brazil menghasilkan energi mencapai 50 TWh sama dengan 17 % dari kebutuhan energi nasional Brazil. Upaya ini dilakukan untuk
menghindari produksi gas rumah kaca serta membuka
ribuan peluang kerja untuk pengangguran (Oliveiraa dan Rosaa, 2003). Pengolahan
kondisi maksimum yang boleh ditoleransi sesuai dengan peruntukkannya. Menurut Wardoyo (1991) perairan yang ideal adalah perairan yang memiliki keseimbangan fisik, kimia, dan biologi yang diperlukan bagi kehidupan ikan dan organisme air lainnya dalam rangka menyelesaikan daur hidupnya. Kualitas air akan dipengaruhi oleh aktivitas yang ada disekelilingnya, Untuk melihat kualitas air di Sungai Batanghari akibat aktivitas Pasar Angso Duo dapat dilihat pada Tabel 18 dan 19. Tabel 18. Hasil Pengukuran Kualitas Air Bagian Hulu (sebelum pasar) No.
1 2 3 4 5 6 7
PARAMETER
pH TDS DHL Suhu udara Suhu air Warna Kekeruhan TSS
SATUAN
BATAS MAKSIMUM*
mg/l ųS/cm o C
6,0-9,0 1000 Deviasi 3 Deviasi 3 50 0,05
Pt.Co FAU mg/l
HASIL PEMERIKSAAN BULAN JAN APR JUL OKT 5.1 22.9 45.9 27.5 27.7 297 35 29
7.4 23.2 46.9 29.4 30.4 550 109 90
7.7 43.3 l 87.1 28.3 28.9 369 45 43
7.8 31.6 63.1 29.1 31 291 35 28
peningkatan pH, TDS, DHL, suhu udara, suhu air, warna, dan kekeruhan. Sementara BOD, COD, DO, Amoniak, Fe, Cu, Zn, Phospat dan Cl, serta total/ fecal coliform melebihi batas baku mutu yang ditentukan. Dengan demikian air bagian hulu tersebut telah tercemar sebelum memasuki lokasi pasar. Penurunan kualitas air sungai diduga disebabkan oleh pembuangan limbah industri yang berada di sepanjang sungai Batanghari seperti industri crumb rubber , sawmill /penggergajian kayu, aktifitas pertambangan, limbah pestisida dari kegiatan pertanian, serta limbah dari kegiatan permukiman yang berada sepanjang sungai. Sebagian masyarakat dan pelaku ekonomi yang tinggal di tepi sungai telah membuang sampah dan limbah
ke badan-badan
Sungai Batanghari. Hal ini
mengakibatkan pengaruh yang buruk terhadap ekosistem sungai. Sungai merupakan komponen lingkungan yang memiliki keanekaragaman hayati berfungsi sebagai bahan baku air minum, pertanian, perikanan serta fungsi sistem drainase dan pengendali banjir. Sungai menjadi
penunjang pembangunan ekonomi serta
peningkatan
Tabel 19. Hasil Pengukuran Kualitas Air Bagian Hilir (Sesudah Pasar ) No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
PARAMETER
pH TDS DHL Suhu udara Suhu air Warna Kekeruhan TSS Cyanide Nitrit Amonia DO Iron (Fe) Mangan Copper (Cu) Chrom Flour Zinc
SATUAN
mg/l ųS/cm o C Pt.Co FAU mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l
BATAS MAKSIMUM* 6,0-9,0 1000 Deviasi 3 Deviasi 3 50 0,05 0,06 0,05 6 0,3 0,1 0,02 0,05 0,5 0,05
HASIL PEMERIKSAAN BULAN JAN APR JUL OKT 5.1 22.9 45.9 27.5 27.7 297 35 29 0.017 0 1.82 5.3 0.89 0 0.07 0 0 0.02
7.4 23.2 46.9 29.4 30.4 550 109 90 0.009 0 0.51 4.9 1.62 0 0 0 0 0.01
7.7 43.3 87.1 28.3 28.9 369 45 43 0.006 0.01 0.1 7.6 0.9 0 0 0 0 0.03
8.1 31.8 62.6 29.1 31.1 314 41 29 0.02 0.01 0.2 7.5 0.97 0 0.02 0.01 0 0.01
Gambar 9. Nilai DO Bagian Hulu dan Hilir Pasar
Berdasarkan Gambar 9 terlihat bahwa nilai DO untuk bagian hulu dan hilir tidak berbeda nyata. Nilai BOD5 dapat dilihat pada Gambar 10 berikut .
Gambar 11. Nilai COD Bagian Hulu dan Hilir Pasar
Berdasarkan hasil analisis kualitas air keselurahan dalam empat periode pengukuran yang tidak menjukkan perbedaan maka dapatdikatakan bahwa Pasar Angso Duo Jambi tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kualitas air Sungai
genangan dilokasi pasar (Aswandi, 2004).
Besarnya curah hujan juga berpengaruh
terhadap peningkatan air larian sekitar lokasi. Koefisien air larian di lokasi penelitian tercatat paling besar dibanding sub DAS yang ada di sepanjang DAS Batanghari yakni 0,18 % (BP DAS Batanghari, 2007 dalam Susilawati, 2009). Tabel 20. Data Hasil Analisis Curah Hujan Kota Jambi Tahun 2006-2010 Bulan
Curah Hujan pertahun (mm) 2006 2007 2008 2009 Jumlah 2.186,4 2.397 2.279,3 2.454,6 Rata-rata 182,2 199,7 189,9 204,5 Maksimal 379,4 333,9 315,4 323 Minimal 76,1 131,7 64,8 77 Sumber : BMG Kota Jambi Stasiun Sungai Duren, 2011
2010 3.030,1 252,5 371,5 119,9
Pasar Angso Duo berada pada ketinggian terendah dari daerah sekitarnya di pusat Kota Jambi. Maka secara alami
karakteristik sungai-sungai atau jaringan drainase
Ket :
Lokasi pasar Gambar 13. Visualisasi Peta Kontur Kota Jambi dan Pembagian ke Dalam Beberapa Sub-Sub DAS Menurut Aswandi (2004) jika dihubungkan dengan Sistem DAS Batanghari,
Batang Solok akan bergabung dengan aliran Batang Tebo, Batang Bungo, Batang Pelepat, dan Batang Tabir menuju Batanghari Peningkatan laju erosi di lahan bagian hulu, telah berdampak terhadap sistem perairan DAS Batanghari, diduga bahwa jalur sungai Batanghari dari Kota Jambi hingga Kabupaten Tanjung Jabung mengalami pendangkalan yang semakin hebat. Menurut laporan Team Study JICA pada 2002 laju debit sedimen pada DAS Batanghari 3
mencapai 2,9 juta m /tahun, lebih besar dibandingkan dengan Sungai Siak dan Sungai Musi (Aswandi, 2005) . Pengamatan peta landsat , karakretistik alur Sungai Batanghari dari Kota Jambi sampai Muara Sabak sangat potensial menjadi kawasan pengendapan sedimen. Volume dan kecepatan arus lebih lemah dengan banyaknya belokan tajam (meander ), kemudian kemiringan sungai kecil dan dorongan pasang naik dari mulut sungai yang lebih lebar (Aswandi, 2005). Akibat tingginya laju sedimentasi dari hulu, maka pasokan sediment load dari sungai perlu dikendalikan akibat pendangkalan, oleh karena itu pengendalian sedimentasi yang in-stream tidak akan menyelesaikan masalah,
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa keberadaan pasar selama ini menimbulkan resiko terhadap lingkungan yang berasal dari limbah padat dan penurunan fungsi sempadan. Besaran resiko tersebut termasuk pada kategori tinggi/besar.
5.4. Analisis Kebijakan Pengembangan Pasar Angso Duo Jambi
Beberapa alternatif
lokasi dalam pengembangan Pasar Angso Duo adalah
merelokasi pasar ketempat baru dan jauh dari sempadan sungai dan pasar saat ini, merelokasi pasar dilokasi yang disediakan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jambi, dan
membenahi pasar yang ada. Alternatif lokasi kedua dan ketiga pasar tersebut
merupakan lahan hak milik Pemprov. Jambi yang di dalam RTRW Kota Jambi merupakan kawasan lindung sempadan sungai.
5.4.1. Analisis Stakeholders Pengembangan Pasar Angso Duo Jambi Jika pemilihan alternatif
pada lokasi kedua dan ketiga
maka peran
Tabel 22. Stakeholder yang Terkait Pengembangan Pasar Angso Duo Kota Jambi Kelompok No
Stakeholder
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bappeda Prov.Jambi Dinas Pekerjaan Umum Assisten II Gubernur Badan Lingkungan Hidup Bappeda Kota Jambi Dinas Tata Ruang Dinas Kebersihan Badan Lingkungan Hidup Kantor Pengelola Pasar PT (PS Studi DAS Universitas Jambi) LSM (Walhi) Masyarakat (ketua adat)
11 12
Pemprov
Pemkot
Perguruan Tinggi
LSM
Masyarakat
V V V V V V V V V V V V
Hasil penilaian terhadap tingkat kepentingan stakeholders dalam upaya pembangunan kembali Pasar Angso Duo dapat dilihat pada Tabel 23.
tingkat kepentingan stakeholders dari aspek politis, notasi K5 menyatakan prioritas tingkat kepentingan stakeholders dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Penilaian terhadap pengaruh stakeholders dilakukan dengan mengukur tingkat kemampuan stakeholders dalam mempengaruhi proses dan implementasi dalam pengembangan Pasar Angso Duo mengacu pada model yang dikembangkan oleh Abbas (2005) dan Asikin (2001). Hasil penilaian tingkat pengaruh stakeholders dalam pengembangan Pasar Angso Duo dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Tingkat Pengaruh Stakeholders Pengembangan Pasar Angso Duo No 1 2 3 4 5 6 7 8
Stakeholders Bapeda Prov BLH Prov PU Prov AsistenII Gub Bapeda Kota BLH Kota Dinas TTR Kota Dinas Kebersihan Kota
K1 5 1 5 5 1 1 1 1
K2 4 1 3 4 3 1 1 1
K3 1 1 1 1 5 1 5 1
K4 2 3 2 2 5 2 4 2
K5 5 1 5 5 1 1 2 1
Total 17 7 16 17 15 6 12 6
tingkat pengaruh dan kepentingan stakeholders dalam pengembangan Pasar Angso Duo, yakni kelompok Subject (kuadran I), kelompok Key Players (kuadran II), kelompok Context Setters (kuadran III), kelompok Crowd (kuadran IV). Kelompok Subject adalah masyarakat, KPP Kota Jambi, LSM, BLH Kota, Dinas Tata Ruang dan Dinas KPP Kota.
Kelompok Key Player adalah Asisten II Gubernur, Bappeda Kota, Bappeda
Provinsi. Kelompok Context Setters (kuadran III) hanya ada Dinas Perencanaan Umum Provinsi, serta kelompok terakhir adalah Crowd (kuadran IV) yaitu BLH Provinsi Jambi
dan
Perguruan
Tinggi.
Peta
pengaruh
dan
kepentingan
pengembangan Pasar Angso Duo dapat dilihat pada Gambar 14 berikut.
stakeholders
pengaruhnya bisa berubah dengan berjalannya waktu dan dampak perubahan yang terjadi. Jika pengembangan pasar dilakukan, maka penyelesaian masalah kewenangan harus diselesaikan melalui sistem yang diperbolehkan, baik pada perizinan maupun pengganggaran. Dalam pelaksanaannya pemerintah provinsi maupun kota sebaiknya melakukan beberapa pendekatan yang dapat mengakomodasi kepentingan kedua belah pihak tanpa mengurangi tingkat pengaruhnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Asikin (2001) bahwa dalam pembangungan perlu di berdayakannya bentuk-bentuk partisipasi stakeholders.
Derajat partisipasi ini dibedakan menjadi empat tingkat
diseminasi
informasi adalah aliran informasi satu arah kepada publik, hal ini menyangkut kepentingan publik terhadap pasar, seperti masyarakat, Perguruan Tinggi, maupun Lembaga Swadaya Masyarakat. Konsultasi merupakan pertukaran informasi dua arah antara koordinator pelaksana dan publik atau sebaliknya, disini lebih menitikberatkan antara kelompok kuadran II maupun kepada kuadran III atau sebaliknya. Kolaborasi
5.4.2. Alternatif Kebijakan Pembangunan Kembali Pasar Angso Duo Jambi Menurut Dwidjowijoto (2007) bahwa isu pokok dalam analisis
kebijakan
pembangunan adalah alternatif kebijakan yang akan dihasilkan. Untuk mengetahui alternatif yang akan dipilih dalam pengembangan pasar Angso Duo maka dilakukan Analisis Hierarkhi Proses (AHP) pada stakeholders terkait baik pada jajaran Pemprov.Jambi, Pemkot Jambi maupun pihak terkait diluar itu. Hasil analisis terhadap aspek, sasaran dan alternatif pengembangan pasar dapat dilihat pada Tabel 25 berikut. Tabel 25. Aspek Pengembangan Pasar Angso Duo J ambi No
Aspek
Bobot Pendapat Pakar
Prioritas
1.
Ekologi
0,250
2
2.
Ekonomi
0,250
2
3.
Sosial
0,500
1
5.4.2.1. Level Aspek
5.4.2.2. Level Sasaran Sasaran dari ketiga aspek dalam mencapai tujuan pengembangan pasar kedepan adalah 1) menurunnya tingkat pencemaran; 2) meningkatnya fungsi sempadan;
3)
meningkatnya pendapatan daerah;
5)
meningkatnya nilai estetika;
dan
4) meningkatnya nilai tambah pasar;
6) meningkatnya ketertiban umum. Bobot nilai
pendapat stakeholders untuk level sasaran dapat dilihat pada Tabel 26 berikut. Tabel 26. Sasaran dalam Pengembangan Pasar Angso Duo Jambi No
Aspek
1
Ekologi
2
Ekonomi
3
Sosial
Sasaran Menurunnya Pencemaran Meningkatnya Fungsi Sempadan Meningkatnya PAD
Bobot Pendapat 0,125 0,125 0,082
Prioritas 3 3 4
Meningkatnya Nilai Tambah Pasar
0,167
2
Meningkatnya Nilai Estetika Pasar Meningkatnya Nilai Ketertiban Umum
0,167 0,333
2 1
Alternatif kebijakan merupakan hasil akhir dari analisis terhadap level aspek maupun sasaran dalam pengembangan Pasar Angso Duo. Berdasarkan hasil analisis tersebut prioritas alternatif kebijakan pengembangan pasar tersebut disajikan pada Tabel 27. Tabel 27. Alternatif Kebijakan Pengembangan Pasar Angso Duo Jambi No Alternatif Kebijakan Bobot Pendapat 1. Relokasi jauh dari pasar yang ada (lokasi 0,385 baru) 2. Relokasi pasar di lokasi yang telah disiapkan 0,340 (dekat dengan pasar yang ada) 3. Tidak merelokasi tetapi membenahi pasar 0,275 yang ada
Prioritas 1 2 3
Berdasarkan tabel diatas, prioritas pertama dalam pengembangan Pasar Angso Duo adalah relokasi jauh dengan pengelolaan lingkungan, prioritas kedua adalah relokasi pada lokasi yang telah disiapkan oleh Pemprov.Jambi dan urutan prioritas ketiga tidak
Timur dan Jambi Selatan
sangat memenuhi syarat dimana berdasarkan jumlah
penduduk saat ini maka jumlah pasar yang dibutuhkan sebanyak 7 unit.
1.
mempunyai nilai ekologis untuk perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah (Indrasti, 2005). Selain itu Pupuk organik memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Perkembangan permintaan terhadap produk organik yang terus meningkat telah menaikan pasar dan bisnis pupuk organik. Sehingga pengomposan limbah padat menjadi pupuk organik menjadi peluang mengatasi pengangguran di perkotaan. Pengolahan limbah cair untuk alternatif ini dapat dilakukan dengan pembuatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) communal (Metcalf and Eddy, 2003). Pemkot sebaiknya menyediakan IPAL Terpadu pada daerah yang dipersiapkan menjadi daerah BWK Jambi Timur dan Selatan ini, hal ini dikaitkan dengan rencana Pemkot. Jambi menjadikan daerah tersebut menjadi kawasan perdagangan, jasa, industry dan bisnis (Bappeda Kota Jambi, 2010). Sebagai daerah yang diperuntukkan menjadi kawasan bisnis, maka IPAL Terpadu sudah harus dirancang sejak daerah tersebut belum berkembang.
Jika alternatif ini yang dipilih maka memerlukan upaya minimalisasi resiko terhadap sempadan. Rencana pemerintah kota membangun Pasar Angso Duo di lokasi baru dengan luas 9 ha adalah tidak berbeda dengan lokasi lama yang terdapat pada posisi tinggi muka air yang sama dari air sungai. Menurut Aswandi (2005) pertimbangan komponen lingkungan perlu di perhatikan dengan pendekatan hidrologi yang akan terpengaruh, antara lain 1) meningkatnya tinggi luapan air bila terjadi banjir, karena
konsentrasi aliran sudah tertekan oleh penampang sungai yang disebabkan
penyempitan aliran, dan sedimen mudah tergelontor ke bahagian hilir; 2) adalah bagian lahan yang paling luar berbatasan dengan sungai tetap dijadikan akses jalan atau tempat parkir, sehingga pengendalian daya rusak luapan banjir masih dapat diminimalisasi, dan tidak dibenarkan bangunan gedung sampai ke batas turap atau batas pengedaman. Dampak yang akan terjadi
adalah
daya rusak air ke dasar sungai semakin kuat,
sehingga daya pengelontoran akan mengikis dasar turap atau dam atau bangunan. Nilai keindahan/estetika lingkungan sungai adalah sangat ditentukan oleh fasilitas jalan, jika
pedagang terlebih dahulu, tidak seperti alternatif pertama dan kedua. Kesulitan lainnya adalah
posisi pasar saat ini
secara langsung menghadap jalan utama, yang
menghubungkan beberapa lokasi dan merupakan pusat konsentriasi jalur lalu lintas di Kota Jambi maka pembenahan pasar tidak dapat
menghindari kemacetan saat ini
maupun kedepan sesuai. Kemacetan ini terlihat pada Peta Proyeksi Kemacetan Kota Jambi sampai
tahun 2027 (Lampiran 2). Tetapi jika pemerintah merencanakan
pembenahan pasar dengan membongkar terlebih dahulu pasar yang ada, maka alternatif pengolahan limbah dapat diupayakan, terutama untuk limbah cair. Penyediaan storage tank dapat dibangun dibawah tanah, akses untuk pengambilan disediakan agar limbah dapat disedot dan diangkut ke IPAL Terpadu. Sementara untuk limbah padat, penyediaan unit penampungan sementara harus disediakan oleh pihak pemerintah daerah. Limbah padat harus diangkut dan diproses di TPA Talang Gulo. Untuk itu pemerintah daerah harus merevitalisasi TPA Talang Gulo menjadi TPA yang memproses limbah dengan sistem yang disesuaikan dengan jumlah dan jenis sampah
3. Urutan alternatif pengembangan pasar adalah 1) merelokasi jauh dari pasar yang ada; 2).merelokasi dilahan yang disediakan pihak Pemprov.Jambi; dan 3) tetap
pada
lokasi lama tetapi dilakukan pembenahan. Alternatif kedua dan ketiga memerlukan koordinasi dengan pihak pemprov, karena lahan tersebut merupakan asset Pemprov.Jambi. Pengelolaan limbah dan penanganan fungsi sempadan diperlukan disetiap alternatif. Pengomposan dan penyediaan IPAL dapat dilakukan secara in-situ di alternatif pertama. Unit pengumpulan limbah padat dan penyediaan storage tank untuk limbah cair perlu disediakan untuk alternatif kedua dan ketiga. Pemerintah daerah sebaiknya menyediakan unit maupun cair dengan merevitalisasi
pengolahan
lanjutan untuk sampah padat
TPA Talang Gulo dan IPAL Terpadu untuk
limbah cair.
4. Saran : Dalam pemilihan alternatif pengembangan pasar sebaiknya pihak pemerintah
Aswandi. 2003. Tinjauan Kritis Peluang dan Tantangan Pengelolaan dengan Pendekatan Bioregion di DAS Batanghari Jambi. Makalah disampaikan pada Media Konsultasi Publik Regional Sumatera Barat-Jambi. Bala J, Shen and Dong. 2010. Study on Eco-utilization and Treatments of Highway Greening Waste. International Society for Environmental Information Sciences 2010 Annual Conference (ISEIS). Procedia Environme Ental Sciences 2 (2010) 25–31. Published by Elsevier Ltd. [BAPPEDA Kota Jambi] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Jambi. 2010. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Jambi 2010-2030, Bappeda Kota Jambi. [BLH Kota Jambi] Badan Lingkungan Hidup Kota Jambi, 2009. Hasil Pengkuran Kualitas Air Tahunan. Laporan Tahunan. [BMG Kota Jambi] Badan Meteorologi dan Geofisika Kota Jambi. 2011. Data Curah Hujan 5 Tahun Terakhir. [BPS Kota Jambi] Badan Pusat Statistik Kota Jambi. 2009. Kota Jambi Dalam Angka.
Gore, Al. 1994. Bumi Dalam Keseimbangan Ekologi dan Semangat Manusia. Yayasan Obor Indonesia Hartman DL. 1990. Modelling Climate Change. Global Climate and Ecosystem Change. NATO ASI Series Vol 240. Plenum Press, New York Igbal dan Sumaryanto. 2007. Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bertumpu Pada Partisipasi Masyarakat. Analisis Kebijakan Pertanian. 5 (2): 167182. Indrasti, NS. 2005. Pengomposan Sampah Sebagai Upaya Mereduksi Emisi Gas Rumah Kaca dan Pemanasan Global. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Joint Technical Committee Australian and New Zealand, 1999. Australian and NewZealand Standards. Council of Standards Australia and Council of Standards New Zealand. Kristanto P. 2004. Ekologi Industri. Penerbit Andi. Yogyakarta [KPP Kota Jambi] Kantor Pengelola Pasar Kota Jambi, 2010. Laporan Tahunan
Widyatmoko H dan Sintorini. 2001. Menghindari, Mengolah, dan Menyingkirkan Sampah. Abdi Tanur. Jakarta. Rahim SE. 2006. Pengendalian Erosi Tanah : Dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Saaty TL. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Proses Hierarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi Komplek. (Terjemahan) Seri Manajemen No.143. PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta Salim E. 2009. Teknologi dalam Pembangunan Berkelanjutan. Pidato Ilmiah dalam Acara Penganugrahan Gelar Doktor Kehormatan ITB. ITB, Bandung. Sanusi A. 2003. Metodelogi Penelitian Praktis. Buntaran Media. Malang Sudarso Y. 2003. Pendugaan Status Kesehatan Sungai dengan Menggunakan Indikator Makrobentos. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sugandhy A dan R Hakim, 2009. Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. Bumi Aksara Jakarta.
Lampiran 1. Peta Kawasan Strategis Pusat Bisnis Kota Jambi berdasarkan RTRW 2010-2030
71
Lampiran 2. Peta Proyeksi Kemacetan Kota Jambi sampai Tahun 2027
Pasar
72