PENELITIAN TINGKAT PENCEMARAN LOGAM BERAT DI PANTAI UTARA JAWA TENGAH
B. Yulianto, dkk Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Tengah Jl. Imam Bonjol No. 190 Semarang Telp. 0243540025
RINGKASAN Pendahuluan
Peningkatan pembangunan dalam segala bidang dan aspek hingga saat ini, selain memberikan manfaat positip juga meninggalkan dampak negatip terhadap lingkungan. Sala Salah h satu satu sekt sektor or yang yang berke berkemb mbang ang dengan dengan pesa pesatt saat saat ini ini
adal adalah ah penin peningka gkata tan n
pembangunan di bidang industri. Perkembangan dunia industri merupakan konsekuensi pembangunan yang memang harus ditingkatkan dalam upaya meningkatkan sektor riil dan pencapaian kondisi perekonomian bangsa yang mapan. Namun seiring dengan upaya peningkatan peningkatan pembangunan pembangunan di sektor perindustr perindustrian, ian, di sisi lain terjadi terjadi juga penurunan kualitas lingkungan dimana salah satunya disebabkan oleh dampak negatip dari sektor industri tersebut. Berbagai sisa hasil kegiatan manusia di daratan, seperti limbah domestik, pertanian dan perindustrian berujung di area muara sungai dan pantai. Kelompok Kelompok masyarakat dan industri memiliki anggapan bahwa sungai dan laut merupakan keranjang sampah yang dapat dapat berg bergun unaa untuk untuk memb membuan uang g samp sampah ah yang yang sanga sangatt mudah mudah cara carany nyaa dan mura murah h ongkosnya. Pengelolaan lingkungan masih dipandang sebagai beban bagi para pengusaha dan para para pengam pengambil bil keputus keputusan an tidak tidak begitu begitu mudah mudah terdor terdorong ong untuk untuk mengado mengadopsi psi aspek aspek lingkungan dalam kebijakannya. Hal ini dikarenakan oleh beberapa hal, yaitu: bahwa dampak lingkungan lingkungan bersifat bersifat intangible artinya artinya sulit sulit dikuantifi dikuantifikasi kasi dalam nilai moneter, dampak lingkungan terjadi dalam jangka panjang, dampak lingkungan
bersifat eksternalitas negatif, dan lingkungan sebagai ruang dipandang sebagai milik publik yang bisa dimanfaatkan oleh siapa saja. Wilayah pesisir menjadi salah satu tempat yang menerima dampak negatip akibat peningkatan aktivitas perindustrian dan juga kegiatan domestik lainnya dari daratan. Wilayah perairan pantai utara Jawa Tengah merupakan wilayah pesisir yang memiliki kesibukan aktivitas manusia yang sangat tinggi. Sebagai wilayah yang terus berkembang, pantai utara Jawa Tengah dari waktu ke waktu semakin bertambah dalam menerima beban yang diakibatkan dari hasil peningkatan sektor industri yang meningkat pesat hingga saat ini. Beban yang berat tertimpa menuju wilayah pesisir pantura mengingat sebagian besar buangan sisa kegiatan industri dari darat dibuang menuju wilayah tersebut. Salah satu limbah buangan sisa industri adalah limbah logam berat. Limbah logam berat merupakan polutan yang berbahaya bagi makhluk hidup yang mengalami keterpaparan oleh unsur ini. Hal ini dikarenakan unsur logam berat merupakan unsur yang tidak dapat diciptakan maupun tidak dapat dimusnahkan (nondegradable) sehingga selalu ada terus di alam. Selain itu, unsur logam berat juga memiliki kemampuan daya racun yang tinggi dan dapat terakumulasi pada jaringan tubuh makhuk hidup sehingga keberadaannya di lingkungan sangat tidak diinginkan. Mengingat keberadaan logam berat yang membahayakan bagi keberlanjutan kehidupan ekosistem bumi, maka sudah selayaknya untuk kita ketahui keberadaan logam-logam berat tersebut di lingkungan sekitar kita. Untuk itu, perlu kiranya diketahui tingkatan (kuantitas) kandungan logam berat yang terdapat di lingkungan sekitar khususnya di wilayah perairan pantai di pantai utara Jawa Tengah. Dengan diketahui kuantitas logam berat maka setidaknya kita mengetahui kualitas lingkungan wilayah pesisir utara Jawa Tengah khususnya ditinjau dari satu parameter logam berat.
Metode Penelitian
Penelitian kandungan logam berat di perairan pantai utara Jawa Tengah dilakukan dengan metode studi kasus, yaitu mendapatkan data kondisi logam berat di lokasi dengan
observasi langsung di lapangan. Wilayah yang dijadikan lokasi penelitian meliputi 13 kabupaten/kota, dari Kabupaten Brebes sampai dengan Kabupaten Pati. Setiap kabupaten ditetapkan dua stasiun penelitian. Observasi lapangan dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2006. Contoh yang diambil dari lokasi penelitian adalah air, sedimen dan jaringan daging kerang. Selanjutnya sampel-sampel tersebut dianalisis kandungan logam beratnya di Laboratorium Kimia analitik FMIPA Universitas Diponegoro dan Laboratorium Baristrand. Jenis logam berat yang dianalisis dari sampel adalah: merkuri (Hg), Kadmium (Cd), Tembaga (Cu), Timbal (Pb), Kromium (Cr), Nikel (Ni), Arsen (As), dan Seng (Zn).
Hasil dan Pembahasan
Analisis kandungan logam-logam berat (seperti Hg, Cd, Cu, Cr, Pb, Ni, Zn, dan As) yang dilakukan di wilayah perairan muara-muara sungai dan pantai sekitarnya di wilayah pantai utara Jawa Tengah menunjukkan bahwa sebagian besar logam-logam berat tersebut (kecuali Hg dan As dalam air dan kerang) telah melebihi ambang batas baku mutu yang ditetapkan baik oleh otoritas Negara RI maupun otoritas dari manca Negara. Dari hasil analisis kandungan logam-logam berat (Hg, Cd, Cu, Pb, Cr, Ni, Zn, dan As) di 12 kabupaten/kota pantai utara Jawa Tengah menunjukkan bahwa logam-logam berat
tersebut dalam air, sedimen dan jaringan lunak kerang, sebagian besar telah
melebihi ambang batas baku mutu yang ditetapkan oleh beberapa otoritas, seperti: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia No 51 Tahun 2004; Surat Keputusan Dirjen POM Nomor: 03725/B/SKNII/89; National Oceanogrphic and Atmospheric Administration (NOAA); Ontario Ministry of Environment .
World Health Organization (WHO); maupun
Secara keseluruhan hasil kandungan logam-logam berat di masing-masing lokasi penelitian dibandingkan nilai baku mutu dapat disimpulkan sebagai berikut: Jenis Logam Merkuri (Hg) Kadmium (Cd)
Temb aga (Cu) Timba l (Pb)
Kromi
Media
Kondisi
Air Sedimen Kerang Air Sedimen Kerang
Dibawah Baku Mutu Melebihi Baku Mutu Dibawah Baku Mutu Melebihi Baku Mutu Melebihi Baku Mutu*) Menyesuaikan konsumsi Air Melebihi Baku Mutu*) Sedimen Dibawah Baku Mutu**) Kerang Dibawah Baku Mutu*) Air Melebihi Baku Mutu Sedimen Dibawah Baku Mutu**) Kerang Melebihi Baku Mutu**) Air Melebihi Baku Mutu Sedimen Melebihi Baku Mutu*)
um (Cr) Nikel (Ni) Seng (Zn)
Arseni k
Kerang Air Sedimen Kerang Air Sedimen
Tidak diketahui Melebihi Baku Mutu Dibawah Baku Mutu*) Tidak diketahui Melebihi Baku Mutu Dibawah Baku Mutu**) Kerang Melebihi Baku Mutu**) Air Dibawah Baku Mutu Sedimen Dibawah Baku Mutu Kerang Dibawah Baku Mutu
Baku Mutu
KepMen LH No 51 Th 2004 NOAA (1999) 2) SK Dirjen POM1) KepMen LH No 51 Th 2004 NOAA (1999) 2) WHO KepMen LH No 51 Th 2004 NOAA (1999) 2) SK Dirjen POM1) KepMen LH No 51 Th 2004 NOAA (1999) 2) SK Dirjen POM1) KepMen LH No 51 Th 2004 Ontario Ministry of Environment (1989) Tidak diketahui KepMen LH No 51 Th 2004 NOAA (1999) 2) Tidak diketahui KepMen LH No 51 Th 2004 NOAA (1999) 2) SK Dirjen POM1) KepMen LH No 51 Th 2004 NOAA (1999) 2) SK Dirjen POM1)
(As)
Keterangan: *) : > 75% lokasi penelitian;
**): > 50% lokasi penelitian
1)
Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No:
03725/B/SKNII/89, tentang Batas Maksimum cemaran logam dalam makanan 2)
World Health Organization/Food and Agricultur Organization (WHO, 1989)
dalam US. Food and Drug Administration. Kandungan
logam
Hg
dalam
kerang
pada
semua
lokasi penelitian
menunjukkan nilai <0,002 mg/kg, dimana hal tersebut masih berada dibawah ambang baku mutu untuk produk ikan dan hasil olahannya yang ditetapkan oleh Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan No: 03725/B/SKNII/89 yaitu sebesar 0,05 mg/kg. Kadmium (Cd) dalam kerang yang tertangkap di pantai utara Jawa Tengah berkisar secara umum antara 0,5 sampai 3 mg/kg. Namun, kandungan logam Cd dalam jumlah tertinggi (174 mg/kg) ditemukan pada spesies kerang simping di muara Sungai Sibelis Kota Tegal. Hasil tersebut secara umum telah melebihi ambang
batas
maksimum
komsumsi
untuk
perlindungan
kesehatan
bila
dibandingkan dengan batas komsumsi yang berpedoman pada WHO yang memberikan batas maksimum pemasukan untuk logam berat Cd ke dalam tubuh manusia sebesar 7 µg/kg berat badan manusia per minggu. Sebagai contoh apabila kita mempunyai berat badan 60 kg, maka dalam satu minggu kita hanya diperbolehkan mengkomsumsi kerang yang tercemar logam berat Cd maksimum sebesar 60 x 7 µg = 420 µg Cd. Jadi apabila diambil contoh kerang dengan konsentrasi Cd yang terendah yang ditemukan di pantura Jawa Tengah (0,5 mg/kg
atau
sama
dengan
500
µg/kg),
maka
kita
hanya
diperbolehkan
mengkonsumsi kerang maksimum seberat 0,8 kg per minggu. Hasil analisis kandungan logam berat Cu dalam kerang di pantai utara Jawa Tengah berada pada kisaran dari 0,5 mg/kg sampai dengan 186 mg/kg. Hasil perhitungan
analisis
logam
Cu
menunjukkan
bahwa
kerang
dari
pantai
Morodemak (Demak), Demaan (Jepara), dan Juwana sudah tidak layak untuk dikonsumsi karena telah melebihi ambang batas maksimum konsumsi yang
berpedoman pada National Health and Medical Research (NHMRC, 1980) yang memberikan batas maksimum pemasukan logam berat Cu ke dalam tubuh manusia sebesar 70 µg/kg berat badan manusia per minggu. Sebagai contoh apabila kita mempunyai berat badan 60 kg, maka dalam satu minggu kita hanya diperbolehkan kemasukan logam Cu melalui komsumsi kerang yang tercemar logam berat Cu maksimum sebesar 60 x 70 µg = 4200 µg. Jadi apabila diambil contoh kerang dengan konsentrasi Cu yang terendah yang ditemukan di pantai Morodemak (Demak), Demaan (Jepara), dan Juwana (0,5 mg/kg atau sama dengan 500 µg/kg), maka kita masih diperbolehkan mengkonsumsi kerang maksimum seberat 8 kg per minggu. Namun, jika diambil contoh kerang dengan konsentrasi Cu tertinggi (186 mg/kg atau sama dengan 186.000 µg/kg), maka kita hanya diperbolehkan mengkonsumsi kerang maksimum seberat 0,02 kg per minggu. Logam berat Pb dalam kerang di pantai utara Jawa Tengah menunjukkan kisaran nilai antara 0,008 sampai 18 mg/kg, dengan rata-rata adalah 3,75 mg/kg. Kandungan logam Pb dalam jaringan lunak kerang di 15 lokasi penelitian telah melampaui ambang baku mutu untuk produk ikan dan hasil olahannya yang ditetapkan oleh Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan No: 03725/B/SKNII/89 yaitu sebesar 2 mg/kg. Sedangkan kerang pada 11 lokasi yang lain memiliki kandungan Pb yang masih dibawah ambang baku mutu tersebut. Sedangkan baku mutu dari WHO menunjukkan batas maksimum konsumsi logam Pb pada manusia adalah 50 µ g/kg berat badan per minggu. Sebagai contoh apabila kita m em pu nya i
b era t
b ad an
60
k g,
m ak a
d ala m
sa tu
min gg u
k ita
h an ya
diperbolehkan termasuki logam Pb maksimum sebesar 60 x 50 µ g = 3000 µ g. Jadi apabila diambil contoh kerang dengan konsentrasi Pb rata-rata yang ditemukan di pantai utara Jawa Tengah (3,75 mg/kg atau sama dengan 3750 µg/kg), maka kita masih diperbolehkan mengkonsumsi kerang maksimum seberat 0,8 kg per minggu.
Nilai kandungan logam berat Cr dalam kerang dari seluruh lokasi penelitian di pantai utara Jawa Tengah berkisar antara 0,006 – 4 mg/kg. Tingkat pencemaran logam Cr pada kerang tidak diketahui mengingat tidak ditemukannya otoritas yang mengeluarkan tingkat baku mutu untuk makanan terhadap logam Cr ini. Kandungan logam berat Ni dalam jaringan lunak kerang dari seluruh lokasi penelitian pantai utara Jawa Tengah menunjukkan nilai yang cukup tinggi, yakni berkisar antara 1 sampai 36 mg/kg. Namun tingkat pencemaran logam Ni pada kerang tidak diketahui mengingat tidak ditemukannya otoritas yang mengeluarkan tingkat baku mutu untuk makanan terhadap logam Ni ini. Secara umum, kandungan logam berat Zn dalam kerang dari seluruh lokasi penelitian pantai utara Jawa Tengah menunjukkan nilai yang tinggi, yakni berkisar antara 24 sampai 893 mg/kg. Batas maksimal yang direkomendasikan oleh Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia adalah 100 mg/kg untuk produk ikan dan olahannya. Jika memperhatikan nilai ambang baku mutu tersebut, maka kerang dari daerah-daerah penelitian tersebut telah jauh melebihi ambang batas yang diperbolehkan bagi konsumsi masyarakat. Sedangkan jika mengacu pada aturan dari United States Food and Drugs Administration (US FDA, 1993), maka batas maksimum pemasukan untuk logam Zn adalah 40 µg/kg berat badan. Kandungan logam berat As dalam kerang dari seluruh lokasi penelitian pantai utara Jawa Tengah menunjukkan nilai yang relatif rendah, yakni bernilai lebih kecil dari 0,003 mg/kg. Adapun batas yang direkomendasikan oleh Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia adalah 1 mg/kg untuk produk ikan dan olahannya. Jika memperhatikan nilai ambang baku mutu tersebut, maka kerang dari daerah-daerah penelitian di pantai utara Jawa Tengah masih jauh dibawah ambang batas yang diperbolehkan bagi konsumsi masyarakat.
Kesimpulan dan Saran
Tingkat Pencemaran Logam Berat di Pantai Utara Jawa Tengah secara umum menunjukkan bahwa untuk Air telah tercemar hampir semua jenis logam berat (seperti Hg, Cd, Cu, Cr, Pb, Ni, Zn, kecuali As). Sedimen telah tercemar oleh logam Hg, Cd, Cu, Cr, dan Zn. Kerang telah tercemar oleh logam berat Pb, Cu, dan Zn Dari hasil analisis kandungan logam berat di laboratorium, observasi kondisi lapangan dan data-data pendukung yang lain diketahui bahwa terjadinya peningkatan kandungan logam berat di lokasi-lokasi penelitian yang menyebabkan pencemaran logam berat di perairan pantai utara Jawa Tengah disebabkan oleh meningkatnya kegiatan industri yang potensial membuang bahan-bahan pencemar khususnya logam berat yang umumnya belum dilakukan pengolahan dengan baik yang semestinya masih tidak layak untuk dibuang menuju perairan umum. Buangan-buangan limbah yang masih mengandung logam berat tersebut sebagai akibat dari tidak berfungsinya dengan baik Instalsi Pengolah Limbah (IPL) yang dimiliki oleh industri-industri dan atau bahkan belum dimilikinya IPL oleh industri-industri kecil dan menengah yang juga potensial membuang limbah logam berat. Adapun hasil komunikasi terhadap pihak-pihak terkait yang menangani masalah lingkungan di kabupaten/kota di pantai utara Jawa Tengah menunjukkan bahwa penanganan masalah pencemaran logam berat yang terjadi belum pernah dilakukan tindakan-tindakan yang berarti (signifikan) baik untuk menguranginya maupun menghilangkannya. Tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan apa dan bagaimana untuk menangani perairan yang telah tercemar oleh logam berat selama ini juga belum dilakukan oleh pihak-pihak terkait yang kompeten dalam masalah lingkungan. Untuk menangani masalah pencemaran logam berat di pantai utara Jawa Tengah ada beberapa cara yang dapat dilaksanakan, seperti: Diterapkannya penegakan hukum (law enforcement ) yang lebih tegas lagi terhadap para pengusaha yang memiliki industri potensi membuang limbah ke lingkungan. Peraturan-peraturan yang telah ada yang mengatur menngenai penanganan limbah B3
seharusnya dengan tegas harus dipatuhi oleh para pengusaha agar buangan-buangan limbah berbahaya tidak dilepaskan ke lingkungan dengan kondisi yang tidak memenuhi persyaratan. Tindakan dan sanksi hukum seharusnya diberlakukan dengan tegas terhadap para pelanggarnya. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat pencemaran logam berat di Pantai Utara Jawa Tengah adalah: Setiap industri yang potensial membuang limbah logam berat harus melaksanakan segala peraturan pemerintah yang telah ditetapkan dalam penanganan limbah logam berat, Mewajibkan kepada perusahaan/industri untuk membuat IPL (Instalasi Pengolah Limbah) bagi yang belum memiliki dan selalu mengoperasikan IPL-nya bagi perusahaan/industri yang telah memiliki, Penyempurnaan prasarana untuk pengolahan limbah berbahaya bagi perusahaan yang memiliki IPL namun kondisinya telah tidak layak lagi. Karena jika IPL tidak berjalan lancar maka pada umumnya sangat sulit bagi para pengusaha untuk melakukan pengolahan limbah sesuai dengan peraturan yang diharuskan, Bagi industri kecil yang tidak mampu membuat dan mengoperasikan IPL secara mandiri dapat dilakukan secara bersama dengan industri kecil yang lain (IPL Terpadu). Teknologi Biosorpsi ( Biosorption). Pencemaran ini dapat diatasi dengan proses penangkapan logam berat pada daerah pembuangan pertama (titik pembuangan limbah), untuk mencegah masuknya logam berat tersebut ke badan perairan di daerah atas (hulu sungai). Penangkapan limbah dilakukan melalui teknologi biosorpsi (biosorption) dengan memanfaatkan media biomasa yang mudah diperoleh di daerah setempat, seperti jarong, jerami, alang-alang, eceng gondok, sekam padi dan bagas. Pembuatan wetland (lahan basah) di wilayah pesisir yang berfungsi sebagai “ginjalnya” lingkungan. Teknologi Berbasis Membran. Membran merupakan media pemisah yang bersifat selektif permeabel dengan menahan komponen tertentu dan melewatkan komponen
lainnya. Proses pemisahan dengan menggunakan membran ini dirancang untuk menghilangkan kontaminan yang mengendap dari limbah industri. Khususnya untuk logam timbal (Pb), mungkin segera dilaksanakan penghapusan bensin bertimbel secara nasional. Penelitian terdahulu di Jakarta menunjukan penurunan kadar timbel dalam darah secara signifikan setelah penghapusan bensin bertimbel. Melakukan pemantauan secara berkala (monitoring ) terhadap kandungan logam berat, di wilayah perairan sungai dan laut, dan juga terhadap produk hasil perairan sungai dan laut. Hak Cipta © 2006 Balitbang Prov. Jateng Jl. Imam Bonjol No. 190 Semarang 50132 Telp : (024) 3540025, Fax : (024) 3560505 Email :
[email protected]