LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
BAB I PENGUKURAN LAJU ALIRAN VOLUMETRIK
I.1
MAKSUD -
I.2
I.3
Mengetahui penggunan alat Hydraulics Bench.
TUJUAN 1.
Dapat menggunakan alat Hydraulics Bench.
2.
Dapat mengukur debit menggunakan Hydraulics Bench.
ALAT DAN BAHAN 1.
Hydraulics Bench dan kelengkapannya
2.
Stop Watch
3.
Air
Gambar.1 Hydraulics Bench I.4
DASAR TEORI Laju volume aliran dapat dihitung dengan persamaan : π= Dimana
βπ βπ‘
: Q = Laju volume aliran/debit (m3/det)
1
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
βπ = perubahan volume (m3) βπ‘ = selang waktu pengukuran (det)
I.5
PROSEDUR PELAKSANAAN 1.
Isi tangki dengan air ledeng hingga permukaan air berada di 10cm di bawah pinggir tangki
2.
Hubungkan konektor power supply
3.
Tutup penutup pipa pada ujung pipa inlet
4.
Nyalakan power
5.
Nyalakan pompa
6.
Buka klep / kran aliran dengan hati β hati
7.
Tutup klep pengeluaran
8.
Isi tangki sampai dengan alat ukur menunjukan volume tangki sebesar 10 liter
9.
Hitung waktu yang diperlukahn dengan menggunakan stopwatch untuk menaikan muka air mulai dari 10 liter ke 20 liter dan seterusnya dengan selisih kenaikan 10 liter
10. Lakukan percobaan ini kembali untuk bukan kran / klep berbeda
I.6
DATA PERCOBAAN Bukaan ke-1 V1
V2
ΞV
(L)
(L)
(L)
1
10
20
10
28.84
28.84
0.000347
2
20
30
10
57.18
28.34
0.000353
3
30
40
10
84.84
27.66
0.000362
4
40
50
10
112.84
28.00
0.000357
5
50
60
10
142.20
29.36
0.000341
10
85.18
28.44
0.000352
Pengukuran
Rerata
t (s)
2
Ξt (s)
Q (ππ /s)
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
Bukaan ke-2
V1
V2
ΞV
(L)
(L)
(L)
1
10
20
10
7.09
7.09
0.00141
2
20
30
10
14.69
7.60
0.001316
3
30
40
10
15.56
7.96
0.001256
4
40
50
10
16.15
8.19
0.001221
5
50
60
10
16.27
8.08
0.001238
10
13.95
7.78
0.001288
Pengukuran
Rerata
t (s)
Ξt (s)
Q (ππ /s)
Bukaan ke-3 V1
V2
ΞV
(L)
(L)
(L)
1
10
20
10
3.45
3.45
0.0029
2
20
30
10
7.41
3.96
0.00253
3
30
40
10
7.27
3.31
0.00302
4
40
50
10
8.80
5.49
0.00182
5
50
60
10
9.70
4.21
0.00238
10
7.33
4.08
0.00253
Pengukuran
Rerata
t (s)
Ξt (s)
Q (ππ /s)
Bukaan ke-4
Pengukuran
V1
V2
ΞV
(L)
(L)
(L)
t (s)
3
Ξt (s)
Q (ππ /s)
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
1
10
20
10
1.58
1.58
0.00633
2
20
30
10
3.93
2.35
0.00426
3
30
40
10
4.65
2.30
0.00435
4
40
50
10
4.84
2.54
0.00394
5
50
60
10
5.13
2.59
0.00386
10
4.03
2.27
0.00455
Rerata
Grafik Perubahan Debit terhadap Waktu 0.005
0.00455
0.004 0.003
0.00253
Debit (m3/s) 0.002
0.001288
0.001 0 0.00
I.7
0.000352
5.00
10.00
15.00 20.00 Waktu (s)
CONTOH PERHITUNGAN DAN ANALISA Bukaan ke-1, pengukuran ke-2
-
βππ = ππ β ππβ1 βπ2 = 20 β 10 βππ = 10 πππ‘ππ = 0.01 π3
-
βπ‘π = π‘π β π‘πβ1 βπ‘2 = 57.18 β 28.84 = 28.34 πππ‘ππ
-
ππ = π2 =
βππ βπ‘π
0.01 28.34
4
25.00
30.00
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215 3 π2 = 0.00132 m βdetik
Untuk menghitung debit, dihasilkan dari perhitungan waktu awal aliran hingga waktu saat tuas akan terangkat. Dimana memenuhi persamaan kontinuitas dan persamaan aliran fluida (debit).
I.8
KESIMPULAN 1.
Andriansyah Ramadhany Saputra (25-2015-049) Besarnya perubahan waktu dipengaruhi oleh bukaan. Jadi bukaan juga mempengaruhi debit
2.
Luthfi Auliaur Rahman (25-2015-050) Perubahan volume dan waktu mempengaruhi besar kecilnya debit air yang keluar
3.
Naufan Muhammad Pasya (25-2015-051) Waktu yang dibutuhkan setiap bukaan berbeda sehingga debit yang dihasilkan berbeda juga.
4.
Fariza Alfiani (25-2015-052) Semakin besar bukaan kran semakin kecil pula perubahaan βπ‘ karena perubahan volume yang semakin besar sehingga debit air semakin membesar.
5.
Bizantio Wiranta Ranadipura (25-2015-053) Dengan debit yang sama, semakin besar kecepatan aliran semakin sedikit waktu yg dibutuhkan. Tetapi semakin kecil kecepataan aliran, waktu yg dibutuhkan semakin lama.
6.
Khoirunnisa Nur Alifah (25-2015-054) Selang waktu dari setiap percobaan dipengaruhi oleh laju volume aliran setiap detik
7.
Muhammad Syahrul Hadiana (25-2015-055)
5
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
Semakin cepat waktu yg di butuhkan untuk mengisi bak semakin besar pula debit airnya. 8.
Kamila Khalishah (25-2015-057) Berdasarkan grafik perubahan debit terhadap waktu, nilai debit berbanding terbalik dengan waktu, hal ini menunjukkan semakin besar nilai debit maka semakin kecil/sedikit waktu yang dibutuhkan.
I.9
DOKUMENTASI
6
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
BAB II KALIBRASI ALAT UKUR TEKANAN
II.1 MAKSUD -
Mengkalibrasi satuan tekanan (bar) ke massa (kg)
II.2 TUJUAN 1.
Mahasiswa mampu mengkalibrasi dengan menggunakan Dead Weight Piston Gauge
II.3 ALAT DAN BAHAN 1.
1 set Dead Weight Piston Gauge
Gambar 2. Dead Weight Piston Gauge
II.4 DASAR TEORI
7
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
Tekanan diaplikasikan pada pemberat yang ditempatkan di atas suatu pen penahan berat atau beban. Yang mana terhubung ke piston berisi minyak dalam sistem pipa, sedemikian hingga manometer akan menunjukkan tekanan tertentu. π = 9.81 πβπ 2
πΉ = π. π π΄=
π 2 π 2 π = 12 = 113,1ππ2 4 4
π=
πΉ π΄
II.5 PROSEDUR PELAKSANAAN 1.
Buka kran overflow
2.
Buka penutup
3.
Jika perlu, isikan minyak ke dalamnya
4.
Atur manometer hingga menunjukkan angka nol dengan memutar Counterbalance Cylinder
5.
Masukkan piston
6.
Putar Counterbalance Cylinder hingga angka di manometer menunjukkan angka sesuai dengan tekanan piston
7.
Tambahkan tekanan sesuai dengan petunjuk asisten
8.
Ukur / baca manometer pada setiap penambahan tekanan.
II.6 DATA PERCOBAAN Tekanan
Tekanan
Gaya F
Aktual
Mano
Aktual
(bar)
(bar)
(N)
0.334
0.35
3.778
0.5
0.5
1
1
Gaya
M
M
M
Aktua
Mano
Timban
l (kg)
(kg)
g (kg)
3.959
0.385
0.404
5.655
5.655
0.576
11.310
11.31
1.153
F Mano (N)
8
KR1
KR2
(%)
(%)
0.38
1.3
4.8
0.576
0.571
0.9
0
1.153
1.141
1
0
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
0 1.5
1.5
16.965
2
2
22.620
2.5
2.48
28.275
16.96 5 22.62 0 28.04 9
1.729
1.729
1.711
1.1
0
2.306
2.306
2.281
1.1
0
2.882
2.859
2.851
1.1
0.8
II.7 CONTOH PERHITUNGAN DAN ANALISA Perhitungan tekanan aktual pada 2.5 bar ο· Menghitung Gaya F Aktual πΉ = ππ₯π΄ πΉ = (2.5π₯105 )π₯(113.1π₯10β6 ) πΉ = 28.275 π ο· Menghitung Gaya F Mano πΉ = ππ₯π΄ πΉ = (2.48π₯105 )π₯(113.1π₯10β6 ) πΉ = 28.049 π ο· Menghitung M Aktual π=
πΉ π
π=
28.275 9.81
π = 2.882 ππ ο· Menghitung M Mano
9
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
π=
πΉ π
π=
28.049 9.81
π = 2.859 ππ ο· Menghitung KR1 πΎπ
1 =
|ππππππππππ β ππ΄ππ‘π’ππ | π₯100% ππ΄ππ‘π’ππ
πΎπ
1 =
|2.851 β 2.882| π₯100% 2.882
πΎπ
1 = 1.1% ο· Menghitung KR2 πΎπ
2 =
|ππππππππ‘ππ β ππ΄ππ‘π’ππ | π₯100% ππ΄ππ‘π’ππ
πΎπ
2 =
|2.859 β 2.882| π₯100% 2.882
πΎπ
2 = 0.8% KR merupakan faktor koreksi pada timbangan atau manometer terhadap beban aktual. Nilai KR tidak boleh lebih dari 5% karena bila hasilnya lebih dari 5% kesalahan terjadi pada perhitungan atau diperlukan percobaan ulang.
II.8 KESIMPULAN 1. Andriansyah Ramadhany Saputra (25-2015-049) Tekanan yang diberikan oleh beban piston menunjukkan tekanan pada manometer dengan selisih yang semakin besar setiap penambahan pada beban piston. 2. Luthfi Auliaur Rahman (25-2015-050) 10
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
Semakin berbeda tekanan manometer yang dihasilkan dengan tekanan aktual maka nilai KR akan semakin besar 3. Naufan Muhammad Pasya (25-2015-051) Tekanan yang diberikan oleh beban piston menunjukkan perubahan tekanan dan selisih hasil pada tekanan aktual dan tekanan manometer. 4. Fariza Alfiani (25-2015-052) Semakin besar suatu gaya atau massa, maka semakin besar pula tekanannya, sebaliknya jika massa dan gaya semakin kecil, maka tekanan semakin kecil pula sebab tekanan dengan massa atau gaya berbanding lurus. 5. Bizantio Wiranta Ranadipura (25-2015-053) Jika luas beban semakin kecil maka tekanan makin besar, sebaliknya jika luasnya makin kecil, maka tekanan pun membesar hal itu disebabkan nilai luas berbanding terbalik dengan nilai tekanan. 6. Khoirunnisa Nur Alifah (25-2015-054) Kr adalah untuk mengukur kesalahan relatif yang terjadi di timbangan dan aktual atau yang tercatat diketerangan yang ada. 7. Muhammad Syahrul Hadiana (25-2015-055) Tekanan berbanding lurus dengan gaya. Jadi ketika gaya diperbesar maka otomatis tekanan pun akan ikut membesar. 8. Kamila Khalishah (25-2015-057) Kalibrasi adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh instrumen pengukur atau system pengukuran, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dengan besaran yang diukur dalam kondisi tertentu. Dan berdasarkan percobaan kesalahan relatif alat masih bisa ditolerir.
II.9 DOKUMENTASI
11
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
BAB III HYDROSTATIC PRESSURE ( TEKANAN HIDROSTATIK)
III.1 MAKSUD ο
Menghitung tekanan hidrostatik.
ο
Menentukan pusat tekanan.
III.2 TUJUAN 1.
Mahasiswa dapat menggunakan alat Hydrostatic Pressure Apparatus.
2.
Mahasiswa dapat menghitung tekanan hidrostatik.
3.
Mahasiswa dapat menentukan pusat tekanan.
III.3 ALAT DAN BAHAN 1.
Satu set Hydrostatic Preassure Apparatus.
2.
Pipet Air.
Gambar 3. Hydrostatic Pressure Apparatus
III.4 DASAR TEORI Tekanan Hidrostatik dari suatu zat cair adalah phyd dan dihitung dari Phyd = p . g . t
12
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
Dimana :
p = densitas zat cair g = percepatan gravitasi = 9.81 t = jarak dari muka air
βM 01 = 0 β
β
A. ( 2 + π ) = π΄1 . 2 + A2 .
2.β 3
π΄1 = p1. β
Dimana :
A2 =
p2 β p1 2
.β
A = π΄1 + A2 Menghasilkan : π=
1 p2 β p1 . β. 6 p2 + p1
Dengan Tekanan Hidrostatik π2 = π. π. cos π . ( π¦π + π1 = π. π. cos π . ( π¦π β π=
β 2 β 2
) )
β2
1
. 12 π¦
π
Tekanan hidrostatik yang bekerja pada permukaan ditunjukan dengan resultan gaya πΉπ melalui pusat tekanan D ππ = π. π. π‘π Dimana :
ππ = Tekanan hidrostatik pada planar centre of force dari permukaan π‘π = Jarak dari planar centre of force terhadap muka air
13
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
Jika permukaan mempunyai sudut πΌ, maka ππ = π. π. cos πΌ. π¦π πΉπ = ππ . π΄πππ‘ππ£π
III.5 PROSEDUR PELAKSANAAN 1.
Set sudut Water Vessel (1) ke πΌ = 0π
2.
Seimbangkan system dengan memutar slider (3), pin stop (4) harus tepat pada tengah lubang
3.
Tetapkan the rider, untuk menentukan panjang lengan I, menurut petunjuk asisten
4.
Isi air sampai seimbang
5.
Baca ketinggian muka air s dan masukkan ke lembar kerja
6.
Tingkatkan anak timbangan
7.
Dan ulangi pengukuran dengan sudut Water Vessel (πΌ) 40π dan 90π
8.
Ukur s, I, πΉπ
9.
Jika s < 100 mm, maka π=
1 .π 6
πΌπ = 200 β ππ = π. π.
1 .π 3
π 2
π΄πππ‘ = π . π Jika s > 100 mm, maka : 1 1002 π= . 12 π β 50 πΌπ = 150 + π ππ = π. π. (π β 50)
14
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
π΄πππ‘ = 100. π π = 75 ππ 10. Jika s < π β mm, maka : π β π 1 β= cos πΌ 1 π = .β 6 1 πΌπ = 200 β . π 3 π β π π‘ ππ = π. π. 2 π΄πππ‘ = β. π Jika s > π β mm, maka : 1 1002 π= . 12 π β π π‘ β 50 cos πΌ πΌπ = 150 + π ππ = π. π. (π β π π‘ β 50. cos πΌ) π΄πππ‘ = 100. π π = 75 mm Maka gaya resultannya adalah πΉπ = ππ . π΄πππ‘ 11. Jika πΌ = 90π , maka : π=0 πΌπ = 150 πΉππ = π. π. (π β π π‘ ). (100. π)
15
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
III.6 DATA PERCOBAAN Angle
πΌ (0) 0 Lever arm I (mm) 150
Lowest Water level π π‘ (mmWC)
Highest Water Level π β (mmWC)
0
100
Timbangan πΉπΊ (N)
Water Level s (mm)
πΌπ· (π)
Resultan πΉπ· (N)
Momen
1
48
0.1840
0.8483
0.1561
150
1.5
58
0.1807
1.2385
0.2238
150
2.5
78
0.1740
2.2400
0.3898
150
3.5
92
0.1693
3.1162
0.5277
150
5.5
120
0.1619
5.1503
0.8339
150
8
154
0.1580
7.6518
1.2091
Angle
πΌ (0) 30 Lever arm I (mm) 150
Lowest Water level π π‘ (mmHOW)
Highest Water Level π β (mmHOW)
24
114
Timbangan πΉπΊ (N)
Water Level s (mm)
πΌπ· (ππ)
Resultan πΉπ· (N)
Momen
1
70
0.1767
0.8989
0.1588
150
1,5
82
0.1727
1.4290
0.2467
150
2,5
98
0.1673
2.3262
0.3892
150
3,5
114
0.1655
3.4360
0.5685
150
5,5
140
0.1599
5.3489
0.8554
150
8
176
0.1566
7.9976
1.2527
16
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
CEK KESETIMBANGAN MOMEN BEBAN = MOMEN AIR Angle πΌ (0)= 0 MOMEN AKIBAT BEBAN
MOMEN AKIBAT AIR
0.15
0.1561
0.225
0.2238
0.375
0.3898
0.525
0.5277
0.825
0.8339
1.2
1.2091
Angle πΌ (0) = 30 MOMEN AKIBAT BEBAN
MOMEN AKIBAT AIR
0.15
0.1588
0.225
0.2467
0.375
0.3892
0.525
0.5685
0.825
0.8554
1.2
1.2527
III.7 CONTOH PERHITUNGAN ο·
Untuk Ξ± = 00 dan S < 100
-
ID = 200 -3 . π
1 1
ID = 0,2 - 3 . 0.048 ID = 0,1840 m -
A = s.b A = 0,048 . 0,075 A = 0.0036 m2
-
π
Pc = Ο.g.2
17
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
Pc = 1000. 9,8.
0,048 2
Pc = 235.632 Pa -
FD = Pc.A FD = 235.632 x 0.0036 FD = 0.1561 N
ο·
Untuk Ξ± = 00 dan S > 100
-
e = 12 . π β50
1 1
0,01
0,01
e = 12 . 0,12β0,05 e = 0.0119 -
ID = 150 + e ID = 0,150 + 0.0119 ID = 0,1619 m
-
A = 100.b A = 0,1 . 0,075 A = 7,5x10-3 m2
-
PC = Ο.g.(s β 50) PC = 1000. 9,8. (0.12 β 0,05) PC = 686.7 Pa
-
FD = Pc.A FD = 686.7 x 0.0075 FD = 0.8339 N
ο·
Untuk Ξ± > 00 dan S < Sh
-
ID = 200 - 3 . π
1
1
ID = 0,2 - 3 . 0,07 ID = 0,1767 m -
A = s.b A = 0,07 . 0,075
18
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
A = 0.00398 m2 -
Pc = Ο.g.
πβππ‘ 2
Pc = 1000. 9,8.
0,07β0,024 2
Pc = 225.63 Pa -
FD = Pc.A FD = 225.63 x 0.00398 FD = 0.8989 N
ο·
Untuk Ξ± > 00 dan S > Sh
-
e = 12 . πβππ‘
1
0,01
πΆππ β
1
β50 0,01
e = 12 . 0,14β0,024 πΆππ 30
β0,05
e = 0,0099 -
ID = 150 + e ID = 0,15 + 0.0099 ID = 0,1599 m
-
A = 100.b A = 0,1. 0,0075 A = 7,5x10-3 m2
-
Pc = Ο.g. (S-St-50.CosΞ±) Pc = 1000. 9,8. (0,14-0,024-0.05.Cos 300) Pc = 713.187 Pa
-
FD = Pc.A FD = 713.187 x 7,5x10-3 FD = 0.8554 N
19
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
III.8 KESIMPULAN 1.
Andriansyah Ramadhany Saputra (25-2015-049) Gaya yang dilakukan beban (Fg ) bisa menahan atau mengimbangi gaya tekanan hidrostatik sebesar Fp dengan jarak lD terhadap titik O.
2.
Luthfi Auliaur Rahman (25-2015-050) Semakin besar nilai timbangan maka water level pun akan semakin besar.
3.
Naufan Muhammad Pasya (25-2015-051) Apabila water level s semakin besar, maka nilai ID semakin kecil.
4.
Bizantio Wiranta Ranadipura (25-2015-052) Makin besar nilai s (water level) maka hasil perhitungan dari e, Pc, A, dan Fp juga akan makin besar.
5.
Fariza Alfiani (25-2015-053) Tekanan pun dipengaruhi oleh besarnya gaya gravitasi juga rapat jenis cairan yang dimasukkan serta tinggi air terhadap permukaan air.
6.
Khoirunnisa Nur Alifah (25-2015-054) Tekanan hidrostatis adalah besarnya suatu tekanan pada zat cair yang dipengaruhi oleh massa jenis zat cair, kedalaman zat cair dan percepatan gravitasi.
7.
Muhammad Syahrul Hadiana (25-2015-055) Berdasarkan percobaan, kesetimbangan momen benda dengan momen benda di air bisa dikatakan sama karena perbedaan pembulatan.
8.
Kamila Khalishah (25-2015-057) Faktor yang mempengaruhi tekanan hidrostatik adalah kedalaman zat cair dan massa jenis zat cair itu sendiri.Dimana tekanan hidrostatik berbanding lurus dengan kedalamannya (h) dan massa jenis zat cairnya (Ο).
III.9 DOKUMENTASI
20
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
BAB IV TINGGI METACENTRUM BENDA APUNG IV.1
IV.2
IV.3
MAKSUD ο
Untuk mengetahui cara kerja alat Metacentric Height Apparatus.
ο
Mengetahui menghitung tinggi metacentric.
TUJUAN 1.
Mahasiswa mengerti tentang tinggi metacentric.
2.
Mahasiswa dapat menghitung tinggi metacentric.
ALAT DAN BAHAN 1.
Satu set alat Metacentric Height Apparatus.
Gambar 4. Metacentric Height Apparatus
IV.4
DASAR TEORI Stabilitas Benda Terapung : 1.
Stabil jika zm> 0
2.
Tidak stabil jika zm< 0
21
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
Persamaan β persamaan yang digunakan : ππ = π₯π . πππ‘ πΌ ππ =
πβ . π₯ = 0.055π₯ π + πv + πβ
ππ =
ππ£ . π₯ + (π + πβ ). π§π = 5.364 + 0.156π§ π + πv + πβ
ππ₯π π₯π = ππΌ πΌ
IV.5
PROSEDUR PELAKSANAAN 1.
Isi bak dengan air sesuai kebutuhan
2.
Siapkan benda apung
3.
Tentukan nilai x
4.
Tentukan nilai z sesuai petunjuk asisten
5.
Masukkan benda apung ke dalam bak, amati yang terjadi
6.
Ukur sudut derajat kemiringan benda apung
7.
Lakukan prosedur ini dengan nilai 0,5 cm hingga 4 cm
22
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
IV.6
DATA PERCOBAAN Pengukuran 1 x = 1cm
xs= 0.055 cm Kondisi
a (0)
zs (cm)
zm (cm)
π
ππ π
πΆ
Pengamatan
3
40
5.832
0.787
0.014
Stabil
6
50
6.300
0.629
0.011
Stabil
9
50
6.768
0.629
0.011
Stabil
12
90
7.236
0.347
0.006
Stabil
15
200
7.704
0.151
0.003
Stabil
18
290
8.172
0.099
0.002
Stabil
z (cm)
Grafik hubungan antara
ππ₯π
dengan zs
ππΌ
9.000 8.000 7.000 6.000 y = -1780.1x2 - 147.8x + 8.2899
5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 0.000 0.000
0.002
0.004
0.006
23
0.008
0.010
0.012
0.014
0.016
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
Pengukuran 2 x = 2cm
xs= 0.11 cm Kondisi
a (0)
zs (cm)
zm (cm)
π
ππ π
πΆ
Pengamatan
3
50
5.832
1.257
0.022
Stabil
6
60
6.300
1.047
0.018
Stabil
9
80
6.768
0.783
0.014
Stabil
12
140
7.236
0.441
0.008
Stabil
15
220
7.704
0.272
0.005
Stabil
18
300
8.172
0.191
0.004
Stabil
z (cm)
Grafik hubungan antara
ππ₯π ππΌ
dengan zs
9.000 8.000
7.000 6.000 5.000
y = 2088x2 - 168.19x + 8.5952
4.000 3.000 2.000 1.000 0.000 0.000
0.005
0.010
24
0.015
0.020
0.025
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
Pengukuran 3 x = 3 cm
xs= 0.165 cm Kondisi
a (0)
zs (cm)
zm (cm)
π
ππ π
πΆ
Pengamatan
3
60
5.832
1.670
0.028
Stabil
6
90
6.300
1.042
0.018
Stabil
9
120
6.768
0.776
0.014
Stabil
12
170
7.236
0.540
0.010
Stabil
15
250
7.704
0.354
0.007
Stabil
18
320
8.172
0.264
0.005
Stabil
z (cm)
Grafik hubungan antara
ππ₯π ππΌ
dengan zs
9.000 8.000
7.000 6.000 5.000
y = 4029.8x2 - 231.13x + 9.153
4.000 3.000 2.000 1.000 0.000 0.000
0.005
0.010
25
0.015
0.020
0.025
0.030
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
IV.7
CONTOH PERHITUNGAN Pengukuran Tabel Pertama : Xs
= 0.055 Γ X = 0.055 Γ 1 = 0.055 cm
Zs
= 5.364 + 0.156 Z = 5.364 + 0.156 (3) = 5.832 cm
Zm
= Xs Γ cotπΌ = 0.055Γ cot 40 = 0.787 cm
dxs/ dπΌ
= Xs / πΌ = 0.055 / 4 = 0.014 cm
Pengukuran Tabel Kedua : Xs
= 0.055 Γ X = 0.055 Γ 2 = 0.11 cm
Zs
= 5.364 + 0.156 Z = 5.364 + 0.156 (6) = 6.300 cm
26
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
Zm
= Xs ΓcotπΌ = 0.11 Γcot 60 = 1.047 cm
dxs/ dπΌ
= Xs / πΌ = 0.11 / 6 = 0.018 cm
Pengukuran Tabel Ketiga : Xs
= 0.055 Γ X = 0.055 Γ 3 = 0.165 cm
Zs
= 5.364 + 0.156 Z = 5.364 + 0.156 (12) = 6.768 cm
Zm
= Xs Γ cotπΌ = 0.165Γ cot 120 = 0.776 cm
dxs/ dπΌ
= Xs / πΌ = 0.165/ 12 = 0.014 cm
27
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
IV.8
KESIMPULAN 1.
Andriansyah Ramadhany Saputra (25-2015-049) Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa semain tinggi beban vertical dari dasar dan semakin jauh beban horizontal dari titik 0 (tengah-tengah) benda apung. Benda kemiringan yang diterima akan lebih besar daripada beban yang berada di dasar benda apung dan berada di tengah-tengah benda apung dengan kondisi dan besar beban yang sama.
2.
Luthfi Auliaur Rahman (25-2015-050) Jika nilai Zm lebih dari nol maka benda tersebut stabil sebaliknya jika kurang dari nol maka benda tersebut tidak stabil dan hasil percobaan menunjukan kondisi yang stabil
3.
Naufan Muhammad Pasya (25-2015-051) Apabila jarak titik metacentrum di atas titik pusat berat, maka benda stabil karena ada gaya apung yang menimbulkan momen untuk mengembalikan benda pada kedudukan semula dan stabil.
4.
Bizantio Wiranta Ranadipura (25-2015-052) Kestabilan suatu benda terapung dipengaruhi oleh titik berat dan tinggi metacentrumnya..
5.
Fariza Alfiani (25-2015-053) Sudut atau angle berpengaruh pada tinggi metacentrum yang apabila semakin besar sudutnya maka semakin kecil tinggi metasentrum (Zm), yang juga dapat menentukan benda tersebut tenggelam atau terapung.
6.
Khoirunnisa Nur Alifah (25-2015-054) Semakin besar sudut maka tinggi metasentrum (Zm) semakin kecil. Pada hasil praktikum Zm yang didapat adalah Zm > 0, itu berarti bahwa kondisi pengamatan stabil.
7.
Muhammad Syahrul Hadiana (25-2015-055) Semakin jauh jarak antara titik metacentrum dengan titikberat benda maka benda semakin tidak stabil.
28
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
8.
Kamila Khalishah (25-2015-057) Nilaixs, z dan πΌ akan mempengaruhi hasil zm dan dxs/dπΌ (stability gradient). Semakin besar nilai z dan πΌ maka semakin kecil zm dan stability gradientnya. Nilai zm juga menentukan kondisi stabilitas benda.
IV.9
DOKUMENTASI
29
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
BAB V DIMENSI PIPA
V.1
MAKSUD ο
Untuk mengetahui penggunaan alat ukur jangka sorong dan mengetahui dimensi pipa.
V.2
TUJUAN 1.
V.3
V.4
Mahasiswa dapat mengerti cara dan penerapan pengukuran pipa.
ALAT DAN BAHAN 1.
Pita Ukur
2.
Jangka Sorong
PROSEDUR PELAKSANAAN 1.
Persiapkan alat alat yang digunakan.
2.
Ukurdenganmenggunakanjangkasorong,
diameter
dalam
pipa
dan
diameter luar pipa. 3.
Ukur jarak tiap segmen dengan menggunakan pita ukur, yaitu jarak bak udik dan bak hilir, bak dan ambang ukur Thompson, sambungan pipa pada piezometer.
V.5
DATA PERCOBAAN Pipa Warna
: Biru
Hulu - 4
Panjang (m) 0.07
D luar (m) 0.03215
D dalam (m) 0.0254
A (m2) 0.0005
P (m) 0.0798
0.00635
4 - 4E
4.635
0.03215
0.0254
0.0005
0.0798
0.00635
4E - 4D
0.2
0.03215
0.0254
0.0005
0.0798
0.00635
4D - 4C
0.93
0.03215
0.0254
0.0005
0.0798
0.00635
Segmen
30
R
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
V.6
4C - 4B
0.44
0.03215
0.0254
0.0005
0.0798
0.00635
4B - 4A
0.388
0.03215
0.0254
0.0005
0.0798
0.00635
4A - Hilir
0.15
0.03215
0.0254
0.0005
0.0798
0.00635
Segmen
Tinggi (m)
Hulu
68,942
4
68,142
4E
66,417
4D
89,692
4C
92,067
4B
71,017
4A
68,267
Hilir
68,585
CONTOH PERHITUNGAN A = 1β4 π₯ π π·πππππ 2 = 1β4 π π₯ 0.032152 = 0.0005 m2 P = π π₯ π·πππππ = π x 0.03215 = 0.0798 m R=
V.7
π΄ π
=
0.0005 0.0798
= 0.00635 m
KESIMPULAN 1.
Andriansyah Ramadhany Saputra (25-2015-049) Dengan
memahami
penggunaan
jangka
sorong,
kita
dapat
mengidentifikasi diameter suatu pipa. 2.
Luthfi Auliaur Rahman (25-2015-050) Pengukuran dimensi pipa harus detail, maka pembacaan alat ukur harus teliti.
3.
Naufan Muhammad Pasya (25-2015-051) Diameter
pipa
berpengaruh
terhadap
mempengaruhi karakteristik debit aliran. 31
panjang
pipa
dan
dapat
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
4.
Bizantio Wiranta Ranadipura (25-2015-052) Dengan pemahaman penggunaan jangka sorong, kita dapat mengetahui dimensi pipa.
5.
Fariza Alfiani (25-2015-053) Dari hasil pengukuran dapat kita cari luas dari pipa tersebut selain itu juga kita bisa mencari perimeter basah dan juga jari-jari hidrauliknya. Dalam percobaan ini bisa terjadi faktor-faktor kesalahannya juga, seperti pembacaan alat ukur yang tidak teliti.
6.
Khoirunnisa Nur Alifah (25-2015-054) Dengan menggunakan jangka sorong kita bisa mengukur berapa dimensi pipa dengan ketelitian 0,1 m.
7.
Muhammad Syahrul Hadiana (25-2015-055) Jarak Segmen yang diukur yaitu jarak bak udik dan bak hilir, bak dan ambang ukur Thompsom, sambungan pipa pada piezometer.
8.
Kamila Khalishah (25-2015-057) Dengan mengetahui ukuran diameter pipa kita bisa menghitung nilai P,R dan mengetahui luas pipa yang akan mempengaruhi aliran debit. Bagian yang diukur dengan jangka sorong yaitu diameter dalam pipa dan diameter luar pipa.
V.8
DOKUMENTASI
32
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
BAB VI DEBIT AIR
VI.1
MAKSUD Untuk mengkalibrasi koefisien ambang ukur Thompson.
VI.2
TUJUAN 1.
Mahasiswa dapat mengukur debit dengan menggunakan ambang ukur Thompson.
2.
Mahasiswa dapat menghitung koefisien debit dan debit dengan persamaan Thompson.
VI.3
VI.4
ALAT DAN BAHAN 1.
Bak ukur debit dengan ambang Thompson.
2.
Stopwatch.
3.
GelasUkur.
4.
Ember.
DASAR TEORI 1.
Ambang Ukur Thompson Ambang ukur Thompson merupakan salah satu ambang ukur yang ada. Bentuk ambang ukur menyerupai huruf βVβ dengan sudutnya sebesar 90Β°. Persamaan Thompson yang dipergunakan adalah : 5 1 π = πΆ. tan πΌ β2 2
Dimana :
h = tinggi air pada ambang Ξ± = 90Β° C = koefisien Thompson = 1,39 Q = debit aliran (m3/s)
2.
Debit Aliran
33
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
Jumlah zat cair yang mengalir melalui tampang lintang aliran tiap satu satuan waktu disebut debit aliran (Q). Debit aliran biasanya diukur dalam volume zat cair tiap satuan waktu, sehingga satuannya adalah meter kubik per detik (m3/s) atau satuan lain (liter/detik, liter/menit, dan sebagainya). Didalam zat cair ideal, dimana tidak terjadi gesekan, kecepatan aliran v adalah sama disetiap titik pada tampak lintang. Apabila tampang aliran tegak lurus pada arah aliran adalah A, maka debit aliran diberikan oleh bentuk berikut : π = π΄. π£ Apabila zat cair tidak kompresibel mengalir secara kontinyu melalui pipa atau saluran terbuka, dengan tampang aliran konstan maupun tidak konstan, maka volume zat cair yang lewat tiap satuan waktu adalah sama disetiap penampang. Keadaan ini disebut dengan Hukum Kontinuitas aliran zat cair. π£1 . π΄1 = π£2 . π΄2 atau π = π΄. π£ adalah konstan. VI.5
PROSEDUR PELAKSANAAN 1.
Siapkan Stopwatch dan ember.
2.
Setelah aliran stabil, tampung air pada ember secukupnya dan catat waktu di Stopwatch.
3.
Ukur banyaknya air yang ditampung tadi dengan menggunakan gelas ukur, catat hasilnya.
4.
Hitung debit dan hitung koefisien Thompson yang terjadi.
5.
Bandingkan dengan angka yang ditentukan.
6.
Lakukan prosedur ini beberapa kali sehingga diperoleh angka yang mendekati dengan toleransi < 5%.
7.
VI.6
Ukur tinggi zat cair pada masing - masing piezometer.
DATA PERCOBAAN Koefisien Ambang Ukur Thompson
34
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
1.
hawal
= 10.24 cm
2.
hakhir
= 15.51 cm
3.
βh
= 5.27 cm
Volume
Waktu
Q
(m3)
(dt)
(m3/dt)
1
0.00085
1.47
0.000578 0.000388
1.491
7.25
2
0.00074
1.19
0.000622 0.000388
1.603
15.33
3
0.00088
1.22
0.000721 0.000388
1.860
33.78
4
0.00086
1.47
0.000585 0.000388
1.508
8.51
5
0.00090
1.54
0.000584 0.000388
1.507
8.39
6
0.00072
1.13
0.000637 0.000388
1.643
18.18
7
0.00080
1.28
0.000625 0.000388
1.611
15.92
8
0.00066
1.18
0.000559 0.000388
1.442
3.74
9
0.00096
1.31
0.000733 0.000388
1.889
35.92
10
0.00064
1.00
0.000640 0.000388
1.650
18.70
11
0.00082
1.25
0.000656 0.000388
1.691
21.67
12
0.00080
1.22
0.000656 0.000388
1.691
21.62
13
0.00084
1.15
0.000730 0.000388
1.883
35.47
14
0.00076
0.96
0.000792 0.000388
2.041
46.83
15
0.00090
0.94
0.000957 0.000388
2.468
77.58
Percobaan
βh5/2
Cp
Toleransi C (%)
Data Tinggi Piezometer Segmen
Tinggi Awal (m)
Tinggi Akhir (m)
Tinggi Rerata (m)
Hulu
1.650
1.650
1.650
4
1.447
1.335
1.391
4e
1.104
1.105
1.105
4d
0.917
0.919
0.918
4c
0.854
0.855
0.855
35
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
VI.7
4b
0.778
0.769
0.774
4a
0.563
0.563
0.563
CONTOH PERHITUNGAN Percobaan ke-8
VI.8
ο·
Volume
= 680 ml
ο·
dt
= 1.18 s
ο·
βh
= 4.32 cm
= 0.0432 m
ο·
βh5/2
= 0.04325/2
= 3.88 x 10-4 m
ο·
Q
= V/dt
= 680 x 10-6 / 1.18 = 5.76 x 10-4 m3/s
ο·
Cp
= Q / βh5/2
= 5.76 x 10-4 / 3.88 x 10-4 = 1.486 m2/s
ο·
CToleransi
=
= 680 x 10-6 m3
πΆβ1.39 1.39
Γ 100 %
=
1.486β1.39 1.39
Γ 100 %
= 6.88 %
KESIMPULAN 1.
Andriansyah Ramadhany Saputra (25-2015-049) Seperti kita tahu bahwa pada persamaan Thompson, semakin tinggi volume air pada ambang akan mempengaruhi debit suatu aliran.
2.
Luthfi Auliaur Rahman (25-2015-050) Nilai debit dapat mempengaruhi koefisien ambang Thompson (C).
3.
Naufan Muhammad Pasya (25-2015-051) Selain debit, koefisien ambang Thompson juga dipengaruhi oleh perubahan ketinggian.
4.
Bizantio Wiranta Ranadipura (25-2015-052) Semakin kecil nilai delta h maka semakin besar nilai koefisiennya begitu pula sebaliknya.
5.
Fariza Alfiani (25-2015-053) Syarat untuk nilai toleransi C adalah β€5% dan diperoleh satu nilai yang menghasilkan angka β€5% yaitu toleransi C8 sebesar 3.74
6.
Khoirunnisa Nur Alifah (25-2015-054)
36
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
Kesalahan yang terjadi pada percobaan yang lainnya disebabkan oleh faktor saat melakukan pengukuran yang kurang teliti. 7.
Muhammad Syahrul Hadiana (25-2015-055) Faktor toleransi harus β€5% sebab merupakan ketelitian praktikan saat pengukuran.
8.
Kamila Khalishah (25-2015-057) Nilai koefisien C dipengaruhi oleh debit dan perubahan ketinggi (delta h). Semakin mendekati nilai koefisien Thompson yaitu 1.39 semakin kecil nilai toleransi yang diperoleh.
VI.9
DOKUMENTASI
37
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
BAB VII GARIS ENERGI
VII.1 MAKSUD ο
Untuk mengetahui besarnya garis energi serta besarnya kehilangan energi yang terjadi pada sistem perpipaan.
VII.2 TUJUAN 1.
Mahasiswa mengerti tentang garis energi.
2.
Mahasiswa dapat menghitung persamaan garis energi.
3.
Mahasiswa dapat menghitung kehilangan energi pada sistem perpipaan.
VII.3 ALAT DAN BAHAN 1.
Piezometer.
2.
Data-data yang ada.
3.
Hasil perhitungan sebelumnya.
VII.4 DASAR TEORI Garis Energi Garis Energi adalah pernyataan grafis dari energi tiap bagian energi total terhadap suatu data yang dipilih sebagai suatu harga linier dalam meter fluida, dapat digambarkan pada tiap bagian yang mewakilinya dan garis yang diperoleh dengan cara tersebut akan miring dalam arah aliran. Hukum Bernoulli Hukum ini merupakan penerapan prinsip kekekalan energi. Dimana energi tidak dapat diciptakan ataupun dihilangkan, melainkan dapat dirubah kebentuk lain. Di dalam hukum Bernoulli ini selalu ada kehilangan energi. Persamaan yang digunakan :
38
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215 π£12 π1
π£2
π
+ +π§ = 2π2 + ππ2 + π§2 + βπ» 2π ππ 1 Dimana :
p
= tekanan air
πΊ
= kerapatan air (kg/π3 )
βπ»
= kehilangan energi (m)
v
= kecepatan aliran (m/dt)
g
= percepatan gravitasi (m/ππ‘ 2 )
p/ππ
= tinggi tekan
v2/2g = tinggi kecepatan z
= tinggi tempat (m)
Persamaan Chezy Persamaan Cheezy adalah sebagai berikut : V = C . βπ
. πΌ Dimana :
V = kecepatan aliran (m/dt) C = koefisien Chezy R = jari-jari hidraulik (m) I = kemiringan garis energi
Persamaan Darcy-Weishbach Persamaan Darcy-Weishbach untuk kehilangan energi adalah sebagai berikut: βπ» = Dimana :
π. πΏ. π 2 2. π. π·
Ξπ»
= kehilangan energi
π
= koefisien tak berdimensi
39
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
V
= kecepatan aliran
g
= percepatan gravitasi (m/ππ‘ 2 )
D
= diameter pipa (m)
L
= panjang pipa (m)
VII.5 DATA PERCOBAAN Metode Bernoulli Segmen
v (m/s)
v2/2.g (m)
p/π.g (m)
H (m)
βH (m)
Hulu-4
1.118
6.131
0.977
7.781
0.203
4-4E
1.118
6.131
0.782
7.578
0.230
4E-4D
1.118
6.131
0.569
7.348
0.187
4D-4C
1.118
6.131
0.150
7.162
0.063
4C-4B
1.118
6.131
0.063
7.098
0.081
4B-4A
1.118
6.131
0.192
7.017
0.211
4A-Hilir
1.118
6.131
0.009
6.807
6.807
Metode Darcy-Weisbach Segmen
I
C
π
βH (m)
Hulu-4
2.893
8.249
1.153
0.203
4-4E
0.050
62.982
0.020
0.230
4E-4D
0.933
14.529
0.372
0.187
4D-4C
0.068
53.692
0.027
0.063
4C-4B
0.184
32.699
0.073
0.081
4B-4A
0.543
19.048
0.216
0.211
4A-Hilir
45.379
2.083
18.093
6.807
VII.6 CONTOH PERHITUNGAN Segmen Hulu-4
40
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
Metode Bernoulli π
5.59 π₯ 10β4
ο
v=π΄=
ο
v2/(2.g) = 1.1182/(2Γ9.8) = 6.131 m
ο
p/(π. π) = tinggi piezometer β tinggi pipa + Β½ Dluar
0.0005
= 1.118 m/s
= 1.650 β 0.68942 + (Β½ x0.03215) = 0.977 m ο
= tinggi piezometer + v2/(2.g)
H
= 1.650 + 6.131 = 7.781 m ο
βH
= Hsebelum-Hsetelah = 7.781-7.578 = 0.203 m
Metode Darcy-Weisbach ο
I = βH/L = 0.230/0.07 = 2.893
ο
C = β(π
ΓπΌ) = β(0.00635Γ2.893) = 8.249
ο
Ξ»=
ο
βH =
π£
8Γπ πΆ2
1.118
=
8Γ9.81 8.2492
Ξ»ΓLΓv2 2ΓπΓπ·
=
= 1.153
1.153Γ0.07Γ1.1182 2Γ9.81Γ0.03215
= 0.203 m
VII.7 KESIMPULAN 1.
Andriansyah Ramadhany Saputra (25-2015-049) Kehilangan energi dipengaruhi oleh kecepatan aliran, koefisien, gravitasi, dan dimensi pipa.
2.
Luthfi Auliaur Rahman (25-2015-050) Besarnya kehilangan energi pada persamaan Darcy Weisbach ditentukan oleh koefisien tak berdimensi, panjang pipa, diameter pipa, dan kecepatan aliran.
3.
Naufan Muhammad Pasya (25-2015-051)
41
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
Kecepatan didapat dari perbandingan debit pada percobaan bab VI dan luas pipa pada percobaan bab V . 4.
Bizantio Wiranta Ranadipura (25-2015-052) Garis energi dipengaruhi oleh diameter pipa dan kecepatan aliran.
5.
Fariza Alfiani (25-2015-053) Koefisien Chezy didapatkan untuk menentukan koefisen tak berdimensi pada persamaan Darcy Weisbach.
6.
Khoirunnisa Nur Alifah (25-2015-054) Semakin besar panjang dan kecepatan pipa semakin besar kemungkinan kehilangan energi yang dihasilkan.
7.
Muhammad Syahrul Hadiana (25-2015-055) Berdasarkan percobaan menggunakan persamaan Bernaulli maupun Darcy Weisbach, hasil percobaan memiliki nilai kehilangan energi yang sama berarti kedua persamaan tersebut bisa digunakan.
8.
Kamila Khalishah (25-2015-057) Besarnya garis energi dan besarnya kehilangan energi yang terjadi pada sistem perpipaan dapat diketahui apabila tinggi tekan dan kecepatan aliran besar.
VII.8 DOKUMENTASI
42
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
BAB VIII JENIS ALIRAN
VIII.1 MAKSUD ο
Mengetahui penggunaan alat Osborne Reynolds.
VIII.2 TUJUAN 1.
Dapat menggunakan alat Osborne Reynolds.
2.
Mengerti dan mengetahui aliran laminer dan turbulen.
VIII.3 ALAT DAN BAHAN 1.
Osborne Reynolds Demonstration Apparatus dan kelengkapannya.
2.
Tinta.
3.
Slang.
4.
Air.
5.
Stop Wacth.
6.
Thermometer.
Gambar 9.1 Osborne Reynolds Keterangan Gambar : 43
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
1.
Base plate
2.
Water reservoir
3.
Flow optimised inflow
4.
Aluminium well
5.
Metering tap
6.
Brass inflow tip
7.
Overflow section
8.
Test pipe section
9.
Ball block
10. Connection for water supply
11. Waste water discharge
12. Drain cock
13. Control valve
14. Lid
15. O-ring
VIII.4 DASAR TEORI Hukum Newton Tentang Kekentalan Zat Cair Kekentalan zat cair menyebabkan terbentuknya gaya-gaya geserantara duaelemenzat cair. Keberadaan kekentalan inimenyebabkan terjadinya kehilangan tenaga selama pengaliran atau diperlukannya energi untuk menjamin adanya pengaliran. Hukum Newton tentang kekentalan menyatakan bahwa tegangan geser antara dua partikel zat cair yang berdampingan adalah sebanding degan perbedaan kecepatan dari kedua partikel (gradien kecepatan).
Hukum Newton Tentang Kekentalan Zat Cair Aliran viskositas dapat dibedakan menjadi 2 tipe yaitu aliran laminer dan aliran turbulen. Dari percobaan Osborne Reynolds dapat disimpulkan bahwa aliran laminer pada kecepatan kecil, pencampuran tidak terjadi dan partikel - partikel zat cair bergerak dalam lapisan - lapisanyang sejajar,dan menggelincir terhadap lapisan di samppingnya. Sedangkan aliran turbulen bahwa kecepatan lebih besar, warna menyebar pada seluruh penampangnya pipadan terlihat bahwa percampurandaripartikel-partikel zat cair terjadi. Reynoldsmenunjukkan bahwa aliran dapat diklasifikasikan berdasarkan
44
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
suatu angka tertentu. Angka tersebut diturunkan dengan membagi kecepatan aliran di dalam pipa dengan angka Reynolds. Angka Reynolds mempunyai bentuk berikut ini : Re = (vΓD) / Ξ½ D = 1 cm = 0.01 m Ξ½ = 9.14 Γ 10-7 m2/s ο T = 24oC
Re<2300
Re=2300
Re>2300
Laminar
Critical
Turbulent
VIII.5 PROSEDUR PELAKSANAAN 1.
Isi tabung tinta dengan tinta yang sudah dicampur dengan air.
2.
Tempatkan alat diatas Hydraulic Bench.
3.
Hubungkanslang inlet ke pipa inlet.
4.
Alirkan air dari pipa inlet untuk mengisi water reservoir hingga ketinggian di atas flow-optimised inflow.
5.
Buka kran pembuangan dan pastikan aliran air stabil.
6.
Buka kran pipa tinta, atur supaya tidak terlalu banyak.
7.
Atur kran inflow dan kran pembuangan hingga diperolehjenis aaliranyang ditunjukkan oleh perilaku tinta di tabung pengamataan.
8.
Ukur volume air yang melalui pembuangan dan catat waktunya menggunakan stop watch.
9.
Lakukan percobaan ini beberapa kali. 45
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
10. Ukur suhu air pada saat percobaan.
VIII.6 DATA PERCOBAAN Suhu air saat percobaan T = 24oC Viskositas Zat Cari (Ξ½) = 9.14 Γ 10-7 m2/s
Jenis Aliran (Pengamatan)
V (m3)
t (s)
Q (m3/s)
5.4 x 10-5
9.00
6 x 10-6
Turbulen
9.10 x 10-5
3.19
2.85 x 10-5
Laminer
2.40 x 10-5
12.03
2x 10-6
Turbulen
5.90 x 10-5
3.28
1.8 x 10-5
Laminer
1.80 x 10-5
11.00
1.64 x 10-6
Critical
v (m/s) 0.0764
Q
0.0254
0.0208
= V/t = 2.85 x 10-5 m3/s
A
= ΒΌ x Ο x D2 = ΒΌ x Ο x (0.01)2 = 7.8540 x 10-5 m2
ο
v
= Q/A = 2.85 x 10-5 / 7.8540 x 10-5 = 0.3634 m/s
ο
Re = (v Γ D) / Ξ½ = (0.3634 Γ 0,01) / 9.14 Γ 10-7 = 3975.9 Re < 2300 maka jenis alirannya adalah laminar.
VIII.8 KESIMPULAN 46
(Perhitungan)
836.2 Laminer
278.1 Laminer
0.2291 2507.0 Turbulen
= 9.10 x 10-5/ 3.19 ο
Jenis Aliran
0.3634 3975.9 Turbulen
VIII.7 CONTOH PERHITUNGAN ο
Re
228.1 Laminer
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
1.
Andriansyah Ramadhany Saputra (25-2015-049) Pengunaan alat Osborne Reynolds dapat mengetahui suatu jenis aliran.
2.
Luthfi Auliaur Rahman (25-2015-050) Jenis aliran air terdiri dari laminar, transisi atau kritikal dan turbulen. Jenis-jenis aliran tersebut dipengaruhi oleh debit air.
3.
Naufan Muhammad Pasya (25-2015-051) Apabila bilangan reynoldnya kurang atau sama dengan 2300 maka termasuk jenis aliran laminer, apabila bilangan reynold sama dengan 2300 maka termasuk jenis aliran critical, dan apabila lebih dari 2300 bilangan reynoldnya maka termasuk jenis aliran turbulen.
4.
Bizantio Wiranta Ranadipura (25-2015-052) Jenis-jenis aliran tersebut menyebabkan terbentuknya gaya geser antara dua elemene zat cair yang dsebabkan oleh kekentalan zat cair tersebut.
5.
Fariza Alfiani (25-2015-053) Jika kekentalan suatu zat sangat kecil maka kemungkinan besar aliran tersebut turbulen.
6.
Khoirunnisa Nur Alifah (25-2015-054) Selain kekentalan suatu zat, kecepatan aliran dan diameter pipa juga menentukan jenis aliran tersebut.
7.
Muhammad Syahrul Hadiana (25-2015-055) Diameter pipa dan kecepatan aliran yang besar menghasilkan bilangan Reynolds besar.
8.
Kamila Khalishah (25-2015-057) Berdasarkan
percobaan
pertama
jenis
aliran
pengamatan
dan
perhitungan berbeda hal ini disebabkan sulitnya melihat perbedaan antara aliran laminar dengan aliran transisi secara visual. Namun secara perhitungan dapat ditentukan jenis aliran tersebut.
VIII.9 DOKUMENTASI
47
LABORATORIUM MEKANIKA FLUIDA FTSP β JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL Jln. PKH. Mustofa No.23 Bandung β 40124 Telp.022 β 7272215
BAB VII
VIII.10
MAKSUD
VIII.11
TUJUAN
VIII.12
ALAT DAN BAHAN
VIII.13
DASAR TEORI
VIII.14
PROSEDUR PELAKSANAAN
VIII.15
DATA PERCOBAAN
VIII.16
CONTOH PERHITUNGAN
VIII.17
KESIMPULAN
VIII.18
DOKUMENTASI
48