STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA UPTD PUSKESMAS DTP MAMPU PONED CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA - PROVINSI JAWA BARAT STATUS DOKUMEN
SOP PENATALAKSANAAN VERTIGO TANGGAL
DIBUAT
DIPERIKSA
29 Oktober 2016
BP UMUM
MANAGEMENT REPRESENTATIVE
STAMP / STEMPEL
dr. Santi Padmasari
Ai. Kurniawati Sip
DISETUJUI KEPALA UPTD PUSKESMAS DTP MAMPU PONED CIBEUREUM
drg. Titin Hajari
NIP. 198504192011012005 NIP. 196504151986032015 NIP. 197711222003122006
PERINGATAN !
Perlindungan Hak Cipta. Tidak sebagian pun dari terbitan ini dapat digandakan, disimpan dalam sistem yang diperbaiki, dipindahkan dalam bentuk, atau dengan cara apapun; baik elektronik, mekanik, photocopy, dicatat atau lainnya; terutama tanpa izin tertulis dari Management Representative
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) UPTD PUSKESMAS DTP MAMPU PONED CIBEUREUM – KOTA TASIKMALAYA PENATALAKSANAAN VERTIGO PKMCBR/P.01/BPU Jl. KH. Khoer Afandi No. 121 Kel. Kotabaru Kec. Cibeureum Kota Tasikmalaya - Jawa Barat Phone : (0265) 341055 Email :
[email protected] –
RIWAYAT PERUBAHAN DOKUMEN No.
Bagian
Perubahan
No. Rev
NOMOR SOP
Tgl. Rev
PKMCBR/P.01/BPU
REVISI
00
TANGGAL BERLAKU
29 Oktober 2016
HALAMAN
1 dari 11
LOKASI SIMPAN
BP Umum & ISO
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) UPTD PUSKESMAS DTP MAMPU PONED CIBEUREUM – KOTA TASIKMALAYA PENATALAKSANAAN VERTIGO PKMCBR/P.01/BPU Jl. KH. Khoer Afandi No. 121 Kel. Kotabaru Kec. Cibeureum Kota Tasikmalaya - Jawa Barat Phone : (0265) 341055 Email :
[email protected] –
KETENTUAN DASAR NO DASAR HUKUM
A.
1.1. UU No 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, pasal 53 menyebutkan beberapa hak pasien, yakni hak atas informasi 1.2. UU no 29 tahun 2004tentang praktik kedokteran 1.3. UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pada pasal 4-8 disebutkan setiap orang berhak atas kesehatan; akses atas sumber daya; pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau
1.1. Pendidikan, minimal Profesi Kedokteran Umum;SPK, DIII Keperawatan, S.Kep, Ners.
1.4. Permenkes RI No. 5 tahun 2014 tentang praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer
1.5. Memiliki Jiwa Bertanggung Komitmen, dan Integritas
1.5. Permenkes RI No 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
1
KUALIFIKASI PELAKSANA
1.6. Keputusan bersama Menkes dan Kepala Badan Kepegawaian Negara No 733/MenkesSKB/IV/2002 dan No 10 tahun 2002 tentang pelaksanaan jabatan fungsional perawat dan angka kreditnya 1.7. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1280/Menkes/SK/X/2002 tentang petunjuk teknis jabatan fungsional perawat dan angka kreditnya
1.2. Berpengalaman minimal 2 tahun dibidang yang sama; 1.3. Memiliki STR (Surat Tanda Registrasi); 1.4. Memiliki Kemampuan komunikasi yang baik dan Asertif Jawab,
1.6. Memahami dan menguasai penggunaan sistem operasional komputer 1.7. Memiliki Kecermatan dan Ketelitian; 1.8. Menguasai Peraturan dan Undang Undang yang berkaitan dengan Pelayanan Kesehatan
–
DISAHKAN OLEH : KEPALA UPTD PUSKESMAS DTP MAMPU PONED CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA JAWA BARAT
drg. Titin Hajari NIP. 19771122 200312 2 006
PERALATAN PERLENGKAPAN 2.1. 2.2.
2
Alat Tulis Kantor Alat Diagnostik
PERINGATAN
PENCATATAN DAN PENDATAAN
3
Jika SOP ini tidak dijalankan sesuai Aturan yang berlaku, maka akan menyulitkan Pelayanan di Bidang atau Bagian Instansi yang membutuhkan.
3.1. Lampiran; 3.2. Arsip / Dokumen; 3.3. Standar Penulisan Huruf : Arial ;
4 5
ESTIMASI WAKTU PELAYANAN : 10 menit JENIS PELAYANAN
6
PENANGGUNG JAWAB
7
PETUGAS
BIAYA : Tidak / Ditetapkan RETRIBUSI NON RETRIBUSI KEPALA UPTD PUSKESMAS DTP MAMPU PONED CIBEUREUM DOKTER UMUM , PERAWAT
NOMOR SOP
PKMCBR/P.01/BPU
REVISI
00
TANGGAL BERLAKU
29 Oktober 2016
HALAMAN
2 dari 11
LOKASI SIMPAN
BP Umum & ISO
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) UPTD PUSKESMAS DTP MAMPU PONED CIBEUREUM – KOTA TASIKMALAYA PENATALAKSANAAN VERTIGO PKMCBR/P.01/BPU Jl. KH. Khoer Afandi No. 121 Kel. Kotabaru Kec. Cibeureum Kota Tasikmalaya - Jawa Barat Phone : (0265) 341055 Email :
[email protected] –
B.
MAKSUD DAN TUJUAN : 1. INTERNAL Standar Operasional Prosedur sebagai pedoman atas tahapan yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses pekerjaan dalam lingkup pelayanan di UPTD Puskesmas DTP Mampu PONED Cibeureum Kota Tasikmalaya; –
2. EKSTERNAL Meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemberian pelayanan pada BP Umum di UPTD Puskesmas DTP Mampu PONED Cibeureum Kota Tasikmalaya, agar –
terjamin kepastian dalam mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa ada yang terlewatkan.
C.
RUANG LINGKUP : Pasien - pasien yang datang berobat ke BP Umum di UPTD Puskesmas DTP Mampu PONED Cibeureum Kota Tasikmalaya. –
D.
ISTILAH DAN DEFINISI 1.
Puskesmas atau Pusat Kesehatan Masyarakat adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan
upaya
kesehatan
masyarakat
dan
upaya
kesehatan
perseorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setingi-tingginya di wilayah kerjanya 2.
Pasien atau pesakit adalah seseorang yang menerima perawatan medis
NOMOR SOP
PKMCBR/P.01/BPU
REVISI
00
TANGGAL BERLAKU
29 Oktober 2016
HALAMAN
3 dari 11
LOKASI SIMPAN
BP Umum & ISO
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) UPTD PUSKESMAS DTP MAMPU PONED CIBEUREUM – KOTA TASIKMALAYA PENATALAKSANAAN VERTIGO PKMCBR/P.01/BPU Jl. KH. Khoer Afandi No. 121 Kel. Kotabaru Kec. Cibeureum Kota Tasikmalaya - Jawa Barat Phone : (0265) 341055 Email :
[email protected] –
3.
Vertigo adalah persepsi yang salah dari gerakan seseorang atau lingkungan sekitarnya. Persepsi gerakan bisa berupa: a. Vertigo vestibular adalah rasa berputar yang timbul pada gangguan vestibular. b. Vertigo non vestibular adalah rasa goyang, melayang, mengambang yang timbul pada gangguan sistem proprioseptif atau sistem visual Berdasarkan letak lesinya dikenal 2 jenis vertigo vestibular, yaitu: a. Vertigo vestibular perifer. Terjadi pada lesi di labirin dan nervus vestibularis b. Vertigo vestibular sentral. Timbul pada lesi di nucleus vestibularis batang otak, thalamus sampai ke korteks serebri. Vertigo merupakan suatu gejala dengan berbagai penyebabnya, antara lain: akibat kecelakaan,stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit atau banyak aliran darah ke otak dan lain-lain. Secara spesifik, penyebab vertigo, adalah: a. Vertigo vestibular Vertigo perifer disebabkan oleh Benign Paroxismal Positional Vertigo (BPPV),
Meniere’s Disease ,
neuritis vestibularis, oklusi arteri labirin, labirhinitis,
obat ototoksik, autoimun, tumor nervus VIII, microvaskularcompression, fistel perilimfe. Vertigo sentral disebabkan oleh migren, CVD, tumor, epilepsi, demielinisasi, degenerasi. b. Vertigo non vestibular Disebabkan oleh polineuropati, mielopati, artrosis servikalis, trauma leher, presinkop, hipotensi ortostatik, hiperventilasi, tension headache, penyakit sistemik. 4.
BPPV adalah gangguan klinis yang sering terjadi dengan karakteristik serangan vertigo di perifer, berulang dan singkat, sering berkaitan dengan perubahan posisi kepala dari tidur, melihat ke atas, kemudian memutar kepala. BPPV adalah penyebab vertigo dengan prevalensi 2,4% dalam kehidupan
NOMOR SOP
PKMCBR/P.01/BPU
REVISI
00
TANGGAL BERLAKU
29 Oktober 2016
HALAMAN
4 dari 11
LOKASI SIMPAN
BP Umum & ISO
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) UPTD PUSKESMAS DTP MAMPU PONED CIBEUREUM – KOTA TASIKMALAYA PENATALAKSANAAN VERTIGO PKMCBR/P.01/BPU Jl. KH. Khoer Afandi No. 121 Kel. Kotabaru Kec. Cibeureum Kota Tasikmalaya - Jawa Barat Phone : (0265) 341055 Email :
[email protected] –
seseorang. Studi yang dilakukan oleh Bharton 2011, prevalensi akan meningkat setiap tahunnya berkaitan dengan meningkatnya usia sebesar 7 kali atau seseorang yang berusia di atas 60 tahun dibandingkan dengan 18-39 tahun. BPPV lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki.
E. PROSES KERJA
1. Uraian Umum : 1.1 Suatu tindakan pemeriksaan pada penatalaksanaan Vertigo 1.2 Persiapan:
1.2.1
Anamnesis
Keluhan a. Vertigo vestibular Menimbulkan sensasi berputar, timbulnya episodik, diprovokasi oleh gerakan kepala, bisa disertai rasa mual atau muntah. 1. Vertigo vestibular perifer timbulnya lebih mendadak setelah perubahan posisi kepala dengan rasa berputar yang berat, disertai mual atau muntah dan keringat dingin. Bisa disertai gangguan pendengaran berupa tinitus, atau ketulian, dan tidak disertai gejala neurologik fokal seperti hemiparesis, diplopia, perioralparestesia, paresis fasialis. 2. Vertigo vestibular sentral timbulnya lebih lambat, tidak terpengaruh oleh gerakan kepala. Rasa berputarnya ringan, jarang disertai rasa mual dan muntah, tidak disertai gangguan pendengaran. Keluhan dapat disertai dengan gejala neurologik fokal seperti hemiparesis, diplopia, perioralparestesia, paresis fasialis. b. Vertigo non vestibular Sensasi bukan berputar, melainkan rasa melayang, goyang, berlangsung konstan atau kontinu, tidak disertai rasa mual dan muntah, serangan biasanya dicetuskan oleh gerakan objek sekitarnya seperti di tempat keramaian misalnya lalu lintas macet. Pada anamnesis perlu digali penjelasan mengenai: Deskripsi jelas keluhan pasien.Pusing yang dikeluhkan dapat berupa sakit kepala, rasa goyang, pusing berputar, rasa tidak stabil atau melayang. a. Bentuk serangan vertigo:
NOMOR SOP
PKMCBR/P.01/BPU
REVISI
00
TANGGAL BERLAKU
29 Oktober 2016
HALAMAN
5 dari 11
LOKASI SIMPAN
BP Umum & ISO
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) UPTD PUSKESMAS DTP MAMPU PONED CIBEUREUM – KOTA TASIKMALAYA PENATALAKSANAAN VERTIGO PKMCBR/P.01/BPU Jl. KH. Khoer Afandi No. 121 Kel. Kotabaru Kec. Cibeureum Kota Tasikmalaya - Jawa Barat Phone : (0265) 341055 Email :
[email protected] –
b.
c.
c.
e. f. g. h. i.
1. Pusing berputar. 2. Rasa goyang atau melayang. Sifat serangan vertigo: 1. Periodik. 2. Kontinu. 3. Ringan atau berat. Faktor pencetus atau situasi pencetus dapat berupa: 1. Perubahan gerakan kepala atau posisi. 2. Situasi: keramaian dan emosional. 3. Suara. Gejala otonom yang menyertai keluhan vertigo: 1. Mual, muntah, keringat dingin. 2. Gejala otonom berat atau ringan. Ada atau tidaknya gejala gangguan pendegaran seperti : tinitus atau tuli. Obat-obatan yang menimbulkan gejala vertigo seperti: streptomisin, gentamisin, kemoterapi. Tindakan tertentu: temporal bone surgery, transtympanal treatment. Penyakit yang diderita pasien: DM, hipertensi, kelainan jantung. Defisit neurologis: hemihipestesi, baal wajah satu sisi, perioral numbness, disfagia, hemiparesis, penglihatan ganda, ataksia serebelaris.
Gambaran klinis BPPV: Vertigo timbul mendadak pada perubahan posisi, misalnya miring ke satu sisi Pada waktu berbaring, bangkit dari tidur, membungkuk.atau menegakkan kembali badan, menunduk atau menengadah. Serangan berlangsung dalam waktu singkat, biasanya kurang dari 10-30 detik.Vertigo pada BPPV dirasakan berputar, bisa disertai rasa mual, kadang-kadang muntah.Setelah rasa berputar menghilang, pasien bisa merasa melayang dan diikuti dis-ekulibrium selama beberapa hari sampai minggu.BPPV dapat muncul kembali. 1.2.2
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana
(Objective) Pemeriksaan Fisik a. Pemeriksaan umum b. Pemeriksaan system kardiovaskuler yang meliputi pemeriksaan tekanan darah pada saat baring, duduk dan berdiri dengan perbedaan lebih dari 30 mmHg. c. Pemeriksaan neurologis 1. Kesadaran : kesadaran baik untuk vertigo vestibuler perifer dan vertigo non vestibuler, namun dapat menurun pada vertigo vestibuler sentral. 2. Nervus kranialis : pada vertigo vestibularis sentral dapat mengalami
NOMOR SOP
PKMCBR/P.01/BPU
REVISI
00
TANGGAL BERLAKU
29 Oktober 2016
HALAMAN
6 dari 11
LOKASI SIMPAN
BP Umum & ISO
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) UPTD PUSKESMAS DTP MAMPU PONED CIBEUREUM – KOTA TASIKMALAYA PENATALAKSANAAN VERTIGO PKMCBR/P.01/BPU Jl. KH. Khoer Afandi No. 121 Kel. Kotabaru Kec. Cibeureum Kota Tasikmalaya - Jawa Barat Phone : (0265) 341055 Email :
[email protected] –
3. 4. 5. •
•
•
•
•
•
gangguan pada nervus kranialis III, IV, VI, V sensorik, VII, VIII, IX, X, XI, XII. Motorik : kelumpuhan satu sisi (hemiparesis). Sensorik : gangguan sensorik pada satu sisi (hemihipestesi). Keseimbangan (pemeriksaan khusus neuro-otologi) : Tes nistagmus: Nistagmus disebutkan berdasarkan komponen cepat, sedangkan komponen lambat menunjukkan lokasi lesi: unilateral, perifer, bidireksional, sentral. Tes rhomberg: Jika pada keadaan mata terbuka pasien jatuh, kemungkinan kelainan pada serebelum.Jika pada mata tertutup pasien cenderung jatuh ke satu sisi, kemungkinan kelainan pada system vestibuler atau proprioseptif. Tes rhomberg dipertajam (Sharpen Rhomberg ): Jika pada keadaan mata terbuka pasien jatuh, kemungkinan kelainan pada serebelum.Jika pada mata tertutup pasien cenderung jatuh ke satu sisi, kemungkinan kelainan pada system vestibuler atau proprioseptif. Tes jalan tandem: pada kelainan serebelar, pasien tidak dapat melakukan jalan tandem dan jatuh ke satu sisi. Pada kelaianan vestibuler, pasien akan mengalami deviasi. Tes Fukuda, dianggap abnormal jika deviasi ke satu sisi lebih dari 30 derajat atau maju mundur lebih dari satu meter. Tes past pointing , pada kelainan vestibuler ketika mata tertutup maka jari pasien akan deviasi ke arah lesi. Pada kelainan serebelar akan terjadi hipermetri atau hipometri.
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai dengan etiologi. 1.2.3
Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis Klinis Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis. Tabel 28. Tabel perbedaan vertigo vestibuler dan non vestibuler Gejala
Vertigo vestibuler
Vertigo non vestibuler
Sensasi
Rasa berputar
Melayang, goyang
Tempo serangan
Episodik
Kontinu, konstan
Mul dan muntah
Positif
Negatif
Gangguan pendengaran
Positif atau negatif
Negatif
NOMOR SOP
PKMCBR/P.01/BPU
REVISI
00
TANGGAL BERLAKU
29 Oktober 2016
HALAMAN
7 dari 11
LOKASI SIMPAN
BP Umum & ISO
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) UPTD PUSKESMAS DTP MAMPU PONED CIBEUREUM – KOTA TASIKMALAYA PENATALAKSANAAN VERTIGO PKMCBR/P.01/BPU Jl. KH. Khoer Afandi No. 121 Kel. Kotabaru Kec. Cibeureum Kota Tasikmalaya - Jawa Barat Phone : (0265) 341055 Email :
[email protected] –
Gerakan pencetus
Gerakan kepala
Gerakan objek visual
Tabel 29. Tabel perbedaan vertigo perifer dengan vertigo sentral Gejala
Perifer
Sentral
Bangkitan
Lebih mendadak
Lebih lambat
Beratnya vertigo
Berat
Ringan
Pengaruh gerakan kepala
++
+/-
Mual/muntah/keringatan
++
+
Gangguan pendengaran
+/-
-
Tanda fokal otak
-
+/-
Diagnosis Banding Seperti tabel di bawah ini, yaitu: Tabel 30. Diagnosis banding Gangguan otologi
Gangguan neurologi
Keadaan lain
Penyakit meniere
Migraine associated
Kecemasan
Neuritis vestibularis
dizziness
Gangguan panik
Labirhinitis
Insufisiensi vertebrobasiler
Vertigo servikogenik
Superior canal dehi-scence
Penyakit demielinisasi
Efek samping obat
syndrome Vertigo pasca trauma
Lesi susunan saraf pusat
Hipotensi postural
1.2.4
Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan a. Pasien dilakukan latihan vestibular ( vestibular exercise) dengan metode brandDaroff . b. Pasien duduk tegak di pinggir tempat tidur dengan kedua tungkai tergantung, dengan kedua mata tertutup baringkan tubuh dengan cepat ke salah satu sisi, pertahankan selama 30 detik. Setelah itu duduk kembali. Setelah 30 detik, baringkan dengan cepat ke sisi lain. Pertahankan selama 30 detik, lalu duduk kembali. Lakukan latihan ini 3 kali pada pagi, siang dan malam hari masingmasing diulang 5 kali serta dilakukan selama 2 minggu atau 3 minggu dengan
NOMOR SOP
PKMCBR/P.01/BPU
REVISI
00
TANGGAL BERLAKU
29 Oktober 2016
HALAMAN
8 dari 11
LOKASI SIMPAN
BP Umum & ISO
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) UPTD PUSKESMAS DTP MAMPU PONED CIBEUREUM – KOTA TASIKMALAYA PENATALAKSANAAN VERTIGO PKMCBR/P.01/BPU Jl. KH. Khoer Afandi No. 121 Kel. Kotabaru Kec. Cibeureum Kota Tasikmalaya - Jawa Barat Phone : (0265) 341055 Email :
[email protected] –
latihan pagi dan sore hari. c. Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita sering kali merasa sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu. Beberapa golongan yang sering digunakan: 1. Antihistamin (dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin) a. Dimenhidrinat lama kerja obat ini ialah 4 6 jam. Obat dapat diberi per oral atau parenteral (suntikan intramuskular dan intravena), dengan dosis 25 mg 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari. b. Difenhidramin HCl. Lama aktivitas obat ini ialah 4 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1 kapsul) 50 mg, 4 kali sehari per oral. c. Senyawa Betahistin (suatu analog histamin): i. Betahistin Mesylate dengan dosis 12 mg, 3 kali sehari per oral. ii. Betahistin HCl dengan dosis 8-24 mg, 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet dibagi dalam beberapa dosis. 2. Kalsium Antagonis Cinnarizine, mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular dan dapat mengurangi respons terhadap akselerasi angular dan linier.Dosis biasanya ialah 15-30 mg, 3 kali sehari atau 1x75 mg sehari. –
–
–
–
Terapi BPPV: a. Komunikasi dan informasi: Karena gejala yang timbul hebat, pasien menjadi cemas dan khawatir akan adanya penyakit berat seperti stroke atau tumor otak. Oleh karena itu, pasien perlu diberikan penjelasan bahwa BPPV bukan sesuatu yang berbahaya dan prognosisnya baik serta hilang spontan setelah beberapa waktu, namun kadang-kadang dapat berlangsung lama dan dapat kambuh kembali. b. Obat antivertigo seringkali tidak diperlukan namun apabila terjadi disekuilibrium pasca BPPV, pemberian betahistin akan berguna untuk mempercepat kompensasi. Terapi BPPV kanal posterior: a. Manuver Epley b. Prosedur Semont c. Metode Brand Daroff Rencana Tindak Lanjut Vertigo pada pasien perlu pemantauan untuk mencari penyebabnya kemudian dilakukan tatalaksana sesuai penyebab. Konseling dan Edukasi
NOMOR SOP
PKMCBR/P.01/BPU
REVISI
00
TANGGAL BERLAKU
29 Oktober 2016
HALAMAN
9 dari 11
LOKASI SIMPAN
BP Umum & ISO
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) UPTD PUSKESMAS DTP MAMPU PONED CIBEUREUM – KOTA TASIKMALAYA PENATALAKSANAAN VERTIGO PKMCBR/P.01/BPU Jl. KH. Khoer Afandi No. 121 Kel. Kotabaru Kec. Cibeureum Kota Tasikmalaya - Jawa Barat Phone : (0265) 341055 Email :
[email protected] –
a. Keluarga turut mendukung dengan memotivasi pasien dalam mencari penyebab vertigo dan mengobatinya sesuai penyebab. b. Mendorong pasien untuk teratur melakukan latihan vestibular. Kriteria Rujukan a. Vertigo vestibular tipe sentral harus segera dirujuk. b. Tidak terdapat perbaikan pada vertigo vestibular setelah diterapi farmakologik dan non farmakologik. 1.2.5 a. b. c. d. e. f.
Sarana Prasarana
Palu reflex Spygmomanometer Termometer Garpu tala (penala) Obat antihistamin Obat antagonis kalsium
1.2.6
Prognosis
Pada BPPV, prognosis umumnya baik, namun BPPV sering terjadi berulang. 1.2.7
Unit terkait
BP Umum
KIA
MTBS
F.
FORM TERKAIT
Kartu Rekam Medis
(PKMCBR/P.01/F.01/Pend)
Kertas Resep
(DINAS KESEHATAN)
Register rawat jalan JKN
(PKMCBR/P.01/F.01/BPU)
Register rawat jalan Umum
(PKM CBR/P.01/F.02/BPU)
Surat Keterangan Sakit
(PKMCBR/P.01/F.03/BPU)
Rujukan Pemeriksaan Laboratorium
(PKMCBR/P.01/F.01/Lab)
Rujukan intern
(PKMCBR/P.01/F.04/BPU)
Rujukan BPJS
(BPJS)
Rujukan Umum
(PKMCBR/P.01/F.06/IGD)
NOMOR SOP
PKMCBR/P.01/BPU
REVISI
00
TANGGAL BERLAKU
29 Oktober 2016
HALAMAN
10 dari 11
LOKASI SIMPAN
BP Umum & ISO
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) UPTD PUSKESMAS DTP MAMPU PONED CIBEUREUM – KOTA TASIKMALAYA PENATALAKSANAAN VERTIGO PKMCBR/P.01/BPU Jl. KH. Khoer Afandi No. 121 Kel. Kotabaru Kec. Cibeureum Kota Tasikmalaya - Jawa Barat Phone : (0265) 341055 Email :
[email protected] –
Rujukan Jamkesda
(PKMCBR/P.01/F.07/IGD)
Register KIP-K
(PKMCBR/P.01/F.02/Klint)
NOMOR SOP
PKMCBR/P.01/BPU
REVISI
00
TANGGAL BERLAKU
29 Oktober 2016
HALAMAN
11 dari 11
LOKASI SIMPAN
BP Umum & ISO