LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN
SELF CONTAIN BREATHING APPARATUS
Oleh :
Nama
: Febrifani Nur Azmi Amazzuri
Kelas
: K3-4D
NRP
: 0516040085 0516040085
Kelompok
:5
TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 2018
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rendahnya budaya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam kehidupan sehari-hari baik di Industri maupun di lingkungan sekitar merupakan penyebab tingginya angka kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan kematian,cacat, serta kerugian-kerugian lain di sektor industri maupun non industri. Kebakaran merupakan kejadian yang tidak diinginkan bagi setiap orang dan kecelakaan yang berakibat fatal. Kebakaran ini dapat mengakibatkan suatu kerugian yang sangat besar baik kerugian materil maupun kerugian immateriil. Sebagai contoh kerugian nyawa, harta, dan terhentinya proses atau jalannya suatu produksi/aktivitas, jika tidak ditangani dengan segera, maka akan berdampak bagi penghuninya. Jika terjadi kebakaran orang-orang akan sibuk sendiri, mereka lebih mengutamakan menyelamatkan barang-barang pribadi daripada menghentikan sumber bahaya terjadinya kebakaran, hal ini sangat disayangkan karena dengan keadaan yang seperti ini maka terjadinya kebakaran akan bertambah besar. Dengan adanya perkembangan dan kemajuan pembangunan yang semakin pesat, resiko terjadinya kebakaran semakin meningkat. Penduduk semakin padat, pembangunan gedung-gedung perkantoran, kawasan perumahan, industry yang semakin berkembang sehingga menimbulkan kerawanan dan apabila terjadi kebakaran membutuhkan penanganan secara khusus. Kebakaran tidak memandang tempat dimana akan berkobarnya api, tidak peduli entah itu industri, gedung pendidikan, objek pariwisata, bahkan di lingkungan rumah tangga kebakaranpun juga bisa terjadi. Minimnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat menyebabkan kebakaran kecil bisa menjadi kebakaran yang amat besar. Pada umumnya tidak semua rumah tangga menyediakan apar di dalam rumahnya untuk mengantisipasi jika terjadi kebakaran Mahasiswa Teknik K3 yang merupakan calon ahli K3 wajib hukumnya untuk memahami SCBA (Self Contain Breathing Apparatus), karena kelak dalam dunia kerjanya SCBA merupakan hal penting dalam proses pemadaman apabila terjadi kebakaran.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengaplikasikan teori penggunaan Breathing Apparatus? 2. Bagaimana prosedur rosedur pemakaian Breathing Apparatus
1.3 Tujuan
1. Mampu mengaplikasikan teori penggunaan Breathing Apparatus 2. Memahami rosedur pemakaian Breathing Apparatus
1.4 Manfaat
Dengan melakukan praktikum penggunaan SCBA ini, kita dapat memahami prosedur penggunaan SCBA yang baik dan benar sehingga kelas saat kerja kita dapat menggunakannya dengan baik dan benar pula.
BAB 2 DASAR TEORI
2.1 Kebakaran
Definisi kebakaran secara umum adalah suatu peristiwa atau kejadian timbulnya api yang tidak terkendali yang dapat membahayakan keselamatan jiwa maupun harta benda. (Perda DKI No.3 tahun 1992) Alat-alat yang dapat digunakan untuk memadamkan api antara lain adalah APAR (Alat Pemadam Api Ringan) dan APAB (alat Pemadam Api Berat). APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran. (PER.04/MEN/1980). Alat pemadam api berat (APAB) dikenal juga dengan istilah mobile fire extinguisher. Alat pemadam api ini disebut mobile karena umumnya dilengkapi dengan dua buah roda untuk memudahkan mobilitas pengguna. Roda diperlukan karena APAB memiliki bobot cukup besar, yakni dari kisaran 20 — 100kg. Perbedaan APAB dengan APAR terletak pada tekanannya. APAR memiliki tekanan langsung dalam arti medium pemadam kebakaran seperti karbondioksida, foam AFF (Aqueous Film Forming), dan dry chemical powder telah bercampur menjadi satu dengan nitrogen kering sehingga ketika kita menekan tuas pegangan/katupnya, medium pemadam kebakaran dapat langsung keluar. Dalam APAB, tekanan yang ada adalah tekanan tidak langsung (sistem cartridge) dalam arti tekanan tidak dicampur menjadi satu dengan medium pemadam kebakaran.
2.2 Pengetahuan Dasar Api
Gambar 2.1 Segitiga Api
Seperti telah dikemukakan diatas reaksi terjadinya api dari tiga jenis unsur yaitu : 1.
Fuel ( Bahan Bakar )
a.
Pengertian bahan bakar Yang dimaksud bahan bakar ialah semua jenis benda yang dapat terbakar
b.
Jenis bahan bakar Bahan bakar umumnya dubagi atas 3 jenis antara lain jenis bahan bakar padat,bahan bakar gas , dan cair 1. Benda Padat Bahan bakar padat yang terbakar akan meninggalkan sisa berupa abu atau arang setelah selesai terbakar. Contohnya: kayu, batu bara, plastik, gula, lemak, kertas, kulit dan lain-lainnya. 2. Benda Cair Bahan bakar cair contohnya: bensin, cat, minyak tanah, pernis, turpentine, lacquer, alkohol, olive oil, dan lainnya. 3. Benda Gas Bahan bakar gas contohnya: gas alam, asetilen, propan, karbon monoksida, butan, dan lain-lainnya
c.
Sifat Umum bahan bakar Setiap jenis bahan bakar mempunyai sifat - sifat khusus,tetapi pada prinsipnya semua jenis bahan bakar mempunyai sifat-sifat umum antara lain mudah terbakar dan dapat terbakar.
2.
Oksigen / O2 a.
Pengertian Oksigen Suatu jenis gas yang sangat diperlukan dalam proses kehidupan bagi semua mahluk'
b.
Prosentase Oksigen diudara Udara terdiri dari atas bermacacm - macam gas dengan komposisi sebagai berikut : - Gas Nitrogen / N2 : kurang lebih 78 % - Gas Oksigen / O2
: kurang lebih 21%
- Gas Karbondioksida: kurang lebih 1% Jumlah gas oksigen yang prosentasinya 21% inilah yang selalu dibutuhkan untuk prroses kehidupan. c.
Fungsi Oksigen yang terjadinya Api ( Pembakaran ) Gas oksigen merupakan salah satu unsur yang harus ada ,sehngga tanpa oksigen api tidak dapat terjadi pada keadaan normal ,dimana jumlah prosentase
oksigen diudara adalah 21% merupakan jumlah yang memadai untuk proses terjadinya api . Dan jumlah minimal prosentase oksigen di udara yang masih dapat
mbantu dalam proses terjadinya api adalah 15%.
3. Source Of Igition ( sumber nyala ) a.
Pengertian Sumber Nyala dan Sumber Panas - Sumber panas ialah semua benda atau kejadian yang menimbulkan panas
- Sumber Nyala ialah semua benda atau kejadian yang menimbulkan Panas pada suatu tingkat temperatur tertentu dan telah dianggap berbahaya bagi timbulnya api / kebakaran.
b.
Terjadinya sumber nyala Ada beberapa faktor penyebab terjadinya sumber nyala, antaa lain : -
Sumber
nyala
terjadi
karena
proses
/
peristiwa
Alam
-
Sumber
nyala
terjadi
karena
proses
/
peristiwa
Kimia
-
Sumber
nyala
terjadi
karena
proses
/
peristiwa
Listrik
-
Sumber
nyala
-
Sumber nyala terjadi karena proses / peristiwa Nuklir
terjadi
karena
proses
/
peristiwa
Mekanik
2.3 Klasifikasi Kebakaran/Pengelompokan Kebakaran
Klasifikasi/pengelompokkan kebakaran menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 04/MEN/1980 Bab I Pasal 2, ayat 1 adalah sebagai berikut : 1. Kebakaran Klas A Adalah kebakaran yang menyangkut benda-benda padat kecuali logam. Contoh : Kebakaran kayu, kertas, kain, plastik, dsb. Alat/media pemadam yang tepat untuk memadamkan kebakaran klas ini adalah dengan : pasir, tanah/lumpur, tepung pemadam, foam (busa) dan air . 2. Kebakaran Klas B Kebakaran bahan bakar cair atau gas yang mudah terbakar. Contoh : Kerosine, solar, premium (bensin), LPG/LNG, minyak goreng. Alat pemadam yang dapat dipergunakan pada kebakaran tersebut adalah Tepung pemadam (dry powder), busa (foam), air dalam bentuk spray/kabut yang halus. 3. Kebakaran Klas C
Kebakaran instalasi listrik bertegangan. Seperti : Breaker listrik dan alat rumah tangga lainnya yang menggunakan listrik. Alat Pemadam yang dipergunakan adalah : Carbondioxyda (CO 2), tepung kering (dry chemical). Dalam pemadaman ini dilarang menggunakan media air. 4. Kebakaran Klas D Kebakaran pada benda-benda logam padat seperti : magnesum, alumunium, natrium, kalium, dsb. Alat pemadam yang dipergunakan adalah : pasir halus dan kering, dry powder khusus. Tabel 2.1 Klasifikasi Kebakaran RESIKO
Class A
MATERIAL
Kayu, kertas, kain
ALAT PEMADAM
Dry Chemichal Multiporse dan ABC soda acid Dry Chemichal foam ( serbuk
Class B
Bensin, Minyak tanah,
bubuk ),
varnish
BCF (Bromoclorodiflour Methane), CO2, dan gas Hallon
Bahan – bahan seperti Class C
asetelin, methane, propane dan gas alam
Class D
Dry Chemichal, CO 2, gas Hallon dan BCF
Uranium, magnesium
Metal x, metal guard, dry sand
dan titanium
dan bubuk pryme
Dari keempat jenis kebakaran tersebut yang jarang ditemui adalah kelas D, biasanya untuk kelas A, B dan C alat pemadamnya dapat digunakan dalam satu tabunng / alat, kecuali bila diperlukan jenis khusus.
2.4 Penyebab Terjadinya Kebakaran
Secara umum, kebakaran disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor manusia dan faktor teknis.
Faktor Manusia
Sebagian besar kebakaran yang disebabkan oleh faktor manusia timbul karena kurang pedulinya manusia tersebut terhadap bahaya kebakaran dan juga kelalaian. Sebagai contoh: 1.
Merokok di sembarang tempat, seperti ditempat yang sudah ada tanda ―Dilarang Merokok‖.
2.
Menggunakan instalasi listrik yang berbahaya, misal sambungan tidak benar, mengganti sekering dengan kawat.
3.
Melakukan pekerjaan yang berisiko menimbulkan kebakaran tanpa menggunakan pengamanan yang memadai, misalnya mengelas bejana bekas berisi minyak atau bahan yang mudah terbakar
4.
Pekerjaan yang mengandung sumber gas dan api tanpa tanpa mengikuti persyaratan keselamatan, misalnya memasak menggunakan tabung gas LPG yang bocor dan lain-lain.
Faktor Teknis Faktor Teknis lebih disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai hal-hal yang memicu terjadinya kebakaran, misalnya: 1.
Tidak pernah mengecek kondisi instalasi listrik, sehingga banyak kabel yang terkelupas yang berpotensi terjadi korsleting yang bisa memicu terjadinya kebakaran
2.
Menggunakan peralatan masak yang tidak aman, misalnya menggunakan tabung yang bocor, pemasangan regulator yang tidak benar, dan lain-lain Berikut penggolongan penyebab kebakaran beserta simbolnya dapat dilihat dalam
tabel berikut : 1.
Alat, disebabkan karena kualitas alat yang rendah, cara penggunaan yang salah, pemasangan instalasi yang kurang memenuhi syarat. Sebagai contoh : pemakaian daya listrik yang berlebihan atau kebocoran.
2.
Alam, sebagai contoh adalah panasnya matahari yang amat kuat dan terus menerus memancarkan panasnya sehingga dapat menimbulkan kebakaran.
3.
Penyalaan sendiri, sebagai contoh adalah kebakaran gudang kimia akibat reaksi kimia yang disebabkan oleh kebocoran atau hubungan pendek listrik.
4.
Kebakaran disengaja, seperti huru – hara, sabotase dan untuk mendapatkan asuransi ganti rugi.
Tabel 2.2 Penyebab Kebakaran Alam
Kemajuan Teknologi
Matahari Gempa bumi Petir Gunug merapi
Perkembangan Penduduk
Ulah manusia :
Listrik
sengaja
Biologis
tidak sengaja
Kimia
− awam ( ketidakpahaman )
Penyebab kebakaran dapat dilihat secara mendalam dari beberapa faktor berikut di bawah ini : a.
Faktor Non Fisik Lemahnya
peraturan
perundang
–
undangan
yang
ada,
serta
kurangnya pengawasan terhadap pelaksanaannya ( Perda No. 3 Tahun 1992 ).
Adanya kepentingan yang berbeda antar berbagai instansi yang berkaitan dengan usaha – usaha pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya kebakaran.
Kondisi masyarakat yang kurang mematuhi peraturan perundang – undangan yang berlaku sebagai usaha pencegahan terhadap bahaya kebakaran.
Lemahnya usaha pencegahan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan yang dikaitkan dengan faktor ekonomi, dimana pemilik bangunan terlalu mengejar keuntungan dengan cara melanggar peraturan yang berlaku.
Dana yang cukup besar untuk menanggulangi bahaya kebakaran pada bangunan terutama bangunan tinggi.
b.
Faktor Fisik
Keterbatasan jumlah personil dan unit pemadam kebakaran serta peralatan.
Kondisi gedung, terutama gedung tinggi yang tidak teratur.
Kondisi lalu lintas yang tidak menunjang pelayanan penanggulangan bahaya kebakaran.
2.5 Metode Pemadaman Kebakran a. Pendinginan
Menghilangkan unsur panas. Menggunakan media bahan dasar air. b. Isolasi
Menutup permukaan benda yang terbakar untuk menghalangi unsur O2 menyalakan api. Menggunakan media serbuk ataupun busa.
c. Dilusi
Meniupkan gas inert untuk menghalangi unsur O2 menyalakan api. Menggunakan media gas CO2. d. Pemisahan Bahan Mudah Terbakar
Memisahkan bahan mudah terbakar dari unsur api. Memindahkan bahan-bahan mudah terbakar jauh dari jangkauan api. e. Pemutusan Rantai Reaksi
Memutus rantai reaksi api dengan menggunakan bahan tertentu untuk mengikat radikal bebas pemicu rantai reaksi api. Menggunakan bahan dasar Halon (Penggunaan Halon sekarang dilarang karena menimbulkan efek rumah kaca). 2.6 Self Contain Breathing Apparatus (SCBA)
Sistem perlindungan terhadap pekerja yang memungkinkan pekerja berada dilokasi kerja yang mengandung bahaya H2S adalah dengan menggunakan alat bantu pernafasan yang sesuai. jenis peralatan yang diperbolehkan untuk dipergunakan terutama di insdusri perminyakan adalah alat
pelindung pernafasan yang dapat menyuplai udara positive (pasitive air suplay) pada masker atau face-piecenya dimana peralatan tersebut akan mengalirkan udara yang aman bagi pemakainya (safe breathable air). Banyak hal yang menjadi dasar-dasar pertimbangan untuk setiap alat pelindung pernafasan diantaranya adalah:
a. Posisi alat pelindung pernafasan diletakkan b.Memiliki tekanan positif (positive pressure) c.Keterbatasan akan pelindung pernafasan d.Masker yang menutupi seluruh wajah (face seale checking) e. Bagaimana menggunakan (donning) dan bagaimana melepaskan (dolfing) f. Perawatan dan penanganan
Aksesoris alat pelindung pernafasan Sebagai catatan, karena biasanya alat pelindung pernfasan menggunakan bantuan masker atau face piece yang menutupi seluruh atau sebagian wajah, maka keberadaan janggut mungkin akan memberikan dampak negative karena udara luar dapat masuk kedalam masker melalui celah-celah
yang ditimbulkan oleh janggut tersebut. Salah satu peralatan yang direkomendasikan sebagai alat bantu prnafasan disebut self contained breathing apparatus atau yang lazim disebut SCBA. SCBA adalah suatu peralatan yang terdiri dari botol ( tabung ) bertekanan udara, penunjuk tekanan udara ( pressure gauge ), masker dan peralatan peralatan
pembawa. SCBA diisi dengan udara bebas sebagai peralatan bantu
pernafasan. 2.7 Jenis-jenis SCBA
Gambar 2.2 Self Contain Breathing Apparatus
Berdasarkan fungsinya, SCBA dibagi menjadi 3. Diantaranysa yaitu : A. SCBA Rescue Unit Jenis SCBA Rescue Unit adalah SCBA yang digunakan sebagai alat bantu pernafasan pada waktu melakukan proses pertolongan / penyelamatan atau digunakan pada waktu melakukan pekerjaan di lingkungan yang terpapar gas berbahaya. SCBA ini dapat digunakan secara optimal sekitar 30 menit.
B. SCBA Work Unit Jenis SCBA ini pada prinsipnya hanya dapat digunakan selama sekitar 10 menit, tetapi SCBA ini dilengkapi dengan peralatan sambungan khusus ( quick coupling ) yang dapat disambungkan dengan cadangan udara dalam botol-botol yang berkapasitas besar, sehingga dapat membantu pernafasan sampai lebih dari 30 menit.
C. SCBA Escape Unit Sesuai dengan jenisnya, maka SCBA ini berfungsi untuk membantu pernafasan pada waktu meninggalkan lokasi paparan menuju tempat aman dengan waktu penggunaan sekitar 10 menit. SCBA ini dapat digunakan secara cepat, karena model maskernya mudah digunakan. Pada prakteknya SCBA jenis ini juga digunakan untuk
membantu pernafasan pada korban paparan gas pada saat evakuasi dan sebelum mendapat pertolongan medis, sehingga SCBA ini juga disebut dengan ELSA (Emergency Life Support Apparatus ).
2.8 Pengisian SCBA Pengisian botol SCBA dilakukan dengan menggunakan Air Breathing Compressor bertekanan tinggi yang dilengkapi dengan filter-filter khusus untuk menyaring udara dan mengurangi kadar air. Udara yang dihasilkan compressor ini secara berkala dilakukan uji kandungan, yang bertujuan untuk memastikan kondisi dan komposisi udara yang dihasilkan. Selain itu, botol SCBA juga secara berkala dilakukan Hidro Test untuk memastikan kondisi dan kekuatan botol terhadap tekanan. Rumus waktu penggunaan SCBA adalah sebagai berikut : Volume botol (liter) X pressure (bar) Waktu penggunaan
= ----------------------------------------------40 liter/menit
dimana: 40 liter / menit adalah kebutuhan udara rata-rata seseorang pada saat bekerja berat. Contoh : Bila diketahui volume botol = 6.8 liter, tekanan = 300 bar, maka :
6.8 liter X 300 bar Waktu penggunaan
= --------------------------40 2040 = -----------40 = 51 menit
Waktu penggunaan SCBA secara optimum adalah hasil perhitungan dikurangi 10 menit sebagai waktu sebelum pemakaian masker dan 10 menit waktu cadangan, sehingga dari contoh tersebut diatas, maka waktu optimumnya adalah 31 menit.
SCBA akan mengeluarkan bunyi seperti peluit sebagai tanda bahwa tekanan udara dari dalam botol sudah hampir habis. Hal-hal penting yang berhubungan dengan SCBA diantaranya adalah :
• Pastikan SCBA selalu dalam kondisi siap digunakan. • Pastikan tekanan udara dalam kondisi penuh / sesuai dengan kapasitasnya. • Tempatkan SCBA dalam posisi :
- Mudah dijangkau. - Terhindar dari suhu udara yang panas, karena akan mengakibatkan pemuaian pada botol sehingga tekanan udara akan naik. - Terhindar dari kotoran. • Pakailah SCBA dengan benar dan cepat, mengingat fungsi SCBA sebagai
peralatan bantu pernafasan pada kondisi darurat karena paparan gas berbahaya. • Lakukan perawatan rutin, jika terdapat kebocoran atau kerusakan segera
laporkan untuk diperbaiki dan dilakukan pengisian ulang. •
Proses pengisian ulang SCBA akan mengakibatkan botol menjadi
panas,karena perubahan tekanan pada ruang tertutup akan berbanding lurus dengan perubahan suhu, sehingga lakukan peredaman panas dengan merendam botol selama proses pengisian, tujuannya adalah untuk keselamatan kerja dan mempertahankan kondisi botol tetap dalam suhu stabil, seh
2.9 Bagian-bagian SCBA
Gambar 2.3 Bagian-Bagian SCBA
Bagian-bagian SCBA Pada dasarnya SCBA adalah t abung oksigen. Agar tabung ini dapat dipakai secara layak, maka ada beberapa alat-alat dan parameter pendukung.
a. Cylinder Cylinder adalah salah satu komponen utama yang wajib terpasang pada SCBA. Dimana fungsi tabung ini adalah sebagai tempat oksigen yang nantinya akan digunakan untuk bernafas. Biasanya tabung yang ada pada SCBA mempunyai berat sebesar 6 kg. b. Shoulder Strap Self Contained Breathing Apparatus juga dilengkapi dengan shoulder strap yang berfungsi untuk menggendong tabung dengan menggunakan bahu. Shoulder strap termasuk safety factor yang ada pada SCBA selain alarm dan waist belt.
c. Cylinder Valve Cylinder valve adalah sebuah valve yang dapat membuka dan menutup yang berfungsi untuk mengatur banyak dan sedikitnya udara yang keluar dari tabung. Valve ini terletak tepat dibawah tabung.
d. Carrying Hannes SCBA juga dilengkapi dengan carrying hannes yang berfungsi jika kita akan memakai alat ini. Dimana, kita dapat mengangkat SCBA dengan menggunakan carrying hannes.
e. Waist Belt Waist belt adalah sabuk pengaman yang dipasang pada pinggang yang berfungsi untuk menjaga agar tabung tidak goyah ketika kita berlari. Waist belt merupakan safety factor kedua setelah alarm.
f. Alarm Safety factor yang ada pada SCBA berupa alarm yang akan berbunyi apabila oksigen yang ada pada tabung hampir habis. Sehingga dapat memberikan peringatan dini agar pemakai segera keluar dari lokasi dan menuju pada area yang aman.
g. Pressure Hose Pressure hose yang ada pada SCBA merupakan selang yang berfungsi sebagai tempat saluran udara yang bertekanan. Selang ini menyambungkan tabung dengan regulator, dimana udara bertekanan yang keluar dari tabung akan melewati pressure hose yang kemudian diukur dengan menggunakan regulator. Jika tekanannya sesuai akan dilanjutkan dikirim ke face mask untuk selanjutnya dihirup.
h. Reducer High Pressure Jika terjadi kelebihan tekanan udara pada tabung maka akan dibuang keluar melalui reducer high pressure. Dimana alat ini terletak tepat disamping regulator.
i.
Regulator SCBA dilengkapi dengan regulator yang berfungsi untuk mengukur tekanan udara yang ada pada tabung.
j.
Inhalation Tube Inhalation tube adalah selang yang berfungsi sebagai tempat udara masuk dari tabung menuju hidung. Selang ini terletak diantara exhalation valve dan regulator.
k. Exhalation Valve Exhalation valve adalah sebuah katub yang bisa membuka dan menutup yang berfungsi
sebagai
tempat
keluarnya
sisa
hasil
pernafasan
karbondioksida. Katub ini terletak tepat dibawah face mask.
l.
Face Mask
yang
berupa
Untuk melindungi kepala serta wajah dari potensi bahaya atau hazard yang mungkin ada ketika proses pemadaman kebakaran berlangsung. Dimana potensi bahaya yang ditemui dapat berupa asap dan reruntuhan bangunan.
2.10 Pemeriksaan SCBA
1. Pemeriksaan tekanan tinggi (tekanan tabung) a. Buka valve utama pelan-pelan, dan periksa manometer. Apabila tekanannya kurang dari 5/6 dari tekanan kerja, maka isi botol tidak boleh digunakan untuk operasi. b. Periksa jarum manometer, jika sudah menunjukkan angka maksimum tutup kembali valve utama. c. Perhatikan manometer, bila tekanannya turun lebih kurang dari 12 atm per menitnya, berarti ada kebocoran pada sistem saluran. Perlu diperiksa kembali. d. Buka bypass pelan-pelan pada deman regulator dan perhatikan suling (warning wishtle) akan berbunyi pada tekanan antara 40-50 atm. 2. Pemeriksaan Tekanan Rendah a. Buka valve utama dan pakailah face mask dengan benar. b. Bernafaslah seperti biasa. c. Tutup kembali valve utama dengan tangan kanan, tangan kanan masih tetap memegang valve d. Bernafaslah, apabila anda tidak bisa bernafas, berarti tidak ada kebocoran pada sistem tekanan rendah, tetapi apabila anda masih bisa bernafas, berarti ada kebocoran pada face mask. e. Apabila anda tidak bisa bernafas, buka segera valve utama pada botol
BAB 3 METODOLOGI PRAKTIKUM
3.2.
3.2.
Alat dan Bahan
Self contain breathing apparatus
Stop Watch
Prosedur Praktikum
3.2.1 Diagram Alir Praktikum Start
Mengambil SCBA dari tempat penyimpanan
Menghubungkan selang penyalur udara pada masker dengan yang ada pada harness
Mengangkat tali ke pundak kiri dan kanan dengan hati-hati
Menarik tali hingga tabung kelihatan menonjol ke atas
Menghubungkan ikat pinggang dengan pengunci dan atur agar terpasang dengan aman dan nyaman Memeriksa isi tabung dan pastikan tidak kurang dari 80% dengan menggunakan penunjuk tekanan
Menurunkan face mask dan mengalungkannya pada leher serta periksa pada kerangka tekanan agar pada posisi minus Memeriksa sistem saluran apakah pada posisi + kemudian menarik dan menghembuskan nafas sebanyak 3x Melepaskan perangkat SCBA sesuai dengan posisi semula dengan hati-hati agar tidak melukai diri YES Finish Gambar 3.1 Flowchart cara penggunaan APAR Dry Chemical Powder
3.2.2 Prosedur Penggunaan Self Contain Breathing Apparatus 1. Menyambungkan/hubungkan selar penyalur udara yang ada pada topeng pelindung muka dengan yang ada pada hamest dengan cara memasukkan serta menekan sambungan yang ada,kemudian angkat tal i pundak ke pundak kiri dan kanan dengan hati-hati untuk melindungi muka. 2. Menali pundak tarik kebawah kearah pinggul sampai silinder/tabung dibelakang keliatan menonjol keatas . 3. Menghubungkan ikat pinggang dengan menekan/memasukkan pengunci. Kemudian pada posisi mengunci alur/seimbangkan tali ikat pinggang disebelah kanan untuk mendapatkan tegangan secara benar dan enak pemakaiannya. 4. Menurunkan pelindung muka/face mask dengan mengalungkan tali keleher selanjutnya periksa dengan kerangan pengatur pernafasaan dan mengatur pada posisi minus. 5. Untuk menjamin udara yang ada pada silinder/tabung sebelum memasang keface mask/topeng pelindung. Mengambil penunjuk tekanan dengan tangan kiri dan waktu yang bersamaan menaruh tangan kanan pada kerangka silinder serta memutar kerangka silinder dengan jari dan ibu jari. Putaran hams penuh sehingga terasa putaran terasa tertahan. Silinder tidak boleh digunakan apabila isinya kurang dari 80% yang mana kira-kira pada posisi penunjuk menunjukkan posisi jam 12. Memeriksa dan mengatur tali kelapa sampai seimbang serta membentuk lingkaran . rambut hams disisir / diatur kebelakang kemudian memasang topeng pelindung/face mask kemuka. Menarik Memeriksa sistem saluran apakah pada posisi + kemudian menarik dan menghembuskan nafas sebanyak 3x Melepaskan perangkat SCBA sesuai dengan posisi semula dengan hati-hati agar tidak melukai diri Selesai tali kepala kebelakang sampai kencang. Meyakinkan bahwa tali tersebut sudah ditarik kebelakang dan tidak kendor. 6. Memeriksa apakah seal/perapat sudah tepat dan muamuaskan dan apakah peluit sebagai peringatan tekanan udara bekerja dengan
benar. Cara
melakukan tindakan : memegang penunjuk tekanan dengan tangan kiri dan letakkan tangan kanan anda pada keranga silinder , selanjutnya matikan silinder dengan memutar kerangan searah dengan diri anda kemudian bernafaslah perlahan lahan. Peluit akan berbunyi pada tekanan udara 45-50
bar terns menems sampai angka penunjuk tekanan pada angka nol dan bernafaslah sekali lagi. Bila seal/perapat memuaskan dan dalam kondisi baik , maka topeng akan melekat pada wajah anda 7. Memeriksa system saluran pernafasan pada posisi positif. Buka silinder dengan penuh bersamaan dengan itu putar pengatur pernafasan keposisi posifif kemudian menghembuskan pernafasan kedalam dan keluar sebanyak 3 (tiga) kali. Bernafaslah dan dengarkan kebocoran, apabila tidak bocor serta tidak dapat didengar "pekerjaan anda dapat dimulai" 8. Apabila anda belum mendapatkan udara segar , maka anda dapat memutar kembali pengaturan saluran pernafasan keposisi negatif agar mendapatkan udara segar dari silinder dan kembalikan keposisi sat anda memulai pekerjaan. 9. Cara melepas kembali perangkat breathing apparatus . Memutar kerangan pengatur pernafasan keposisi tanda minus pada posisi stop. Memindahkan pelindung muka / face mask dengan melepas dari muka anda. Melepaskan tali-tali kepala dengan jari-jari dan ibujari dari masing-masing buckle/gesper dari pangkal tali kemudian ujung tali. 10. Menututup kerangan pengatur pada silinder , mengambil penunjuk dengan tangan kiri. Memutar pengatur pernafasan dan posisi positif untuk memeriksa penunjuk tekanan secara benar dan menjamin penunjuk pada posisi stop kemudian kembalikan keposisi negatif. 11. Melepaskan ikat pinggang dengan melepas pengunci dan melepaskan serta ulir tali pundak dengan jari dan ibujari untuk menekan pengencang tali pundak keatas. Selanjutnya melepas dan menuurunkan perangklat silinder kemudian menaruh dilantai dengan posisi terlentang.
BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
SCBA (Self Contained Breathing Apparatus) adalah alat bantu pernapasan untuk waktu tertentu sesuai dengan jumlah oksigen yang tersedia pada alat tersebut. SCBA merupakan peralatan yang terdiri dari tabung bertekanan yg berisi udara, penunjuk tekanan udara (pressure gauge), masker dan peralatan pembawa. Peralatan ini biasa digunakan untuk petugas pemadam kebakaran, team penyelamat, pekerja di area berbahaya seperti: pabrik kimia, lingkungan kerja terbatas/confined space (ex: membersihkan tanki, masuk kedalam terowongan yang kandungan oksigen kurang dari 19% vol atau lebih dari 23% vol).
Gambar 4.1 SCBA lengkap dengan bagian-bagiannya
Dimana biasanya Self Contained Breathing Apparatus memiliki tiga komponen utama yang terdiri dari tangki tekanan tinggi, regulator tekanan dan koneksi inhalasi (corong dan mulut masker/masker) yang terhubung bersama komponen-komponen lain sehingga menjadi suatu alat pembantu pernafasan yang kompleks.
Terdapat dua metode penggunaan SCBA, yaitu metode overhead dan metode konvensional dimana perbedaan hanya terdapat pada cara mengangkat scba saat akan digunakan. Berikut adalah langkah-langkah penggunaan SCBA Sebelum Menggunakan SCBA, cek terlebih dahulu kelengkapan komponen SCBA dan pastikan telah berfungsi dengan baik. Ambil SCBA dengan menggunakan kedua tangan memegang carrying 19annes dalam posisi jongkok, satu kaki sebagai tumpuan (agar didapat posisi yang ergonomis).sebelum memakai pastikan valve berada di bagian bawah seperti pada gambar berikut :
Gambar 4.2 Mengambil SCBA dengan metode overhead
Angkat SCBA dengan menggunakan dua tangan kenakan SCBA layaknya mengenakan tas punggung pada umumnya.
Gambar 4.3 Pasang SCBA dari samping tubuh (metode konvensional)
Angkat SCBA ke atas sampai melewati kepala dengan posisi kedua tangan memegang carrying hannes. Terus dorong sampai SCBA berada di punggung dan carrying hannes berada dipundak. Saat SCBA diangkat, posisi tubuh sedikit demi sedikit berdiri. Sampai pada posisi akhir tubuh tegak berdiri, seperti pada gambar berikut :
Gambar 4.4 Angkat dan letakan SCBA dipunggung (overhead )
Pasang weist belt pada pinggang. Geser gesper ke kanan dan ke kiri untuk menyesuaikan besar kecilnya pinggang kita, sekencang dan senyaman mungkin, seperti pada gambar berikut :
Gambar 4.5 Pasang weist belt
Ambil face mask dan kalungkan tali face mask terlebih dahulu sebagai keamanan agar tidak terjatuh. Pasang inhalation valve atau demand valve pada face mask dan pastikan sampai berbunyi ―klik‖, artinya pemasangan telah tepat. Perhatikan gambar berikut :
Gambar 4.6 Ambil face mask dan pasangkan dengan regulator
Cek dan atur tekanan udara (O2) pada tabung, dengan cara satu tangan memegang dan mengatur (memutar ke kiri atau berlawanan arah jarum jam untuk membuka) regulator/cylinder valve dan satu tangan memegang pressure gauge /manometer untuk mengukur dan mengetahui tekanan, seperti pada gambar berikut :
Gambar 4.7 Cek tekanan tabung
Setelah tekanan sesuai, pakailah face mask . Kencangkan semua tali face mask seerat dan senyaman mungkin, maka Self Contained Breathing Apparatus (SCBA) siap untuk digunakan. Perhatikan gambar berikut :
Gambar 4.8 Pasang face mask pada wajah dan pastikan sudah kencang
Berikut adalah langkah-langkah dalam melepaskan SCBA : Lepaskan face mask dari kepala dengan melonggarkan tali face mask terlebih dahulu agar lebih mudah Tutup regulator atau cylinder valve dengan memutar ke arah kanan atau searah jarum jam untuk menghentikan aliran udara (O2) dari tabung, pastikan hingga rapat. Lepaskan inhalation valve atau demand valve dari face mask dan buang sisa udara dengan menekan tombol pada inhalation valve atau demand valve agar udara terbuang keluar (sambil terdengar bunyi seperti peluit). Lepas kalungan face mask dan taruh facemask dengan hati-hati. Longgarkan gesper dan buka kancingan untuk melepaskan waist belt . Lepaskan tabung dengan mengawali melepas shoulder strap
carrying hannes dan
yang ada pada pundak. Usahakan melepas dengan
menggunakan bagian tangan yang dianggap kuat (kanan atau kiri). Setelah
terlepas satu, goyangkan tabung hingga berada di sisi tangan yang satunya. Pegang carrying hannes yang masih menempel pada tubuh dengan menggunakan tangan yang kuat lalu sedikit angkat dan lepaskan tangan yang satunya. Pegang SCBA dengan menggunakan kedua tangan lalu letakkan secara perlahan dan hati-hati. Cara overhead dapat dilakukan dengan cepat namum perlu tenaga yang lebih agar tangan secara mantab memegang SCBA agar SCBA tidak jatuh saat diangkat Cara konvensional dapat dilakukan dengan sederhana ta npa membutuhkan tenaga yang besar, namun pada saat SCBA berada disalah satu bahu, harus secepat mungkin bahu yang lain juga menopang SCBA. Hal ini harus dilakukan agar pembebanan SCBA tidak terfokus pada salah satu bahu saja pada waktu yang lama agar bahu tidak sakit dan pegal Hasil praktikum kami, telah kami upload dengan alamat : https://drive.google.com/file/d/1CwO9dC_dPaIDDY3GD8c3tjo6GrQCC gJ6/view?usp=drivesdk
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukannya praktikum Self Contained Breathing Apparatus (SCBA) ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Masing-masing
komponen
yang
terpasang
pada
alat
bantu
pernafasan SCBA ini memiliki fungsi serta kegunaan sendiri-sendiri yang saling menunjang satu sama lain. Komponen-komponen ini saling menyatu dan membentuk suatu peralatan yang dapat digunakan sebagai alat bantu pernafasan. 2. Pemakaian dan pemasangan SCBA harus dilakukan secara baik serta berurutan. 3. Penggunaan dan pemasangan SCBA harus secara ergonomis serta efisien dilakukan. 4. Metode
pemakaian
SCBA
bergantung
pada
menggunakannya, dengan konsekuensi metode
pekerja
yang
overhead lebih
membutuhkan banyak tenaga untuk mengangkat silinder gas dari pada metode konvensional. 5.2. Saran
Saran agar praktikum Self Contained Breathing Apparatus (SCBA) selanjutnya dapat berjalan lancar maka kami memberi saran berupa :
1. Sebelum malakukan praktikum, sebaiknya pengecekan kondisi SCBA dilakukan agar terhindar dari mal fungsi saat praktikum berlangsung. Pastikan tabung terisi oksigen yang cukup agar pada saat praktikum bisa maksimal 2. Langkah-langkah penggunaan dan pemakaian SCBA sebaiknya dilakukan sesuai prosedur yang telah ditentukan untuk menghindari
terjadinya kejang otot, kram otot atau penyakit akibat kerja lainnya yang mungkin saja terjadi akibat beban yang cukup berat.
DAFTAR PUSTAKA
Handoko,
Lukman.
2009.
Buku
Petunjuk
Praktek.
Politeknik
Perkapalan
Negeri
Surabaya:Surabaya Maria, Khusnul. 2017. LAPORAN PRAKTIKUM SPPK. Politeknik Perkaplan Negeri Surabaya: Surabaya http://serbamurni.blogspot.co.id/2012/02/makalah-kebakaran.html Diakses
tanggal 22-Maret
2018 di Surabaya. http://materifirefighters.blogspot.co.id/2016/10/pengertian-scba-dan-komponen-utamadari.html. Diakses tanggal 12-April-2018 di Surabaya. http://purba-officer.blogspot.co.id/2011/10/scba.html Diakses tanggal 12 April 2018 di Surabaya. https://www.scribd.com/document/349401972/Lapres-Sppk-Scba-0515040110Khusnulmariatunnikmah#user-util-view-profile Diakses pada tanggal 12 April 2018 di Surabaya.