Dampak Karakteristik Bayi Terhadap Peningkatan Pencapaian Adaptasi Peran ibu
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pemberian Asi Eksklusif Di Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi Tahun 2014
Dampak Perubahan Iklim Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue Dengue Di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah Selama Tahun 2009 - 2013
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Kelurahan Kota Palangka Raya
Pengaruh Finansial Dan Non Finansial Terhadap Motivasi B idan Desa Dalam Pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi
Determinan Pemberian Air Susu Ibu (Asi) Di Kota Palangka Raya
Kehamilan Usia Remaja Dan Kelahiran Preterm Di Ruang Kebidanan Instalasi Kesehatan Reproduksi BLUD RS Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
Analisis Kepuasan Mahasiswa Terhadap Layanan Pendidikan Di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palangka Raya
ISSN : 2087 - 9105
Volume V Nomor 9, Februari 2015
TIM REDAKSI Jurnal Forum Kesehatan Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya Raya
Tim Penyu Penyunti nting ng :
Penanggung Jawab
:
Dhini, M. M .Kes
Redaktur
:
Iis Wahyuningsih, S.Sos
Editor
:
Vissia Didin Ardiyani, SKM, MKM
Tim Pembantu Pembantu Penyun Penyunting ting :
Penyunting Pelaksana
:
1. Dwirina Hervilia, SKM, MK MKM 2. Munifa Munifa,, SKM, SKM, MPH
Pelaksana TU
:
1. Deddy Eko Heryanto, ST 2. Daniel Daniel,, A.Md A.Md.Ko .Kom m 3. Ariz Arizal al,, A.M A.Md d
Tim Mitra Bestari :
1. Dr. Djazuli Djazuli Chalidy Chalidyanto anto,, SKM., M.ARS M.ARS (Dosen (Dosen FKM UNAIR) UNAIR) 2. Dr. Demsa Simbolon, SKM, MKM (Dosen Poltekkes Kemenkes Kemenkes Bengkulu) Bengkulu) 3. Dr. Budi Budi Wahyun Wahyuni, i, MM, MA (PKBI) (PKBI)
Alamat Alamat Redak Redaksi si :
Unit Perpustakaan Perpustakaan Politeknik Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya Jalan George George Obos No. 32 Palangka Palangka Raya 73111- Kalimantan Tengah Telepon/Fax : 0536 – 3221768 Email
:
[email protected],
[email protected], poltekkespalangkaraya@
[email protected] gmail.com
Webs Websit itee
: www. www.po polt ltek ekke kess-pa pala lang ngka kara raya ya.a .ac. c.id id
Terbit 2 (dua) kali setahun.
PENGANTAR REDAKSI Salah satu tugas utama dari lembaga pendidikan tinggi sebagaimana tercantum dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi Tinggi adalah melaksanakan melaksanakan penelitian. Agar hasil-hasil hasil-hasil penelitian dan karya ilmiah lainnya yang telah dilakukan oleh civitas akademika akademika Politeknik Politeknik Kesehatan Kesehatan Kemenkes Palangka Raya lebih bermanfaat dan dapat dibaca oleh masyarakat, maka diperlukan suatu media publikasi yang resmi dan berkesinambungan. berkesinambungan. Jurnal Forum Forum Kesehatan Kesehatan merupakan Jurnal Ilmiah sebagai Media Informasi Informasi yang menyajikan kajian hasil-hasil penelitian, gagasan gagasan dan opini serta komunikasi komunikasi singkat maupun maupun informasi lainnya dalam bidang ilmu khususnya keperawatan, kebidanan, gizi, dan umumnya bidang ilmu yang berhubungan dengan kesehatan. Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya berkat bimbingan dan petunjuk-Nyalah upaya untuk mewujudkan media publikasi ilmiah Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya yang diberi nama Jurnal Forum Kesehatan Volume V Nomor 9, Februari 2015 ini dapat dapat terlaksana. terlaksana. Dengan Dengan tekat yang yang kuat kuat dan kokoh, kokoh, kami akan akan terus lebih memacu diri untuk senantiasa senantiasa meningkatkan meningkatkan kualitas tulisan yang akan akan muncul pada penerbitan – penerbita penerbitan n selanjutny selanjutnya. a. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Direktur Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya sebagai Penanggung Jawab serta Dewan Pembina yang telah memberikan kepercay kepercayaan aan dan petunjuk petunjuk kepada kepada redaktur redaktur hingga hingga terbitnya terbitnya Jurnal Forum Kesehatan Volume Volume V Nomor Nomor 9, 9, Februa Februari ri 2015 2015 ini. Ucapan terimakasih dan penghargaan juga disampaika disampaikan n kepada kepada Dewan Dewan Redaksi Redaksi dan Tim Tim Mitra Mitra Bestari Bestari yang telah meluang meluangkan kan waktunya untuk mengkaji kelayakan beberapa naskah hasil penelitian/karya ilmiah yang telah disampaikan kepada redaksi . Kepada para penulis yang telah menyampaikan naskah tulisannya disampaikan penghargaan penghargaan yang setinggi-tingginya dan selalu diharapkan partisipasinya untuk mengirimkan naskah tulisannya secara berkala dan berkesinambungan demi lancarnya penerbitan Jurnal Forum Kesehatan ini selanjutnya. selanjutnya. Akhirnya, semoga artikel-artikel yang dimuat dalam Jurnal Forum Kesehatan Volume V Nomor 9, Februari 2015 ini dapat dapat menamba menambah h wawasa wawasan n dan memberika memberikan n pencerahan pencerahan bagai lentera yang yang tak kunjung padam. Kritik dan saran yang yang bersifat bersifat membangun sangat diharapkan demi penyempurnaan penerbitan selanjutnya.
Tim Redak Redaksi si
DAFTAR ISI
Hal. Dampak Karakteristik Karakteristik Bayi Terhadap Peningkatan Peningkatan Pencapaian Pencapaian Adaptasi Adaptasi Peran ibu ibu Suryaningsih, Rodiyatun, Uswatun Hasanah, Fitriah......................................................... Fitriah.............................................................. .....
1
Faktor-Faktor Yang Yang Berhubungan Berhubungan Dengan Perilaku Pemberian Pemberian Asi Eksklusif Eksklusif Di Kelurahan Sungai Putri Putri Kota Jambi Tahun 2014 Ajeng Galuh Wuryandari.............................................. Wuryandari............................................................................... ............................................................ ...........................
9
Dampak Perubahan Perubahan Iklim Terhadap Terhadap Kejadian Demam Berdarah Berdarah Dengue Di Kota Palangka Palangka Raya, Kalimantan Tengah Selama Selama Tahun 2009 - 2013 Yongwan Nyamin, Natalansyah, Vissia Didin.A. ................................................................ ..................................................................... .....
18
Faktor-Faktor Yang Yang Berhubungan Berhubungan Dengan Kejadian Demam Demam Berdarah Dengue Dengue di Kelurahan Kota Kota Palangka Palangka Raya Yongwan Nyamin, Natalansyah, Reny Sulistyowati ..................................................... ................................................................ ...........
28
Pengaruh Finansial Finansial Dan Non Non Finansial Finansial Terhadap Motivasi Motivasi Bidan Desa Dalam Pelaksanaan Program Program Perencanaan Perencanaan Persalinan Dan Dan Pencegahan Komplikasi Komplikasi Esyuananik, Kharisma K, Sri Sri Wayanti, M. Choirin ................................................................ ................................................................
37
Determinan Pemberian Air Air Susu Ibu (Asi) (Asi) Di Kota Palangka Palangka Raya Maria Julin Rarome, Yeni Lucin .................................................................. ............................................................................................. ...........................
44
Kehamilan Usia Usia Remaja Dan Kelahiran Kelahiran Preterm Di Di Ruang Kebidanan Kebidanan Instalasi Instalasi Kesehatan Reproduksi Reproduksi BLUD RS Dr. Doris Doris Sylvanus Palangka Palangka Raya Noordiati ................................................................................. .................................................................................................................. ................................................. ................
51
Analisis Kepuasan Kepuasan Mahasiswa Terhadap Layanan Layanan Pendidikan Di Politeknik Politeknik Kesehatan Kesehatan Kementerian Kesehatan Kesehatan Palangka Palangka Raya Mars Khendra Kusfriyadi, Nang Randu Utama, Lamia Diang Diang Mahalia ................................
57
Jurnal Forum Kesehatan Kesehatan Volume V Nomor 9, Februari Februari 2015
ARTIKEL PENELITIAN
Dampak Karakteristik Bayi Terhadap Peningkatan Pencapaian Adaptasi Peran ibu Impact of Infant Characteristics on maternal role adaptation
Suryaningsih, Rodiyatun, Rodiyatun, Uswatun Hasanah, Fitriah
Abstrak . Pencapaian peran ibu (maternal ( maternal role attainment ) merupakan proses yang bersifat interaktif dan berkembang yang terjadi sepanjang waktu, selama ibu melekat dengan bayinya, memperoleh kecakapan dalam melakukan tugas-tugas yang diperlukan dalam peran itu, dan mengungkapkan rasa senang dan puas pada peran tersebut. Apabila peran ibu tidak tercapai maka akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi, seperti perkembangan mental bayi, tingkah laku bayi, status kesehatan bayi, kemampuan sosial untuk berinteraksi dengan orang lain. Juga meningkatnya jumlah penganiayaan dan pengabaian terhadap anak. Tujuan penelitian ini adalah d iketahuinya dampak infant characteristic dalam meningkatkan adaptasi pelaksanaan peran ibu. Jenis penelitian yang digunakan adalah Survey Analitik menggunakan desain cross desain cross sectional . Populasi yang digunakan adalah ibu nifas 3-32 hari postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Bangkalan Kabupaten Bangkalan yaitu ± 48 ibu nifas diambil secara insidental. Data diambil menggunakan kuesioner dan dianalisa menggunakan korelasi Pearson dan regresi linier. Hasil analisa menunjukkan bahwa temperamen, penampilan dan status kesehatan mempunyai korelasi positif terhadap pencapaian peran ibu (R=0,553, R=0,473 dan R=0,773). Karakteristik bayi dapat menjelaskan 63,3% pencaaian peran ibu dan status kesehatan bayi mempunyai risiko terbesar dalam pencapain peran ibu. Dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai adaptasi pelaksanaan peran ibu secara optimal, diupayakan untuk menjaga agar bayi selalu berada dalam kondisi sehat dan terpenuhi kebutuhannya Kata kunci: karakteristik bayi. P encapaian peran ibu Abstrak. Maternal role attainment is a process that is interactive and evolving happens all the time, as long as the mother is attached to the baby, acquire skills in performing the tasks required in the role, and expresses a sense of happy and satisfied in that role. If the mother's role is not reached it will affect the baby's growth and development, such as mental development of infants, infant behavior, infant health status, social skills to interact with others, and the growing number of abuse and neglect of children.The aim was to analyze risk of infant characteristics on maternal role attainment. This research used a cross sectional design. The subject which used consecutive sampling technique consisted of 48 postpartum mother aged 3-32 days. Data were collected by quesioners and analysis by pearson correlation and linier regression. Pearson analysis showed that temperament, appereance and health status was positively correlated to maternal role attainment (R=0,553, R=0,473 and R=0,773). Infant characteristic can explain 63,8% maternal role attainment and health status is the bigger risk. In conclusion, to implementation of optimal maternal role attainment, sought to keep the baby is always in good condition and unmet needs. Key word : infant characteristics, maternal role attainment
Pendahuluan Menjadi seorang ibu berarti memperoleh identitas baru yang membutuhkan pemikiran dan penguraian yang lengkap tentang diri sendiri. Selain itu menjadi seorang ibu tidak hanya pribadi perempuan saja yang menjadi ibu, tetapi terdapat kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam 1 melaksanakan peran ibu. Pencapaian peran ibu (maternal role attainment ) merupakan proses yang bersifat interaktif dan berkembang yang terjadi sepanjang waktu, selama ibu melekat dengan bayinya, memperoleh kecakapan dalam melakukan tugas-tugas yang diperlukan dalam peran itu, dan mengungkapkan rasa senang dan puas pada peran tersebut. Penerimaan peran meliputi interaksi aktif
Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015
penerima peran dan pasangan peran, setiap respon untuk memberi isyarat dari orang lain dan mengubah tingkah laku sesuai dengan respon orang lain.2 Untuk mencapai peran seorang ibu, idealnya seorang ibu mampu melaksanakan proses yang yang mengikuti 4 (empat) tahap penguasaan peran, yaitu tahap anticipatory anticipatory dimana ibu mampu melakukan penyesuaian sosial dan psikologi terhadap peran barunya nanti dengan mempelajari apa saja yang dibutuhkan untuk menjadi seorang ibu, seperti ibu belajar tentang ASI, belajar tentang perawatan anak, latihan memasak, dan sebagainya. Tahap formal ibu mampu memerankan peran sesungguhnya sebagai seorang ibu dengan memperoleh bimbingan peran secara formal dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh sistem 1
Suryaningsih, et al. Dampak Karakteristik Bayi terhadap Peningkatan Penc apaian Adaptasi Peran Ibu
perempuan dari wanita seperti orang tua (ibu) mengajarkan cara perawatan bayi pada anaknya (ibu muda). Tahap informal adalah tahap dimana perempuan telah mampu menemukan jalan yang unik dalam melaksanakan peran barunya, dan tahap personal merupakan tahap pencapaian peran ibu. Dengan mampu melaksanakan tahapan tersebut, seorang ibu akan mencapai perannya sebagai 3 seorang ibu dengan baik. Apabila peran ibu tidak tercapai maka akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi, seperti perkembangan mental bayi, tingkah laku bayi, status kesehatan bayi, kemampuan sosial untuk berinteraksi dengan orang lain 4 Juga meningkatnya jumlah penganiayaan dan 2 pengabaian terhadap anak . Seorang wanita dalam pencapaian perannya sebagai seorang ibu membutuhkan reaksi dan interaksi yang dilakukan dengan orang-orang di lingkungannya, misalnya: pasangannya, ba yi, keluarga dan orang lain 2. Oleh karena itu, peran atau partisipasi suami, bayi, keluarga dan orang lain sangat penting untuk meyakinkan dan memberikan penghargaan terhadap peran baru ini 1. Asumsi Mercer berkaitan dengan pengembangan model maternal role attainment ini diantaranya adalah bayi baru lahir diyakini sebagai partner yang aktif dalam proses pencapaian peran ibu, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh peran ibu serta peran pasangan dan bayinya akan mereflesikan kompetensi ibu dalam menjalankan perannya sehingga dapat tumbuh dan berkembang. Salah satu pengaruh bayi terhadap pencapaian peran ibu adalah karaktersitik bayi (infant characteristics) meliputi temperamen bayi, penampilan bayi, dan status kesehatan bayi. 5 Peran bidan juga sangat diperlukan dengan membantu ibu melalui kerja yang dibutuhkan untuk menyesuaikan diri dengan peran maternal, mengidentifikasi, dan mengintervensi apakah ada faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian peran maternal atau menyebabkan menyebabkan stress antenatal 2 Hasil Dan Pembahasan Karakteristik Temperamen Bayi Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa dari 9 indikator temperamen bayi, 4 indikator mempunyai nilai rata-rata mudah yaitu antara 2,6 sampai dengan 3,25. Dari tabel 1 juga dapat diketahui temperamen bayi nilai tertinggi ada pada indikator ritmisitas dengan nilai rata-rata tertinggi yaitu 3,56. Sedangkan nilai paling rendah ada pada indikator intensitas reaksi dengan nilai rata-rata yaitu 2,35. Seorang bayi mulai menunjukkan temperamennya sejak dia lahir. Bayi yang memiliki temperamen mudah adalah bayi yang mampu menggenggam tangan ibu untuk periode yang lama, bayi menyusu setiap 2 jam dari hari ke hari, bayi tidak merasa malu (tidak memalingkan
Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015
Penelitian ini bertujuan menganalisis dampak Infant Characterictics terhadap pencapaian peran ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Bangkalan Kabupaten Bangkalan. Bahan dan Cara Kerja Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik dengan menggunakan desain cross sectional . Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas usia 3 – 32 32 hari yang melahirkan pada bulan September – Oktober 2014 sejumlah 60 orang. Sampel diambil secara Nonprobability Sampling dengan teknik consecutive sampling dimana pemilihan sample dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah responden dapat terpenuhi sebanyak 48 orang. Dari keseluruhan responden, semua data terisi lengkap sehingga semua subjek dapat dilakukan analisis data. Penelitian ini menggunakan variabel independen karakteristik bayi yang meliputi temperamen, penampilan dan kesehatan bayi dan variabel dependen adaptasi ibu nifas dalam pelaksanaan peran ibu. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode kuesioner yang diisi langsung oleh responden. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis univariate yang dilakukan terhadap satu variabel dengan persentase. Kemudian dilanjutkan dengan analisis bivariate menggunakan Korelasi Pearson karena data tersedia dalam bentuk interval selanjutnya setelah diuji normalitas menggunakan Kolmogrov Smirnov test, data yang ada terdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan analisis multivariate menggunakan regresi linier berganda. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Bangkalan pada Bulan September Oktober 2014 dan telah mendapatkan ethical clearance dari komisi etik Poltekkes Kemenkes Surabaya.
muka/melekat pada ibu) pada saat bertemu dengan individu baru, bayi menerima adanya perubahan apapun baik pada tempat, posisi, pemberian makan atau individu yang memberikannya, bayi merengek terhadap perilaku pemijatan bayi, bayi menunjukkan ketidaknyamanan (merengek) bila popok kotor oleh feses/basah, bayi tidak rewel pada saat bangun tidur dan akan tidur, bayi mampu memandang wajah orang tua secara terus menerus meskipun ada seseorang yang mengalihkan perhatiannya, serta tangisan lapar bayi dapat dihentikan selama lebih dari satu menit dengan menggendong, memasang dot, dll. Kategori bayi bertemperamen mudah ( the easy baby) baby) adalah bayi yang memiliki tingkat
2
ARTIKEL PENELITIAN
aktivitas sedang, ritmisitas tinggi, mendekatkan diri, kemampuan adaptasi yang tinggi, intensitas rendah, alam perasaan positif, ambang tinggi, perhatian yang lama sangat menetap, dan distraksibilitas tinggi. Bayi yang memiliki temperamen ini sekitar 40%. Sedangkan bayi dengan tipe temperamen sulit ( the difficult
baby) baby) memiliki tingkat aktivitas tinggi, ritmisitas rendah, menarik diri, kemampuan adaptasi yang rendah, intensitas tinggi, alam perasaan negatif, ambang rendah, perhatian yang singkat kurang menetap, dan distraksibilitas rendah. Bayi yang memiliki 6 temperamen ini sekitar 10% .
Tabel 1. Distribusi frekuensi Ibu Nifas 3-32 hari postpartum berdasarkan berdasarkan Temperamen bayi di wilayah Kerja Puskesmas Bangkalan Tahun 2014 (n=48)
n
%
n
%
Temperamen Bayi Mudah Sangat Mudah n % n %
4 0 4 5 11 11 4 6 7
8.3 0 8.3 10.4 22.9 22.9 8.3 12.5 14.6
13 6 16 21 14 8 7 13 8
27.1 12.5 33.3 43.8 29.2 16.7 14.6 27.1 16.7
24 9 20 14 18 21 27 28 22
Sulit
Sub Variabel
Tingkat Aktivitas Ritmisitas Mendekat atau menarik diri Kemampuan adaptasi Intensitas Reaksi Ambang Responsivitas Alam Perasaan (Mood) Perhatian Distraksibilitas
Lambat
arakteristik Penampilan Bayi K arakteristik Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa dari 3 indikator penampilan bayi, sebagian besar mempunyai kategori sangat menarik baik pada kategori bentuk wajah, keadaan postur tubuh maupun kebersihan diri bayi. Dari tabel tersebut juga dapat diketahui bahwa nilai tertinggi karakteristik penampilan bayi pada indikator kebersihan bayi dengan nilai rata-rata tertinggi yaitu 3,77. Sedangkan nilai paling rendah ada pada indikator bentuk wajah bayi dengan nilai rata-rata yaitu 3.00. Penampilan fisik bayi seperti bentuk wajah yang sesuai dengan keinginan orang tua, postur tubuh normal tanpa terdapat kecacatan dengan mampu menengadahkan kepala, tangan dan kaki secara sempurna, mampu menoleh ke kanan dan ke kiri, mampu menekuk tangan dan kaki dengan sempurna serta kebersihan diri bayi terjaga dengan baik dengan bayi dimandikan setiap hari dan
50 68.8 41.7 29.2 37.5 43.8 56.3 58.3 45.8
7 33 8 8 5 8 10 1 11
14.6 68.8 16.7 16.7 10.4 16.7 20.8 2.1 22.9
Total n
%
48 48 48 48 48 48 48 48 48
100 100 100 100 100 100 100 100 100
Mean
2.71 3.56 2.67 2.52 2.35 2.54 2.90 2.50 2.77
mengganti pakaian bayi 2x sehari merupakan penampilan menarik dari seorang bayi. bayi. Penampilan adalah kesan subjektif dan kumulatif penampilan fisik bayi, status nutrisi, perilaku, kepribadian, interaksi dengan orang tua dan perawat (juga saudara kandung jika ada), postur tubuh, perkembangan dan kemampuan bicara. Bentuk wajah normal adalah bentuk wajah yang simetris tanpa ada kecacatan dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Normal postur tubuh bayi adalah fleksi kepala dan ekstremitas, dengan istirahat terlentang atau telungkup. Tanda potensi kegawatan atau abnormalitas adalah postur timpang yaitu ekstensi ekstremitas. Kebersihan diri bayi akan memberikan petunjuk yang sangat baik tentang kemungkinan adanya pengabaian, sumber finansial yang tidak adekuat, kesulitan dalam perumahan (tidak ada air yang mengalir) atau kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan bayi7
Tabel 2 Distribusi frekuensi Ibu Nifas 3-32 hari postpartum berdasarkan berdasarkan Penampilan bayi di wilayah Kerja Puskesmas Bangkalan Tahun 2014 (n=48)
Variabel
Bentuk Wajah Keadaan Postur tubuh Kebersihan bayi
Kurang Menarik n %
15 13 0
31.3 27.1 0
Penampilan Bayi Menarik Sangat Sangat Menari n % n %
10 8 16
Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015
20.8 16.7 33.3
23 27 32
47.9 56.3 66.7
Total Total n %
48 48 48
100 100 100
Mean
3.00 3.12 3.77
3
Suryaningsih, et al. Dampak Karakteristik Bayi terhadap Peningkatan Penc apaian Adaptasi Peran Ibu
Karakteristik Kesehatan Bayi Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa dari 4 indikator kesehatan bayi, Sebagian besar responden berada dalam kategori sehat pada setiap indikator kesehatan bayi baik pada indikator menyusu dengan baik, tidur, imunisasi maupun pada indikator reflek. Dari tabel 3 juga dapat diketahui kesehatan bayi nilai tertinggi pada indikator imunisasi dengan nilai rata-rata tertinggi yaitu 1.90. Sedangkan nilai paling rendah ada pada indikator tidur dengan nilai rata-rata yaitu 1,70. Bayi yang memiliki kesehatan yang baik adalah bayi yang merasa relaks dan puas setelah menyusu dan melepaskan puting susunya sendiri, bayi menyusu setidaknya 10 -12 kali dalam sehari, berat badan bayi bertambah dar i berat badan lahir, bayi BAK setidaknya 6 kali dalam sehari warna jernih/kuning muda dan BAB 2x/ lebih dalam sehari dengan warna kekuningan ”berbiji”, bayi hanya tidur terus menerus dan bangun diantara waktu menyusu, mendapatkan imunisasi Hb dan memiliki refleks yang baik seperti mampu memegang sesuatu dan bertambah kuat ketika memegangnya ketika sesuatu itu diambil, mampu mencari puting susu ibu sendiri, mampu menghisap ASI dengan baik tanpa mengalami kesulitan.
Kesehatan bayi diidentifikasi sebagai pengembangan pathologi kombinasi dengan pandangan orang tua akan kesehatan bayi secara umum1. Tanda-tanda bayi cukup ASI adalah bayi BAK setidaknya 6x dalam 24 jam warnanya jernih sampai kuning muda, bayi BAB berwarna kekuningan “berbiji” 2x atau lebih dalam sehari, bayi relaks dan puas setelah minum dan bayi melepaskan puting susu sendiri, bayi menyusu setidaknya 10-12 kali dalam 24 jam, serta berat badan bayi bertambah. Dalam 10 hari pertama setelah kelahiran bayi normal terjadi penurunan berat badan bayi maksimal 10%. Akan tetapi selanjutnya berat badan bayi akan terus meningkat apabila kebutuhannya terpenuhi 8. Aktivitas untuk bayi baru lahir usia 1 bulan yaitu hanya melakukan aktivitas tidur hampir sepanjang waktu dan hanya bangun diantara waktu menyusu/eliminasi. Imunisasi yang diberikan pada bayi usia 0-7 hari adalah imunisasi Hb, BCG, dan polio 1. Refleks merupakan bawaan bayi ketika lahir untuk bertahan hidup di luar. Refleks-refleks pada bayi yaitu refleks startle, startle, refleks tonic neck , refleks stepping, refleks stepping, refleks placing placing , refleks grapsing , refleks babinski, babinski, refleks rooting , refleks sucking , refleks 9 swimming , dan refleks papillary
Tabel 3 Distribusi frekuensi Ibu Nifas 3-32 hari postpartum berdasarkan berdasarkan kesehatan bayi di wilayah Kerja Puskesmas Bangkalan Tahun 2014 (n=48)
Variabel Menyusu dengan baik Tidur Imunisasi Reflek
Kurang Sehat n % 15 31.3 19 39.6 13 27.1 15 31.3
Adaptasi Pelaksanaan Peran Ibu Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa dari 3 indikator adaptasi pelaksanaan peran ibu, secara keseluruhan indikator mempunyai nilai ratarata baik yaitu antara 2,6 sampai dengan 3,25. Dari tabel 4 juga dapat diketahui adaptasi pelaksanaan peran ibu nilai tertinggi pada indikator kepuasan dengan nilai rata-rata tertinggi yaitu 3,19. Sedangkan nilai paling rendah ada pada indikator kompetensi/ kepercayaan diri dalam melaksanakan peran dengan nilai rata-rata yaitu 2,95. Pada indikator kompetensi/ Kepercayaan diri dalam peran sebagian besar ibu berada dalam kategori cukup sebesar 47.9%, pada indikator kepuasan sebagian besar berada pada kategori baik sebesar 45.8% sedangkan pada indikator
Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015
Kesehatan Bayi Sehat Total n % n % 33 68.8 48 100 29 60.4 48 100 35 72.9 48 100 33 68.8 48 100
Mean 1.73 1.70 1.90 1.76
keterikatan pada anak sebagian besar pada kategori baik sebesar 43.8%. Menjadi seorang ibu memperoleh identitas baru yang membutuhkan pemikiran dan penguraian yang lengkap tentang diri sendiri. Adaptasi diperoleh karena belajar dari pengalaman serta cara penyesuaian yang berorientasi pada tugas. Adaptasi pelaksanaan peran ibu dikatakan baik jika mampu melaksanakan empat tahap penguasaan peran seperti pada tahap anticipatory, ibu anticipatory, ibu merasa senang ketika dinyatakan hamil, tahap formal seperti ibu muda diajari ibunya tentang melakukan perawatan bayi baru lahir, tahap informal ibu sering menatap mata bayinya dan menyentuh kulitnya dengan lembut setiap berinteraksi dengan bayinya. Dan tahap personal dimana ibu merasa telah mampu
4
ARTIKEL PENELITIAN
untuk menjadi seorang ibu dengan mahir melakukan semua tugas-tugas seorang ibu. Pencapaian peran ibu adalah proses interaksional dan perkembangan yang terjadi dari waktu ke waktu di mana ibu menjadi melekat pada bayinya, memperoleh kompetensi dalam melakukan tugas-tugas perawatan bayi, serta terlibat dalam peran. Dan mengekspresikan kesenangan dan kepuasan dalam peran. 10 Pencapaian peran ibu merupakan empat tahap akuisisi peran yaitu tahap anticipatory dimana perempuan mulai melakukan penyesuaian social dan psikologis dengan mempelajari segala sesuatu yang dibutuhkan untuk menjadi seorang ibu. Tahap formal Tahap formal merupakan tahap peran ibu yang sesungguhnya. Tahap informal dimana dimana perempuan
sudah mampu menemukan jalan yang unik dalam melaksanakan peran barunya nanti dan tahap personal adalah tahap di mana perempuan sudah mahir melakukan perannya sebagai seorang ibu dan orang lain umumnya menerina pernyataan itu 1. Mode fungsi peran mengenal pola-pola interaksi sosial seseorang dalam hubungannya dengan orang lain yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier. fokusnya dimana seseorang dapat memerankan dirinya. Dan mode interdependensi keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dimana ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain dan kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya 11.
Tabel 4 Distribusi frekuensi Ibu Nifas 3-32 hari postpartum berdasarkan Adaptasi Pelaksanaan Peran Ibu di wilayah Kerja Puskesmas Bangkalan Tahun 2014 ( n=48)
Variabel Kompetensi/ Kepercayaan diri dalam peran Kepuasan Keterikatan pada anak
Kurang n % 8 16.7 7 14.6
Adaptasi Pelaksanaan Peran Cukup Cukup Baik Total n % n % n % 23 47.9 17 35.4 48 100 19 39.6 22 45.8 48 100
11
16
22.9
Korelasi Temperamen Bayi dengan Adaptasi Pelaksanaan Peran Ibu Berdasarkan tabel 5 tampak bahwa temperamen bayi berkorelasi positif dengan peran ibu dan memiliki kekuatan korelasi sedang dengan nilai R=0,553. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang signifikan antara temperamen bayi dengan pencapaian peran ibu (p<0.001). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa bayi yang peka terhadap rangsang dan tidak dapat beradaptasi dapat menyebabkan ibu ragu terhadap kompetensi mereka sebagai seorang ibu. Dan penelitian tentang hubungan antara temperamen dan kemampuan melakukan tugas dengan baik (motivasi penguasaan) menemukan bahwa bayi dengan penguasaan yang tinggi cenderung lebih kooperatif dan lebih mudah sehingga kemampuan adaptasi ibu dalam melakukan tugas atau peran seorang ibu dapat berjalan dengan baik pula 7. Salah satu konsep pencapaian peran ibu adalah temperamen bayi dimana temperamen mudah versus temperamen sulit, ini berhubungan apakah bayi mengirimkan isyarat yang sulit dibaca sehingga menyebabkan ketidakmampuan dan 10 frustasi pada ibu . Sejak lahir bayi menunjukkan perbedaan individu yang nyata pada cara mereka berespons terhadap lingkungan dan cara orang lain
Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015
33.3
21
43.8
48
100
Mean 2.95 3.19 3.05
terutama orang tua, berespons terhadap mereka dan kebutuhannya. Bayi yang memiliki temperamen yang mudah dengan kriteria memiliki tingkat aktivitas sedang, ritmisitas tinggi, mendekatkan diri, kemampuan adaptasi yang tinggi, intensitas rendah, alam perasaan positif, ambang tinggi, perhatian lama sangat menetap dan distraksibilitas tinggi akan menimbulkan kemampuan beradaptasi ibu yang baik dalam melaksanakan perannya sebagai seorang ibu, sedangkan bayi yang bertemperamen sulit akan membuat seorang ibu kurang dapat beradaptasi terhadap pelaksanaan peran ibunya karena rasa ketidakmampuan dan frustasi pada ibu. Hal ini disebabkan karena persepsi ibu tentang pengalaman melahirkan yang mudah dan paritas ibu. Korelasi Penampilan Bayi dengan Adaptasi Pelaksanaan Peran Ibu Berdasarkan tabel 5 tampak bahwa penampilan bayi berkorelasi positif dengan peran ibu dan memiliki kekuatan korelasi sedang dengan nilai R=0,473. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang signifikan antara temperamen bayi dengan pencapaian peran ibu (p<0.005). Penampilan adalah kesan subjektif maupun kesan
5
Suryaningsih, et al. Dampak Karakteristik Bayi terhadap Peningkatan Pencapaian Adaptasi Peran Ibu
kumulatif yang meliputi penampilan fisik, status nutrisi, perilaku, kepribadian, interaksi dengan orang tua dan perawat (juga saudara kandung jika ada), postur tubuh, perkembangan dan kemampuan bicara. Penampilan fisik seperti bentuk wajah yang normal dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh keluarga akan membuat keluarga merasa senang dalam melakukan perawatan bayi baru lahir. Postur tubuh yang abnormal seperti postur timpang akan menyebabkan kekecewaan terhadap diri keluarga. Kebersihan diri bayi akan memberikan petunjuk yang sangat baik tentang kemungkinan adanya pengabaian, sumber financial yang tidak adekuat, kesulitan dalam perumahan atau kurangnya pengetahuan tentang perawatan bayi baru lahir 7 Pada umumnya setiap orang tua memiliki khayalan dan impian tentang figure anak idealnya. Penampilan bayi yang menarik membuat adaptasi pelaksanaan peran ibu baik. Ini disebabkan karena bentuk wajah bayi sesuai dengan yang diharapkan, postur tubuh bayi baik tanpa mengalami kecacatan atau kelainan dan kebersihan diri bayi terjaga dengan baik. Sehingga ibu merasa senang dalam melakukan perawatan bayi baru lahir. Sedangkan penampilan bayi yang kurang menarik menyebabkan adaptasi pelaksanaan peran ibu yang kurang karena ibu merasa bentuk wajah bayi tidak sesuai dengan yang diharapkan, diharapkan, dan bayi belum mampu melakukan gerakan fleksi dengan sempurna sehingga ibu masih membutuhkan waktu untuk bisa menerima keadaan tersebut. Bayi yang memiliki penampilan yang kurang dengan adaptasi pelaksanaan peran ibu yang baik, hal ini disebabkan karena sikap mengasuh anak yang merupakan kecenderungan bertindak dari individu berupa respons tertutup terhadap stimulus ataupun objek tertentu. Korelasi Kesehatan Bayi dengan adaptasi Pelaksanaan Peran Ibu Berdasarkan tabel 5 tampak bahwa kesehatan bayi berkorelasi positif dengan peran ibu dan memiliki kekuatan korelasi kuat dengan nilai R=0,773. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang signifikan antara temperamen bayi dengan pencapaian peran ibu (p<0.001). Status kesehatan bayi merupakan penyakit yang disebabkan oleh pemisahan ibu-bayi yang mengganggu proses kasih sayang. Bayi dianggap sebagai partner aktif dalam proses pengambilan peran ibu, akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh peran dan perkembangan respon bayi yang berinteraksi dengan ibu dalam mengembangkan identitas ibu adalah seperti kontak mata, refleks
Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015
menggenggam, refleks tersenyum, sikap tenang dalam perawatan, perilaku interaksi yang konsisiten dengan ibu. Kalau bayi menderita kelainan atau keabnormalan sikap orang tua akan diwarnai oleh kekecewaan dan kegelisahan mengenai normal tidaknya bayi di masa yang akan datang serta kemampuan untuk merawat bayinya 12 Kondisi yang mempengaruhi adaptasi pelaksanaan peran ibu salah satunya adalah kesehatan bayi. Kesehatan bayi yang sehat dengan kriteria bayi mampu meyusu dengan baik (bayi relaks setelah menyusu, menyusu 10-12 kali dalam sehari, BB bertambah, BAB 2 kali/lebih dalam sehari berwarna kekuningan “berbiji”, BAK setidaknya 6 kali dalam 24 jam berwarna jernih/kuning muda), bayi tidur terus menerus dan bangun jika ingin menyusu, mendapatkan imunisasi (Hb), dan refleks bayi baik meliputi refleks tonic neck, grapsing, babinski, rooting, sucking, dan papillary menyebabkan ibu tidak khawatir dan cemas terhadap kondisi kesehatan bayinya sehingga ibu mampu beradaptasi dalam melaksanakan peran ibunya dengan baik. Sedangkan kesehatan bayi yang kurang sehat menyebabkan adaptasi pelaksanaan peran ibu yang kurang karena bayi tidak dapat menyusu dengan baik sehingga berat badannya turun, dan kemampuan refleks bayi kurang baik seperti bayi tidak mampu memegang sesuatu dan tidak bertambah kuat memegangnya jika sesuatu itu diambil sehingga ibu merasa khawatir dan gelisah serta menyebabkan ibu tidak merasa percaya diri dalam melakukan perawatan bayi baru lahir akibatnya adaptasi pelaksanaan peran ibunya kurang Korelasi Temperamen, Penampilan, dan kesehatan Bayi (Karakteristik Bayi) secara bersama - sama dengan Adaptasi Pelaksanaan Peran Ibu Berdasarkan tabel 5 tampak bahwa temperamen, penampilan dan kesehatan bayi (karakteristik bayi) berkorelasi secara bersama sama dengan adaptasi pelaksanaan peran ibu dengan nilai R Square =0,638 dan p< 0,001. Karakteristik bayi menjelaskan adaptasi pelaksanaan peran ibu sebesar 63,8% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Variabel terikat pada penelitian ini adalah pencapaian peran ibu yang merupakan variabel numerik, sehingga untuk mengetahui dampak karakteristik bayi (temperamen, penampilan dan kesehatan) menggunakan analisis regresi linier berganda.
6
ARTIKEL PENELITIAN
Tabel 5 Korelasi Temperamen, Penampilan dan Kesehatan Bayi dengan Adaptasi Pelaksanaan Peran Ibu
Variabel Karakteristik Bayi Temperamen Penampilan Kesehatan
R
Peran Ibu Nilai p
0,553 0,000* 0,473 0,001* 0,773 0,000* R Square (0.638) p=0.000**
n 48 48 48
*Diuji menggunakan Korelasi Product Moment (Pearson) **Diuji menggunakan Regresi Linier
Tabel 6 Dampak temperamen, penampilan dan kesehatan bayi (karakteristik bayi) terhadap peningkatan pencapaian peran ibu.
Variabel Karakteristik Temperamen Penampilan Kesehatan Konstanta P<0,001
B
SE
RR (IK 95%)
0,223 0,038 1,853 -0,910
0,102 0,097 0,361
2,18 (-0,16 - 0,23) 0,40 (1,13 - 2,58) 5,13 (0,02 - 0,43)
Tabel 6 menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan bermakna dengan peningkatan adaptasi peran ibu adalah variabel temperamen, penampilan dan kesehatan. Berdasarkan standardized coificiency terlihat bahwa aspek kesehatan bayi lebih besar pengaruhnya dibandingkan temperamen maupun penampilan. Bayi yang mempunyai kesehatan yang baik akan meningkatkan adaptasi pencapaian peran ibu. Pencapaian peran ibu membutuhkan dukungan dari macrosystem, mesosystem mesosystem maupun microsystem. microsystem. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah karakteristik bayi yang terdiri dari temperamen, penampilan dan kesehatan bayi. Faktor karakteristik bayi ternyata dapat menjelaskan 63,8% dari adaptasi pencapaian peran ibu, sedangkan sisanya dapat dipengaruhi oleh faktor yang lain. Dari ketiga karakteristik yang terdapat pada bayi, faktor kesehatan merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi pencapaian adaptasi peran ibu. Pencapaian peran ibu adalah proses interaksional dan perkembangan yang terjadi dari waktu ke waktu di mana ibu menjadi melekat pada bayinya, memperoleh kompetensi dalam melakukan tugas-tugas perawatan bayi, serta terlibat dalam peran. Dan mengekspresikan kesenangan dan kepuasan dalam peran. 10 Pencapaian peran ibu (maternal ( maternal role attainment ) merupakan proses yang bersifat interaktif dan berkembang yang terjadi sepanjang waktu, selama ibu melekat dengan bayinya, memperoleh kecakapan dalam melakukan tugas-
Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015
tugas yang diperlukan dalam peran itu, dan mengungkapkan rasa senang dan puas pada peran tersebut. Penerimaan peran meliputi interaksi aktif penerima peran d an pasangan peran, setiap respon untuk memberi isyarat dari orang lain dan mengubah tingkah laku sesuai dengan respon orang lain2. Untuk mencapai peran seorang ibu, idealnya seorang ibu mampu melaksanakan proses yang mengikuti 4 (empat) tahap penguasaan peran, yaitu tahap anticipatory dimana ibu mampu melakukan penyesuaian sosial dan psikologi terhadap peran barunya nanti dengan mempelajari apa saja yang dibutuhkan untuk menjadi seorang ibu, seperti ibu belajar tentang ASI, belajar tentang perawatan anak, latihan memasak, dan sebagainya. Tahap formal ibu mampu memerankan peran sesungguhnya sebagai seorang ibu dengan memperoleh bimbingan peran secara formal dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh sistem perempuan dari wanita seperti orang tua (ibu) mengajarkan cara perawatan bayi pada anaknya (ibu muda). Tahap informal adalah tahap dimana perempuan telah mampu menemukan jalan yang unik dalam melaksanakan peran barunya, dan tahap personal merupakan tahap pencapaian peran ibu. Dengan mampu melaksanakan tahapan tersebut, seorang ibu akan mencapai perannya sebagai seorang ibu dengan baik 3
7
Suryaningsih, et al. Dampak Karakteristik Bayi terhadap Peningkatan Pencapaian Adaptasi Peran Ibu
Kesimpulan Dan Saran Kesimpulan Dapat disimpulkan bahwa karakteristik bayi mempunyai korelasi positif terhadap pencapaian peran ibu baik dalam aspek temperamen, penampilan maupun kesehatan. Kesehatan bayi memberikan dampak terbesar terhadap pencapaian peran ibu. Saran Peran bidan sangat diperlukan dengan membantu ibu melakukan interaksi dengan bayinya yang dapat dimulai dari masa kehamilan dengan melibatkan ibu untuk bisa memegang tubuh janinya dari luar pada saat palpasi, mendengarkan detak jantung janin dan pada saat setelah persalinan dapat melakukan Bounding Attachment . Untuk mencapai adaptasi pelaksanaan peran ibu secara optimal, diupayakan untuk menjaga agar bayi selalu berada dalam kondisi sehat dan terpenuhi kebutuhannya
Daftar Pustaka
1.
Sari, Rury.N. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Graha ilmu. 2. Bryar, Rosamund.M. 2008. Teori Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC. 3. Asrinah, dkk. 2010. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Graha Ilmu. 4. Tomey, Ann.M. 2006. Nursing Theorist and Their Work Seventh Edition. United States of America: Elsevier 5. Andaners. 2011. Teori Ramona T. Mercer . Bersumber dari http://andaners.wordpress.com/2011/04/15/te ori-ramona-t-mercer/ (diakses tanggal 15 Juni 2014). 6. Wong, L.D. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. 4. Jakarta: EGC 7. Wong, L.D.2008. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 6. 6. Jakarta: EGC. 8. Marmi. 2012. Asuhan 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yogyakarta: Nifas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 9. Chomaria, Nurul. 2011. 2011 . Panduan Terlengkap Pasca Melahirkan. Melahirkan. Solo: Ziyad Visi Media. 10. Tomey, Ann.M. 2006. Nursing Theorist and Their Work Seventh Edition. Edition. United PStates of America: Elsevier 11. Permana, Tatat, at al. 2013. Konseptual Keperawatan Calista Roy. Roy . Bersumber dari http://www.scribd.com/doc/32526748/Konse ptual-Keperawatan-Calista-Roy (diakses tanggal 10 Juli 2014). 12. Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015
8
ARTIKEL PENELITIAN
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pemberian Asi Eksklusif Di Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi Tahun 2014 Risk Factors of B reastfee reastfeeding ding B ehaviour in Sungai Putri , Jambi, 2014
Ajeng Galuh Wuryandari Jurusan Kebidanan, Poltekkes Poltekkes Kemenkes Jambi
Tahun 2012 berjumlah berjumlah 3.700 bayi hanya 1.497 yang mendapatkan ASI eksklusif dan Abstrak. Kota Jambi Tahun data tahun 2014 dari bayi 4000 hanya 1.800 yang mendapatkan ASI eksklusif. Data Kelurahan Sungai Putri Tahun 2014 dari 76 bayi bayi hanya hanya 40 yang diberikan ASI eksklusif. eksklusif. Tidak diberikannya ASI eksklusif disebabkan masih kurangnya pengetahuan ibu, adanya kebiasaan adat istiadat dan peran petugas yang belum maksimal. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif dengan rancangan cross sectional untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi Tahun 2014 Tahun 2014. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, populasi adalah keseluruhan ibu yang memiliki bayi usia 0-12 bulan di Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi Tahun 2014, sedangkan tehnik Sampel adalah Proposive sampling sebanyak 76 orang. Pengumpulan dilakukan dengan cara pengisian kuesioner. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukan sebagian kecil berpengetahuan baik, sebagian besar responden b ersikap positif, berpersepsi baik, bermotivasi bai k, menilai keluarga memberikan peran peran dalam pemberian ASI ASI eksklusif, dan menilai petugas kesehatan kesehatan memberikan peran dalam pemberian ASI eksklusif e ksklusif di Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi Tahun T ahun 2014. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan bagi tenaga kesehatan agar dapat melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan dengan lebih meningkatkan penyuluhan tentang ASI eksklusif. Kata kunci : menyusui, faktor yang mempengaruhi menyusui Abstract. This research is descriptive research with cross sectional planning to know all of factors relation with exclusive breastfed Kelurahan Sungai Putri, Jambi in 2014. The data is collected by questioners; population is all of woman who had babies born in i n Jambi Sungai Putri In 2014 as many as 76 people, while the sample is total sampling. Collecting is done by filling out the questionnaire. Analysis of data using univariate and bivariate analyzes. Result of this research depicts only few of them has good knowledge, most of correspondence being positive, good perception, good motivation, valuate role of family and role of officer in giving breastfed in kelurahan sungai putri in 2014. Based on this research, it is suggested to health worker to implement all of policy to increase counseling on exclusive breastfeeding. Keyword : breastfeeding, determinant of breastfeeding
Pendahuluan Pemberian ASI sejak dini (eksklusif) merupakan asuhan essensial neonatal, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kelahiran bayi, pemberiannya disesuaikan dengan kebutuhan bayi dalam sehari semalam sebanyak 8 kali atau selama bayi menginginkan. Lebih sering bayi menyusu akan lebih cepat merangsang prodiksi ASI dan larangan pemberian makanan dan minuman selama ASI kepada bayi sebelum usia 6 bulan, (1) kecuali jika ada indikasi medis. ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi dan anak. Tetapi menjadi masalah bila anak tidak dapat mengkonsumsi ASI dengan cukup karena berbagai
Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015
kondisi dan keadaan. Penggunaan pengganti air susu ibu (PASI) menjadi alternatif yang tidak dapat dihindari sehingga pemilihan susu terbaik bagi anak harus dilakukan secara cermat dan teliti. Susu merupakan makanan bayi dan anak yang dikonsumsi setiap hari dalam jumlah banyak dan jangka panjang. panj ang. Bila Bi la susu tersebut tidak cocok bisa menimbulkan gangguan tumbuh kembang yang (2) terjadi terus menerus dalam jangka panjang . Data Propinsi Jambi tahun 2011 dari 70.655 jumlah bayi hanya 18.649 (26,39%) bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. Data Kota Jambi tahun 2012 berjumlah 3.700 bayi hanya 1.497 yang mendapatkan ASI eksklusif dan data tahun 2014 dari
9
Ajeng Galuh W. Faktor-Faktor Faktor-Faktor yang Berhubungan Berhubungan dengan dengan Perilaku Pemberian ASI ASI Eksklusif di Keluarahan Keluarahan Sungai Sungai Putri, Jambi Jambi
bayi 4000 hanya 1.800 yang mendapatkan ASI eksklusif, Data Kelurahan Sungai Sungai Putri Tahun 2014 dari 76 bayi hanya 40 yang yang diberikan ASI eksklusif yang berarti capaian ASI eksklusif hanya sekitar 52, 6%. Bayi yang tidak mendapakan ASI eksklusif akan berdampak pada kekebalan tubuh, yaitu alergi, diare karena usus bayi yang belum mampu mencernakan makanan yang belum sesuai dengan kebutuhannya, dan kecerdasan bayi yang kurag dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif (3) sampai usia 6 bulan Berdasarkan hasil pengamatan di Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi Tahun 2014 tidak diberikan ASI eksklusif kepada bayi karena masih banyak orang tua yang beranggapan bayi baru lahir sebelum ASI keluar banyak harus diberi makan /minum selain ASI karena bayi laper, rewel, menangis terus, akhirnya orangtua akan menyikapi dengan memberi makanan atau minuman selain ASI pada bayi baru lahir terutama dalam tiga hari pertama, misalnya madu, susu formula,air teh, air putih, pisang dan lain-lain. Sebagian juga beranggapan bahwa sebelum 6 bulan selain ASI bayi harus diberi makanan/minuman pendamping ASI seperti bubur susu, pisang makanan yang dibuat dari tepung dengan alasan ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi sampai 6 bulan. ASI yang banyak dan memuaskan bayi hanya 3-4 bulan. Dari latar belakang diatas diperoleh permasalah penelitian yaitu masih rendahnya pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0 – 6 bulan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengetahuan, sikap, persepsi, motivasi, keluarga dan petugas kesehatan ibu tentang pemberian ASI eksklusif. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode Analitik dengan rancangan studi cross sectional yaitu suatu penelitian bertujuan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dengan efek dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat menggambarkan atau mendeskripsikan kondisi yang (4) sedang terjadi . Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi Tahun 2014, pada bulan Mei - Desember 2014. Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah semua ibu yang memiliki bayi usia 1 tahun
(0-12 bulan) di Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi Tahun 2014, untuk menghindari Recall bias bias yang terlalu lama, karena ibu akan menjawab Recall Dependant Question yang ada di kuesioner mengenai riwayat pemberian ASI, peran keluarga dan peran petugas saat bayi usia 0-6 bulan, Sampel pada penelitian ini adalah dipilih dengan menggunakan metode proposive sampling dengan kriteria inklusi yaitu ibu yang memiliki bayi usia 6 bulan lebih 1 hari sampai usia 12 bulan (usia bayi tidak lagi ASI eksklusif), bayi yang telah tercatat di puskesmas Putri Ayu atau di kantor kelurahan, ibu bersedia menjadi responden, dan ibu tidak buta huruf. Sedangkan kriteria eksklusi yang ditetapkan ibu yang tidak mampu melengkapi pengisian kuesioner secara lengkap dengan alasan apapun. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang didapat langsung saat penelitian dari responden dengan cara pengisian kuesioner yang diadptasi dari kueisioner penelitian terdahulu, kemudian di uji kembali dengan uji validitas dan reliabilitas, hasil uji nilai Cronbach’s alpha lebih dari 0,6. Kuesioner sesuai dengan variabel yang telah ditetapkan yaitu Pemberian Asia Eksklusif satu pertanyaan (diperjelas dengan adanya penekanan dan cross check untuk memastikan ibu yakin tidak pernah memberikan bayi hingga usia 6 bulan 0 hari selain ASI). Variabel pengetahuan terdiri dari 14 pertanyaan yang terdiri dari pengertian, keuntungan, waktu pemberian ASI, dan tehnik pemberian.Variabel sikap ibu mengenai ASI terdiri dari 15 pertanyaan mengenai sikap ibu terhadap pemberian ASI, kuesioner persepsi, motivasi, peran keluarga dan peran tenaga kesehatan terhadap dukungan pemberian ASI terdiri dari 10 (5-7). item pertanyaan Analisa data dengan menggunakan data univariat melihat gambaran dan bivariat untuk melihat hubungan antara variabel. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi, tabel dan diagram. Hasil Dan Pembahasan Pengumpulan data dalam penelitian diperoleh melalui pengisian kuesioner yang telah dilakukan uji validitas, untuk untuk menjaga kualitas data penelitian, peneliti melakukan penjelasan tentang maksud pertanyaan tersebut dengan bahasa yang mudah dipahami responden.
10
ARTIKEL PENELITIAN
Tabel 1. Gambaran Distribusi Determinan Pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi Variabel Pemberian Asi Eksklusif Memberikan Tidak memberikan Pengetahuan Ibu Baik Kurang Baik Sikap Ibu Positif Negatif Presepsi Ibu Baik Kurang Baik Motivasi Ibu Baik Kurang Baik Peran Keluarga Baik Kurang Baik Peran Petugas kesehatan Berperan Tidak berperan
Dari hasil analisis Univariat, diperoleh hasil sebagian besar 55 responden (68%) tidak memberikan ASI eksklusif, bila lihat dari target provinsi Jambi Tahun 2011 mentargetkan 86% pencapaian masih jauh dari target yang telah ditetapkan. Hasil penelitian ini sependapat dengan (8) Ratih IK pemberian ASI Eksklusif sampai 6 bulan komposisinya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi meskipun tanpa makanan/minuman pendamping ASI, kebijakan ini berdasarkan pada beberapa hasil penelitian yang menemukan bahwa pemberian makanan pendamping ASI justru akan menyebabkan pengurangan kapasitas lambung bayi dalam menampung asupan cairan ASI sehingga pemenuhan ASI yang seharusnya dapat maksimal telah tergantikan oleh makanan pendamping. (9) Menurut Perinasia ASI sebaiknya diberikan sedini mungkin dan atau tanpa jadwal, hal inu akan menjamin bahwa bayi akan memperoleh segala keuntungan yang beraal dari kolostrum. Kolostrum adalah ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari kelima atau ketujuh memang jernih dan kuning-kuning cairan inn mengandung zat putih telur atau protein yag kadar tinggi dan zat ini anti infeksi/kekebalan, kolostrum sangat sesuai kondisi bayi di hari-hari pertama kelahiran karena menerima beban yang akan memberatkan kerja Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015
N
f
21 55
32 68
17 59
22,4 77,6
40 36
52,6 47,4
43 33
56,6 43,4
39 37
51,3 48,7
67 9
88,2 11,8
60 16
78,9 21,1
ginjal. Terhambatnya pemberian ASI Eksklusif diasumsikan karena kebiasaan masyarakat yang langsung memberi makan/minum pada bayi baru lahir, kurangnya promosi kesehatan tentang manfaat ASI Eksklusif serta ketidak tahuan dampak dari pemberian makan pada bayi kurang dari 6 bulan. Hasil penelitian berdasarkan data distribusi jawaban dari 76 responden yang telah diteliti di Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi, pengetahuan responden tentang pemberian ASI ekslusif dikategorikan menjadi 2 berdasarkan cut off point 76 %. Kategori pengetahuan baik 17 (22,4%) responden diperoleh bila skor ≥ 76% dan dikategorikan pengetahuan kurang baik 59 (77,6%) responden bila < 76%, didapatkan yang berpengetahuan baik (22,4%) dan berpengetahuan kurang baik (77,6%). Hasil penelitian ini didapatkan sebagian kecil responden berpengetahuan baik. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nana (10) tentang hubungan antara pengetahuan, sikap dan kepercayaan ibu dengan pemberian ASI ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Bonto Cani Kabupaten Bone menyatakan tingkat pengetahuan ibu sebagian kecil kategori kurang (34,4%). Menurut (4) Notoatmodjo Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. 11
Ajeng Galuh Galuh W. Faktor-Faktor Faktor-Faktor yang Berhubungan Berhubungan dengan dengan Perilaku Perilaku Pemberian ASI ASI Eksklusif di Keluarahan Keluarahan Sungai Sungai Putri, Jambi Jambi
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior). Sebagian kecil responden mengetahui pengertian ASI Eksklusif, namun masih ada juga responden menjawab ASI yang diberikan tanpa makan dan minum pendamping ASI yang dimulai sejak bayi baru lahir sampai 6 bulan. Menurut (11) Roesli ASI adalah makanan yang terbaik bagi bayi yang sudah disediakan Tuhan, mengandung zat-zat gizi yang diperlukan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, memberikan perlindungan terhadap infeksi dan alergi juga merangsang sistem kekebalan. Penelitian ini dukung oleh pendapat ASI Eksklusif adalah pemberian ASI secara murni kepada bayi tanpa cairan lain, seperti susu formula atau air putih. Pemberian ASI Eksklusif dianjurkan untuk jangka waktu minimal hingga bayi berumur berumur enam bulan. Sebagian responden mengetahui bahwa untuk memperbanyak ASI antara lain dengan makan dan minum dengan gizi seimbang dan dengan teknik (9) menyusui yang benar. Sesuai dengan Perinasia bahwa menyusui bayi 2 jam siang sampai dengan malam lama menyusui 10 sampai 15 menit disetiap payudara, bangunkan bayi, lepaskan baju yang menyebabkan rasa gerah, dan duduklah selama menyusui, pastikan bayi menyusui dalam posisi menempel yang baik dan dengarkan suara menelan yang aktif, aktif, susukan bayi ditempat yang tenang dan nyaman dan minumlah setiap kali habis menyusui , dan tidurlah bersebelahan dengan bayi dan ibu harus meningkatkan istirahat dan minum. Sebagaian responden mengetahui apa saja tanda bayi cukup ASI, sebagian responden mengetahui mengapa sebagian bayi diberikan ASI Eksklusif yaitu karena kandungan gizi dalam ASI cukup memenuhi kebutuhan bayi sampai enam bulan dan memperkuat ikatan bayi antara ibu dan bayi. Sesuai pendapat Perinasia (9) bayi kencing setidaknya enam kali dan warnanya jernih sampai kuning muda, bayi sering buang air besar berwarna kekuningan berbiji, bayi bayi tampak puas, sewaktuwaktu merasa lapar, bangun, dan tidur cukup, payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui, bayi bertambah berat badannya. Tingginya persentase yang tidak memberikan ASI Eksklusif disebabkan responden memang benar benar tidak tahu ta hu arti pentingnya ASI Eksklusif bagi
kesehatan bayi sehingga tidak termotivasi untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Hasil penelitian berdasarkan data distribusi jawaban dari 76 responden yang telah diteliti di Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi sikap responden tentang pemberian ASI ekslusif dikategorikan menjadi 2 berdasarkan median (26,00). Kategori sikap baik 40 (52,6%) responden diperoleh bila skor ≥ median (26,00) dan dikategorikan dikategori kan sikap kurang baik 36 (47,4%) responden bila < median (26,00 (4) Menurut Notoatmodjo sikap merupakan reaksi atau responden seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Dari batasan diatas dapat disimpulkan bahwa sikap tidak dapat dilangsung dilihat tetapi hanya menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus teretentu sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Berdasarkan hasil yang telah didapatkan di Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi, sebagian responden setuju bahwa bayi baru lahir harus diberikan ASI segera setelah lahir, dapat menjalin ikatan batin antara ibu dan anak, setuju bahwa ASI merupakan hak bayi yang sangat penting dan wajib seorang ibu memberikan kepada bayi. Sebagian responden bersikap positif karena adanya reaksi responden dari peran/perilaku petugas kesehatan yang sudah melakukan kegiatan peningkatan penggunaan air susu ibu. Sehingga responden dapat menerima, menghargai terhadap objek (tindakan petugas kesehatan). (9) Menurut Perinasia ASI sebaiknya diberikan sedini mungkin dan atau tanpa jadwal, hal ini akan menjamin bahwa bayi akan memperoleh segala keuntungan yang berasal dari kolostrum. Kolostrum adalah ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari kelima atau ketujuh memang jernih dan kekuning-kuningan cairan ini mengandung zat putih telur atau protein yang kadarnya tinggi dan zat ini anti infeksi/ kekebalan, kolostrum sangat sesuai kondisi bayi di hari-hari pertama kelahiran karena menerima beban yang akan memberatkan kerja ginjal. Sementara responden yang memiliki sikap negatif antara lain sebagian tidak setuju menyusui yang baik adalah sesuai kebutuhan, secara alamiah bayi akan mengatur kebutuhan sendiri, sebagian kecil responden tidak setuju pemberian ASI Eksklusif sejak bayi baru lahir termasuk pemberian ASI sampai berusia 6 bulan, sebagian kecil responden ASI tidak meningkatkan daya tahan tubuh bayi. Sebagian responden setuju bahwa memberikan ASI sampai enam bulan akan meningkatkan kecerdasan anak dan mencegah berbagai penyakit dan akan 12
ARTIKEL PENELITIAN
(12)
tenang. Menurut Sunar pemberian ASI Eksklusif, dimana ibu harus menyusui bayi secara murni dalam jangka waktu minimal bayi berumur 0 sampai 6 bulan, karena ASI itu sendiri merupakan nutrisi yang berkualitas, bisa meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan kecerdasan dan menjalin kasih sayang antara ibu dan bayi. Masih ada responden yang sangat tidak setuju bahwa kolostrum itu sangat (3) baik untuk bayi. Menurut Yuliart i , pemberian ASI dapat membantu bayi memulai kehidupan dengan baik, kolostrum mengandung anti bodi yang kuat untuk mencegah infeksi dan membantu bayi menjadi kuat. Perilaku menyusui yang kurang mendukung seperti membuang kolustrum ini disebabkan masih adanya kepercayaan atau mitos bahwa ASI yang keluar pertama kali adalah susu basi, rusak, dan kotor sehingga pada hari-hari pertama para ibu tidak memberikan ASI pada bayinya. Adanya anggapan bahwa kolustrum adalah susu basi yang harus dibuang perlu dihilangkan dengan memberikan pengertian dan pemahaman kepada ibu-ibu tentang manfaat zat -zat yang terkandung dalam kolustrum bagi bayi yang baru lahir. Kolustrum, atau biasa disebut susu jolong, sudah terbukti mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi sejak lahir. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan sebagian responden memiliki sikap positif dalam pemberian ASI eksklusif dapat dilihat dari pertanyaan yang diajukan dan responden memilih pernyataan yang benar dengan jawaban sangat setuju dan setuju. Hasil penelitian berdasarkan data distribusi jawaban dari 76 responden yang telah diteliti di Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi persepsi responden tentang pemberian ASI ekslusif dikategorikan menjadi 2 berdasarkan median (1,00). Kategori persepsi baik ≥ median (26,00) dan dikategorikan persepsi kurang baik < median (1,00). Berdasarkan data distribusi jawaban dari 76 responden yang telah diteliti di Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi Tahun 2014 didapatkan persepsi bai adalah (52,6%) dan persepsi kurang baik (47,4%). Menurut Danuatmaja and Mila (1), bahwa pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan merupakan cara dalam pemberian makanan pada bayi. Setelah 6 bulan biasanya bayi membutuhkan banyak zat besi dan seng. Nutrisi tambahan biasa diperoleh dari makanan padat dengan porsi yang sedikit. Bayi dapat meminum ASI sampai usia 12 bulan atau lebih jika terus menerus tumbuh dan berkembang, berarti ASI bisa memenuhi kebutuhannya dengan baik. ASI memberikan perlindungan terhadap berbagai penyakit. ASI memberikan perlindungan
Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015
terhadap berbagai penyakit terutama infeksi, menyusui selama enam bulan dapat juga mencegah alergi pada bayi misalnya alergi terhadap makanan atau pun alergi pernapasan Sementara responden memiliki persepsi kurang baik terhadap pemberian ASI Eksklusif antara lain pemberian ASI Eksklusif sampai usia bayi berumur enam bulan, respendon yang tidak setuju memberikan ASI menyempurnakan pertumbuhan bayi yang sehat dan cerdas, selanjutnya responden yang tidak setuju bahwa ASI adalah makan terbaik untuk bayi, dan responden akan memberikan makanan selain ASI pada bayi (13) usia dibawah enam bulan. Menurut Farrer Asi merupakan makanan yang paling cocok untuk kemampuan bayi karena bayi dapat menyerap dengan baik dan bayi merasa puas. Pemberian ASI akan memenuhi semua kebutuhan bayi baik dari seginutrisi, kehangatan, perasaan, nyaman dan aman dengan cara yang paling mudah dan efektif. Berdasarkan hasil jawaban responden mengenai variabel motivasi, 50 responden (65,8%) memberikan ASI secara eksklusif pada bayi agar bayi tidak mudah sakit, 46 (60,5%) responden ingin menyusui bayi nya jika mendengar bayi nya menangis, 45 (59,2%) bahwa responden mendapatkan informasi tentang ASI Esklusif dari petugas kesehatan dan 44 responden (55,7%) menginginkan untuk memberikan ASI ekslusif pada bayinya. Sebanyak 63 responden (82,9%) tidak mendapatkan dukungan dari suami dan keluarga untuk memberikan ASI ekslusif, 35 responden (46,1%) tidak memiliki motivasi untuk memberikan ASI saja karena mudah dan tidak mahal, 34 responden (44,7%) tidak mau untuk memberikan ASI yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi, 33 responden (43,4%) tidak memberikan ASI pada bayi karena tahu ASI sangat murah dan tidak merepotkan dan 32 (42,1%) responden tidak mempunyai keinginan untuk memberikan ASI secara ekslusif pada bayi. Hasil penelitian berdasarkan data distribusi jawaban dikategorikan menjadi 2 berdasarkan median (8,00). Kategori motivasi baik skor ≥ median (8,00) dan dikategorikan motivasi mot ivasi kurang baik < median (8,00). didapatkan motivasi baik (52,6%) dan motivasi kurang baik (47,4%). Hasil ini sejalan dengan penelitian Ratih IK (8) , tentang hubungan antara motivasi dengan pemberian ASI Eksklusif Di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan yang menunjukkan motivasi pemberian ASI Eksklusif yang dimiliki oleh responden adalah sebagian besar dalam kategori rendah (53,6%). Data yang diperoleh dari hasil penelitian yang bermotivasi baik sebagian 13
Ajeng Galuh Galuh W. Faktor-Faktor Faktor-Faktor yang Berhubungan Berhubungan dengan dengan Perilaku Perilaku Pemberian ASI ASI Eksklusif di Keluarahan Keluarahan Sungai Sungai Putri, Jambi Jambi
besar responden memberikan ASI saja pada bayi sampai usia enam bulan, sebagian responden bermotivasi untuk memberikan ASI secara Eksklusif agar bayi tidak mudah sakit dan responden mempunyai keinginan untuk memberikan ASI secara Eksklusif pada bayi. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja, tanpa diberi tambahan cairan lain seperti susu formula, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang dan bubur nasi tim. Pemberian ASI Eksklusif dianjurkan untuk jangka waktu minimal hingga bayi berumur enam bulan. Menurut WHO (World (W orld Health Organization), ASI adalah makanan ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan merupakan cara dalam pemberian makanan pada bayi. Setelah 6 bulan biasanya bayi membutuhkan (14) banyak zat besi dan seng . Sementara responden yang memiliki motivasi yang kurang baik antara lain tidak mendapatkan dukungan dari suami dan keluarga untuk memberikan ASI Eksklusif, ada juga responden yang tidak termotivasi untuk memberikan ASI saja karena mudah dan tidak mahal, namun ada juga responden tidak bermotivasi mau menyusui bayi karena ASI dapat meningkatkan kecerdasan bayi. (3) Menurut Yuliarti Air Susu Ibu (ASI) bukan minuman. Namun, ASI merupakan satu-satunya makanan tunggal paling sempurna bagi bayi hingga berusia 6 bulan. ASI cukup mengandung m engandung seluruh zat gizi yang dibutuhkan bayi. Keberhasilan pemberian ASI secara Eksklusif pun ditentukan oleh peran keluarga, terutama ayah atau suami. Selama proses ini berlangsung, peran ayah sama pentingnya dengan peran ibu. Peran ayah yang paling utama adalah menciptakan suasana dan situasi dan kondusif yang memungkinkan pemberian ASI berjalan dengan lancar. Peran lainnya, selain memenuhi kebutuhan ibu (terutama kebutuhan gizi yang selama menyusui), dapat berperan sebagai penghubung dalam menyusui dengan membawa bayi kepada sang ibu saat ia lapar. Dengan demikian, bayi akan tahu bahwa sang ayah menjadi jembatan baginya dalam memperoleh makanan .(15) (4) Menurut Notoatmodjo , secara umum mengacu pada adanya kekuatan dorongan yang menggerakan kita untuk berprilaku tertentu. oleh karena itu, dalam mempelajari motivasi kita akan berhubungan dengan hasrat, keinginan, dorongan dan tujuan. Selanjutnya bahwan motivasi adalah dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berprilaku, motivasi tidak terlepas dari kata kebutuhan, need atau want, kebutuhan adalah suatu
potensi dari diri manusia yang ditanggapi atau diresponden. Hasil penelitian ini didapat sebagian besar responden memiliki peran keluarga baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang (8) dilakukan oleh Ratih IK , tentang Hubungan Antara Motivasi Dengan Pemberian Asi Eksklusif Di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan yaitu rendahnya dukungan keluarga terhadap pemberian ASI eksklusif (41,81%). Berdasarkan analisis sebagian kecil responden mendapatkan peran keluarga dalam pemberian ASI Eksklusif yaitu r esponden menjawab keluarga tidak mengetahui tentang pengertian ASI Eksklusif, selanjutnya responden menjawab keluarga tidak mengetahui tentang kerugian dalam pemberian ASI Eksklusif dan ressponden menjawab bahwa pada saat bayi lahir keluarga pernah memberikan madu. Menurut Fatimah (16), dukungan suami merupakan salah satu sumber dukungan dari keluarga yang tidak bisa diremehkan, karena akan memberikan efek yang positif bagi ibu menyusui. Keberhasilan pemberian ASI pada bayi ditentukan oleh peran keluarga, terutama ayah atau suami. Selama proses ini berlangsung, peran ayah sama pentingnya dengan peran ibu. Sebagian kecil responden mendapatkan peran keluarga dalam pemberian ASI Eksklusif yaitu r esponden menjawab mendapatkan dukungan dari keluarga tentang cara menyusui bayi yang benar, selanjutnya responden menjawab bahwa keluarga memberikan dukungan untuk memberikan ASI Eksklusif dan keluarga mengetahui keuntungan pemberian ASI Eksklusif selanjutnya responden menjawab bahwa keluarga memberikan informasi tentang ASI Eksklusif. (11) Menurut Roesli hal lain yang bisa dilakukan ayah adalah meringankan tugas ibu yang lain, seperti mengganti popok atau menyendawakan bayi serta memberi dukungan kepada saat menyusui dengan cara memijatnya secara lembut. Dalam proses menyusui, keberhasilan pemberian ASI Eksklusif menjadi keberhasilan keberhasilan bersama antara ibu dan ayah. Sekitar 50% keberhasilan menyusui turut ditentukan oleh peran ayah. Pengertian peran yang penting ini merupakan langkah pertama bagi seorang ayah untuk dapat mendukung ibu agar ibu berhasil menyusui secara Eksklusif. Peran keluarga merupakan suatu bentuk dorongan atau semangat yang diberikan baik berupa bentuk fisik maupun mental yang diberikan oleh orang-orang terdekat seperti suami dan keluarga dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan atau memecahkan masalah yang dihadapi. 14
ARTIKEL PENELITIAN
Peran petugas kesehatan tentang pemberian ASI ekslusif dikategorikan menjadi 2 berdasarkan median (8,00). Kategori peran petugas kesehatan baik ≥ median (8,00) dan peran petugas kesehatan kurang baik 21,1% responden bila < median (8,00). Berdasarkan data distribusi jawaban dari 76 responden yang telah didapatkan petugas kesehatan yang baik adalah (78,9%) dan yang kurang baik (21,1%). Hasil penelitian ini didapat sebagian besar responden memiliki peran petugas kesehatan baik. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian penelitian (17) yang dilakukan oleh Aisyaroh tentang dukungan Bidan dalam pemberian ASI Eksklusif Di Desa Desa Sumber Sari Kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal, masih rendahnya peran petugas tentang pemberian ASI eksklusif 80% yang harus dicapai didesa sari hanya (27%). Berdasarkann analisis sebagian responden menjawab bahwa petugas kesehatan pernah memberitahu manfaat atau kegunaan ASI, selanjutnya sebagian responden (76,3%) menjawab setiap bidan selesai menolong persalinan langsung membimbing untuk menyusui bayi, sebagian responden mengatakan petugas pernah mengajarkan dan melakukan upaya-upaya untuk memperbanyak ASI, sebagian responden menjawab bahwa petugas kesehatan tidak menganjurkan memberi susu formula/susu botol. Sebagian responden menjawab bahwa petugas kesehatan tidak menyarankan memberi ASI Eksklusif, hal ini kemungkinan petugas kesehatan selalu sibuk bekerja dari pagi hingga siang sehingga hal ini terabaikan. Sebagian responden menjawab bahwa petugas kesehatan tidak pernah memberitahu cara-cara berhasil menyusui Eksklusif. Dorongan dari petugas (bidan) sangat penting dalam memotivasi ibu untuk memberikan ASI Eksklusif pada bayi sampai 6 bulan, karena keberhasilan menyusui salah satunya adalah dorongan dari petugas. Bila hal ini tidak diketahui baik oleh ibu maupun oleh petugas kesehatan, maka akan banyak ibu yang merasa ASI nya kurang, hal ini akan mendorong ibu tersebut untuk memberikan susu formula yang mengakibatkan produk ASI .(18) berkurang. Kurangnya pengertian dari dan keterampilan petugas kesehatan tentang keunggulan ASI dan manfaat menyusui menyebabkan mereka mudah terpengaruh oleh promosi susu formula yang sering dinyatakan sebagai pengganti Air susu ibu (PASI), sehingga saat ini semakin banyak ibu bersalin memberikan susu botol yang sebenarnya merugikan (14) mereka . Berdasarkan hasil yang telah didapat di
Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015
Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi yaitu petugas kesehatan yang melakukan kegiatan peningkatan penggunaan ASI Eksklusif adalah sebagian responden dan petugas kesehatan yang tidak melakukan kegiatan peningkatan pemberian ASI Eksklusif sebagian kecil responden.Sudah meningkatkan kesadaran rasa tanggung jawab petugas kesehatan seiring dengan meningkatnya pendidikan yang sangat berpengaruh pada pengetahuan yang mempengaruhi perilaku petugas kesehatan yang terealisasi dalam tindakan seharihari. Hubungan Pengetahuan Ibu dalam Pemberian ASI Ekslusif di Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi Dari tabel 1 menunjukkan responden yang memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 70,6% memberikan Asi Eksklusif dan yang berpengetahuan kurang baik hanya 23,17% yang memberikan Asi eklusif. Secara statistik terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan ibu dengan pemberian Asi eksklusif, dan responden yang memiliki pengetahuan yang baik mempunyai kemungkinan (odds) 13,30 kali untuk memberikan asi eksklusif kepada bayinya. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh (1) Danuatmaja and Mila Rendahnya pemberian ASI Eksklusif oleh ibu menyusui di Indonesia disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi rendahnya pengetahuan dan sikap ibu, dan faktor eksternal meliputi kurangnya dukungan keluarga, masyarakat, petugas kesehatan maupun pemerintah, gencarnya promosi susu formula, faktor sosial budaya serta kurangnya ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan ibu dan anak. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang (10) dilakukan oleh Nana tentang hubungan antara pengetahuan, sikap dan kepercayaan ibu dengan pemberian ASI ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Bonto Cani Kabupaten Bone menyatakan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif. Pengetahuan kurang baik sangat berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif, hal ini dapat dilihat dari pertanyaan yang diberikan. Umumnya responden dapat mengerti keuntungan pemberian ASI, upaya memperbanyak ASI tapi sebagian responden masih belum mengetahui pengertian ASI Eksklusif langkah-langkah agar berhasil menyusui, serta kerugian PASI.Pengetahuan kurang baik sangat berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif, hal ini dapat dilihat dari pertanyaan yang 15
Ajeng Galuh Galuh W. Faktor-Faktor Faktor-Faktor yang Berhubungan Berhubungan dengan dengan Perilaku Perilaku Pemberian ASI ASI Eksklusif di Keluarahan Keluarahan Sungai Sungai Putri, Jambi Jambi
diberikan. Umumnya responden dapat mengerti keuntungan pemberian ASI, upaya memperbanyak ASI tapi sebagian responden masih belum
mengetahui penegrtian ASI Eksklusif langkahlangkah agar berhasil menyusui, serta kerugian PASI.
Tabel 1. Hubungan Pengetahuan Ibu dalam Pemberian ASI Ekslusif di Kelurahan Sungai Putri, Jambi
Pengetahuan
Eksklusif f 12 9 21
Baik Kurang baik Total
Pemberian ASI Tidak Ekslusif % f % 70,6 5 29,4 23,17 50 84,7 27,6 50 72,4
Nilai P
OR (95% CI) 13,3 (3,78-47,09)
0,000
*uji Fisher
Hubungan Sikap Ibu dalam pemberian pemberian ASI Ekslusif Di Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi Tabel 2 menunjukkan responden yang memiliki sikap yang negatif sebanyak 70,7% tidakn memberikan Asi Eksklusif dan yang sikap negatif 74,3% yang tidak memberikan Asi eklusif. Secara statistik tidak terdapat hubungan bermakna antara sikap ibu dengan pemberian Asi eksklusif. eksklusif. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri (5) tentang Hubungan Pengetahuan Sikap Dan Perilaku Ibu Dengan Pertumbuhan Balita Di Posyandu Putri Mayang Wilayah Kerja Puskesmas Rawasari Kota Jambi Tahun 2012 menyatakan tidak ada hubungan sikap dengan pemberian ASI Eksklusif. Menurut Notoatmodjo (4) sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi tentanh stimulus tertentu. Dalam
kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional tentang stimulus sosial. Sikap merupakan predisposisi tindakan atau perilaku, sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas melainkan merupakan predisposisi tindakan atau perilaku, sikap merupakan reaksi tentang objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan suatu objek. Dalam penelitian ini sebagian besar responden memiliki sikap positif dengan berpengetahuan baik memberikan ASI Eksklusif, sedangkan responden yang bersikap positif namn berpengetahuan kurang baik menyebabkan responden tidak memberikan ASI Eksklusif, disamping itu juga disebabkan karena faktor budaya, pengalaman, kebiasaan, yang diwariskan turun temurun dari orang tua. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa responden dengan d engan berpengetahuan baik akan mempengaruhi sikap positif untuk memberikan ASI Eksklusif.
Tabel 2. Hubungan Sikap Ibu dalam Pemberian ASI Ekslusif di Kelurahan Sungai Putri, Jambi
Sikap Positif Negatif Total
ASI Eksklusif Eksklusif Tidak ekslusif f % f % 12 29,3 29 70,7 9 38,9 26 74,3 21 27,9 55 72,4
Nilai p
0,930
OR (IK 95%) 1,20 (0,43-3,30)
*uji Chi Square dengan Koreksi Yates
Hubungan Persepsi Persepsi Ibu dalam pemberian ASI Ekslusif Di Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi Tabel 3 menunjukkan responsden yang memiliki persepsi yang baik hanya 35% yang memberikan asi eksklusif, dan yang memiliki presepsi kurang baik 19,4% yang memberikan asi eksklusif. Secara statistik tidak terdapat hubungan
yang bermkana antara persepsi ibu dengan pemberian asi eksklusif. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang (19) dilakukan Kurniawan , tentang Determinan Keberhasilan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif di lamongan menyatakan motivasi ibu dalam pemberian ASI Eksklusif masih rendah (35%). 16
Ajeng Galuh Galuh W. Faktor-Faktor Faktor-Faktor yang Berhubungan Berhubungan dengan dengan Perilaku Perilaku Pemberian ASI ASI Eksklusif di Keluarahan Keluarahan Sungai Sungai Putri, Jambi Jambi
Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif situasi dan bukannya suatu pencatatan yang benar yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami terhadap situasi, hal ini sesuai dengan pendapat (4) informasi tentang lingkungannya, baik lewat Notoatmodjo karakteristik nilai atau internalisasi penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan nilai, yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu kepribadian dan tingkah laku termasuk keseluruhan merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap nilai dan karakteristiknya. Tabel 3. Hubungan Persepsi Ibu dalam Pemberian ASI Ekslusif di Kelurahan Sungai Putri, Jambi
Persepsi Baik Kurang baik Total
f 14 7 21
ASI Eksklusif Eksklusif Tidak ekslusif % f % 35,0 26 65,0 19,4 24 66.7 27,6 55 72,4
Nilai p
1,581
OR (95% CI) 2,23 (0,78-6,38)
*uji Chi Square dengan Koreksi Yates
Selanjutnya bahwa motivasi adalah dorongan dari Hubungan Motivasi Ibu dalam pemberian ASI dalam diri manusia untuk bertindak atau berprilaku, Ekslusif Di Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi Hasil penelitian ini menunjukkan ibu yang motivasi tidak terlepas dari kata kebutuhan, need memiliki motivasi baik 39% memberikan asi secara atau want , kebutuhan adalah suatu potensi dari diri eksklusif, sedangkan yang memiliki motivasi kurang manusia yang berprilaku tertentu. Oleh karena itu, baik hanya 14,3% yang memberikan asi eksklusif, dalam mempelajari motivasi kita akan berhubungan secara statistik tidak terdapat hubungan antara dengan hasrat, keinginan, dorongan dan tujuan. motivasi ibu dengan pemberian asi eksklusif ditanggapi atau diresponden. (3) Menurut pendapat Yuliarti bahwa motivasi Rendah nya pemberian asi eksklusif pada ibu mendorong seseorang untuk berprilaku dan yang memiliki motivasi yang baik di Kelurahan beraktifitas dalam pencapaian tujuan serta terjadi Sungai Putri Kota Jambi Tahun 2014, diasumsikan karena adanya kebutuhan seseorang yang harus karena kebiasaan masyarakat yang langsung (4) segera dipenuhi. Menurut Notoatmodjo , motivasi memberikan makan/minum pada bayi baru lahir, berasal dari bahasa Latin yang berarti to move. move. kurangnya promosi kesehatan tentang manfaat ASI Secara umum mengacu pada adanya kekuatan Eksklusif serta ketidak tahuan dampak dari dorongan yang menggerakkan kita untuk pemberian makan pada bayi kurang dari 6 bulan. Tabel 4. Hubungan Motivasi Ibu dalam Pemberian ASI Ekslusif di Kelurahan Sungai Putri, Jambi ASI Eksklusif Nilai P OR Motivasi (95% CI) Eksklusif Tidak ekslusif f % f % 3,84 Baik 16 39,0 25 61,0 4,608 (1,23-11,96) Kurang baik 5 14,3 30 85,7 Total 21 27,6 55 72,4 *uji Chi Square dengan Koreksi Yates
Tabel 5. Hubungan Motivasi Ibu dalam Pemberian ASI Ekslusif di Kelurahan Sungai Putri, Jambi ASI Eksklusif Nilai p OR Peran Keluarga (95% CI) Eksklusif Tidak ekslusif f % f % 0,333 Baik 17 25,0 51 75,0 0,141 (0,75-1,48) Kurang baik 4 50,0 30 50 Total 21 27,6 55 72,4 *uji Fisher 17
ARTIKEL PENELITIAN
Hubungan Peran Keluarga dalam pemberian ASI Ekslusif Di Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi Hasil penelitian ini menunjukkan yang peran keluarga baik dalam mendukung pemberian asi eksklusif 25% memberikan asi secara eksklusif, sedangkan perang keluarga yang kurang baik dalam pemberian asi eksklusif 50% memberikan asi eksklusif, secara statistik tidak ada hubungan hubungan yang bermakna antara ant ara peran keluarga dengan pemberian pe mberian ASI Eksklusif. Hasil penelitian ini sejalan dengan (12) penelitian yang dilakukan oleh Sunar , rendahnya cakupan ASI Eksklusif disebabkan salah satunya karena rendahnya dukungan keluarga terhadap pemberian ASI eksklusif. Keberhasilan pemberian ASI secara Eksklusif pun ditentukan oleh peran keluarga, terutama ayah atau suami. Selama proses ini berlansung, peran ayah sama pentingnya dengan peran ibu. Peran ayah yang paling utama adalah menciptakan suasana dan situasi dan kondusif yang memungkinkan pemberian ASI berjalan dengan lancar. Peran lainnya, selain memenuhi kebutuhan ibu (terutama kebutuhan gizi yang selama menyusui), dapat berperan sebagai penghubung dalam menyusui dengan membawa bayi kepada sang ibu saat ia lapar. Dengan demikian, bayi akan tahu bahwa sang ayah menjadi jembatan baginya (15) dalam memperoleh makanan . Dukungan keluarga adalah dorongan atau perhatian yang diberikan atau perhatian yang diberikan dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi, berinteraksi satu sama lain dalam peran dan menciptakan dan memperhatikan suatu kebudayaan. Dalam penelitian ini sebagian besar responden tidak memiliki dukungan dari keluarga untuk memberikan ASI Eksklusif. Disamping itu pemberian ASI ekslusif juga disebabkan karena faktor budaya, pengalaman yang didapatkan dari
turun temurun orang tua. Peran keluarga dalam pemberian ASI eksklusif sangatlah berpengaruh untuk mendukung ibu memberikan ASI eksklusif. Umumnya dengan dukungan keluarga bayi dapat mendapatkan hak nya untuk mendpatkan ASI Eksklusif. Hubungan Peran Petugas Kesehatan dalam pemberian ASI Ekslusif Di Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi Hasil penelitian ini menunjukkan Petugas kesehatan yang menjalankan perannya dalam mendukung asi eksklusif 3,33% kliennya atau responden memberikan asi eksklusif, sedangkan petugas yang tidak melakukan peran nya hanya sebesar 26,7% klien atau responden menyusui eksklusif. Secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara peran petugas kesehatan dengan pemberian ASI Eksklusif. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (17) Aisyaroh masih rendahnya peran petugas mempengaruhi pemberian ASI eksklusif yang masih rendah. Peran petugas adalah suatu bentuk kepedulian petugas dalam pelaksanaan upayaupaya kesehatan masyarakat menanggulangi suatu penyakit merupakan salah satu bentuk dari upaya pemeliharaan kesehatan masyarakat. Hal ini (14) sependapat Depkes.RI pemberian ASI Eksklusif tidak lepas dari kesadaran dari ibu dengan bantuan petugas kesehatan. Hal ini merupakan upaya yang harus dilakukan sedini mungkin untuk mempertahankan klostrum pada ASI, karena sangat besar manfaatnya untuk antibodi. Kurangnya penyuluhan promosi ASI eksklusif, keterampilan dan pengetahun petugas kesehatan tentang ASI eksklusif, manfaat, keunggulan ASI dan kerugian PASI, kurangnya dorongan dari petugas kesehatan akan menyebabkan responden tidak memberikan ASI eksklusif.
Tabel 6. Hubungan peran petugas kesehatan dalam Pemberian ASI Ekslusif di Kelurahan Sungai Putri Kota Jambi
Peran Tenaga kesehatan Berperan Tidak Berperan Total *uji Fisher
ASI Eksklusif Eksklusif Tidak ekslusif f % f % 5 33,3 10 66,7 16 26,7 45 73,8 21 27,6 55 72,4
Jurnal Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, Februari 2015
Nilai p
0,581
OR (95% CI) 1,406 (0,42-4,74)
18
Ajeng Galuh Galuh W. Faktor-Faktor Faktor-Faktor yang Berhubungan Berhubungan dengan dengan Perilaku Perilaku Pemberian ASI ASI Eksklusif di Keluarahan Keluarahan Sungai Sungai Putri, Jambi Jambi
Kesimpulan Dan Saran Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian hanya variebel pengetahuan yang terbukti secara statistik yang berhubungan secara bermakna, sedangkan variabel sikap ibu, persepsi, motivasi, peran keluarga dan peran petugas kesehatan tidak terbukti secara statistik berhubungan secara bermakna dalam pemberian asi eksklusif Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat dikemukakan beberapa saran yaitu Bagi Tenaga Kesehatan/Bidan, Agar dapat menjalankan kebijakan-kebijakan yang sudah ditetapkan oleh dinas kesehatan, serta Meningkatkan penyuluhan ASI eksklusif setiap kunjungan Anc ibu hamil yang lebih ditekankan pada trimester tiga, dan kunjungan neonatal/nifas, dan juga dapat Membentuk kelas ibu menyusui eksklusif pada setiap desa yang memiliki puskesmas pembantun di desa tersebut Bagi peneliti lainnya Sebagai bahan informasi untuk melanjutkan penelitian dengan metode dan variabel yang berbeda-beda untuk melihat dampak anak yang diberi ASI eksklusif dengan anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif yang dapat dilihat dari tingkat kecerdasan, status gizi dan psikososial. Daftar Pustaka 1. Danuatmaja B, Mila. 40 Hari Pasca Persalinan Persalinan Masalah dan Solusinya Jakarta: Puspa Swarna; 2006. 2. Judarwanto W. Kesulitan Makan Pada Anak 2007 [24 November 2013]. Available from: www.childrenfamily.com.. www.childrenfamily.com 3. Yuliarti N. Keajaiban ASI : Makanan Terbaik untuk Kesehatan, Kecerdasan dan Kelincahan si Kecil Andi Publisher 2010 4. Notoatmodjo s. Metedologi penelitian kesehatan. kesehatan. Jakarta Rineka Cipta 2003. 5. Fitri A. Hubungan Pengetahuan Sikap Dan Perilaku Ibu Dengan Pertumbuhan Balita Di Posyandu Putri Mayang Wilayah Kerja Puskesmas Rawasari Kota Jambi Tahun 2012 [Skripsi]. Jambi: Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi; 2012. 6. Rakasiwi TW. Gambaran Pengetahuan Sikap Dan Motivasi Ibu Tentang Pemberian ASI pada
Usia 0-6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi Tahun 2013. Jambi: Poltekkes Kemenkes Jambi; 2013. 7. Ulfa ER. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Desa Marga Mulya Kabupaten Tanjab Timur Tahun 2013 [Skripsi]. Jambi: Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi; 2013. 8. Ratih IK. Hubungan Antara Motivasi Dengan Pemberian Asi Eksklusif Di Desa Balun Kecamatan T uri Kabupaten Lamongan. Surya. 2009;1(2). 9. Perinasia. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi. Perinasia. 2003. 10. Nana. Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap Dan Kepercayaan Ibu Dengan Pemberian ASI eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Bonto Cani Kabupaten Bone Tahun 2013 2013. 11. Roesli U. Mengenal ASI eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya; 2005. 12. Sunar PD. ASI Eksklusif. yogyakarta: di va press; 2009. 13. Farrer H. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC; 2002. 14. Depkes.RI. P edoman Umum U mum Gizi. Seimbang. (Panduan untuk petugas). Jakarta: Depkes RI; 2002. 15. Riksani E. Mensikapi ASI Eksklusif Eksklusif pada Ibu Bekerja. Jakarta: Salemba Medika; 2012. 16. Fatimah S. Hubungan Dukungan Suami dengan Kejadian Postpartum Blues pada Ibu Primipara di Ruang Bugenvile RSUD Tugurejo Semarang [Skrips]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2009. 17. Aisyaroh N. Dukungan Bidan Dalam Pemberian Asi Eksklusif Di Desa Sumbersari Kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal. Majalah Ilmiah Sultan Agung. 2013; L(130):47-57. 18. Bahiyatun. Buku Ajar Kebidanan Asuhan Nifas Normal. Jakarta: EGC; 2009. 19. Kurniawan B. Determinan Keberhasilan Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif Jurnal Kedokteran Brawijaya. 2013;27:4.
19
Yongwan, Natalansyah, Vissia. Dampak Perubahan iklim terhadap Kejadian DBD di Palangka Raya
Dampak Perubahan Perubahan Iklim Terhadap Kejadian Demam Berdarah Berdarah Dengue Di Kota Palangka Palangka Raya, Kalimantan Tengah Tengah Selama Selama Tahu Tahun n 2009 2009 - 2013 2013 Climate Change Impacts on Dengue Fever Incidence in Palangka Raya Municipality, Central Kalimantan
Yongwan Nyamin, Nyamin, Natalansyah , Vissia Didin.A. Jurusan Keperawatan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kemenkes Palangka Raya Raya
Abstrak. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cenderung semakin meluas wilayah wilayah penyebarannya, penyebarannya, sejalan dengan semakin padatnya pemukinan dan meningkatnya meningkatnya mobilitas mobilitas penduduk. penduduk. Perubahan Perubahan iklim iklim dapat dapat berpengaru berpengaruh h terhadap terhadap pola penyakit penyakit menular menular dan dan seiring seiring mening meningkat katnya nya penula penularan ran penyak penyakit. it. Penyak Penyakit it DBD DBD tela telah h menja menjadi di ende endemis mis di di kotakota-kot kotaa besar besar di di Indonesia. Di duga bahwa keadaan luar luar biasa (KLB) demam berdarah dengue yang terjadi hampir setiap tahu tahun n di selur seluruh uh Indon Indones esia ia terka terkait it deng dengan an peru peruba baha han n cuaca cuaca.. Tuju Tujuan an dari dari pene peneli liti tian an ini ini adal adalah ah untu untuk k menge mengetahu tahuii hubung hubungan an iklim iklim ( curah curah hujan, hujan, suhu suhu udara udara dan kelemb kelembapa apan) n) dengan dengan kejadi kejadian an DBD di kota kota Palan Palangk gkaa Ray Rayaa selam selamaa tahu tahun n 200 20099-20 2013. 13. Desa Desain in pene peneli litia tian n yang yang digun digunak akan an adal adalah ah stud studii ekol ekolog ogii . Penelitian ini dilakukan pada bulan – Okto O ktobe berr - Nove Novemb mber er 2014 2014 dan dan terle terleta tak k di kota kota Pala Palang ngka ka Raya Raya dengan menggunakan data sekunder. Data jumlah kasus diperoleh dari Dinkes Kota Palangka Raya. Data iklim yang yang digunaka digunakan n adalah adalah data curah hujan, hujan, suhu udara, udara, kelembapan kelembapan diperoleh diperoleh dari Badan Badan Materiologi Materiologi Klim Klimat atol olog ogii dan dan Geof Geofis isik ikaa (BM (BMKG KG)) Band Bandar araa Udar Udaraa Cili Cilik k Riw Riwut ut Pala Palang ngka ka Raya Raya.. Kesi Kesim mpula pulan n dar darii penelitian ini adalah bahwa curah hujan yang meningkat dan kelembapan mempengaruhi meningkatnya kejadi kejadian an demam demam berd berdara arah h dengue dengue (76,3%) (76,3%).. Oleh Oleh karena karena itu memerlu memerlukan kan kerjas kerjasam amaa antar antaraa Dinas Dinas Kesehatan Kesehatan kota Palangka Palangka Raya Raya dan BMKG BMKG dalam mendukung mendukung keberha keberhasilan silan pelaksana pelaksanaan an program program P2DBD. Kata Kunci: Kunci: DBD, KLB, P2DBD P2DBD Abstrak. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cenderung semakin meluas wilayah penyebarannya, penyebarannya, sejalan dengan semakin padatnya pemukinan pemukinan dan meningkatnya mobilitas penduduk. Perubahan iklim dapat berpengaruh terhadap terhadap pola penyakit penyakit menular dan seiring meningkatnya penularan penyakit. Penyakit DBD telah menjadi endemis di di kota-kota besar di Indonesia. Di duga bahwa keadaan luar luar biasa (KLB) demam berdarah dengue yang terjadi hampir setiap tahun di seluruh Indonesia terkait dengan perubahan cuaca. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan hubungan iklim ( curah curah hujan, suhu udara udara dan kelembapan) dengan kejadian DBD di kota Palangka Raya selama tahun 2009-2013. Desain penelitian yang digunakan adalah studi studi ekologi . Penelitian ini dilakukan pada bulan – Oktober Oktober - November November 2014 dan terletak terletak di kota Palangka Palangka Raya dengan menggunakan data sekunder. Data jumlah kasus diperoleh dari Dinkes Kota Palangka Raya. Data iklim yang digunakan adalah data curah hujan, suhu udara, kelembapan diperoleh dari Badan Materiologi Klimatologi Klimatologi dan Geofisika Geofisika (BMKG) (BMKG) Bandara Bandara Udara Cilik Riwut Riwut Palangk Palangkaa Raya. Raya. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa curah hujan yang meningkat dan kelembapan mempengaruhi meningkatnya kejadian demam berdarah dengue (76,3%). Oleh karena itu memerlukan memerlukan kerjasama antara Dinas Kesehatan kota Palangka Raya dan BMKG dalam mendukung keberhasilan pelaksanaan program P2DBD. Keywords: Dengue Fever, Fever, outbreak, P2DBD
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume VN V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
20
ARTIK EL PENEL ITIAN
Pendahuluan Penyaki Penyakitt Demam Demam Berdara Berdarah h Dengue Dengue (DBD) (DBD) adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan 1 melalui nyamuk Aedes aegypti. WHO WHO (200 (2007 7) mengestimasi 50 juta orang terinfeksi penyakit demam berdarah berdarah setiap setiap tahunnya.Pe tahunnya.Penyaki nyakitt ini hanya dapat dikendalikan dengan pemberantasan vektor dan vaksin penyakit ini masih belum ada. DBD menyerang banyak penduduk negara-negara didunia seperti Aprika, Timur Tengah, Pasipik 3 Barat, Asia tenggara termasuk Indonesia. Pertam Pertamaa kali kali dilap dilapork orkan an peny penyaki akitt DBD DBD menyerang Indonesia pada tahun tahun 1968, yaitu di Jakarta dan
Surabaya dengan jumlah kasus 58 orang (incidence Rate/IR=0,1 per 100.000) dan 24 orang diantaranya meninggal (case Fatality Rate/CFR=41,3%) . DBD telah tersebar ke seluruh provi provins nsii Indo Indone nesi sia. a. Data Data hin hingg ggaa tahun tahun 2007 2007 memperlihatkan peningkatan IR dan jumlah kabupaten terinfeksi khususnya setelah beberapa tahun El Nino (1973, 1983, 1998, dan 2005). Variasi iklim menyebabkan vektor penyakit DBD akan mudah berkembang biak baik diaderah tropis maupun subtropis. Variasi iklim yang dimaksud meliputi curah hujan, suhu, dan kelembaban udara , dimana ketiga faktor tersebut merupakan merupakan faktor pendukung tinggi rendahnya populasi vektor penyakit. Secara Secara admini administr strasi asi Kota Kota Palang Palangka ka Raya Raya yang ada di provinsi Kalimantan Tengah terdiri dari 30 kelurahan yang tersebar 5 kecamatan dan terdapat 7 kelurahan berstatus daerah endemis DBB. Berdasarkan Berdasarkan data pada Pengelola Program Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah (P2DBD) (P2DBD) Dinas Keseha Kesehatan tan Kota Palangk Palangkaa Raya selama tahun 2009-2013 terjadi peningkatan kasu kasuss dan dan KLB (ke (kead adaa aan n Luar Luar Biasa Biasa)) deng dengan an 478 478 kasu kasuss tahu tahun n 2010 2010 dan dan 2012 2012 terda terdapa patt 548 548 kasu kasuss dengan kematian sebanyak 3 orang. Upaya Upaya pember pemberant antasa asan n vektor vektor DBD melalu melaluii pemberantasan sarang sarang nyamuk belum juga berhasil meningkatkan Angka Bebas Jentik Jentik (ABJ) (ABJ) masih masih dibawah standar standar Depkes (<95%) Peningkatan kasus dan penyebaran penyakit DBD dipengaruhi kepadatan vektor Aedes aegypti yang tersebar luas di daerah tropis, perbedaan antar wilayah dalam hal perkembangan ekonomi, kepadatan penduduk, transfortasi, dan budaya akan terus mempercepat transmisi penularan penyakit tersebut. tersebut. Peningkata Peningkatan n kasus kasus DBD juga terjadi karena karena kurangn kurangnya ya peran serta masyaraka masyarakatt dalam penanggungan DBD, kurangnya kerjasama dan komitmen lintas program dalam pengendalian DBD sertadan perubahan iklim letak geografis
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume VN V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
Indonesia didaerah tropis mendukung perkembangbiakan vektor dan pertumbuhan virus (Untung 7) Iklim adalah adalah salah salah satu satu kompon komponen en pokok pokok lingkungan fisik yang terdiri atas suhu, kelembaban ,curah hujan, cahaya dan angin. 5 Menurut Depkes (2001) terdap dapat dua ma macam iklim, im, yaitu iklim Iklim makr akro merupakan keadaa keadaan n cuaca cuaca rata-r rata-rata ata disua disuatu tu daerah daerah,, dan iklim iklim mikr mikro o adal adalah ah modi modifi fika kasi si sam sampa paii pada pada sua suatu tu tingkat tertentu dari keadaan-keadaan iklim makro. Perbedaan suhu dan kembaban udara dalam beberapa derajat dapat terjadi diantara iklim makro dan iklim mikro. Faktor iklim mempengaruhi kejadian dan penyebaran penyakit infeksi secara langsung dan tidak langsung baik terhadap mikroorganisme patogennya, vektor, reservoir dan penjamu, seperti Malaria, dan DBD. Dalam penyebaran penyebaran penyakit penyakit DBD, perubahan perubahan iklim akan akan mempengaruhi distribusi dari vektor Ae,aegypty dan tingkat infeksi dari penyakit itu sendiri. Kondisi Palangka Raya yang selalu mengalami peningkatan jumlah kasus penyakit DBD dan kurangnya pengkajian tentang hubungan iklim (curah hujan, suhu udara dan kelembaban) menyebabkan penelitian lebih lanjut pengaruh iklim terhadap terhadap kejadian DBD sangan penting artinya dalam dalam rangka pencegahan dan upaya kewaspadaa kewaspadaan n dini penyakit penyakit DBD. Tujua Tujuan n pene peneli liti tian an ini ini yaitu yaitu meng mengal alis isis is hubu hubung ngan an Iklim (curah hujan, suhu udara, kelembapan) terhad terhadap ap kasus kasus kejadi kejadian an DBD DBD di Palang Palangka ka Raya Raya selama selama tahun tahun 20092009-2013 2013 Metodologi Jenis Jenis penel peneliti itian an ini ini bersif bersifat at kuant kuantita itatif tif dan dan merupakan penelitian deskriptif dengan rancang bangun penelitian yang digunakan adalah studi ekologi time trend untu untuk k mene meneli liti ti hubu hubung ngan an curah hujan, kelembapan dan suhu udara terhadap kejadian kejadian DBD tahun 2009-2013 2009-2013 di Kota Kota Palangka Palangka Raya. Sebagai Sebagai subyek subyek dalam penelitia penelitian n ini adalah adalah data kasus kasus DBD di kota Palangka Palangka Raya selama selama tahun 2009-2013. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini meliputi variabel variabel bebas (meliputi data curah hujan, suhu udara dan kelembaban) dan variabel terika terikatt (data (data kasus kasus DBD). DBD). Pengum Pengumpul pulan an data data dilakukan dengan observasi dokumen dari laporan yang ada pada Dinas kesehatan Palangka Raya, Badan Ma Mateorol rologi Kl Klima imatologi ogi dan Geofisika(BMKG) Bandara Cilik Riwut Palangka Raya. Analisis besar pengaruh iklim terhadap kasus DBD dilakukan analisis univariat untuk memberikan gambaran tentang distribusi kasus DBD serta fluktuasi curah hujan, kelembaban dan suhu udara
21
Yongwan, Natalansyah, Vissia. Dampak Perubahan iklim terhadap Kejadian DBD di Palangka Raya
yang bersifat numerik, maka digunakan ukuran nilai maksimum dan nilai mnimum. untuk menjelaskan mekanisme hubungan kausal antara curah hujan, hujan, suhu udara dan dan kelembaban kelembaban udara udara terhadap kasus kasus DBD dilakukan analisis jalur ( path analysis) . Hasil Penelitian Analisis Univariat Keselu Keseluruh ruhan an kasus kasus penyak penyakit it DBD di Kota Kota Palangka Raya selama periode 2009-2013 adalah sebanyak 673 kasus. Jumlah kasus tertinggi ditemukan pada tahun 2010 yaitu sebanyak 235
kasus, sedangkan sedangkan kasus terendah pada tahun 2011 yaitu sebanyak sebanyak 22 kasus (tabel.1). (tabel.1). Kondisi curah hujan di Kota Palangka Raya selama kurun waktu 2009-2013, dapat dilihat pada tabel 2. Curah hujan di Kota palangka palangka Raya yang bervari bervariasi asi dalam dalam setiap setiap bulann bulannya ya menunj menunjuka ukan n bahwa rata-rata curah hujan di Kota Palangka Raya sepanjang sepanjang periode 2009-2013 berkisar antara 230,9 mm – 286, 286,2 2 mm mm (<50 (<500m 0mm) m) meru merupa paka kan n curah hujan yang tergolong sedang.
Tabel 1. Kasus Demam Berdarah Dengue di di Kota Palangka Raya Tahun 2009-2013 No.
1 2 3 4 5
Tahun
2009 2010 2011 2012 2013 Jumlah
Jumlah Penderita (Orang)
123 235 22 200 93 673
Incidence Rate (IR/100.000 pdkk) 61.2 106.4 9. 8 87.1 40.5 60.9
Jumlah Kematian (Orang)
Case Fatality Rate (CFR/100 pddk)
3 5 1 2 1
2,4 2,1 4,5 1,0 1 ,1 1. 8
Sumber: Dinkes Kota Palangka Raya, 2014
Tabel.2. Curah Hujan per Bulan di Kota Palangka Raya pada Tahun 2009-2013
Curah Hujan
Curah Hujan 20 09
2 010
2 01 1
2 012
201 3
Jan u ari
251.6
313.2
317.3
434.6
427.2
Feb ru ari
380.9
353.4
280.3
255.9
522.4
M aret
512
368.4
511.1
339.5
253.4
A p ril
272.1
405
356.2
269.1
251.9
M ei
267.6
346.1
376.6
229.3
284.5
Ju n i
41
291.4
36.1
136.4
135.8
Ju li
27.1
318.8
122.9
244.3
242.9
A g u s tu s
11.8
302.9
26.6
51.8
146.0
Sep t emb er
30.9
428.8
176.5
72.3
159.0
Okt o b er
203.1
729.1
414.9
72.3
121.2
No v emb er
217.6
328.6
427.2
243.5
319.1
Des emb er
555.6
299.3
388.9
475.5
396.1
Rerata
230.9
373.8
286.2
235.4
271.6
Terendah
11.8
291.4
26.6
51.8
121.2
Tertinggi
555.6
729.1
511.1
475.5
522.4
Sumber: Stasiun Meteorologi dan Geofisika Palangka Raya, 2014
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume VN V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
22
ARTIKE L PENEL ITIAN
Tabel 3. Kelembaban Kelembaban per Bulan di Kota Palangka Palangka Raya pada Tahun 2009-2013 2009-2013
Kelembaban(%) Ke le mb a b an
2009
2010
2011
2012
2013
Ja n u ari
85,1
83,9
84,5
85,4
85
Feb ru a ri
82,6
81,9
85,6
87,6
85,4
M a re t
84,7
83,9
85,3
85,4
86,8
A p ril
83,5
85
86
84,8
86,2
M ei
82,8
83,6
84,5
83,6
86,8
Ju n i
80,2
85
82,8
83
84,3
Ju li
82
85,3
82
85,7
85,7
A g u s tu s
78,2
84,5
79,1
81,7
83
Sep t e mb e r
76,3
83,6
82
79,8
83,3
Okt o b er
79,8
83,3
81,1
81,1
80,1
No v e mb er
82
83,5
84,8
85
84,7
De s e mb er
83,2
84
89
86,2
84,3
Rera ta
81,70
83,96
83,89
84,11
84,63
Terendah
76,30
81,90
79,10
79,80
80,10
Tertinggi
85,10
85,30
89,00
87,60
86,80
Kelembaban udara selama kurun waktu waktu 2009-2013 dapat dilihat pada tabel.3. kelembaban udara terlihat yaitu rerata tidak berbeda jauh, rerata kelembaban terendah terendah pada tahun 2009 sebesar 81,7% . Sedangkan kelembaban tertinggi tahun 2011yaitu sebesar 89,00 %, ini merupakan ini merupakan kelembaban yang cukup ekstrem yang pernah terjadi Kota Palangka Raya Selama periode 2009-2013.
Suhu udara selama kurun waktu 2009-2013 yaitu yaitu rerata tidak berbeda jauh antar tahun, dengan variasi o o suhu udara tertinggi 28,7 C dan terendah 26 C (tabel.4) Selanjutnya untuk melihat kenornalan data penelitin pada variabel independen dan dependen, maka dilakukan uji normalitas data dengan Uji Kolmogorov Smirnov, dan hasil didapat bahwa semua variabel penelitian berdistribusi normal (P>0,05) sehingga semua variabe dapat diikutkan dalam uji bivariat (tabel.5).
Tabel 4. Temperatur Temperatur per Bulan di Kota Palangka Palangka Raya pada Tahun 2009-2013 2009-2013
Temperatur
Temperatur 2 00 9
20 1 0
2011
2 01 2
20 1 3
Jan u a ri
26.9
27.1
27.1
26.8
27
Feb ru ari
27.2
28.1
28.1
26.8
27.4
M a re t
26.8
27.8
27.8
27.1
27.3
A p ril
28.1
27.9
27.9
27.7
27.7
Mei
28.1
28.7
28.7
27.7
27.5
Ju n i
28
27.7
27.7
27.4
28
Ju li
27
27.2
27.2
26.5
26.8
A g u s tu s
28
27.3
27.3
27.1
27
28.6
27.5
27.5
27.7
27.4
Okt o b er
28
27.7
27.7
27.7
28
No v e mb e r
28
27.5
27.5
27.7
27.3
Des e mb e r
27.6
26
26
27.3
27.2
Rerat a
27.69
27.54
27.54
27.29
27.38
Terendah
26.8
26
26
26.5
26.8
Sep t e mb e r
Tertinggi 28.6 28.7 28.7 27.7 Sumber: Stasiun Meteorologi dan Geofisika Palangka Palangka Raya, 2014.
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume VN V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
28
23
Yongwan, Natalansyah, Vissia. Dampak Perubahan iklim terhadap Kejadian DBD di Palangka Raya
Tabel 5. Uji Normalitas Normalitas Data dengan Menggunakan Menggunakan Uji Kolmogorov Kolmogorov Smirnov Smirnov
Curah Hujan
Temperatur
Kelembaban
DBD
Kolmogorov-Smirnov Z
0.857
0.501
0.862
0.996
Asymp. Sig. (2-tailed)
0.455
a
0.963
a
0.448
a
0.275
a
a. Test distribution is Normal.
Analisis Bivariat Pada analisa analisa bivariat bivariat dilakukan uji kolineritas antara variabel yang bertujuan untuk melihat ada atau tidak adanya kolineriatas kolineriatas yang ditunjukan dengan r Pearson
correlations, jika r >0,80 maka diduga ada kolinieritas antar antar variabel variabel independent independent sehingga sehingga salah salah satu dari pasangan harus dibuang. Berdasarkan tabel 5.menunjukan tidak ada kolinieritas (r<0,80).
Tabel 5. Uji Kolinieritas antar Variabel Curah hujan Temperatur Curah Curah hujan hujan
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) Temperatur
Kelembaban
DBD
Kelembaban
DBD
-0.210
*
0.691
0.594*
0.512
0.013
0.042
1
-0.335
-0.419
0.288
0.176
1
0.521
Pearson Correlation
-0.210
Sig. (2-tailed)
0.512
Pearson Correlation
0.691*
-0.335
Sig. (2-tailed)
0.013
0.288
Pearson Correlation
0.594*
-0.419
0.521
Sig. (2-tailed)
0.042
0.176
0.082
0.082 1
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
AnalisisMultivariate Berdasarkan hasil uji linier ganda pada tabel coefficien coefficientt (tabel.6) (tabel.6) variabel variabel curah curah hujan hujan (p=0,000) (p=0,000) dan kelembaban (p=0,000), sehingga kedua variabel ini masuk ke dalam analisis jalur (path model) sedangkan temperatur temperatur (0,243) tidak masuk masuk (p>0,05). (p>0,05). Selanjutny Selanjutnyaa untuk mengetahui besar pengaruh antara perubahan iklim yang meliputi curah hujan, kelembaban udara, dengan kejadian DBD, digunakan analisis jalur (path
analysis) . analisis jalur ini digunakan untuk menjelaskan mekanisme hubungan hubungan kausal antara curah hujan (X 2), kelembaban ( X1 ), terh terhad adaap keja kejadi dian an penyakit DBD (Y1). Berdasarkan Berdasarkan hasil hasil tabel tabel 7, tampak bahwa besarnya pengaruh lansung antar variabel dapat dilihatdari koefisiensi Standardized Coefficient Beta. Dari hasil tabel.7, maka diperoleh diagram jalur dengan nilai pengaruh variabel X1, X2 Y1 (gambar.7).
Kelembaban Udara (X1)
0,293
0,691
Kasus DBD (Y1) Curah Hujan (X2) 0,763 Gambar 1. Model Path
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume VN V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
24
ARTIK EL PENEL ITIAN
Pembahasan Hubungan curah hujan dengan kejadian penyakit DBD Hasil Hasil analisis analisis pada pada tabel tabel 4.7 menunju menunjukan kan bahwa ada hubungan yang bermakna antara curah curah hujan dengan kejadian DBD di Kota Palangka Palangka Raya selama tahun 2009 – 2013 (p=0,000; r=0,594). Variabel curah curah hujan memiliki pengaruh pengaruh efek langsung yang paling besar sebesar (76,3,0%) Hasil penilitian ini tidak berbeda penelitian yang dilakukan Andrian (2001) menyatakan terdapat hubungan hubungan yang bermakna antara faktor iklim hujan hujan dan angka 10. kejadian DBD tahun 1997 – 2000 di DKI Jakarta Sementara itu hasil penelitian lain yang menunjukan adanya korelasi antara curah hujan dengan kejadian DBD dengan wilayah yang lebih luas dan waktu yang panjang pernah dilakukan di Thailand, oleh Thammapalo et.al (2000), diketahui bahwa kejadian DBD berbanding terbalik dengan curah hujan di 9 propinsi dari 73 propinsi selama tahun 1978 – 1997 (240 bulan). Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Loh dan Song di Singapura (2001) dengan menggunakan data iklim mingguan yang dikorelasikan dengan kasus DBD ukuran klaster (2-29 kasus) kasus) hanya hanya curah hujan yang mempunyai hubungan signifikan (p=0,0015; 2 R =0,102). Menurut penelitian Tien Zubaidah (2012) bahwa variabel yang berpengaruh terhadap kejadian DBD di Kota Banjar Baru tahun 2005 – 2010 yaitu variabel curah hujan memiliki pengaruh yang paling besar sebesar (27,0%) diikuti kelembaban (25,0%). Berdasarkan data Incidence Rate (IR) kasus DBD di Kota Palangka Raya tahun 2009-2013 berfluktuasi. IR yang tertinggi yaitu di tahun 2010 sebesar 106,4 per 100.000 penduduk. Tahun 2012 IR DBD termasuk termasuk yang tertinggi tertinggi kedua kedua diikuti diikuti dengan tahun 2009 yaitu sebesar 87,1/100.000 dan 61,2/100.000 penduduk. Sementara itu, IR DBD yang terendah yaitu di tahun 2011 sebesar 9,8/100.000 penduduk. IR total untuk Kota Palangka Raya sebesar 60,9/100.000 penduduk. Sedanngkan menurut indicator kematian akibat DBD (CFR), angka kematian kasus DBD tertinggi di tahun 2011 yaitu sebesar 4,5/100 penduduk. Sedangkan yang terendah yaitu di tahun 2012 sebesar 1/100 penduduk. CFR total untuk kota Palangka Raya tahun 2009-2013 sebesar 1,8/100 penduduk. (Tabel 4.2.). Kejadian penyakit DBD biasanya meningkat meningkat beberapa waktu sebelum musim hujan lebat atau setelah hujan lebat. Pengaruh hujan berbeda-beada menurut banyak banyak hujan dan keadaan fisik daerah. Terlalu banyak banyak hujan akan menye menyebabkan babkan banjir dan terlalu kurang hujan akan menyebabkan kekeringan dan mengakibatkan berpindahnya
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume VN V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
tempat pembiakan nyamuk Ae aegypti secara temporer, sehingga perkembangbiakan nyamuk akan berkurang, tetapi keadaan ini akan segera pulih bila keadaan keadaan kembali kembali normal normal.. Curah hujan yang cukup tinggi dengan jangka waktu waktu lama akan memperbesar kesempatan nyamuk Ae aegypti untuk berkembangbiak secara optimal. Hal ini juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan penularan penularan virus dengue. Populasi nyamuk Ae aegypti akan berkembang pesat pada musim musim hujan dan perkembangna vektor ini akan berdampak pada peningkatan kejadian DBD. Kennet Kennet F. Kipe Kipell dalam dalam Sejati Sejati (2001) (2001),, menyatakan bahwa curah hujan bulanan yang melampaui 300 mm akan meningkatkan kejadian DBD sebesar sebesar 120% dan letusan letusan kejadian DBD akan terjadi kira-kira 2 – 3 bulan setelah setalah musim hujan. Jika dilhat rata-rata curah hujan bulanan dihubungkan dengan dua puncak kejadian DBD (tahun 2010 dan 2012) tabel.2. di Kota Palangka Raya terlihat ada korelasi bahwa curah hujan tinggi diatas rata-rata 300 mm dan terjadi peningkatan kejadian penyakit DBD (tabel 4.3) Hubungan temperatur dengan kejadian DBD Hasil analisis pada tabel 4.7 menunjukan bahwa tidak adanya adanya hubungan hubungan yang bermakna bermakna antara curah hujan dengan kejadian DBD di Kota Palangka Raya selama tahun 2009 – 2013 (p=0,243; r=0,-419). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sungono (2004) di Jakarta Utara tahun 1999 – 2003 yang yang menyatakan menyatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara suhu dengan angka 11 insiden DBD. Begitu juga dengan penelitian penelitian Rohaedi (2008) di Jakarta Barat tahun 12 2007. dan penelitian Tien Zubaidah (2012) menyatakan bahwa suhu udara tidak memberikan pengaruh pengaruh terhadap terhadap terjadinya terjadinya kasus DBD di Kota Banjar Baru. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara suhu dengan angka insiden DBD mungkin disebabkan karena suhu rata-rata per bulan kota Palangka Raya yang berkisar 27.54 – o 27.69 C kurang mendukung dalam proses perkembangbiakan nyamuk Ae Ae aegypty dan untuk penulaan virus dengue. Waktu yang dibutuhkan untuk setiap stadium vektor DBD dari dari mulai telur, telur, larva dan pupa serta serta bentuk dewasanya sangat bergantung keadaan lingkungan suhu seperti 14 suhu .vektor DBD tinggal pada lingkungan o dengan dengan rata-r rata-rata ata suhu suhu 25-27 25-27 C yang merupakan suhu optimal perkembangan larva dari vektor DBD. Kecepatan perkembangan nyamuk tergantung dari kecepatan proses metabolisme yang sebagian diatur suhu. Suhu yang tetap lebih o dari 27 – 30 C akan mengurang rata-rata umur populasi nyamuk Ae.aegypti (Depkes, 2005). Pada
25
Yongwan, Natalansyah, Vissia. Dampak Perubahan iklim terhadap Kejadian DBD di Palangka Raya
o
suhu 28-32 C dengan kelembaban tinggi nyamuk Ae aegypty akan bertahan hidup untuk jangka waktu lama. Di Indonesia , karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap tempat, maka pola waktu terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap tempat. Di Jawa umumnya infeksi virus virus dengue terjadi diawal Januari dan terus meningkat sampai kasus tertinggi sekitar bulan April sampai Mei setiap tahunnya Hubungan kelembaban dengan kejadian DBD Hasil Hasil analisis analisis pada pada tabel 4.7 4.7 menunjuka menunjukan n bahwa ada hubungan yang bermakna antara curah hujan dengan kejadian DBD di Kota Palangka Raya selama tahun 2009 – 2013 (p=0,000; r=0,521) Variabel kelembaban memiliki pengaruh efek langsung(Simple Path) sebesar (29,3,0%) hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Andriani (2001) disimpulkan bahwa terdapat hubungan hubungan yang bermakna antara faktor faktor iklim kelembaban dan angka insiden insiden DBD selama 10 tahun 1997-2000. Begitu juga dengan penelitian sungono (2004) di Jakarta Utara tahun 1999-2003 yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kelembaban dengan insiden 11 DBD. Demikian pula dengan penelitian Tien Zubaidah (2012) bahwa kelembaban udara berpengaruh terhadap kejadian DBD di Kota Banjar Baru selama periode 2005-2010. Penelitian lainnya oleh Tri Yunis M.dkk (2010) bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kelembaban dengan kejadian DBD selama 5 tahun di Kecamatan Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Kelembaban udara mempengaruhi umur dan kemamp kemampuan uan terban terbang g nyamuk nyamuk Ae Aegypty. Badan nyamuk kecil memiliki permukaan yang besar oleh karena system pernapasan dengan trachea, dan keadaan ini menyebabkan penguapan air dari tubuh nyamuk menjadi lebih besar. Untuk mepertahankan cadangan air dalam tubuh dari penguapan , maka jarak terbang nyamuk terbatas. Kelembaban udara optimal akan menyebabkan daya tahan hidup nyamuk akan bertambah. Hal ini dapat terjadi jika curah hujan dan suhu udara juga tinggi. Pada kelembaban 85% umur nyamuk betina akan mencapai 104 hari tanpa mengisap darah, dan 122 hari jika mengisap darah serta pada kelembapan kurang dari 60% umur nyamuk akan menjadi pendek sehingga tidak cukup untuk siklus pertumbuhan virus di dalam tubuh nyamuk a (Depkes, 2001 ). Kelembaban udara rata-rata perbulan di Kota Palangka Raya selama tahun 2009 – 2013 sebesar 81,70% – 84,64%, menunjukan bahwa kelembaban udara di Kota Palangka Raya yang cukup kondusif bagi aktifitas nyamuk Ae Aegypty untuk melakukan siklus gonotropik (siklus
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume VN V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
pergerakan nyamuk betina dari tempat perkembanganbiak-menuju hospes untuk mengisap darah-istirahat-ketempat berkembangbiak dan seterusnya). Siklus gonotropik akan diikuti oleh masa inkubasi virus yang pendek dalam tubuh nyamuk seiring dengan meningkatkannya suhu udara. Keadaan ini merupakan keadaan kondusif untuk nyamuk berkembangbiak dan mempercepat replikasi virus, sehingga transmisi penularan menjadi lebih tinggi ( Hales et al, 2002). Hubung Hubungan an iklim (cu (curah rah hujan, hujan, kelemb kelembaban aban)) dengan Kejadian DBD. Berdasarkan Berdasarkan hasil penelitian penelitian menurut menurut uji linier linier dipe diperol roleh eh hasil hasil yaitu yaitu nilai nilai koefi koefisie sien n path path untuk curah hujan diperoleh 0,763 artinya curah hujan searah dengan DBD sedangkan nilai koefisien path untuk kelembaban diperoleh 0,293 artinya kelembaban searah dengan kenaikan curah hujan akan menaikan kelembaban. Sedangkan pada table coefficients, kelembaban mempunyai nilai P < 0,05 sehingga variabel ini masuk ke dalam path model, nilai koefisien path untuk curah hujan = 0,691 artinya hubungan curah hujan searah dengan kelembaban dengan kata lain kenaikan curah hujan akan menaikan kelembaban. Selanjutnya berdasarkan perhitungan efek langsung dan tidak langsung, maka dapat disimpulkan bahwa jalur yang mempunyai efek terkuat (RR) adalah jalur langsung dari DBD terhadap Curah Curah Hujan. Hasil penelitian ini sejalan penelitian yang dilakukan Minanda dkk (2012) bahwa kejadian DBD di Kota Semarang tahun 2002-2011 berhubungan dengan curah hujan dan kelembaban. Hasil penelitian ini mendukun hasil yang dilaksanakan Tien Zubaidah(2012) bahwa variabel curah hujan memiliki pengaruh yang paling besar sebesar 27,0% diikuti dengan kelembaban udara sebesar 25 % dengan kejadian DBD di Kota Banjar Baru tahun 2005-2010. Sementara penelitian lain Sari, Liana (2011) menyimpulkan perubahan suhu, kelembaban dan dan kecepa kecepatan tan angin angin berhu berhubung bungan an dengan dengan kejadian DBD di Kabupaten Cilacap Cilacap tahun 1998 – 2010. Kesimpulan Dan Saran 1. Vari Variab abel el cura curah h huj hujan an memi memili liki ki peng pengar aruh uhy yang ang dominan dan dikuti kelembaban uadar terhadap terhadap kejadian kejadian DBD di Kota Kota Palang Palangka ka Raya selama selama tahun tahun selam periode periode 2009-2013. 2009-2013. 2. Dapa Dapatt dipe diperk rkir irak akan an bah bahwa wa pad padaa saat saat cur curah ah hujan berkisar antara 299,3 mm – 434,6 mm dan kelembaban kelembaban udara berkisar antara 84% – 86,2% merupakan warning yang dapat memberikan sinyal akan terjadinya peningkatan kasus penyakit DBD (KLB)
26
ARTIK EL PENEL ITIAN
3.
4.
Pent Pentin ingn gnya ya meni mening ngka katk tkan an hubun hubunga gan n kerja kerja sama lintas sektor antara Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya dengan Badan Mateorologi dan Geofisika (BMKG) cilik Riwut Palangka Raya dalam memanfaatkan data iklim untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan P2DBD. Perlu Perluny nyaa pene penelit litia ian n yang yang lebih lebih mend mendal alam am terhadap faktor-faktor lain seperti ; faktor individu, perilaku dan partisipasi masyarakat, lingkungan rumah, pelaksanan program, yang mungkin memberikan kontribusi pada penyebaran vektor dan kejadian DBD.
Daftar Daftar Pustak Pustaka a 1. WHO, WHO, 2007 2007,, Den Dengu guee in in the the WHO WHO West Wester ern n Pasific Region. Weekly Epidemiology Record. 2007 2. Depkes RI., I., 2005 005. Pemberantasan dan Pencegahan Demam Berdarah di Indonesia. Diejend. P2M & LP Jakarta 3. Dina Dinass Kese Keseha hata tan n Kota Kota Palan Palangk gkaa Raya Raya 201 2011, 1, Dokumentasi laporan tahunan Subdin P2P, Dinkes Kota Palangka Raya. 4. Achmadi, U. U.F. 200 2001 1. Manajemen Kesehatan Berbasis Wilayah (pemberantasan Penyakit Berbasis Lingkungan), Materi Perkluliahan
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume VN V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
5.
6.
7.
8. 9.
10.
11. 12.
13. 13.
Programa Pascasarjana UI) Epidemiologi Kesehatan Lingkungan, UI Depok. Depkes 2001, Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor , Direktorat PPM & PL, Depkes RI, Jakarta WHO, WHO, 1998 1998,, Den Dengu guee in in the the WHO WHO Wes Weste tern rn Pasific Region. Weekly Epidemiology Record. 1998 73:273 Reks Reksos osos osoe oebr brot oto, o, S. 1991 1991.. San Sanit itas asii Perhotelan, Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan (Hakli) , Jakarta Profil Kesehatan Kota Palangka Raya (2009, 2010, 2011), Dinkes Kota Palangka Raya Lemeshow, Sampling pada Penelitian Kesehatan , Gajah Mada University Press, 2004 Depkes Depkes RI (1997 (1997), ), Surve Surveii Entom Entomolog ologii Demam Berdarah Dirjend PPM-PLP Depkes RI Zaenu Zaenudin din (2003) (2003),, Analis Analisis is Spasial Spasial Kejad Kejadian ian Penyakit DBD di Kota Bekasi Loh, Loh, Basil Basil and and Ren Jing Jing Song Song (2001) (2001),, Modeling Dengue Cluster as of Aedes aegypti Population and Climate in Singapura Dengue Bulletin Vol 25 Desember 2001. Sejati, (2 (2001) 01) Hu Hubungan varia riasi ik iklim dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Padang tahun 1995 – 1999, Thesis Pascasarjana IKM UI Depok.
27
Yongwan, Natalansyah, Reny. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Demam Berdarah di Kota Palangka Raya
Faktor-Faktor Yang Yang Berhubungan Dengan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Kelurahan Kota Kota Palangka Palangka Raya Risk Factors of Dengue Fever Fever in Palangka Raya District, Central Central Kalimantan Yongwan Nyamin * Natalansyah * Reny Sulistyowati.*
Abstrak. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan merupakan infeksi yang menjadi masalah-masalah di negaranegaranegara tropis, termasuk Indonesia. Indonesia. Pada tahun tahun 2005 di Indonesia dilaporkan 19.000 kasus demam berdarah. Case Fatality Rate (CFR) penyakit ini di negara berkembang berkisar 1-2,5%. Palangka Raya meru merupak pakan an kota kota pusa pusatt Peme Pemerin rinta tah h Propi Propins nsii Kal Kalim iman antan tan Tenga Tengah h yan yang g men menga galam lamii peni peningk ngkat atan an dan dan perluas perluasan an kasus kasus secar secaraa bermak bermakna na sejak sejak tahun tahun 2010. 2010. fakto faktor-fa r-faktor ktor yang yang dapat dapat menim menimbul bulkan kan kasus kasus penyak penyakit it DBD adalah adalah faktor faktor host, host, perila perilaku ku dan lingkun lingkungan gan.. Tujuan Tujuan dari penelit penelitian ian ini adalah adalah untuk untuk mengetahui mengetahui faktor-fakt faktor-faktor or yang yang berhubungan berhubungan dengan dengan Kejadia Kejadian n demam berdarah berdarah dengue dengue (DBD) di kota kota Palangk Palangkaa Raya Raya selama selama tahun tahun Oktobe Oktoberr 20112011- Septem September ber 2013. 2013. Desain Desain peneli penelitia tian n yang yang diguna digunakan kan adalah adalah studi studi case case contr control ol denga dengan n 116 subyek subyek.. Anali Analisa sa data data menggu menggunak nakan an Chi Chi Squa Square re dengan perhitungan odds Kesimpula ulan n peneli penelitian tian ini adal adalah ah perila perilaku ku pemb pemberan erantas tasan an saran sarang g nyamu nyamuk k ratio dan regresi logistik . Kesimp (PSN) berhubunga berhubungan n dan mempengaru mempengaruhi hi meningk meningkatnya atnya kejadian kejadian demam demam berdarah berdarah dengue. dengue. disaran disaran agar agar faktor perilaku PSN perlu diperhatikan dalam memprediksi kejadian DBD. Untuk meningkatkan keperdulian keperdulian dan peran serta masyarakat masyarakat dapat dilakukan dilakukan dengan penyuluhan penyuluhan PSN-3M dan penyebarluasan leaflet dan kegiatan tersebut perlu diperhatikan dan ber kesimbungan. Kata Kunci: Kunci: PSN, DBD DBD
merupakan infeksi yang menjadi masalah-masalah di negaraAbstrak. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan negara tropis, termasuk Indonesia. Pada tahun 2005 di Indonesia dilaporkan 19.000 kasus demam berdarah. Case Fatality Rate (CFR) penyakit ini di negara berkembang berkisar 1-2,5%. Palangka Raya merupakan kota pusat Pemerintah Propinsi Kalimantan Tengah yang mengalami peningkatan dan perluasan kasus secara bermakna sejak tahun 2010. faktor-faktor yang dapat menimbulkan kasus penyakit DBD adalah faktor host, perilaku dan lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang yang berhubungan dengan Kejadian demam berdarah dengue (DBD) di kota kota Palangka Palangka Raya Raya selama selama tahun Oktober Oktober 2011- September September 2013. 2013. Desain Desain peneli penelitian tian yang yang digunak digunakan an adalah adalah studi case control dengan 116 subyek. Analisa Analisa data menggunakan menggunakan Chi Square dengan perhitungan odds pemberantasan sarang nyamuk nyamuk ratio dan regresi logistik . Kesimpulan penelitian ini adalah perilaku pemberantasan (PSN) berhubungan dan mempengaruhi meningkatnya meningkatnya kejadian demam berdarah dengue. disaran agar agar faktor perilaku PSN perlu diperhatikan dalam memprediksi kejadian DBD. DBD. Untuk meningkatkan keperdulian keperdulian dan peran serta masyarakat masyarakat dapat dilakukan dilakukan dengan penyuluhan penyuluhan PSN-3M dan penyebarluasan leaflet dan kegiatan tersebut perlu diperhatikan dan berkesimbungan. Kata Kunci: Kunci: Dengue Dengue Fever
Pendahuluan Penyaki Penyakitt Demam Demam Berdara Berdarah h Dengu Denguee (DBD) (DBD) adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan 1 melalui nyamuk Aedes aegypti. WHO WHO (200 (2007) 7) mengestimasi 50 juta orang terinfeksi penyakit demam demam berdara berdarah h setiap setiap tahunnya tahunnya.Pen .Penyak yakit it ini hanya dapat dikendalikan dengan pemberantasan vektor dan vaksin penyakit ini masih belum ada. Kota Kota Pala Palang ngka ka Raya Raya merup merupaka akan n kota kota yang yang menjadi menjadi Pusat Pusat Pemerint Pemerintahan ahan Provinsi Provinsi Kaliman Kalimantan tan Tengah terdiri dari 30 kelurahan yang tersebar 5 keca kecama mata tan n dan dan terda terdapa patt 8 kelu kelurah rahan an bers bersta tatu tuss daerah endemis DBB. Berdasarkan Berdasarkan data pada
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume VN V Nomor 9, 9, Fe Februari 20 2015
Pengelola Program Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah (P2DBD) Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya selama tahun 2012 terdapat 548 .2a kasus kasus dengan kematia kematian n sebanyak sebanyakaa 3 orang. Penelitian-penelitian tentang demam berdarah telah banyak dilakukan, baik yang berhubungan berhubungan faktor faktor etiologik, etiologik, diagnostik diagnostik dari penyakit tersebut. Beberapa faktor etiologik yang ditemukan berhubungan dengan penyakit demam berdarah adalah faktor host (umur, jenis kelamin, mobilitas), faktor lingkungan ( kepadatan rumah , adanya tempat perindukan nyamuk, tempat peristrihatan nyamuk, kepadatan nyamuk, angka
28
ARTIK EL PENEL ITIAN
bebas jentik, curah hujan, faktor perilaku (Pola tidur , kegiatan pemberantasan sarang nyamuk) Tri .3 Yunis .M. dkk. 2010. Pada fa faktor diagnostik ju juga te telah dikembangkan beberapa diagnostik selain menggu menggunak nakan an diagno diagnosti stik k yang yang selama selama ini digunakan (complement fixation dan hemaglutination inhibition test) Pada faktor prognostik juga telah diteliti hal-hal yang berhubungan dengan invasi virus kedalam sel tubuh manusia. serta telah dikembangkan beberapa cara pengobatan terhadap penyakiit tersebut ( CDC,2007). Berbagai program seperti penyelidikan epidemiologi, pemantauan jentik berkala, penyuluhan, foging fokus, abatisasi, pemberantasan sarang nyamuk, namun kejadian demam berdarah terus meningkat terutama pada bulan bulan Desem Desember ber - Januar Januarii setiap setiap tahun tahunnya nya (Dinke (Dinkess 2b Kota, 2012). Dari Dari seluru seluruh h faktor faktor terseb tersebut ut diatas diatas,, upaya upaya kontrol dan pencegahan terhadap penyakit penyakit Demam Berdarah Berdarah Dengue Dengue (DBD), baik melalui melalui faktor faktor diagnostik diagnostik,, prognostik prognostik,, etiologi etiologik k menjadi menjadi penting penting guna guna menu menurun runkan kan kejadi kejadian an penyaki penyakitt terseb tersebut ut di populasi. Untuk itu dilihat dari seluruh seluruh faktor yang yang berhubungan dengan kasus kejadian DBD di Palangka Raya Metodologi Jenis penelitian penelitian ini adalah adalah observas observasional ional yang menggunakan metode Retrospective study dengan pendekatan case control yaitu membandingkan antara kelompok orang yang mendrita penyakit demam berdarah (kasus) dengan kelompok orang yang tidak menderita penyakit demam berdarah (kontrol), kemudian dicari penyabab timbulnya penyakit tersebut. Faktor Faktor resiko resiko yang yang diuj diujii dalam dalam penel penelitia itian n ini adalah, adalah, karakterist karakteristik ik individu individu ( jenis kelamin, kelamin, umur, pendidikan dan pekerjaan), perilaku Perilaku PSN (kebiasaan menghalau nyamuk, kebias kebiasaan aan 3M) karakt karakteri eristi stik k lingku lingkung ngan an rumah rumah ( jenis rumah, atap, dinding, lantai, ventilasi, keberadaan keberadaan kontainer kontainer dan dan tanaman tanaman lebat lebat diluar diluar rumah) Program pe penanggulangan DBD (penyuluhan, media dan kunjungan petugas) Peneli Penelitia tian n ini ini dilak dilaksan sanak akan an pada pada bebera beberapa pa kelurahan endemis DBD di Kota Palangka Raya dengan dengan waktu waktu penelit penelitian ian selama selama 3 bulan bulan , yaitu yaitu dari dari bula bulan n Okto Oktobe berr sam sampai pai deng dengan an Dese Desemb mber er 2013. Data kasus kasus dan control diperoleh data kasus dari peri periode ode tahu tahun n Oktobe Oktoberr 2011 – September 2013. Populasi Populasi kasus kasus dalam penelitian penelitian ini adalah semua penduduk di Kelurahan Kota Palangka Raya Raya yang yang menderi menderita ta DBD berdas berdasark arkan an hasil hasil Uji tournique quet (+ (+), peme emerik riksaan trom rombosi osit ( ≤ 100.000) 100.000) dan dilaporkan dilaporkan pihak Puskesm Puskesmas as ke P2P DBD Dinkes Kota Palangka Raya, sedangkan
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
populasi kontrol dalam penelitian ini semua penduduk di kelurahan Kota Palangka Raya yang tidak menderita menderita DBD tetapi dilaporkan puskesmas ke Dinkes Dinkes Kota Palangk Palangkaa Raya, misalny misalnyaa luka luka, batuk, batuk, filek filek dengan demikian demikian maka maka besar sampel dalam penelitian ini ini adalah sebesar 116 resp respon onde den n terpi terpili lih h yang yang terdi terdiri ri dari dari 58 kasu kasuss dan dan 58 kontrol dengan kriteri inklusif yang sama. Instrumen dalam penelitian ini yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuesio kuesioner ner,, dan chek chek list list yang yang digun digunaka akan n untuk untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan oleh enumerator, enumerator, dimana sebelumnya sebelumnya terlebih dahulu dilakukan pelatihan selama 3 hari. Data yang diperoleh dikumpulkan untuk dilakukan pemeriksaan/validasi data, pengkodean rekapitulasi, kemudian dilakukan analisa statistik ( Analysis Univarite, Analysis bivariate, dan Analysisis Multivariat ) dengan menggunakan SPSS versi 18.0. Hasil Penelitian Karakteristi Karakteristik k Responden Responden Jenis kelamin responden laki-laki kelompok kasus dan kontrol hampir sama yaitu 25,9% dan 27,6%. Sementara responden perempuan kelompok kasus dan kontrol juga hampir sama yaitu 74,1% dan 72,4%. Demikian pula dengan pendidikan responden antara kelompok kasus dan kontrol tidak terlalu berbeda jauh proporsinya. Bila dilihat dari distribusi pendidikan responden baik kasus maupun kontrol paling banyak yang berpendidikan perguruan tinggi 51,7% diikuti dengan SMA (30,2%), SMP (12,9%). Distribusi pekerjaan responden tidak terlalu berbeda jauh kecuali di pegawai pegawai pemerintah pemerintah antara kelompok kasus dan kontrol persentasenya berbeda. Responden yang bekerja sebagai pegawai pemerintah lebih banyak di kelompok kasus daripada dikelompok kontrol. Sedangkan dari umur responden lebih banyak yang berumur 26-45 tahun. Rerata umur responden untuk kelompok kasus 35±10 tahun dan kelompok kontrol 39±9 tahun (Tabel.1.). Perilaku Responden terhadap DBD Perilaku perlindungan responden terhadap nyam nyamuk uk DBD, DBD, resp respon onden den palin paling g bany banyak ak menyatakan menggunakan semprotan nyamuk 68,1%, menggunakan obat nyamuk bakar, dan mengolesi dengan autan 44% (Tabel .2.). Bila dilihat berdasarkan responden kasus dan kontrol didapatkan hasil responden yang menggunakan obat nyamuk elektri, menyemprot nyamuk, dan mengolesi autan lebih banyak terdapat pada kelompok kasus daripada kelompok kontrol. Sedangkan responden yang menggunakan obat nyamuk bakar lebih banyak pada responden kontrol. Sedangkan Perilaku PSN pada
29
Yongwan, Natalansyah, Reny. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Demam Berdarah di Kota Palangka Raya
responden kasus didapat hasil sebagai berikut responden paling banyak banyak menjawab (90,5%) melakukan pengumpulan/membakar sampah. Jawaban paling banyak kedua adalah responden (88,8%) melakukan pengurasan bak mandi. Bila dilihat berdasarkan kelompok kasus kontrol perilaku menguras bakmandi lebih banyak dilakukan oleh responden kontrol (91,4%)
daripada responden kasus (86,2%). Jawaban perilaku PSN pada responden tentang menutup tempat penampungan air sebesar (64,7%) dengan proporsi yang tidak berbeda jauh antara kelompok kasus dan kontrol. Responden yang mengubur kaleng bekas, gelas/plastik bekas sebanyak 22,9%, sedangkan yang menyimpan ban bekas dan menutup drum sebanyak 4,3% (Tabel 2.).
Tabel.1. Distribusi Karakteristik Responden Kasus-Kontrol DBD, Palangk Palangka a Raya, Raya, 2013 2013 (n=116 (n=116)) Variabel Kasus Kontrol Total N % N % n % Jenis Kelamin Laki-laki 15 25,9 16 27,6 31 26,7 Perempuan 43 74,1 42 72,4 85 73,3 Pendidikan Tidak sekolah 0 0 2 3,4 2 1,7 SD 1 1,7 3 5,2 4 3,4 SMP 7 12,1 8 13,8 15 12,9 SMA 17 29,3 18 31,0 35 30,2 Perguruan Tinggi 33 56,9 27 46,6 60 51,7 Pekerjaan Pegawai Pemerintah 29 50 21 36,2 50 43,1 Pegawai swasta 5 8,6 5 8,6 10 8,6 Wiraswasta 9 22,4 13 22,4 22 19,0 Pelajar 7 3,4 2 3,4 9 7,8 IRT 8 29,3 17 29,3 25 21,6 Umur ≤ 25 tahun 12 20,7 6 10,3 18 15,5 26-45 tahun 36 62,1 36 62,1 72 62,1 ≥ 45 tahun 10 17,2 16 27,6 26 17,2 58 100 58 100 116 100
Tabel.2. Tabel.2. Distribusi Distribusi Perilaku Perilaku PSN DBD pada Responde Responden n Kasus-Kontrol Kasus-Kontrol terhadap terhadap DBD, Palangka Raya, 2013 (n=116) Variabel Kasus Kontrol Total N % n % n %
Kelambu Semprot nyamuk Mengolesi dengan autan Menggunakan obat nyamuk bakar Menggunakan obat nyamuk elektrik Menguras bak mandi Menutup tempat penampungan air Mengubur kaleng bekas, gelas/plastik bekas Menyimpan ban bekas, menutup drum Membersihkan saluran air Mengumpulkan/membakar sampah yang berserakan Mengganti air vas bunga
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume VN V Nomor 9, 9, Fe Februari 20 2015
11 44 29 30 5 50 39 15
19 75,9 50 51,7 83,3 86,2 67,2 25,9
9 35 22 35 1 53 36 11
15,5 60,3 37,9 60,3 16,7 91,4 62,1 19,0
20 79 51 65 6 103 75 26
17,2 68,1 4 4, 0 56 5, 2 8 8, 8 64,7 22,9
4
6,9
1
1,7
5
4,3
23 58
39,7 100
25 47
43,1 81
48 105
41,4 90,5
4
6, 9
2
3, 4
6
5,2
30
ARTIK EL PENEL ITIAN
Karakteristik Lingkungan rumah. Berdasarkan karakteristik lingkungan rumah sebanyak 15,5% responden menempati menempati rumah non non permanen. Dari kelompok kasus lebih banyak menempati rumah permanen dan semi permanen daripada kelompok kontrol. Jenis genteng lebih banyak yang terbuat dari multiroof (39,7%). Jenis lantai lebih banyak yang 71,6% terbuat dari lantai keramik. Jeni tembok lebih banyak yang terbuat dari tembok (81%). Dilihat dari luas ventilasi <10% lebih banyak pada kasus (58,6%) daripada kontrol (37,9%). Bila dilihat dari pakaian yang
bergelantung ada sebanyak 83,6% menyatakan bahwa di rumah rumah responden responden terdapat terdapat pakaian pakaian yang bergelantung.Area tempat tinggal yang kumuh terdapat 56,9%. Kondisi rumah yang terdapat kontainer hanya 48,3% dimana kelompok kasus lebih banyak terdapat kontainer (60,3%) daripada kelompok kontrol (36,2%). Keberadaan tanaman lebat di halaman sebanyak 43,1% dimana kelompok kasus lebih banyak terdapat tanaman yang lebat di halaman (46,6%) daripada kelompok kontrol (39,7%) (Tabel.3.).
Tabel.3 Distribusi Karakteristik Lingkungan Rumah Responden Kasus-Kontrol terhadap terhadap DBD, Palangka Palangka Raya, 2013 (n=116) Variabel
Jenis Rumah Permanen Semi permanen Non Permanen Jenis Atap Genteng Sirap Multiroof Seng Jenis Lantai Keramik Semen Plesteran Papan Jenis Dinding Tembok Kayu/papan/triplek Ventilasi di Kamar Tidur Ada, >10% luas lantai Ada, <10% luas lantai Tidak ada Terlihat pakaian bergelantungan Ya Tidak Rumah di daerah padat/kumuh Ya Tidak Terdapat kontainer Ya Tidak Tanaman lebat Ya Tidak
Kasus
Kontrol N %
n
%
79,3 13,8 6,9
41 3 14
70,7 5,2 24,1
87 11 18
75 9,5 15,5
11 5 28 14
19 8,6 48,3 24,1
12 7 18 21
20,7 12,1 31,0 36,2
23 12 46 35
19,8 10,3 39,7 30,2
47 7 4
81 12,1 6,9
36 8 14
62,1 13,8 24,1
83 15 18
71,6 12,9 15,5
52 6
89,7 10,3
42 16
72,4 27,6
94 22
81 19
22 34 2
37,9 58,6 3,4
33 22 3
56,9 37,9 5,2
55 56 5
47,4 48,3 4,3
51 7
87,9 12,1
46 12
79,3 20,7
97 19
83,6 16,4
20 38
34,5 65,5
30 28
51,7 48,3
50 66
43,1 56,9
35 23
60,3 39,7
21 37
36,2 63,8
56 60
48,3 51,7
27 31
46,6 53,4
23 35
39,7 60,3
50 66
43,1 56,9
N
%
46 8 4
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
Total
31
Yongwan, Natalansyah, Reny. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Demam Berdarah di Kota Palangka Raya
Program penanggulangan DBD Program penanggulangan DBD di Palangka Raya tidak berjalan dengan baik. Terlihat dari persentase responden yang mendapatkan penyuluhan hanya 20,7% saja. Sedangkan yang tidak sebanyak sebanyak 79,3% dengan kelompok kelompok kasus lebih banyak tidak mendapatkan penyuluhan 81% daripada kelompok kontrol 77,6%. Pemberi
penyuluhan paling banyak dilakukan oleh tenaga kesehatan 79,2%. Media yang paling banyak disenangi adalah penyuluhan langsung (44%) dan Media Cetak (42,2%). Delapan puluh sembilan koma tujuh persen menyatakan tidak mendapatkan kunjungan dari nakes sebelum sebelum sakit DBD. (Tabel (Tabel 4.). 4.).
Tabel 4. Program Penanggulangan DBD pada Responden Kasus-Kontrol, Palangka Raya, 2013 (n=116) Variabel Kasus Kontrol Total N % N % n Mendapat penyuluhan Ya 11 19 13 22,4 24 Tidak 47 81 45 77,6 92 Pemberi penyuluhan Nakes 8 72,7 11 84,6 19 Kader/PKK 3 27,3 1 7,7 4 Toma 0 0 1 7,7 1 Media Info DBD yang paling disenangi TV 9 15,5 7 12,1 16 Media cetak 27 46,6 22 37,9 49 Penyuluhan langsung 22 37,9 29 50 51 Kunjungan petugas sebelum sakit 5 8,6 7 12,1 12 Ya 53 91,4 51 87,9 104 Tidak Kunjungan petugas sesudah sakit 29 50 0 0 29 Ya 29 50 58 100 87 Tidak Frekuensi kunjungan 18 62,1 5 71,4 23 Sekali 6 20,7 1 14,3 7 2 kali 4 13,8 1 14,3 5 3 kali 1 3,4 0 0 1 >3 kali Analisis Bivariat Hubungan PSN, Kesling, Higiene, dan Program dengan Kejadian DBD akan dianalisis dengan uji Chi Square dengan tingkat kemaknaan α < 0,05. Berdasarkan uji chi square hanya PSN yang mempunyai nilai α<0,05. Responden yang tidak melakukan PSN lebih banyak pada responden kasus (62,1%) daripada responden kontrol (43,1%). Sedangkan yang melakukan PSN lebih banyak banyak di konrol (55,2%) daripada daripada kasus (41,4%). (41,4%). Didapatkan nilai P = 0,041 lebih kecil dari α 0,05 yang artinya ada perbedaan bermakna antara PSN dengan Kejadian DBD. Nilai OR 2,2 (95% CI 1,04,5) artinya responden yang tidak melakukan PSN berisik berisiko o terkena terkena DBD DBD 2,2 kali kali dibandi dibandingk ngkan an dengan responden yang melakukan PSN (Tabel.5).
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume VN V Nomor 9, 9, Fe Februari 20 2015
%
20,7 79,3 79,2 16,7 4,2
13,8 42,2 44 10,3 89,7
25 75 63,9 19,4 13,9 2,8
Analisis Multivariat Model yang dipilih adalah model dengan 2 nilai R tertinggi sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan intervensi. (Tabel 6). Sehingga dari pemodelan pemodelan regresi regresi logistik logistik ini dapat diambil diambil 2 model 1 dimana nilai R adalah yang paling besar. Dan terlihat juga hubungan yang bermakna antara PSN dengan kejadian DBD dengan nilai OR=2,3; 95% CI = 1,1-4,8, sehingga dapat dibuat pernyataan bahwa untuk responden yang tidak melakukan PSN mempunyai peluang 2,3 kali lebih besar mengalami DBD dibandingkan dengan ressponden yang melakukan PSN, apalagi dengan adanya pekerjaan sebagai PNS, dan perilaku yang tidak higienis.
32
ARTIK EL PENEL ITIAN
Tabel 5. Hubungan Hubungan PSN, Kesling, Kesling, Higiene, Higiene, dan Program dengan dengan Kejadian Kejadian DBD pada Responden Kasus-Kontrol, Palangka Raya, 2013 (n=116) Variabel
Pekerjaan
Tidak PNS PNS
PSN
PSN Tidak PSN
Kesling
Baik Buruk
Higiene
Baik Buruk
Program
Ada Tidak Ada
Kelompok Kasus
Kontrol
Total
24
32
56
41.4%
55.2%
48.3%
34
26
60
58.6%
44.8%
51.7%
22
33
55
37.9%
56.9%
47.4%
36
25
61
62.1%
43.1%
52.6%
30
36
66
51.7%
62.1%
56.9%
28
22
50
48.3%
37.9%
43.1%
12
18
30
20.7%
31.0%
25.9%
46
40
86
79.3%
69.0%
74.1%
12
14
26
20.7%
24.1%
22.4%
46
44
90
79.3%
75.9%
77.6%
Nilai P
OR
0,137
1,7 (0,8-3,6)
0,041
2,2 (1,0-4,5)
0,261
1,5 (0,7-3,2)
0,203
1, 7 (0,7-4,0)
0,656
1,2 (0,5-2,9)
Tabel 6. Analisis Regresi Logistik Hubungan Variabel Pekerjaan, Pekerjaan, PSN, dan Higiene dengan Kejadian DBD dengan mengontrol variabel luar, Palangka Raya, 2013 (n=116)
Variabel
PSN PSN Tidak PSN Pekerjaan Bukan PNS PNS Higiene Higienis Tidak Higienis N R Deviance
Model 1 OR 95% CI
Model 2 OR 95% CI
Model 3 OR 95% CI
2,3 (1,1-4,8)
2,3 (1,1-4,9)
2,2 (1,0-4,5)
1,8 (0,8-3,8)
1,9 (0,9-3,9)
1,6 (0,7-3,8) 116 0,088 152,88
116 0,077 153,93
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
116 0,048 156,60
33
Yongwan, Natalansyah, Reny. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Demam Berdarah di Kota Palangka Raya
Pembah Pembahasan asan Hubunga Hubungan n varia variabel bel pekerj pekerjaan aan dengan kejadian DBD Pada analisa analisa bivariat pekerjaan responden dibagi dua yaitu sebagai sebagai PNS dan bukan bukan PNS. Responden yang bekerja sebagai PNS lebih banyak pada kelompok kasus (58,6%) daripada kelompok kontrol (44,8%). Sedangkan yang tidak PNS lebih banyak pada kelompok kontrol (55,2%) daripada kelompok kasus (41,4%). Selanjutnya dari hasil uji chi square didapatkan nilai P = 0,137 lebih besar dari α 0,05 artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara pekerjaan dengan kejadian DBD. Nilai OR 1,7 (95% CI 0,8-3,6) artinya responden dengan pekerjaan PNS mempunyai risiko terkena DBD sebesar 1,7 kali dibandingkan dengan yang bukan PNS (Tabel 6). Hasil penelitian ini sejalan 4 dengan penelitian Ahmad .H ( Depkes 1997). bahwa jenis pekerjaan tidak berpengaruh terhadap partisipasi ibu dalam rumah tangga dalam kegiatan PSN DBD. 5 Pekerjaan menurut Notoadmodjo (2007). adalah suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk memperoleh penghasilan guna kebutuhan hidupnya sehari-hari. Lama bekerja merupakan pengalaman individu yang akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan. salah satu alasan mengapa pekerjaaan pekerjaaan sebagai sebagai PNS beresiko terkena DBD, karena PNS lebih banyak beraktifitas berada diluar rumah dan berinteraksi dengan tempat6 tempat umum. Menurut Reksosoebroto (1991). adalah tempat-tempat yang diperuntukan bagi masyarakat umum (TTU) dan didalam tempat tersebut dilakukan kegiatan-kegiatan atau aktifitasaktifitas yang dapat menimbulkan terjadinya penyakit menular, penyakit akibat kerja dan kecelakaan, dengan demikian sekolah dan TTU lainya merupakan tempat yang yang sangat sangat potensial untuk terjadi penularan penyakit DBD Hubungan Variabel PSN dengan kejadian DBD Hasil analisa hubungan antara variabel PSN dengan kejadian DBD di kelurahan Kota Palangka Raya pada pada grafik grafik 4.6, menunjukan menunjukan bahwa bahwa terdapat terdapat perbedaan yang yang yang bermakna yaitu didapatkan didapatkan nilai P = 0,041 lebih lebih kecil dari α 0,05. Nilai OR 2,2 (95% CI 1,0-4,5) artinya responden yang tidak melakukan PSN berisiko terkena DBD 2,2 kali dibandingkan dengan responden yang melakukan PSN. Hasil Hasil penelitian penelitian sesuai sesuai penelitian penelitian Hasyimi 3b dan Wiku dalam Tri Yunis Miko W dkk (2010). bahwa dengan melaksnakan melaksnakan 3 M (PSN) di wilayah intervensi berbeda dengan wilayah kontrol. Deni Abdul R (2012) bahwa praktek menguras menguras bak penampungan air, berhubungan dengan kejadian DBD (P=0,029) hal ini sejalan pernyataan Depkes 7 (2005). yaitu yaitu cara cara yang yang pali paling ng tepa tepatt untuk untuk memberantas vektor (nyamuk Aedes aegypsi)
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume VN V Nomor 9, 9, Fe Februari 20 2015
adalah dengan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD). Mengingat nyamuk ini telah telah tersebar tersebar luar luar tanah air, baik baik dirumah-rumah maupun di tempat-tempat umum maka upaya pemberantasan tidak hanya tugas pemerintah (tenaga kesehatan) saja tetapi harus didukung peran serta masyarakat. Apabila kegiatan PSN DBD ini dapat dilaksanakan dengan intensif, maka populasi nyamuk Aedes aegypsi dapat dikendalikan sehingga penularan demam berdarah dengue dapat dicegah dan dikurangi. Hubungan Variabel Kesling dengan Kejadian DBD Berdasarkan hasil uji chi square pada grafik 5, didapatkan didapatkan nilai P = 0,261 yang artinya artinya tidak ada hubungan antara kesling dengan kejadan DBD. Nilai Nilai ORnya ORnya 1,5 (95% CI 0,7-3,2) 0,7-3,2) artinya artinya responden yang keslingnya buruk berisiko 1,5 kali terkena DBD dibandingkan responden yang keslingnya baik. Hasil penelitian berbeda dengan 3c penelitian Tri Yudis W dkk (2010). bahwa faktor kesehatan lingkungan rumah (pencahayaan, ventilasi) berhubungan dengan kejadian DBD di Kecamatan Cimanggis, Depok, Jawa Barat. .8a Menurut Jurnal Epidemiologi 1997 salah satu faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya DBD faktor lingkungan yang meliputi: 1) sumber air yang ditampung dan tidak berhubungan dengan tanah merupakan tempat perindukan yang potensial bagi vektor DBD, 2) kualitas tempat penampungan air ; tempat penampungan air yang yang berjentik lebih besar kemungkinan terjadinya DBD dibandingkan dengan tempat penampungan air yang tidak berjentik, 3) kebersihan lingkungan seperti kebesihan halaman halaman dari kaleng/ban bekas, bekas, tempurung dll juga merupakan faktor resiko terjadi DBD Hubungan Variabel Higiene dengan Kejadian DBD Variabel higiene merupakan komposit dari nilai-nilai pertanyaan tentang perilaku higiene seperti baju yang bergelantungan, tanaman lebat di halaman rumah, area rumah di daerah padat, terdapat kontainer. Hasil komposit dirata-ratakan kemudian dibuat kelompok lebih kecil dari median adalah kelompok higiene buruk dan lebih besar dari median adalah kelompok higiene baik. Higiene baik lebih banyak pada kontrol (31,0%) daripada kasus (20,7%) sedangkan higiene buruk lebih banyak pada kasus (79,3%) daripada kontrol (69,0%). Dari hasil uji chi square (tabel 5) didapatkan didapatkan hasil hasil nilai P = 0,203 artinya artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara higiene dengan kejadian DBD. Nilai OR-nya 1,7 (95% CI 0,7-4,0) artinya responden yang memiliki perilaku higiene buruk lebih berisiko 1,7 kali dibandingkan dengan
34
ARTIK EL PENEL ITIAN
responden yang memiliki perilaku higiene baik. Perilaku dan sosial budaya masyarakat (Jurnal 8b Epid 1997) kebiasaan menggantung pakaian didalam rumah merupakan habitat kesenangan nyamuk Aedes aegypsi. Sedangkan kebiasaan tidur siang mempunyai resiko untuk terjadi DBD. Higiene perumahan sangat penting untuk diperhatikan karena biasanya nyamuk betina mencari mangsa pada siang hari. Aktivitas menggigit mulai pagi hari sampai petang hari, dengan puncak aktivitas antara pukul 09.00 – 11.00 dan 16.00 – 17.00, tidak seperti nyamuk lain, Aedes aegypsi mempunyai kebiasaan mengisap darah berulang kali ( Multiple Multiple bites) dalam satu siklus gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan darah dengan demikian nyamuk ini sangat efektif sebagai penular 7b penyakit. Menurut (Depkes 2005) setelah mengisap mengisap darah, nyamuk nyamuk ini hingga (beristirahat (beristirahat)) didalam atau kadang-kadang diluar rumah berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya, biasanya ditempat yang agak gelap dan lembab dan ditempat ini nyamuk menunggu proses pematangan telurnya.
masyarakat. Konsep ini menggabungkan pengendalian penyakit pada sumbernya yakni penderita awal yang memiliki potensi sebagai sumber penularan, pengendalian pada nyamuk yakni pengendalian sarang nyamuk, serta penyuluhan masyarakat untuk mendukung gerakan brantas (secara) tuntas penyakit demam berdarah (Getas DBD).
Hubungan Program penanggulangan dengn dengn kejadian DBD Berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji chi square diadapatkan nilai P = 0,656 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara program dengan kejadian DBD. Nilai OR-nya 1,2 (95% CI 0,5-2,9) artinya responden yang tidak mendapatkan program penyuluhan lebih berisiko terkena DBD 1,2 kali dibandingkan dengan responden yang mendapatkan penyuluhan (tabel 5.) hal ini didukung oleh analisa univariat bahwa pada responden yang mendapatkan program penyuluhan DBD ada lebih banyak sedikit pada kontrol (24,1%) daripada kasus (20,7%). sedangkan pada responden yang program penyuluhannya tidak ada, lebih banyak papda kontrol (79,3%) dari pada kasus (75,9%). Hasil penelitian ini sejalan dengan dengan hakekat Penyuluhan kesehatan adalah penambahan dan kemampuan seseorang melalui praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia baik secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mendiri dalam mencapai hidup sehat (Herawani,2001). 7c Menurut Depkes (2005) langkah-langkah dalam penanggulangan dan penyelidikan epidemiologi (PE) : penyuluhan, PSN/kerja bakti masal, abatetisasi yang dilakukan bersamaan dengan fogging masal dengan tujuan untuk segera memutuskan rantai penularan, dan mempertahan agar populasi tetap rendah dalam beberapa waktu 9 (± 3 bula bulan). n). Ahma Ahmadi di (2008). (2008). memperkenalkan manajemen demam dengue yang berbasis pada
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
35
Yongwan, Natalansyah, Reny. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Demam Berdarah di Kota Palangka Raya
Kesimpu Kesimpulan lan dan Saran Saran Kesimpulan 1. Resp Respon onde den n yang yang beker bekerja ja seba sebaga gaii Pega Pegawa waii Pemerintah (PNS) lebih banyak pada kelom kelompo pok k kas kasus us (29 oran orang) g) dari daripa pada da kelompok kontrol (21orang). 2. Higien Higienee buruk buruk lebih lebih bany banyak ak pada pada kasus kasus (79,3%) daripada kontrol (69,0%). 3. Variab Variabel el : peker pekerjaa jaan, n, keseh kesehatan atan ling lingkun kungan gan,, Higiene dan program penanggulangan tidak mempunyai berhubungan dengan kejadian DBD (p:0,139, P:0,261, P:203 dan P:0,566) 4. Variab Variabel el PSN memilik memilikii hubun hubungan gan yang yang bermakna dengan kejadian DBD dengan nilai OR=2,3; 95% CI = 1,1-4,8, sehingga dapa dapatt dibu dibuat at per perny nyat ataan aan bah bahwa wa unt untuk uk responden yang tidak melakukan PSN mempunyai peluang 2,3 kali lebih besar mengalami DBD dibandingkan dengan ressponden yang melakukan PSN, apalagi dengan adanya pekerjaan sebagai PNS, dan mempunyai mempunyai perilaku perilaku yang tidak tidak higienis higienis.. Saran 1. Bagi Puskesmas Kiranya dapat meningkatkan kegiatan penyuluhan tentang PSND DBD baik dalam dan luar gedung Puskesmas melalui pemasangan spanduk poster, leaplet dan media elektronik 2. Bagi Bagi Dina Dinass kes keseh ehat atan an Kota Kota Pala Palang ngka ka Raya Raya Kiranya dapat merevitalisasi kemitraan dengan wadah kelompok kerja operasional (POK (POKJA JANA NAL) L) DBD DBD di ting tingka katt Kel Kelur urah ahan an (RW/RT) dan, menganggarkan bi biaya pel pelatihan da dan insentif bag bagi pe petug tugas lapangan/jumantik pada kelurahan-kelurahan dengan dengan endemi endemiss DBD. DBD. 3. Bag Bagi Polt Poltek ekk kes kemen emenk kes Kot Kotaa Pala Palan ngka gka Raya Hendaknya dapat menjalin kerja sama dengan pihak Puskesmas / Dinkes kota dalam mendukung gerakan PSN DBD dan pemeriksaan jentik berkala (PJK) dengan melibat dosen dan mahasiswa dalam kegiatan Pengabdian masyarakat, PKL dan Home care. care. 4. Disa Disara ran n untu untuk k pene peneli liti tian an sel selan anju jutny tnyaa Penelitian Penelitian pada dua (2) kelompo kelompok k masyaraka masyarakatt
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume VN V Nomor 9, 9, Fe Februari 20 2015
(RW/kelurahan) dengan status endemis dan status Potensial DBD dengan intervensi : Pelatihan Jumantik dan kegiatan penyuluhan PSN DBD
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5. 6.
7.
8. 9.
10. 10.
11.
12. 12.
13.
WHO, WHO, 2007 2007,, Den Dengu guee in in the the WHO WHO Wes Weste tern rn Pasific Region. Weekly Epidemiology Record. 2007 Dina Dinass Kese Keseha hatan tan Kota Kota Pal Palan angk gkaa Raya Raya 2011 2011,, Dokumentasi laporan tahunan Subdin P2P, Dinkes Kota Palangka Raya. Tri Yunis M dkk “Faktor -faktornyang -faktornyang berhubungan dengan Kejadian DBD dan Upaya Penanggulanganyandi di Kec.Cimanggis Depok Jawa barat. Buletin Jendela Jendela Epidemiol Epidemiologi ogi Kemenkes Kemenkes Volume Volume 2 Agustus 2010 Depk Depkes es RI (1997 (1997), ), Surve Surveii Ent Entom omol ologi ogi Demam Berdarah Berdarah Dirjend PPM-PLP Depkes RI Notoatmodjo, jo,S. ( 2007). 7). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Rineka Cipta Jakarta Reks Reksos osos osoe oebr brot oto, o, S. 1991 1991.. San Sanit itas asii Perhotelan, Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan (Hakli) , Jakarta Depkes RI., 2005. 05. Pemberantasan dan Pencegahan Demam Berdarah di Indonesia. Diejend. P2M & LP Jakarta Jurnal Ep Epidem demilogi ogi 19 1997 Achma hmadi, di, U. U.F. 200 2001 1. Manajemen Kesehatan Berbasis Wilayah (pemberantasan Penyakit Berbasis Lingkungan), Materi Perkluliahan Programa Pascasarjana UI) Epidemiologi Kesehatan Lingkungan, UI Depok. Depk Depkees 200 2001, 1, Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor , Direktorat PPM & PL, Depkes RI, Jakarta WHO, WHO, 1998, 1998, Dengu Denguee in the the WHO WHO Weste Western rn Pasific Region. Weekly Epidemiology Record. 1998 73:273 Lemeshow, ow, Sampling pada Penelitian Kesehatan , Gajah Mada University Press, 2004 Zaenu Zaenudin din (2003), (2003), Anali Analisis sis Spasia Spasiall Kejadian Kejadian Penyakit DBD di Kota Bekasi
36
ARTIK EL PENEL ITIAN
Pengaruh Finansial Dan Non Finansial Terhadap Motivasi Bidan Desa Dalam Pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi
The effect of the financial and non financial about motivation of the midwife with the b irth planning and prevention of complications Program
Esyuananik, Kharisma K, Sri Wayanti, M. Choirin Jurusan Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Palangka Raya
Abstrak. Abstrak. Salah satu upaya penting yang yang sedang ditempuh oleh pemerintah pemerintah untuk mempercepat penurunan AKI (angka kematian ibu) di Indonesia dengan mendekatkan pelayanan kesehatan melalui P4K (program perencanaan persalinan persalinan dan pencegahan komplikasi). Pelaksanaan P4K sangat dipengaruhi finansial finansial dan non finansial dengan motivasi yang dimiliki bidan desa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh finansial dan non finansial finansial terhadap motivasi motivasi bidan desa dalam pelaksanaan P4K. Penelitian dilakukan terhadap terhadap 48 bidan desa mulai tanggal 22 Oktober -22 November 2014 di Kab. Bangkalan, yang terpilih melalui alokasi multi stage cluster sampling serta simple random sampling, dari 5 wilayah Kecamatan, dengan menggunakan menggunakan kuesioner yang yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Data yang dihasilkan dianalisis dengan dengan korelasi Pearson dan regresi ganda multiple. multiple. Hasil dalam penelitian memperlihatkan bahwa finansial berpengaruh signifikan terhadap motivasi bidan (0.000), non finansial berpengaruh significan terhadap motivasi bidan (0.01). Dengan analisis regresi ganda terdapat pengaruh yang signifikan antara finansial dan non finansial terhadap motivasi bidan desa sebesar (0.000). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh finansial dan non finansial terhadap motivasi bidan desa dalam P4K di Kab. Bangkalan. Diharapkan kepada setiap bidan desa dapat memberikan pelatihan dan supervisi secara berkala kapada masyarakat atau melakukan kunjungan rumah ibu hamil, dan dinas terkait dapat memberikan fasilitas sarana dan prasarana bidan desa dalam kegiatan P4K. Kata kunci: finansial, non finansial, motivasi, P4K Abstract. One of the important efforts being taken by the goverment to accelerate the reduction score of maternal mortality in indonesia with make closer the health care by P4K (birth planning and prevention of complications). P4K is more Influenced by financial and non financial motivation of midwives in the region. The research aimed to analyze the effect of the financial and non financial about motivation of the midwife with the program. Reseacrh conducted on 48 midwives from 22nd october until 22nd november 2014 in bangkalan district. Selected through through multi stage cluster sampling sampling allocation as well as the sample sample random sampling, of 5 sub-district ,using a questionnaire that has proven validity and reability. The data generated were analyzed by pearson correlation and double regression multiple. Result of the research showed if financial significant influence on the motivation of midwives (0,000), non financial significant Influence on the motivation of midwives (0,01). with analyze multiple regression had the significant influence between financial and non financial with motivation of midwive for (0,000). It is said that there are significant financial and non financial motivation to midwife of the program in the di strict Bangkalan. Expected to each midwife can provide training and periodic supervision to public or home visits of pregnant women, and relate agencies to provide infrastructure facilities for the midwive on every P4K activity Keyword : financial, non financial, motivation, P4K
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume VN V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
37
Esyuananik, Kharisma, Sri, Choirin. Pengaruh Finansial dan Non Finansial terhadap Motivasi Bidan Desa dalam Pelaksanaan P4K
Pendahuluan Seorang ibu mempunyai peran sangat besar di dalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang sedang hamil menganggu kesehatan janin dalam kandungannya hingga kelahiran dan masa 1 pertumbuhannya . Bayi baru lahir yang ibunya tidak dapat diselamatkan dari kematian akan mempunyai risiko kematian 3-5 kali lebih besar dari bayi baru lahir yang mempunyai ibu. AKI yang tinggi menggambarkan besarnya risiko yang dihadapi ibu hamil dan bersalin, juga mempunyai hubung hubungan an erat erat denga dengan n kual kualitas itas bayi bayi yang yang dilahirkan. Kondisi kesehatan ibu sangat mempengaruhi proses kehamilan dan persalinan pada akhirnya menentukan baik buruknya kondisi 3 bayi yang dilahirkan . Sebagian besar komplikasi tidak dapat diramalkan sebelumnya sehingga persiapan terhadap kemungkinan kemungkinan ini harus diantisipasi sedini mungkin. Diagnosis dini dan intervensi yang terbukti efektif terhadap berbagai komplikasi atau gawatdarurat obstetrik yang dapat mengancam keselamatan jiwa ibu memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang lengkap, pengalaman melahirkan, tenaga penolong dan seberapa cepat ibu dapat dirujuk fasilitas rujukan merupakan kondisi yang sangat krusial dalam menentukan keberhasilan upaya 2 penyelamatan ibu. Paket penyelamatan kematian ibu pada kesehatan maternal dan neonatal adalah kombinasi antara penolong persalinan terlatih, asuhan obstetri emergensi dan sistem rujukan 3 emergensi. Dalam profil kesehatan Bangkalan tahun 2013 didapatkan cakupan persalinan yang ditolong tenaga tenaga kesehatan kesehatan mencapai mencapai 6696, tahun tahun 2014 sampai semester 1 bulan Juni 2731. Sedangkan angka kematian ibu cenderung mengalami peningkatan, pada tahun 2012 AKI 6 orang, tahun 2013 AKI 11 orang, tahun 2014 AKI 9 sampai bulan September, ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan terbanyak 6 karena Pre Eklampsi Berat dan Eklampsi. Penyebab kematian ibu adalah komplikasi yang terjadi saat hamil, melahirkan dan nifas terbanyak 4 karena hipertensi kehamilan dan perdarahan. Sedangkan target cakupan komplikasi kebidanan 5 yang ditangani pada tahun 2015 adalah 80%. Hasil pencapaian P4K di Kabupaten Bangkalan tahun 2013 semester I dan II didapatkan sasaran 12.232 dan yang didata ibu hamil dengan P4K sejumlah 6638. Pada tahun 2014 pada semester I sasaran 9186 dan didapatkan data ibu hamil dengan P4K sejumlah 2939. Komplikasi kebidanan yang tertangani tahun 2014 cakupannya 65,88%. Berdasarkan hasil survei lapangan di Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume VN V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
Puskesmas Kota Bangkalan pada bulan Juni 2014 Bidan di desa mengatakan bahwa stiker P4K bukan bidan dan maayarakat yang menempelkan menempelkan tetapi stiker itu diberikan kepada ibu hamil saat kunjungan pertama. Bidan memberikan penjelasan tentang pentingnya stiker P4K kepada ibu hamil dan diharapkan menempelkan sendiri di rumahnya. Disini dapat dilihat pelaksanaan P4K kurang berjalan dan tidak ada kerjasama antara bidan, 6 dukun, kader dan tokoh masyarakat. Berbagai upaya peningkatan mutu pelayanan dan penge pengelola lolaan an manajem manajemen, en, program program KIA bersama dengan program terkait dan lembaga internasional telah dilaksanakan, namun masih perlu adanya peningkatan keterlibatan masyarakat dalam perhatian dan pemeliharaan kesehatan ibu, bayi baru lahir. Pada tahun 2007 Menteri Kesehatan mencanangkan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan stiker yang merupakan upaya terobosan dalam percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir melalui kegiatan peningkatan akses dan kualitas pelayanan yang sekaligus kegiatan yang membangun potensi masyarakat, khususnya kepedulian masyarakat untuk persiapan dan bertindak dalam menyelematkan ibu dan bayi 7 baru lahir. Hal terpenting dalam pengembangan mekanisme P4K dengan stiker adalah kerjasama antara bidan, dukun, kader, forum peduli KIA agar semua pihak berperan aktif dalam melakukan penggalian informasi yang dibutuhkan pada stiker dari ibu hamil yang ada di wilayahnya dan peran menempelkan stiker yang telah diisi bidan berguna sebagai notifikasi (penanda) rumah ibu hamil. Serta pemantauan kepada setiap ibu hamil yang telah berstiker untuk mendapatkan pelayanan 7 sesuai standar. Dalam usaha mendukung pencapaian tenaga kesehatan yang tinggi, yaitu dengan cara memenuhi kebutuhan-kebutuhannya untuk melangsungkan kehidupannya. Sistem kompensasi kompensasi juga berpotensi sebagai salah satu sarana terpenting dalam membentuk perilaku dan mempengaruhi kinerja atau peran seorang bidan desa yang bekerja di masyarakat yang mempunyai beban kerja berat karena diharuskan 24 jam ada di tengah masyarakat untuk melayani kebutuhan masyarakat. Faktor pendorong penting yang menyebabkan manusia bekerja sebagai seorang bidan adalah adanya kebutuhan dalam diri manusia yang harus dipenuhi. Dengan kata lain, berangkat dari keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup, seorang bidan bekerja dengan menjual tenaga, pikiran dan juga waktu yang dimilikinya kepada masy masyra raka katt deng dengan an hara harapa pan n men menda dapa patk tkan an kompensasi (imbalan) dari pemerintah setempat. Banyaknya program pemerintah untuk membuat 38
ARTIK EL PENEL ITIAN
masyarakat mampu mengenali masalahnya sendiri membuat bidan merasa beban kerja cukup berat. Adanya anggapan cakupan pelayanan kebidanan tidak memenuhi indikator seringkali dikaitkan dengan peran bidan yang masih kurang kompeten padahal masih banyak faktor yang mempengaruhi. Pemenuhan kebutuhan finansial diharapkan memenuhi kebutuhan dasar bidan dan kebutuhan non finansial diharapkam bidan merasa dihargai atas pelayanan yang telah diberikan kepada masyar masyaraka akatt ataupun ataupun pemer pemerint intah. ah. Tujuan Tujuan dari dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh finansial dan non finansial terhadap motivasi bidan desa dalam pelaksanaan P4K di Kabupaten Bangkalan. Bangkalan. Hipotesis Hipotesis dalam dalam penelitian penelitian ini adalah adalah Kompensasi Finansial berpengaruh positif dengan motivasi bidan desa dalam pelaksanaan P4K. Kompensasi non finansial berpengaruh positif terhadap motivasi bidan desa dalam pelaksanaan P4K. Kompensasi finansial dan non finansial berpengaruh positif terhadap motivasi bidan desa dalam pelaksanaan P4K. Bahan Dan Cara Cara Penelitian Penelitian Desain Penelitian Desain Desain yang yang diguna digunakan kan dalam dalam peneli penelitia tian n ini adalah metode survey eksplanatoris. Data dikumpulkan secara cross sectional yaitu pengambilan data seluruh objek penelitian yang dikumpulkan secara langsung dari responden. Populasi Dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah seluruh bidan yang ada di Kabupaten Bangkalan. Bangkalan. Populasi terjangkau pada penelitian ini seluruh bidan di desa dan kelurahan di Kabupaten Bangkalan pada tahun 2014 sebanyak 273 desa serta 8 kelurahan yang mempumyai tempat pelayanan P oskesdes. Peneliti menetapkan jumlah sampel yang diteliti menggunakan rumus besar sampel untuk penelitian analitik korelatif. Besar sampel untuk penelitian ini sebesar menjadi 50 bidan di desa. Alokasi sampel dilakukan dengan teknik Kabup upat aten en Ban Bangk gkal alan an multistage sampling, di Kab terdapat 18 kecamatan dan 22 Puskesmas dengan jumlah desa 273 dan 8 kelurahan. Dengan jumlah sampel 50 bidan maka diambil kecamatan dengan cluster pantai, kota dan pegunungan. Jumlah tiap bidan di desa selanjutnya di random sampling sesuai dengan jumlah sampel yang perlukan kemudian nama desa wilayah kerja bidan terpilih yang keluar dijadikan sampel penelitian. Diharapkan setiap bidan di desa mendapat kesempatan yang sama untuk menjadi responden penelitian.
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume VN V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah bidan di desa / kelurahan tersebut mempunyai tempat pelayanan Poskesdes Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah sedang tidak ada di Poskesdes (cuti) Variabel Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Variabel bebas (X) : X1: Kompensasi finansial X2: Kompensasi non finansial Variabel terikat (Y) : Y1: motivasi bidan Instrumen Dan Cara Pengumpulan Data. Jenis data yang dipergunakan adalah data primer. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner yang diisi langsung oleh responden setelah diberi penjelasan oleh peneliti tentang cara pengisian. Jenis pertanyaan kuesioner adalah kuesioner tertutup. Responden diminta memilih salah satu item pernyataan yang sesuai dengan keadaan responden. Dalam kuesioner ini terdapat 15 item pernyataan tentang kompensasi finansial, 15 item pernyataan kompensasi non finansial dan 18 item item pernyat pernyataan aan motiv motivasi asi bidan bidan dalam dalam pelaksanaan P4K. Sebelum Sebelum alat ukur ukur digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Pengumpulan data. Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuesioner pada bidan di desa. Manajemen Dan Analisis Data . Analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui analisis statistik yaitu: Analisis univariabel Untuk melihat distribusi frekuensi serta persentase dari berbagai variabel yang diteliti, baik variabel bebas ( finansial dan non finansial) maupun varia variabel bel terika terikatt (motiv (motivasi asi bidan bidan di desa desa dalam dalam pelaksanaan P4K) digunakan analisis analisis deskriptif. Analisis bivariabel Untuk mengetahui hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya yang mempunyai skala data ordinal yang yang telah di ubah dengan MSI, digunakan prosedur dengan korelasi Pearson. Analisis multivariabel dengan regresi ganda (multiple). Analisis regresi ganda digunakan oleh peneliti bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya) dan bila jumlah variabel independennya minimal 2 (Sugiono, 2011). Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel X (X1, X2) terhadap variabel Y dihitung 39
Esyuananik, Kharisma, Sri, Choirin. Pengaruh Finansial dan Non Finansial terhadap Motivasi Bidan Desa dalam Pelaksanaan P4K
dengan koefisien jalur. Arah hubungan adalah positif dan negatif, sedangkan kuat besarnya hubungan ditunjukkan besar kecilnya angka korelasi.
Pertimbangan ijin penelitian Penelitian Penelitian akan dilaksanak dilaksanakan an setelah setelah mendapat mendapat persetujuan/ijin dari atasan atasan dan Banskesbangpol Kab Bangkalan mulai tanggal 22 Oktober sampai dengan 22 November 2014.
Tabel 1 Tabulasi Silang antara kompensasi Finansial Terhadap Motivasi Bidan Desa Dalam Pelaksanaan P4K Finansial
Tidak Baik 13 (68.4%) 4 (22.2%) 3 (30%) 20 (41.7%)
Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik Total p 0.513 α 0.00
Motivasi Cukup Baik Baik 5 (26.3) 1 (5.3%) 13(72.2) 1(5.6%) 1 (10.0) 3(30%) 0 19 (39.6%) 5(10.4%)
Hasil Penelitian Analisi Bivariat Dari tabel 1 di atas atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang memiliki kompensasi finansial tidak baik sebesar 13 (68.4%), memiliki
Sangat Baik 0 0 3(30%) 1(100%) 4(8.3%)
Total 19 18 10 1 48
motivasi motivasi yang yang cukup cukup baik sebesar sebesar 13 (72.2%). Berdasarkan uji statistik Pearson’s R antara responden yang memiliki kompensasi finansial dan motivasi didapatkan nilai p value 0.00 < 0.05 maka terdapat pengaruh yang signifikan.
Tabel 2 Tabulasi Silang antara Non Finansial Terhadap Motivasi Bidan Desa Dalam Pelaksanaan P4K Non Finansial
Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik Total
15 (51.7%) 5 (29.4%) 20 (41.7%)
Motivasi Baik
Cukup Baik 12 (41.4%) 7 (41.2%) 19 (39.6%)
Dari tabel 2 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang memiliki kompensasi non finansial cukup baik sebesar sebesar 15 (51.7%), memiliki memiliki motivasi yang cukup baik sebesar 12 (72.2%). Berdasarkan uji statistik Pearson’s R antara responden yang memiliki finansial dan motivasi didapatkan nilai p value 0.00 < 0.05 maka terdapat pengaruh yang signifikan.
2 (6.9%) 2 (11.8%) 1 (50%) 5 (10.4%)
Sangat Baik 3 (17.6%) 1 (50%) 4 (8.3%)
Total 29 17 2 49(100%)
Analisis Multivariat. Adapun hasil penelitian yang didapat menunjukkan terdapat pengaruh yang significan antara pemberian kompensasi finansial dan non finansial terhadap motivasi bidan desa dalam pelaksanaan P4K. Selanjutnya dapat di lihat di tabel berikut ini:
Tabel 3 Hasil Analisis Regresi Pengaruh Kompensasi Finansial dan Non Finansial Terhadap Motivasi Bidan Desa
Variabel
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Std. error .630
Beta
Constant
B .787
Finansial Non Finansial
.493 2.204
.164 .237
.474 .136
T
Sig
1.250
.218
3.011 .862
.004 .393
Dependent Variable Variable: Motivasi Bidan
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume VN V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
40
ARTIK EL PENEL ITIAN
Persamaan regresi tersebut mempunyai arti sebagai berikut: Koefisien regresi kompensasi finansial (b1) bernilai positif sebesar 0,474, hal ini menunjukkan kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap terhadap motivasi, motivasi, sehingg sehinggaa adanya adanya peningkatan peningkatan pemb pember eria ian n komp kompen ensa sasi si akan akan men menin ingk gkat atka kan n motivasi bidan desa. Koefisien regresi kompensasi non finansial (b2) bernilai positif sebesar 0.136, hal ini akan menunjukkan kompensasi non finansial berpengaruh positif terhadap motivasi bidan desa,
sehingga adanya peningkatan kompensasi non finansial akan meningkatkan motivasi. Uji Model Uji model yang dilakukan untuk melihat fit atau tidaknya model regresi dilakukan dengan menggunaka menggunakan n uji - F dan koefesien koefesien determin determinasi. asi. Koefesien Determinasi . Koefesien Determinasi Kompensasi finansial dan non finansial Terhadap Motivasi Bidan Desa. Hasil koefesien determinasi antara kompensasi finansial dan non finansial terhadap motivasi bidan desa dapat dilihat hasilnya pada tabel berikut:
Tabel 4 Hasil Koefesiensi Determinasi Kompensasi finansial dan non finansial Terhadap Motivasi Bidan Desa
Model
R
1
.569
a. b.
a
R Square
Adjusted R Std. Error Square Estimate
.323
.293
of
the Durbin-Watson
.53678
1.538
Predic Predictor tors: s: (Cons (Constan tant), t), Non Non Fina Finansi nsial, al, Finan Finansi sial al Depe Depend nden entt Var Varia iabl ble: e: Moti Motiva vasi si Bida Bidan n
Berdasarkan dari nilai Adjusted R Square dapat diartikan pula kompensasi finansial dan non finansial mampu mempengaruhi motivasi kerja bidan desa dalam pelaksanaan P4K sebesar 32%.
Uj i - F Nilai F hitung dapat dilihat pada hasil regresi dan nilai F tabel didapat melalui sig. α = 0,05 dengan df1=k dan df 2 = n-k-1.
Tabel 5 Hasil Uji F Kompensasi finansial dan non finansial Terhadap Motivasi Bidan Desa Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
1 Regression
6.194
2
3.097
10.748
.000
Residual
12.966
45
.288
Total
19.159
47
a
a. Predictors: (Constant ), ), Non Finansial, Finansial b. Dependent Variable: Motivasi Bidan
Nilai F hitung lebih besar dibanding F tabel dengan demikian model regresi antara kompensasi finanasial dan non finansial terhadap motivasi
Pembahasan Pengaruh Finansial terhadap motivasi bidan desa terhadap pelaksanaan P4K Ada pengaruh yang bermakna antara kompensasi finansial dengan motivasi bidan desa. Setiap karyawan yang telah bekerja dengan memberikan waktu dan tenaganya kepada suatu organisasi berhak menerima imbalan atau kompensasi. Kompensasi finansial merupakan salah faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan (Simamora, (Simamora, 2005). 2005). Dalam Dalam melaksanak melaksanakan an P4K di wilayah kerja bidan desa pemberian finansial tidak Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume VN V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
kerja bidan desa dalam pelaksanaan P4K dinyatakan fit atau atau baik atau nilai ρ= 0.000 < α= 0.05. harus uang langsung namun juga bisa dalam bentuk tunjangan lain, selain itu membutuhkan waktu diluar jam kerja. Hal ini didukung oleh pendapat Nawawi (2008) bahwa kompensasi dapat digunakan untuk memotivasi pekerja, dengan cacatan bahwa kompensasi harus dinilai oleh orang yang bersangkutan dan kompensasi berkaitan dengan tingkat prestasi kerja yang akan dimotivasi serta mampu mencukupi kebutuhan keluarganya hidup minimal. Menurut teori Lawrence Green bahwa setiap perilaku memiliki faktor predisposing, faktor pemungkin dan faktor penguat. Kompensasi finansial termasuk ke dalam faktor pemungkin yang mendukung atau mempengaruhi munculnya kinerja. Bidan desa yang tidak memperoleh 41
Esyuananik, Kharisma, Sri, Choirin. Pengaruh Finansial dan Non Finansial terhadap Motivasi Bidan Desa dalam Pelaksanaan P4K
kompensasi finansial yang sesuai akan mendorong ketidakpuasan dalam dirinya sehingga dalam melakukan pekerjaan akan menjadi kurang baik dan begitu pula sebaliknya. Hal ini pun dapat menjadi acuan bahwa tidak semua permasalah motivasi akan dapat diselesaikan dengan penambahan kompensasi finansial, melainkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi dari motivasi tersebut juga harus diperhatikan. Kompensasi merupakan penghargaan yang berwujud finansial dan gaji dipertimbangkan dalam pemilihan karir karena memang tujuan utama seseorang seseorang bekerja bekerja adalah memperoleh memperoleh gaji gaji untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan sarana untuk menciptakan peran masyarakat untuk dapat peka terhadap lingkungan sekitar. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis bahwa semakin kompensasi finansial berpengaruh positif dengan motivasi bidan desa dalam pelaksanaan P4K. Pengaruh Non Finansial terhadap Motivasi Bidan Desa Dalam Pelaksanaan P4K Kom Kompens pensas asii non non fina finans nsia iall berp berpen enga garu ruh h terhadap motivasi bidan desa dalam pelaksanaan P4K (0.001), (0.001), hal hal ini sesuai sesuai pendapat pendapat Hezberg Hezberg yang menyatakan bahwa kompensasi non finansial seperti pujian, penerimaan pengakuan atau yang lainnya lainnya dapat meningk meningkatkan atkan presta prestasi si kerja atau motivasi motivasi kerja seseorang seseorang.. Pemberian Pemberian kompensasi kompensasi non finansial adalah suatu kompensasi dalam bentuk promosi jabatan (kenaikan pangkat/jabatan), keramahan karyawan di lingkungan tempat bekerja, pemberian pengakuan berupa sertifikat atau piagam penghargaan. Bila pekerja mendapatkan kompensasi non finansial sesuai dengan hasil kerjanya, maka karyawan tersebut akan bersemangat dalam bekerja dan berusaha sebaik-baiknya untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal. Dan sebaliknya apabila pemberian kompensasi non finansial semakin berkurang maka akan menyebabkan karyawan tidak bekerja maksimal dan tidak berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan sehingga prestasi juga akan menurun. menurun. Kompensasi non finansial terdiri dari kepuasan yang diterima karyawan seperti tanggung jawab, peluang akan pengakuan, peluang adanya promosi atau dari lingkungan psikologis dan fisik dimana orang tersebut berada seperti kerja yang menyenangkan, kebijakan-kebijakan yang sehat, adanya ketentraman, sharing pekerjaan dan sebagainya. Kompensasi non finansial merupakan bayaran yang diberikan perusahaan yang dimaksudkan untuk mempertahankan karyawan dalam jangka panjang. Indikator dari kompensasi non finansial terdiri atas promosi jabatan dan lingkungan kerja. Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume VN V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
(Hasibuan (Hasibuan,, Nawawi, Nawawi, 2005). Hasil penelitian penelitian ini ini sesuai dengan hipotesis bahwa semakin kompensasi non finansial berpengaruh positif dengan motivasi bidan desa dalam pelaksanaan P4K. Pengaruh Finansial Dan Non Finansial terhadap Motivasi Bidan Desa Dalam Pelaksanaan P4K Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersam bersama-s a-sama ama variabe variabell pemberi pemberian an kompen kompensas sasii finans finansial ial dan non finans finansial ial berpen berpengar garuh uh signif signifikan ikan terhadap terhadap variablel variablel motivasi motivasi bidan desa dalam pelaksanaa pelaksanaan n P4K. Penelitian Penelitian ini ini sesuai sesuai denga dengan n penelitian Karel A.L, (2005) di Yapen Waropen, Papua menyatakan hasil kompensasi finansial dan non finansial sama-sama berpengaruh terhadap kepuasan, tetapi kompensasi finansial memberikan pengaruh lebih besar terhadap pencapaian kepuasan kerja karyawan perusahaan air minum. (Leklikwati, 2005). Penelitian Marjolein dkk tahun 2003 di Vietnam dengan metode kualitatif dengan subjek tenaga kesehatan di dua profinsi di dapat hasil: bahwa motivasi dipengaruhi oleh insentif finansial dan non finansial. finansial. Faktor-faktor motivasi utama untuk bekerja dipengaruhi oleh teman sejawat, masyarakat, pekerjaan yang stabil, pendapatan dan pelatihan. Mereka mengesampingkan faktor utama terkait dengan gaji rendah dan kondisi kerja yang sulit. (Dielem (Dieleman, an, 2003). 2003). Dengan Dengan demiki demikian an untuk untuk menghasilkan prestasi kerja yang maksimal pemberian kompensasi baik finansial finansial maupun non finans finansial ial harus harus ditingk ditingkatka atkan n sesu sesuai ai dengan dengan motiv otivas asii ser serta ta hasi hasill ker kerja ja bida bidan n des desaa masi masing ng-masing. Dengan pemberian kompensasi, diha dihara rapk pkan an seo seoran rang g bida bidan n dapa dapatt produ produkt ktif if dan dan mempunyai tanggung jawab penuh terhadap tug tugasny asnyaa dan dan bida bidan n akan akan beru berussaha aha untu untuk k meningkatkan kinerjanya. Ada dua hal yang perlu diingat diingat oleh oleh atasan atasan dalam pemberian pemberian kompensasi. kompensasi. Pertama kompensasi kompensasi yang yang diberikan instansi/atasan harus dapat dirasakan dirasakan adil oleh bidan dan kedua, kedua, besarnya kompensasi tidak jauh berbeda dengan yang diharapkan diharapkan oleh bidan. Apabila kedua hal ini dapat dipenuhi, dipenuhi, maka bidan akan merasa merasa puas puas dan kepuasan akan me memotivasi bidan untuk meningkatkan prestasi kerja sehingga kebutuhan bida bidan n dan dan tuj tujua uan n peme pemerin rinta tah h terut terutam amaa dina dinass keseh kesehata atan n akan akan terca tercapai pai seca secara ra bersa bersama ma.. Sama Sama halnya dengan komitmen organisasi dalam penelitian ini sangat diperlukan karena melalui komitmen tersebut akan tercipta iklim kerja yang profesional profesional.. Secara Secara garis besar terdapat pengaruh pengaruh kompensasi finansial dan non finansial. Kompensasi finansial meliputi kompensasi langsung (insentif, bonus, tunjangan) dan 42
ARTIK EL PENEL ITIAN
kompensasi tidak langsung (pelatihan, jaminan sosial, pensiun, cuti kerja, dll). Kompensasi non financial meliputi imbalan karir dan imbalan sosial. Menurut Pierre et all, ketidakseimbangan antara usaha dengan reward merupakan sumber stress stress karyawan. karyawan. Lebih lanjut terdapat terdapat 3 gejala yang mungkin muncul ketika upaya tinggi tetapi imbalannya rendah yaitu tidak adanya perasaan (emosi) untuk melakukan pekerjaan, penarikan diri dari hubungan, pekerja melepaskan diri, pekerja merasa gagal atas apa yang telah mereka kerjakan (rendahnya prestasi di tempat kerja atau motivasi dalam bekerja). bekerja). (Handoko, (Handoko, 2011) Hasil Hasil penelitian penelitian ini sesuai dengan hipotesis bahwa kompensasi finansial dan non finansial berpengaruh positif dengan motivasi bidan desa dalam pelaksanaan P4K.
1.
2.
3.
4.
5. Kesimpulan Dan Saran Simpulan Kompensasi finansial memiliki pengaruh 6. yang signifikan terhadap motivasi bidan desa dalam pelaksanaan P4K. Kompensasi non finansial 7. memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi bidan desa dalam pelaksanaan P4K. Kompensasi finansial dan kompensasi non- 8. finansial finansial secara secara bersama bersama - sama memiliki memiliki pengaruh pengaruh yang signifikan terhadap motivasi bidan desa dalam pelaksanaan P4K. Saran Kepada bidan desa, sebaiknya melakukan 9. kunjungan rumah secara berkala untuk memantau kesehatan kesehatan ibu hamil hamil dan janin. janin. Kepada Instans Instansii terkait sedapatnya memberikan sarana dan prasarana yang diperlukan oleh bidan desa 10. sehingga bidan dapat melakukan stiker dapat terpasang dengan baik. Kepada masyarakat 11. desa/kelurahan dapatnya menggerakan peran serta masyaraka masyarakatt dapat dapat secara secara mandir mandirii melaksan melaksanaan aan P4K. 12. Daftar Pustaka
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume VN V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
----------.. Kep Kepm menk enkes No: 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Ijin Dan Penyelenggaraan Praktek Bidan. Jakarta. Kemenkes RI. 2010. George George A. Periode Periode Kritis Kritis Rentan Rentang g Kehami Kehamilan lan,, Persalinan Dan Nifas Dan Penyediaan Berbagai Jenjang Pelayanan Bagi Upaya Penurunan Kematian Ibu, Bayi Dan Anak. Artikel. 2010:3-4. Sastraw Sastrawina inata ta US. Optima Optimalis lisasi asi Persali Persalinan nan Non Konstitusional Untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu Era Millineum Development Goals. MKB. 2009.41:213. ----------.. Kep Kepm menk enkes RI No 828/Menkes/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota. Jakarta. Kemenkes RI. 2008. Dink Dinkes es Bang Bangka kalan lan,, Prof Profil il Kese Keseha hata tan n Bangkalan, 2014. ------. ------. Petunj Petunjuk uk Teknis Teknis Bantua Bantuan n Operas Operasion ional al Kesehatan. Jakarta.Kemenkes RI. 2011. Naw Nawawi N. Mana Manajem jemen en Sumb Sumber er Daya Daya Manusia. 7 ed. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. 2008. Leklikw Leklikwati ati KA. Analis Analisis is pengar pengaruh uh kompen kompensas sasii finansial dan non finansial terhadap kepuasan kerja karyawan perusahaan daerah air minum kab. Yapen Waropen, Papua. Jurnal aplikasi manajemen. 2005.8(2):114-5. Diel Dielem eman an M, M, Cuong Cuong VP, VP, Anh Anh VL, VL, Marti Martine neau au T. Identifying factor for job motivation of rural health workers in North Viet Nam. Human Resources for Health. 2003;1:10:1. Hasi Hasibu buan an M. M. Man Manaj ajem emen en Sumb Sumber er Daya Daya Manusia. 11 ed. Jakarta: Bumi Bumi Aksara 2010. Hand Handok oko o H. Mana Manajem jemen en Per Perso sona nali liaa Dan Dan Sumber Daya Manusia. 2 ed. Yogyakarta. BPFE 2011. Sima Simamo mora ra H. Mana Manajem jemen en Sumb Sumber er Daya Daya Manusi Manusia. a. 3 ed. Yogy Yogyaka akarta. rta. STIE STIE YKPN YKPN 2006.
43
Maria Julin, Julin, Yeni Lucin. Determinan Determinan Pemberian Pemberian ASI di Palangka Raya
Determinan Pemberian Air Susu Ibu (Asi) Di Kota Palangka Raya Determinants of Breastfeeding In Palangka Raya
Maria Julin Rarome dan Yeni Lucin Jurusan Kebidanan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kemenkes Palangka Raya Raya
bagi bayi dan memiliki kandungan ideal nutrisi. Abstrak. Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan alami bagi selama selama enam bulan pertama pertama serta serta memberi memberi perlindunga perlindungan n imunologis. imunologis. Di Kalimantan Kalimantan Tengah Tengah jumlah pemberian ASI Ekslusif tahun 2011 hanya 17,1 % dimana terjadi penurunan dari tahun 2010 sebesar 29,2% dari jumlah bayi 47.015 , sedangkan data yang diperoleh dari bagian Gizi Dinas Kota Palangka Raya capaian ASI ekslusif untuk tahun 2011 sebesar 23,23% dan tahun 2012 mengalami peningkatan namun masih masih jauh dari target yang diharapkan diharapkan yaitu sebesar 24, 31%. Penelitian ini ingin mengetahui i gambaran pemberian ASI pada bayi berumur 0-6 bulan di kota Palangka Raya. Menggunakan desain kuantitatif kuantitatif dengan rancangan rancangan potong lintang, sampel yang dipilih 135 orang orang ibu mempunyai bayi berumur berumur 6- 12 bulan. bulan. Analisis Analisis data dilakukan melalui melalui analisis univariat , analisis bivariat menggunakan uji Chi-square dan Kolmogorov smirnov, juga dilakukan Analisis Regresi Logistik . Perse Persent ntas asee ibu yan yang g memb memberi eri ASI ASI eksl ekslus usif if 28 %. %. Anal Analis isis is Reg Regres resii Logi Logist stik ik mem mempre predi diks ksii hubu hubung ngan an pekerja pekerjaan, an, penget pengetahu ahuan, an, jenis jenis persal persalina inan n dengan dengan pemb pemberia erian n ASI eklus eklusif if sebesa sebesarr 0,16 %. Kader Kader dan penolong persalinanpun perlu diberi pengetahuan tentang konseling menyusui. Kata kunci: Air Susu Ibu (ASI), ASI ekslusif, konseling laktasi. Abstract.
Mother's Milk (ASI) is a natural food for babies and have an ideal content of nutrients. during the first first six months months as well well as provide provide immunol immunologica ogicall protection, protection, In Central Central Kalimantan Kalimantan number number of exclusive breastfeeding in 2011 only 17.1%, which decreased from the year 2010 amounted to 29.2% of the 47 015 infants, whereas the data obtained from the Nutrition Department of Palangkaraya achievements of exclusive breastfeeding for the year 2011 amounted amounted to 23, 23% and in 2012 had increased but was still far from the expected target target is equal to 24, 31%. This study investigates the picture i breastfeeding in infants aged aged 0-6 months in the city of Palangkaraya. Using a quantitative design design with cross-sectional design, the sample sample was 135 mothers had infants aged aged 6- 12 months. Data analysis was performed through univariate, bivariate analysis using Chi-square test d an Kolmogorov Smirnov, and bivariatnya generate value P value value <0.25, also performed multivariate analysis using logistic logistic regression equation models. The percentage of mothers who exclusively breastfed breastfed 28%. Mothers who do not work or only as a Housewife (IRT) has a value of OR 2.4, good knowledge of exclusive breastfeeding OR 5.3, vaginal delivery OR 4.5 times to provide exclusive breastfeeding than women giving birth by Caesarean way caesarea, mother which has the support of health professionals OR 2. Logistic Regression Analysis predicts the relationship work, work, knowledge, kind of labor with exclusive breast feeding of 0.16%. Kader and helper persalinanpun need to be knowledgeable about breastfeeding counseling. Keywords: Mother's Milk (ASI), exclusive breastfeeding, lactation counseling.
Pendahuluan Pemberian Pemberian makanan makanan yang benar merupakan merupakan dasar yang penting untuk kelangsungan hidup, pertumb pertumbuha uhan, n, perkem perkembang bangan an dan keseha kesehatan tan bayi bayi dan dan anak anak bali balita ta dim dimana ana meny enyusui usui merup erupaakan kan hal hal yang yang mend mendas asar ar bagi bagi kese keseha hatan tan dan dan perk perkem emban banga gan n anak anak serta erta pen penting ting untu untuk k kese esehata hatan n ibu ibu me merek reka. World Health Organization/ United Nation Children`s Fund (WHO/ UNICEF), pada tahun 2003 melaporkan bahwa 60% kematian Balita baik langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh oleh kuran rang gizi gizi,, dua dua per perti tig ga dari dari kema ematian tian ters terseb ebut ut terk terkai aitt den denga gan n pra prakt ktek ek pemb pember eria ian n 1 makanan yang kurang tepat pada bayi dan anak.
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan alami bagi bayi bayi dan memiliki memiliki kandungan kandungan ideal ideal nutrisi nutrisi selam selamaa enam enam bula bulan n pertam pertamaa serta serta memberi memberi 3 perlindungan imunologis. Sejak pemeriksaan kehamilan melalui kelas Ibu hamil sebenarnya ibu yang periksa ke Puskes Puskesma mass telah telah terpap terpapar ar tentang tentang pemberi pemberian an makana makanan n pada pada bayi bayi yait yaitu u mater materii tent tentang ang ASI ASI ekslusif namun kenyataannya di Kalimantan Tengah Tengah jumlah pemberian pemberian ASI Ekslusif Ekslusif tahun 2011 2011 hanya hanya 17,1 % dimana dimana terjadi terjadi penu penurun runan an dari dari tahun 2010 sebesar sebesar 29,2% dari jumlah bayi 5 47.015 , sedangkan sedangkan data data yang yang diperoleh diperoleh dari dari bagian Gizi Dinas Kota Palangka Raya capaian
44
ARTIK EL PENEL ITIAN
ASI ekslusif ekslusif untuk tahun 2011 sebesar sebesar 23,23% 23,23% dan tahun 2012 mengalami peningkatan namun masih jauh dari target yang diharapkan yaitu sebe sebesa sarr 24, 24, 31 %. Tuju Tujuan an pene peneli liti tian an ini ini untu untuk k mengetahui mengetahui gambara gambaran n pemberian pemberian ASI pada pada bayi berum berumur ur 0-6 0-6 bula bulan n di kota kota Pala Palang ngka ka Raya Raya Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan disain penelitian potong lintang (cross sectional) . subjek penelitian adalah adalah ibu yang mempuny mempunyai ai bayi berumur berumur 6 – 6 – 12 bulan yang berdomisili berdomisili di kota Palangka Palangka Raya Raya yang membawa bayinya untuk ditimbang dan mendapatkan Imunisasi serta pemberian vitamin A pada pada tem tempa patt bida bidan n yang yang mela melaku kuka kan n prak prakte tek k di 7 (tujuh (tujuh)) wilaya wilayah h kerja kerja Puskes Puskesmma mmass di kota kota Palangka Raya Raya dengan jumlah responden sebanyak sebanyak 135 orang. Analis Analisis is data data dilaku dilakukan kan melalu melaluii anali analisis sis kuantitatif yaitu analisis univariat yang menghasilkan distribusi dan persentasi dari setiap variabel, analisis bivariat untuk melihat hubungan antara variabel dependen dan variabel independen menggunakan uji Chi-square dan Kolmogorov Dari hasil analisis bivariatnya smirnov. menghasilk menghasilkan an nilai nilai P value value < 0,25, maka variabel variabel tersebut langsung masuk tahap multivariat , dan variabel independen yang hasil bivariatnya menghasilkan P value > 0,25 namun secara substansi penting ing jug juga dilakukan Analisi isis multivariat menggunakan model persamaan Regresi Logistik
Hasil Dan Pembahasan Responden yang memberikan asi eksklusif sebesar sebesar 28% dan yang tidak memberikan memberikan sebesar sebesar 72%. Ibu yang yang berumur kurang kurang dari 20 tahun tahun sebesar 2,2% sedangkan yang berumur lebih dari sama dengan 20 tahun sebesar 97,8%. Ibu yang memiliki pendidikan tinggi sebesar 60,7% dan yang memiliki pendidikan dasar sebesar 39,3%. Sebagian besar ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga (73,3%), yang bekerja di sektor swasta sebesar 16,3%, dan yang PNS sebesar 10,4%. Lima puluh enam koma tiga persen ibu memiliki pengetahuan yang kurang baik mengenai asi eksklusif sedangkan 43,7% memilki pengetahuan baik tentang tentang asi eksklusif. eksklusif. Jenis Jenis persalinan persalinan yang dialami sebagian besar ibu adalah persalinan pervaginam (85,9%) dan persalinan sesar hanya 14,1%. Berat lahir bayi 94,8% lahir dengan berat normal, hanya 5,2% yang lahir dengan berat di bawah lahir normal. normal. (Tabel 1.). Sebany Sebanyak ak 57,8% 57,8% respon responden den mempero memperoleh leh dukungan dari tenaga kesehatan dan 42,2% responden tidak memperoleh dukungan dari tenaga kesehatan. Sebanyak 83% responden memperoleh dukungan keluarga sedangkan 17% responden tidak memperoleh dukungan keluarga. Sebanyak 62,2% responden memperoleh penyuluhan pada saat pemeriksaan kehamilan (ANC) sedangkan sebanyak 37,8% responden tidak memperoleh penyuluhan saat ANC. Responden yang mendapat penyuluhan pada saat kunjungan pasca melahirkan (PNC) sebanyak 76,3% sedangkan yang tidak memperoleh memperoleh PNC PNC sebanyak sebanyak 23,7%. 23,7%. (Tabel 2.).
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden pada Determinan Determinan Pemberian ASI di Kota Palangka Raya, 2014 (n=135) Variabel n %
ASI Ya Tidak Jumlah
42 108 135
28 72 100
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden pada Determinan Determinan Pemberian ASI di Kota Palangka Raya, 2014 (n=135) Variabel
Umur Ibu <20 tahun ≥20 tahun Jumlah Pendidikan Ibu Pendidikan dasar Pendidikan tinggi Jumlah
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
n
%
3 132 135
2,2 97,8 100
53 82 135
39,3 60,7 100
45
Maria Julin, Julin, Yeni Lucin. Determinan Determinan Pemberian Pemberian ASI di Palangka Raya
Variabel
Pekerjaan Ibu IRT Swasta PNS Jumlah Pengetahuan ASI Kurang Baik Baik Jumlah Jenis Salin Sesar Per vaginam Jumlah Berat Lahir Bayi BBLR Normal Jumlah Dukungan Nakes Tidak ada Ada Jumlah Dukungan Keluarga Tidak Ada Ada Jumlah Penyuluhan ANC Tidak Ada Ada Jumlah Penyuluhan PNC Tidak Ada Ada Jumlah
Hubungan Pekerjaan dengan pemberian ASI ekslusif Hasil penelitian menunjukkan menunjukkan dari pekerjaan ibu ternyata ternyata pada pada ibu yang yang tidak tidak bekerja bekerja diluar diluar rumah atau atau hanya hanya sebagai sebagai Ibu Rumah Rumah Tangga ( IRT) IRT) mem mempu puny nyai ai nila nilaii OR 2,4 2,4 yang ang ber berar arti ti ibu ibu yang tidak bekerja bekerja diluar diluar rumah rumah selama selama masa menyusui mempunyai peluang 2,4 kali lebih besar dari ibu yang bekerja diluar rumah Supartini,2003 dalam Hatini (2011) mengatakan pekerjaan anggota keluarga adalah sumber penghasilan bagi keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan fisik, psikologi, dan spiritual.Namun seorang ibu yang bekerja memiliki peran ganda seringkali diperhadapkan
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
n
%
99 22 14 135
73,3 16,3 10,4 100
76 59 135
56,3 43,7 100
19 116 135
14,1 85,9 100
7 128 135
5,2 94,8 100
57 78 135
42,2 57,8 100
23 112 135
17 83 100
51 84 135
37,8 62,2 100
32 103 135
23,7 76,3 100
pada konflik antara kepentingan pekerjaan dan keberadaannya dalam keluarga sebagai seorang ibu. Tuntutan pekerjaan yang tinggi dan menyita waktu seringkali membuat seorang ibu lupa memberikan ASI pada bayinya. Hal ini terutama dialami dialami oleh mereka mereka yang yang tinggal tinggal dikota besar besar yang waktu kerja lebih dari 7 jam, bahkan seringkali ibu yang bekerja dikota besar seperti Jakarta harus meningggalkan rumah sampai 12 jam dalam sehari.hal ini merupakan tantangan bagi seorang ibu untuk menyikapinya dengan bijaksana karena keseimbangan antara pekerjaan dan waktu untuk keluarga dalam hal ini memberikan ASI sebagai makanan yang sehat bagi bayinya adalah hal yang utama dan harus d ipenuhi.
46
ARTIK EL PENEL ITIAN
Tabel 3. Analisis Analisis Bivariate Bivariate Determinan Determinan Pemberian Pemberian ASI di Kota Kota Palangka Palangka Raya, 2014 2014 (n=135) (n=135) Variabel
ASI Eksklusif Ya
Umur Ibu <20 tahun ≥ 20 tahun Jumlah Pendidi Pendidikan kan Ibu Pendidikan dasar Pendidikan tinggi Jumlah Pekerjaan Ibu IRT Kerja Jumlah Pengetahuan Kurang Baik Jumlah Berat Lahir BBLR Normal Jumlah Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Jenis salin Sesar Normal Jumlah Dukungan Nakes Tidak Ada Ada Jumlah Dukungan Keluarga Tidak Ada Ada Jumlah Penyuluhan ANC Tidak Ya Jumlah Penyuluhan PNC Tidak Ya Jumlah
Total
Tidak %
n
%
n
1 29 30
33,3 22,0 22,2
2 103 105
11 19 30
20,8 23,2 22,2
25 5 30
Nilai P
OR
95%CI
n
%
66,7 78,0 77,8
3 132 135
100 100 100
0,533
1,8
0,2 -20,3
42 63 105
79,2 76,8 77,8
53 82 135
100 100 100
0,742
1,2
0,5 - 2,7
25,3 13,9 22,2
74 31 105
74,4 86,1 77,8
99 36 135
100 100 100
0,160
2,1
0,7 – 5,9
8 22 30
10,5 37,3 22,2
68 37 105
89,5 62,7 77,8
76 59 135
100 100 100
0,000*
5,1
2,1 – 12,5
0 30 30
0 23,4 22,2
7 98 105
7 98 105
7 128 135
100 100 100
0,348
1,3
1,2 – 1,4
14 16 30
21,2 23,2 22,2
52 53 105
78,8 76,8 77,8
66 69 135
100 100 100
0,782
1,1
0,5 – 2,5
1 29 30
5,3 25,0 22,2
18 87 105
94,7 75,0 77,8
19 116 135
100 100 100
0,073
6
0,8 – 46,9
7 23 30
12,3 29,5 22,2
50 55 105
87,7 70,5 77,8
57 78 135
100 100 100
0,018*
2,9
1,2 – 7,6
1 29 30
4,3 25,9 22,2
22 83 105
95,7 74,1 77,8
23 112 135
100 100 100
0,024*
7,7
1,0 – 59 6
10 20 30
19,6 23,8 22,2
41 64 105
80,4 76.2 77,8
51 84 135
100 100 100
0,671
1,3
0,5 – 3,01
9 21 30
28,1 20,4 22,2
23 82 105
71,9 79,6 77,8
32 103 135
100 100 100
0,358
1,5
0,6 – 3,8
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
47
Maria Julin, Julin, Yeni Lucin. Determinan Determinan Pemberian Pemberian ASI di Palangka Raya
Tabel 4. Analisis Analisis Regresi Logistik Hubungan Hubungan Variabel pekerjaan pekerjaan ibu, pengetahuan, pengetahuan, jenis persalinan, dukungan nakes, dan dukungan keluarga dengan Pemberian Asi Eklusif, Palangka Raya, 2014 (n=135)
Variabel
Pekerjaan Ibu IRT Kerja Pengetahuan Baik Kurang Jenis salin Normal Sesar Dukungan Nakes Ada Tidak Ada Dukungan Keluarga Ada Tidak Ada N 2 R -2loglikelihood
Model 1 OR 95% CI
Model 2 OR 95% CI
Model 3 OR 95% CI
Model 4 OR 95% CI
Model 5 OR 95% CI
2,2 (0,7-6,9)
2 (0,6-6,2)
--
2,4 (0,8-7,6)
2,4 (0,7-7,6)
4,8 (1,9-12,5)
4,9 (1,9-12,8)
4,5 (1,8-11,6)
4,7 (1,8-12,2)
5,3 (2,1-13,7)
4,6 (0,5-40,9)
6,7 (0,8-55,6)
5,1 (0,6-44,7)
--
4, 5 (0,5-39,8)
1,9 (0,7-5,6)
--
1, 8 (0,6-5,0)
2,6 (0,9-7,2)
2,0 (0,7-5,6)
5,1 (0,6-42,9) 135 0, 1 8 116,3
5,3 (0,6-43,2) 135 0,17 117,8
5,7 (0,7-47,0) 135 0,17 118,0
5,1 (0,6-42,8) 135 0,16 118,8
--
Hubung Hubu ngan an Peng Penget etah ahua uan n ibu ibu te tenta ntang ng ASI ASI ekslusif Hasil penelitian menunjukkan pada ibu yang memiliki pengetahuan yang baik tentang ASI ekslusif mempunyai nilai OR 5,3 yang berarti ibu yang memiliki pengetahuan baik tentang ASI ekslusif mempunyai peluang 5,3 kali lebih besar dari ibu yang memiliki pengetahuan tentang ASI ekslusif yang kurang. Pengetahuan merupakanhasil “tahu” terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Selain itu pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindak tindakan an seseor seseorang ang . perilaku perilaku akan akan lebih langg langgeng eng bila didasari oleh pengetahuan dibandingkan perilaku yang tidak berdasarkan pengetahuan, walaupun ternyata pengetahuan yang mendasari sikap seseorang tersebut masih dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sangat kompleks untuk 15 sampai terbentuk perilaku yang nyata . Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan ibu dapat berguna sebagai motivasi dalam bersikap dan bertindak dimana segala sesuatu yang diketa diketahui hui ibu ibu tenta tentang ng ASI ASI melipu meliputi ti penge pengerti rtian, an, manfaat Asi, colostrum serta manajemen laktasi yang dapat menunjang keberhasilan pemberian ASI ekslusif sehingga pengetahuan sangat
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
135 0,16 119,6
berperan penting salam melakukan pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Aswa Rahmawati (2010), juga mengatakan ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI ekslusif ( P=0,006), artinya pengetahuan yang baik tentang ASI ekslusif merupakan salah satu pendorong ibu untuk memberikan ASI ekslusif, sehingga perlu peningkatan pengetahuan ibu hamil sendiri juga perlu penngkatan pengetahuan petugas kesehatan (bidan) yang melayani ANC dan P NC. Hubung Hubu ngan an Jeni Jeniss Pers Persal alin inan an tent tentan ang g ASI ASI ekslusif Hasil Hasil penelit penelitian ian menunj menunjukk ukkan an pada pada ibu yang yang bersalin pervaginam mempunyai nilai OR 4,5 yang berarti ibu yang melahirkan secara normal atau pervaginam mempunyai peluang 4,5 kali lebih besar dari ibu yang melahirkan dengan cara sectio Caesaria Jenis persalinan juga berpengaruh terhadap pemberian ASI pada bayi karena pada kala IV dari persalinan pervaginam merupakan masa pengawasan dimana satu jam setelah kelahiran plasenta lahir dimanfaatkan untuk melakukan IMD (inisiasi menyusui dini), mengamati ibu dan bayi, memulai menjalin kasih sayang (bonding) antara
48
ARTIK EL PENEL ITIAN
ibu dan bayi serta dimulaiya proses pengisapan pada puting susu yang menentukan keberhasilan menyusui. Di Indonesia bayi yang dilahirkan dengan metode persalinan seksio caesarea pada umumnya tidak difasilitasi untuk IMD padahal IMD merupakan rekomendasi internasional dari UNICEF UNICEF -WHO pada tahun tahun 1992, 1992, yang yang isinya isinya telah dikembangkan oleh Departemen Kesehatan RI. Rekomendasi tersebut menyatakan agar semua sarana pelayanan ksehatan menerapkan 10 Langkah Menuju Menuju Keberhasilan Keberhasilan Menyusui (LMKM/ Ten Step to successfull breastfiding yang salah satu isinya menganjurkan untuk membantu ibu dalam melaksanakan IMD setelah melahirkan, baik yang melahirkan dengan metode persalinan pevaginam maupun dengan seksio caesarea (Soetjiningsih, 1997) Dukung Dukungan an Tena Tenaga ga Kese Keseha hatan tan (pen (penol olon ong g persalinan) Hasil penelitian menunjukkan pada ibu yang mendapat dukungan dari tenaga kesehatan (penolong (penolong persal persalinan) inan) mempunyai mempunyai nilai nilai OR OR 2,0 yang berarti ibu yang mendapatkan dukungan untuk memberikan ASI ekslusif dari penolong persalinan mempunyai peluang untuk memberikan ASI ekslusif 2 kali lebih besar dari ibu yang tidak mendapat dukungan.Hasil penelitian inisesuai dengan hasil penelitian Aswa Rahmawati (2010), peran petugas kesehatan mempunyai hubungan dengan pemberian ASI ekslusif (P = 0,039). Memilih metode pemberian makanan pada bayi merupakan keputusan penting yang harus dibuat orang tua. Pilihan tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik, psikologis dan sosial budaya. Seringkali bila ASI belum keluar bayi diberikan makanan prelakteal yang berupa air gula atau susu formula. Hal ini sangat merugikan karena menghilangkan rasa haus sehingga bayi malas menyusu (Perinasia, 2010 dalam Wulandari 2011). Petugas dan kader kesehatan merupakan sumber informasi informasi tentang tentang kesehatan kesehatan yang ditujukan ditujukan pada ibu dalam perawatan antepertum yaitu setiap ibu hamil sejak dari bulan pertama sampai akhir kehamilan harus memeriksakan diri secara teratur ke BKIA ( Roesli, 2000). Berdasarkan pengamatan dilapangan setiap ibu datang periksa kehamilannya selalu diberi nasehat untuk memberikan ASI saja pada bayinya sampai umur 6 bulan ( ekslusif), namun untuk mempersiapkan ibu untuk menyusui hanya terbatas pada bagaimana perawatan payudara dan makanan bergizi untuk persiapan menyusui, kemudian setelah lahirdilakukan IMD bagi bayi yang lahir ditol ditolon ong g bida bidan, n, diajar diajarka kan n cara cara men menyu yusu suii yang yang benar sedangkan bagaimana memeras dan
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
penyimpanan ASI jarang diajarkan sehingga ibu yang bekerja sering gagal memberikan ASI ekslusif Kesimpulan Dari 135 responden hanya 28% ibu yang memp mempun unya yaii bay bayii beru berumu murr 6 – 12 bulan di kota Palangka Raya memberikan ASI ekslusif, sedangkan 72% belum memberikan ASI ekslusf 1. Ibu yang yang tidak tidak bekerja bekerja diluar diluar rumah (IRT) lebih lebih besar besar 2,4 kali memberika memberikan n ASI ASI eslusif eslusif daripada daripada ibu yang bekerja . 2. Ibu yang yang memi memiliki liki penget pengetahu ahuan an baik baik tentan tentang g ASI ASI eks ekslu lusi siff lebi lebih h besa besarr 5,3 5,3 kali kali untu untuk k memberikan memberikan ASI ekslusif ekslusif daripada daripada ibu yang yang pengetahuannya tidak baik. 3. Ibu yang yang jenis jenis persalin persalinannya annya pervag pervaginam inam lebih lebih besar 4,5 kali untuk memberikan ASI ekslusif daripada ibu yang melahirkan dengan cara seksio caesarea 4. Ibu yang yang mendapat mendapat dukung dukungan an dari dari tenaga tenaga kesehatan kesehatan lebih lebih besar besar 2 kali memberikan memberikan ASI ASI ekslusif. ekslusif. daripada daripada ibu yang tidak mendapatkan mendapatkan dukungan dari tenaga kesehatan. 5. Untu Untuk k merob merobah ah per perse seps psii masy masyar arak akat at unt untuk uk tidak memberikan cairan apapun selain ASI setelah lahir sampai umur 6 bulan perlu konseling tidak hanya pada ibu saja tapi keluarga. 6. Kader Kader dan penolo penolong ng persalin persalinanpun anpun perlu diberi pengetahuan tentang konseling menyusui. Saran 1. Bagi Bagi Bid Bidan an dan dan ten tenag agaa kese keseha hata tan n a. Perlu Perlu menin meningka gkatka tkan n peng pengeta etahua huan n tent tentang ang konseling menyusui karena untuk merobah pola pikir masyarakat yang tidak percaya bahwa ASI cukup untuk makanan bayi umur 0-6 bulan perlu pengetahuanan dan keyakin keyakinan an diri diri dari dari penol penolong ong untu untuk k memberi motivasi pada ibu menyusui beserta keluarganya. b. Tidak Tidak meng menganj anjurk urkan an pemb pemberi erian an cairan cairan/ / susu formula atau makanan tambahan apapun kepada bayi sampai usia 6 bulan. 2. Bagi Bagi Dina Dinass Kes Keseh ehat atan an a. Perlu Perlu penyeg penyegara aran n kemb kembali ali bagi bagi selu seluruh ruh bidan sebagai sebagai penolong persalinan tentang tentang konseling menyusui b. Untu Untuk k mer merob obah ah kepe keperc rcay ayaa aan n masy masyar arak akat at terhadap ASI ekslusif memerlukan tahaptahapan khusus mulai mengenal, memahami, percaya sampai menerima, sehing ingga perlu waktu ktu khusus untuk tuk pemberia rian materi ASI ekslus lusif saat antenatal.
49
Maria Julin, Julin, Yeni Lucin. Determinan Determinan Pemberian Pemberian ASI di Palangka Raya
c.
3.
Dalam Dalam pembe pemberi rian an mat mater erii pada pada buk buku u panduan kelas ibu hamil dapat dipertimbangkan agarpemberian materi ASI ekslus ekslusif if tidak tidak seka sekaligu liguss pada pada saat saat pertemuan yang membahas tentang persalinan dan nifas yang memakan waktu 75 menit menit untuk untuk seluru seluruh h mate materi. ri. Bagi Bagi studi studi selan selanjutn jutnya ya perlu perlu penel peneliti itian an lebih lebih lanjut dengan perlakuan konseling menyusui yang melibatkan penolong persalinan, ibu hamil, terutama keluarga untuk merobah pola pikir masyarakat terhadap pemerian ASI ekslusif.
Daftar Acuan 1. Aswa Rahma hmawati (2010) 10),Faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Bonto Perak kabupaten Pangkaep tahun 2010, skripsi FK. Unhas Makasar 2. BPS, 2007. Survei Demografi Dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Jakarta. 3. Baston,H. Hall, J. 2011 011. Midwifery Essentias : Post Natal Volume 4. Jakarta : 4. Trubus Agriwijaya. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan 5. Tengah. 2012. Profil Kesehatan 2011 6. Provinsi Kalimantan Tengah. Palangka Raya. 7. Eka , P. 2012. Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) Dalam Millenium Develomen GOALS (MDGs). Yogyakarta : Nuha Medika 8. Ekstrom, An Ann. 20 2003. Duration of Breastfeeding in Swedish Primiparous and Multiparous Women. International Laction Consutant Association. 9. Fitriani Sinta 2010, Promosi Kesehatan, Yogyakarta, Graha Ilmu, Hatini ,EE.2011. Pengaruh Onset Laktasi 10. Terhadap Praktik Pemberian ASI 11. Pada Neonatus Di Kota Palangka Raya. Yogyakarta : UGM 12. Kurniawa awan Bayu ayu (20 (2011) Determinan keberhasilan pemberian ASI ekslusif , jurnal Kedokteran brawijaya, http://jkb.ub.ac.id. 13. Kiki Annggrita (2010 010), hubungan karakteristik ibu menyusui terhadap pemberian ASI ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Medan Amplas tahun 2009 , skripsi FK USU Medan. 14. Lailiyana , 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta : EGC
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
15. 15.
16. 16.
17. 18.
19.
20.
21.
22.
23. 24.
25.
26. 27. 28. 29. 29.
30. 31. 31. 32. 33. 33.
Notoa otoatm tmod odjo jo Soek Soekid idjo jo (200 (2005) 5) Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta ____ ______ ___ ____ ______ ______ _______ ____(2 (200 007) 7). Pendidikan Dan Ilmu Perilaku Kesehatan.,Jakarta Rineka Cipta Nolan,M. 2003. Kehamilan dan Melahirkan. Jakarta : Arcan Megawati . 2002. Faktor – Faktor Yang Berhubungan dengan Pemberian Makanan Pralaktal pada Bayi Usia 0 – 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Bogor Selatan Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Skripsi FKM UI. Depok Ogah, AO, Ajayi, AM,Akib,S,SN. 2012. A Cross- Sectional Study of Pre-Lacteal Feeding Practice among women Attending Kampala International University Teaching Hospital Maternal And Child Health Clinic, Bushenyi, Western Uganda. Asian Journal of Medical Science 4 (3) : 79 - 85 – Faktor Yang Wulandari , 2011. Faktor – Berhubungan Dengan Pemberian Makanan Prelakteal Pada Bayi Baru lahir Di Desa Supat Timur Kabupaten Musi Banyu Asin Sumatera Selatan Tahun 2011. Skripsi FK UINH. Jakarta Purwanti .2004. Kosep Penerapan ASI Eksklusif . Jakarta : EGC. Prawiroharjo. 20 2005. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. Reeder , Sharon. 2011. Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi Dan Keluarga. Jakarta : EGC. Riyanto, A. 2011 Aplikasi .Aplikasi Metode Penelitian Kesehatan.Yogyakarta : Nuha medika. Roes Roesli li U, 2001 2001,, Bay Bayii seh sehat at berk berkat at ASI ASI ekslusif , Jakarta , Elex Media Komputindo _______ , 2005. Mengenal ASI Eksklusif . Jakarta, Trubus Agriwijaya ------------------, -, 2008, 2008, Inis Inisia iasi si meny menyus usui ui Dini Dini plus ASI ekslusif, Jakarta, Pustaka Bunda Soetjin jinings ngsih . 1997. ASI : Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC Sriv Srivas asta tava va SP,S SP,Sha harm rma, a, Vk & Kum Kumar V (1994). Breast Feeding Pattern In Neonates. Journal India Pediatrics, vol 31 (1079-1082).
50
ARTIK EL PENEL ITIAN
Kehamilan Usia Remaja Dan Dan Kelahiran Preterm Di Ruang Kebidanan Kebidanan Instalasi Kesehatan Reproduksi BLUD RS Dr. Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Teen Pregnancy and Preterm Birth in Maternity Ward Doris Sylvanus Hospital
Noordiati Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palangka Raya
Abstrak. Kelahiran preterm merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian perinatal. Di beberapa negara maju proporsi bayi yang dilahirkan preterm telah meningkat dalam 20 tahun terakhir. Di Indonesia angka kelahiran preterm berkisar antara 10-20%, sedangkan di RS RS dr. Doris Sylvanus Palangka Raya insidennya berkisar antara 10-13%. Sekita 50% penyebab kelahiran preterm tidak diketahui secara pasti. Beberapa faktor risiko yang diduga meningkatkan insiden kelahiran preterm adalah kehamilan remaja. remaja. Diketahuin Diketahuinya ya hubungan hubungan antara kehamila kehamilan n remaja dengan dengan kejadiaan kejadiaan kelahiran kelahiran preterm. preterm. Jenis penelitian observasional dengan rancangan kasus kontrol. Subjek penelitian adalah semua ibu yang melahirkan di RS dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Tahun 2012-2013. Jumlah sampel sampel pada penelitian ini sebanyak 161 ibu yang melahirkan pada usia kehamilan<37 minggu (kasus) dan 161 ibu yang melahirkan pada usia kehamilan 37-42 minggu (kontrol). Data dikumpulkan dari data sekunder yang tercatat pada rekam medik. Uji hipotesis menggunakan uji chi-square dengan nilai p=0,05 dan odds ratio (OR) dengan 95% confidence interval (CI). Analisis regresi logistik ganda digunakan untuk menganalisis determinan kehamilan preterm. Hasil analisis multivariabel menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna bermakna antara kehamilan usia remaja dan kelahiran preterm setelah mempertimbangkan variabel status gizi dan anemia dengan OR: 2,3 (95%CI: 1,01-5,28). Kehamilan Kehamilan usia remajameningka remajameningkatkan tkan risiko kehamilan kehamilan preterm sebesar 2,3 kali. Kata kunci: kelahiran preterm, kehamilan usia remaja Abstract. Preterm birth is one of leading causes of perinatal morbidity and mortality. In some developed countries the population of preterm birth has been increasing in the past 20 years. In Indonesia the rate of preterm birth ranges from 10-20%, while at dr. Doris Sylvanus Hospital the prevalence rearches 10-13%. Around 50% of preterm birth causes are still unknow. Some of risk factors assumed to increase the prevalence prevalence of preterm preterm birth birth is adolescen adolescentt pregnancy. pregnancy. To study the relatio relationship nship between between adolesc adolescent ent pregnancy and preterm birth. An observational study with with a case-control study design. design. Subjects were all women delivering at dr. Doris Sylvanus Hospital in the periode 2012-2013. Sampel size in this study was 161 womwn delivering at <37 week of gestational age as case and 161 women delivering at 37-42 week of gestational age as control. Data were gathered from the secondary data in medical record. Hypothesis test used chi-square test with p=0,05 an OR with 95%CI.Analysis of multiple logistic regressions was used to analyze the determinant of preterm birth. The results of multivariable analysis showed showed thah there was a significant relationship between between adolescent pregnancy and preterm birth after adjusted variables of nutritional status and anemia with OR: 2,3 (95%CI: 1,01-5,28) . Adolescen Adolescentt pregnancy increased increased the risk of preterm birth 2,3 times greater. Keywords:.preterm birth, adolescent pregnancy
Pendahuluan Kelahiran preterm merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian perinatal. Di beberapa negara maju proporsi kelahiran preterm telahmeningkat dalam 20 tahun terakhir. Peningkatan kelahiran preterm ini dikaitkan dengan perubahan pada frekuensi kelahiran ganda, peningkatan intervensi obstetri dan semakin banyaknya penggunaan alat ultrasonografi untuk memperkirakan usia kehamilan. Insiden kelahiran
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
preterm di Amerika Serikat dari tahun 1990-2003 semakin meningkat, yaitu 10,6% pada tahun 1990; 12,1% pada pada tahun tahun 2002 dan 12,3% pada pada tahun tahun 1 2003 . Di Indonesia tercatat pada tahun 2009 memiliki angka kelahiran prematur berkisar antara 10 - 20 % dan term termasu asuk k dalam dalam pering peringkat kat keli kelima ma negara terbesar dari kelahiran prematur, juga merupakan penyebab utama kematian dibidang 2 perinatologi . Berda Berdasa sark rkan an stu studi di pend pendah ahul ulua uan n
51
Noordiati. Kehamilan Usia Remaja dan Kelahiran Preterm di Ruang Kebidanan Instalasi Kespro BLUD RSUD Dr. Doris Sylvanus
angka kelahiran preterm di Rumah Sakit dr. Doris Sylvanus Palangka Raya cenderung meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pada Tahun 2012 insiden kelahiran preterm sebesar 10% dan pada tahun 2013 meningka meningkatt menjadi 13%. Sekitar 50% dari penyebab kelahiran preterm tidak diketahui secara pasti. Dari sudut pandang epidemiologi dan demografi, ada banyak faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya kelahiran preterm. Keha Kehami mila lan n usia usia rema remaja ja merupakan merupakan salah satu faktor faktor risiko risiko terjadinya terjadinya kelahiran preterm (Lo et al., 2007). Pada beberapa tahun terakhir ini, angka kehamilan remaja semakin meningkat karena adanya perubahan sosial dan budaya. Phupong dan Suebnukarn (2007) menemukan bahwa insiden kehamilan remaja di Thailand, mengalami peningkatan dari 104,4 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2000 menjadi 117,6 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2001. Faktor Faktor risiko risiko lain yang yang turut turut berperan berperan yaitu: yaitu: faktor faktor sosial sosial ekonomi, ekonomi, ras, ras, pendidika pendidikan n ibu, pekerjaan ibu, usia ibu, status perkawinan, indeks massa tubuh (IMT), riwayat antenatal care (ANC), stres, kebiasaan merokok, minum alkohol dan penggunaan obat-obatan berbahaya. Faktor obstetri dan medis yang diduga dapat meningkatkan risiko kelahiran preterm adalah riwayat riwayat abortus, abortus, riwayat riwayat persalinan preterm, kehamilan ganda, diabetes melitus (DM) dalam kehamilan, anemia, preeklamsia/eklamsia, serviks inkompeten, infeksi saluran kencing (ISK), ketuban pecah dini (KPD), oligohidramnion, polihidramnion dan plasenta 3,4 previa . Penelitian lain mengemukanan bahwa kelahiran prematur terjadi pada 4,1% vaginal douching secara signifikan terkait dengan bakteri vaginosis berisiko pada usia kehamilan 32-34 minggu. Faktor sosial ekonomi terkait dengan nutris nutrisii ibu selam selamaa kehami kehamilan lan adal adalah ah faktor faktor lingkungan yang paling penting yang mempengaruhi hasil kehamilan. Kekurangan gizi pada ibu dapat berkontribusi pada peningkatan insidensi kelahiran prematur dan pertumbuhan retardasi janin serta peningkatan resiko kematian ibu dan morbiditas morbiditas.. Faktor gaya hidup hidup yaitu, yaitu, ibu hamil perokok memiliki peluang mengalami 5 kelahiran prematur lebih besar . Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menge mengetahu tahuii hubung hubungan an antara antara keha kehamil milan an usia usia remaja dengan kejadian kelahiran preterm, dan secara khusus juga bertujuan untuk faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kelahiran preterm yaitu: pendidikan ibu, riwayat ANC, status gizi dan anemia. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan oleh pemegang kebijakan untuk mengambil suatu kebijakan yang terkait dengan pencegahan
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume VN V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
kelahiran preterm. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kelahiran preterm adalah promosi kesehatan reproduksi pada remaja, mengidentifikasi dan mengelola ibu hamil yang berisiko serta menyediakan pelayanan resusitasi untuk bayi sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan derajat kesehatan masyarakat. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan kasus kontrol yang tidak disetarakan (unmatched case-control study) melalui pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji hubungan antara efek tertentu terhadap faktor tertentu. Studi kasus kontrol adalah rancangan penelitian epidemiologi yang mempelajari hubungan antara suatu kasus dengan paparan tertentu. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi outcome yaitu kelompok kasus (kelompok ibu melahirkan preterm) dan kelompok kontrol (kelompok ibu melahirkan aterm) kemudian dilihat secara retrospektif besarnya paparan di masa lalu (kehamilan usia remaja) terhadap outcome yang akan diteliti saat 6 ini . Lokasi penelitian di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya di ruang instalasi kebidanan. kebidanan. Polpulasi Polpulasi adalah adalah seluruh seluruh ibu yang melahirkan Tahun 2012-2013. Kasus adalah adalah semua ibu yang melahirkan pada umur kehamilan <37 minggu di dr. Doris Sylvanus Palangka Raya pada periode Tahun Tahun 2012-2013 yang yang memenuhi kriteria kriteria inklus inklusii dan eksklu eksklusi. si. Kontro Kontroll adalah adalah semua semua ibu ibu yang melahirkan pada umur kehamilan 37-42 minggu di RS RS dr. Doris Sylvanus Sylvanus Palangk Palangkaa Raya periode Tahun Tahun 2012-2013 yang yang memenuhi kriteria kriteria inklusi inklusi dan eksklusi. eksklusi. Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan Power Analysis and Sample 7 Size (PASS) . Penghitungan tersebut dilakukan dengan mengetahui P2 yaitu proporsi kehamilan remaja pada kelompok kelahiran aterm sebesar 8 0,28 dan odds ratio (OR) sebesar 1,8 . Jika α sebesar 0,05 dan power sebesar 0,80 maka besar sampel pada masingmasing kelompok adalah 161 orang (1:1). Uji statistik yang digunakan adalah chisquare test, karena variabel yang diuji bersifat kategori. Hasil yang diperoleh adalah nilai χ2, p value. Khusus pada analisis hubungan variabel bebas jarak antar kehamilan dan variabel terikat abortus spontan, dihitung nilai Odds Ration (OR) dengan Interval Kepercayaan ( Confidence /CI) 95%. Analisis multivariat untuk Interval /CI) mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dengan mengontrol variabelvariabel yang lain. Uji statistik yang digunakan
52
ARTIK EL PENEL ITIAN
adalah multiple logistic regression analysis. Pada uji ini diperoleh nilai Odds Rasio (OR) sebagai pendekatan untuk mengetahui besarnya risiko.
Hasil Penelitian Analisis Univariabel Anal Analis isis is data data univ univar aria iabe bell bert bertuj ujua uan n untuk untuk menggambarkan distribusi frekuensi kelahiran preterm (kasus) dan yang tidak mengalami kelahiran preterm (kontrol).
Tabel 1. Karakteris Karakteristik tik subjek penelitian Karakteristik subjek penelitian Kehamilan Kehamilan usia usia remaja • Ya • Tidak Pendidikan • Rendah • Tinggi ANC • <4x • ≥4x Status Gizi • Kurang • Baik Anemia • Anemia • Tidak Anemia
Kasus n %
Kontrol n %
Total n
%
23 138
14,3 85,7
9 152
5,6 94,4
32 290
9,9 90,1
26 135
16,1 83,9
17 144
10,6 89,4
43 279
13,4 86,6
30 131
18,6 81,4
17 144
10,6 89,4
47 275
14,6 85,4
24 137
14,9 85,1
9 152
5,6 94,4
33 289
10,3 89,7
62 99
38,5 61,5
35 126
21,7 78,3
97 225
30,1 69,9
Dari seluruh subjek penelitian, prevalensi kehamilan kehamilan usia remaja remaja sebesar sebesar 9,9%. Prevalen Prevalensi si kehamilan kehamilan usia usia remaja pada kelompok kelompok kelahiran kelahiran daripada kelompok kelompok kelahiran kelahiran preterm lebih tinggi daripada Mayori rita tass dari dari ibu ibu mem mempu puny nyai ai ting tingka katt aterm. Mayo pend pendid idik ikan an tin tingg ggi. i. Preva Prevale lens nsii kunju kunjung ngan an ANC ANC kurang dari 4 kali sebesar 14,6 %. Sebagian besar (89,7%) dari subjek subjek penelitian penelitian mempunya mempunyaii status gizi baik dan 10,3% mempunyai status gizi kurang. Prevalensi Prevalensi status status gizi gizi kurang kurang pada kelompok kelompok kelahiran preterm lebih tinggi daripada kelompok kelahiran aterm. Mayoritas dari ibu tidak mengalami mengalami anemia, anemia, tetapi tetapi ibu yang yang mengalami mengalami anemia juga cukup tinggi yaitu 30,1%. Kelompok kelahiran preterm yang mengalami anemia lebih tinggi tinggi daripada daripada kelompok kelompok kelahiran kelahiran aterm.
Analisis Bivariaribel Berdasarkan Tabel. 2 menunjukkan bahwa proporsi ibu yang mengalami kelahiran preterm pada kehamilan usia remaja sebanyak (14,3%) dan bukan kehamilan usia remaja terdapat (85,7%) yang mengalami kelahiran preterm. Hasil analisis bivariabel didapatkan ibu dengan kehamilan usia remaja diperoleh nlai OR=2,8 (95% CI: 1,296,13), dari hasil tersebut variabel usia kehamilan remaja merupakan faktor risiko yang berkontribusi terhadap kejadian persalinan preterm. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara usia kehamilan remaja dengan kelahiran preterm. Nilai OR dapat diartikan bahwa ibu yang hamil di usia remaja remaja mempuny mempunyai ai risiko risiko 2,8 kali lebih banyak mengalami persalinan preterm dibandingkan yang tidak mengalami persalinan preterm. Tabel 2. Hubungan Hubungan kelahiran kelahiran preterm preterm dengan dengan kehamilan kehamilan usia usia remaja remaja
Variabel penelitian Kehamilan usia remaja • Ya • Tidak Keterangan: χ² OR 95%CI
Kasus n
%
Kontrol n %
23 138
14,3 85,7
9 152
5,6 94,4
OR
2, 8
95%CI
1,29-6,13
= chi-square, = odds rasio = 95% Confidence Interval
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
53
Noordiati. Kehamilan Usia Remaja dan Kelahiran Preterm di Ruang Kebidanan Instalasi Kespro BLUD RSUD Dr. Doris Sylvanus
Tabel. 3 Hubungan variabel luar dengan kejadian preterm Variabel penelitian
Pendidikan • Rendah • Tinggi ANC • <4x • ≥4x Status Gizi • Kurang • Baik Anemia • Anemia • Tidak Anemia
Kasus n %
Kontrol n %
26 135
16,1 83,9
17 144
10,6 89,4
1, 6
0,85-3,12
30 131
18,6 81,4
17 144
10,6 89,4
1, 9
1,04-3,43
24 137
14,9 85,1
9 152
5,6 94,4
2, 9
1,37-6,41
62 99
38,5 61,5
35 126
21,7 78,3
2, 3
1,38-3,67
Pendidikan secara statistik tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kelahiran dapat dilihat dilihat dari rentang rentang nilai 95% preterm, yang dapat CI melewati angka satu. Variabel ANC, ANC, status gizi dan anemia memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan kelahiran preterm dengan OR masing masing-ma -masin sing g sebesa sebesarr 1,9 1,9 (95% (95% CI: 1,041,043,43), 2,9 (95% CI: CI: 1,37-6,41) 1,37-6,41) dan 2,3 (95%CI: (95%CI: 1,38-3,67). Hal ini berarti bahwa kemungkinan menemukan ketidak teraturan ANC hampir 2 kali lipat, status gizi kurang hampir 3 kali lipat dan
OR
95%CI
anemia 2 kali lipat pada kelompok kelahiran preterm. Analisis Multivariabel Dari hasil analisis regresi logistik ganda dapat disimpulkan bahwa model 4 sebagai model yang dianggap paling sederhana, efektif dan efisien jika dibandingkan dengan model 1, 2 dan 3, karena model 4 mempunyai nilai R2 yang lebih tinggi, nilai deviance yang lebih rendah dan semua variabel yang dimasukkan masih bermakna.
Tabel 4. Analisis Analisis multivariab multivariabel el
Variabel
Kehamilan usia remaja • Ya Tidak ANC • <4x •
Model1 OR 95%CI
Model2 OR 95%CI
Model3 OR 95%CI
Model4 OR 95%CI
Model5 OR 95%CI
2,8 (1,26-6,29) 1
2,5 (1,12-5,74) 1
2,4 (1,04-3,59) 1
2,3 (1,01-5,28)
2,2 (0,93-4,99)
1,7 (0,89-3,30) 1
≥4x Status Gizi • Kurang •
Baik Anemia • Anemia
1,6 (0,80-3,06) 1
•
Tidak Anemia Devance R •
439,4 0,016
436,7 0,022
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume VN V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
2,1 (1,26-3,41) 1 431,1 0,034
2,4 (1,03-3,56) 1
2,3 (1,01-5,33) 1
1,9 (1,12-3,12) 1 426,7 0,044
1,8 (1,09-3,06) 1 425 0,048
54
ARTIK EL PENEL ITIAN
Pembahasan Dari penelitian ini diperoleh prevalensi kehamilan kehamilan usia remaja remaja yang melahirkan melahirkan di RS dr. Doris Sylvanus Palangka Raya sebesar 9,9%. Prevalensi ini hampir sama dibandingkan dengan prevalensi kehamilan usia remaja yang melahirkan di Indonesia sebesar 10% (SDKI 2012). Hasil penelitian ini mempunyai nilai OR yang lebih lebih rendah dari dari hasil penelitian penelitian lain lain yang mengungkapkan bahwa ibu hamil pada usia kurang dari 20 tahun mempunyai risiko melahirkan kali lebih tinggi tinggi dari dari ibu hamil hamil pada pada preterm 3,5 kali 4 usia 20-34 tahun . Seora Seorang ng wan wanit itaa pada pada usi usiaa remaja secara secara biologi biologi dapat hamil hamil tetapi tetapi secara secara obstet obstetri ri dan psikol psikologis ogis belum belum siap siap karena karena kematangan organ reproduksi belum mendukung terjadinya terjadinya persalinan persalinan normal. normal. Uterus dan panggul ibu belum tumbuh tumbuh secara optimal optimal mencapai ukuran dewasa, sehingga kehamilan usia remaja dapat meningkatkan risiko terhadap kesehatan dan 9 keselamatan ibu dan janin . Kondis Kondisii yang yang dapat dapat meningk meningkatk atkan an risiko risiko kelahiran preterm pada kehamilan usia remaja adalah ketidakmatangan biologis dan emosional. emosional. Pada Pada usia remaja, remaja, pertumbuhan pertumbuhan fisik fisik yang belum optimal optimal,, usia alat reproduk reproduksi si yang rendah dan ketidakmatangan uterus dapat mempengaruh mempengaruhii kehamilanny kehamilannya. a. Suplai Suplai darah darah ke servik dan uterus belum berkembang sepenunuhnya pada beberapa remaja sehingga suplai suplai nutrisi untuk untuk perkembang perkembangan an janin sangat sangat rendah. rendah. Kurangnya Kurangnya suplai suplai darah ke alat genitalia genitalia juga dapat meningkatkan terjadinya infeksi dan peningkatan peningkatan produksi produksi prostagla prostaglandin ndin yang yang dapat dapat 10 merangsang terjadinya kelahiran preterm . Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan yangbermakna secara praktis dan statistik antara ANC dengan kelahiran preterm. Mekanisme biologi pengaruh ANC secara lang langsu sung ng terh terhad adap ap kelah kelahir iran an preterm tidak diketa diketahui hui deng dengan an pasti pasti.. Bebera Beberapa pa peneli penelitia tian n menunjukkan bahwa pelayanan ANC sangat efekti efektiff untuk menuru menurunk nkan an kejadia kejadian n kelahir kelahiran an preterm karena pelayanan ANC menyediakan menyediakan program untuk untuk menilai menilai faktorfaktor risiko yangberhubungan dengan kehamilan, 11 konseling dan pengelolaan pengelolaan lebih lanjut . Ibu yang tidak memanfaatkan pelayanan ANC tidak dapat dapat mendeteksi mendeteksi secara secara dini masalah masalah kesehatan yang terjadi selama kehamilan, tidak meng menget etah ahui ui perk perkem emba bang ngan an jani janin n dala dalam m kandungan, serta tidak mendapatkan infomasi penting penting yang berhubungan berhubungan dengan dengan kehamilan kehamilannya nya terutama upaya pencegahan stress ibu, yang akan 10 berdampak terhadap kelahiran prematur . Penelitian lain juga mengungkapkan bahwa risiko kelahiran preterm meningkat 2,4 kali
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
diantara ibu yang melakukan melakukan perawatan perawatan kehamilan <4 kunjungan daripada ibu yang melakukan perawatan perawatan kehamilan kehamilan ≥4 kunjungan selama periode 12 kehamilan . Sebalik Sebaliknya, nya, penelitian penelitian ini bertolak bertolak bela belaka kang ng deng dengan an pene peneli liti tian an lain lain yang yang membuktikan bahwa risiko kelahiran preterm tidak meningkat pada ibu hamil yang tidak melakukan ANC. ANC. Penelit Penelitii berpen berpendap dapat at bahwa bahwa perbe perbedaa daan n tersebut tersebut dapat dapat terjadi terjadi karena karena faktor lain ikut memberikan pengaruh untuk terjadinya kelahiran preterm seperti stres, ras, etnik, faktor medik dan 8 faktor lain yang yang belum diketahui diketahui . Status gizi ibu sebelum hamil dalam penelitian penelitian ini menunjukka menunjukkan n bahwa ada hubungan hubungan yang bermakna antara status gizi dengankelahiran preterm. Faktor nutrisi merupakan faktor penting yang mempengaru mempengaruhi hi terjadinya terjadinya kelahiran preterm. Kekurangan Kekurangan nutrisi nutrisi dapat dilihat dilihat dari ukuran IMT dan lingkar lingkar lengan atas. atas. Kekurangan Kekurangan nutrisi nutrisi pada wanita saat konsepsi akan menyebabkan kematangankortisol janin yang terlalu cepat dan kelahiran preterm. Seora Seorang ng ibu ibu hami hamill denga dengan n status gizi kurang mempunyai risiko 1,82 kali kelahiran preterm daripada ibu hamil dengan status 13 gizi baik . maln malnut utris risii pada pada ibu ibu dit ditem emuk ukan an berpengaruh terhadap pertumbuhan dan fungsi plasenta, ukuran plasenta yang kecil dan kandungan DNA yang tereduksi. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran plasenta kecil maka transfer zat gizi untuk janin rendah akibatnya pertumbuhan janin terhambat sehingga mengakibatkan kelahiran prematur dan berat badan 14 lahir rendah . Penelitian ini menunjukkan bahwa anemia mempuny mempunyai ai hubunga hubungan n yang yang bermakna bermakna dengan dengan kelahiran preterm. Anemia Anemia pada pada ibu ibu hamil hamil dapat menyebabkan terjadinya hipoksia dan meningkatny meningkatnyaa konsentras konsentrasii serum norepinephrine yang dapat dapat merangsang merangsang terjadinya terjadinya stres stres pada ibu dan janin janin sehingga sehingga dapat dapat menstimu menstimulasi lasi sintesis sintesis CRH. Konsentrasi hormon CRH yang tinggi dapat merangsang peningkatan produksi hormon kortisol janin sehingga dapat menghambat pertumbuhan janin dan kelahiran preterm. Ibu Ibu ham hamil yang yang mengalami anemia juga sangat berisiko mengalami infeksi. infeksi. Infeksi Infeksi yang terjadi terjadi pada ibu hamil hamil juga juga dapa dapatt mera merang ngsa sang ng prod produk uksi si CRH CRH dan dan prostaglandin sehingga dapat meningkatkan risiko 15 kelahiran preterm . Hal Hal ini ini seja sejala lan n deng dengan an peneli penelitia tian n lain lain bahwa bahwa ibu dengan dengan anemia anemia memperlihatkan adanya hubungan yang signifikan 6 dengan kelahiran prematur p = 0.021 . Anemia berkembang di duniakarena pemenuhan kebutuhan gizi yang salah. Prevalensi anemia anemia lebih banyak banyak terjadi terjadi pada pada wanita wanita hamil hamil teru teruta tama ma di neg negar araa berk berkem emban bang. g. Ane Anemi miaa mempunyai efek yang signifikan terhadap
55
Noordiati. Kehamilan Usia Remaja dan Kelahiran Preterm di Ruang Kebidanan Instalasi Kespro BLUD RSUD Dr. Doris Sylvanus
kesehatan ibu dan janin khususnya ibu hamil yang 17 menderita menderita anemia berat berat . Kesimpulan Dan Saran Kehamilan usia remaja, status gizi dan anemia meningkatkan risiko kelahiran preterm. Berdasarkan hasil, pembahasan dan kesimpulan penelitian tentang determinan kelahiran preterm, beberapa saran yang diajukan sebagai bahan pertimbangan adalah: Meningkatkan kegiatan pendidikan kesehatan reproduksi remaja khususnya tentang pencegahan terjadinya kehamilan usia remaja dengan menggunakan alat kontrasepsi dan risiko kelahiran preterm pada pada usia usia kehamilan remaja yang dilaksanakan secara rutin di sekolah-sekolah dan karang taruna. Bagi petugas kesehatan agar lebih meningkatkan kualitas pelayanan pada ibu hamil dengan standar pelayanan ANC seperti memantau status status gizi gizi dan meningkatka meningkatkan n skrining skrining anemia anemia selama kehamilan sehingga faktor risiko terjadi kelahiran preterm dapat dideteksi lebih dini. Daftar Pustaka 1. Martin Martin,, J.A. J.A.,, Koch Kochane anek, k, KD., KD., Stro Strobin bino, o, D.M., D.M., Guyer, B & Mac Dorman M.F. Annual Summary of Vital Statistic. 2005. Pediatrics, 115(3): 115(3): 619 – 633. 633. 2. Wija Wijaya yane nega gara ra,, Hida Hidaya yat. t. Prem Prematu aturit ritas as.. Bandung: PT. Refika Aditama. 2009. 3. Cova Covarri rriab abus us,, L.O., L.O., Agui Aguirre rre,, G.E., G.E., Cha Chapu puz, z, J.R., May, A.I., Velazquez, J.D & Eguiluz, M.E. Maternal factors associated to prematurity. Ginecol Obtet Mex, 2008, 76(9):526-536. 4. Lo, Lo, C., C., Hsu, Hsu, J., J., Hsi Hsieh eh,, C., C., Hsie Hsieh, h, T. T. & Hun Hung. g. Risk factors for spontaneous preterm delivery before 34 weeks of gestation among Taiwanese women. Taiwan J Obstet Gynecol, 2007. 46(4): 389-394. 5. Depk Depkes es.. Pedom Pedoman an Pel Pelay ayan anan an Ant Antee Nata Natal. l. 2007. Jakarta:Depkes. 6. Gordi Gordis, s,L. L. Epid Epidem emio iolgy lgy.. 3rd ed. ed. Phila Philade delp lpia ia:: W.B. Saunder. Company. 2004.
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume VN V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
7.
8. 9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16. 17.
Da Silv Silva, a, A.A A.A.M .M., ., sim simoe oes, s, V.F V.F.M .M,, Barbi Barbier eri, i, M.A., Lamy-Filho, F., Coimbra, LC & alves, M.T.S.B. Young maternal age and preterm bitrh. Paediatr Perinat Epidemiol. 2003. 17(4):332-229 Hint Hintze ze,, J.L.& J.L.& NCCS NCCS.. Pow Power ana analy lysi siss and and sampel size. Kaysville: Utah. 2008. Phup Phupon ong, g, V & Suebn Suebnuk ukarn arn K. Obst Obstet etric ric outcomes in nulliparous young adolescent. Southeast Asian j trop Med Public Health. 2007. 38(1):141-145. Koniyo Koniyo Mira Mira Astri, Astri, Hakim Hakim Bura Buraera erah h & Arsin, Arsin, A.Arsunan. Determinan kejadian kelahiran bayi prematur di RSUD Prof.DR.H.Aloei Saboe Kota Gorontalo.2011. Shah, Shah, p & Ohlss Ohlsson, on, A. A. Literat Literature ure revie review w of low birth weight, including small for gestational age and preterm birth. 2002. Toronto Public Health. Hamad, Hamad, K.h. K.h.,, Abed, Abed, y & Hamad Hamad,, b.A. b.A. Risk Risk factor associated with preterm birth in the Gaza strip: hospital-based-case-control study. 2007. East Med Health J. 13(50:1132-1141. Feresu Feresu,, S.A., S.A., Harlow Harlow,, S.D & Woel Woelk, k, G.B. G.B. Risk factor for prematurity at Harare Maternity Hospital, Zimbabwe. 2004. Int J Epidemiol. 33(6):1194-1201. Amirudi Amirudin n Ridwan Ridwan.. Risiko Risiko asa asap p rokok rokok dan obat-obatan terhadap kelahiran prematur di RS ST. Fatimah Maksassar. 2006. Jurnal Medika Nusantara, FK.Unhas. Allen, Allen, L.H L.H (2001) (2001) Biologi Biological cal mech mechani anisms sms that might underline underline iron's iron's effect effect on fetal fetal growth and preterm birth. 2001. J.Nutr. 131:581S-589S. Graham Graham,, A.D.M. A.D.M. Persal Persalina inan n kurang kurang bulan bulan dan ketuban pecah dini. 2001. Jakarta: hipokrates. Kodant Kodanto, o, H.L,., H.L,., Morge Morge,, I., Lindma Lindmark, rk, G., G., Massawe, s & Nystrom, L. Risk for preterm delivery and low birth weight are independently increased by severity of maternal anemia. 2009. s.Afr Med J. 99(2):98-102
56
ARTIK EL PENEL ITIAN
Analisis Kepuasan Mahasiswa Terhadap Layanan Pendidikan Di Politeknik Kesehatan Kesehatan Kementerian Kesehatan Palangka Raya Student Satisfaction Analysis To The Educational Services Services on Health Polytechnic Palangka Raya
Mars Khendra Kusfriyadi; Kusfriyadi; Nang Randu Randu Utama; Lamia Diang Mahalia Mahalia Poltekkes Kemenkes Palangka Raya
Abstrak. Kualita Kualitass layan layanan an pendi pendidik dikan an dapa dapatt diamat diamatii denga dengan n cara cara meng menguku ukurr sejauh sejauh mana mana instit institusi usi pend pendid idik ikan an seba sebaga gaii pembe pemberi ri layan layanan an ( provider ) dapat memberikan jaminan mutu kepada penerima 2 layanan . Pemerint Pemerintah ah melalu melaluii Kepmenp Kepmenpan an Nomor Nomor KEP/25/M KEP/25/M.PA .PAN/2 N/2/200 /2004 4 telah telah membua membuatt pedoman pedoman penilaian kepuasan pelanggan bagi setiap institusi pelayanan pelayanan termasuk institusi pendidikan. pendidikan. Poltekkes Kemenkes Palangka Raya sebagai institusi yang memberikan layanan pendidikan perlu untuk mengukur kepuas kepuasan an pelang pelanggan gan yang yang dalam dalam hal ini mahasi mahasiswa swa.. Indeks Indeks kepua kepuasan san mahasi mahasiswa swa dapat dapat dijadi dijadikan kan bahan bahan penila penilaian ian terhad terhadap ap unsur unsur pelaya pelayanan nan yang yang masih perlu perlu perbaika perbaikan n dan menjadi menjadi pendoron pendorong g institu institusi si untuk untuk meningkatkan kualitas pelayanannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks kepuasan mahasiswa, mahasiswa, mutu mutu dan dan kinerja kinerja layanan layanan serta serta mengetahui mengetahui tingkat tingkat kesesuaia kesesuaian n harapan harapan dan dan persepsi persepsi dari mahasiswa mahasiswa yang memperoleh memperoleh layanan layanan pendidik pendidikan an di Poltekkes Poltekkes Kemenkes Kemenkes Palangka Palangka Raya. Raya. Metode Metode yang yang digunakan adalah survey dengan alat bantu kuesioner. kuesioner. Yang menjadi responden dalam penelitian ini sebanyak sebanyak 161 orang mahasis mahasiswa wa yang tersebar tersebar di 3 jurusan jurusan keperawatan keperawatan,, kebidanan kebidanan dan gizi. pengambila pengambilan n sampel sampel dilaku dilakukan kan secara secara acak. acak. Hasil Hasil peneliti penelitian an menun menunjukk jukkan an bahwa bahwa nilai nilai indeks indeks kepuasa kepuasan n mahasisw mahasiswaa sebesa sebesarr 71,25 71,25 dengan dengan angka angka mutu mutu B dan katego kategori ri kinerja kinerja Baik Baik.. Sedang Sedangkan kan ting tingkat kat kese kesesu suaia aian n harapa harapan n dan persepsi persepsi mahasiswa mahasiswa terhadap terhadap layanan layanan pendidikan pendidikan diperoleh diperoleh nilai 80,2 yang berarti berarti kategori kategori baik. Semakin Semakin besar besar gap (< -1) antara harapan harapan dan persepsi persepsi maka maka dimensi dimensi tersebut tersebut perlu diprioritask diprioritaskan an untuk untuk diperbaiki. diperbaiki. Berdasarka Berdasarkan n analisis menggunak menggunakan an diagram kartesius, kartesius, dimensi dimensi tangible, tangible, comunication comunication dan access access menjadi menjadi prioritas prioritas untuk segera segera ditingkatka ditingkatkan. n. Dengan Dengan demikian demikian dapat disimpulkan disimpulkan bahwa secara secara umum layanan pendidikan pendidikan di Poltekkes Kemenkes Kemenkes Palangka Raya dapat memberikan kepuasan kepada mahasiswanya. Keyword : indeks kepuasan mahasiswa, layanan pendidikan, mutu dan kinerja kinerja layanan layanan pendidikan. pendidikan.
4
service can observe with how the institution give a quality asurance . Abstract. The quality of education service The goverm goverment ent pass pass through through Kepmenpan Kepmenpan No : KEP/25/M. KEP/25/M.PAN/2 PAN/2/2004 /2004 have made guideline guideline to assess assess of costumers satisfaction satisfaction for every every institution belonging belonging to educational educational institution. Health Polytechnic Palangka Palangka Raya Raya as an educational educational institution institution have have given education education serve serve need to measure measure about student student statisfaction. Student satisfaction index (SSI) can be a matter of appraisal which one of the educational service need to repair and motivating the institution to rise their service. service. The objective of the research research was to knew knew student student satisfa satisfaction ction index, index, educationa educationall service service quality, quality, educationa educationall service service performance performance and to knew ratio between between hope and and perception perception student student satisfac satisfaction. tion. Survey Survey have been a method method on this research research with a quesioner as the instrument. More than 150 student have been a responden (161 responden) on this research from the nurses study program, midwifery study program and nutrition study program. They pick random. random. The result result of the research research have have shown shown student student satisfaction satisfaction index index about about 71,25. That That value value belong belonging ing to B cate category gory of the educat education ional al servic servicee quality quality and and a good good actua actuall perfo performa rmance nce.. Where Whereas as the level of ratio between hope and perception perception student satisfaction was about 80,2 (good category). More and more more gap betwe between en hope hope and perce percepti ption on (< -1) that that mean mean a diment dimention ion need need a priorit priority y to repair repair.. Base Base on the result of the research, cartesian diagram have shown tangible (physical matter), communication (between intitution and student parents) parents) and access (to be a student at Health Polytechnic Palangka Raya) as a priority to repair soon. Thereby, it is generally that educational educational services on Health Polytechnic Palangka Palangka Raya was gave satisfaction to the students. Keyword : student satisfaction satisfaction index,educational services, services, educatitonal service service quality, and educatitonal educatitonal service performance.
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume VN V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
57
Mars, Nang, Lamia. Lamia. Analisis Analisis Kepuasan Kepuasan Mahasiswa Mahasiswa terhadap Layanan Pendidikan di Poltekkes Poltekkes Kemenkes Kemenkes Palangka Raya
Pendahuluan Paradigma baru penyelenggaraan pendidikan dewasa dewasa ini dituntut dituntut adanya adanya pengelo pengelolaan laan layanan layanan pendidikan yang dapat memuaskan pelanggannya. Kepuasan Kepuasan pelanggan pelanggan pendidikan pendidikan akan berpengaruh berpengaruh besa besarr terh terhad adap ap kebe keberla rlang ngsu sung ngan an dan dan maju maju mundurnya mundurnya suatu lembaga lembaga pendidika pendidikan. n. Lembaga Lembaga pendidikan bermutu yang dapat memuaskan pelang pelanggan gan akan akan diburu diburu masy masyara arakat kat mesk meskipu ipun n terpencil dan mahal. Sebaliknya, lembaga pendidikan pendidikan yang yang mengecewa mengecewakan kan pelangg pelanggan an akan akan ditinggalkan masyarakat dan seleksi alam akan 1 mene menent ntuk ukan an keban kebangk gkrut rutan anny nyaa . (Ca (Cahir, 2007). Pendidikan yang bermutu diindikasikan sebagai layanan pendidikan yang mampu menghasilkan sesuai dengan dengan tuntutan tuntutan masyara masyarakat. kat. output yang sesuai Tuntunan masyarakat dalam institusi pendidikan sering diartikan dengan mutu layanan layanan yang 2 diberikan oleh institusi pendidikan tersebut . Mutu pendidikan pendidikan yang berorientas berorientasii pada klien didefinisikan sebagai ukuran sejauh mana program dan hasil output perguruan perguruan tinggi tersebut tersebut telah memenuhi memenuhi kebutuha kebutuhan n dan harapan harapan klien. klien. Dalam hal ini, ada tiga hal yang perlu dipahami oleh lembaga peny penyel elen engg ggara ara pend pendid idik ikan an unt untuk uk mem memen enuh uhii kebutuhan dan harapan klien, yaitu: (1) apa kebutu kebutuhan han klien; klien; (2) bagaim bagaimana ana menget mengetahu ahuii kebutuhan klien; dan (3) apa yang membuat mereka puas. puas. Oleh Oleh karen karenaa itu itu dapat dapat disi disimpu mpulka lkan n bahw bahwaa indikator kualitas layanan pendidikan yang bermutu harus diorientas diorientasikan ikan pada kebutuhan kebutuhan klien atau pihak-pihak pihak-pihak penerima penerima layanan layanan tersebut tersebut (Sukamto, (Sukamto, 2 1998) . Kualitas Kualitas layanan layanan pendidikan pendidikan dapat diamati diamati dengan cara cara men mengu guku kurr sejau sejauh h mana mana inst institu itusi si pend pendid idika ikan n seba sebag gai pem pemberi beri lay layanan anan ( provider provider ) dapat memberikan jaminan mutu kepada penerima 2 layanan . Pengukuran Pengukuran tentang tentang sejauh sejauh mana institu institusi si pendidikan mampu memenuhi harapan pelanggannya, dapat dijadikan titik tolak untuk menentukan mutu pelayanan pendidikan suatu institusi pendidikan. Hal ini direalisasikan melalui pengukuran tingkat kepuasan pemakai/pelanggan jasa pendidikan. Pemerintah yang dalam hal ini adalah Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara telah meng mengat atur ur pengu penguku kuran ran kua kualit litas as lay layan anan an ters terseb ebut ut secara secara kompre komprehen hensif sif melalu melaluii Surat Keput Keputus usan an Menteri PAN Nomor. KEP/25/M.PAN/2/2004 ten tentan tang pedo pedom man umum umum peny penyu usun sunan Inde Indek ks Kepuas Kepuasan an Masy Masyara arakat kat di unit unit pelay pelayana anan n insta instansi nsi pemerintah. Politeknik Kesehatan Kementerian Palangka Raya berdasar berdasarkan kan Surat Keputusa Keputusan n Kepala Kepala Badan PPSDM PPSDM Keseha Kesehatan tan RI RI Tahun Tahun 2001 2001 yang yang lalu merupakan salah satu institusi pendidikan pendidikan kesehatan yang yang dipercay dipercayaa untuk melak melaksan sanaka akan n tugas tugas tri
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume VN V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
dharma rma perguruan ting inggi guna membantu Kementerian Kesehatan dalam hal penyedia tenaga kesehatan kesehatan yang profesional profesional dibidang dibidang keseh kesehatan. atan. Poltekkes Kemenkes Palangka Raya mempunyai visi menghasilkan tenaga kesehatan yang profesional, kompetitif dan bermartabat. Visi tersebut tidaklah dapat diwujudkan jika tidak didukung didukung oleh kualitas kualitas layanan layanan pendidikan. pendidikan. Satu hal yang sangat mendasari penelitian ini adalah adalah bahwa sejak berdiri Tahun 2001 hingga hingga sekarang, Poltekkes Kemenkes Palangka Raya belum belum pernah pernah melaku melakukan kan anali analisis sis kepuas kepuasan an pelang pelanggan gan baik secara secara intern internal al maupun maupun ekstern eksternal. al. Namun karena pelanggan terbesar dari institusi pendidikan ini adalah mahasiswa maka selanjutnya yang disebut sebagai pelanggan dalam penelitian ini adal adalah ah maha mahasi sisw swa. a. Oleh Oleh kare karena na itu itu pene peneli liti ti ini ini bermak bermaksud sud untu untuk k melaku melakukan kan analis analisis is tentan tentang g kepuas kepuasan an pelang pelanggan gan (mahas (mahasisw iswa) a) terhada terhadap p layana layanan n pendidikan pendidikan yang diberikan diberikan di Poltekk Poltekkes es Kemenkes Kemenkes Palangka Raya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 3 KEP/25/M.PAN/2/2004 . Namun untuk memperdalam analasis, peneliti juga melakukan anal analis isis is kepu kepuas asan an maha mahasi sisw swaa deng dengan an meto metode de ServQual ServQual yang dikemba dikembangkan ngkan oleh oleh Zeithaml Zeithaml dan dan 4 Parasuraman . Metode Penelitian Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey dengan dengan alat bantu kuesioner. kuesioner. Kuesioner Kuesioner dibuat berdasarkan Pedoman Penilaian Indeks Kepuasan Masyarakat yang dikeluarkan oleh Menteri PAN 3 tahun 2004 . Selain itu peneliti juga menambahkan 4 analisis dengan metode ServQual . Lokasi penelitian adalah di Poltekkes Kemenkes Palangka Raya pada Jurusan Keperawatan, Kebidanan dan Gizi. maha ahasisw iswa yang ang masih aktif. Untuk tuk memenu memenuhi hi akuras akurasii hasil hasil penyus penyusuna unan n indek indeks, s, responden terpilih ditetapkan minimal 150 orang dari jumlah populasi populasi penerima penerima layanan, layanan, dengan dengan dasar dasar ("Jumlah ("Jumlah unsur" unsur" + 1) x 10 = jumlah responden responden 3 (14 +1) x 10 = 150 responden . Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan jumlah responden yang mengembalikan kuesioner sebanyak 161. Data yang diambil dalam penelitian ini berupa persepsi mahasiswa mahasiswa per unsur layanan (14 unsur 3 layanan) serta data harapan dan persepsi mahasiswa terhadap 9 dimensi yang berpengaruh 2 pada layanan pendidikan . Data perseps persepsii mahasiswa mahasiswa terhadap 14 unsur layanan dianalisis sesuai dengan pedoman yang telah ada hingga diperoleh nilai Inde Indeks ks Kepu Kepuas asan an Mah Mahas asis iswa wa (IKM) (IKM),, mutu mutu dan dan 3 kinerja layanan . Seda Sedangk ngkan an data data harapa harapan n dan persepsi kepuasan mahasiswa terhadap 9 dimensi yang berpengaruh pada layanan pendidikan
58
ARTIK EL PENEL ITIAN
4
dianalisis menggunakan metode ServQual , untuk menentukan tingkat kesesuaian harapan dan persepsi mahasiswa terhadap layanan pendidikan di Poltekkes Kemenkes Palangka Raya. Selanjutnya untuk mengetahui dimensi mana yang menjadi prioritas untuk diperbaiki dan ditingkatkan 4 dilakukan dengan membuat digaram kartesius . Hasil dan Pembahasan Pembahasan Penelitian ini dimulai sejak awal bulan Nopember 2014. Penyebaran kuesioner kuesioner di 3 Jurusan yang ada di Poltekkes Kemenkes Palangka Raya, yaitu jurusan keperawatan, jurusan kebidanan dan jurusan gizi. Sesuai dengan definisi operasional, bahwa yang yang dinamakan dinamakan sebagai sebagai pelanggan pelanggan dalam dalam penelitian penelitian ini adalah adalah mahasis mahasiswa wa aktif di Poltekkes Poltekkes Kemenkes Palangka Raya. Dari tiga ratus (200) eksemplar eksemplar kuesioner kuesioner yang telah telah disebarkan disebarkan secara secara acak, acak, yang yang kembali kembali dan telah telah teris terisii sebanya sebanyak k 161 kues kuesio ione ner. r. Dist Distri ribu busi si resp respon onde den n maha mahasi sisw swaa berdas berdasark arkan an jurus jurusan an dan jeni jeniss dapat dapat dilih dilihat at pada pada Tabel 2 dan Tabel Tabel 3. Indeks Kepuasan Mahasiswa Untuk menghitung nilai Indeks Kepuasan Mahasiswa dibutuhkan nilai persepsi kepuasan per unsur layanan pendidikan. Terdapat 14 unsur layanan pendidikan yang ada dalam pedoman dan telah dimodifikasi sehingga berkaitan langsung dengan layanan layanan pendidikan pendidikan yang telah dilaksanakan dilaksanakan oleh Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palangka Raya. Nilai rata-rata persepsi/kepuasan mahasiswa per unsur dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 2. Distribusi Responden berdasarkan Jurusan Jurusan Keperawatan Kebidanan Gizi Total
N 58 61 42 161
% 36,02 37,89 26,09 100,00
Tabel 3. Distribusi berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
N
%
93 68 161
57,76 42,24 100,00
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume VN V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
Tabel Tabel 4. Nilai Nilai Persep Persepsi si Per Unsur Unsur Layana Layanan n
No
Unsur Pelayanan
Nilai Ratarata Per unsur
(1)
(2)
(3)
1
Prosedur layanan pendidikan Persyaratan layanan pendidikan Kejelasan dosen/petugas dosen/petugas dalam memberikan layanan pendidikan Kedisiplinan dosen/petugas dosen/petugas layanan layanan pendidikan Tanggung jawab dosen/petugas layanan pendidikan Kemampuan dosen/petugas layanan pendidikan Kecepatan dosen/petugas dalam memberikan memberikan layanan pendidikan Kea Keadilan mendap dapatkan layanan pendidikan pendidikan Kesopanan dan keramahan dosen/petugas dosen/petugas dalam memberikan layanan pendidikan Kewajaran bi biaya layanan pendidikan pendidikan Kepastian bi biaya layanan pendidikan pendidikan Kep Kepastian jadwa dwal layanan pendidikan pendidikan Kenyamanan lingkungan lingkungan pendidikan pendidikan Ken Kenyama amanan nan lay layanan nan pendidikan Total Nilai IKM
2,67
Nilai Rata-rata Tertimba ng Perunsur (4) = (3) x 0,071 0,19
2,81
0,20
2,81
0,20
2,88
0,20
2,93
0,21
3,17
0,22
2,66
0,19
2,86
0,20
3,08
0,22
3,00
0,21
2,84
0,20
2,65
0,19
2,84
0,20
2,96
0,19
2 3
4
5
6
7
8 9
10 11 12 13 14
2,85
Berdasarkan Tabel 4, nilai rata-rata persepsi kepuasan mahasiswa berkisar antara nilai 2,50 hingga 3,20. Jika merujuk pada pengkategorian dalam skala likert maka nilai ini termasuk dalam kategori kurang baik hingga baik. Dari seluruh unsur unsur yang pertanyakan pertanyakan kepada responde responden n tentang persepsi kepuasan mahasiswa maka hanya 3 unsur saja yang mendapatkan kategori baik yaitu unsur kem kemampu ampuan an dose dosen/ n/pe petu tuga gass dala dalam m memb member erik ikan an layana layanan n pendid pendidika ikan n (3,17), (3,17), unsur unsur keso kesopan panan an dan dan keram eramah ahan an dos dosen/p en/pet etu ugas dala dalam m mem memberi berika kan n layana layanan n pendi pendidik dikan an (3,08), (3,08), dan unsur unsur kewaja kewajaran ran
59
Mars, Nang, Lamia. Lamia. Analisis Analisis Kepuasan Kepuasan Mahasiswa Mahasiswa terhadap Layanan Pendidikan di Poltekkes Poltekkes Kemenkes Kemenkes Palangka Raya
biaya layanan layanan pendidikan (3,00). Dengan kata lain, hanya 21,43% unsur layanan pendidikan yang diberikan oleh Poltekkes Kemenkes Palangka Raya dengan kategori baik (menurut skala likert, nilai ≥ 3,00). Unsur-unsur se seperti Prosedur layanan pen pendidi didik kan, an, Kecep ecepat ataan dos dosen/p en/pet etug ugas as dala dalam m mem memberi berika kan n lay layanan anan pend pendid idik ikan an,, dan dan Kepa Kepast stia ian n jadwal layanan pendidikan merupakan unsur layanan yang perlu mendapat perhatian khusus karena berada pada batas bawah dalam kategori kurang baik. Sedangkan unsur yang lain mendekati kategori kategori baik baik (dalam (dalam skala skala likert). likert). Tujuh puluh depalan depalan koma lima lima tujuh persen persen (78,57 (78,57 %) unsur unsur layanan pendidikan masih dalam kategori kurang baik (dalam skala likert). Hal ini dapat menjadi acuan bagi Poltekkes Kemenkes Palangka Raya dalam memprioritaskan unsur-unsur layanan pendidi pendidikan kan yang yang perlu perlu diting ditingkat katkan kan.. Meskip Meskipun un demiki demikian, an, menuru menurutt pedoma pedoman n pemerint pemerintah ah untuk untuk menget mengetahu ahuii nilai nilai indeks indeks kepu kepuasa asan n mahasi mahasisw swaa (IKM), setiap setiap nilai nilai unsur unsur pelayan pelayanan an dikalikan dikalikan 3 dengan dengan bobot bobot nila nilaii ratarata-rat rataa tertim tertimban bang g (0,071) (0,071) , sehingga sehingga berdasarkan berdasarkan Tabel Tabel 4 nilai indeks indeks kepuasan kepuasan mahasiswa terhadap layanan pendidikan di Poltekkes Kemenkes Palangka Raya sebesar 2,85. Mutu dan Kinerja Layanan Pendidikan Untuk mendapatkan kategori mutu dan kinerja layana layanan, n, nilai nilai Indeks Indeks kepuas kepuasan an mahas mahasisw iswaa (IKM) (IKM) 3 terh terhad adap ap layan layanan an pendi pendidi dika kan n harus harus dikon dikonve vers rsii dengan dengan nilai nilai dasar dasar yaitu yaitu 25 sehin sehingga gga menjad menjadii 71,25. 71,25. Nilai Nilai Indeks Indeks Kepuas Kepuasan an Maha Mahasis siswa wa terhada terhadap p Laya Layana nan n Pen Pendidi didik kan di Polt Polteekkes kkes Kem Kemenk enkes Palangka Palangka Raya termasu termasuk k dalam kategori kategori mutu mutu B dan 3 kinerja kinerja layanan layanan dengan kategori kategori Baik Baik . Untu Untuk k lebih lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 5.
pend pendid idik ikan an,, uns unsur ur kenya kenyama mana nan n lin lingk gkun unga gan n pendidikan pendidikan,, unsur unsur kenyamana kenyamanan n layanan layanan pendidikan. pendidikan. 4
Analisis Kepuasan Mahasiswa Metode ServQual Sebagai data tambahan untuk memperdalam analisis kepuasan mahasiswa, peneliti juga menggunakan metode ServQual ServQual yang dikembangkan 4 oleh Zeithaml and Parasuraman . Metode ini menggunakan 5 indikator utama yaitu keandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), kepastian (assurance), empati (emphaty) dan berwujud (tangible). Bobot dari kelima dimensi ini adalah 100 % sehingga masing-masing dimensi 4 diberi bobot 20% . Kelima dimensi tersebut dijabarkan lagi kedalam kedalam 9 dimensi dimensi dengan dengan bobot bobot 1% kecuali kecuali (1) atau kondi kondisi si fisi fisik k gedun gedung g kuliah kuliah di tangibles atau Poltekkes Poltekkes dengan bobot 20%; (2) reliability atau pela pelaks ksan anaa aan n kedis kedisip iplin linan an di Polt Poltek ekke kes; s; (3) (3) keyakinan terhadap terhadap kompetens kompetensii competence atau keyakinan dosen; (4) understanding the customer atau hubungan dosen dengan mahasiswa; (5) communication atau komunikasi yang terjadi antara Polt Poltek ekke kess deng dengan an oran orangt gtua ua/w /wal alii maha mahasi sisw swa; a; (6) (6) responsiveness atau atau daya daya tanggap tanggap Poltekk Poltekkes; es; (7) (7) pelaksanaan n aturan aturan sopan santun santun di courtesy atau pelaksanaa Poltekkes; (8) security atau rasa rasa aman di di Poltekkes; Poltekkes; dan dan (9) (9) access atau kemudahan mencapai lokasi dan 4 menjadi menjadi pesert pesertaa didik didik di di Poltekk Poltekkes es . Tabel 6. Menunjukkan nilai rata-rata harapan dan persepsi mahasiswa terhadap layanan pendidikan di Poltekkes Kemenkes Palangka Raya.
Prioritas Peningkatan Mutu dan Kinerja Layanan Dalam peningkatan kualitas pelayanan, unsur yang mempunyai nilai paling rendah perlu mendapat mendapat perhatian perhatian dan diprioritaskan, diprioritaskan, sedangkan sedangkan unsur yang mempunyai nilai cukup tinggi harus tetap dipertahan dipertahankan. kan. Berdasarkan Berdasarkan Tabel 4, terdapat sebelas 11 unsur dengan kategori kurang baik ( skala likert ) diantaranya unsur prosedur pelayanan, kece kecepa pata tan n petug petugas as dala dalam m memb member erik ikan an laya layana nan n pendidi pendidikan kan,, kepast kepastian ian jadwal jadwal layanan layanan pendid pendidika ikan, n, unsur persyaratan layanan pen pendid didikan, unsur keje kejela lasa san n dose dosen/ n/pe petu tuga gass dala dalam m mem memberi berika kan n lay layanan anan pend pendid idik ikan an,, unsu unsurr kedi kedisi sipl plin inan an dosen dosen/p /pet etug ugas as layan layanan an pend pendidi idika kan, n, unsu unsurr tang tanggu gung ng jawab dosen/petugas layanan pendidikan, unsur kece kecepa pata tan n dosen dosen/p /pet etug ugas as dalam dalam membe memberi rika kan n layana layanan n pendid pendidika ikan, n, unsur unsur keadil keadilan an mend mendapa apatka tkan n layanan layanan pendidikan pendidikan,, unsur unsur kepastian kepastian biaya layanan layanan pend pendid idik ikan an,, unsu unsurr kepa kepast stia ian n jadw jadwal al laya layana nan n
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume VN V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
60
ARTIK EL PENEL ITIAN
Tabel 5. Nilai Indeks Kepuasan Mahasiswa, Mutu dan Kinerja Layanan Pendidikan
Poltekkes Kemenkes Palangka Raya
Nilai Indeks Kepuasan Mahasiswa
Nilai Konversi Indeks Kepuasan Mahasiswa
Kategori Mutu
2,85
71,25
B
Layanan Pendidikan (Pendidikan/Pengajaran, Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan)
Kategori Kinerja
Baik
Tabel 6. Nilai Rata-rata Harapan dan Persepsi Mahasiswa Terhadap Layanan Pendidikan di Poltekkes Kemenkes Palangka Raya No
Dimensi
1 2 3 4
Tangible Reliability Competence Understanding the costumers Comunication Responsivenes s Courtesy Security Access Rata-rata
5 6 7 8 9
(Y)
(X)
2, 6 0 2, 9 8 3, 3 6 3, 3 6
Gap (X-Y) - 1,24 - 0,80 - 0,64 - 0,42
Bobot x Gap - 0,248 - 0,080 - 0,064 - 0,042
TKi (Xi/Yi x 100%) 67,7 79,7 84,0 88,9
3,84 3,78 4,00 3,78 3,86 3,96
2,38 3, 0 8
- 1,48 - 0,88
- 0,148 - 0,088
61,7 77,7
3,74 3,40 4,00 3,81
3,64 3, 0 4 3, 0 2 3 ,0 5
- 0,10 - 0,36 - 0,98
- 0,010 - 0,036 - 0,098 - 0,814
97,3 89,4 75,5 80,2
Keterangan : Y : Harapan; X : Persepsi; Tki : Tingkat kesesuaian
Secara keseluruhan tingkat kesesuaian harapan dan persepsi mahasiswa terhadap layanan pendidikan di Poltekkes Kemenkes Palangka Raya sebesar sebesar 80,2 80,2 dengan dengan kategori kategori baik. baik. Akan tetapi masih masih terda terdapat pat 2 dimens dimensii dengan dengan gap gap yang yang besar besar yaitu tangible (-1,24) (-1,24) dan comunication (-1,48 (-1,48). ). Jika Jika dihitung tingkat kesesuaian antara harapan dengan persepsi kepuasan pada kedua dimensi tersebut, maka hasilnya kategorikan pada tingkat tingkat kesesuaian 2 sedang (50-70%) . Tangible diartikan sebagai penampilan penampilan fasilitas fasilitas fisik, fisik, peralatan, peralatan, dan berbagai berbagai 4 materi komunikasi , misalnya gedung dan kebersihan serta serta penataan ruangan yang rapi. Sejak tahun 2012 hingga hingga selesainy selesainyaa peneliti penelitian an ini, ini, proses gedung perkuliahan (jurusan keperawatan dan kebidanan kebidanan)) di di Poltekkes Poltekkes Kemenkes Kemenkes Palangka Palangka Raya mengalami mengalami hambatan hambatan sehingga sehingga kemungkinan kemungkinan besar besar masih masih dirasa dirasakan kan damp dampakn aknya ya oleh oleh mahasi mahasisw swa. a. Namu Namun n berb berbag agai ai upay upayaa tela telah h dila dilaku kuka kan n sepe sepert rtii perbaikan dan pemeliharaan fasilitas, kegiatan belajar mengajar serta layanan pendidikan lainnya seperti administrasi akademik dan kemahasiswaan masih tetap dapat dilaksanakan.
Salah satu hal penting dalam memberikan pelayanan pelayanan khusus khususnya nya layanan layanan pendidikan pendidikan adalah adalah komunikasi. Komunikasi dalam penelitian ini diartikan sebagai komunikasi antara institusi pendidikan dengan orang tua/wali mahasiswa. komunikasi bertujuan untuk menyampaikan suatu pesan atau informasi hingga pesan tersebut dapat diterima oleh si penerima setepat mungkin, apapun bentuk dan cara penyampaiannya. Penggunaan media untuk menyampaikan pesan dapat dapat mengalami gangguan yang dapat menghambat atau mengurangi kemampuan dalam mengirim dan menerima pesan. Situasi ketika komunikasi disampaikan, isi pesan, dan cara penyampaian dapat mempengaruhi 5 jalannya komunikasi . Oleh karena itu, untuk meningkatkan kepuasan mahasiswa terhadap pelayanan di Poltekkes Kemenkes Palangka Raya, dibutuhkan situasi yang kondusif, materi maupun cara penyampaian yang lebih baik kepada 4 mahasiswa dan orang tua mahasiswa mahasiswa . Beberapa hal yang mungkin dapat dijadikan alasan alasan mengapa mengapa komunikas komunikasii institusi institusi pendidikan pendidikan dengan orang tua mahasiswa masih belum
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume VN V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
61
Mars, Nang, Lamia. Lamia. Analisis Analisis Kepuasan Kepuasan Mahasiswa Mahasiswa terhadap Layanan Pendidikan di Poltekkes Poltekkes Kemenkes Kemenkes Palangka Raya
memberikan kepuasan dianataranya adalah tidak adanya komite perguruan tinggi yang merupakan organisasi orang tua/wali yang dibentuk sebagai penghubung antara institusi dengan orang tua, sebagai pengawas eksternal institusi dalam menjalankan tufoksinya, serta sebagai mitra dalam peng pengem emban banga gan n institu institusi si pend pendid idik ikan an.. Dengan Dengan demiki demikian an tidak tidak ada jadwa jadwall pertemu pertemuan an rutin rutin antara antara instit institusi usi pendi pendidik dikan an denga dengan n orang orang tua mahas mahasisw iswaa sesuai dengan tujuan komite. Komunikasi antara institusi pendidikan dengan orang tua/wali hanya terjadi ketika calon mahasiswa diterima sebagai mahasiswa Poltekkes Kemenkes Palangka Raya melalui suatu seleksi wawancara (proses (proses sipenmaru sipenmaru), ), acara acara seremon seremonii caping day, serta acara wisuda yang notabene bukan kegiatan komunikasi intensif demi kemajuan institusi pendidi pendidikan kan.. Selain Selain itu itu komunik komunikas asii dapat dapat terjadi terjadi jika jika mahasiswa yang bersangkutan terkena masalah yang serius dan melanggar aturan aturan akademik (administrasi mapun norma yang berlaku) yang sudah sudah disepakati disepakati bersama. Berdas Berdasark arkan an Tabel Tabel 6 diketa diketahui hui bahwa bahwa secara secara keseluruhan kepuasan mahasiswa terhadap layanan pendidikan yang diberikan oleh Poltekkes Kemenkes Palangka Raya Raya memberikan memberikan makna Baik (-0,814). (-0,814). Jika penjumlah penjumlahan an rata-rata rata-rata dari gap yang dikalikan dengan bobot dimensi memberikan hasil > -1 berarti berarti baik, sedangkan sedangkan jika hasilnya hasilnya < - 1 berarti berarti
hasil kurang baik. Dengan demikian semakin besar 4 nilainya maka tingkat kepuasan semakin baik . Namun Namun hasil hasil ini tidak tidak pernah 1 (+) atau atau lebih. lebih. Apabila gap positif, hal ini menggambarkan bahwa masyarakat/pelanggan dianggap sangat puas, namun 4 kemungkinan terjadinya gap positif sangat kecil . Untuk mendapatkan gambaran apa yang harus dilakukan oleh oleh Poltekkes Kemenkes Palangka Raya Raya untuk memperbaiki keadaan digunakan diagram kartesius, yaitu digaram yang dibagi atas empat bagian yang dibatasi dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik (X,Y), dimana X merupakan rata-rata dari rata-rata skor persepsi/kepuasan pelanggan. Sedangkan Y adalah rata-rata dari rata-rata skor harapan yang memp mempeng engar aruh uhii kepu kepuas asan an pela pelang ngga gan. n. Bagi Bagian an pertam pertamaa (A), (A), disebu disebutt dengan dengan daerah daerah priorita prioritass utama utama yang yang haru haruss dibe dibenah nahii karen karenaa harapa harapan n tingg tinggii sedangkan sedangkan persepsi persepsi rendah. rendah. Bagian Bagian kedua, kedua, (B), disebu disebutt dengan dengan daer daerah ah yang yang harus harus dipert dipertaha ahanka nkan, n, karena karena harapan harapan tinggi tinggi dan perseps persepsii juga tinggi. tinggi. Bagian Bagian ketiga, ketiga, (C), disebut disebut sebagai sebagai prioritas prioritas rendah, rendah, karena daerah ini menunjukkan harapan harapan rendah dan persepsi rendah. Bagaian keempat (D), dikategorikan sebagai daerah berlebihan, karena harapan rendah namun persepsi tinggi, jadi bukan 4 prioritas untuk dibenahi . Berdas Berdasark arkan an data data hasi hasill penelitian ini dapat dibuat diagram kartesius seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram Kartesius Harapan dan Persepsi Persepsi Kepuasan Mahasiswa 4,1 4
4
4 3,86
3,9
) Y ( 3,8 n a p 3,7 a r a 3,6 H
3,84
3,96 3,81 3,78
3,74
3,78
3,5 3,4
3,4
3,3 0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
Kepuasan (X)
Gambar 1. Diagram Kartesius Harapan dan Persepsi Persepsi Kepuasan Mahasiswa (lanjutan) Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume VN V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
62
ARTIKE L PENEL ITIAN
Berdasarkan Gambar 1, dimensi yang menjadi menjadi prioritas prioritas utama utama untuk diperba diperbaiki iki (zona A) A) adalah tangible, comunicati comunication on dan access access. Hal ini karena harapan yang tinggi dari mahasiswa sedangkan persepsi persepsi rendah rendah sehingg sehinggaa gap cukup cukup besar besar (< -1). Dime Dimens nsii yang yang dapat dapat dipe dipert rtah ahan anka kan n (zon (zonaa B) adal adalah ah Sedangkan kan dimens dimensii competence dan responsiveness. Sedang dengan prioritas rendah (harapan dan persepsi samasama rendah) adalah reliability (keandalan) dan (keamanan). Dan dimens dimensii yang pada zona zona D security (keamanan). (berlebihan (berlebihan)) adalah adalah understanding the customers (daya tangga tanggap) p) dan courtesy (sopan santun). Kesimpulan Indeks Kepuasan Mahasiswa terhadap layanan pendidikan di Poltekkes Kemenkes Palangka Raya sebesa sebesarr 2,85 2,85 atau 71,2 71,25. 5. Mutu Mutu dan Kine Kinerja rja layan layanan an pendidikan yang dilakukan oleh Poltekkes Kemenkes Palangka Palangka Raya Raya termasuk termasuk dalam dalam katego kategori ri mutu B dengan dengan kinerja kinerja Baik. Baik. Tingkat Tingkat kesesuai kesesuaian an harapan harapan dan dan persepsi mahasiswa terhadap layanan pendidikan di Poltekkes Kemenkes Palangka Raya sebesar 80,2 dengan dengan kate kategor gorii baik. baik. Dua dimen dimensi si yang yang perlu perlu mendapat perhatian untuk ditingkatkan adalah tangible (berwujud) dan communication (komunikasi). Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan bahwa Poltekkes Kemenkes Palangka Raya perlu melakukan
Jurnal Fo Forum Kesehatan, Volume VN V Nomor 9, 9, Fe Februari 2015
pembenahan dan peningkatan sarana dan prasarana terutama gedung perkuliahan dan komunikasi yang baik antara institusi institusi pendidik pendidikan an dengan dengan orang tua/wali tua/wali mahasi mahasiswa swa.. Perlu Perlu kontinu kontinuita itass dalam dalam melak melakuka ukan n evaluasi terhadap kepuasan pelanggan sehingga setiap dimensi kepuasan dapat diamati dan disesuaikan dengan kebutuhan dan harapan pelanggan. Daftar Pustaka 1. Cahi Cahir. r. Anal Analis isis is Kepu Kepuas asan an Pelan Pelangg ggan an Pend Pendid idik ikan an,, Studi Kasus di SMP SMP Negeri Negeri 2 Brebes. Brebes. Tesis Proram Studi Manajemen Manajemen Pendidikan Pendidikan,, Program Pascasarjan Pascasarjanaa Universitas Universitas Negeri Semarang. Semarang. 2007. 2. Jaedun Jaedun A. Survei Survei Tingkat Tingkat Kepuas Kepuasan an Konsum Konsumen en Terh Terhad adap ap Kual Kualit itas as Pela Pelay yanan anan Publ Publik ik Bida Bidang ng Pendidikan Pendidikan Di Daerah Daerah Istimewa Istimewa Yogyakarta Yogyakarta.. 2005. 3. Kepme pmenpan Nomo omor : KEP/2 P/25/M.PAN PAN/2/200 2004 tentang pedoman umum penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat di unit pelayanan instansi pemerintah. 2004. 4. Rubaman.M Rubaman.M.. U. Mengukur Mengukur Kepua Kepuasan san Masyar Masyarakat akat Terhadap Terhadap Layana Layanan n Pendidikan. Pendidikan. Jurnal Jurnal Madani. Madani. Edisi I. Mei Mei 2008. 2008. 2008. 5. Hasan. Hasan. N dan Lina. Lina. Efekt Efektivi ivitas tas Komun Komunika ikasi si Dalam Dalam Organisasi. Jurnal Manajemen, Vol. 7 No.4 Mei 2009.
63
PEDOMAN PENULISAN NASKAH
1. Jurnal ini memua memuatt naskah naskah di bidang kesehatan. kesehatan. 2. Naskah Naskah hasil hasil penelitian penelitian atau naskah konsep yang ditujukan kepada Forum Kesehatan, belum dipublikasikan di tempat lain. 3. Komp Kompone onen n nask naskah ah:: Judul ditulis ditulis maksimal maksimal 150 karakter termasuk termasuk huruf dan spasi. Teks naskah ditulis dengan huruf Times New Roman size 11pt. Identitas peneliti ditulis dicatatan kaki di halaman pertama. Abstrak dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris maksimal 200 kata, dalam satu alenia mencakup masalah, tujuan, metoda, hasil, disertai dengan 3-5 kata kunci. Pendahuluan tanpa subjudul, berisi latar belakang, sedikit tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian. Metode dijelaskan secara rinci, desain, populasi, sampel, sumber data, teknik/instrumen pengumpul data, prosedur prosedur analisa data. data. Pembahasan mengurai secara tepat dan argumentatif hasil penelitian, temuan dengan teori yang relevan, bahasa dialog yang logis, sistematik, dan mengalir. Tabel diketik 1 spasi sesuai urutan penyebutan dalam teks. Jumlah maksimal maksimal 6 tabel dengan judul singkat. singkat. Kesimpulan dan saran menjawab masalah penelitian tidak melampaui kapasitas temuan, pernyataan tegas. Saran logis, tepat guna, dan tidak mengada-ada. 4. Rujukan Rujukan sesuai sesuai dengan dengan aturan aturan Vancouver Vancouver,, urut sesuai sesuai dengan pemunculan dalam keseluruhan teks, dibatasi 25 rujukan dan 80% merupakan publikasi 10 tahun terakhir. Cantumkan nama belakang penulis dan inisial nama depan. Maksimal 6 orang, selebihnya diikuti “dkk (et al)”. Huruf pertama judul ditulis dengan huruf besar, selebihnya selebihnya dengan huruf kecil, kecil, kecuali kecuali penamaan penamaan orang, tempat dan waktu. Judul tidak boleh digaris bawah dan ditebalkan hurufnya. Artikel Jurnal Penulis Individu: Rivera JA, Sotres-Alvares D, Habicht JP, Shamah T, Villalpando S. Impact of the Mexican Program for Education, Education, Health, Health, and Nutrition Nutrition on Rates of Growth Growth and Anemia in infants and young children a randomized effectiveness study. JAMA. 2004; 291(21):2463-70. Artikel Jurnal Penulis Organisasi Diabetes Prevention Program Research Group. Hypertension, insulin, and prosulin in participants with impaired glucose tolerance. Hypertension. 2002;40(5):679-86.
Buku yang ditulis Individu: Price, SA, Koch, MW, Basset, S. Health Care Resource Management: Present and Future Challenges. St. Louis: Mosby;1998. Buku yang ditulis Organisasi Organisasi dan Penerbit: Penerbit: Royal Adelaide Hospital; University of Adelaide, Departement of Clinical Nursing. Compendium of nursing research and practice development, 1999-2000. Adelaide (Australia): Adelaide University; 2001. Bab dalam Buku: Soentoro. Penyerapan Tenaga Kerja Luar Sektor Pertanian di Pedesaan. Dalam Faisal Kasryno, editor. Prospek Pembangunan Ekonomi Pedesaan Indonesia. Jakarta:Yayasan Obor; 1984. p.202-262. Artikel Koran: Tynan T. Medical improvements lower homicide rate: study sees sees drop in assault assault rate. The Washingto Washington n Post. 2002 Aug 12; Sect. A:2 (col.4). CD-ROM: Women and HIV/AIDS: Reproductive and Sexual Healt Health[C h[CD D ROM], ROM], London: London: Repro Reproduct ductive ive Healt Health h Matters;2005. Artikel Jurnal di Internet: Griffith, AI. Cordinating Family and School: Mothering for Schooling, Education Policy Analysis Archives [Online]. 1997 Jan [Cited 1997 February12] ; 102 (3): [about 3 p.]. Available from: http://olam.ed.asu.edu/epaa/ . Buku di Internet: Foley KM, Gelband H, editors. Improving palliative care for cancer [monograph on the internet]. Washington: National Academy Press; 2001 [cited 2002 Jul 9]. Available from: http://www.nap.edu/books/0309074029/html/ . Situs Internet: Canadian Cancer Society [homepage on the internet]. Toronto: The Society; 2006 [update 2006 May 12; cited 2006 Oct 17]. Available from: http://www.cancer.ca/ . 5. Naskah Naskah maksima maksimall 20 halama halaman n kuarto kuarto spasi spasi ganda, ganda, ditulis dengan program komputer Microsoft Word, dalam dalam softco softcopy py dan 2 (dua) (dua) eksem eksemplar plar copy dokumen tertulis. 6. Naskah Naskah harus harus diserta disertaii surat surat pengant pengantar ar yang yang ditandatanga ditandatangani ni penulis penulis dan akan dikembal dikembalikan ikan jika ada permintaan tertulis. 7. Naska Naskah h dikirim dikirimkan kan kepad kepada: a: Redaksi Redaksi Jurnal Jurnal ‘Forum Kesehatan’, Perpustakaan Perpustakaan Gedung B Lantai 2 Politeknik Politeknik Kesehat Kesehatan an Palangka Palangka Raya, Raya, Jalan George George Obos Obos No.32 Palang Palangka ka Raya, Raya, Telp Telp : 0536-322 0536-322176 1768 8 atau atau email:
[email protected] [email protected]..