Lampiran 1:
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) “UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR GEOGRAFI PESERTA DIDIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI KELAS XI IIS 2 SMAN 1 MOJOKERTO”
Disusun oleh: GATUT ARI SUSANTO 13040274003 S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI 2013 A
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI 2016
1
HALAMAN PENGESAHAN Proposal penelitian oleh
: Gatut Ari usanto
NIM
: 13040274003
Judul
: “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Geografi Peserta
Didik
Kooperatif
Melalui
Model
Pembelajaran
Di Kelas XI IIS 2 SMAN 1
Mojokerto”
Mojokerto, 7 September 2016 Mengetahui, Guru Pamong
Mahasiswa PPP
Anik Agustin, S.Pd. NIP. 196108171985011005
Gatut Ari Susanto NIM. 13040274003 Menyetujui,
Dosen Pembina Lapangan
Kepala Sekolah SMAN 1 Mojokerto
Irma Febriyanti, S.Or., M.Kes. NIP 198102072008122002
Suhariyono, S.Pd., M.Pd. NIP. 196009051987031008
2
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga dapat menyelesaikan proposal penelitian tindakan kelas ini. Proposal enelitian ini berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Geografi Peserta Didik Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Di Kelas XI IIS 2 SMAN 1 Mojokerto” Dalam penyelesaian proposal penelitian ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Suhariyono, S.Pd., M.Pd., selaku kepala sekolah SMAN 1 Mojokerto yang telah memberikan izin kepada mahasiswa PPP unuk menimba pengalaman menjadi calon guru di SMAN 1 Mojokerto 2. Ibu Irma Febriyanti, S.Or., M.Kes., selaku Dosen Pembina Lapangan Mahasiswa Program Pengelolaan Pembelajaran UNESA tahun 2016 3. Ibu Anik Agustin, S.Pd., selaku Guru Pamong yang telah membimbing selama kegiatan Program Pelaksanaan Pembelajaran di SMAN 1 Mojokerto. 4. Rekan-rekan Mahasiswa PPP UNESA yang telah mendukung dalam penyusunan proposal ini Semoga amal baik semua nya diberi balasan yang setimpal oleh Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan wawasan penulis, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk menjadikan proposal penelitian ini menjadi lebih baik Semoga hasil proposal penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis, umumnya bagi semua pihak yang membaca
Mojokerto, 7 September 2016
Penulis
3
DAFTAR ISI
SAMPUL..................................................................................................................i HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii KATA PENGANTAR.............................................................................................iii DAFTAR ISI...........................................................................................................iv BAB I.......................................................................................................................1 Latar Belakang Masalah.......................................................................................1 Rumusan Masalah................................................................................................3 Tujuan Penelitian.................................................................................................3 Manfaat Penelitian..............................................................................................4 BAB II......................................................................................................................6 A. Pengertian Belajar.........................................................................................6 B. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Belajar Siswa....................................6 C. Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK).......................................12 D. Karakteristik dan Prinsip-prinsip Strategi Pembelajaran Kooperatif..........13 E. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif................................................13 F. Keterampilan Dalam Pembelajaran Kooperatif..........................................14 G. Lingkungan Belajar dan Sistem Manajemen Dalam Pemebelajaran Kooperatif..........................................................................................................15 BAB III..................................................................................................................16 A. Lokasi Penelitian.........................................................................................16 B. Metode Penelitian.......................................................................................16 C. Langkah-langkah Pengambilan Data..........................................................17 D. Pengolahan Data.........................................................................................17 E. Aspek Yang Diteliti.....................................................................................18 F. Instrumen Penelitian...................................................................................18 G. Indikator Kinerja.........................................................................................18 BAB IV..................................................................................................................19 A. Kesimpulan.................................................................................................19 B. Implikasi......................................................................................................19 C. Saran............................................................................................................19 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................21
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah Kondisi pendidikan di Indonesia pada saat ini kurang menunjukan hasil yang diharapkan atau kurang maksimum, khususnya tingkat pendidikan sekolah.upaya untuk menanggulangi hal tersebut salah satunya ialah dengan meningkatkan profesionalitas guru. Mata pelajaran geografi ialah rumpun pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan anggapan yang sering muncul bahwa belajar pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial termasuk geografi didalamnya identik dengan teori-teori yang harus dihafalkan sehingga memicu kebosanan pada siswa, apalagi pada saat ini siswa hanya menganggap pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kurang diunggulkan dibanding pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam atau istilahnya di nomor dua kan. Hal ini memicu motivasi belajar siswa terhadap pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial atau geografi pada khususnya menjadi berkurang, Keadaan diatas tersebut berdampak kepada pendidik atau guru yang kurang bersemangat untuk mengajar karena melihat peserta didiknya yang kurang memiliki minat untuk belajar, dan masalahnya adalah ternyata peserta didiknya kurang memiliki motivasi belajar khususnya pelajaran geografi. Dengan demikian guru harus menyadari bahwa kunci semngat dan gairah untuk belajar dari peserta didik tidak ditentukan oleh anak didik itu sendiri melainkan juga dari guru yang berperan juga sebagai motivator untuk mengangkat semangat dan gairah belajar peserta didiknya. Dengan hal tersebut seorang guru dituntut menggunakan strategi pembelajaran yang bervariasi, sehingga dapat melayani perbedaan individual siswa, mengaktifkan siswa dengan guru, mendorong munculnya kemampuan baru yang pada akhirnya siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi. Hal ini seiring dengan pergeseran pandangan pendidikan yang berubah dari pola mengajar ke pola belajar. Oleh karena itu seorang guru sebagai pendidik perlu memiliki
19
berbagai metodologi mengajar, karena keberhasilan Proses Pembelajaran bergantung pada cara/mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya enak maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan sehingga diharapkan akan terjadi perubahan dan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, motorik maupun gaya hidupnya Rendahnya motivasi dan partisipasi belajar dirasakan di SMA negeri 1 Mojokerto. Hal ini terlihat ketika guru menjelaskan materi pelajaran, tampak siswa kurang tertarik mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh guru. Hal ini terlihat dari indikasi adanya beberapa orang siswa yang tidak serius sewaktu mendengarkan penjelasan guru seperti membuat tulisan-tulisan yang tidak berkaitan dengan materi pelajaran, berbisik-bisik dengan temannya atau bahkan kelihatan mengantuk. Perilaku tersebut tentunya berakibat pada rendahnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran Geografi, sehingga prestasinyapun menjadi rendah. Kondisi tersebut salah satunya mungkin disebabkan oleh metode mengajar yang digunakan oleh guru, atau kurangnya media pembelajaran dan kurangnya guru dalam mengembangkan bahan pembelajaran. Guru hanya menggunakan metode ceramah, dengan diselingi tanya jawab yang minim, sehingga hal ini membuat siswa cepat bosan dan kurang terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Kondisi demikian akan teratasi manakala guru berupaya untuk menentukan solusinya, yaitu mengganti model pembelajaran yang selama ini sering di gunakan. Salah satu model pembelajaran yang dipandang mampu mengatasi permasalahan belajar siswa di atas adalah model pembelajaran kelompok dengan strategi pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini berangkat dari dasar pemikiran “getting better together” yang menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif. Strategi pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran kelompok yang akhirakhir ini dianjurkan oleh para ahli. Menurut Slavin dalam Sanjaya (2006) mengemukakan dua alasan tentang pembelajaran kooperatif, pertama beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi siswa sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial,
19
menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dengan demikian pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya, karena dapat meningkatkan motivasi, hasil belajar dan penyimpanan materi pelajaran yang lebih lama. Rumusan Masalah Berdsarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi inti permasalahan adalah bagaimana peningkatan motivasi dan partisipasi belajar siswa serta kreativitas dan hasil belajar siswa dalam belajar Geografi di kelas XI IIS SMA Negeri 1 Mojokerto? Adapun rumusan masalahnya dapat dirinci sebagai berikut: 1. Bagaimana potret pembelajaran geografi yang terjadi di SMA Negeri 1 Mojokerto? 2. Bagaimana desain model pembelajaran kelompok dengan strategi pembelajaran kooperatif di kelas XI IIS 2 SMA Negeri 1 Mojokerto? 3. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif pelajaran Geografi di kelas XI IIS 2 SMA Negeri 1 Mojokerto? 4. Bagaimana strategi guru untuk membuat semua siswa aktif dalam kelompok dalam penerapan model pembelajaran kooperatif pelajaran Geografi di kelas XI IIS 2 SMA Negeri 1 Mojokerto? 5. Bagaimana hasil pembelajaran geografi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif pelajaran Geografi di kelas XI IIS 2 SMA Negeri 1 Mojokerto? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah: 1. Memenuhi tugas matakuliah Program Pengelolaan Pembelajaran 2. Menemukan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Geografi 3. Menemukan tingkat keberhasilan penggunaan cooperative learning dalam meningkatkan
partisipasi
dan
kreativitasn
belajar
siswa
dalam
pembelajaran geografi.
19
4. Menemukan tingkat keberhasilan penggunaan cooperative learning dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Geografi. 5. Memberikan referensi bagi rekan guru yang lain mengenai pentingnya penggunaan cooperative learning dalam meningkatkan motivasi dan partisipasi serta kreativitas dan prestasi hasil belajar.
Manfaat Penelitian Manfaat bagi siswa: a. Meningkatkan motivasi dan partisipasi belajar siswa sehingga lebih memahami dan menguasai materi pelajaran Geografi sehingga dapat aktif dalam belajar berkelompok b. Meningkatkan keberanian siswa untuk mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan/ menanggapi, menyampaikan ide/pendapat, mendengarkan secara aktif. c. Meningkatkan rasa kebersamaan siswa dengan adanya sharing pendapat sehingga terjadi saling memberi atau menerima, dan saling membantu dalam pemahaman materi pelajaran geografi d. Meningkatkan prestasi belajar siswa terutama anak yang kemampuan akademiknya rendah. Manfaat bagi guru: a. Memberi pengalaman dan wawasan yang lebih mendalam tentang modelmodel pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas b. Dapat mengatasi masalah pembelajaran yang ditemukan di kelas Manfaat bagi sekolah: a. Meningkatkan mutu pendidikan di SMA Negeri I Mojokerto b. Memperoleh masukan konsep tentang model-model pembelajaran yang sesuai dengan karakterisik sekolah Manfaat bagi guru lain
19
a. Menjadi bahan masukan atau feed back bagi penyempurnaan proses pembelajaran b. Menjadi acuan untuk mengatasi masalah pembelajaran yang dialami c. Meningkatkan kemampuan sejumlah guru dalam mengelola kelas
19
BAB II KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Pada dasarnya prinsip belajar lebih menitikberatkan pada aktivitas peserta didik yang menjadi dasar proses pembelajaran. Menurut Robert M. Gagne ( dalam Muslich, 2007), belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses petumbuhan saja. Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar dan faktor dari dalam diri, dan keduanya saling berinteraksi. Sementara itu Jung (dalam muslich, 2007) berpendapat bahwa belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaan, pengetahuan dan sikap. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1992:84) mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Dari definisi-definisi tersebut maka Muslich (2007) menyimpulkan bahwa belajar adalah segenap rangkaian kegiatan aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya. Oleh karena itu, apabila setelah belajar peserta didik tidak ada perubahan tingkah laku yang positif, dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya tidak bertambah maka dapat dikatakan bahwa belajarnya belum sempurna. B. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Belajar Siswa Berhasilnya atau tidaknya pembelajaran sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yaitu kondisi/keadaan jasmani dan rohani siswa. Didalamnya antara lain:
Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang . kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal.
Oleh
karena
itu
keadaan
tonus
jasmani
sangat
memengaruhi proses belajar , maka perlu ada usaha untuk menjaga
kesehatan jasmani. Faktor –faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memngaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motifasi , minat, sikap dan bakat. kecerdasan Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemempuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsaganan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan dmikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organorgan tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari hamper seluruh aktivitas manusia. Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi iteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki
oleh setiap calon guru professional, sehingga mereka dapat memahami tingakat kecerdasannya. motivasi Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik. Motaivasi intrinsic adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktifitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah mejadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsic memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsic relaatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar(ekstrinsik). minat secara sederhana,minaat
(interest)
nerrti
kecenderungan
dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, moativasi, dan kebutuhan. Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau dipelajaranya. Untuk membagkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Anatara lain, pertama, dengan mebuat materi yang akan
dipelajarai semenarik mingkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desai pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya. Sikap Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relatif tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik secara positif maupun negative (Syah, 2003). Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negative dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang professional dan bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas,seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengambangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajaranyang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan; meyakinkansiswa bahwa bidang studi yang dipelajara bermanfaat bagi ddiri siswa. Bakat Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan dating (Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimilki seorang siswa untauk belajar. Dengan demikian, bakat adalah
kemampuan seseorang menjadi salah satukomponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil. Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masingmasing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap informasiyang berhungan dengan bakat yang dimilkinya. Misalnya, siswa yang berbakat dibidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri. Karena belajar jug dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap individu,maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta didiknya, anatara lain dengan mendukung,ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya. b. Faktor eksternal ( faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa. Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses belajar siswa.dalam hal ini, Syah
(2003)
menjelaskan
bahwa
faktor-faktor
eksternal
yang
memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
Lingkungan sosial o Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antra ketiganya dapat menjadi
motivasi
bagi
siswa
untuk
belajar
lebih
baikdisekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar. o Lingkungan sosial massyarakat. Kondisi
lingkungan
masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa.
Lingkungan
siswa
yang
kumuh,
banyak
pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajarsiswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alatalat belajar yang kebetulan belum dimilkinya. o Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifatsifat
orangtua,
demografi
keluarga
(letak
rumah),
pengelolaankeluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan anatara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan
baik. Lingkungan non sosial. Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah; o Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dantenang. Lingkungan alamiah tersebut mmerupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terlambat. o Faktor instrumental,yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, bukupanduan, silabi dan lain sebagainya.
o Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu
juga
denganmetode
mengajar
guru,
disesuaikandengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang postif terhadap aktivitas belajr siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan konsdisi siswa. o Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang di gunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran C. Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK) Pembelajaran
kooperatif
merupakan
model
pembelajaran
dengan
menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil yaitu antara 4 sampai 6 orang yang bersifat heterogen. Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok,dimana kelompok yang mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan akan memperoleh penghargaan. Dengan demikian,setiap
anggota kelompok akan
mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok. Menurut Sanjaya (2007: 24), strategi pembelajaran kooperatif bisa digunakan manakala:
Guru menekankan pentingnya usaha kolektif disamping usaha individual dalam belajar.
Jika guru menghendaki seluruh siswa (bukan hanya siswa yang pintar) untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar.
Jika guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat belajar dari teman lainnya, dan belajar dari bantuan orang lain.
Jika
guru
menghendaki
untuk
mengembangkan
kemampuan
komunikasi siswa sebagai bagian dari isi kurikulum.
Jika guru menghendaki motivasi siswa dan menambah tingkat partisipasi siswa.
Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan menemukan berbagi solusi pemecahan.
D. Karakteristik dan Prinsip-prinsip Strategi Pembelajaran Kooperatif Menurut Sanjaya (2007: 242) karakteristik strategi pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
Pembelajaran secara tim
Didasarkan pada manajemen kooperatif
Kemauan untuk bekerjasama
Keterampilan untuk bekerjasama
E. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Terdapat 6 (enam) fase atau langkah utama dalam pembelajaran kooperatif ( Arends
dalam
Muslich,
2007).
Pembelajaran
dimulai
dengan
guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan motivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti siswa dengan penyajian informasi, sering dalam bentuk teks bukan verbal. Selanjutnya siswa dikelimpokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja sama menyelesaikan tugas mereka. Fase terakhir yaitu penyajian hasil akhir kerja kelompok dan mengetes apa yang mereka pelajari, serta memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Keenam fase pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel berikut ini: Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Fase
1:
FASE Menyampaian memotivasi siswa
tujuan
dan Guru
KEGIATAN GURU menyampaian semua
tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
Fase 2: Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa
baik
dengan
peragaan
(demontrasi) atau teks Fase 3: Mengorganisasikan siswa ke Guru menjelaskan kepada dalam
kelompok-kelompok bagaimana
belajar
caranya
siswa
membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan
Fase 4: Membantu kerja kelompok
yang efisien Guru membimbing
kelompok-
kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas Guru mengetes materi pelajaran atau
Fase 5: Mengetes materi
kelompok Fase 6: Memberikan penghargaan
menyajikan
pekerjaan mereka Guru memberikan
hasil-hasil
cara-cara
untuk
menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok F. Keterampilan Dalam Pembelajaran Kooperatif Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa juga harus mempelajari keterampilan khusus yang disebut keterampilan
kooperatif.
Keterampilan
kooperatif
ini
berfungsi
untuk
melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan membagi tugas anggota selama kegiatan. Menurut Lundgren (dalam Muslich, 2007) keterampilan kooperatif yang meliputi keterampilan sebagai berikut: 1. Keterampilan tingkat awal Menggunakan kesepakatan, menghargai kontribusi, mengambil giliran dan membagi tugas, berada dalam kelompok, berada dalam tugas, mendorong partisipasi, mengundang orang lain, menyelesaikan tugas pada waktunya, menghormati perbedaan individu. 2. Keterampilan tingkat menengah Keterampilan tingkat menengah meliputi menunjukkan penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara dapat
diterima, mendengarkan dengan aktif, bertanya, membuat rangkuman, menafsirkan,
mengatur
dan
mengorganisasi
serta
mengurangi
ketegangan. 3. Keterampilan tingkat akhir Keterampilan tingkat akhir meliputi mengelaborasi, memeriksa dengan cermat menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan dan berkompromi G. Lingkungan Belajar dan Sistem Manajemen Dalam Pemebelajaran Kooperatif Lingkungan belajar untuk pembelajaran kooperatif dicirikan oleh proses demokrasi dan peran aktif siswa dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Guru menetapkan suatu struktur tingkat tinggi dalam pembentukan kelompok dan mendefinisikan semua prosedur, namun siswa diberi kebebasan dalam mengendalikan dari waktu ke waktu di dalam kelompok. Agar pelajaran dengan pembelajaran kooperatif sukses, materi pelajaran yang lengkap harus tersedia di ruang guru atau perpustakaan atau pusat media. Keberhasilan juga menghendaki syarat – syarat dari menjauhkan kesalahan tradisional yang berhubungan dengan kerja kelompok secara hati-hati mengelola tingkah laku siswa (Muslich, 2007)
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IIS 2 SMA Negeri 1 Mojokerto Kota Mojokerto dalam materi geografi semester 1. Siswa kelas terdiri dari lakilaki 12 orang dan perempuan 17 orang. Jumlah siswa secara keseluruhan adalah 29 orang. Dipilihnya kelas XI IIS 2 sebagai tempat penelitian karena diasumsi bahwa bahwa kelas ini telah memiliki kemampuan dasar keterampilan kooperatif seperti mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan/menanggapi, menyampain pendapat/ide, mendengarkan secara aktif, berada dalam tugas dan sebagainya, dalam kegiatan belajar sebelumnya. Penelitian ini berlangsung selama 1,5 bulan, dimulai awal bulan oktober tahun 2016 dan berakhir pada pertengahan bulan desember tahun 2016. B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Kelas (classroom based action research) Penelitian Tindakan Kelas atau Classroom Action Research (PTK/CAR) adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Action research (penelitian tindakan) pada hakikatnya merupakan rangkaian “riset-tindakan-riset-tindaka”, yang dilakukan secara siklik, dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan. dengan peningkatan pada unsur motivasi dan prestasi belajar prestasi belajar serta kreativitas siswa, untuk memungkinkan ditemukan dan diperolehnya efektivitas tindakan yang dilakukan. Konsep yang dipilih sebagai acuan peningkatan motivasi dan partisipasi belajar dalam mata pelajaran geografi adalah keberanian siswa untuk bertanya atau menjawab, sedangkan acuan peningkatan prestasi belajar dalam mata pelajaran geografi adalah hasil akhir nilai kognitif siswa yang harus mencapai ketuntasan. Data penelitian dikumpulkan melalui observasi dan catatan lapangan. Observasi dilakukan untuk mengetahui , motivasi, dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran geografi sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dirancang. Adapun catatan lapangan dilakukan untuk menggali aspekaspek lainnya yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas ini. C. Langkah-langkah Pengambilan Data Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dengan tahapan perencanaan, tindakan, observasi, dan evaluasi/refleksi dan disajikan dalam dua siklus. Seperti ditunjukan pada diagram berikut.
D. Pengolahan Data Data dikumpulkan, kemudian dipetakan dan dianalisis bersama mitra kolaborasi sejak penelitian tindakan dimulai. Selanjutnya data dikembangkan selama proses refleksi sampai proses penyusunan laporan. Teknis analisis data
yang digunakan adalah model alur, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan ( Miles & Huberman, 1989) E. Aspek Yang Diteliti Dalam penelitian ini terdapat beberapa aspek yang menjadi fokus untuk diteliti. Aspek – aspek tersebut meliputi: 1. Siswa
: a. Keaktifan b. Motivasi c. Kreativitas d. Hasil belajar
2. Guru
:
Penggunaan model pembelajaran kelompok dengan strategi pembelajaran kooperatif
F. Instrumen Penelitian Untuk mendapatkan data penelitian yang valid dan dapat dipertangungjawabkan, maka dalam dalam penelitian ini digunakan beberapa instrumen pembantu, yaitu lembar observasi, dan lembar hasil tes siswa. G. Indikator Kinerja Dalam penelitian ini aspek yang diteliti adalah siswa dan guru, oleh karena itu yang menjadi indikator kinerja adalah perubahan yang terjadi pada siswa baik dalam proses pembelajaran maupun dalam hasil belajar. Sebagai indikator keberhasilan adalah siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi dalam belajar dengan menunjukkan keaktifan dalam belajar kelompok, sehingga hasil belajarpun akan meningkat. Sedangkan indikator kinerja bagi guru adalah adanya perubahan model pembelajaran yang variatif yang salah satunya adalah dengan strategi pembelajaran kooperatif, yang diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
BAB IV KESIMPULAN A. Kesimpulan
Pembelajaran
kooperatif
merupakan
model
pembelajaran
dengan
menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil yaitu antara 4 sampai 6 orang yang
bersifat
heterogen.
Sistem
penilaian
dilakukan
terhadap
kelompok,dimana kelompok yang mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan akan memperoleh penghargaan. Dengan demikian,setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dijadwalkan bertempat di SMAN 1 Mojokerto pada bulan okteober sampai pertengahan bulan desember 2016 . Dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif ini dilaksanakan dengan tahapan perencanaan, tindakan, observasi, dan evaluasi/refleksi dan disajikan dalam dua siklus. B. Implikasi Implikasi dengan adanya penelitian ini yaitu pendidik dalam hal ini guru dapat menerapkan suatu model pembelajaran yang bagi sebagian murid terkesan baru sebagai model pembelajaran yang biasa diterapkan di sekolah. Sehingga model pembelajaran ini dapat menjadi inovasi dalam proses belajar mengajar, utamanya dalam meningkatkan motivasi, hasil pembelajaran dan minat peserta didik terhadap pelajaran geografi. C. Saran Diharapkan dengan adanya proposal penelitian ini mampu menjadi referensi bagi setiap kalangan akademik khususnya bagi pendidik yang akan memberikan materi pelajaran khususnya mata pelajaran geografi, dapat dengan lebih baik menerapkan isi materi pembelajaran dengan menerepkan
model pembelajaran kooperatif di kelas. Adapun segala bentuk kekurangan dalam penyusunan proposal ini juga diharapkan mampu mendapatkan saran yang membangun guna terwujudnya suatu karya ilmiah yang lebih baik kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA Al-Minangkabawi, O. (2010, Juni 21). Teori Belajar Menurut Jerome Bruner. Retrieved September 5, 2016, from www.tujuhkoto.wordpress.com: https://tujuhkoto.wordpress.com/2010/06/21/teori-belajar-menurut-jeromebruner/ Andri, K. (2012, Juli). Kumpulan Pengertian Belajar Menurut Para Ahli. Retrieved September 5, 2016, from www.belajarpendidikanku.blogspot.co.id: http://belajarpendidikanku.blogspot.co.id/2012/07/kumpulan-pengertianbelajar-menurut.html Artikel Pendidikan. (2011, September). Definisi Pengertian Strategi. Retrieved September 5, 2016, from www.hipni.blogspot.co.id: http://hipni.blogspot.co.id/2011/09/definisi-pengertian-strategi.html Cakka, A. (2016, Januari). Karakteristik Pembelajaran Kooperatif. Retrieved September 5, 2016, from www.gudangteori.xyz: http://www.gudangteori.xyz/2016/01/karakteristik-pembelajarankooperatif.html Geer, K. (2012, Desember 29). Penelitian Tindakan Kelas Classroom Action Research. Retrieved September 6, 2016, from www.annisaauliya.wordpress.com: https://annisaauliya.wordpress.com/2012/12/29/penelitian-tindakan-kelasclassroom-action-research/ Muddin, N. (2013, Oktober 10). Pembelajaran Kooperatif Cooperative Learning. Retrieved September 5, 2016, from www.nidhomuddin01.wordprees.com: https://nidhomuddin01.wordpress.com/2013/01/10/pembelajarankooperatif-cooperative-learning/ Ranita. (2011, Mei 4). Keterampilan Keterampilan dalam Pembelajaran Kooperatif. Retrieved September 5, 2016, from www.missranita.wordpress.com: https://missranita.wordpress.com/2011/05/04/keterampilan-keterampilandalam-pembelajaran-kooperatif-cooperative-learning/ Riadi, M. (2012, Oktober). Pembelajaran Koperatif. Retrieved September 5, 2016, from www.kajianpustaka.com: http://www.kajianpustaka.com/2012/10/pembelajaran-kooperatif.html Sudrajat, A. (2008, Januari 21). Penelitian Tindakan Kelas. Retrieved September 5, 2016, from www.wordpress.com: https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/21/penelitian-tindakankelas/
Suprapto, E. (2008, April 18). Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar. Retrieved September 5, 2016, from www.ekosuprapto.wordpress.com: https://ekosuprapto.wordpress.com/2009/04/18/faktor-faktor-yangmempengaruhi-proses-belajar/ Tabrani, K. (2012, Juli). Lingkungan Belajar Model Pembelajaran. Retrieved September 5, 2016, from www.khadijahtabrani.blogspot.co.id: http://khadijahtabrani.blogspot.co.id/2012/07/lingkungan-belajar-modelpembelajaran.htmlPT