Tutor PHI - Studi Kasus Feminisme

FEMINIST THEORY

Latar Belakang

Kata feminisme merujuk kepada gerakan pembebasan kaum perempuan yang merasa termarjinalkan atau terpinggirkan dalam masyarakat. Hal ini merupakan ide yang dilakukan untuk terciptanya persamaan hak dan kewajiban antara kaum laki-laki dengan kaum perempuan. Mary Wollstonecraft, penulis buku  A Vindication of the Rights of Women (1972) berpendapat bahwa perempuan seharusnya memiliki akses yang sama seperti laki-laki pada kesempatan ekonomi dan pendidikan (Steans 1998 : 16-18). Feminisme mengarah pada perjuangan persamaan hak-hak liberal dasar atas kehidupan, kebebasan dan kepemilikan perempuan. Secara umum kaum perempuan merasa tidak di setarakan oleh kaum laki-laki karena mereka tidak diberi kesempatan untuk merasakan bangku pendidikan, mengeluarkan pendapat, ikut serta dalam politik kenegaraan, memimpin sebuah organisasi, maupun berkarya lainnya. Sebenarnya akar permasalahannya adalah kaum perempuan merasakan ketidakadilan yang dilakukan oleh kaum laki-laki sehingga mereka memberontak dan menolak penindasan terhadap kaum perempuan. Hal ini disebut sebagai liberal feminisme.

Studi Kasus

Perjuangan persamaan hak atas pendidikan kaum perempuan di Indonesia telah diperjuangkan oleh R.A Kartini. Kartini dengan semangat dan kegigihannya berusaha mengajarkan membaca dan menulis kepada kaum perempuan agar kaum perempuan  bisa membantu memajukan bangsa Indonesia melalui ilmu dan pemikiran yang mereka miliki. Karena pada saat itu kaum perempuan tidak boleh merasakan bangku  pendidikan dan hanya berada di rumah saja, seperti burung dalam sangkar emas. Kaum perempuan tidak bisa merasakan keindahan dan keluasan pengetahuan. Kaum perempuan hanya beraktivitas di dalam rumah mengurusi anak dan dapur yang terkekang oleh adat istiadat yang ketat. Adat istiadat jawa pada saat itu di anggap oleh kartini sebagai penghambat kemajuan karena segala hal pasti ada tata cara yang sangatlah rumit dan menyusahkan. “Hidup itu akan indah dan berbahagia apabila dalam kegelapan kita melihat cahaya terang”. Kalimat yang diucapkan R.A Kartini semasa hidupnya memberikan arti dan semangat yang tinggi dalam memperjuangkan persamaan dan kesetaraan gender atau disebut juga emansipasi. Kartini lahir di Jepara pada tanggal 21 April 1897. Ia adalah sosok yang cerdas dan sangat beruntung karena keluarganya sangat memperhatikan pendidikan sehingga ia dapat duduk di bangku SD. Setelah lulus ia langsung menjalani masa pingitan sesuai dengan tradisi jawa  pada saat itu. Itu merupakan tradisi dimana tidak diperbolehkan keluar rumah sebelum dipersunting oleh seorang laki-laki. Dalam masa pingitan itu, ia tetap semangat untuk membaca dan menulis surat untuk teman-temannya yang bersekolah di belanda. Surat itu berisi tentang cita-cita perjuangannya untuk melakukan perubahan yang ingin mengangkat derajat kaum perempuan Indonesia. Surat-surat tersebut

dikumpulkan dan dibukukan dengan judul Door Duisternis Tot Licht atau Habis Gelap terbitlah Terang. Perjuangan kartini di mulai dari ketidaksetujuan keluarganya karena ia telah  berani menentang adat dan tradisi yang di anutnya. Namun ia tidak tinggal diam, ia tetap

gigih

untuk

merubah

adat

yang

kolot

tersebut.

ia

tetap

semangat

memperjuangkan kaum perempuan agar mempunyai hak yang sama dan sejajar  dengan kaum laki-laki dalam segala aspek kehidupan. Perjuangan yang tidak mudah untuk keluar dari penjara kebodohan, kekakuan pemikiran dan keterbatasan ilmu. Ketika menjalani masa dipingit ia mulai belajar sendiri dan timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, dimana kondisi sosial saat itu  perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Surat-menyurat yang dilakukannya dengan teman-teman dari belanda turut mendukung pemikirannya untuk berani menentang adat istiadat yang ada. Ia menentang adat jawa yang telah membeda-bedakan manusia berdasarkan gender, karena menurutnya setiap manusia itu sederajat dan berhak mendapatkan perlakuan yang sama. Kartini menyimpulkan bahwa nilai-nilai yang berlaku di eropa dan temanteman belandanya sangat berbeda dengan nilai-nilai yang ada di jawa pada saat itu. Hal yang menyebabkan kemunduran masyarakat menurut kartini adalah kurangnya  pendidikan, karena orang yang dapat merasakan bangku pendidikan hanyalah orang nigrat saja, sedangkan kaum pribumi adalah kaum yang terbelakang dan bodoh. Akhirnya ia bertekad untuk membantu pendidikan kaum pribumi terutama kaum  perempuan dengan mendirikan Sekolah Kartini.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Safwan, Mardanas dan Sutrisno Kutojo. 2004.  R.A Kartini: Riwayat dan  Perjuangannya. Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya.

Sumber Internet

http://serbasejarah.wordpress.com/2009/04/08/membaca-kembali-jejak-rakartini/, diakses pada hari Senin, 9 April 2012 pukul 09.07 WIB. http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/295-pahlawan/1490-pejuangkemajuan-wanita, diakses pada hari Senin, 9 April 2012 pukul 09.07 WIB. http://rakartini.com/ra-kartini-biografi, diakses pada hari Senin, 9 April 2012  pukul 09.08 WIB.