BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat badan yang paling pesat dibanding dengan kelompok umur lain, masa ini tidak terulang sehingga disebut window of opportunity, untuk mengetahui apakah balita tumbuh dan berkembang secara normal atau tidak, penilaian tumbuh kembang balita yang mudah diamati adalah pola tumbuh kembang fisik, salah satunya dalam mengukur berat badan balita (Soetjiningsih, 2002). Usia balita adalah masa-masa emas pertumbuhan seorang anak. Oleh karena itu, kebutuhan nutrisinya benar-benar harus terpenuhi dengan baik. Gizi yang baik merupakan salah satu unsur penting dalam mewujudkan manusia yang berkualitas. Usia balita merupakan usia yang rawan, karena pertumbuhan pada masa ini sangat menentukan perkembangan fisik dan mental selanjutnya. Oleh karena itu, asupan makanan yang bergizi sangat penting bagi pertumbuhan sel otak dan fisiknya (Annif Munjinah, 2015). Berdasarkan peringkat Human peringkat Human Development Index (HDI), (HDI), pada tahun 2011 Indonesia berada pada urutan ke-124 dari 187 negara, jauh dibawah Negara ASEAN lainnya. Faktor-faktor yang menjadi penentu HDI yang dikembangkan oleh United Nations Development Program (UNDP) adalah pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.Ketiga faktor tersebut sangat berkaitan dengan status gizi masyarakat (Akhmadi, 2009 dalam Astuti dan Sulistyowati, 2011). Sehubungan dengan itu, karakteristik penduduk pinggiran sungai masih tergolong ekonomi lemah dengan pendidikan yang relatif terbatas serta pengetahuan akan perumahan sehat cenderung masih kurang (Suprijanto, 2003) Badan kesehatan dunia (WHO, 2011) memperkirakan bahwa 54% kematian anak disebabkan oleh keadaan gizi yang buruk. Di Indonesia, saat ini tercatat 4,5 % dari 22 juta balita atau 900 ribu balita di Indonesia mengalami gizi kurang atau gizi buruk dan mengakibatkan lebih dari 80% kematian anak (Kemenkes,2012).
1
Hasil Riskesdas (2010), menunjukkan pravelensi gizi kurang menjadi 17,9% dan gizi buruk menjadi 4,9%, artinya kemungkinan besar sasaran pada tahun 2014 sebesar 15,0% untuk gizi kurang dan 3,5% untuk gizi buruk dapat tercapai (Depkes RI, 2010). Kesulitan makan pada anak masih merupakan keluhan utama orang tua terhadap anaknya, terutama pada golongan balita. Hal ini menyebabkan orang tua membawa anak ke dokter karena anak sulit untuk makan dan ban yak orang tua juga mengeluhkan anaknya kurang gizi atau pun berat badan anak menjadi turun. Anak prasekolah merupakan sorotan utama dalam keluhan nafsu makan pada anak karena masih belum dapat mengambil dan memilih makanannya sendiri, anak masih sulit untuk diberi pengertian tentang makanan serta masih terbatas untuk menerima berbagai jenis makanan yang diberikan oleh orang tuanya. Biasanya anak kecil menyukai makanan jajanan yang mengandung pengawet, tentunya sebagai orang tua selalu resah setiap jajanan yang dimakan oleh anak. Tujuan memberi makanan adalah untuk memenuhi kebutuhan nutrisi serta tumbuh dan kembang anak. (Lubis, 1992). Oleh karena itu anak yang susah makan dapat diberi penambah nafsu makan dalam hal ini obat tradisional Indonesia dapat diberikan. Pertumbuhan dan perkembangan
pada
masa balita terjadi dengan
sangat
pesat sehingga
membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup (Tarigan, 2003). Pertumbuhan fisik sering dijadikan indikator untuk mengukur status gizi baik individu maupun populasi, sehingga orang tua perlu memberikan perhatian pada aspek pertumbuhan balitanya bila ingin mengetahui keadaan gizi mereka (Khomsan, 2003). Banyak ibu mempunyai masalah pada anak balitanya yang berusia 1 sampai 5 tahun yang mengalami kurang nafsu makan. Hal ini sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang balita. Oleh karena itu penulis menerapkan inovasi asuhan efektifitas pijat Tui Na dalam meningkatkan nafsu makan pada balita umur 1 sampai 5 tahun. Saat ini kebanyakan orang tua mengatasi kesulitan makan anak sebatas pemberian multivitamin tanpa memperhatikan penyebabnya. Dewasa ini
2
telah dipopulerkan kembali dari tehnik pijat bayi, yakni pijat Tui Na. Pijat ini dilakukan dengan tehnik pemijatan meluncur (Effleurage atau Tui), memijat (Petrissage atau Nie), mengetuk (Tapotement atau Da), gesekan, menarik, memutar,
menggoyang,
dan
menggetarkan
titik
tertentu
sehingga
akan
mempengaruhi aliran energi tubuh dengan memegang dan menekan tubuh pada bagian tubuh tertentu. Pijat Tui Na ini merupakan tehnik pijat yang lebih spesifik untuk mengatasi kesulitan makan pada balita dengan cara memperlancar peredaran darah pada limpa dan pencernaan, melalui modifikasi dari akupunktur tanpa jarum, teknik ini menggunakan penekanan pada titik meridian tubuh atau garis aliran energi sehingga relatif lebih mudah dilakukan dibandingkan akupuntur (Sukanta, 2010 ). Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat (Anggraeni, 2010). Salah satu masalah kesehatan utama di berbagai negara berkembang adalah malnutrisi (kekurangan gizi dan kelebihan gizi) yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seseorang (Longkumer, 2012). Kekurangan gizi biasanya memberikan dampak yang besar pada anak pra-sekolah. Jumlah angka kematian untuk anak usia di bawah 5 tahun akibat kekurangan gizi hampir mencapai 50 %. Hal ini menunjukkan bahwa malnutrisi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap status gizi (Whitehead dan Rowland, 2002 dalam Amosu et al, 2011).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apa definisi pertumbuhan dan perkembangan balita ? 2. Apa definisi status gizi balita ? 3. Bagaimana kesulitan makan pada balita ? 4. Bagaimana penatalakasanaan terapi komplementer pijat tuina ?
3
C. Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan : 1. Definisi pertumbuhan dan perkembangan balita 2. Definisi status gizi balita 3. Kesulitan makan pada balita 4. Penatalaksanaan terapi komplementer pijat tuina D. Manfaat Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberi manfaat bagi semua pihak baik secara teoretis maupun secara praktis. Secara teoretis laporan ini berguna untuk menumbuhkan kesadaran orang tua akan pentingnya gizi untuk balita dan asupan nutrisi yang baik bagi tumbuh kembang balita. Secara praktis laporan ini berguna bagi: 1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan khususnya peningkatan nafsu makan balita dan penatalaksanaan pijat tuina. 2. Pembaca atau dosen, sebagai media informasi tentang peningkatan nafsi makan dengan penatalaksanaan pijat tuina.
4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pertumbuhan dan Perkembangan 1. Pengertian
Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel organ, maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pon, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang, dan keseimbangan metabolic (retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Adriana, 2013). Perkembangan (development) adalah bertambahnya skill (kemampuan) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2012). Pertumbuhan dan perkembangan secara fisik dapat berupa perubahan ukuran besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga perubahan organ tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak dapat dilihat dari kemampuan secara simbolik maupun abstrak, seperti berbicara, bermain, berhitung, membaca, dan lain-lain. Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak 2. Tahapan pertumbuhan dan perkembangan
Dapat ditentukan oleh masa atau waktu kehidupan anak. Menurut Hidayat (2008) secara umum terdiri atas masa prenatal dan ma sa postnatal. a. Masa prenatal Masa prenatal terdiri atas dua fase, yaitu fase embrio dan fase fetus. Pada masa embrio, pertumbuhan dapat diawali mulai dari konsepsi hingga 8
5
minggu pertama yang dapat terjadi perubahan yang cepat dari ovum menjadi suatu organisme dan terbentuknya manusia b. Masa postnatal Terdiri atas masa neonatus, masa bayi, masa usia prasekolah, masa sekolah, dan masa remaja. 1) Masa neonates Pertumbuhan dan perkembangan postnatal setelah lahir diawali dengan masa neonatus (0-28 hari). Pada masa ini terjadi kehidupan yang baru di dalam ekstrauteri, yaitu adanya proses adaptasi semua sistem organ tubuh. 2) Masa bayi Masa bayi dibagi menjadi dua tahap perkembangan. Tahap pertama (antara usia 1-12 bulan. Kecepatan pertumbuhan pada masa ini mulai menurun dan terdapat percepatan pada perkembangan motorik. 3) Masa usia prasekolah Perkembangan pada masa ini dapat berlangsung stabil dan masih terjadi peningkatan pertumbuhan dan perkembangan, khususnya pada aktivitas fisik dan kemampuan kogniti 4) Masa sekolah Perkembangan masa sekolah ini lebih cepat dalam kemampuan fisik dan kognitif dibandingkan dengan masa usia prasekolah. 5) Masa Remaja Pada umumnya wanita 2 tahun lebih cepat untuk masuk ke dalam tahap remaja/pubertas
dibandingkan
dengan
anak
laki-laki
dan
perkembangan ini ditunjukkan pada perkembangan pu bertas. 3. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak menurut Adriana, 2013 adalah : a. Faktor internal 1) Ras/etnik atau bangsa
6
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika tidak memiliki faktorherediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya. 2) Keluarga Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk, atau kurus. 3) Umur Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama kehidupan, dan pada masa remaja. 4) Jenis kelamin Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-laki. Akan tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat. 5) Genetik Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetic yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak, contohn ya seperti kerdil. 6) Kelainan kromosom Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti pada sindroma Down’s dan sindroma Turner’s. b. Faktor eksternal 1) Faktor prenatal a) Gizi : Nutrisi ibu hamil terutama pada trimester akhir kehamilan akan memengaruhi pertumbuhan janin. b) Mekanis : Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti club foot. c) Toksin/zat kimia : Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin atau Thalidomid dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis. d) Radiasi : Paparan radiasi dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi
7
mental, dan deformitas anggota gerak, kelainan kongenital mata, serta kelainan jantung. e) Infeksi : Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma, Rubella, Citomegali virus, Herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada janin seperti katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental, dan kelainan jantung kongenital. f) Kelainan imunologi : Eritoblastosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibody terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan
hemolysis
hiperbilirubinemia
dan
yang
selanjutnya
kerniktus
yang
akan
mengakibatkan menyebabkan
kerusakan jaringan 4. Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009) menyebutkan aspekaspek perkembangan yang dapat dipantau meliputi gerakkasar, gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian. a. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar, seperti duduk, berdiri, dan sebagainya. b. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis dan sebagainya. c. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya. d. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai
8
bermain),
berpisah
dengan
ibu/pengasuh
anak,
bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya. 5. Gangguan tumbuh kembang Anak
Dalam buku Pedoman Pembinaan Perkembangan Anak Di Keluarga yang disusunoleh Direktorat Bina Kesehatan Keluarga, masalah-masalah/gangguan pada masa kecil ataukelainan yang dibawa sejak lahir sering mengakibatkan hambatan pada perkembangan anak (Direktorat Bina Kesehatan Keluarga, 1992). Masalah tumbuh kembang yang sering timbul : a. Gangguan pertumbuhan fisik Untuk mengetahui masalah tumbuh kembang fisik pada anak, perlu pemantauan yang kontinue. Dengan pemantauan berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, umur tulang dan pertumbuhan gigi, maka dapat diketahui adanya suatu kelainan tumbuh kembang fisik seorang anak sep erti : obesitas atau kelainan hormonal, perawakan pendek akibat kelainan endokrin dan kurang
gizi,
pertumbuhan/erupsi
gigi
terlambat
yang
disebabkan
olehhipotiroid, hipoparatiroid, keturunan dan idiopatik, serta gangguan penglihatan dan pendengaran. b. Gangguan perkembangan motorik Perkembangn motorik yang lambat dapat disebabkan oleh : 1) Faktor keturunan 2) Faktor lingkungan 3) Faktor kepribadian c. Gangguan perkembangan bahasa d. Gangguan makan e. Gangguan fungsi eliminasi f.
Gangguan tidur
g. Gangguan kebiasaan h. Kecemasan pada umumnya merupakan bagian dari perkembangan. Tetapi bila kecemasan ini berlebihan sehingga mempunyai efek terhadap interaksi
9
sosial danperkembangan anak, maka merupakan hal yang patologis yang memerlukan suatu intervensi. i.
Gangguan suasana hati (mood disorders) Gangguan tersebut antara lain adalah major depression yang ditandai dengan disforia,kehilangan minat, sukar tidur, sukar konsentrasi, dan nafsu makan yang terganggu.
B. Status Gizi Balita 1. Pengertian
Status gizi adalah Status gizi status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient (Beck 2002 dalam Jafar 2010). Menutut Almatsier (2005) status gizi didefinisikan sebagai suatu keadaan tubuh akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. 2. Gizi Seimbang Pada Balita
Gizi Seimbang adalah susunan makanan sehari – hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB) ideal (Koalisi Fortifikasi Indonesia, 2011).
Bahan makanan yang dikonsumsi anak sejak usia dini merupakan
fondasi penting bagi kesehatan dan kesejahteraannya di masa depan. Dengan kata lain, kualitas sumber daya manusia (SDM) hanya akan optimal, jika gizi dan kesehatan pada beberapa tahun kehidupannya di masa balita baik dan seimbang. SDM berkualitas inilah yang akan mendukung keberhasilan pembangunan nasional disuatu negeri. Secara global, tercapainya keadaan gizi dan kesehatan yang baik serta seimbang ini merupakan salah satu tujuan utama Millennium Develpoment Goals (MDGs) 2015 yang dicanangkan oleh UNICEF (Soekirman, 2006 dalam Jafar, 2010). Menurut Koalisi Fortifikasi Indonesia dalam Wahyuningsih 2011, PGS memperhatikan 4 prinsip, yaitu: a. Variasi makanan;
10
b. Pedoman pola hidup sehat; c. Pentingnya pola hidup aktif dan olahraga; d. Memantau berat badan ideal. Prinsip Gizi Seimbang adalah kebutuhan jumlah gizi disesuaikan dengan golongan usia, jenis kelamin, kesehatan, serta aktivitas fisik. Tak hanya itu, perlu diperhatikan variasi jenis makanan. Bahan makanan dalam konsep gizi seimbang ternbagi atas tiga kelompok, yaitu: a. Sumber energi/tenaga: Padi-padian, umbi-umbian, tepung-tepungan, sagu, jagung, dan lain-lain. b. Sumber zat Pengatur: Sayur dan buah-buahan c. Sumber zat pembangun: Ikan, ayam, telur, daging, susu, kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tempe, tahu, oncom,susu kedelai (Candra, 2013). 3. Metode Penilaian Status Gizi Balita
a. Antropometri Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar panggul dan tebal lemak dibawah kulit. Ukuran tubuh manusia yang berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Penggunaan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi (Supariasa, 2002). Dari beberapa pengukuran tersebut, berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan sesuai dengan usia adalah yang paling sering dilakukan dalam survei gizi. Untuk keperluan perorangan di keluarga, berat badan (BB), tinggi badan (TB) atau panjang badan (PB) adalah yang paling dikenal (Soekirman, 2000). b. Klinis Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Hal ini dapat dilihat pada
11
jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organorgan yang dekat dengan permukaaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan untuk survei klinis secara cepat (Supariasa, 2002). c. Biokimia Pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh yang digunakan anatara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Penggunaan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi (Supariasa, 2002). d. Biofisik Penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi dan melihat perubahan struktur jaringan. Penggunaan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemic (epidemic of night blindness) (Supariasa, 2002). e. Survei konsumsi makanan Metode penentuan gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Penggunaan dengan pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi barbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu (Supariasa, 2002). f.
Statistic vital Dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaan sebagai bahan indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat (Supariasa, 2002).
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita
a. Keadaan Infeksi Ada hubungan yang erat antara infeksi (bakteri,virus dan parasit) dengan kejadian malnutrisi. Ditekankan bahwa terjadi interaksi yang sinergis antara malnutrisi dengan penyakit infeksi (Supariasa, 2002).
12
Penyakit infeksi akan menyebabkan gangguan gizi melalui beberapa cara yaitu menghilangkan bahan makanan melalui muntah-muntah dan diare. Selain itu penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernapasan dapat juga menurunkan nafsu makan (Arisman, 2004). b. Tingkat Konsumsi Makanan Konsumsi makanan oleh keluarga bergantung pada jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi dalam keluarga. Hal ini bergantung pada pendapatan, agama, adat kebiasaan, dan tingkat pendidikan. Dinegara Indonesia yang jumlah pendapatan penduduk sebagian rendah adalah go longan rendah dan menengah akan berdampak pada pemenuhan bahan makanan terutama makan an yang bergizi (Almatsier, 2005). c. Pengaruh Budaya Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain siap terhadap makan an, penyebab penyakit, kelahiran anak, dan produksi pangan. Dalam hal sikap terhadap makanan, masih terdapat pantangan, tahayul, tabu dalam masyarakat yang menyebabkan konsumsi makanan menjadi rendah. Konsumsi makan an yang rendah juga disebabkan oleh adanya penyakit, terutama penyakit infeksi saluran pencernaan. Jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah anak yang terlalu banyak akan mempengaruhi asupan gizi dalam keluarga. Konsumsi zat gizi keluarga yang rendah, juga dipengaruhi oleh produksi pangan. Rendahnya produksi pangan disebabkan karena para petani masih menggunak an teknologi yang bersifat tradisional (Supariasa, 2002). d. Penyediaan Pangan Penyediaan pangan yang cukup diperoleh melalui produksi produksi pangan dalam menghasilkan bahan makanan pokok, lauk pauk, sayurmayur dan buah-buahan. Merupakan program untuk menambah nutrisi pada balitaini biasanya diperoleh saat mengikuti posyandu e. Keterjangkauan Pelayanan kesehatan.
13
Status gizi anak berkaitan dengan keterjangkauan terhadap pelayanan kesehatan dasar. Anak balita sulit dijangkau oleh berbagai kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya karena tidak dapat datang sendiri ke tempat berkumpul yang ditentukan tanpa diantar (Sediaoetama, 2000 dalam Ernawati, 2006 ). f.
Higiene dan Sanitasi Lingkungan Hal ini bergantung pada kebersihan lingkungan atau ada tidaknya penyakit yang berpengaruh zat-zat gizi oleh tubuh. Sanitasi lingkungan sangat terkait dengan ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban, jenis lantai rumah serta kebersihan peralatan makan pada setiap keluarga. Makin tersedia air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, makin kecil risiko anak terkena penyakit kurang gizi (Soekirman, 2000). Higienitas makanan adalah Tindakan nyata dari ibu anak balita dalam kebersihan dalam mengelola bahan makanan, penyimpanan sampai penyajian makanan bal
g. Jumlah Anggota Keluarga Seandainya anggota keluarga bertambah, maka pangan untuk setiap anak berkurang. Usia 1 -6 tahun merupakan masa yang paling rawan. Kurang energi protein berat akan sedikit dijumpai pada keluarga yang jumlah anggota keluarganya lebih kecil (Winarno 1990 dalam Ernawati 2006). h. Tingkat Pendapatan Kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang menduduki posisi pertama pada kondisi yang umum di masyarakat (Latief dkk 2000 dalam Ernawati 2006). Batas kriteria UMR (Upah mimimum regional) menurut BPS untuk daerah pedesaan adalah Rp.1.375.000,i.
Tingkat Pendidikan Ibu Pendidikan sangat mempengaruhi penerimaan informasi tentang gizi. Masyarakat dengan pendidikan yang rendah akan lebih mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan sehingga sulit menerima informasi baru di bidang Gizi. Selain itu tingkat pendidikan juga ikut menentukan mudah tidaknya seseorang menerima suatu pengetahuan
14
j.
Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Pengetahuan tentang kadar gizi dalam berbagai bahan makanan, kegunaan makanan bagi kesehatan keluarga dapat membantu ibu memilih bahan makanan yang harganya tidak begitu mahal akan tetapi nilai gizinya tinggi (Soekanto 2002 dalam Yusrizal 2008).
C. Kesulitan Makan pada balita 1. Pengertian
Jika bayi atau anak menunjukkan gangguan yang berhubungan dengan makan atau pemberian makan akan segera mengundang kekawatiran ibu. Keluhan yang biasa disampaikan berbagai macam di antaranya Penerimaan makanan yang tidak/kurang memuaskan, Makan tidak mau ditelan, Makan terlalu sedikit atau tidak nafsu makan, Penolakan atau melawan pada waktu makanKebiasaan makan makanan yang aneh (pika), hanya mau makan jenis tertentu saja, cepat bosan terhadap makanan yang disajikan, kelambatan dalam tingkat keterampilan makan, dan keluhan lain. Beberapa istilah dipakai untuk menggambarkan kesulitan makan pada anak, seperti pickiness (Amerika Serikat) dan faddiness (Inggris), yang berarti suka memilih-milih makanan. Picky Eating atau hanya mau makanan tertentu merupakan proses normal yang sering terjadi pada balita dan tidak akan berlangsung lama. Ada yang berpendapat bahwa anak sehat yang waktu makannya lebih lama dari 30 menit tergolong gangguan perilaku makan. Menurut Samsudin, masalah makan yang dikaitkan dengan bidang nutrisi klinis anak adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan ketidakmampuan bayi atau anak untuk mengkonsumsi sejumlah makanan yang diperlukannya secara alamiah dan wajar dengan menggunakan mulutnya secara sukarela. 2. Etiologi
Penyebabnya dibagi dalam 3 kelompok:
15
a. Faktor yang meliputi kemampuan untuk mengkonsumsi makanan Berdasarkan kemampuan untuk mengkonsumsi makanan, memilih jenis makanan dan menentukan jumlah makanan. b. Faktor penyakit/kelainan organic Berbagai unsur yang terlibat dalam makan yaitu alat pencernaan makanan dari rongga mulut, bibir, gigi geligi, langit-langit, lidah, tenggorokan, sistem syaraf, sistem hormonal, dan enzim-enzim. c. Faktor gangguan/kelainan jiwaan 3. Dampak kesulitan makan
Pada kesulitan makan yang sederhana misalnya karena sakit yang akut biasanya tidak menunjukkan dampak yang berarti pada kesehatan dan tumbuh kembang anak. Pada kesulitan makan yang berat dan berlangsung lama akan berdampak pada kesehatan dan tumbuh kembang anak. Gejala yangtimbul tergantung dari jenis dan jumlah zat gizi yang kurang. Bila anak hanya tidak menyukai makanan tertentu misalnya buah atau sayur akan terjadi defisiensi vitamin A. Bila hanya mau minum susu saja akan terjadi anemi defisiensi besi. Bila kekurangan kalori dan protein akan terjadi kekurangan energi protein (KEP).
D. Penatalaksanaan Terapi Komplementer Pijat Tuina 1. Terapi komplementer
Menurut
WHO
(World
Health
Organization),
pengobatan
komplementer adalah pengobatan non-konfensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun-temurun pada suatu Negara. Tapi di philipina misalnya, jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatan komplementer. Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan Medis
16
Konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan Medis yang Konvensional. 2. Pijat Tuina
Tui Na (dibaca Twee Na) berasal dari bahasa cina yang memiliki arti “tekan- pegang”.
Tui
Na
merupakan
perawatan
tangan
pada
tubuh
menggunakan acupressure sebagai dasar pengobatan Cina yang bertujuan untuk membawa keseimbangan dalam tubuh. Tujuan melakukan Tui Na adalah untuk menghindari penyakit tumbuh dengan cara meningkatkan pertahanan system imun Chi (energy vital) yang ada di dalam tubuh itu sendiri. Tui Na dilakukan di area sekitar persendian untuk membuka chi pertahanan tubuh (wei) dan membuat energy bergerak di kedua meridian, yang kemudian membuat otot-otot menstimulasi aliran chi dan darah agar membawa kesembuhan.Pijat Tui Na bisa membantu meningkatkan nafsu makan dan penyerapan gizi di dalam tubuhnya. a. langkah-langkah pijat tuina : 1. Persiapan
a. Klien : Keluarga/kelompok menerima petugas b. Alat/Bahan : Minyak telon/minyak zaitun c. Lingkungan : Lingkungan yang kondusif 2. Pelaksanaan a. Gerakan ke 1
Tekuk sedikit ibu jari anak, lalu gosok perlahan seperti gerakan memijat bagian garis pinggir ibu jari (sisi telapak). Pijatan dilakukan mulai dari ujung ibu jari hingga ke pangkal ibu jari sebanyak yang ibu mampu (disarankan 100-500 kali). Pijatan pada sisi telapak ibu jari ini berfungsi untuk memperkuat fungsi pencernaan dan limpa anak. Perhatikan ibu jari kita, ada perbatasan antara kulit yang bersisi gelap, dan bersisi terang, pembatasan itulah yang kita pijat dari ujung hingga titik bagian tangan yang gendut. Piat di salah satu titik saja, tidak perlu keduanya. Teknik sedikit ibu jari anak, pegang
17
ujungnya. Dibagian perbatasan sisi kulit gelap-terang tadi, gosok satu arah dari arah kuku ke arah pergelangan tangan, berhenti pada pangkal ibu jari. Usahakan tekanan stabil.
b. Gerakan ke 2 Pijat dengan cara sedikit ditekan melingkar pada bagian pangkal ibu jari yang paling tebal (berdaging) sebanyak 100-300 kali. Hal ini sangat berpengaruh pada penguraian akumulasi makanan yang belum dicerna serta menstimulasi lancarnya sistem pencernaan.
c. Gerakan ke 3 Gosok melingkar pada bagian tengah telapak tangan sebanyak 100-300 kali, dengan radius lingkaran kurang lebih 2/3 dari bagian tengah telapak ke pangkal jari kelingking. Pijatan ini berfungsi untuk menstimulasi dan memperlancar sirkulasi daya hidup dan darah serta mengharmoniskan 5 organ utama dalam tubuh anak. d. Gerakan ke 4
Tusuk bagian lekuk buku jari dengan kuku 3-5 kali secara perlahan pada masing-masing jari mulai dari ibu jari sampai kelingking secara bergantian. Lalu pijat dengan cara menekan melingkar 30-50 kali per titik buku jari. Stimulasi ini berfungsi untuk memecah stagnasi di meridian dan menghilangkan akumulasi makanan. e. Gerakan ke 5
Tekan melingkar dengan bagian tengah telapak tangan Anda tepat di area atas pusarnya, searah jarum jam sebanyak 100-300 kali. Ini untuk menstimulasi agar makanan lebih lancar dicerna. f. Gerakan ke 6
Tekan dan pisahkan garis di bawah rusuk menuju perut samping dengan kedua ibu jari sebanyak 100-300 kali. Hal ini untuk
18
memperkuat fungsi limpa, lambung dan juga untuk memperbaiki sistem pencernaan. g. Gerakan ke 7
Tekan melingkar pada titik di bawah lutut bagian luar, sekitar 4 lebar jari anak di bawah tempurung lututnya, dan lakukan sebanyak 50-100 kali. Stimulasi ini untuk mengharmoniskan fungsi lambung, usus dan pencernaan. h. Gerakan ke 8
Pijat punggung anak, tekan ringan pada bagian tulang punggungnya dari atas ke bawah sebanyak 3 kali. Lalu cubit bagian kulitnya di bagian kiri dan kanan tulang ekor lalu menjalar ke bagian atas hingga lebar 3-5 kali. Hal ini untuk memperkuat konstitusi tubuh anaj dan mendukung aliran chi menjadi lebih sehat serta untuk memperbaiki nafsu makan anak. Penting untuk diperhatikan:
a. Jika anak tidak nafsu makan atau penyerapan nutrisinya terganggu, lakukan 1 x terapi b. 1 set terapi = 1 x protokol terapi perhari, selama 6 hari berturut-turut. c. Bila perlu mengulang terapi, beri jeda 1-2 hari, cukup p ijat salah satu sisi tangan saja tidak perlu kedua sisi d. Jangan paksa anak makan karena akan menimbulkan trauma psikologis e. Berikan asupan makanan yang sehat, bergizi dan bervariasi.
19