1
MAKALAH Sains Keperawatan Analisis Teori
“
Patricia Benner
”
Di Susun Oleh :
Ns. Dina Carolina, S.Kep Ns. Vike Dwi Hapsari, S.Kep Ns. Dewi Wulandari,S.Kep Wulandari,S.Kep Ns. Titik Setiyaningrum,S.Kep Setiyaningrum,S.Kep
PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2017
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan adalah suatu ilmu yang mencakup berbagai aktivitas, konsep, dan keterampilan yang berhubungan dengan ilmu sosial dan fisik dasar, etika dan isu-isu yang beredar serta bidang yang lain. Perawat memiliki berbagai peran sehingga perawat seringkali melakukan perannya dalam satu waktu yang bersamaan.Karena banyaknya keragaman dalam keperawatan, perawat perlu memiliki filosofi, konsep model dan teori keperawatan dalam melakukan tindakakan keperawatan (Potter & Perry, 2005).
Keperawatan sebagai suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada kiat dan ilmu keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga, masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia. Keperawatan diberikan adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan individu dan kelompok dalam melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri (Kusnanto, 2004).Dalam melakukan tindakan keperawatan diperlukan keterampilan berfikir kritis dimana perawat harus mampu melakukan observasi, mengenali masalah, melakukan serta mengevaluasi pemecahan masalah terhadap isu-isu atau fenomena yang terjadi.Berfikir kritis memerlukan suatu teori dan model-model keperawatan yang disesuaikan dengan kebutuhan.
Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan, seharusnya menggunakan teori dan konsep model keperawatan yang sudah ada dan disesuaikan kondisi lingkungan tempat praktik dilakukan.Dunia keperawatan yang telah menjadi disiplin ilmu tersendiri sebagai bahan ilmiah atau menjadi ilmu dalam standar profesi memiliki paradigma dan falsafah keperawatan sebagai modal dasar dalam penyusunan model konseptual keperawatan yang kemudian dimunculkan teori-teori keperawatan untuk menciptakan indikator empiris di lapangan.Oleh karena itu setiap perawat profesional harus memahami keilmuan ini dengan melaksanakan praktik keperawatan yang didasarkan pada pemahammanya (Fawcett, 2005).
Manusia/Individu, Kesehatan, Lingkungan / Masyarakat, dan Keperawatan merupakan Empat konsep sentral dalam Paradigma keperawatan yang dapat mempengaruhi beberapa dalam pengembangan teori-teori dalam ilmu keperawatan.
Berbagai teori telah banyak di hasilkan oleh pakar keperawatan dan telah banyak di publikasikan dalam bentuk buku-buku.Usaha yang perlu di lakukan perawat dalam berbagai posisi saat ini adalah mempelajarai dan d an memahami teori yang menurut mereka lebih mudah atau dapat di terapkan dalam praktek keperawatan. Teori-teori tersebut antara lain seperti filosofi Florence Nightingale : Modern Nursing, Filosofi Jean Watson : caring, dan Filosofi Filosofi Patricia Benner : Excellence and Power in Clinical Practice.
Model/teori keperawatan memberikan kerangka kerja yang luas untuk saling mengaitkan berbagai aspek situasi kesehatan yang kompleks. Karena klien individual, keluarga dan komunitas masing-masing mempunyai masalah kesehatan yang unik, maka perawat harus memilih model/teori keperawatan yang paling sesuai dengan situasi kesehatan klien. Setiap model/teori keperawatan didasarkan pada asumsi yang berbeda dan mempunyai perspektif yang unik tentang konsep klien, keperawatan, kesehatan, dan lingkungan serta interaksinya.
Model dan teori keperawatan seperti teori keperawatan filosofi From filosofi From Novice to Expert diperkenalkan Expert diperkenalkan oleh Patricia Benner diadaptasi dari “Model Dreyfus” yang dikemukakan oleh Hubert Dreyfus dan Stuart Dreyfus. Teori ini menjelaskan 5 tingkat/tahap akusisi peran dan perkembangan profesi. Selain S elain itu, salah satu teori teo ri pada pad a Grand theory , yaitu Modeling yaitu Modeling dan Role 3
Modeling ( MRM) MRM) yang dikembangkan oleh Helen C.Erickson, Evelyn M.Tomlin, Mary Ann P.Swain. Role modeling didasarkan pada asumsi bahwa semua manusia ingin berinteraksi dengan orang lain, mereka ingin memainkan peran yang telah ditentukan oleh masyarakat. Role modeling menggunakan klien-model-klien secara umum untuk merencanakan intervensi yang sesuai dengan kebutuhan, pertumbuhan, perkembangan, dan penyembuhan klien. Konsep utama MRM berhubungan dengan pemikiran dasar dan kepercayaan filosofis yang berkenaan dengan kemiripan manusia, perbedaan manusia satu sama lain, dan apa yang harus dilakukan perawat. Dalam makalah ini kelompok berusaha untuk menyajikan analisa Patricia Benner dengan model Caring, Clinical Wisdom, and Ethics in Nursing Practice dan Practice dan Model and
Role
Modeling oleh oleh Helen C.Erickson, Evelyn M.Tomlin, dan Mary Ann P.Swain.
1.2 Tujuan Penulisan a. Tujuan Umum Makalah ini akan menjelaskan dan menganalisa tentang teori dan model keperawatan menurut “ Patricia Benner ”
b. Tujuan Khusus 1. Melakukan analisis tentang teori Patricia teori Patricia Benner berdasarkan Benner berdasarkan clarity 2. Melakukan analisis tentang teori Patricia teori Patricia Benner berdasarkan berdasarkan simplicity 3. Melakukan analisis tentang teori Patricia teori Patricia Benner berdasarkan Benner berdasarkan generality 4. Melakukan analisis tentang teori Patricia teori Patricia Benner berdasarkan Benner berdasarkan empirical precision 5. Melakukan analisis tentang teori Patricia teori Patricia Benner berdasarkan berdasarkan derivable consequence
c. Manfaat 1. Mengetahui analisis tentang teori Patricia teori Patricia Benner berdasarkan Benner berdasarkan clarity 2. Mengetahui analisis tentang teori Patricia teori Patricia Benner berdasarkan berdasarkan simplicity 3. Mengetahui analisis tentang teori Patricia teori Patricia Benner berdasarkan Benner berdasarkan generality 4. Mengetahui analisis tentang teori Patricia teori Patricia Benner berdasarkan Benner berdasarkan empirical precision 5. Mengetahui
analisis
tentang
teori Patricia
consequence
4
Benner berdasarkan
derivable
BAB II KONSEP TEORI
2.1 Biografi
Patricia Benner di lahirkan di Hampton Virginia Virginia USA, pada tanggal 10 Mei 1955. Patricia benner adalah professor di departmen Fisiologis Keperawatan di sekolah keperawatan di University of California, san Fransisco Dr Benner menerima gelar sarjana di bidang keperawatan dari Pasadena College. Gelar Master dalam keperawatan Bedah Medis dari University of California, San Fransisco, Ph.D. dr. Benner adalah penulis 9 buku dan di terjemahkan dalam bahasa termasuk dari Novice untuk ahli yang berjudul American Journal of Nursing book of the Year untuk pendidikan keperawatan dan penelitian keperawatan pada tahun 1984 dan the Primacy of caring ditulis bersama dengan judith Wrubel bernama kitab tahun 1990 juga dalam 2 kategori. Buku buku nya terbaru adalah : Fenomenologi interprestasi Perwujudan, Caring, dan etika dalam kesehatan dan pentakit , dan the crisis care, dengan susan philips, baik yang diterbitkan pada tahun 1994. Keahlian dalam praktek keperawatan : Caring, penghakiman klinis, dan etika, dengan Cristine Cristine Tanner dan dan Catherin Chesla juga bernama Book of the year pada tahun 1996, dan pengasuhan, dengan Suzanne gordon dan Nel Noddings, jugaditerbitkan pada ytahun1996. Dan akan diterbitkan pada bulan Desember 1998 adalah kebijakan klinis dan intervensi dalam keperawatan kritis.
5
Dr. Benner adalah peneliti yang tercatat secara interntional dan dosen pada pendidikan kesehatan. Karyanya memiliki pengaruh luas pada keperawtan baik di Amerika serikat maupun di international, misalnya dalam penyediaan dasar untuk undang – undang undang baru dan desain untuk keperawatan dan pendidikan bagi 3 negara di australia. Dia terpilih sebagai rekan kehormatan dari royal College Or nursing. Karyanya memiliki pengaruh dalam keperawatan di bidang praktik klinis dan etika klinis. Ia telah menjadi staf perawat di bidang medis- Bedah ruang gawat darurat perawat jantung koroner, unit perawatan intensif dan perawatan di rumah, saat ini penelitiannya meliputi studi tentang praktik keperawatan di unit perawatan intensif dan etika keperawatan.
2.2 Konsep Utama
Kepedulian atau caring adalah inti keperawatan mengedepankan tentang apa kemampuan berhubungan dan kepedulian yang menghasilkan bantuan yang berkualitas. Benner menjelaskan secara sistematis 5 tahap penguasaan, keterampilan, praktek novice (pemula), advance beginner (pemula lanjut), competent (kompeten), proficient ( menguasai), expert (ahli).
Teori “From Notice To expert” yang dikembangkan oleh Patricia Benner di adaptasi dari dari “Model Dreyfus” yang dikemukakan oleh
Hubert Dreyfus Dreyfus dan Stuart
Dreyfus. Teori “From Notice To expert” menjelaskan 5 tingkat/ tahap peran dan perkembangan profesi meliputi novice, advance beginner, competent, proficient, Expert. 1. Novice Seseorang tanpa latar belakang pengalaman pada situasinya. Perintah yang jelas dan atribut yang objektif harus diberikan untuk memandu penampilannya. Disini sulit untuk melihat situasi yang relevan dan irrelevan. Secara umum level ini di aplikasikan untuk mahasiswa keperawatanm, tetapi benner bisa mengklasifikasikan perawat pada level yang lebih tinggi ke novice jika di tempatkan pada area atau situasi yang tidak familiar dengannya. 6
2. Advance Beginner Advance Beginner dalam model dreyfus adalah ketika seseorang menunjukkan penampilan mengatasi masalah yang dapat diterima pada situasi nyata. Advance beginner mempunyai pengalaman yang cukup untuk memegang memegan g suatu situasi. Kecuali atribut dan ciri – ciri, ciri, aspek tidak dapat dilihat secara lengkap karena membutuhkan pengalaman yang didasarkan pada pengakuan dalam ko nteks situasi. Fungsi perawat pada situasi ini dipandu dengan aturan dan orientasi pada penyelesaian tugas. Mereka akan kesulitan memegan pasien tertentu pada situasi yang memerlukan perspektif lebih luas. Situasi klinis ditunjukkan oleh perawat pada level advance beginner sebagai ujian terhadap kemampuannya dan permintaan terhadap situasi pada pasien yang membutuhkan dan responnya. Advance Beginner mempunyai responsibilitas yang lebih besar untuk melakukan manajemen asuhan pada pasien, sebelumnya mereka mempunyai lebih banyak pengalaman. Benner menempatkan perawat yang baru lulus pada tahap ini. 3. Competent Menyelesaikan pembelajaran dari situasi praktek aktual dengan mengikuti kegiatan yang lain, advance beginner akan menjadi competent. Tahap competent dari model Dreyfus ditandai dengan kemampuan mempertimbangkan dan membuat perencanaan yang diperkenalkan untuk suatu situasi dan sudah dapat dilepaskan. Konsisten, kemampuan memprediksi dan menejemen waktu adalah penampilan pada tahap competent. Perawat competent dapat menunjukkan responsibilitas yang lebih pada respon pasien, lebih realistik dan dapat menampilakan kemampuan kritis pada dirinya. Tingkat competent adalah tingkatan tingkatan yang penting dalam pembelajaran klinis, karena pengajar harus mengembangkan pola terhadap elemen atau situasi yang memerlukan perhatian yang dapat di abaikan.
7
4. Proficient Perawat pada tahap ini menunjukkan kemampuan baru untuk melihat perubahan yang relevan pada situasi, meliputi pengakuan dan mengimplementasikan respon keterampilan
dari
situasi
yang
dikembangkan.
Mereka
mendokumentasikan
peningkatan percaya diri pada pengetahuan dan keterampilannya. Pada tingkatan ini mereka banyak terlibat dalam keluarga dan pasien. 5. Expert Benner menjelaskan pada tingkatan ini perawat expert mempunyai pegangan instuitif dari situasi yang terjadi sehingga mampu mengidentifikasi area dari masalah tanpa kehilangan pertimbangan waktu untuk membuat diagnosa alternative dan penyelesaian. Perubahan kualitatif pada expert adalah “ Mengetahui Pasien “ yang bearti mengetahui tipe pola respon dan mengetahui pasien sebagai manusia. Aspek kunci perawat expert adalah : a. Menunjukkan pengangan klinis dan seumber praktis b. Mewujudkan proses Know How c. Melihat gambaran yang luas d. Melihat yang tidak diharapkan.
2.3 Asumsi a.
Keperawatan Keperawatan didefinisikan sebagai hubungan yang yang didasarkan pada padacaring caring dalam dalam
berbagai situasi dan kondisi yang memungkinkan dan menjadi perhatian. Ilmu keperawatan sebagai panduan melalui seni dan etik dari pelayanan dan tanggung jawab. Perawat mempromosikan penyembuhan melalui pelayanan kepada pasien dalam mempertahankan hubungan manusia. Hal ini merupakan hubungan manusia 8
dimana orang dapat memberikan pengobatan pada saat sakit, hubungan antara sehat dan sakit serta serta penyakit yang mengacu kepada pandangan Benner dan Wrubel dalam praktik keperawatan (Benner & Wrubel, 1989 dalam Sitzman & Eichelberger 2011).
Sitzman
& Eichelberger
(2011)
menjelaskan caring caring didefenisikan didefenisikan
sebagai
sesuatu yang berhubungan dan memiliki masalah dengan menyatukan pikiran, perasaan
dan
tindakan,
caring
mengatur
apa
yang
paling
penting
bagi
seseorang/manusia. Oleh karena itu, menyelesaikan stress dan bagaimana seseorang bisa mengatasinya. Benner dan Wrubel (1989) menyatakan bahwa caring timbul dari keterkaitan dan memiliki beberapa hal yang lebih penting dari yang lain ”tanpa caring seseorang seseorang akan menjadi memprihatinkan”.
Karakteristik sikap yang berhubungan dengan caring adalah empati, dukungan, ingin menghibur orang lain dan pengasuhan. Ketika seorang perawat memberikan pelayanan kepada klien, dimana pelayanan itu menimbulkan stress/masalah, maka yang perlu pe rlu dilakukan adalah pengkajian emosional dan proses keterlibatan. Keterlibatan dengan klien membuat perawat dapat mendiagnosis suatu masalah dan mengidentifikasi solusi dan menciptakan lingkungan yang terpercaya.
Caring adalah Caring adalah hal yang penting menurut Benner dan Wrubel karena dapat menciptakan lingkungan dimana perawat dapat memberikan asuhan kepada klien. Caring penting penting karena: Menciptakan apa yang akan terjadi, apa yang menjadi masalah dan apa pilihan yang tepat untuk mengatasi. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan, apa yang berhubungan dan apa yang menjadi tujuan Menciptakan hal yang mungkin saat memberi dan mendapatkan bantuan.
b.
Manusia
9
Interpretasi Benner dan Wrubel tentang manusia didasarkan pada
eksistensi
filosofi dan kesatuan atau keutuhan manusia. Sehingga Benner mendeskripsikan manusia sebagai mahluk yang menginterpretasikan diri, yaitu manusia tidak muncul dengan sendirinya ke alam dunia yang telah ditetapkan tetapi melalui proses perjalanan hidup. Manusia dipandang dipandan g sebagai sesuatu yang kreatif, mahluk generatif yang hidup di dalam sebuah konteks dan mampu bertindak dan memiliki pemahaman komprehensif. Menurut Benner dan Wrubel karakterikstik manusia yaitu sebagai sosok yang harus berhadapan dengan situasi, tubuh, masalah perorangan dan peristiwa yang bersifat sementara (Benner & Wrubel, 1989
dalam Sitzman
& Eichelberger 2011).
c. Kesehatan Benner dan Wrubel menggunakan definisi kesehatan dari Kleinman, Elsenberg,
dan Good yang menyatakan bahwa kesehatan adalah tidak adanya penyakit yang digambarkan sebagai pengalaman kehilangan atau gangguan fungsi tetapi juga penyakit merupakan wujud dari kelainan pada sel, jaringan, atau organ. Semua pengobatan penyakit selama sakit harus masuk akal dalam konteks pengalaman hidup manusia. (Benner & Wrubel, 1989 dalam Sitzman & Eichelberger 2011).
d. Situasi
Benner lebih mengarah ke situasi atau lebih mengutamakan situasi daripada konsep lingkungan dalam bekerja. Benner memilih situasi karena menurut Benner, situasi memiliki konteks sosial dalam arti dan penafsirannya yang berdampak pada manusia. Manusia lebih terbiasa dengan dunia mereka dibanding hidup dalam suatu lingkungan. Interpretasi seseorang berdampak pada setiap situasi. Pandangan fenomenologi Benner didasarkan pada situasi. Hal ini di buktikan dalam tulisannya saat dia menggunakan istilah “being situated and situated meaning” menunjukkan adanya keterlibatan dan interpretasi dari setiap kejadian atau peristiwa dalam kehidupan (Benner & Wrubel, 1989 dalam Sitzman & Eichelberger 2011).
e. Stress
10
Menurut Benner, stress adalah makna dari gangguan, pemahaman, dan fungsi kelancaran sehingga bahaya, kehilangan, atau tantangan yang dialami mampu membuat manusia memperoleh keterampilan baru. Stress sebagai perwujudan dari fisik, emosional, dan atau intelektual yang mengalami gangguan fungsi. Stress terjadi ketika seseorang menyadari bahwa ada sesuatu yang salah atau tidak terjadi ketidakseimbangan. Stress adalah konsekuensi dalam kehidupan yang tidak bisa dihindarkan dalam kehidupan di dunia sehingga membutuhkan kepedulian akan hal tersebut (Benner & Wrubel, 1989 dalam Sitzman & Eichelberger 2011).
f.
Koping Koping tidak termasuk solusi untuk stres melainkan apa yang dilakukan oleh
seseorang untuk mengatasi gangguan yang disebabkan oleh stres. Benner dan Wrubel berdasarkan pada karya Lasarus (1986) yang menjelaskan stres dan koping. Koping adalah melakukan sesuatu secara langsung dan juga tidak melakukan sesuatu secara langsung atas dasar tujuan yang ada. Perilaku koping lainnya adalah mencari informasi. Cara seseorang memandang situasi dan membuat pilihan untuk memiliki sifat yang positif dalam menghadapi gangguan. Benner dan Wrubel memberikan banyak contoh tentang bagaimana seseorang berupaya dengan situasi seperti : pengembangan diri selama hidup / dalam kehidupan, peduli kepada diri sendiri dari berbagai penyakit diantaranya kanker dan penyakit neurologis (Benner & Wrubel, Wrubel, 1989 dalam Sitzman & Eichelberger 2011).
2.4 Pandangan teoritis Patricia Patricia Benner
Filosofi keperawatan merupakan keyakinan yang berasal dari nilai, etik dan moral yang terdapat dalam pemahaman seorang perawat serta yang mendasari perilaku, dan tindakan keperawatan dalam memberikan layanan keperawatan kepada mereka yang membutuhkan.
Teori filosofis keperawatan merupakan kumpulan konsep, definisi dan usulan yang memproyeksikan sebagai pandangan , sistematis atas fenomena dengan merancang hubungan – hubungan –
11
hubungan khusus diantara konsep – konsep untuk keperluan penggambaran, penjelasan, perkiraan atau pengendalian fenomerna.
Paradigma keperawatan menurut patricia benner : meliputi keperawatan, manusia, lingkungan, dan kesehatan 1. Keperawatan Menggambarkan sebagai suatu hungan caring dan kondisi yang memungkinkan adanya hubungan dan perhatian keperawatan dasar dirancang untuk memungkinkan memberi bantuan dan menerima bantuan. Keperawatan di pandang sebagai ilmu praktik keperawatan yang di dukung oleh adanya aspek moral dan etik keperawatan dan serta tanggung jawab. Dr. Benner memahami praktik keperawatan sebagai perawatan dan proses belajar dari pengalaman hidup sehat sakit dan penyakit yang menggambarkan antara 3 dimensi tersebut. 2. Manusia Menurut Dr. Benner menggunakan fenomena untuk menjelaskan tentang orang yang mana mereka digambarkan sebagai seseorang yang mampu menilai dirinya sendiri. Seseorang juga memiliki kemampuan untuk merefleksikan dirinya dan juga tidak mampu merefleksinkan dirinya tentang keselitan yang dihadapi didunia. Menurut Benner manusia memiliki 4 peran utama yaitu : a. Peran situasi b. Peran tubuh c. Peran kepribadian d. Peran selalu menyesuaikan diri 3. Kesehatan
12
Fokusnya pada pengalaman hidup sehat dan sakit didefinisikan sebagai apa yang dapat dinilai, sedangkan kesejahteraan adalah pengalaman manusia selama masa sehat sedangkan penyakit adalah apa yang dinilai pada tingkat fisik.
4. Lingkungan Benner menggunakan istilah situasi dari pada lingkungan sosial dengan definisi dan kebermaknaan sosial. Mereka menggunakan istilah situasi situasi yang memiliki makna yang di definisikan oleh orang yang berinteraksi memaknai dan memahami situasi. Menurut individu situasi itu di batasi oleh cara individu.
13
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Karakteristik Teori Patricia Benner
Terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan dalam teori keperawatan oleh Patricia Benner dimana keunggulan dan kelemahan teori tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 3.1 Keunggulan dan Kelemahan Teori Benner
TEORI
KEUNGGULAN
Patricia
a. Paling konkrit
Benner
b. Orientasi praktik dapat
KELEMAHAN
a. Model ini relatif simpel dengan hanya
di uji coba dengan
membagi tingkat
penelitian
kemahiran perawat
c. Pengalaman praktis dan uji empiris
daklam 5 tahap b. Teori ini mempunyai karakteristik yg universal c. Model Benner ini hanya bisa dibuktikan dengan menggunakan
14
metodologi kualitatif d. Perspektif Benner adalah fenomenologi dan bukan kognitif
3.2 Analisis Teori 1. Clarity Teori Patricia Benner from Benner from Novice to Expert Expert menjelaskan menjelaskan 5 tahapan t ahapan / akusisi peran dan perkembangan profesi dengan cukup jelas, Namun, ada beberapa konsep dimana kelompok masih kurang memahami penjelasan penjelasan Benner. Model Benner membagi 5 tahap tahap meliputi : Novice, Novice, advanced beginner, competent, proficient, dan expert dalam dalam memberikan pemahaman terhadap kompetensi
kelima
level
keterampilan
dan
bagaimana
kemampuan
perawat
dalam
mengidentifikasi karakteristik pada setiap level praktik keperawatan.
Berdasarkan analisa kelompok, dalam tatanan praktik keperawatan, penjelasan lima tahapan Benner memberikan pemahaman profesi tentang pentingnya menjadi expert expert (ahli), (ahli), dimana seorang perawat ahli adalah perawat yang mampu mengembangkan keterampilan dan pemahaman terhadap pasien dari waktu ke waktu melalui pendidikan dasar dan banyaknya pengalaman. Benner menggambarkan empat aspek utama untuk menjadi expert, antara lain menunjukkan pegangan klinis dan sumber praktis, mewujudkan proses know-how, melihat gambaran yang luas, melihat yang tidak diharapkan. Namun, Benner tidak secara detail memaparkan empat aspek utama ini dalam kaitannya dengan praktik keperawatan sehingga dalam hal ini kelompok kurang k urang memahami maksud dari keempat aspek tersebut. Meskipun demikian, karya Benner saat ini banyak memberikan konstribusi untuk pemahaman praktik klinis serta pengetahuan keperawatan yang diaplikasikan dalam praktik.
Konstribusi Benner berdasarkan lima tahapan akuisisi peran yang dikembangkannya dari model Dryfus ini menjadi dasar dalam penerapan model jenjang karir perawat yang kemudian dikembangkan
lagi
oleh
Swansburg
tahun
2000.
Suroso
(2011)
menjelaskan
pada
perkembangannya model jenjang karir perawat diterapkan dan dikembangkan di berbagai 15
Negara, seperti USA, UK, Kanada, Taiwan, Jepang dan Thailand termasuk juga di Indonesia. Jenjang karir perawat di Indonesai telah disusun oleh PPNI bersama departemen kesehatan dalam bentuk pedoman jenjang karir perawat tahun 2006.
Selain penjelasan lima tahapan di atas, Benner juga menjelaskan pentingnya konsep caring caring dalam dalam praktik keperawatan. Benner memandang ”tanpa caring caring seseorang seseorang akan menjadi memprihatinkan” sehingga konsepcaring konsepcaring ini menciptakan lingkungan dimana perawat dapat memberikan asuhan kepada klien. Kesehatan dipandang tidak hanya terbebas dari penyakit yang digambarkan sebagai pengalaman kehilangan atau gangguan fungsi tetapi juga kelainan pada sel, jaringan, atau organ. Benner memaparkan manusia ada oleh karena eksistensi filosofi dan kesatuan atau keutuhan manusia melalui proses perjalanan hidup. Menurut kelompok, Banner masih secara abstrak menjelaskan manusia sebagai konsep utama keperawatan, dimana Benner berpendapat manusia ada karena eksistensi filosofi. Kelompok membutuhkan penalaran mendalam dalam memahami makna dan karakteristik manusia menurut Benner.
Penjelasan tentang stress dan koping cukup jelas dipaparkan oleh Benner. Benner menjelaskan manusia tidak terlepas dari stress yang membutuhkan koping dalam mengatasi gangguan
penyebab
stress
yang
terjadi.
Stress
juga
membutuhkan caring dalam dalam
penanganannya. Pandangan fenomenologi Benner didasarkan pada situasi. Manusia lebih terbiasa dengan dunia mereka dibanding hidup dalam suatu lingkungan. Interpretasi seseorang berdampak pada setiap situasi.
Suroso (2011) memaparkan seorang perawat diberi tanggung jawab dan wewenang sesuai dengan tingkatan kompetensi yang dimilikinya (jenjang karir perawat). Tatanan pelayanan pengembangan karir perawat menurut Depkes tahun 2006 20 06 dikaitkan dengan lima tahapan Benner , yaitu : a.
PK 1 = DIII, 2 tahun pengalaman dan ners tanpa pengalaman dapat dikategorikan dalam level Novice
b.
PK 2 = DIII, 5 tahun pengalaman dan ners pengalaman 3 tahun dalam kategori advance beginer dimana pengalaman yang dimiliki belum cukup untuk dapat dilepaskan secara mandiri dalam memberikan asuhan keperawatan. 16
c.
PK 3 = DIII, 9 tahun pengalaman dan ners pengalaman 6 tahun, SP 1, dalam kategori kompeten dimana perawat sudah mempunyai kemampuan mempertimbangkan dan membuat perencanaan yang diperlukan dan sudah mandiri.
d.
PK 4 = Ners, 9 tahun pengalaman SP 1 pengalaman 2 tahun, SP 2. Proficient mempunyai kemampuan melihat perubahan yang relevan serta melibatkan keluarga dalam intervensi.
e.
PK 5 = Sp 1, pengalaman 4 tahun, SP 2 pengalaman 1 tahun. Expert mampu mengidentifikasi area dari masalah tanpa kehilangan pertimbangan waktu untuk membuat diagnosa alternative dan penyelesaian.
Sim mplicity licity//ke kese sed derha rhana naa an 2. Si Teori Patricia Benner from Benner from Novice to Expert relatif relatif sederhana dengan hanya membagi 5 tahapan Novice, tahapan Novice, advanced beginner, competent, proficient, dan expert . Namun menurut kelompok, tahapan ini hanya h anya dapat digunakan sebagai seba gai kerangka kerja k erja karena dalam penerapannya yaitu pada penerapan jenjang karir disesuaikan dan dimodifikasi berdasarkan situasi dan kondisi rumah sakit serta diperlukan adanya sosialisasi dan pemahaman dari perawat dalam mengidentifikasi karakteristik dan tujuan dari setiap level yang ada. Model ini relative sederhana berkenaan dengan lima tahap akuisisi keterampilandan memberikan panduan komparatif untuk mengidentifikasi tingkat praktik keperawatan dari deskripsi individu perawat dan observasi dan interpretasi divalidasi oleh kesepakatan. Tingkat kompleksitas ditemui disubkonsep untuk membedakan antara tingkat kompetensi dan kebutuhan untuk mengidentifikasi maksud dan tujuan. Pendekatan interpratif ini dirancang untuk studi dan deskripsi praktik. Meskipun (objek) deskripsi dikonstektualisasikan dari tingkat pemula kinerja memungkinkan deskripsi seperti kinerja ahli akan sulit, jika bukan tidak mungkin dan kegunaaan berbatas karena batasan objektivitas. Artinya, masalah filosofis kemunduran tak terbatas akan dihadapi dalam upaya untuk menentukan spesifikasi semua aspek praktik ahli dan pemahaman holistic situasi tertentu diperlukan untuk kinerja ahli. 3. Generality Teori from Teori from Novice to Expert memiliki karakteristik yang universal, tidak dibatasi oleh umur, penyakit, kesehatan atau lokasi praktek keperawatan. Selain iru, Model Benner Model Benner ini ini hanya dapat dibuktikan dengan menggunakan metodologi kualitatif yang terdiri dari 31 kompetensi, 7 17
domain praktek keperawatan dan 9 domain perawatan kritis. Kelompok menganalisa bahwa perspektif Benner adalah fenomenologi meskipun Model Benner didasarkan pada data databased based research yang research yang mendukung pengembangan praktik keperawatan.. Namun, kelompok berpendapat bahwasanya model dengan perspektif fenomenologi seharusnya memiliki karakteristik tertentu tidak universal, sehingga dalam praktiknya dapat secara spesifik ditentukan masalah keperawatan berdasarkan tingkat umur terkait stress dan koping serta pengaruhnya terhadap empat asumsi dari paradigma keperawatan, yaitu manusia, kesehatan, keperawatan, dan lingkungan.
4. Empirical Precision In terms of empirical precision/aksesbilitas Model Benner diuji dengan menggunakan metodologi kualitatif. Penelitian yang berhasil menunjukkan bahwa kerangka kerja tersebut dapat diterapkan dan berguna dalam memberikan pengetahuan tentang deskripsi praktik keperawatan. Kekuatan model Benner adalah bahwa penelitian berbasis data yang berkontribusi pada ilmu keperawatan. Kelompok kami berpendapat model metodologi kualitatif adalah model metodologi berbasis pengalaman. Teori ini cocok sekali dilakukan oleh seseorang yang berkerja dibidang keperawatan karena berdasarkan pekerjaannya seorang perawat banyak ban yak bertemu dengan pasien-pasien p asien-pasien yang berkarakteristik unik, dari sana lah seorang perawat dapat mencari pengalaman-pengalaman pasiennya Penggunaan proses kualitatif untuk mengungkap pengetahuan keperawatan, lebih sulit ditujukan untuk karya Benner. Pendekatan interpretative kualitatif menguraikan praktik keperawatan pakar dengan contoh. Karya Benner dapat dikatakan sebagai penghasil hipotesis dari pada penguji hipotesis. Benner menyediakan sebuah metodologi untuk mengungkapkan dan masuk ke dalam makna situasi dari asuhan keperawatan pakar.
5. Derivable Consequences/kepentingan Kegunaan
model
Benner
memberi
kerangka
umum
untuk
mengidentifikasi,
menentukan dan menggambarkan praktik keperawatan klinis. Dia menggunakan pendekatan fenomenologis untuk mengungkapkan dan mendapatkan makna dan kemampuan dari interaksi dalam situasi kehidupan. Implikasi dari temuan penelitian Benner terletak pada kesimpulannya bahwa "pengetahuan klinis perawat relevan dengan sejauh mana manifestasinya adalah 18
keterampilan perawat membuat perbedaan dalam perawatan pasien dan hasil yang diharapkan." Deskripsi subjek-objek. Penggilannya adalah untuk meningkatkan kemampuan bercerita publik untul memvalidasi keperawatan sebagai sebuah praktik asuhan etis dan untuk memperluas, mengubah, dan menjada perbedaan etika dan kepentingan. Benner mengklaim bahwa perawat harus dapat mengatasi batasa Kelompok kami berpendapat penelitian yang dilakukan oleh Benner dapat meningkatkan suatu pengetahuan perawat dari intervensi yang diberikan. Suatu intervensi yang diberikan perawat kepada pasien yang satu dengan yang lainnya walaupun case yang sama dapat memberikan hasil yang berbeda juga.
BAB V KESIMPULAN
1. Dalam tatanan pelayanan teori ini memberikan pemahaman profesi tentang apa artinya menjadi seorang ahli, teori Patricia Benner memperkenalkan sebuah konsep bahwa perawat ahli mengembangkan keterampilan dan pemahaman tentang perawatan pasien dari waktu ke waktu melalui pendidikan dasar serta banyaknya pengalaman.
19
2. Seorang perawat diberi tanggung jawab dan wewenang sesuai dengan tingkatan kompetensi yang dimilikinya (jenjang karir perawat). 3. Benner menjelaskan secara sistematis 5 tahap penguasaan, keterampilan, praktek novice (pemula), advance beginner ( pemula lanjut), competent
( kompeten), proficient (
menguasai), expert (ahli). 4. Kelompok berpendapat berpendapat Benner merupakan tokoh keperawatan dengan dedikasi yang begitu luar biasa. Metode Benner banyak b anyak diadopsi oleh praktisi dan dikembangkan dalam praktik keperawatan, pendidikan, dan penelitian. Salah satunya, analisa kasus Banner digunakan dalam proyek kolaborasi universitas pendidikan keperawatan dengan rumah sakit pendidikan. Selain itu, di bidang pendidikan menjadi perhatian besar bagi Banner tentang pembelajaran berdasarkan pengalaman. Namun, kelompok masih kurang memahami alasan Benner mengapa beliau sangat mengkritisi konsep competency-based testing.Sampai testing. Sampai saat ini konsep competency-based testing tetap testing tetap diperlukan dalam uji kompetensi selain dari segi keahlian yang dimiliki. Menurut kelompok, seorang perawat profesional adalah perawat yang mampu mengintegrasikan pemahaman analisa kasus berdasarkan tes tertulis dan tes praktik. 5. Tatanan pelayanan pengembangan karir perawat menurut Depkes tahun 2006 dikaitkan dengan lima tahapan Benner , yaitu : a.
PK 1 = DIII, 2 tahun pengalaman dan ners tanpa pengalaman dapat dikategorikan
dalam level Novice b.
PK 2 = DIII, 5 tahun pengalaman dan ners pengalaman 3 tahun dalam kategori
advance beginer dimana pengalaman yang dimiliki belum cukup untuk dapat dilepaskan secara mandiri dalam memberikan asuhan keperawatan. c.
PK 3 = DIII, 9 tahun pengalaman dan ners pengalaman 6 tahun, SP 1, dalam kategori
kompeten dimana perawat sudah mempunyai kemampuan mempertimbangkan dan membuat perencanaan yang diperlukan dan sudah mandiri.
20
d.
PK 4 = Ners, 9 tahun pengalaman SP 1 pengalaman 2 tahun, SP 2. Proficient
mempunyai kemampuan melihat perubahan yang relevan serta melibatkan keluarga dalam intervensi. e.
PK 5 = Sp 1, pengalaman 4 tahun, SP 2 pengalaman 1 tahun. Expert mampu
mengidentifikasi area dari masalah tanpa kehilangan pertimbangan waktu untuk membuat diagnosa alternative dan penyelesaian.
DAFTAR PUSTAKA
Benner P. 1984. From 1984. From Novice to Expert: Excellence and Power in Nursing Practice. Practice. Menlo Park, Calif. Addison-Wesley.
21
Elstein AS., Schwarz A. 2002. Clinical Problem Solving and Diagnostic Decision Making: Selective
Review
of
the
Cognitive
Literature. Literature.
BMJ;
324(7339);729(23March).(electronic)http://bmj.bmjjournals.com/cgi/content/full/324/733 324(7339);729(23March).(electronic )http://bmj.bmjjournals.com/cgi/content/full/324/733 9/729. Diakses 3 November 2011. Kapborg I. 2003. The Phenomenon of Caring From The Novice Student Nurse’s Perspective: A Qualitative Content Analysis ? International Nursing Review. Review. Vol. 50 Issue 3 Page 129192 September. (elektronic). http://www.blackwell-synergy.com. http://www.blackwell-synergy.com. Diakses 3 November 2011. Meyer, T. 2005. Academic and Clinical Dissonance in Nursing Education: Are We Guilty of Failure
to
Rescue? Nurse
Educator
30(2),
March/April
2005,
p
76-79
(electronic).http://ovid.com (electronic).http://ovid.com diakses 3 November 2011. Sharoff, L. 2006. The Holistic Nurse’s Search for Credibility. Holistic Nursing Practice 20(1), January/February 2006, p 12-19. (electronic). http://ovid.com diakses tanggal 3 November 2011. Tailor, C. 2002. Assesing 2002. Assesing Patient’s Needs: Does The Same Information Guide Expert And Novice Nurses? International Nursing Review. Vol. 49 Issue 1 Page 1-64 March. (electronic). http://www.blackwell-synergy.com. Diakses http://www.blackwell-synergy.com. Diakses 3 November 2011. Tomey, A.M., Alligood, M.R. (2006). Nursing (2006). Nursing Theorists and Their Work. Six Work. Six edition. Missouri Mosby Elsevier
22