NAMA
: Rizal Putra Bakti
OFFERING
:VV
NO presensi
: 37
NIM
: 110413423569
OFFERING : VV 1. diketahui : Y Y G T C I NX r
= = = = = = = =
C + I + G + NX 10.000.000 5.000.000 5.000.000 2.500.000 + 0,70 (Y-T) 1.000.000 50r 5.000.000 500e r* = 10
di tanya :
Hitunglah tabungan nasional, Investasi, neraca perdagangan dan kurs riil ekuilibrium. Jika G naik menjadi 6.000.000, hitunglah tabungan nasional, Investasi, neraca perdagangan dan kurs riil ekuilibrium. Jelaskan jawaban Anda Jika tingkat bunga dunia dari 10 menjadi 5 persen, dengan G tetap ( 5.000.000), hitunglah tabungan nasional, Investasi, neraca perdagangan dan kurs riil ekuilibrium. Jelaskan jawaban Anda
jawab
Tabungan nasional (Y - C - G) = 10.000.000 - ( 2.500.000 + 0,70 ( Y - T ) ± 5.000.000 = 10.000.000 - (2.500.000 + 0,70 ( 5.000.000 ) ± 5.000.000 = 5.000.000 - ( 2.500.000 + 3.500.000) = 5.000.000 - 6.000.000 = - 1.000.000 Investasi I = 1.000.000 - 50R = 1.000.000 - 50.10 = 1.000.000 - 500 = 999.500
Mencari NX Y = C + I + G + NX
10.000.000 = 6.000.000 + 999.500 + 5.000.000 + NX 10.000.000 = 6.999.500 + 5.000.000 + NX 10.000.000 - 5.000.000 ± 6.999.500 + NX - 1.999.500 = NX Mencari hasil riil E: NX = 5.000.000 - 500 E -1.999.500 = 5.000.000 - 500 E 500 E = 5.000.000 + 1.999.500 500 E = 6.999.500 E = 13.999 Jika G naik menjadi 6.000.000 Tabungan nasional (Y ± C ± G )
= 10.000.000 ± (2.500.000 + 0,70 (5000) ± 6.000.000 = 4.000.000 ± (2.500.000 + 3.500.000 ) = 4.000.000 ± 6.000.000 = - 2.000.000 Investasi
I
= 1.000.000 ± 50.r = 1.000.000 ± 500 = 999.500
Neraca Perdagangan Y = C + I + G + NX
10.000.000 = 6.000.000 + 999.500 + 6.000.000 + NX 10.000.000 = 12.999.500 + NX NX = - 2.999.500 Kurs riil E NX = 5.000.000 ± 500 E -2.999.500 = 5.000.000 ± 500 E 500 E = 5.000.000 + -299.500 500 E = 7.999.500 E = 15.999 Tabungan Nasional (Y C G )
= (10.000.000 ± (2.500.000 + 0,70 (5.000.000 )) ± 5.000.000 = 5.000.000 ± (2.500.000 + 3.500.000 ) = 5.000.000 ± 6.000.000 = 1.000.000 Investasi I = 1.000.000 ± 50.r = 1.000.000 ± 250 = 999.750 Neraca Perdagangan Y = C + I + G + NX
10.000.000 = 6.000.000 + 999.750 + 5.000.000 + NX 10.000.000 = 11.999.750 + NX = -1.999.750 NX = -1.999.750 Kurs riil Ekuilibrium NX = 5.000.000 ± 500 E -1.999.750 = 5.000.000 ± 500 E 500 E = 5.000.000 + 1.999.750 500 E = 6.999.750 E = 13.999,5
2. a. Apakah tinggi rendahnya GDP suatu negara selalu mencerminkan kesejahteraan Negara tersebut ? jelaskan alasannya.
tingkat
b. Jelaskan perhitungan GDP sampai menjadi Personal Income, dan apa bedanya Personal Income dengan Average Income (pendapatan rata-rata) ?
a. Tidak Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto masih dianggap sebagai parameter tingkat kesejahteraan suatu negara (Frey & Stutzer, 2002; Kahneman dkk, 2004; Bechetti & Santoro, 2007; Ahuvia, 2008). PDB adalah nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun). PDB merupakan salah satu metode untuk menghitung pendapatan nasional, prediktor pertumbuhan ekonomi, sekaligus indikator maju-mundurnya negara. Perspektif ekonomi menganggap bahwa, sesuai dengan prinsipnya, manusia adalah makhluk rasional yang mengedepankan pemenuhan kebutuhan maksimal (maximizing utility) dengan cara minimal. Prinsip ekonomi ini semata-mata ditujukan untuk mencari kabahagiaan manusia yang dicerminkan melalu kesejahteraan (wealth). Oleh karena itu, PDB menjadi indikator kemajuan negara yang dicerminkan melalui pendapatan nasional dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ekonomi masih dipandang sebagai parameter kebahagiaan individu disuatu negara. Namun, penelitian Oswald (1997) telah menuai kontroversi bagi sebagian ekonom, terutama dibidang kajian kebahagiaan. Oswald (1997) mengatakan bahwa permasalahn ekonomi hanya sejauh bagaimana membuat orang bahagia. Kita menginginkan uang semata-mata untuk kebahagiaan. Jika kita memiliki banyak uang tetapi tidak membuat bahagia, maka uang tidak penting, tetapi kebahagiaan itulah yang penting (Oswald, 1997). Maka, artikel yang ditulis Oswald di jurnal Economic Behavior ini pun menjadi titik tolak bagi berkembangnya skeptisisme terhadap teori-teori ekonomi sebagai indikator dalam kaitannya memprediksi kebahagiaan. Studi Bruni (2007) dan Easterlain (2005) pada perbandingan tingkat PDB dan kebahagiaan menunjukkan temuan menarik yang menyanggah asumsi para ekonom, bahwa pada negara-negara maju tingkat kebahagiaan individunya cenderung berkurang dari waktu ke waktu. Hal ini berkebalikan dengan PDB negaranya yang terus tumbuh positif. Berkebalikan dengan negara maju, negara-negara berkembang (terutama di Asia) justru memiliki tingkat kebahagiaan yang tinggi. Padahal PDB negara-negara tersebut umumnya rendah. Hasil peneltitian ini sekaligus memberikan tamparan keras bagi ekonom dan PDB itu sendiri, karena keduanya telah meleset dalam memprediksikan kebahagiaan. Contohnya dikonteks budaya Jawa misalnya, ada ajaran kearifan lokal yang berbunyi: ³sugih tanpa banda´ yang artinya kaya tanpa harta. Masyarakat jawa diajarkan untuk
kaya hati bukan kaya harta. Jika kemudian kaya hati membuat kita tentram dan bahagia, untuk apa perlu kaya harta? Terkait dengan isu PDB, Frey & Stutzer (2002) mengutarakan memang saat ini kesejahteraan individu banyak dikaitkan dengan wealth atau kemakmuran. Namun, Frey & Stutzer (2002) juga memberikan alternatif solusi untuk mengukur tingkat kesejahteraan disuatu negara, yaitu dengan subjective well-being. Pendapat Frey & Stutzer (2002) ini juga dikuatkan oleh Kahneman dkk (2004) dan Bechetti & Santoro (2007) bahwa perlu dikembangkan alternatif lain untuk mengukur tingkat kesejahteraan nasional, bukan dengan indikator ekonomi melainkan dengan indikator kebahagiaan. Apa gunanya jika GDP terus tumbuh tetapi kebahgiaan rakyat justru stagnan? Bukankah pemerintah akan di cap gagal jika tidak membuat rakyatnya bahagia? Toh kebahagiaan tidak serta merta diukur dengan parameter ekonomi. Ada aspek lain seperti kemerdekaan spiritualitas, keluarga harmonis, atau sekedar membina hubungan interpersonal yang baik dengan sesama. Jadi, saya melempar bola panas: bagaimana jika kesejahteraan rakyat Indonesia diukur dengan National Well-being Scale sebagai instrumen penembak kebahagiaan? Bukan sekedar GDP yang tak lebih adalah angka-angka imajiner.
Sumber: http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2011/01/27/kegagalan-ekonomi-memprediksi-kebahagiaan/
b. perhitungan GDP hingga menjadi personal Income PDB/GDP ( Produk Domestik Bruto / Gross Domestic Product ) Rumus GDP GDP = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + (eks por ± impor ) GDP = C + I + G + ( X ² M )
PNB/GNP ( Product Nasional Bruto / Gross Nasional Product ) Rumus
GNP
GNP = GDP ± Prod uk netto terhadap l ua r negeri GNP = PDB + PPLN +PPDN GNP = PDB + PPPN
NNP ( Net National Product ) Rumus
NNP
NNP = GNP - Penyusutan
NNI ( Net National Income ) Rumus
NNI
NNI
= NNP Pajak tidak langsung
PI ( Personal Income ) Rumus
PI
PI = ( NNI + transfer payment ) (laba ditahan + Iuran asuransi + Iuran jaminan social + Pajak perseorangan )
Perbedaan Personal Income dengan Average Income Personal Income adalah jumlah seluruh penerimaan yang diterima masyarakat yang benar-benar sampai ke tangan masyarakat setelah dikurangi oleh laba ditahan, iuran asuransi, iuran jaminan nasional, pajak perseorangan, dan di tambah dengan transfer payment. Average Income adalah pendapatan rata-rata penduduk dalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Average income (Pendapatan perkapita) didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut