KEPERAWATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II “ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIV/AIDS”
OLEH : KELOMPOK I Tingkat 3.3
1. Ni Luh Made Desi Ratih
P07120016010
2. Ni Kadek Rai Dwijayanti
P07120016081
3. Ni Luh Putu Sariani
P07120016082
4. Cok Istri Yogantari
P07120016083
5. Ni Kadek Dwi Handayani
P07120016084
KEMENTERIAN KESEHATAN RI PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Medikal Bedah II dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB II dan untuk membantu mengembangkan kemampuan pemahaman pembaca terhadap HIV AIDS.
Pemahaman tersebut dapat dipahami melalui
pendahuluan, pembahasan masalah, serta penarikkan garis kesimpulan dalam makalah ini. Makalah HIV AIDS ini disajikan dalam konsep dan bahasa yang sederhana sehingga dapat membantu pembaca dalam memahami makalah ini. Dengan makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami mengenai HIV AIDS. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Dosen mata kuliah KMB II yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk berkarya menyusun makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran , kritik dan masukan sangat kami harapkan dari seluruh pihak dalam proses membangun mutu makalah ini.
Denpasar, 01 September 2018
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Latar belakang.................................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah............................................................................................ 1 C. Tujuan Penulisan.............................................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3 A. Kajian Penyakit ................................................................................................ 3 B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan HIV/AIDS...................... 9 C. Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik Pada Pasien dengan HIV/AIDS .............. 19 BAB III PENUTUP ............................................................................................. 22 A. Kesimpulan .................................................................................................... 22 B. Saran .............................................................................................................. 22 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23
iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
Seperti yang kita ketahui bersama, AIDS adalah suatu penyakit yang belum ada obatnya dan belum ada vaksin yang bisa mencegah serangan virus HIV, sehingga penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia baik sekarang maupun waktu yang datang. Selain itu AIDS juga dapat menimbulkan penderitaan, baik dari segi fisik maupun dari segi mental. Mungkin kita sering mendapat informasi melalui media
cetak,
elektronik,
ataupun
seminar-seminar,
tentang
betapa
menderitanya seseorang yang mengidap penyakit AIDS. Dari segi fisik, penderitaan itu mungkin, tidak terlihat secara langsung karena gejalanya baru dapat kita lihat setelah beberapa bulan. Tapi dari segi mental, orang yang mengetahui dirinya mengidap penyakit AIDS akan merasakan penderitaan batin yang berkepanjangan. Semua itu menunjukkan bahwa masalah AIDS adalah suatu masalah besar dari kehidupan kita semua. meningkat meskipun berbagai upaya preventif terus dilaksanakan. Dari beberapa cara penularan tersebut, masing-masing penularan memiliki resiko penularan cukup besar. Oleh karena itu, penularan HIV harus diberi pengobatan agar penyebaran mengalami perlambatan. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat ditarik rumusan masalah yang berbunyi sebagai berikut a. Bagaimanakah kajian dari penyakit HIV dan AIDS? b. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan HIV dan AIDS?
1
c. Bagaimanakah anamnesa dan pemeriksaan fisik pada pasien dengan HIV dan AIDS?
C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui kajian dari penyakit HIV dan AIDS b. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan HIV dan AIDS c. Untuk mengetahui anamnesa dan pemeriksaan fisik pada pasien dengan HIV dan AIDS
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kajian Penyakit
1. Pengertian HIV/AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan sekumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh HIV (Human Immuno Deficiency Virus).“Acquired” artinya tidak diturunkan, tetapi ditularkan dari orang satu ke orang lainya; “Immune” artinya sistem daya tangkal atau kekebalan tubuh terhadap penyakit; “Deficiency” artinya tidak cukup atau kurang; dan “Syndrome” adalah kumpu lan tanda dan gejala penyakit. AIDS adalah bentuk lanjut dari infeksi HIV. AIDS bukan merupakan sebuah penyakit, karena AIDS merupakan gejala yang tampil bilamana kekebalan tubuh kita melemah atau rusak diakibatkan HIV. HIV merusak kekebalan tubuh, sehingga kekebalan tubuh melemah sebagai akibatnya berbagai penyakit mudah menular (Departemen Kesehatan, 2006). Virus HIV ditemukan Barre-Sinoussi, Montagnier, dan kawankawan pada Institut Pasteur pada tahun 1983 yang menyebabkan limfadenopati sehingga disebut LAV. Pada tahun 1986 Komisi Taksonomi Internasional memberi nama baru Human Immuno Deficiency Virus (HIV). Virus HIV merupakan retrovirus yang termasuk golongan virus RNA (virus yang menggunakan RNA sebagai molekul pembawa informasi genetik). Disebut retrovirus karena memiliki enzim reserve transcriptase. Enzim ini memungkinkan virus mengubah informasi genetiknya yang berada dalam RNA ke dalam bentuk DNA yang kemudian diintregasikan ke dalam bentuk informasi genetik sel limfosit yang diserang (Departemen kesehatan, 2006). HIV dapat memanfaatkan mekanisme sel limfosit untuk mengkopi dirinya menjadi virus baru yang memiliki ciri-ciri HIV.HIV menyerang sistem immun manusia yaitu menyerang limfosit T helper yang memiliki reseptor CD4 di permukaannya.Limfosit T helper antara lain berfungsi menghasilkan zat kimia yang berperan sebagai perangsang pertumbuhan
3
dan pembentukan sel-sel lain dalam sistem imun dan pembentukan antibodi sehingga yang terganggu bukan hanya fungsi limfosit T tetapi juga limfosit B, monosit, makrofag dan sebagainya. HIV membajak sel CD4 dan memakainya sebagai pabrik untuk membuat virus baru dalam jumlah besar.Virus yang baru ini kemudian menularkan sel CD4 lagi, dan semakin lama jumlah CD4 yang sehat semakin merosot.Sistem kekebalan tubuh semakin merusak sehingga tubuh tidak mampu lagi melawan infeksi (Departemen kesehatan, 2006). Dari penjelasan diatas, HIV adalah Human Immunodeficiency Virus (virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia). HIV sebagai virus penyerang sel darah putih manusia dan menyebabkan penurunan
kekebalan
tubuh
penderitanya.Virus-virus
tersebut
memanfaatkan kesempatan (opportunity) yang diberikan sistem kekebalan tubuh yang rusak, sehingga menyebabkan infeksi oportunistik.
2. Cara penularan HIV/AIDS Virus HIV/AIDS menular melalui enam cara penularan (Nursalam dan Kurniawati, 2007), yaitu: a. Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS Hubungan seksual secara vaginal, anal, dan oral dengan penderita HIV tanpa perlindungan bisa menularkan HIV. Selama hubungan seksual berlangsung, air mani, cairan vagina, dan darah dapat mengenai selaput lendir vagina, penis, dubur atau mulut sehingga HIV yang terdapat cairan tersebut masuk ke aliran darah (Persekutuan Pelayanan Kristen Untuk Kesehatan Di Indonesia , 1995).Selama berhubungan juga bisa terjadi lesi mikro pada dinding vagina, dubur dan mulut yang bisa menjadi jalan HIV untuk masuk ke aliran darah pasangan seksual. b. Ibu pada bayinya Penularan HIV dari ibu dapat terjadi pada saat kehamilan (in utero).Berdasarkan laporan CDC Amerika, pervalensi penularan HIV pada ibu ke bayi adalah 0.01% sampai 0.7%. bila ibu terinfeksi
4
HIV dan belum ada gejala AIDS kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20% sampai 35%, sedangkan kalau gejala AIDS sudah jelas pada ibu kemungkinan tertularnya mencapai 50% (Persekutuan Pelayanan Kristen Untuk Kesehatan Di Indonesia , 1995). Penularan juga terjadi selama proses persalinan melalui tranfusi fetomaternal atau kontak antara kulit atau membran mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan. Tranmisi lain terjadi selama periode post partum melalui ASI. Resiko bayi tertular melalui ASI dari ibu yang positif sekitar 10%. c. Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS sangat cepat menularkan HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh darah dan menyebar ke seluruh tubuh. d. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril Alat pemeriksa kandungan seperti spekulum, tenakulum dan alat-alat lain yang menyentuh darah, cairan vagina atau air mani yang terinfeksi HIV, dan langsung digunakan oleh orang lain yang tidak terinfeksi bisa menularkan HIV (Persekutuan Pelayanan Kristen Untuk Kesehatan Di Indonesia , 1995). e. Alat-alat untuk menoreh kulit Alat tajam dan runcing seperti jarum, pisau, silet, menyunat seseorang, membuat tato, memotong rambut, dan sebagainya bisa menularkan HIV sebab alat tersebut mungkin dipakai tanpa disterilkan terlebih dahulu. f. Menggunakan jarum suntik secara bergantian Penggunaan jarum suntik secara bergantian dengan orang lain juga memiliki resiko tinggi tertularnya HIV. Karena dalam jarum suntik bekas orang lain terdapat sisa darah yang kemungkinan membawa virus masih menempel di sela-sela jarum. Jika itu digunakan lagi oleh orang lain, jarum sudah tidak steril lagi dan juga ada sisa darah orang bisa masuk ke tubuh.
5
g. Jarum suntik yang digunakan di fasilitas kesehatan, maupun yang digunakan oleh para pengguna narkoba (Injecting Drug User-IDU) sangat berpotensi menularkan HIV. Selain jarum suntik, pada pemakai IDU secara bersama-sama juga menggunakan tempat menyampur,
pengaduk,
dan
gelas
pengoplos
obat
sehingga
berpotensi tinggi untuk menularkan HIV (Persekutuan Pelayanan Kristen Untuk Kesehatan Di Indonesia , 1995). HIV tidak menular melalui peralatan makan, pakaian, handuk, sapu tangan, toilet yang dipakai secara bersama-sama, berciuman di pipi, berjabat tangan, hidup serumah dengan penderita HIV/AIDS, gigitan nyamuk dan hubungan sosial yang lain. 3. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) Seseorang yang terinfeksi HIV atau menderita AIDS sering disebut dengan ODHA. Penderita HIV/AIDS dinyatakan sebagai penderita AIDS ketika menunjukkan gejala atau penyakit tertentu yang merupakan akibat penurunan daya tahan tubuh yang disebabkan virus HIV atau tes darah menunjukkan jumlah CD4 < 200/mm3 (Departemen Kesehatan, 2006). Menurut Departemen Kesehatan R.I, 1997 (Nursalam dan Kurniawati, 2007) perjalanan penyakit AIDS dibagi dalam beberapa stadium, yaitu: a. Stadium pertama: HIV Infeksi dimulai dengan masuknya HIV dan diikuti terjadinya perubahan serologis ketika antibodi terhadap virus tersebut berubah menjadi negatif menjadi positif.Rentang waktu saat HIV masuk kedalam tubuh sampai tes antibodi terhadap HIV menjadi positif disebut window period.Lama window period antara 1 sampai 3 bulan, bahkan ada yang dapat berlangsung sampai 6 bulan. b. Stadium dua: Asimptomatik (tanpa gejala). Asimtomatik berarti di dalam organ tubuh terdapat HIV tetapi tubuh tidak menunujkkan gejala-gejala.Keadaan ini dapat berlangsung kira-kira 5-10 tahun. Cairan tubuh pasien HIV/AIDS yang tampak sehat ini sudah dapat menularkan HIV ke orang lain.
6
c. Stadium ketiga Pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata (Persistent Generalized Lymphadenopathy), tidak hanya muncul pada satu tempat saja dan berlangsung lebih satu bulan. d. Stadium keempat: AIDS Keadaan ini disertai bermacam-macam penyakit, antara lain penyakit konstitusional, penyakit syaraf dan penyakit i nfeksi sekunder. Gejala klinis pada stadium AIDS dibagi antara lain: 1) Gejala utama/mayor Demam berkepanjangan lebih dari tiga bulan, diare kronis lebih dari satu bulan berulang ataupun terus menerus, penurunan berat badan lebih dari 10% dalam tiga bulan dan TBC. 2) Gejala minor Bentuk kronis selama lebih dari satu bulan, infeksi pada mulut dan
tenggorokan
disebabkan
jamur
Candida
Albicans,
pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap diseluruh tubuh dan munculnya Herpes Zoster berulang dan bercak-bercak gatal diseluruh tubuh (Nursalam dan Kurniawati, 2007).
4. Pengobatan HIV/AIDS Terapi pengobatan HIV/AIDS menggunakan kombinasi tiga obat yang dikenal dengan terapi obat antiretroviral atau ARV. Terapi ini harus dipakai terus menerusagar tetap efektif. Obat antiretroveral (ARV) menghambat proses pembuatan HIV dalam sel CD4, dengan demikian mengurangi jumlah virus yang tersedia untuk menularkan sel CD4 baru. Akibatnya sistem kekebalan tubuh dilindungi dari kerusakan dan mulai pulih kembali, seperti ditunjukkan oleh peningkatan dalam jumlah sel CD4 (Green, 2003). Manfaat yang diperoleh dengan memakai ARV, antara lain: 1) Menghambat perjalanan penyakit HIV 2) Meningkatkan jumlah sel CD4 3) Mengurangi jumlah virus dalam darah 4) Merasa lebih baik (Green, 2003).
7
Pengobatan untuk HIV sampai saat ini masih dengan obat terapi obat antiretroviral atau ARV.Obat antiretroviral atau ARV fungsinya bukan untuk menyembuhkan akan tetapi untuk menekan virus HIV agar tidak dapat menggandakan diri. Dengan demikian mengurangi jumlah virus yang tersedia untuk menularkan sel CD4 baru.
8
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan HIV/AIDS 1. Pengkajian a. Data Demografi
Nama klien
:
Umur
:
Diagnosa Medik
:
Tanggal Masuk
:
Alamat
:
Suku
:
Agama
:
Pekerjaan
:
Status perkawinan : Status pendidikan
:
b. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama Klien mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu, flu, pusing, dan diare 2) Riwayat Penyakit Sekarang Riwayat kesehatan menunjukkan terjadinya panas, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu, flu, pusing, dan diare 3) Riwayat Penyakit Terdahulu Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang di alaminya saat ini. 4) Riwayat Kesehatan Keluarga Menurut pengakuan keluarga, dalam keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit yang sedang di derita pasien. 5) Keluhan waktu di data Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 7 Desember 2011 ditemukan benjolan pada leher.
9
c. Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas/istirahat a) Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi kelelaha/malaise. Perubahan pola tidur. b) Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernafasan. 2) Sirkulasi a) Gejala : proses penyembuhan luka yang lambat; perdarahan lama pada cedera. b) Tanda : takikardia, perubahan TD postural, menurunnya volume nadi perifer, pucat atau sianosis; parpanjangan pengisian kapiler. 3) Integritas ego a) Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan (keluarga, pekerjan, gaya hidup,dll), mengkuatirkan penampilan (menurunyya berat badan,dd), mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya,putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, dan depresi. b) Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.perilaku marah, menangis, kontak mata yang kurang. 4) Eliminasi a) Gejala : diare yang intermiten, terus menerus, sering atau tanpa disertai kram abdominal. Nyeri panggul, rasa terbakar saat mi ksi. b) Tanda : feses enter atau tanpa disertai mucus atau darah. Diare pekat yang sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, perianal. Perubahan dalam jumlah, warna, sdan karakteristik urine. 2) Makanan/cairan a) Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali makanan, mual/muntah. Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan. penurunan berat badan yang progresif.
10
b) Tanda : Penurunan berat badan, dapat menunjukkan adanya bising usus hiperaktif, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, adanya selaput puih dan perubahan warna, edema. 3) Hygiene a) Gejala :tidak dapat menyelesaikan AKS b) Tanda :memperlihatkan penampilan yang tidak rapih. Kekurangan dalam banyak atau semua perawatan diri, aktivitas perawatan diri. 4) Neurosensori a) Gejala :pusing/pening, sakit kepala. Perubahan status mental, kehilangan ketajaman/ kemampuan diri untukmengawasi masalah, tidak mampu mrngingat/ konsentrasi menurun.kelemahan otot, tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan. Kebas, kasemutan pada ekstremiats(kaki menunjukkan perubahan paling awal). b) Tanda : perubahan status mental, dngan rentang antara kacau mental sampai demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kasadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor/respon lambat. Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis. Timbul reflek tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya berjalan ataksia. remor pada motorik kasar/halus, menurunnya motorik fokalis. Hemoragi retina dan eksudat. 5) Nyeri/kenyamanan a) Gejala : nyeri umum /local, sakit, rasa terbakar pada kaki. Sakit kepala, nyeri dada pleuritis. b) Tanda : pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan. Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan/pincang, gerak otot melindungi yang sakit 6) Pernapasan a) Gejala : ISK sering, menetap. Napas pendek yang progresif. Batuk (mulai dari sedang sampai parah), produktif/non-produktif sputum. Bendungan atau sesak pada dada. b) Tanda : takipneu, disters pernapasan. Perubahan bunyi npas/bunyi napas adventius. Sputum :kuning
11
7) Keamanan a. Gejala : riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat penyembuhannya. Riwayat menjalani tranfusi darah yang sering atau berulang. Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut. Demam berulang: suhu rendah, peningkatan suhu intermitetn/memuncak; berkeringat malam. b. Tanda : perubahan integritas kulit : terpotong, ram, mis. Eczema, eksantem, psoriasis, perubahan warna, perubahan ukuran/ mola warna mla,; mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Rectum, luka-luka perianal/abses,.timbulnya nodulnodul, pelebaran kelenjar linfe pada dua area tubuh/lebih (leher, ketiak,
paha).menurunnya
kekebalan
imim,
tekanan
otot,
perubahan pada gaya berjalan. 8) Seksualitas a) Gejala : riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual deang pasangan yang positif HIV, pasangan seksual mltipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung, dan seks anal. Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks.penggunaan kondom yang tidak konsisten. Menggunakan pil pencegah kehamilan. b) Tanda : kehamilan atau resiko terhadap hamil. Genetalia : manifestasi kulit(mis. Kutil, herpes) 9) Interaksi social a) Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis. Kehilangan karabat/orang terdekat, teman, pendukung.rasa takut untuk mengungkapkannya
pada
orang
lain,
takut
akan
penolakan/kehilangan pendapatan. Isolasi, keseian, teman dekat ataupun pasangan yang meninggal karena AIDS. Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana. b) Tanda
:
perubahan
oada
interaksi
terdekat.aktivitas yang tak terorganisasi.
12
keluarga/
orang
10) Penyuluhan/pembelajaran a) Gejala
:kegagalan
untuk
mengikuti
perwatan,
melanjutkan
perilaku beresiko tinggi(seksual/penggunaan obat-obatan IV). Penggunaan/ penyalahgunaan obat-obatan IV, sast ini merokok, penyalahgunaan alcohol. b) Pertinbangan
keuangan,
rencana
pemulangan:
obat-obatan/tindakan,
memerlukan perawatan
bantuan kulit/luka,
peralatan/bahan, transpotasi, belanja makanan dan persiapan ; perawatan diri, prosedur perawatan teknis,dll.
2. Dianosa Keperawatan
a. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko. b. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan. c. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan. d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi. e. Diare berhubungan dengan infeksi GI f.
Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang dicintai .
13
3. Intervensi dan Rasional Perencanaan Keperawatan N
Diagnosa
o
Keperawatan
Tujuan dan
Intervensi
criteria hasil
1
Resiko
tinggi
Pasien
akan 1. Monitor tanda- 1. Untuk
infeksi
bebas
berhubungan
oportunistik
dengan
dan
imunosupresi,
komplikasinya
malnutrisi pola
infeksi
tanda
2. gunakan teknik aseptik
hidup tak ada tandatanda
infeksi
pengobatan dini
baru.
dan dengan kriteria
yang beresiko.
Rasional
infeksi
pada
2. Mencegah pasien
setiap tindakan
oleh
invasif.
patogen
Cuci
terpapar kuman yang
tangan
diperoleh
baru, lab tidak
sebelum
rumah sakit.
ada
meberikan
infeksi
oportunis,
di
tindakan.
tanda
vital 3. Anjurkan
dalam
batas
pasien metoda
bertambahnya
normal,
tidak
mencegah
infeksi
ada luka atau
terpapar
eksudat.
terhadap
3. Mencegah
lingkungan yang patogen. 4. Kumpulkan
4. Meyakinkan
spesimen
diagnosis akurat
untuk tes lab
dan pengobatan
sesuai order. 5. Atur pemberian
n kadar darah
antiinfeksi
yang terapeutik
sesuai order
14
5. Mempertahanka
2
Resiko
tinggi
Infeksi
HIV 1. Anjurkan
1. Pasien
infeksi (kontak tidak
pasien
pasien)
ditransmisikan,
orang penting
dan memerlukan
berhubungan
tim
lainnya metode
informasikan ini
kesehatan
atau
dengan infeksi memperhatikan
mencegah
HIV,
universal
transmisi HIV
infeksi
precautions
dan
nonopportunisit
dengan
patogen
ik yang dapat
kriteriaa
lainnya.
ditransmisikan.
kontak
adanya
dan
pasien
keluarga
dan mau
kuman
2. Gunakan darah 2. Mencegah
tim
dan
cairan
transimisi
kesehatan tidak
tubuh
infeksi HIV ke
terpapar
precaution bial
orang lain
HIV,
tidak terinfeksi
merawat
patogen
pasien.
lain
seperti TBC.
Gunakan masker
bila
perlu.
3
Intolerans
Pasien
1.
aktivitas
berpartisipasi
respon
bervariasi dari
berhubungan
dalam
fisiologis
hari ke hari
dengan
kegiatan,
terhadap
kelemahan,
dengan kriteria
aktivitas
pertukaran
bebas dyspnea 2.
Berikan
oksigen,
dan
bantuan
kebutuhan
malnutrisi,
selama
perawatan
energy
kelelahan.
aktivitas.
yang
takikardi
Monitor
sendiri mampu
15
1. Respon
2. Mengurangi
pasien tidak
3.
4
3. Ekstra istirahat
perawatan
perlu
jika
pasien
karena
sehingga tidak
meningkatkan
mengganggu
kebutuhan
isitirahat.
metabolik
Monitor
1. Intake menurun
Perubahan
Pasien
nutrisi
mempunyai
kemampuan
dihubungkan
dari kebutuhan
intake
mengunyah
dengan
tubuh
dan
protein
dan menelan.
tenggorokan dan
berhubungan
yang
adekuat
dengan
untuk
kurang
kalori
nyeri
mulut Monitor
BB, 2. Menentukan
memenuhi
intake
dan
meningkatnya
kebutuhan
ouput
kebutuhan
metaboliknya
yang
intake
1.
Jadwalkan
kurang,
2.
3.
Atur
3. Mengurangi
metabolic, dan dengan kriteria
antiemetik
menurunnya
sesuai order
absorbsi gizi.
mual
dan
zat muntah
4.
muntah
Rencanakan
dikontrol,
diet
pasien
makan
pasien
TKTP,
serum
orang penting
albumin protein
dan
data dasar
dengan dan
4. Meyakinkan bahwa makanan sesuai
dengan
keinginan pasien
lainnya.
dalam
batas n ormal, BB mendekati seperti sebelum sakit. 5
Diare
Pasien merasa 1.
Kaji
berhubungan
nyaman
konsistensi
adanya
dan frekuensi
dalam feses
dan
dengan infeksi mengnontrol
16
1. Mendeteksi darah
GI
diare,
feses
komplikasi
adanya darah.
minimal
2.
dengan kriteria perut
lunak,
tidak
tegang,
dan
Auskultasi
2. Hipermotiliti
bunyi usus
mumnya dengan diare
3.
Atur
agen 3. Mengurangi
feses lunak dan
antimotilitas
motilitas
warna normal,
dan
yang
kram
(Metamucil)
emperburuk
sesuai order
perforasi
perut
hilang,
psilium
usus, pelan,
pada
intestinal 4.
Berikan
4. Untuk
ointment
A
dan D, vaselin atau
menghilangkan distensi
zinc
oside 6
Tidak
efektif
Keluarga atau 1. Kaji
koping
orang
keluarga
lain
terhadap
berhubungan
mempertahank
pasein
dengan
cemas an
tentang keadaan
penting
koping
suport
sistem yang
orang dicintai.
keluarga
1. Memulai suatu
sakit dan
perawatannya
dan
hubungan dalam bekerja secara
adaptasi
konstruktif
terhadap
dengan
perubahan
keluarga.
akan
2. Biarkan
2. Mereka
kebutuhannya
keluarga
menyadari
dengan kriteria
mengungkapka
bahwa
pasien
na
mereka
dan
keluarga
perasaan
secara verbal
berinteraksi dengan
cara
tak
berbicara secara bebas
3. Ajarkan kepada
17
3. Menghilangk
yang
keluaraga
an
konstruktif
tentang
kecemasan
penyakit
dan
transmisinya.
tentang transmisi melalui kontak sederhana.
18
C. Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik Pada Pasien dengan HIV/AIDS
1. Anamnesis pada pasien dengan HIV/AIDS Diagnosis HIV ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis yang mendukung kemungkinan infeksi HIV misalnya
Lahir dari ibu dengan resiko tinggi
Lahir dari ibu dengan pasangan resiko tinggi
Penerima transfusi darah atau komponennya, lebih-lebih berulang dan tanpa uji tapis HIV Penggunaan obat parenteral atau intravena dengan keliru (biasanya
pecandu narkotika) Kebiasaan seksual yang keliru
2. Pemeriksaan fisik paasien dengan HIV/AIDS Pemeriksaan Umum : Kesadaran
: Dapat terjadi penurunan kesadaran hingga koma
TD
:-
Nadi
: penurunan/ peningkatan nadi
Penafasan
: penurunan atau peningkatan pernafasan
Suhu
: demam menetap >4 minggu
TB/BB
: pada stadium awal sampai akhir akan mengalami penurunan berat badan secara progresive
Pemeriksaan Fisik head to toe : a. Kepala Sebhorroic dermatitis, gejala pneumocystis cranii, nyeri kepala menetap b. Kulit Infeksi kulit umum, herpes simplex, popular pruritic eruption PPE) pada lengan, tungkai dan bokong, turgon kulit tidak elastis, sarcoma Kaposi c. Mata
19
Cytomegalovirus (CMV) retinitis adalah komplikasi umum AIDS. Hal ini terjadi lebih sering pada orang yang memiliki CD4 kurang dari 100 sel per microliter (MCL). Termasuk gejala floaters, penglihatan kabur atau kehilangan penglihatan. d. Hidung
:-
e. Telinga
:-
f. Mulut 1) Lesi pada mulut →kapossi sarcoma 2) Candida oral → plaque putih yang melapisi rongga mulut dan lidah → candidiasis 3) Candidiasis esophagus 4) Hairy leukoplakia :lesi/ plaque atau seperti proyeksi rambut bergelombang pada bagian lateral lidah yang tidak nyeri dan tidak dapat hilang dengan menggosiskkannya 5) Gingivitis 6) Angular chelitis g. Leher Lymphadenopathy persistent h. Dada/ pernafasan 1) Sesak nafas (dipsneu, takipneu) 2) Batuk produktif dan batuk non produktif dengan SaO2 < 80% (PCP) 3) Retraksi interkostalis 4) Infeksi saluran pernafasan atas yang berulang 5) Batuk menetap > 4 minggu 6) Gejala tuberculosis paru i.
Abdomen Pemeriksaan
abdomen
mungkin
memebesar
(hepatomegaly)
menunjukkan
atau
hati
pembesaran
yang limpa
(splenomegaly). Gejala ascites, distensi abdomen juga sering terjadi pada psien HIV/AIDS sehingga diperlukan pemeriksaan perkusi abdomen.
20
j.
Kelenjar getah bening Pembesaran kelenjar getah bening (limpadenopati) tidak selalu disebabkan oleh HIV, namun pada kasus penderita HIV/AIDS prevalensi dan factor resikonya meningkat
21
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Virus HIV merupakan retrovirus yang termasuk golongan virus RNA (virus yang menggunakan RNA sebagai molekul pembawa informasi genetik). Disebut retrovirus karena memiliki enzim reserve transcriptase. Enzim ini memungkinkan virus mengubah informasi genetiknya yang berada dalam RNA ke dalam bentuk DNA yang kemudian diintregasikan ke dalam bentuk informasi genetik sel limfosit yang diserang. AIDS adalah bentuk lanjut dari infeksi HIV. AIDS bukan merupakan sebuah penyakit, karena AIDS merupakan gejala yang tampil bilamana kekebalan tubuh kita melemah atau rusak diakibatkan HIV. Virus HIV/AIDS menular melalui enam cara penularan hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS, Ibu pada bayinya, Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS, Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril, Alat-alat untuk menoreh kulit, dan Menggunakan jarum suntik secara bergantian. Seseorang yang terinfeksi HIV atau menderita AIDS sering disebut dengan ODHA. Penderita HIV/AIDS dinyatakan sebagai penderita AIDS ketika menunjukkan gejala atau penyakit tertentu yang merupakan akibat penurunan daya tahan tubuh yang disebabkan virus HIV atau tes darah menunjukkan jumlah CD4 < 200/mm3. Terapi pengobatan HIV/AIDS menggunakan kombinasi tiga obat yang dikenal dengan terapi obat antiretroviral atau ARV.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepanya kelompok akan menjelaskan makalah yang lebih banyak sumber-sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Semoga makalah ini dapat di pergunakan sebagai mana mestinya dan dapat menambah informasi bagi para pembaca
22
DAFTAR PUSTAKA
23