Tugas Kliping PKN SMP N 26 SEMARANG
: Nama Kelompok : 1. Thoha Rizq Aushaf [ 27 ] / IX-A
5 Orang Hebat Indonesia yang Menginspirasi Diri Kita
1. Biografi BJ Habibie Presiden RI Ke 3 – Sang Bapak Teknologi Indonesia
Biografi BJ Habibie Prof. Dr.-Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie atau yang sering dipanggil BJ Habibie lahir di Pare – Pare, Sulawesi Selatan pada tanggal 25 Juni 1936. Habibie merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, putra dari pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A Tuti Marini Puspowardojo. Ayahnya seorang ahli didunia pertanian memiliki darah Gorontalo dan Bugis, sedangkan sang Ibu seorang bangsawan dari Yogyakarta dimana orang tuanya memiliku sekolahan dan dokter spesialis mata di kota gudeg tersebut.
Masa kecil BJ Habibie Semasa kecil Habibie sudah menunjukkan ketertarikannya pada ilmu pengetahuan dan teknologi, dia sangat senang dengan Fisika. Sampai akhirnya ketika Habibie remaja bisa menyelesaikan study Teknik Mesin di Institut Teknologi Bandung selama enam bulan.
Kuliah Di Jerman Setelah itu Habibie menghabiskan masa remajanya di Jerman karena dia melanjutkan studinya yaitu S1 sekaligus S2 di Aachen Jerman. Dimana sang ibu membuka usaha catering dan kos – kosan di Bandung, untuk membiaya studinya habibie, mengingat sang ayah sudah meni nggal. Bidang ilmu yang Habibie ambil adalah desain dan Konstruksi Pesawat di Fakultas Teknik Mesin, Habibie menyelesaikan studynya selama lima tahun dengan gelar Diploma Ingenenieur jika di Indonesia setara dengan gelar master S2.
BJ Habibie Menikah Habibie sempat pulang ke tanah air dan ketika beliau menikmati masa jedanya untuk melanjutkan S3 dipertemukan dengan temannya semasa duduk di bangku SMA. Akhirnya temannya tersebut disuntingnya untuk menjadi istri dan wanita yang beruntung itu adalah Hasri Ainun Besari. Meraka menikah pada tanggal 12 Mei 1962, setelah menikah sang istri diboyongnya ke Jerman, dikarenakan Habibi akan melanjutkan study S3 nya. Di Jerman Habibi harus bekerja guna menopang hidup dan untuk biaya study S3.
Mendapat Gelar Doctor Ingenieur (Doktor Teknik) Sampai akhirnya pada tahun 1965 Habibi menyelesaikan studynya dengan gelar Doktor Ingenieur (Doktor Teknik). Setelah menyelesaikan program Doktor, Habibie langsung diterima bekerja di sebuah perusahan dirgantara di Jerman dimana pada tahun 1965 – 1969 beliau menduduki jabatan sebagai Kepala Penelitian dan Pengembangan pada Analisis Struktur Pesawat Terbang. Kemudian pada tahun 1969 – 1973 Habibi diangkat menjadi Kepala Divisi Metode dan Teknologi, Atas kerja keras dan pemikirannnya selang empat tahun tepatnya pada tahun 1973 – 1978 beliau diangkat menjadi Vice Presiden sekaligus Direktur Teknologi sampai akhirnya sekaligus diangkat menjadi Penasehat Senior bidang teknologi untuk Dewan Direksi di MBB. Habibi adalah satu – stunya orang Asia pertama yang bisa menduduki jabatan kedua di perusahan tersebut.
Di usianya yang menjelang 40 tahun Habibie sudah dianggap sebagai permata di Jerman, banyak sekali teori dan penelitiannnya dibidang penerbangan sehingga digunakan dalam teori penerbangan, seperti dibidang Termodinamika, Konstruksi dan Aerodinamika. Teori Habibi yang sangat terkenal diantaranya adalah Habibi Factor, Habibie Theorem, dan Habibie Method. Seiring dangan kesuksesannya keluarga selalu mendukung dibelakangnya. Sang Istri mendedikasikan sebagi dokter anak di salah satu Rumah Sakit di Jerman. Mereka dikaruniai dua putra yaitu Ilham Akbar Habibie dan Thareq kemal Habibie.
BJ Habibie Kembali Ke Indonesia Kesuksesan Habibie didengar oleh sang Presiden Indonesia kala itu Suharto, dengan tekat membawa Habibie pulang ke Indonesia. Maka sang Presiden mengutus bawahannya untuk membujuk Habibie kembali ke Indonesia. Sehingga pada tahun 1974 Habibie pulang kembali ke Indonesia dan saat itu juga beliau diangkat menjadi Penasihat Pemerintah di Bidang Teknologi Pesawat Terbang dan Teknologi hingga tahun 1978. Sehingga mengharuskan Habibie untuk pulang pergi Indonesia Jerman mengingat saat itu beliau juga menduduki sebagai Vice Presiden di MBB.
Habibie memutuskan untuk mendedikasikan sepenuhnya kepada Negara dan Beliau keluar dari MBB, sehingga pada tahun 1978 – 1997 beliau diangkat menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) sekaligus merangkap sebagai Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan masih banyak posisi penting yang diembannya. Pola pikir Habibie yang sangat mengedepankan Teknologi sangat didukung penuh oleh mantan Presiden Soeharto. Bahkan Pak Harto tidak segan – segan menggelontorkan dana APBN untuk membiaya riset dan penelitian Habibie bersama dengan Timnya.
Mendirikan Industri Pesawat di Indonesia Langkah awalnya adalah pada tanggal 26 April 1976 beliau mendirikan PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio, dan industri pesawat ini merupakan industri pesawat pertama di kawasan Asia Tenggara. Habibi juga diberi kepercayaan untuk memimpin beberapa perusahan penting seperti Pindad dan PAL. Sehingga setiap tahunnya Pak Harto memberikan dana APBN untuk industri – industri strategis yang dikelola oleh Habibie. Pada tahun 1989 diketahui dana yang dikeluarkan negara untuk industri – industri startegis sangatlah besar, sedangkan progres yang di hasilkan dari industri ini belum terlihat. Memang membutuhkan banyak investasi untuk mendirikan industri strategis ini, sehingga hasilnya tidak dapat kita rasakan saat ini juga melainkan beberapa tahun kedepan. Sampai akhirnya industri strategis (IPTN, Pal, dan Pindad) bisa menghasilkan produknya seperti helikopter, pesawat, senjata, kapal, tank, panser, dan masih banyak lagi untuk kebutuhan Sipil dan Militer.
BJ Habibie Menjadi Presiden RI ke 3 Pada tanggal 14 Maret 1998 sampai dengan 21 Mei 1998 B.J Habibie diangkat menjadi Wakil Presiden. Mengingat saat itu Negara Indonesia sedang mengalami masa Revormasi maka atas kehendak Rakyat Presiden Sueharto dilengser dari jabatannnya dan digantikan oleh wakilnya yaitu B.J Habibie tepat pada tanggal 21 Mei 1998. Keadaan Negara yang kacau balau membuat Habibie untuk mengencangkan ikat pinggang guna memperbaiki keadaan semisal pemulihan ekonomi sehingga beliau berusaha keras untuk mengembalikan dukungan Moneter Internasional dan komunitas negara – negara donor. Hebatnya lagi Habibie berani membebaskan para tahanan politik dimasa orde baru, beliau memberikan ruang untuk berorasi. Walaupun B.J Habibie memerintah Indonesia cukup singkat bukan berarti Beliau tidak banyak bekerja, justru banyak kebijakan yang brilian dihasilkan olehnya.
diantaranya adalah : UU Anti Monopoli, UU Persaingan Sehat, perubahan UU Partai Politik, dan yang paling fenomenal adalah UU Otonomi Daerah sampai akhirnya kita bisa merasakan hasil dari UU Orde ini yaitu pembangunan yang tidak terpusat di Ibu Kota saja melainkan di seluruh penjuru nusantara dibawah naungan kepemimpinan Pejabat Daerah. Tidak ada gading yang tak retak, sebegitu hebatnya sosok B.J Habibie tetapi masih saja ada cacat di era kepemimpinannya yaitu memperbolehkan referendum Provinsi Timor Timur (sekarang menjadi Timor Leste). Maksud dari Referendum adalah melakukan jajak pendapat bagi warga Timor Timur untuk memilih tetap menjadi Warga Negara Indonesia atau memilih untuk merdeka dan mendirikan negara sendiri, tepat pada tanggal 30 Agustus 1999 Timor Timur keluar dari NKR dan menjadi Negara yang berdaulat. Atas peristiwa inilah para pihak oposisi berusaha untuk menjatuhkannnya apalagi laporan pertanggungjawabannya ditolak oleh MPR. Pada tahun 1999 Beliau tidak berniat untuk mencalonkan menjadi Presiden kembali. Banyak orang yang memandang sebelah mata terkait kepemimpinan Beliau. Akan tetapi seiring lambat tahun banyak juga masyarakat Indonesia memuji dan demikian juga menghargai jasa – jasa beliau. Pasca kepemimpinannya menjadi Presiden Habibi lebih banyak hidup di J erman, tetapi ketika diera kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudoyono beliau kambali lagi ke tanah air guna menjadi penasehat Presiden melalui organisani yang didirikannya yaitu Habibie Center. Selain itu beliau juga menjadi Komisaris Utama di PT. Regio Aviasi Industri yaitu sebuah industri dibidang perencanaan pesawat terbang R-80.
Istri BJ Habibie Meninggal Dunia Kabar duka menimpa beliau yaitu pada tanggal 22 Mei 2010 istri tercinta Ibu Hasri Ainun Habibie meninggal dunia di Rumah Sakit Ludwig Maximilians Universitat, Klinkum, Munchen, Jerman. Adapun ungkapan dari beliau yang cukup menyayat hati yaitu “ Ainun adalah segalanya, Ainun adalah mata untuk melihat, hidupnya, namun setiap kisah me mpunyai akhir mimpi dan mempunyai batas.
2. Biografi Ki Hajar Dewantara Sang Bapak Pendidikan Indonesia
Biografi Ki Hajar Dewantara Berikut ini kita akan membahas lumayan lengkap tentang biografi Ki Hajar Dewantara sang bapak pendidikan Indonesia. Ki Hajar Dewantara terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, beliau sendiri lahir di Kota Yogyakarta, pada tanggal 2 Mei 1889, Hari
kelahirannya kemudian diperingati setiap tahun oleh Bangsa Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Beliau sendiri terlahir dari keluarga Bangsawan, ia merupakan anak dari GPH Soerjaningrat, yang merupakan cucu dari Pakualam III.
Latar Belakang Ki Hajar Dewantara Latar belakang pendidikannya dimulai dari ELS yaitu Sekolah Dasar untuk anak-anak Eropa/Belanda dan juga kaum bangsawan. Selepas dari ELS ia kemudian melanjutkan pendidikannya di STOVIA yaitu sekolah yang dibuat untuk pendidikan dokter pribumi di kota Batavia pada masa kolonial Hindia Belanda, yang kini dikenal sebagai fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Meskipun bersekolah di STOVIA, Ki Hadjar Dewantara tidak sampai tamat sebab ia menderita sakit ketika itu. Ki Hajar Dewantara cenderung lebih tertarik dalam dunia jurnalistik atau tulis-menulis, hal ini dibuktikan dengan bekerja sebagai wartawan dibeberapa surat kabar pada masa itu, antara lain, Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Gaya penulisan Ki Hadjar Dewantara pun cenderung tajam mencerminkan semangat anti kolonial. Seperti yang ia tuliskan berikut ini dalam surat kabar De Expres pimpinan Douwes Dekker : “Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta -pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan
sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya” Tulisan tersebut kemudian menyulut kemarahan pemerintah Kolonial Hindia Belanda kala itu yang mengakibatkan Ki Hadjar Dewantara ditangkap dan kemudian ia diasingkan ke pulau Bangka dimana pengasingannya atas permintaannya sendiri. Pengasingan itu juga mendapat protes dari rekan-rekan organisasinya yaitu Douwes Dekker dan Dr. Tjipto Mangunkusumo yang kini ketiganya dikenal sebagai ‘Tiga Serangkai’. Ketiganya kemudian diasingkan di Belanda oleh pemerintah Kolonial. Berdirinya organisasi Budi Utomo sebagai organisasi sosial dan politik kemudian mendorong Ki Hadjar Dewantara untuk bergabung didalamnya, Di Budi Utomo ia berperan sebagai propaganda dalam menyadarkan masyarakat pribumi tentang pentingnya semangat kebersamaan dan persatuan sebagai bangsa Indonesia. Munculnya Douwes Dekker yang kemudian mengajak Ki Hajar Dewantara untuk mendirikan organisasi yang bernama Indische Partij yang terkenal. Pengasingannya di Belanda kemudian Ki Hajar Dewantara mulai bercita-bercita untuk memajukan kaumnya yaitu kaum pribumi. Ia berhasil mendapatkan ijazah pendidikan yang dikenal dengan nama Europeesche Akte atau Ijazah pendidikan yang bergengsi di belanda. Ijazah inilah yang membantu beliau untuk mendirikan lembaga-lembaga pendidikan yang akan ia buat di Indonesia. Di Belanda pula ia memperoleh pengaruh dalam mengembangkan sistem pendidikannya sendiri.
Pernikahan Ki Hajar Dewantara Pada tahun 1913, Ki Hajar Dewantara kemudian mempersunting seorang wanita keturunan bangsawan yang bernama Raden Ajeng Sutartinah yang merupakan putri paku alaman, Yogyakarta. Dari pernikahannya dengan R.A Sutartinah, Ki Hadjar Dewantara kemudian dikaruniai dua orang anak bernama Ni Sutapi Asti dan Ki Subroto Haryomataram. Selama di pengasingannya, istrinya selalu mendampingi dan membantu segala kegiatan suaminya terutama dalam hal pendidikan. Kemudian pada tahun 1919, ia kembali ke Indonesia dan langsung bergabung sebagai guru di sekolah yang didirikan oleh saudaranya. Pengalaman mengajar yang ia terima di sekolah tersebut kemudian digunakannya untuk membuat sebuah konsep baru mengenai metode pengajaran pada sekolah yang ia dirikan sendiri pada tanggal 3 Juli 1922, sekolah tersebut bernama National Onderwijs Instituut Tamansiswa yang kemudian kita kenal sebagai Taman Siswa. Di usianya yang menanjak umur 40 tahun, tokoh yang dikenal dengan nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat resmi mengubah namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara atau sering di lafalkan Ki Hajar Dewantara,, hal ini ia maksudkan agar ia dapat dekat dengan rakyat pribumi. Ia pun juga membuat semboyan yang terkenal yang sampai sekarang dipakai dalam dunia pendidikan Indonesia yaitu : • Ing ngarso sung tulodo (di depan memberi contoh).
• Ing madyo mangun karso. • Tut Wuri Handayani.
Kehidupan Ki Hajar Dewantara Setelah Kemerdakaan Selepas kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tahun 1945, Ki Hajar Dewantara kemudian diangkat oleh Presiden Soekarno sebagai Menteri pengajaran Indonesia yang kini dikenal dengan nama Menteri Pendidikan. Berkat jasa – jasanya, ia kemudian dianugerahi Doktor Kehormatan dari Universitas Gadjah Mada. Selain itu ia juga dianugerahi gelar sebagai Bapak Pendidikan Nasional dan juga sebagai Pahlawan Nasional oleh presiden Soekarno ketika itu atas jasa – jasanya dalam merintis pendidikan bangsa Indonesia. Selain itu, pemerintah juga menetapkan tanggal kelahiran beliau yakni tanggal 2 Mei diperingati setiap tahun sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ki Hadjar Dewantara Wafat pada tanggal 26 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di Taman Wijaya Brata.
makam ki hajar dewantara beserta istrinya
3. Biografi Raden Adjeng Kartini – Pelopor Emansipasi Wanita Di Indonesia Biografi RA Kartini Raden Ajeng Kartini merupakan Pahlawan Nasional yang berjenis kelamin wanita, mungkin tidak satu – satunya, tetapi setidaknya di Zaman dahulu kala ada seorang wanita yang gigih memperjuangkan nasib para kaumnya di tengah – tengah kondisi negara yang tidak aman. Raden Ajeng Kartini yang biasa dikenal dengan nama RA Kartini lahir di Jepara tanggal 21 April 1879. RA Kartini dibesarkan dari kalangan keluarga bangsawan ayahnya bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dimana beliau adalah seorang Patih yang diangkat menjadi Bupati Jepara, sedangkan sang ibu bernama M.A. Ngasirah putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seoang guru agama di wilayah Telukawur, Jepara. Jika dilihat dari silsilah keluarga, ayah R.A Kartini masih memiliki keturunan Sultan Hamengkubuwono ke VI, selain itu beliau juga masih ada keturunan dari Kerajaan Majapahit. Sedangkan saat ayah dan ibu kartini menikah beliau sedang menjabat sebagai seorang Wedana di Mayong. Mengingat saat itu peraturan dari pemerintahan Belanda yang mengharuskan seorang Bupati menikah dengan keturunan bangsawan, maka beliau memutuskan untuk menikah kembali dengan Raden Adjeng Woerjana, yang merupakan keturunan langsung Raja Madura. Sehingga R.A Kartini mempunyai ibu tiri, dan beliau merupakan anak ke – 5 dari 11 saudara baik itu saudara kandung maupun tiri. R.A Kartini saat itu merupakan salah satu gadis yang beruntung bila dibandingkan gadis – gadis seumurnya , karena dia bisa merasakan bangku sekolah walaupun ketika di usia 12 tahun Kartini harus berhenti sekolah, mengingat saat itu ketika gadis sudah berusia 12 tahun maka harus di pingit artinya tidak boleh keluar rumah dan hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Kemampuan Bahasa RA Kartini Kartini disekolahkan oleh ayahnya di ELS (Europese Lagere School), dari sekolah inilah Kartini mulai belajar bahasa Belanda. Karena
kemampuannnya
bisa
berbahasa
Belanda,
maka
Kartini
memanfaatkan
kemampuannya itu untuk berkorespondensi dengan sahabatnya yang berada di Belanda. Selain itu Kartini juga banyak membaca majalah, surat kabar dan buku – buku , didalam renungannya saat membaca buku, beliau sangat tertarik dengan pola pikir wanita Eropa, dan hal itu ingin sekali Kartini terapkan di daerahnya terutama bagi wanita pribumi. Adapun surat kabar yang sering Kartini baca adalah Semarang De Locomotef, sedangkan untuk majalah Kartini senang membaca majalah wanita belanda yang bernama De Hollandsche Lelie. Majalah tersebut berisi tentang kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Adapaun buku – buku yang beliau baca sangat berbobot dan dia membacanya lebih dari dua kali. Buku – buku tersebut diantaranya adalah : Max Havelaar, Surat – Surat Cinta karya Multatuli, De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus, buku – buku berkisah Roman dan Feminim karya Nyonya Goekoop de Jong Van Beek, buku Roman anti perang karya Berta Von Suttner, dan Die Waffen Nieder (Letakan Senjata). Hebatnya sekian banyak buku yang Kartini baca menggunakan bahasa Belanda. Berbekal informasi dari surat kabar, majalah, dan buku, RA Kartini sering mengirimkan surat kepada redaksi De Hollandsche Lelie. Isi dari surat – surat yang beliau kirim adalah emansipasi wanita dalam kehidupan dan masalah sosial. Kartini banyak menyuarakan tentang perjuangan seorang wanita untuk mendapatkan kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai seorang manusia. Mengapa wanita harus di pingit dengan berbagai macam alasan, Kartini sangat menyayangkan hal tersebut yang sekiranya sangat berbanding terbalik dengan kehidupan para wanita di Eropa.
RA Kartini Menikah Pada tahun 1903 Kartini dijodohkan oleh orang tuanya dengan seorang Bupati dari Rembang yaitu K.R.M Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, dimana beliau sudah memiliki tiga orang istri. Saat itu RA Kartini sudah berusia 24 tahun, tepat pada tanggal 12 November 1903 Kartini disunting oleh bupati Rembang yaitu K.R.M Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat. Beliau sangat memahami dan mengerti keinginan dari RA Kartini, dan akhirnya K.R.M Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat mendirikan sebuah sekolahan untuk Kartini dimana berada di sebelah timur pintu gerbang komplek kantor Kabupaten Rembang. Pasangan ini dikaruniai seorang putra bernama Soesalit Djojodhiningrat, pangeran Soesalit lahir pada tanggal 13 September 1904. Mr.J.H Abendanon yang kala itu merupakan Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajaan Hindia Belanda mengumpulkan dan membukukan surat – surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini kepada teman – temannya di Eropa. Sampai akhirnya dijadikan sebuah buku yang berjudul Door Duisternis tot Lichi yang berarti “Dari kegelapan Menuju Cahaya”. Buku ini sempat di cetak sebanyak lima kali pada tahun 1911. Kemudian pada tahun 1922 Balai Pustaka menerbitkannya dalam bahasa melayu yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang Boeah Pikiran” yang merupakan terjemahan dari Empat Saudara. Selanjutnya pada tahu 1938 di lakukan perbaikan oleh Armijn Pane dengan membagi menjadi 5 bab yang menceritakan pemikiran Kartini kepada Respondennya, buku ini dicetak s ebanyak 11 kali dan judulnya diganti menjadi “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Selain itu surat – surat Kartini diterjemahkan kedalam bahasa Jawa dan Sunda. Dengan terbitnya surat – surat Kartini, dimana berisi cara pandang seorang wanita pribumi yang berbeda sehingga merubah pemikiran pada masyarakat Belanda kepada wanita pribumi yang ada saat itu.
Pemikiran Kartini menjadi Inspirasi bagi tokoh Nasional seperti W.R Supratman yang menciptakan lagu berjudul Ibu Kita Kartini dan sampai sekarang lagu ini senang tiasa dikumandangkan oleh adek – adek kita di bangku taman kanak – kanak sampai Sekolah dasar.
Isi Pemikiran Kartini Adapun isi dari pemikiran Kartini pada isi Surat – Suratnya adalah sebagai berikut : 1. Kondisi sosial para wanita Jawa dimana mereka terkungkung oleh adat yang sudah mendarah daging, dimana Kartini ingin para wanita Jawa bisa mendapatakan pendidikan dan ilmu pengetahuan layaknya seperti kaum Laki – Laki. 2. Cara pandang layaknya seperti wanita Eropa dimana bisa bebas mendapatkan pendidikan, bukan seperti wanita Jawa yang hanya di pingit pada usia 12 tahun dan dinikahi oleh seorang laki – laki pilihan orang tua, bahkan sebelumnya mereka belum saling mengenal, sehingga mau untuk di madu dengan wanita lain. 3. Berisi rasa dilema kepada sang Ayah, dimana saat Kartini masih kecil diizinkan ayahnya untuk bersekolah meski terhenti diusia 12 tahun, tetapi setidaknya hal itu membuka cara pandang Kartini terhada nasib para Wanita J awa. 4. Kartini sangat sayang dan cinta kepada sang Ayah, tetapi sang Ayah pula yang melarang Kartini meneruskan studynya ke Belanda. Tetapi hati seorang ayah selalu mencarikan jalan terbaik untuk anaknya yaitu dengan mengizinkan kartini menjadi Guru di Betawi. 1. Rasa kekecewaan Kartini karena tidak bisa melanjutkan studynya ke Belanda dan diganti dengan belajar di Betawi tetapi lagi – lagi Kartini harus menerima kenyataan di usinya yang ke 24 tahun Kartini harus menggagalkan Studynya di Betawi karena dalam waktu dekat Kartini akan dinikahi oleh Bupati Rembang. 2. Rasa kekecewaan Kartini berubah menjadi Semangat ketika setelah Kartini menikah
dengan Bupati Rembang, dimana sang Suami memberi ruang sebebasnya untuk Kartini dlam mengembangkan cita – citanya sampai akhirnya Kartini dibuatkan sekolahan oleh sang Suami tercinta.
Museum RA Kartini Perlu diketahui bahwa museum Kartini terletak di pusat jantung kota Rembang, dimana museum ini dulunya adalah kantor bupati Rembang dan sekarang sudah dipindah di gedung yang baru, sedangkan kantor lama ditetapkan sebagai museum Kartini. Disana nampak banyak sekali peninggalan semasa hidup Kartini mulai dari Cermin untuk berias, lemari pakaian, tempat tidur, meja dan kursi, pakain Kartini, foto – foto keluarga, ukiran – ukiran, tempat membuat jamu, lesung dan alu, mesin jahit, radio, dan yang paling menarik adalah coretan – coretan Kartini yang mana dibuatkan secara tersendiri ruangan untuk memajang karya tulis sang Pahlawan wanita ini. Ruangan tersebut dibagi menjadi dua yaitu ruangan gelap dan ruangan terang, adapun gambar suasana museum Kartini dapat terlihat pada foto – foto berikut ini. Yang mencuri perhatian penulis ketika berkunjung di Museum itu adalah sebuah karya ukiran kecil yang didalamnya terpahatkan tulisan dengan bahasa jawa dimana tuliasan itu berbunyi “Urip Iku Gaduhan, Drajat Iku Silihan, Amal Iku Karja” jika diartikan dalam bahas Indonesia adalah “ Hidup Itu sebuah Kegaduhan, Kedudukan Itu sebuah Pinjaman, Amal itu sebuah Karya” dan hebatnya karya ukiran ini adalah milik putra Kartini bernama Pangeran Soesalit Djojodhiningrat.
karya-pangeran-soesalit Benar – benar Buah jatuh tidak jatuh dari pohonnya, artinya sang pangeran mewarisi kemampuan dalam bersastra dari sang ibu.
R.A Kartini Meninggal Dunia Kartini meninggal pada tanggal 17 September 1904 di desa Bulu Kecamatan Rembang. Dimana saat itu Kartini juga mempunyai kediaman di desa itu. Kartini dimakamkan di selatan rumah tersebut, saat ini makam belium sering sekali dikunjungi oleh banyak pengunjung. Kesan yang ada tempat pemakaman sangat damai, hening dan sakral. Terdapat beberapa pohon besar juga 3 buah pendopo yang mana pendopo utama adalah makam dari R.A Kartini beserta sang Suami.