Nama Kelompok: Anita Dianingrum (3211100008) Ika Yulistia Wardani (3211100014) Ryan Fauzi E. (3211100031
Studi Kasus 1. 2.
Villa Savoye – Le Corbuzier ( era 1930-1950)
Gedung PT Perkebunan Nusantara XI – Hulswit, Fermont & Ed Cuysper (era 1930-1950) 3.
Salk Institute of Biology – Louis Khan (era 1950-1960)
4.
Gelora Bung Karno – F. Silaban (era 1950-1960
Villa Savoye Alamat : Poissy, Prancis Fungsi : Vila Tahun pembangunan : 1929 - 1931 Arsitek : Le Corbusier Sistem konstruksi : beton bertulang Climat : temperate Style : Modern, Internasional Klien : Pemerintah Prancis Sebagai manifesto “five points” arsitektur baru dari Le Corbusier, villa Savoye menjadi wakil dari gaya arsitektur modern dan salah satu dari contoh yang paling mudah dari international style.Berikut adalah pernyataan dari Le Corbusier mengenai “five points” dalam arsitektur baru : Pemanfaatan ground-level dari pilotis, mengangkat gedung dari tanah dan menyediakan kesempatan untuk mendesain taman di atasnya Atap yang fungsional, berfungsi sebagai taman dan teras, menggantikan tanah yang menjadi tempat berpijak gedung Rencana lantai yang bebas, menghilangkan dinding-dinding pemikul (diganti dengan pilotis) menyediakan kesempatan untuk meletakkan dinding secara bebas dan secara estetis. Jendela horizontal yang panjang, menyediakan pencahayaan dan ventilasi Fasad yang didesain secara bebas, hanya berfungsi sebagai kulit bangunan yang tidak terikat oleh pemikul beban.
Pencandraan Ruang dan Bentuk
Berdasarkan buku Intention in Architecture
TIPOLOGI Proximity: (close to each other). Hal ini dapat diartikan Sebagai bentukan grup/cluster akibat adanya beberapa elemen yang diletakan berdekatan satu sama lain. Proximity tidak hanya dapat dilihat dari grup bangunan, tapi juga dari distribusi massa dan fasad bangunan.
Bangunan ini terbagi ke dalam 3 grup fasad. Grup warna kuning memilik fasad polos. Grup warna merah memiliki fasad dengan ornament jendela, sedangkan grup biru memiliki fasad dengan dominan garis vertical.
Simetris: Komposisi gambar yang disusun dengan rapi dan memperhatikan keseimbangan bentuk.
Villa Savoye memiliki fasad yang simetris kecuali bagian fasad yang atas (warna kuning)
Pencandraan Ruang dan Bentuk
Berdasarkan buku Intention in Architecture
Closure: Berkaitan erat dengan proximity. Saat sebuah elemen berada di dalam suatu elemen lainnya, maka terjadilah hubungan selubung (closure relation).
Hubungan Fasadnya terlihat pada dominan garis verticalnya. Garis-garis vertical tersebut diciptakan dari baik garis kolom,pembagian jendela, dan penjajaran geometri bangunan itu sendiri.
Interpenetrasi: (Interpenetration tercipta saat dua elemen saling melengkapi. Namun, ini tidak berarti elemen tersebut kehilangan independence-nya, namun justru tampak ‘saling memiliki’. )
Elemen di sini kami asumsikan dalam konteks grup. Elemen warna hijau adalah kepala bangunan berupa bidang-bidang lengkung. Elemen kedua berwarna merah adalah badan bangunan berupa bidang dan garis garis tegas, elemen ketiga adalah kaki bangunan berisi entrance dan kolom
Pencandraan Ruang dan Bentuk
Berdasarkan buku Intention in Architecture
Repetition: Bagian atau pola dari bangunan yang diulang untuk mencapai keharmonisan
Pengulangan ada pada jendela yang teratur pada badan bangunan, serta penataan kolom-kolom yang ditujukan untuk menunjang badan bangunan.
Dominant: Elemen bangunan yang paling banyak dimunculkan atau yang paling terasa Nampak pada bangunan
Dominan vertical berupa gari-garis yang dihadirkan oleh penjajaran kolom-kolom dan garis-garis yang memisah jendela
Pencandraan Ruang dan Bentuk
Berdasarkan buku Intention in Architecture
Kontras: Elemen pada bangunan yang saling berlawanan. (warna, bentuk, proporsi)
Kontrasnya ada pada bagian bangunan warna kuning. Karena ukurannya yang paling besar diletakan di tengah. Serta penggunaan bidang lengkung dan persegi
Garis: Elemen-elemen yang membentuk bidang.
Permainan garis-garis tegas dan lengkung membentuk bidang
Pencandraan Ruang dan Bentuk
Berdasarkan buku Intention in Architecture
Sentral (radial): Titik tengah atau pusat bangunan.
Sentral bangunan berupa entrance
Pencandraan Ruang dan Bentuk
Berdasarkan buku Architecture, Space, and Form
Organisasi ruang dan Bentuk
Peruangan dibentuk dengan menggunakan prinsip golden section sehingga membentuk organisasi berpola grid
Hubungan antar ruang
Antara ruang privat dan ruang publik dipisahkan dengan batas yang jelas.
Sumbu
Karena organisasi ruang dan bentuk dari villa savoye menggunakan sistem grid, jadi sudah sangat jelas bahwa 16 bagian terbentuk dari 3 sumbu vertikal dan 3 sumbu horisontal
Simetris
Karena organisasi ruang dan bentuk dari villa savoye menggunakan sistem grid, jadi sudah sangat jelas bahwa sumbu membagi 16 bagian yang sama
Pencandraan Ruang dan Bentuk
Berdasarkan buku Architecture, Space, and Form
Hirarki: Hirarki disini adalah tingkatan dalam hal ke privasi-an. Semakin tinggi ruang dalam tingkatan ke privasian, semakin terbatas akses bagi orang lain untuk memasukinya. Ruang ruang disusun sedemikian rupa sehingga satu ruang hanya berhubungan dengan ruang lainnya yang tingkat hirarkinya setingkat lebih rendah atau lebih tinggi nilai keprivasi-annya.
Antara ruang privat dHirarki paling rendah terletak pada lantai dasar : On the ground floor he placed the main entrance hall, ramp and stairs, garage, chauffeur and maid's rooms. Hirarki paling tinggi terletak di lantai satu : At first floor the master bedroom, the son's bedroom, guest bedroom, kitchen, salon and external terraces. Hirarki sedang : At second floor level were a series of sculpted spaces that formed a solariuman ruang publik dipisahkan dengan batas yang jelas.
Pencandraan Ruang dan Bentuk
Berdasarkan buku Architecture, Space, and Form
Datum-data
Pada bangunan villa savoye komposisi kolom – kolom yang ditata secara grid memunculkan kesan ruang. Karena bangunan ini menggunakan konsep Support of ground-level pilotis, dimana bangunan di angkat keatas tidak menempel pada tapak.
Irama
Irama terjadi pada perletakan kolom, yang di letakkan sesuai grid, dimana irama yang diciptakan seragam. Karena sistem grid tersebut, yang menimbulkan irama yang konstan dan sama.
Pengulangan
Transformasi
Pengulangan juga terjadi pada komposisi kolom dan jendela.
Bentuk dasar : balok Tidak terdapat transformasi bentuk yang signifikan. Hanya saja pada lantai ke dua yang berupa solarium, terdapat perubahan pada lantai.
Gedung PT Perkebunan Nusantara XI Alamat : Jl. Merak No 1 , Surabaya Fungsi : Kantor Tahun pembangunan : 1911 -1921 Peresmian : 18 April 1924 Arsitek : Hulswit, Fermont & Ed Cuypers Porcelain company : Fles Delft Luas bangunan : 4000 m2 Luas tapak : 8000 m2 Gedung PT Perkebunan Nusantara XI di Surabaya pada awalnya merupakan bangunan perkantoran hasil perancangan biro arsitek Ed. Cuypers, Hulswit dan Fermont dengan nama Handels Vereeniging Amsterdam, sebuah perusahaan yang mendirikan cabang di Surabaya pada tahun 1957 Gedung PT Perkebunan Nusantara XI mendapat pengaruh Art and Craft yang terliihat dari penyelesaian fasadnya. Konsep Art and Craft menekankan pada aspek vernakular yang mana konsep ini diperlihatkan pada bangunan melalui penggunaan bentukan alam dan gambaran historis setempat
Pencandraan Ruang dan Bentuk
Berdasarkan buku Intention in Architecture
proximity
simetris
Dari fasad ini dapat dikaji bahwa terdapat 2 jenis grup. Grup pertama adalah grup yang diberi warna merah dengan fasad yang diberi Perlubangan dinding berupa jendela teratur.
Bangunan ini memiliki fasad yang simetris secara keseluruhan
closure
Hubungan fasad nya terletak pada jendela-jendela yang berjajar
Repetition
dominansi
interpenetrasi
Elemen di sini kami asumsikan dalam konteks grup
Pengulangan ada pada peletakan jendela yang teratur
Dominan horizontal dari segi proporsi, penataan jendela, dan ukuran atap
Pencandraan Ruang dan Bentuk
Berdasarkan buku Intention in Architecture
kontras
Kontrasnya ada pada bangunan di tengah karena memiliki penataan fasad yang berbeda dengan fasad lain
garis
Sentral (radial)
Sentral bangunan berupa entrance Permainan garis-garis vertical pada kolom Permainan garis-garis lengkung pada kolom dan ornamen
Pencandraan Ruang dan Bentuk
Berdasarkan buku Architecture, Space, and Form
Organisasi ruang dan Bentuk
Terlihat dari pembagian bangunan yang terpisah dengan adanya ruang Di tengah sebagai pemisah antara galeri sebelah kiri dngan galeri sebelah kanan
Hubungan antar ruang
Ruang – ruang yang dihubungkan dengan ruang bersama (galeri)
Sumbu
kesan Sumbu pada bangunan ini terlihat dengan adanya ruang utama ditengah berupa bidang yang berfungsi sebagai Lobby.
Pencandraan Ruang dan Bentuk
Berdasarkan buku Architecture, Space, and Form
Simetris
Denah yang simetris merupakan ciri arsitektur kolonial ( dutch kolonial ) yang juga sesuai dengan konsep rumah jawa yaitu keseimbangan.
Hirarki
Hierarki paling tinggi: lobby, ruang direktur utama. Ruang dengan hierarki tertinggi selain memiliki ekspresi massa yang berbeda juga memiliki karakteristik khusus melalui pengolahan desain interior yang cermat. Hierarki sedang : ruang- ruang kerja lainnya Hierarki paling rendah:ruang servis
Pencandraan Ruang dan Bentuk
Berdasarkan buku Architecture, Space, and Form Irama
Datum-data
Bidang bidang pada plafond di ruang lobby yang berkesinambungan dan keteraturannyadan membentuk ruang Tiang-tiang pada bangunan gedung yang berkesinambungan dan teraturannya juga membentuk ruang
Tidak terdapat transformasi bentuk yang signifikan.
Irama timbul dari penataan komposisi ruang.
Repetition
Pengulangan ruang yang di cerminkan pada sisi di depannya Transformasi
Salk Institute of Biology Arsitek : Louis Kahn Lokasi : La Jolla, California Klien : Jonas Salk Tahun pembangunan : 1959-1965
Gedung ini memiliki 6 lantai pada tiap gedung, tiga lantai pertama berfungsi sebagai laboratorium dan tiga lantai teratas berfungsi sebagai utilitas. Ruangan-ruangan ini disambung oleh jembatan menuju gedung yang berfungsi sebagai tempat belajar. Gedung yang berada di ujung timur berfungsi sebagai pemanas, saluran udara dan sistem pendukung lainnya, sedangkan gedung di ujung barat merupakan kantor berlantai 6 yang menghadap ke samudra pasifik, sehingga menyediakan suasana tenang yang hangat untuk berkonsentrasi. Pemisahan antara ruang laboratorium dan ruang belajar individu telah direncanakan oleh Louis Khan untuk membedakan fungsi dan aktivitas pengguna.
Pencandraan Ruang dan Bentuk proximity
Berdasarkan buku Intention in Architecture
Bangunan ini terbagi ke dalam 2 jenis grup dengan ciri yang sama, yang membedakan adalah warna biru lebih tinggi.
interpenetrasi
simetris
closure
Bangunan ini memiliki fasad yang tidak terlalu simetris, namun masih terasa kesimetrisannya
Hubungan fasadnya ada pada pengunaan warna dan peletakan perlubangan
pengulangan
Elemen di sini kami asumsikan dalam konteks grup.
dominant Pengulanggan ada pada penambahan elemen geometris
Dominan vertical berupa pemberian bidang polos sebagai tambahan
Pencandraan Ruang dan Bentuk
Berdasarkan buku Intention in Architecture
kontras
garis
Bangunan ini sebenarnya monoton, tetapi mempunyai kontras pada ukurang bangunan warna kuning dan warna biru
Sentral (radial)
Sentral bangunan berupa kolam dan air mancur bangunan berupa entrance Permainan garis-garis tegas dan lengkung membentuk bidang
Pencandraan Ruang dan Bentuk
Berdasarkan buku Architecture, Space, and Form
Organisasi ruang dan Bentuk
Hubungan antar ruang
Sumbu
Simetris
Ruang Bersama Sistem linier terlihat dari pembagian bangunan utara dan selatan dengan pemisahan sirkulasi utama di tengahnya.
Sumbu yang diperkuat dengan adanya saluran air tersebut membagi area bangunan sisi selatan dan area bangunan sisi utara secara sama (simetris)
Ruang – ruang yang dihubungkan oleh ruang bersama.
Sumbu sangat terlihat jelas dengan adanya saluran air di tengah ruang bersama yang akan bermuara di sisi barat
Pencandraan Ruang dan Bentuk
Berdasarkan buku Architecture, Space, and Form
Hirarki
Datum-data
Komposisi bangunan yang menjorok kedepan, menciptakan kesan ruang pada ruang bersama yang memisahkan antara bangunan utara dan selatan
Irama
Repetition
Irama tercipta dari susunan komposisi bidang dari bangunan yang menjorok kedepan
Transformasi
Hirarki paling rendah : terletak di area parkir Hirarki paling tinggi : terletak pada area bersama yang memisahkan bangunan selatan dan utara Hirarki sedang terletak pada bangunan selatan dan utara
Irama yang tercipta muncul karena adanya pengulangan dari bidang – bidang tersebut
Tidak ada transformasi bentuk semua bentuk dasar bangunan adalah persegi
Gelora Bung Karno Pemilik Arsitek Lokasi Mulai Pembangunan Dibuka Direnovasi Kapasitas
: Pemerintah Jakarta : Frederich Silaban : Jakarta Pusat : 8 Februari 1960 : 24 Agustus 1962 : 24 Juli 1962 : 88.083 (100.800 berdiri)
Gelora Bung Karno selesai dibangun tepat sebelum pelaksanaan Asian Games keempat yang mana pada waktu itu diadakan di Jakarta. Sebagian konstruksi tersebut dibiayai dari pinjaman Uni Soviet. Kapasitas sebenarnya dari Stadion ini adalah 120.800 orang, namun dikurangi menjadi 88.083 karena renovasi untuk Asian Cup 2007. Gelora Bung Karno dibagi menjadi 24 sektor dan 12 pintu masuk. Fitur khusus dari stadion ini adalah penggunaan konstruksi baja besar yang membentuk cincin raksasa. Selain berfungsi sebagai peneduh bagi penonton, atap sebesar ini juga sebagai bukti kemegahan gelora Bung Karno
Pencandraan Ruang dan Bentuk
Berdasarkan buku Intention in Architecture
closure proximity
simetris
Bangunan ini hanya memiliki satu grup fasad yang monoton
Bangunan ini memiliki fasad yang simetris secara keseluruhan
Repetition
dominansi
closure
Karena bangunan ini hanya terdiri dari satu grup fasad, maka tidak diperlukan adanya selubung
interpenetrasi
Elemen di sini kami asumsikan dalam konteks grup.
kontras Kontrasnya ada pada bentuk dasar bangunan yang lingkaran, dengan fasadnya yang berupa garisgaris tegas
Pengulangan ada pada kolom-kolom dan balok , serta penggunaan struktur baja
Dominan garis-garis yang terbentuk oleh strukturnya
Pencandraan Ruang dan Bentuk
Berdasarkan buku Intention in Architecture
garis
Sentral (radial)
Central bangunan berupa void Permainan garis-garis tegas dan lengkung
Pencandraan Ruang dan Bentuk
Berdasarkan buku Architecture, Space, and Form
Organisasi ruang dan Bentuk
Hubungan antar ruang
Sistem terpusat karena titik point dari bangunan ini adalah lapangan yang ada ditengahnya
Ruang tribun memiliki hubungan secara visual terhadap lapangan.
Simetris
Kesimetrisan dari bangunan ini terbentuk dari adanya sumbu – sumbu tersebut. Kesimetrisan berdasarkan sumbu yang diciptakan dari berbagai sisi. Prinsip Golden Section
Pencandraan Ruang dan Bentuk
Berdasarkan buku Architecture, Space, and Form
Sumbu
Hirarki
Sumbu bisa terbentuk dari berbagai sisi. Karena bangunan ini berbentuk lingkaran
Hirarki paling tinggi : Lapangan yang ada di tengah,karena merupakan titi utama bangunan (sistem memusat)
Datum-data
Susunan struktur yang membentuk atap memberikan kesan ruang pada penonton yang duduk di tribun
Pencandraan Ruang dan Bentuk
Berdasarkan buku Architecture, Space, and Form
Irama
Irama timbul dari pembagian tiap- tiap zona tribun
Repetition
Irama yang muncul tercipta dari adanya pengulangan komposisi yang sama dari pembagian tiaptiap tribun
Transformasi
Tidak terdapat transformasi bentuk yang signifikan.
ANALISA KOMPERATIF 2 OBJEK Berdasarkan buku intention in architecture
ANALISA KOMPERATIF 2 OBJEK
Luar 1 (1930an-1950an)
Luar 2 (1950an-1960an)
Indonesia 1 (1930an-1950an)
Indonesia 2 (1950an-1960an)
INTENTION IN ARCHITECTURE BY CHRISTIAN NORBERG TIPOLOGIKAL PROXIMITY (close to each other) Bangunan ini terbagi ke dalam 3 grup fasad. Grup warna kuning memilik fasad polos. Grup warna merah memiliki fasad dengan ornament jendela, sedangkan grup biru memiliki fasad dengan dominan garis vertical.
ANALISA KOMPERATIF
Bangunan ini terbagi ke dalam 2 jenis grup dengan ciri yang sama, yang membedakan adalah warna biru lebih tinggi.
PERBEDAAN: bangunan 1 lebih memiliki fasad yang simetris dari bangunan 2 PERSAMAAN: Fasadnya sama-sama memilik ornament berupa perlubangan jendela
Dari fasad ini dapat dikaji bahwa terdapat 2 jenis grup. Grup pertama adalah grup yang diberi warna merah dengan fasad yang diberi Perlubangan dinding berupa jendela teratur.
Bangunan ini hanya memiliki satu grup fasad yang monoton
PERBEDAAN:Bangunan nomer 2 lebih memiliki bentukyang sederhana. Namun fasadnya terasa ramai karena banyaknya elemen struktur yang menghiasi, namun terasa monoton karena tidak adanya aksen Sedangkan bangunan dua, ornament fasadnya lebih sedikit namun tidak terasa monoton
ANALISA KOMPERATIF 2 OBJEK
Luar 1 (1930an-1950an)
Luar 2 (1950an-1960an)
Indonesia 1 (1930an-1950an)
Indonesia 2 (1950an-1960an)
INTENTION IN ARCHITECTURE BY CHRISTIAN NORBERG TIPOLOGIKAL SIMETRIS
Villa Savoye memiliki fasad yang simetris kecuali bagian fasad Bangunan ini memiliki yang atas (warna kuning) fasad yang tidak terlalu simetris, namun masih terasa kesimetrisannya
ANALISA KOMPERATIF
PERBEDAAN: Bangunan 2 memiliki simetris yang tidak menyeluruh. Meski simetris, namun elemen dinding yang timbul membuat kesimetrisannya tidak menyeluruh. Sedangkan bangunan kedua bagian kanan dan kiri sama persis kecuali bagian kepala bangunan yang melengkung.
Bangunan ini memiliki fasad yang simetris secara keseluruhan
Bangunan ini memiliki fasad yang simetris secara keseluruhan
PERBEDAAN: Tidak memiliki perbedaan. Kedua bangunan memiliki kesimetrisan yang menyeluruh. Bagian kanan dan kiri bangunan benar-benar sama
ANALISA KOMPERATIF 2 OBJEK
Luar 1 (1930an-1950an)
Luar 2 (1950an-1960an)
Indonesia 1 (1930an-1950an)
Indonesia 2 (1950an-1960an)
INTENTION IN ARCHITECTURE BY CHRISTIAN NORBERG TIPOLOGIKAL CLOSURE
Hubungan Fasadnya terlihat pada dominan garis verticalnya
ANALISA KOMPERATIF
Hubungan fasadnya ada pada pengunaan warna dan peletakan perlubangan
PERBEDAAN: Dominan vertical pada bangunan satu, dan dominan horizontal pada bangunan dua. Pada bangunan satu, dominannya ada pada garis-garis yang ada pada bangunan. Baik garis kolom,pembagian jendela, dan penjajaran geometri bangunan itu sendiri.
Hubungan fasad nya terletak pada jendela-jendela yang berjajar
Karena bangunan ini hanya terdiri dari satu grup fasad, maka tidak diperlukan adanya selubung
PERBEDAAN: bangunan satu memiliki selubung, sedangkan bangunan dua tidak. Selubung bangunan satu berupa jendelanya yang menerus dari bagian bangunan kiri ke kanan. Selubung ini membuat bagian-bagian bangunan terasa menyatu. Sedangkan bangunan dua karena memang fasadnya hanya mengandung satu elemen, maka selubung menjadi tidak diperlukan.
ANALISA KOMPERATIF 2 OBJEK
Luar 1 (1930an-1950an)
Luar 2 (1950an-1960an)
Indonesia 1 (1930an-1950an)
Indonesia 2 (1950an-1960an)
INTENTION IN ARCHITECTURE BY CHRISTIAN NORBERG TIPOLOGIKAL INTERPENETRATI ON
Elemen di sini kami asumsikan dalam konteks grup.
ANALISA KOMPERATIF
Elemen di sini kami asumsikan dalam konteks grup.
PERBEDAAN: Bangunan satu mempunyai lebih banyak elemen bangunan. Elemen bangunan 1 hanya dijajarkan sedangkan bangunan dua, elemen-elemennya menyatu.
Elemen di sini kami asumsikan dalam konteks grup
Elemen di sini kami asumsikan dalam konteks grup
PERBEDAAN: Bangunan satu mempunyai lebih banyak elemen . Bangunan satu kedua elemen saling disatukan. Sedangkan bangunan dua hanya memiliki satu elemen.
ANALISA KOMPERATIF 2 OBJEK
Luar 1 (1930an-1950an)
Luar 2 (1950an-1960an)
Indonesia 1 (1930an-1950an)
Indonesia 2 (1950an-1960an)
INTENTION IN ARCHITECTURE BY CHRISTIAN NORBERG SIMILARITY REPETITION
Pengulangan ada pada jendela yang teratur dan kolom-kolom
ANALISA KOMPERATIF
Pengulanggan ada pada penambahan elemen geometris
PERBEDAAN: Bangunan satu mempunyai pengulangan yang lebih banyak karena lebih monoton. Banyak pengulangan geometri yang sama. Sedangkan bangunan dua mempunyai pengulangan yang lebih sedikit.
Pengulangan ada pada peletakan jendela yang teratur
Pengulangan ada pada kolom-kolom dan balok , serta penggunaan struktur baja
PERBEDAAN: Bangunan satu mempunyai pengulangan yang lebih banyak karena lebih monoton. Banyak pengulangan geometri yang sama. Sedangkan bangunan dua mempunyai pengulangan yang lebih sedikit.
ANALISA KOMPERATIF 2 OBJEK
Luar 1 (1930an-1950an)
Luar 2 (1950an-1960an)
Indonesia 1 (1930an-1950an)
Indonesia 2 (1950an-1960an)
INTENTION IN ARCHITECTURE BY CHRISTIAN NORBERG SIMILARITY
DOMINANT
Dominan vertical berupa kolom-kolom dan garis jendela
ANALISA KOMPERATIF
Dominan vertical berupa pemberian bidang polos sebagai tambahan
PERSAMAAN : sama sama memiliki dominant secara garis. PERBEDAAN: Bangunan satu memiliki dominant yang abstrak, sedangkan bangunan dua elemen dominannya lebih jelas. Abstrak yang dimaksud pada bangunan pertama adalah dominantnya tidak benar-benar ditonjolkan. Adanya dominant karena dirasakan. Sedangkan bangunan dua,
Dominan horizontal dari segi proporsi, penataan jendela, dan ukuran atap
Dominan garis-garis yang terbentuk oleh strukturnya
PERBEDAAN: Bangunan satu memiiki dominant horizontal berupa elemen yang abstrak, yaitu runtutan peletakan jendela, dan proporsi bangunan itu sendiri, sedangkan bangunan dua memiliki elemen vertical dengan elemen yang jelas, yaitu struktur-struktur dan tonjolan dinding bangunan.
ANALISA KOMPERATIF 2 OBJEK
Luar 1 (1930an-1950an)
Luar 2 (1950an-1960an)
Indonesia 1 (1930an-1950an)
Indonesia 2 (1950an-1960an)
INTENTION IN ARCHITECTURE BY CHRISTIAN NORBERG SIMILARITY CONTRAST
Kontrasnya ada pada bagian bangunan warna kuning. Karena ukurannya yang paling besar diletakan di tengah. Serta penggunaan bidang lengkung dan persegi
ANALISA KOMPERATIF
Bangunan ini sebenarnya monoton, tetapi mempunyai kontras pada ukurang bangunan warna kuning dan warna biru
PERSAMAAN: sama –sama memiliki contrast pada ukuran bangunannya. Bukan warna, atau hal lain. Kekontrasannya terletak pada paduan elemen vertical, dan horizontal yang disatukan. Tidak ada kontras pada warna, aksen, ataupun
Kontrasnya ada pada bangunan di tengah karena memiliki penataan fasad yang berbeda dengan fasad lain Kontrasnya ada pada bentuk dasar bangunan yang lingkaran, dengan fasadnya yang berupa garisgaris tegas
PERBEDAAN: bangunan satu memiliki contrast pada ukuran atau proporsi bangunan seperti pada bangunan luar. sedangkan bangunan dua kontrasnya ada pada bentuk dasar dan elemennya. Bentuk dasarnya adalah lengkung,
ANALISA KOMPERATIF 2 OBJEK
Luar 1 (1930an-1950an)
Luar 2 (1950an-1960an)
Indonesia 1 (1930an-1950an)
Indonesia 2 (1950an-1960an)
INTENTION IN ARCHITECTURE BY CHRISTIAN NORBERG GEOMETRICAL GARIS
Permainan garis-garis tegas membentuk bidang Permainan garis-garis vertical pada kolom Permainan garis-garis Permainan garis-garis tegas lengkung pada kolom dan dan lengkung ornamen Permainan garis-garis tegas dan lengkung membentuk bidang
ANALISA KOMPERATIF
PERBEDAAN: bangunan satu lebih memiliki variasi permainan garis, sedangkan bangunan dua variasi garisnya tidak ada.
PERBEDAAN: bangunan satu lebih memiliki variasi permainan garis, sedangkan bangunan dua variasi garisnya tidak ada.
ANALISA KOMPERATIF 2 OBJEK
Luar 1 (1930an-1950an)
Luar 2 (1950an-1960an)
Indonesia 1 (1930an-1950an)
Indonesia 2 (1950an-1960an)
INTENTION IN ARCHITECTURE BY CHRISTIAN NORBERG GEOMETRICAL SENTRAL (RADIAL)
Sentral bangunan berupa entrance
ANALISA KOMPERATIF
Central bangunan berupa entrance
Central bangunan berupa kolam dan air mancur
Central bangunan berupa void
PERBEDAAN:Bangunan satu memiliki central bangunan pada entrance. Sedangkan bangunan dua memiliki central bangunan yang abstrak.
PERBEDAAN: bangunan satu memiliki central bangunan pada entrance. Sedangkan bangunan dua memiliki central bangunan pada void.
ANALISA KOMPERATIF 2 OBJEK Berdasarkan buku Architectures space, form and order
Luar 1 (1930 - 1950’an)
Studi Kasus
Villa Savoye (1931) karya Le Corbusier
Luar 2 (1950 – 1960’an)
Salk Institute of Biological Studies (1960) karya Louise I Khan
Indonesia 1 (1930 - 1950’an)
PTPN Surabaya(1924)
Indonesia 2 (1950 – 1960’an)
Gelora Bungkarno(1959)
“ARCHITECTURES SPACE, FORM AND ORDER’ BY FRANS DK CHING
ORGANISASI RUANG DAN BENTUK Sitem Terpusat
Sistem Grid
Sistem Linier
Luar 1 (1930 - 1950’an) ORGANISASI RUANG DAN BENTUK
Luar 2 (1950 – 1960’an)
Sistem linier terlihat dari pembagian bangunan utara dan selatan dengan pemisahan sirkulasi utama di tengahnya. The plan was set out using the principal ratios of the Golden section: in this case a square divided into sixteen equal parts, extended on two sides to incorporate the projecting façades and then further divided to give the position of the ramp and the entrance
Indonesia 1 (1930 - 1950’an)
Indonesia 2 (1950 – 1960’an)
Sistem Linier
Terlihat dari pembagian bangunan yang terpisah dengan adanya ruang Di tengah sebagai pemisah antara galeri sebelah kiri dngan galeri sebelah kanan
Sistem terpusat karena titik point dari bangunan ini adalah lapangan yang ada ditengahnya
Luar 1 (1930 - 1950’an)
Luar 2 (1950 – 1960’an)
ANALISA KOMPERATIF
Indonesia 1 (1930 - 1950’an)
Indonesia 2 (1950 – 1960’an)
Persamaan : Persamaan : -
Perbedaan :
Sistem grid
Perbedaan :
sistem linier
sistem linier
sistem terpusat
Luar 1 (1930 - 1950’an)
Luar 2 (1950 – 1960’an)
Indonesia 1 (1930 - 1950’an)
Indonesia 2 (1950 – 1960’an)
HUBUNGAN RUANG
Ruang saling berkaitan Ruang Bersama Free floor plan, relieved of load-bearing walls, Ruang – ruang yang allowing walls to be placed dihubungkan oleh freely and only where ruang bersama. aesthetically needed
Ruang saling berkaitan Ruang – ruang yang dihubungkan dengan ruang bersama (galeri)
Luar 1 (1930 - 1950’an) ANALISA KOMPERATIF
Luar 2 (1950 – 1960’an)
Indonesia 1 (1930 - 1950’an)
Indonesia 2 (1950 – 1960’an)
Persamaan : -
Persamaan : -
Perbedaan : Villa Savoye : ruang saling berkaitan, karena ruang tidak di batasi dengan pembatas yang masif Salk Institute : Ruang – ruang dihubungkan oleh ruang bersama . Batas antar ruang masif dan jelas
Perbedaan : Hal ini sudah terlihat jelas karena denah dari 2 bangunan ini sangat berbeda PTPN Surabaya : Ruang – ruang yang dihubungkan dengan ruang bersama (galeri). Gelora Bungkarno : Ruang saling berkaitan
Ruang Bersama
Luar 1 (1930 - 1950’an)
Luar 2 (1950 – 1960’an)
Indonesia 1 (1930 - 1950’an)
Indonesia 2 (1950 – 1960’an)
TATA ATUR RUANG DAN BENTUK SUMBU
Karena organisasi ruang dan bentuk dari villa savoye menggunakan sistem grid, jadi sudah sangat jelas bahwa 16 bagian terbentuk dari 3 sumbu vertikal dan 3 sumbu horisontal
Sumbu sangat terlihat jelas dengan adanya saluran air di tengah ruang bersama yang akan bermuara di sisi barat
kesan Sumbu pada bangunan ini terlihat dengan adanya ruang utama ditengah berupa bidang yang berfungsi sebagai Lobby.
Sumbu bisa terbentuk dari berbagai sisi. Karena bangunan ini berbentuk lingkaran
Luar 1 (1930 - 1950’an)
Luar 2 (1950 – 1960’an)
Indonesia 1 (1930 - 1950’an)
Indonesia 2 (1950 – 1960’an)
TATA ATUR RUANG DAN BENTUK ANALISA KOMPERATIF
Persamaan : adanya sumbu vertikal yang sama – sama memisahkan antara sisi kanan dan sisi kiri
Perbedaan : Villa Savoye : 16 bagian terbentuk dari 3 sumbu vertikal dan 3 sumbu horisontal. Adanya sumbu horisontal. Salk Institute : tidak ada sumbu horisontal
Persamaan : adanya sumbu vertikal Perbedaan : PTPN Surabaya : Sumbu pada bangunan ini terlihat dengan adanya ruang utama ditengah berupa bidang yang berfungsi sebagai Lobby. Hanya ada sumbu vertikal Gelora Bungkarno : Sumbu bisa terbentuk dari berbagai sisi. Karena bangunan ini berbentuk lingkaran
Luar 1 (1930 - 1950’an)
Luar 2 (1950 – 1960’an)
Indonesia 1 (1930 - 1950’an)
Indonesia 2 (1950 – 1960’an)
SIMETRIS
Karena organisasi ruang dan bentuk dari villa savoye menggunakan sistem grid, jadi sudah sangat jelas bahwa sumbu membagi 16 bagian yang sama
Sumbu yang diperkuat dengan adanya saluran air tersebut membagi area bangunan sisi selatan dan area bangunan sisi utara secara sama (simetris)
Denah yang simetris merupakan ciri arsitektur kolonial ( dutch kolonial ) yang juga sesuai dengan konsep rumah jawa yaitu keseimbangan
Kesimetrisan dari bangunan ini terbentuk dari adanya sumbu – sumbu tersebut. Kesimetrisan berdasarkan sumbu yang diciptakan dari berbagai sisi. Hukum Golden Section
Luar 1 (1930 - 1950’an) ANALISA KOMPERATIF
Luar 2 (1950 – 1960’an)
Indonesia 1 (1930 - 1950’an)
Indonesia 2 (1950 – 1960’an)
Persamaan : -
Persamaan : -
Perbedaan : Villa Savoye : sumbu membagi 16 bagian yang sama Salk Institute : dengan adanya saluran air tersebut membagi area bangunan sisi selatan dan area bangunan sisi utara secara sama (simetris)
Perbedaan : PTPN Surabaya : bangunan dibagi menjadi dua bagian yang sama dengan adanya sumbu linier di tengah. Gelora Bungkarno : Kesimetrisan berdasarkan sumbu yang diciptakan dari berbagai sisi. Menghasilkan banyak sisi yang sama pada bangunan.
Luar 1 (1930 - 1950’an) HIRARKI : Hirarki disini adalah tingkatan dalam hal ke privasi-an. Semakin tinggi ruang dalam tingkatan ke privasian, semakin terbatas akses bagi orang lain untuk memasukinya. Ruang ruang disusun sedemikian rupa sehingga satu ruang hanya berhubungan dengan ruang lainnya yang tingkat hirarkinya setingkat lebih rendah atau lebih tinggi nilai keprivasi-annya.
Luar 2 (1950 – 1960’an)
Hirarki paling rendah terletak pada lantai dasar : On the ground floor he placed the main entrance hall, ramp and stairs, garage, chauffeur and maid's rooms. Hirarki paling tinggi terletak di lantai satu : At first floor the master bedroom, the son's bedroom, guest bedroom, kitchen, salon and external terraces. Hirarki sedang : At second floor level were a series of sculpted spaces that formed a solarium
Hirarki paling rendah : terletak di area parkir
Hirarki paling tinggi : terletak pada area bersama yang memisahkan bangunan selatan dan utara Hirarki sedang terletak pada bangunan selatan dan utara
Indonesia 1 (1930 - 1950’an)
Hierarki paling tinggi: lobby, ruang direktur utama. Ruang dengan hierarki tertinggi selain memiliki ekspresi massa yang berbeda juga memiliki karakteristik khusus melalui pengolahan desain interior yang cermat. Hierarki sedang : ruang- ruang kerja lainnya Hierarki paling rendah:ruang servis
Indonesia 2 (1950 – 1960’an)
Hirarki paling tingi : Lapangan yang ada di tengah,karena merupakan titi utama bangunan (sistem memusat)
Luar 1 (1930 - 1950’an)
ANALISA KOMPERATIF
Luar 2 (1950 – 1960’an)
Persamaan : Perbedaan :
Indonesia 1 (1930 - 1950’an)
Indonesia 2 (1950 – 1960’an)
Persamaan : Hirarki paling tinggi sama – sama terletak di area tengah bangunan.
Hirarki paling rendah terletak pada lantai dasar : On the ground floor he placed the main entrance hall, ramp and stairs, garage, chauffeur and maid's rooms. Hirarki paling tinggi terletak di lantai satu : At first floor the master bedroom, the son's bedroom, guest bedroom, kitchen, salon and external terraces.
Hirarki sedang : At second floor level were a series of sculpted spaces that formed a solarium Hirarki paling rendah : terletak di area parkir
Hirarki paling tinggi : terletak pada area bersama yang memisahkan bangunan selatan dan utara Hirarki sedang terletak pada bangunan selatan dan utara
Perbedaan : Dua bangunan meskipun memiliki daerah hirarki paling tinggi sama. Namun alur hirarki dari dua bangunan tersebut berbeda karena bentuk denah dari bangunan ini sangat berbeda
Luar 1 (1930 - 1950’an)
Luar 2 (1950 – 1960’an)
Indonesia 1 (1930 - 1950’an)
Indonesia 2 (1950 – 1960’an)
Bidang bidang pada plafond di ruang lobby yang berkesinambungan dan keteraturannyadan membentuk ruang
Susunan struktur yang membentuk atap memberikan kesan ruang pada penonton yang duduk di tribun
DATUM -DATA
Pada bangunan villa savoye komposisi kolom – kolom yang ditata secara grid memunculkan kesan ruang. Karena bangunan ini menggunakan konsep Support of ground-level pilotis, dimana bangunan di angkat keatas tidak menempel pada tapak. The four columns in the entrance hall seemingly direct the visitor up the ramp. This ramp, that can be seen from almost everywhere in the house continues up to the first floor living area and salon before continuing externally from the first floor roof terrace up to the second floor solarium
Komposisi bangunan yang menjorok kedepan, menciptakan kesan ruang pada ruang bersama yang memisahkan antara bangunan utara dan selatan
Tiang-tiang pada bangunan gedung yang berkesinambungan dan teraturannya juga membentuk ruang
Luar 1 (1930 - 1950’an)
ANALISA KOMPERATIF
Luar 2 (1950 – 1960’an)
Persamaan : Kesan ruang sama – sama timbul dari elemen vertikal
Perbedaan : Peatan dari elem vertikal dari 2 bangunan tersebut berbeda Villa Savoye : penataan elemen vertikalnya berdasarkan sistem grid Salk Institute : penataan elemen vertikalnya secara linier (segaris )
Indonesia 1 (1930 - 1950’an)
Indonesia 2 (1950 – 1960’an)
Persamaan : Perbedaan : PTPN Surabaya : kesan ruang timbul dari bidang – bidang yang membatasi ruang Gelora Bungkarno : Kesan ruang timbul dari susunan struktur
Luar 1 (1930 - 1950’an)
IRAMA Irama terjadi pada perletakan kolom, yang di letakkan sesuai grid, dimana irama yang diciptakan seragam. Karena sistem grid tersebut, yang menimbulkan irama yang konstan dan sama.
ANALISA KOMPERATIF
Luar 2 (1950 – 1960’an)
Irama tercipta dari susunan komposisi bidang dari bangunan yang menjorok kedepan
Persamaan : irama sama – sama dimunculkan dengan adanya elemen vertikal Perbedaan : Villa Savoye : Irama timbul dari adanya perletakan kolom dengan sistem Grid Salk Institute : Irama tercipta dari susunan komposisi bidang dari bangunan yang menjorok ke depan dengan sistem linier
Indonesia 1 (1930 - 1950’an)
Irama timbul dari penataan komposisi ruang.
Indonesia 2 (1950 – 1960’an)
Irama timbul dari pembagian tiap- tiap zona tribun
Persamaan : irama sama – sama timbul dari adanya komposisi penataan ruang Perbedaan : Komposisi Penataan ruang dari 2 bangunan tersebut berbeda. Karena bentuk dasar denah dari 2 bangunan juga sudah sangat berbeda.
Luar 1 (1930 - 1950’an)
Luar 2 (1950 – 1960’an)
Indonesia 1 (1930 - 1950’an)
Indonesia 2 (1950 – 1960’an)
Pengulangan ruang yang di cerminkan pada sisi di depannya
Irama yang muncul tercipta dari adanya pengulangan komposisi yang sama dari pembagian tiap-tiap tribun
PENGULANGAN
PENGULANGAN Pengulangan juga terjadi pada komposisi kolom dan jendela.
ANALISA KOMPERATIF
Irama yang tercipta muncul karena adanya pengulangan dari bidang – bidang tersebut
Persamaan : pengulangan timbul dari elemen vertikal pada bangunan Perbedaan : Elemen vertikal berbeda, Villa Savoye : garis kolom secara grid. Sedangkan Salk Institute : elemen vertikal berasal dari bidang secara linier
Persamaan : Pengulangan timbul dari komposisi ruang Perbedaan : Namun komposisi ruang dari 2 bangunan tersebut berbeda. Sehingga menghasilkan bentuk pengulangan yang berbeda pula.
Luar 1 (1930 - 1950’an)
Luar 2 (1950 – 1960’an)
Indonesia 1 (1930 - 1950’an)
Indonesia 2 (1950 – 1960’an)
TRANSFORMASI Tidak terdapat transformasi bentuk yang signifikan.
Tidak ada transformasi bentuk semua bentuk dasar bangunan adalah persegi Bentuk dasar : balok Tidak terdapat transformasi bentuk yang signifikan. Hanya saja pada lantai ke dua yang berupa solarium, terdapat perubahan pada lantai.
Tidak terdapat transformasi bentuk yang signifikan.
Luar 1 (1930 - 1950’an) ANALISA KOMPERATIF
Luar 2 (1950 – 1960’an)
Persamaan : Perbedaan : Bentuk dasar dari 2 bangunan sangat berbeda
Indonesia 1 (1930 - 1950’an)
Indonesia 2 (1950 – 1960’an)
Persamaan : Perbedaan : bentuk dasar dari bangunan sangat berbeda