Keterangan:
: Percepatan gravitasi (m/s2) : tinggi gelombang rencana (m) : bilangan gelombang : posisi kedalaman partikel air : kedalaman perairan (m)
Parameter yang diperlukan untuk menghitung gaya gelombang pada tiang dermaga ditunjukkan pada Tabel 3.10. Tabel 3.10 Parameter Gelombang
Parameter
Simbol
Nilai
Satuan
Tinggi Gelombang
H
1,5
m
Periode Gelombang
T
2
s
Panjang Gelombang
L
6.24524
m
Bilangan gelombang
K
1.006076
Kedalaman
h
14
m
Percepatan Gravitasi
g
9.81
m/s2
Massa Jenis Air Laut
ρ
1025
kg/m
Koefisien Drag
CD
1
Koefisien Inersia
CI
2
frekuensi Gelombang
3.141593
1/s
Diameter Tiang
D
0,8
m
Luas Proyeksi Tiang
A
11,2
m2
Perhitungan gaya gelombang dilakukan per segmen pada tiang yaitu tiap 1 meter. Agar lebih sederhana perhitungan gelombang dimulai pada elevasi + 4,0 m LLWL hingga -14 m LLWL. Seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 3.11. Tabel 3.11 Hasil Perhitungan Gaya Gelombang
z dari
z dari u
u'
Fd
Fi
Fw (N)
Fw (kN)
LLWL
HHWL
4
0
4.715
7.402
164066.441
137292.022
301358.463
301.358
3
-1
1.723
2.706
1217.179
50190.788
51407.967
51.408
2
-2
0.630
0.989
162.729
18343.935
18506.664
18.507
1
-3
0.230
0.362
21.689
6714.363
6736.052
6.736
0
-4
0.084
0.132
2.893
2448.331
2451.224
2.451
-1
-5
0.031
0.048
0.394
890.302
890.696
0.891
-2
-6
0.011
0.018
0.050
333.863
333.913
0.334
-3
-7
0.004
0.006
0.007
119.709
119.715
0.120
-4
-8
1.50E-03
2.36E-03
9.26E-04
43.773
43.774
0.044
-5
-9
5.50E-04
8.62E-04
1.24E-04
15.988
15.988
0.016
-6
-10
2.01E-04
3.15E-04
1.653E-05
5.848
5.848
0.006
-7
-11
7.54E-05
1.16E-04
2.328E-06
2.142
2.142
0.002
-8
-12
2.68E-05
4.21E-05
2.949E-07
0.781
0.781
0.001
-9
-13
9.81E-06
1.54E-05
3.942E-08
0.285
0.285
0.000284897
-10
-14
7.17E-06
5.63E-06
2.107E-08
0.104
0.104
0.000104407
-11
-15
1.31E-06
2.06E-06
7.068E-10
0.038
0.038
3.82459E-05
-12
-16
4.87E-07
7.65E-07
9.74E-11
0.014
0.014
1.41929E-05
-13
-17
1.98E-07
3.12E-07
1.614E-11
0.006
0.006
5.77769E-06
-14
-18
1.28E-07
2.01E-07
6.717E-12
0.004
0.004
3.72629E-06
Sehingga diperoleh profil gaya gelombang yang dihitung berdasarkan Gaya Morison ditunjukkan pada Gambar 3.6.
Gaya Gelombang (kN) 0 0
50
100
150
200
250
300
350
-2 -4 -6 ) m ( -8 z n a -10 m l a d-12 e K -14 -16 -18 -20
Gambar 3.6 Profil Gaya Gelombang
Selain gaya gelombang pada tiang dermaga, juga dihitung gaya gelombang pada tepi dermaga dengan persamaan sebagai berikut:
[[ ] Keterangan:
: Percepatan gravitasi (m/s2) : tinggi gelombang rencana (m) : bilangan gelombang : posisi kedalaman partikel air : kedalaman perairan (m) : ketebalan lantai dermaga (m)
Sehingga diperoleh besarnya beban gelombang pada tepi dermaga adalah sebesar 301.36 kN.
3.3.3
Beban Tambat ( Mo M oor ing )
Mooring merupakan merupakan sistem penambatan kapal dengan tali atau kabel pada bollard yang yang bertujuan untuk mencegah pergerakan kapal berlebih saat kapal sedang tambat. Gerakan kapal ini diakibatkan oleh dua hal yaitu akibat arus dan akibat angin. Pergerakan tersebut mengakibatkan gaya pada bollard . Beban mooring pada dermaga merupakan hasil dari penjumlahan dari gaya dari pergerakan kapal akibat angin dan arus. Beban mooring pada dermaga merupakan penjumlahan dari gaya pergerakan kapal akibat angin dan arus yangd apat dihitung dengan persamaan berikut:
Keterangan:
: Gaya total maksimum arah longitudinal : Gaya total maksimum arah transversal : Gaya arah longtudinal akibat arus : Gaya arah longtudinal akibat angin : Gaya arah transversal akibat arus : Gaya arah transversal akibat angin
Berdasarkan data karakteristik kapal yang akan bersandar pada dermaga, maka penghitungan gaya mooring akan akan dilakukan untuk masing-masing kapal. Penghitungan gaya mooring pada dermaga berdasarkan gaya tambat dari kapal rencana dengan ukuran terbesar yaitu 50.000 DWT dengan dimensi:
LOA
: length overall = 210 m
B
: beam = 32.2m
d
: draft = 12.6 m
a. Mooring Akibat Arus Perhitungan beban mooring akibat arus menggunakan persamaan dari OCDI (2002) halaman 24 sebagai berikut:
(arah longitudinal) (arah transversal)
Keterangan:
: Beban tambat akibat arus arah tegak lurus as kapal (kN) : Beban tambat akibat arus arah sejajar as kapal (kN) : Wetted surface area (luas kapal yang tenggelam dalam keadaan penuh) (m 3) : (0,85 x LOA x B) : kecepatan arus sejajar pantai (m/s) : kecepatan arus tegak lurus pantai (m/s) : Massa jenis air (kg/m3) : Proyeksi luas lambung kapal dibawah permukaan air (m2) : Length between perpendicular x draft kapal : Koefisien tekanan arus
Grafik koefisien tekanan arus ditunjukkan pada Gambar 3.7.
Gambar 3.7 Grafik koefisien tekanan arus.
(Sumber: OCDI.2002. Halaman 25)
Tabel 3.12 menyajikan parameter yang ditentukan untuk menghitung beban mooring akibat arus. Tabel 3.12 Parameter untuk Menentukan Beban Mooring Akibat Arus
Parameter
Nilai
Satuan
S
449820
m2
1
m/s
1025
kg/ m
Keterangan
Nilai maksimum pada grafik C
4,5 koefisien tekanan arus
Vy
0,5
m/s
B
32,2
m
Maka perhitungan menjadi:
1452937.5 N
Dari perhitungan di atas, didapatkan nilai R LC sebesar 629.75 kN dan R TC sebesar 1452937.5 kN. b. Mooring Akibat Angin Perhitungan beban mooring akibat angin menggunakan persamaan dari OCDI (2002) halaman 23 sebagai berikut:
Keterangan:
: beban tambat akibat angin arah longitudinal (kN) : beban tambat akibat angin arah transversal (kN) : massa jenis angin (kg/m3) : kecepatan angin maksimum (m/s) : luas permukaan kapal diatas permukaan air arah memanjang (m2) : lebar kapal (beam) x freeboard kapal : luas permukaan kapal diatas permukaan air arah melintang (m2) : Panjang kapal keseluruhan (LOA) x freeboard kapal : koefisien gesek arah memanjang : koefisien gesek arah melintang
Koefisien gaya angin untuk kapal dapat dilihat pada Tabel 3.13.
Tabel 3.13 Tabel Koefisien Gaya Angin Untuk Kapal
(Sumber: OCDI.2002. halaman 144)
Untuk arah X, dipilih koefisien sebesar 1.5 karena arus menghadapi badan kapal (berbentuk seperti persegi panjang). Sedangkan untuk arah Y, dipilih koefisien sebesar 2.3 karena menghadapi bentuk kapal yang memanjang ke atas.
Sehingga parameter yang ditentukan untuk menghitung beban mooring akibat angin dapat dilihat pada Tabel 3.14. Tabel 3.14 Parameter Angin
Parameter
Nilai
Satuan
7,717
m/s
0,001
ton/ m
1050
m2
Keterangan
Tabel 3.14 Parameter An in (lan utan)
Parameter
Nilai
Satuan
161
m2
Keterangan
Koefisien tekanan angin untuk 1,5
rectangular cross section Koefisien tekanan angin untuk
2,3
rectangular cross section
Kemudian seluruh parameter tersebut dihitung dengan menggunakan persamaan berikut.
= 7.19 kN
= 71.9 kN
Dari hasil perhitungan di atas, maka diperoleh total beban mooring sebagai berikut: 1. Perhitungan Arah Transversal
= 1452.94 kN +71.9 kN = 1524.84 kN 2. Perhitungan Arah Longitudinal
= 0.629 kN + 7.19 kN = 7.82 kN Pemilihan bollard bergantung pada displacement (MD atau DT) kapal. Kapal yang direncanakan memiliki displacement (MD) sebesar 66.000 ton, maka kapasitas bollard yang dipilih adalah 100 ton.
Tabel pemilihan jenis bollard berdasarkan displacement tonnage kapal dapat dilihat pada Tabel 3.15.
Tabel 3.15 Tabel Jenis Bollard Berdasarkan Displacement Kapal
(Sumber: Trelleborg Marine System. Halaman 10-7)
Saat kapal sedang tambat, pergerakan kapal ditahan oleh bollard pada dermaga yang dihubungkan oleh tali tambat. Terdapat tiga jenis tali tambat yang berfungsi untuk menahan pergerakan kapal, antara lain: Breast line menahan pergerakan kapal menjauhi dermaga (arah transversal). Stern dan head line menahan pergerakan kapal arah transversal dan longitudinal.
Gambar 3.7 menunjukkan ilustrasi konfigurasi bollard dan tali penahan pergerakan kapal.
Gambar 3.7 Ilustrasi Konfigurasi Bollard Dan Tali Penahan Pergerakan Kapal
(Sumber: BS-6349 Part 4 Fendering and Mooring. Halaman 32)
Peletakan beban mooring terhadap titik letak bollard diperhitungkan seperti pada Tabel 3.16. Tabel 3.16 Perletakan Beban Mooring
Nama Pembebanan
Arah
Gaya Mooring (kN)
Subjek Beban
Jenis Moori ng
1524.84
9 joint
Breast
Mooring X-
Transversal
Mooring Y+
Longitudinal
7.82
10 joint
Head
Mooring Y-
Longitudinal
7.82
11 joint
Stern
3.5 Beban Tumbuk (Berthing)
Beban berthing adalah gaya yang ditimbulkan akibat benturan antara kapal saat merapat dengan dermaga. Besarnya energi yang diserap oleh fender dapat dihitung dengan persamaan berikut:
Keterangan:
= Energi Berthing (kNm) = Massa air yang dipindahkan (ton)
= Kecepatan kapal saat menumbuk dermaga (m/s) = koefisien eksentrisitas = koefisien massa semu = koefisien konfigurasi penambatan = koefisien kekerasan
a. Perhitungan Faktor Eksentrisitas (Ce) Faktor eksentrisas adalah faktor reduksi energi akibat rotasi kapal yang terjadi yang disalurkan ke fender . Adapun persamaan koefisien eksentrisitas:
Dengan nilai K sebagai radius girasi kapal. Nilai K , R, dan γ dihitung melalui persamaan dari Fentek Marine Fendering Systems berikut ini:
√ ( ) () ( ) Sudut berthing maksimum berdasarkan Fentek Marine Fendering Systems adalah sebesar 15 derajat. Ilustrasi definisi kemiringan kapal dapat dilihat pada Gambar 3.8. Sedangkan bentuk kemiringan kapal pada dermaga dolphin dapat dilihat pada Gambar 3.9.
Gambar 3.8 Kemiringan Berthing Suatu Kapal
(Sumber: Fentek Marine Fendering Systems)
Gambar 3.9 Konfigurasi Berthing Suatu Kapal pada Dermaga Dolphin
(Sumber: Fentek Marine Fendering Systems)
b. Perhitungan Faktor Massa Virtual (Cm) Massa tambahan yang terjadi akibat adanya massa air yang bergerak bersama kapal, dihitung berdasarkan berdasarkan ketentuan dari OCDI (2002) dengan persamaan berikut.
Dimana:
= faktor massa virtual = koefisien blok = lebar kapal (m) = draft (m)
Nilai koefisien blok dapat ditentukan menggunakan persamaan dari OCDI (2002), yakni:
Untuk tugas besar ini, nilai koefisien blok didapatkan melalui tabel kapal dan spesifikasinya dari Fentek Marine Fendering Systems Catalogue seperti yang terlihat pada Gambar 3.10.
Gambar 3.10 Penentuan nilai CB berdasarkan spesifikasi kapal
(Sumber: Fentek Marine Fendering System)
Dari Gambar 3.10, untuk kapal 50000 DWT didapatkan nilai koefisien blok sebesar 0.793.
c. Penentuan Faktor Kekerasan (Cs) Berdasarkan OCDI (2002), nilai faktor kekasaran dipilih nilai yang standar, yakni sebesar 1. d. Penentuan Faktor Konfigurasi Berthing (Cc) Nilai faktor konfigurasi berthing dipilih berdasarkan jenis struktur dermaga. Berdasarkan OCDI (2002), untuk jenis struktur deck-on-pile nilainya sebesar 1. e. Kecepatan Berthing Kecepatan berthing merupakan kecepatan kapal saat bertambat di dermaga. Pemilihan persamaan untuk menentukan kecepatan berthing didasarkan pada tingkat kesulitan kapal saat bertambat dan terbuka atau tidaknya suatu perairan pelabuhan. Kategori kesulitan kapal saat bertambat, serta terbuka atau tidaknya perairan dapat dilihat pada Gambar 3.11.
Gambar 3.11 Kondisi Perairan untuk Berthing
(Sumber: Fentek Marine Fendering System)
Sedangkan grafik kecepatan berthing per kondisi yang disajikan pada Gambar 3.11 dapat dilihat pada Gambar 3.12.
Gambar 3.12 Grafik Kecepatan Berthing
(Sumber: Fentek Marine Fendering System)
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung kecepatan berthing disajikan pada Gambar 3.13.
Gambar 3.13 Persamaan untuk menghitung Kecepatan Berthing
(Sumber: Fentek Marine Fendering System)
Untuk tugas besar ini, dipilih kategori perairan easy berthing, exposed . Maka kecepatan perairan dihitung berdasarkan rumus V (c).
f. Penentuan Faktor Keamanan Energi Berthing Faktor keamanan digunakan untuk menangani kejadian tidak terduga (abnormal impact). PIANC (2002) memberikan nilai faktor keamanan yang dapat dilihat pada Gambar 3.14. Dari Gambar 3.14, dipilih faktor keamanan sebesar 1.25 untuk kategori kapal tanker , dengan ukuran kapal terbesat.
Gambar 3.14 Faktor Keamanan Energi Berthing
(Sumber: PIANC. 2002)
3.6 Beban Gempa 3.6.1 Gambaran Umum
Di daerah Indonesia, ketahanan bangunan terhadap gempa harus diperhitungkan, mengingat Indonesia yang berbatasan langsung dengan lempeng benua dan mempunyai intensitas gempa yang cukup tinggi. Dengan itu diperlukan suatu perhitungan dan standar dalam memperhitungkan ketahanan bangunan. Pada laporan ini, beban gempa dihitung otomatis oleh program SAP2000 dengan menggunakan grafik respon spektra yang ditentukan dari standar SNI 1726-2012 Tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Gedung dan Non Gedung. Data spektral gempa dapat diperoleh dari website Puskim milik Kementrian PU (http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011). Sedangkan untuk langkah pengerjaan berdasarkan slide asistensi Mata Kuliah Perancangan Dermaga yang berjudul “Catatan Gaya Gempa dan Jenis Load Case”. Pada sub bab 3.6. 2 sampai dengan 3.6.4 adalah langkah pengerjaan untuk menentukan grafik spektrum.. 3.6.2 Menentukan Spektral Gempa Lama
Adapun langkah-langkah dalammenentukan spektral gempa adalah sebagai berikut: 1. Mengakses link website milik Kementrian Pekerjaan Umum pada link berikut: http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/. 2. Memasukkan koordinat lokasi pekerjaan, atau klik lokasi pekerjaan pada peta Indonesia. Kemudian „Hitung‟. 3. Akan muncul hasil seperti berikut. Terdapat 2 tabel output, sebut saja tabel 1 dan tabel 2.
Klik
‘Excel’
untuk mengekstrak kedua menjadi
tabel file
excel.
Gambar 3.5 Contoh Tampilan Spektra Percepatan
Kemudian kedua tabel tersebut diekstrak menjadi 2 file excel (.csv) terpisah. Data spektral gempa yang akan diinput ke model ada pada tabel 2. Data pada tabel 1 digunakan untuk mensubstitusi nilai-nilai periode (T) pada tabel 2. 4. File excel yang didapatkan berisi data-data untuk empat jenis tanah yang berbeda. Untuk mendapatkan hasil yang lebih aman, ambil data untuk tanah lunak. 5. Tapi, penyajian tabel dalam excel, baik untuk tabel 1 maupun tabel 2 memang sedikit membingungkan karena data dari keempat jenis tanah bercampur semua dalam satu tabel. Untuk mengetahui mana data pada excel yang merupakan spektral gempa untuk tanah lunak, data pada excel bisa dicocokkan dengan data yang muncul pada tabel hasil, dengan memilih jenis batuan „Tanah Lunak (E)‟. Setelah diketahui data spektral gempa untuk tanah lunak, data untuk batuan jenis lain dapat diabaikan.
Pilih ‘Tanah Lunak (E)’ untuk mengetahui data tanah lunak pada file excel.
Gambar 3.6 Contoh Pemilihan jenis Tanah
6. Selanjutnya, pada excel yang diekstrak dari tabel 2, yang merupakan spektral gempa yang akan diinput ke model, masih terdapat variabel-variabel To dan Ts pada kolom T (periode). Nilai dari variabel To dan Ts tersebut dapat diketahui dari excel tabel 1. Nilai To dan Ts dari tabel 1 disubstitusi ke nilai T pada tabel 2 sehingga kini kolom T telah berupa angka-angka. 7. Kemudian, kedua kolom tersebut dipindahkan ke excel baru, dan disimpan dalam bentuk .txt. 3.6.3 Penginputan Spektral Gempa ke Model
Berikut ini adalah langkah-langkah penginputan Spektrak Gempa ke Model pada software SAP2000:
1. Pastikan load case gempa untuk arah x dan y sudah terbentuk. (define load patterns)
Gambar 3.7 Contoh Define Load Patterns
2. Input spektral gempa dalam bentuk .txt dengan cara: Define Functions Response Spectrum. Pada bagian „Choose Function Type to Add‟, pilih „From File‟. Kemudian klik Add New Function. Masukkan Function Name. Masukkan file .txt spektral gempa dengan mengklik „Browse‟. Kemudian pilih „Period vs Value‟. Klik „Display Graph‟ dan akan muncul gambar berikut. Klik OK. Kini spektral gempa telah terdefine dan tinggal diassign pada struktur.
Gambar 3.8 Contoh Tampilan Response Spectrum Function Definition
3. Case gempa arah X. Kemudian klik „Modify/Show Load Case‟. Ubah „Load Case Type‟ menjadi „Response Spectrum‟. Kemudian pada bagian „Loads Applied‟, pilih Load Name U1 (untuk arah X), pilih function yang sebelumnya telah didefine. Kemudian isi Scale Factor dengan nilai scale factor awal. Adapun langkah menentukan scale fartor adalah sebagai berikut:
Keterangan: I
= Occupancy Factor = 1
g
= Acceleration due to gravity
R
= Response modification factor = 8
Setelah melakukan perhitungan maka diperoleh berat loading arm sebesar 222,48 kN.
3.2 Beban Hidup
Untuk menghitung besarnya beban hidup maka dilakukan perhitungan dan penentuan live load sebagai berikut: (1) Beban Loading Arm Tabel 3.6 Momen Loading Arm tiap Sumbu
Loading Arm Moment
Nilai
Satuan
Arah X-
508.430
kNm
Arah Y+
508.430
kNm
Arah Y-
508.430
kNm
(2) Beban hidup dari kendaraan inspeksi (mobil kecil) Tabel 3.7 Momen Loading Arm tiap Sumbu
(Sumber: Hoda Mobilio Catalogue)
Spesifikasi Kendaraan
Nilai
Satuan
4.398 × 1.683 × 1.603
m
Jarak Sumbu Roda
2.650
m
Jarak Pijak Depan/Belakang
1.475
m
Ground Clearance
0.189
m
1100.000
kg
Panjang × Lebar × Tinggi
Massa
(3) Beban hidup dari pipe rack Tabel 3.8 Beban Hidup Pipe Rack
Contaiment > Density
Keterangan
920,000
kg/m
(tipe medium)
= 1225,83 4. Untuk mengassign gaya gempa arah Y, sama dengan step 3, namun Load Name pilih U2.
Gambar 3.9 Contoh Tampilan Load Case Data
3.6.4 Menentukan Faktor Skala Gempa Baru
Faktor gempa yang diinput pada model ditentukan berdasarkan gaya dasar seismik (prosedur gaya lateral ekivalen) Pada SNI-1726-2012, sehingga dapat dilakukan langkah sebagai berikut:
1. Pada halaman 62 subbab 7.9.4.2, diketahui bahwa faktor skala gempa yang digunakan adalah 0,85 (
)/
2. Nilai Cs dapat dihitung pada halaman 54 subbab 7.8.1.1, dengan nilai SDS dapat diambil dari nilai SA (g) terbesar pada spektral gempa. 3. Nilai W ditentukan dari output base reaction pada model untuk mengetahui berat struktur. Catatan penting: step ini dilakukan saat model sudah fixed (tidak mengalami perubahan lagi) karena apabila model berubah, nilai W (berat struktur) juga otomatis akan berubah. Step ini harus dilakukan ulang apabila dilakukan revisi pada model. Cara mengeluarkan output ini adalah sebagai berikut: a. Run model b. Display >> Show Tables c. Ceklis „Base Reactions‟ pada „Structure Output‟ d. Select Load Cases e. Pilih load case Dead beserta beban-beban mati lainnya f. OK g. Akan muncul output base reactions
Gambar 3.10 Contoh Tampilan Base reactions
Nilai W adalah penjumlahan Fz untuk load case Dead dan beban-beban mati lainnya. Untuk contoh di atas, W = 46974.823 + 60255.483 = xxxxx kN.
4. Penentuan nilai Vt a. Run model b. c. Ceklis „Base Reactions‟ pada „Structure Output‟ d. e. Akan muncul output base reactions
Gambar 3.11 Contoh Tampilan Base Reaction
Pada contoh di atas, nilai Vt untuk load case GEMPA X adalah 12345.939 kN dan Vt untuk GEMPA Y adalah 12318.039 kN. 5. Faktor skala gempa (0,85 Cs W/Vt) sudah bisa dihitung dan diinput ke step 3 dan 4 di slide 9. Jangan lupa, faktor untuk GEMPA X dan GEMPA Y bisa jadi berbeda. Setelah dilakukan perhitungan berdasarkan langkah di atas maka dapat diketahui bahwa nilai skala faktor aktual sama dengan nikai skala factor awal dikali scale factor baru. Dari hasil perhitungan sesuai prosedur SNI 1726-2012, berikut disajikan data dan grafik respon spektrum dari gempa di lokasi dermaga.
Tabel 3.1 Data Respon Spektrum gempa
Par Parameter meter
Nilai Nilai
PGA (g)
0,121
SS (g)
0,241
S1 (g)
0,082
CRS
0,919
CR1
0,964
FPGA
2,333
FA
2,5
FV
3,5
PSA ( g)
0,282
SMS (g)
0,604
SM1 (g)
0,287
SDS (g)
0,402
SD1 (g)
0,191
T0 (de ti k)
0,095
TS (de ti k)
0,475
g
9,81
Sehingga pada tugas besar kali ini diperoleh spektral gempa untuk tanah lunak sebagai berikut:
SPEKTRAL GEMPA - TANAH LUNAK 0,45 0,4 0,35 0,3
) G0,25 ( A 0,2 S 0,15
0,1 0,05 0 0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
T (DETIK)
Grafik 3.1 Spektral gempa Tanah Lunak
Spektrum gempa hasil perhitungan berdasarkan SNI 1726-2012.
3.7 Spesifikasi Dermaga
Spesifikasi dermaga yang akan dibangun adalah sebagai berikut: ganti lagi
a. Ukuran (panjang dan lebar) Pada dermaga dolphin terdiri dari beberapa komponen struktur yaitu tresle, loading platform, breasting dolphin, dan mooring dolphin. Secara keseluruhan, dermaga terbentang panjang seperti gambar berikut: :
Gambar 3.7 Layout Keseluruhan Rancangan Dermaga
Komponen dermaga terdiri dari trestle, loading platform, breasting dolphin, dan mooring dolphin. Dalam menentukan dimensi dermaga, penentuan panjang dan lebar dilakukan berdasarkan perhitungan terhadap spesifikasi kapal terbesar, sedangkan untuk menentukan dimensi kedalaman dan elevasi dermaga dilakukan berdasarkan
penjumlahan dari kedalaman, elevasi muka air LLWL, tunggang pasang surut, serta freeboard . Berikut ini adalah gambar dari setiap elemen dermaga:
Gambar 3.12 Lading Platform Tampak Atas
Gambar 3.13 Trestle tampak Atas
Gambar 3.14 Breasting Dolphin dan Mooring Dolphin Tampak Atas
b. Elevasi Untuk menghitung elevasi dermaga, menggunakan rumus sebagai berikut:
Gambar 3.15 Elevasi Struktur Tampak Atas
Dimana: HWS : High Water Spring (m) H
: Tinggi gelombang rencana, hasil analisis refraksi difraksi (m)
Jadi Elevasi dermaga setinggi 3,29 meter.
c. Kedalaman Untuk mendapatkan kondisi operasi yang ideal diperlukan kedalaman air di alur masuk yang cukup besar untuk memungkinkan pelayaran pada muka air terendah dengan kapal bermuatan penuh. Kedalaman air diukur terhadap muka air referensi. Biasanya muka air referensi ini ditentukan berdasarkan nilai rata-rata dari muka air surut terendah pada saat pasang besar (spring tide) dalam periode panjang, yang disebut LLWS (Lowest Low Water Spring). Pada perhitungan pasang surut diperoleh LLWS sebesar -1,48 meter. Oleh sebab itu kedalaman yang diambil adalah -14 meter dari LLWS. d. Mutu beton Mutu beton yang digunakan pada laporan Tugas Besar ini adalah K-450. e. Fender yang digunakan Fender yang digunakan pada dermaga merupakan fender tipe Super Cone seri SCN2000 E1.5 dari Fentek Marine Fendering Systems dengan massa 9560 kg. f. Bollard yang digunakan Bollard yang digunakan pada desain dermaga pada Tugas Besar ini adalah bollard tipe kidney kapasitas 100 ton dari Trelleborg Marine Systems.
Bab 4 Analisis Struktur 4.1 Tentang SAP2000
SAP kepanjangan dari Structural analysis Program, yang mana SAP ini adalah program yang digunakan untuk menganalisis dan mendesain suatu yang berorintasi obyek (Object Oriented Programing). Program SAP merupakan program yang berasal dari Universitas of California at Berkeley, USA sekitar tahun 1970. Tim doktor dari Universitas Berkeley membutuhkan lebih dari 20 tahun untuk menyempurnakan program SAP2000. SAP 2000 merupakan program yang menghadirkan state of the art dalam teknologi mulai dari 2D ke 3D, geometri sederhana ke kompleks, dapat dimodelkan, dianalisis, dirancang, dan dioptimalkan menggunakan lingkungan pemodelan berbasis obyek praktis. Terintegrasi template modeling, tugas pemuatan kode berbasis opsi analisis canggih, desain prosedur-optimasi, dan output laporan disesuaikan semua koordinat di platform yang kuat untuk membuat SAP2000 sangat berguna untuk struktur teknik. SAP 2000 secara utuh terintegrasi dalam Windows 95/ NT, dan menyediakan metode antarmuka secara grafis yang sangat mudah digunakan selama proses pengembangan dalam aktivitas analisis teknik. SAP (Structural Analysis Program) merupakan program struktur yang berbeda dari program struktur yang lainnya seperti ETAS, RISA, STAAD, STRUDL, GRASP, MICROFEAP, hal inilah yang nantinya akan menjebak para pengguna dalam banyak hal, di mana pengetahuan tentang struktur harus dilandasi dengan teori yang kuat pula. Sumber: http://www.katalogbiobses.com
4.2 Perhitungan Fixity Point
Untuk menghitung fixity poin pada struktur maka kita harus mengetahui beberapa parameter yang diperoleh dari spesifikasi struktur. Berikut ini adalah hasil perhitungan fixity poin pada struktur menggunakan bantuan excel. Tabel 4.2 Perhitungan Fixity Point
Keterangan
Paramete Kh N rat D E I Beta SF Fix
sampai 7 m
dari dseabe
Besaran Satuan 12,21429 8,142857 80 20000000 464100 0,002265 1,5 662,2579 cm 6,622579 m
4.3 Kombinasi Pembebanan
Tabel 4.3 Kombinasi Pembebanan no 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
kombina si comb1 comb2 comb3.1 comb3.2 comb3.3 comb4.1 comb4.2 comb4.3 comb5.1 comb5.2 comb6.1 6.2 6.3 7.1 7.2 7.3 8.1 8.2
beban mati 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 1.2 0.9 0.9
beban hidup 1.6 1.6 1.6 1.6 1.6 1.6 1.6 1.6 1 1 1 1 1 1 1 1
arus x+
y+
y-
0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5
gelomba berting ng
0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5
mooring trans long y+
long y-
gempa x
y
0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
4.4 Analisis Struktur Dermaga
Berikut ini tampilan 3D dari pemodelan struktur dermaga tipe dolphin yang dilakukan.
1 1 1
Gambar 4.16 Struktur Dermaga Dolphin 3 Dimensi
Dimensi tiang serta elevasi yang digunakandan diterapkan ke pemodelan sama untuk semua jenis struktur (loading platform, breasting dolphin, mooring dolphin,dan trestle)
Gambar 4.17 Gambar dimensi tiang yang digunakan
Gambar 4.18 Gambar elevasi struktur
4.4.1
Analisis Struktur Loading Platform
Berikut ini ditampilkan data dari hasil pemodelan struktur loading platform dari dermaga dolphin yang dilakukan kelompok kami yang terdiri atas tampilan model struktur, tampilan pemodelan beban, tampilan UCR dan nilai maksimumnya yang terjadi, nilai defleksi pada tiang dan terakhir gaya dalam yang terjadi pada komponen tiang, balok, dan pelat untuk masing-masing struktur.
a. Tampilan Model Struktur Terdiri atas tampilan tampak 3D nya, tampak depan, tampak samping, tampak atas, serta dimensi.
Tampak 3D
Gambar 4.19 Model Struktur 3 Dimensi
Tampak Depan
Gambar 4.20 Model Tampak Depan
Tampak Samping
Gambar 4.21 Model Tampak Samping
Tampak Atas
Gambar 4.22 Model Tampak Atas
Dimensi
Gambar 4.23 Loading Platform Tampak Atas
b. Tampilam Lokasi dan Nilai Beban-beban pada Struktur Dibawah ini ditampilkan pembebanan yang terdapat pada lo ading platform.
Beban Gelombang
Gambar 4.24 Pembebanan Gelombang pada Platform
Beban Arus arah X+
Gambar 4.25 Beban Arus Arah X positif
Beban Arus arah Y+
Gambar 4.26 Beban Arus Arag Y positif
Beban Arus arah Y-
Gambar 4.27 Beban Arus Arah Y negatif
Beban Loading arm
Gambar 4.28 Beban Loading Arm
Beban Momen loading arm arah x-
Gambar 4.29 Beban Momen Loading Arm Arah X negatif
Beban Momen loading arm arah Y+
Gambar 4.30 Beban Momen loading arm arah Y+
Beban momen loading arm arah Y-
Gambar 4.31 Beban momen loading arm arah Y-
Beban Pilecap
Gambar 4.32 Beban Pile Cap pada Struktur
Beban Piperack
Gambar 4.33 Beban Pipe Rack
Beban Pipe containment
Gambar 4.34 Beban Pipe Containment
c.
UCR
Tabel dibawah ini menampilkan nilai maksimum UCR dari setiap tiang pancang yang terdapat pada loading platform. Tabel 4.4 Nilai Maksimum dari Setiap Tiang Pancar TABLE: Steel Design 1 - Summary Data - AISC-ASD89 Frame
Text
DesignSect DesignType
Text
Text
Status
Ratio
RatioType
Combo
Location
ErrMsg
WarnMsg
Text
Unitless
Text
Text
in
Text
Text
53
Pile
Column
No Messages
0.552055 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
48
Pile
Column
No Messages
0.53972 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
54
Pile
Column
No Messages
0.539341 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
55
Pile
Column
No Messages
0.531325 PMM
COMB6.2
0 No Messages No Messages
58
Pile
Column
No Messages
0.519266 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
52
Pile
Column
No Messages
0.519248 PMM
COMB6.2
0 No Messages No Messages
60
Pile
Column
No Messages
0.518084 PMM
COMB6.2
0 No Messages No Messages
49
Pile
Column
No Messages
0.51754 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
65
Pile
Column
No Messages
0.514451 PMM
COMB6.2
0 No Messages No Messages
59
Pile
Column
No Messages
0.51371 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
63
Pile
Column
No Messages
0.512299 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
62
Pile
Column
No Messages
0.510238 PMM
COMB6.2
0 No Messages No Messages
57
Pile
Column
No Messages
0.509301 PMM
COMB6.2
0 No Messages No Messages
64
Pile
Column
No Messages
0.506446 PMM
COMB6.2
0 No Messages No Messages
50
Pile
Column
No Messages
0.504174 PMM
COMB6.2
0 No Messages No Messages
56
Pile
Column
No Messages
0.50059 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
66
Pile
Column
No Messages
0.497297 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
68
Pile
Column
No Messages
0.49719 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
61
Pile
Column
No Messages
0.496559 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
69
Pile
Column
No Messages
0.488754 PMM
COMB6.2
0 No Messages No Messages
70
Pile
Column
No Messages
0.485994 PMM
COMB6.2
0 No Messages No Messages
47
Pile
Column
No Messages
0.483278 PMM
COMB6.2
0 No Messages No Messages
67
Pile
Column
No Messages
0.476887 PMM
COMB6.2
0 No Messages No Messages
51
Pile
Column
No Messages
0.467585 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
71
Pile
Column
No Messages
0.464565 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
Gambar berikut menunjukkan warna yang masih biru dan hijau dimana nilai UCR nya tidak melampaui 1 (merah).
Gambar 4.35 UCR pada Struktur
d. Defleksi Berikut ini ditampilkan tabel nilai-nilai defleksi yang terjadi pada tiang pancang
e. Gaya Dalam Berikut ini ditampilkan tabel gaya dalam yang terjadi pada masing-masing komponen struktur balok, pelat dan tiang.
Gaya Dalam Balok
Gaya dalam komponen balok disajikan pada tabel dibawah ini
Gaya Dalam Pelat
Gaya dalam komponen pelat disajikan dalam tabel berikut ini
Gaya Dalam Tiang
Gaya dalam komponen tiang dapat dilihat pada tabel dibawah
4.4.2
Pemodelan Struktur Trestle
Berikut ini ditampilkan data dari hasil pemodelan struktur trestle dari dermaga dolphin yang dilakukan kelompok kami yang terdiri atas tampilan model struktur, tampilan pemodelan beban, tampilan UCR dan nilai maksimumnya yang terjadi, nilai defleksi pada tiang dan terakhir gaya dalam yang terjadi pada komponen tiang, balok, dan pelat untuk masing-masing struktur.
a. Tampilan Model Struktur Terdiri atas tampilan tampak 3D nya, tampak depan, tampak samping, tampak atas, serta dimensi.
Tampak 3D
Gambar 4.36 Struktur dalam Bentuk 3D
Tampak Depan
Gambar 4.37 Struktur Tampak Depan
Tampak Samping
Gambar 4.38 Struktur Tampak Samping
Tampak Atas
Gambar 4.39 Struktur Tampak Atas
Dimensi
Gambar 4.40 TrestelTampak Atas
b. Tampilan Lokasi dan Nilai Beban-beban pada Struktur
Dibawah ini ditampilkan pembebanan yang terdapat pada trestle.
Beban Gelombang
Gambar 4.41 Visualisasi Beban Gelombang
Beban Arus arah X
Gambar 4.42 Beban Arus arah X
Beban Arus arah Y+
Gambar 4.43 Beban Arus Arah Y negatif
Beban Arus arah Y-
Gambar 44 Beban Arus Arah Y negatif
Beban Pilecap
Gambar 4.45 Beban Pilecap
Beban Piperack
Gambar 4.46 beban Piperack
Beban Pipe containment
Gambar 4.47 Beban Pipe Containment
c. UCR
Tabel dibawah ini menampilkan nilai maksimum UCR dari setiap tiang pancang yang terdapat pada loading platform.
Tabel 5.4 Nilai Maksimum UCR Dari Setiap Tiang Pancang Yang Terdapat Pada Loading Platform TABLE: Steel Design 1 - Summary Data - AISC-ASD89 Frame
Text
DesignSect DesignType
Text
Text
Status
Ratio
RatioType
Combo
Location
ErrMsg
WarnMsg
Text
Unitless
Text
Text
in
Text
Text
144
Pi le
Col umn
No Messages
0.539338 PMM
COMB6.2
0 No Messages No Messages
154
Pi le
Col umn
No Messages
0.539163 PMM
COMB6.2
0 No Messages No Messages
164
Pi le
Col umn
No Messages
0.539092 PMM
COMB6.2
0 No Messages No Messages
174
Pi le
Col umn
No Messages
0.538958 PMM
COMB6.2
0 No Messages No Messages
184
Pi le
Col umn
No Messages
0.538666 PMM
COMB6.2
0 No Messages No Messages
156
Pi le
Col umn
No Messages
0.538592 PMM
COMB6.2
0 No Messages No Messages
158
Pi le
Col umn
No Messages
0.538583 PMM
COMB6.2
0 No Messages No Messages
152
Pi le
Col umn
No Messages
0.538575 PMM
COMB6.2
0 No Messages No Messages
160
Pi le
Col umn
No Messages
0.538565 PMM
COMB6.2
0 No Messages No Messages
162
Pi le
Col umn
No Messages
0.538535 PMM
COMB6.2
0 No Messages No Messages
166
Pi le
Col umn
No Messages
0.538485 PMM
COMB6.2
0 No Messages No Messages
168
Pi le
Col umn
No Messages
0.538466 PMM
COMB6.2
0 No Messages No Messages
150
Pi le
Col umn
No Messages
0.53845 PMM
COMB6.2
0 No Messages No Messages
170
Pi le
Col umn
No Messages
0.538439 PMM
COMB7.2
0 No Messages No Messages
172
Pi le
Col umn
No Messages
0.538405 PMM
COMB6.2
0 No Messages No Messages
148
Pi le
Col umn
No Messages
0.538387 PMM
COMB6.2
0 No Messages No Messages
176
Pi le
Col umn
No Messages
0.538345 PMM
COMB6.2
0 No Messages No Messages
178
Pi le
Col umn
No Messages
0.538318 PMM
COMB6.2
0 No Messages No Messages
180
Pi le
Col umn
No Messages
0.53827 PMM
COMB6.2
0 No Messages No Messages
182
Pi le
Col umn
No Messages
0.53821 PMM
COMB6.2
0 No Messages No Messages
186
Pi le
Col umn
No Messages
0.537948 PMM
COMB7.2
0 No Messages No Messages
188
Pi le
Col umn
No Messages
0.53788 PMM
COMB6.2
0 No Messages No Messages
146
Pi le
Col umn
No Messages
0.537652 PMM
COMB6.2
0 No Messages No Messages
190
Pi le
Col umn
No Messages
0.537544 PMM
COMB6.2
0 No Messages No Messages
155
Pi le
Col umn
No Messages
0.527539 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
165
Pi le
Col umn
No Messages
0.527511 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
175
Pi le
Col umn
No Messages
0.527429 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
185
Pi le
Col umn
No Messages
0.527213 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
145
Pi le
Col umn
No Messages
0.527084 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
157
Pi le
Col umn
No Messages
0.52705 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
159
Pi le
Col umn
No Messages
0.527037 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
161
Pi le
Col umn
No Messages
0.527028 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
163
Pi le
Col umn
No Messages
0.527024 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
153
Pi le
Col umn
No Messages
0.527013 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
167
Pi le
Col umn
No Messages
0.526994 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
169
Pi le
Col umn
No Messages
0.52697 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
171
Pi le
Col umn
No Messages
0.526954 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
173
Pi le
Col umn
No Messages
0.526946 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
177
Pi le
Col umn
No Messages
0.526907 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
151
Pi le
Col umn
No Messages
0.526906 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
179
Pi le
Col umn
No Messages
0.526875 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
181
Pi le
Col umn
No Messages
0.526841 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
183
Pi le
Col umn
No Messages
0.526802 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
149
Pi le
Col umn
No Messages
0.526761 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
189
Pi le
Col umn
No Messages
0.526639 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
187
Pi le
Col umn
No Messages
0.526545 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
147
Pi le
Col umn
No Messages
0.526354 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
191
Pi le
Col umn
No Messages
0.525833 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
192
Pi le
Col umn
No Messages
0.493267 PMM
COMB6.2
0 No Messages No Messages
68
Pi le
Col umn
No Messages
0.490272 PMM
COMB6.2
0 No Messages No Messages
193
Pi le
Col umn
No Messages
0.486916 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
69
Pi le
Col umn
No Messages
0.484289 PMM
COMB6.3
0 No Messages No Messages
Gambar berikut menunjukkan warna yang masih biru dan hijau dimana nilai UCR nya tidak melampaui 1 (merah)
Gambar 4.48 Tampilan Warga untuk Menentukan Nilai UCR
d. Dedfleksi
Berikut ini ditampilkan tabel nilai-nilai defleksi yang terjadi pada tiang pancang
e. Gaya Dalam
Berikut ini ditampilkan gaya dalam yang terjadi pada masing-masing komponen struktur balok, pelat dan tiang, yaitu:
Gaya Dalam Balok
Gaya Dalam Pelat
Gaya Dalam Tiang
4.4.3
Pemodelan Struktur Berthing Dolphin
Berikut ini ditampilkan data dari hasil pemodelan struktur berthing dolphin dari dermaga dolphin yang dilakukan kelompok kami yang terdiri atas tampilan model struktur, tampilan pemodelan beban, tampilan UCR dan nilai maksimumnya yang terjadi, nilai defleksi pada tiang dan terakhir gaya dalam yang terjadi pada komponen tiang, balok, dan pelat untuk masing-masing struktur.
a. Tampilan Model Struktur
Terdiri atas tampilan tampak 3D nya, tampak depan, tampak samping, tampak atas, serta dimensi.
Tampak 3D
Gambar 4.49 Struktur Berthing Dolphin 3 Dimensi
Tampak Depan
Gambar 4.50 Tampak Depan Struktur Berthing Dolphin
Tampak Samping
Gambar 4.51 Tampak Samping Struktur Berthing Dolphin
Tampak Atas
Gambar 4.52 Tampak Atas Struktur Berthing Dolphin
Dimensi
Gambar 4.53 Breasting Dolphin Tampak Atas
b. Tampilan Lokasi dan Nilai Beban-beban pada Struktur
Dibawah ini ditampilkan pembebanan yang terdapat pada loading platform.
Beban Gelombang
Gambar 4.54 Beban Gelombang
Beban Arus arah x
Gambar 4.55 Beban Arus Arah X
Beban Arus arah Y+
Gambar 4.56 Beban Arus Arah Y positif
Beban Arus arah Y-
Gambar 4.57 beban Arus Arah Y negatif
Beban Fender
Gambar 4.58 Beban Fender
Beban pelat support untuk perlekatan fender
Gambar 4.59 Beban Pelat Support untuk Perletakkan Fender
Beban berthing
Gambar 4.60 beban Berthing
Beban walkway 1
Gambar 4.61 Beban Walkway 1
Beban walkway 2
Gambar 4.62 Beban Walkway 2
c. Tampilan UCR
Tabel dibawah ini menampilkan nilai maksimum UCR dari setiap tiang pancang yang terdapat pada loading platform. Tabel 4.6 Nilai Maksimum UCR pada Setiap Tiang Pancang TABLE: Steel Design 1 - Summary Data - AISC-ASD89 Frame DesignSect DesignType Status Ratio Text Text Text Text Unitless 222 Pile Column No Messages 0.738872 91 Pile Column No Messages 0.738869 119 Pile Column No Messages 0.693203 3 Pile Column No Messages 0.545515 242 Pile Column No Messages 0.545515 258 Pile Column No Messages 0.517844 252 Pile Col umn No Messages 0.426119 1 Pile Column No Messages 0.426115 326 Pile Col umn No Messages 0.385112
RatioType Text PMM PMM PMM PMM PMM PMM PMM PMM PMM
Combo Location ErrMsg WarnMsg Text in Text Text COMB6.2 969.991 No Messages No Messages COMB6.3 969.991 No Messages No Messages COMB6.1 969.991 No Messages No Messages COMB6.3 969.991 No Messages No Messages COMB6.2 969.991 No Messages No Messages COMB6.1 962.48 No Messages No Messages COMB6.2 0 No Messages No Messages COMB6.3 0 No Messages No Messages COMB6.1 0 No Messages No Messages
Gambar berikut menunjukkan warna yang masih biru dan hijau dimana nilai UCR nya tidak melampaui 1 (merah):
Tabel 4.7 Hasil UCR
d. Defleksi
4.4.4
Pemodelan Struktur Mooring Dolphin
Berikut ini ditampilkan data dari hasil pemodelan struktur mooring dolphin dari dermaga dolphin yang dilakukan kelompok kami yang terdiri atas tampilan model struktur, tampilan pemodelan beban, tampilan UCR dan nilai maksimumnya yang terjadi, nilai defleksi pada tiang dan terakhir gaya dalam yang terjadi pada komponen tiang, balok, dan pelat untuk masing-masing struktur. a. Tampilan Model Struktur
Tampak 3D
Gambar 4.63 Struktur Mooring Dolphin 3 Dimensi
Tampak Depan
Gambar 4.64 Struktur Mooring Dolphin Tampak depan
Tampak Samping
Gambar 4.65 Struktur Mooring Dolphin Tampak Samping
Tampak Atas
Gambar 4.66 Struktur Mooring Dolphin Tampak Atas
Dimensi
b. Tampilan Lokasi dan Nilai Beban-beban pada Struktur
Beban Gelombang
Gambar 4.67 beban gelombang
Beban Arus arah X
Gambar 4.68 Beban Arus Arah X
Beban Arus arah Y+
Gambar 4.69 Beban Arus Arah Y positif
Beban Arus arah Y-
Gambar 4.70 Beban Arus Arah Y negatif
Beban Bollard
Gambar 4.71 Beban bolard
Beban Mooring arah X+
Gambar 4.72Beban Mooring arah X Positif
Beban Mooring arah Y+
Gambar 4.73 Beban Mooring Arah Y Positif
Beban Mooring arah Y-
Gambar 4.74 beban Mooring Arah Negatif
Beban Walkway 2
Gambar 4.75 Walkway 2
Beban Walkway 3
Gambar 4.76 Walkway 3
c. UCR
Tabel dibawah ini menampilkan nilai maksimum UCR dari setiap tiang pancang yang terdapat pada loading platform.
Mooring yang menanggung beban longitudinal
TABLE: Steel Design 1 - Summary Data - AISC-ASD89 Frame DesignSect DesignType Status Ratio Text Text Text Text Unitless 455 Pile Brace No Messages 0.434289 451 Pile Brace No Messages 0.434288 452 Pile Column No Messages 0.423879 450 Pile Column No Messages 0.327844 456 Pile Column No Messages 0.327844 454 Pile Column No Messages 0.321363 453 Pile Column No Messages 0.314275 449 Pile Brace No Messages 0.304029 457 Pile Brace No Messages 0.304028
RatioType Text PMM PMM PMM PMM PMM PMM PMM PMM PMM
Combo Location ErrMsg WarnMsg Text in Text Text COMB7.1 978.545 No Messages No Messages COMB7.1 978.545 No Messages No Messages COMB7.1 970.645 No Messages No Messages COMB7.1 970.447 No Messages No Messages COMB7.1 970.447 No Messages No Messages COMB7.1 962.48 No Messages No Messages COMB7.1 970.447 No Messages No Messages COMB7.1 978.349 No Messages No Messages COMB7.1 978.349 No Messages No Messages
Gambar berikut menunjukkan warna yang masih biru dan hijau dimana nilai UCR nya tidak melampaui 1 (merah)
Mooring yang menanggung beban transversal
TABLE: Steel Design 1 - Summary Data - AISC-ASD89 Frame DesignSect DesignType Status Ratio Text Text Text Text Unitless 641 Pile Brace No Messages 0.583181 643 Pile Brace No Messages 0.582947 642 Pile Col umn No Messages 0.566172 648 Pile Col umn No Messages 0.516131 647 Pile Brace No Messages 0.508817 649 Pile Brace No Messages 0.508552 645 Pile Col umn No Messages 0.508498 644 Pile Col umn No Messages 0.508337 646 Pile Col umn No Messages 0.495118
RatioType Text PMM PMM PMM PMM PMM PMM PMM PMM PMM
Combo Location ErrMsg WarnMsg Text in Text Text COMB7.2 0 No Messages No Messages COMB7.2 0 No Messages No Messages COMB7.2 0 No Messages No Messages COMB7.2 0 No Messages No Messages COMB7.2 0 No Messages No Messages COMB7.2 0 No Messages No Messages COMB7.2 0 No Messages No Messages COMB7.2 0 No Messages No Messages COMB7.2 0 No Messages No Messages
Gambar berikut menunjukkan warna yang masih biru dan hijau dimana nilai UCR nya tidak melampaui 1 (merah)
4.5 Penulangan Komponen Dermaga
Perhitungan penulangan dilakukan untuk komponen balok, pelat, dan pile cap. Balok, pelat, dan pile cap yang digunakan pada loading platform dan trestle memiliki dimensi dan karakteristik yang sama, karena struktur trestle dan loading platform menyambung dimana harus dijaga elevasi dan integrity strukturnya,.sehingga perhitungan yang dilakukan berlaku
untuk seluruh komponen balok, pelat, dan pile cap pada trestle dan loading platform. Adapun beban yang digunakan untuk perhitungan penulangan balok, pelat, dan pilecap pada struktur dermaga tersebut menggunakan beban paling maksimum yang terjadi di loading platform maupun trestle berdasarkan output SAP 2000. Mooring dolphin dan breasting dolphin hanya menggunakan pelat beton sehingga tidak ada perhitungan untuk balok dan pilecapnya. Adapun perhitungan penulangan pelatnya dilakukan untuk masing-masing jenis struktur dikarenakan struktur menerima beban yang berbeda. Untuk beban yang digunakan dalam perhitungan berasal dari beban maksimum hasil output SAP 2000 untuk masing-masing struktur. Perhitungan penulangan dilakukan berdasarkan panduan buku Reinforced Concrete Mechanics & Design 6E, James Macgregor. 4.5.1
Penulangan Balok
Perhitungan penulangan untuk balok dermaga mengikuti langkah-langkah dibawah ini. Pada gambar telah diberikan keterangan mengenai parameter-parameter yang digunakan sesuai dengan pemodelan pada SAP 2000, beserta rumus-rumus dan koefisien yang dipakai. Tabeltabel perhitungan pada gambar dibawah telah urut sesuai ketentuan berdasarkan referensi yang dipakai dan telah ditampilkan pula nilai-nilai parameter beserta hasil perhitungannya.
Gambar 4.5.1 Keterangan desain penulangan pada balok
Tabel 4.5.1 Perhitungan penulangan balok dermaga
BAHAN STRUKTUR
SATUAN
Kuat tekan beton,
f c' =
33.20
MPa
Tegangan leleh baja (deform) untuk tulangan lentur,
f y =
490.00
MPa
Tegangan leleh baja (polos) untuk tulangan geser,
f y =
490.00
MPa
DIMENSI BALOK Lebar balok Tinggi balok Diameter tulangan (deform) yang digunakan, Diameter sengkang (polos) yang digunakan, Tebal bersih selimut beton,
SATUAN
b= h= D= P= ts =
400.00
mm
600.00
mm
43.00
mm
43.00
mm
65.00
mm
MOMEN DAN GAYA GESER RENCANA
SATUAN +
Momen rencana positif akibat beban terfaktor,
Mu =
668.000
KN-m
Momen rencana negatif akibat beban terfaktor,
Mu - =
753.440
KN-m
Vu =
105.112
KN
Gaya geser rencana akibat beban terfaktor,
PERHITUNGAN Untuk : f c'
≤
SATUAN
b1 =
30 MPa,
b1 = 0.85 - 0.05 * ( f c' - 30) / 7 = Faktor bentuk distribusi tegangan beton, b1 = Untuk : f c' > 30 MPa,
Rasio tulangan pada kondisi
0.85 0.82714286 0.85
balance ,
rb = b 1* 0.85 * f c’/ f y * 600 / ( 600 + f y ) =
0.0269
Faktor tahanan momen maksimum,
rb * f y * [1 – ½*0.75* rb * f y / ( 0.85 * f c’ ) ] = f = Faktor reduksi kekuatan lentur, d s = ts + + D/2 = Jarak tulangan terhadap sisi luar beton, Rmax = 0.75 *
Jumlah tulangan dlm satu baris,
8.1653 0.80 129.50
ns = ( b - 2 * ds) / ( 25 + D ) =
2.07
ns =
Digunakan jumlah tulangan dalam satu baris,
mm
4
buah
x = ( b - ns * D - 2 * ds ) / ( ns - 1 ) = y = D + 25 = Jarak vertikal pusat ke pusat antara tulangan, 1. T ULANGAN MOM EN POSITIF
-10.33
mm
68.00
mm
Mn = Mu+ / f = d' = Diperkirakan jarak pusat tulangan lentur ke si si beton, d = h - d' = Tinggi efektif balok,
835.000
Jarak horisontal pusat ke pusat antara tulangan,
Momen positif nominal rencana,
6
SATUAN
2
Rn = Mn * 10 / ( b * d ) =
Faktor tahanan momen,
Rn
<
Rmax
KN-m
65
mm
535.00
mm
7.2932 (OK)
Rasio tulangan yang diperlukan :
r = 0.85 * f c’ / f y * [ 1 - * [1 – 2 * Rn / ( 0.85 * f c’ ) ] =
0.01756
rmin = f c' / ( 4 * f y ) = rmin = 1.4 / f y = r= As = r * b * d = 2 n = As / ( p / 4 * D ) =
0.00294
Rasio tulangan minimum, Rasio tulangan minimum, Rasio tulangan yang digunakan, Luas tulangan yang diperlukan, Jumlah tulangan yang diperlukan,
3
Digunakan tulangan, Luas tulangan terpakai,
<
3
0.01756 3758
43 4357
nb = n / ns =
0.75
(OK)
2
mm
2.588
As = n * p / 4 * D2 =
Jumlah baris tulangan,
nb
D
0.00286
2
mm
2. TULANGAN MOM EN NEGATIF+A79:H94
SATUAN
Mn = Mu- / f = Di perkirakan jarak pusat tulangan lentur ke sisi beton, d' = Tinggi efektif balok, d = h - d' = Momen negatif nominal rencana,
R n = Mn * 10 6 / ( b * d 2 ) =
Faktor tahanan momen,
Rn
>
R max
941.800
Kn-m
65
mm
535.00
mm
8.2260 (NG)
Rasio tulangan yang diperlukan :
r = 0.85 * f c ’ / f y * [ 1 - * [1 – 2 * Rn / ( 0.85 * f c ’ ) ] =
0.02040
rmin = f c ' / ( 4 * f y ) = r min = 1.4 / f y = r= As = r * b * d = n = As / ( p / 4 * D2 ) =
0.00294
Rasio tulangan minimum, Rasio tulangan minimum, Rasio tulangan yang digunakan, Luas tulangan yang diperlukan, Jumlah tulangan yang diperlukan,
0.00286 0.02040 4366
Luas tulangan terpakai, Jumlah baris tulangan,
nb = n / ns =
nb < 3 3. T ULANGAN GESER
mm
2
1.00
(OK) SATUAN
V u = f= f y =
105.112
V c = (√ f c ') / 6 * b * d * 10 -3 =
205.509
KN
f * V c =
123.306
KN
Gaya geser ultimit rencana, Faktor reduksi kekuatan geser, Tegangan leleh tulangan geser, Kuat geser beton,
2
3.006
4 D 43 5809 A s = n * p / 4 * D 2 =
Di gunakan tulangan,
mm
Tahanan geser beton,
KN
0.60 490
MPa
Hanya perlu tul.geser min
f * V s = V u - f * V c =
Tahanan geser sengkang,
V s = 105.112 P 43
Kuat geser sengkang,
2
Digunakan sengkang berpenampang :
KN KN 2
A v = ns * p / 4 * P 2 =
2904.40
mm
s = A v * f y * d / ( V s * 10 3 ) =
7243.60
mm
Luas tulangan geser sengkang, Jarak sengkang yang diperlukan :
-
Jarak sengkang maksimum,
s max = d / 2 =
267.50
mm
Jarak sengkang maksimum,
s max = s= s=
250.00
mm
250.00
mm
250
mm
250
mm
Jarak sengkang yang harus digunakan, Diambil jarak sengkang : Digunakan sengkang,
2
P
43
Berdasarkan perhitungan penulangan diatas, dinyatakan bahwa penulangan pada balok dermaga cukup menggunakan 4 tulangan #43 dengan diameter 43 mm untuk menanggung
beban momen negatif dan sebanyak 3 tulangan untuk momen positif. Adapun untuk tulangan yang akan menanggung beban geser cukup digunakan 2 tulangan saj a. Dari hasil perhitungan tersebut untuk momen dipilih jumlah tulangan #43 sebanyak 4 buah untuk masing-masing momen negative dan positif dengan pertimbangan kemudahan dalam melakukan proses penulangan dan agar lebih konservatif. Adapun untuk tulangan geser digunakan masing-masing 4 penulangan, di kali 2 dari hasil minimum yang diperoleh dengan pertimbangan keacakan dari gempa yang terjadi, sehingga struktur akan tetap aman dikenai gempa (konservatif) Adapun keterangan lainnya dapat dilihat pada hasil perhitungan. Berikut ini adalah ilustrasi penulangan yang diterapkan terhadap balok di SAP 2000. Koordinat 2 menunjukkan ketebalan balok dan koordinat 3 menunjukkan lebar penampang balok.
Gambar 4.77.2
4.5.2
Penulangan Pelat
Perhitungan penulangan pelat terbagi atas 3 yaitu; a. Pelat dermaga (loading platform dan trestle) b. Pelat breasting dolphin c. Pelat mooring dlphin Perhitungan penulangan untuk pelat dermaga dan dolphin mengikuti langkah-langkah yang diberikan dibawah ini. Pada tabel perhitungan telah diberikan keterangan mengenai parameter-parameter yang digunakan sesuai dengan pemodelan pada SAP 2000, beserta rumus-rumus dan koefisien yang dipakai dalam perhitungan penulangan. Tabel-tabel perhitungan pada gambar dibawah telah urut sesuai ketentuan berdasarkan referensi yang dipakai dan telah ditampilkan pula nilai-nilai parameter beserta hasil perhitungannya. Untuk keterangan tambahan, khusus penulangan pelat, koordinat yang digunakan pada gambar ilustrasi berbeda dengan koordinat balok, yaitu x menunjukkan lebar pelat dan y menunjukkan tebal pelat. Tabel data bahan berlaku untuk semua perhitungan pelat struktur dolphin maupun dermaga. Dari tabel momen pelat akibat beban merata kondisi tumpuan bebas dan menerus atau terjepit elastis dibawah, digunakan jenis kondisi pelat nomor 2 karena pelat yang digunakan menerus atau terjepit elastis sepanjang struktur dermaga maupun dolphin. Pada masing-masing tabel perhitungan nilai ini digunakan untuk menentukan nilai Clx, Ctx, Cly, Cty. Tabel 4.5.2 Data bahan DATA BAHAN
SATUAN
Kuat tekan beton,
f c' =
33.20
MPa
Tegangan leleh baja untuk tulangan lentur,
f y =
490.00
MPa
Tabel 4.5.3 Tabel momen pelat akibat beban merata kondisi tumpuan bebas dan menerus atau terjepit elastis
NO
Momen Pelat persegi akibat beban merata (PBI'71) Kondisi Pelat
1
Lx Ly
2
5
6
7
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
2.0
2.1
2.2
2.3
2.4
0
0
0
0
0
2.5 > 2,
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2 0.001.q.Lx x
44
52
59
66
73
78
84
88
93
97
100 103 106 108 110 112
Mly =
2 0.001.q.Lx x
44
45
45
44
44
43
41
40
39
38
37
36
35
34
32
32
25
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
x
36
42
46
50
53
56
58
59
60
61
62
62
62
63
63
63
63
Mlx =
0.001.q.Lx x
36
42
46
50
53
56
58
59
60
61
62
62
62
63
63
63
63
Mly =
2 0.001.q.Lx x
36
37
38
38
38
37
36
36
35
35
35
34
34
34
34
34
13
2
Mty =
- 0.001.q.Lx x
Mtx =
- 0.001.q.Lx
Mty = Mtx =
2 2
0
0 125
- 0.001.q.Lx
2
x
36
37
38
38
38
37
36
36
35
35
35
34
34
34
34
34
38
- 0.001.q.Lx
2
x
48
55
61
67
71
76
79
82
84
86
88
89
90
91
92
92
94
0.001.q.Lx x
48
55
61
67
71
76
79
82
84
86
88
89
90
91
92
92
94
48
50
51
51
51
51
51
50
50
49
49
49
48
48
47
47
19
48
50
51
51
51
51
51
50
50
49
49
49
48
48
47
47
56
0
0
2 2
0.001.q.Lx x
Mty =
- 0.001.q.Lx
2
x
Mtx =
- 0.001.q.Lx
2
x
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Mlx =
2 0.001.q.Lx x
22
28
34
41
48
55
62
68
74
80
85
89
93
97
100 103
Mly =
2 0.001.q.Lx x
51
57
62
67
70
73
75
77
78
79
79
79
79
79
79
79
25
Mty =
- 0.001.q.Lx
2
Mtx =
- 0.001.q.Lx
2
0 125
x
51
57
62
67
70
73
75
77
78
79
79
79
79
79
79
79
75
x
51
54
57
59
60
61
62
62
63
63
63
63
63
63
63
63
63
Mlx =
0.001.q.Lx x
51
54
57
59
60
61
62
62
63
63
63
63
63
63
63
63
63
Mly =
2 0.001.q.Lx x
22
20
18
17
15
14
13
12
11
10
10
10
9
9
9
9
13
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
Mty =
- 0.001.q.Lx
2
x
Mtx =
- 0.001.q.Lx
2
x
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Mlx =
2 0.001.q.Lx x
31
38
45
53
59
66
72
78
83
88
92
96
99
102 105 108
Mly =
2 0.001.q.Lx x
0 125
60
65
69
73
75
77
78
79
79
80
80
80
79
79
79
79
25
Mty =
- 0.001.q.Lx
2
x
60
65
69
73
75
77
78
79
79
80
80
80
79
79
79
79
75
Mtx =
- 0.001.q.Lx
2
x
60
66
71
76
79
82
85
87
88
89
90
91
91
92
92
93
94
Mlx =
2 0.001.q.Lx x
60
66
71
76
79
82
85
87
88
89
90
91
91
92
92
93
94
Mly =
2 0.001.q.Lx x
31
30
28
27
25
24
22
21
20
19
18
17
17
16
16
15
12
Mty = Mtx = Mly =
- 0.001.q.Lx
2
x
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
- 0.001.q.Lx
2
x
38
46
53
59
65
69
73
77
80
83
85
86
87
88
89
90
54
0.001.q.Lx x
38
46
53
59
65
69
73
77
80
83
85
86
87
88
89
90
54
2 2
43
46
48
50
51
51
51
51
50
50
50
49
49
48
48
48
19
Mty =
- 0.001.q.Lx
2
x
43
46
48
50
51
51
51
51
50
50
50
49
49
48
48
48
56
Mtx =
- 0.001.q.Lx
2
x
13
48
51
55
57
58
60
61
62
62
62
63
63
63
63
63
63
2 0.001.q.Lx x
13
48
51
55
57
58
60
61
62
62
62
63
63
63
63
63
63
38
39
38
38
37
36
36
35
35
34
34
34
33
33
33
33
13
38
39
38
38
37
36
36
35
35
34
34
34
33
33
33
33
38
Mlx =
9
1.2
Mlx =
Mlx =
8
1.1
2 - 0.001.q.Lx x
Mly =
4
1.0
Mtx =
Mlx =
3
Perbandingan Ly/Lx
Nilai Momen Pelat
Mly = Mty =
0.001.q.Lx x
2
0.001.q.Lx x - 0.001.q.Lx
Catatan: = Terletak bebas = Menerus atau terjepit elastis
2
x
a. Pelat Loading Platform dan Trestle
Beban yang dimasukkan sebagai dasar perhitungan penulangan pelat dermaga berasal dari beban maksimum yang terjadi pada pelat dermaga output SAP 2000. Berikut ini perhitungan dan keterangannya. Tabel 4.5.4 DATA PELAT
SATUAN
Panjang bentang plat arah x,
Lx =
4.00
m
Panjang bentang plat arah y,
Ly = h=
4.00
m
400
mm
Tebal plat lantai, Koefisien momen plat untuk :
Ly / Lx =
1.00
KOEFISIEN MOMEN PLAT
DUA ARAH karena Ly/Lx<2 Lapangan x
Clx =
36
Lapangan y
Cly =
36
Tumpuan x
Ctx =
36
Tumpuan y
Cty =
36
Tabel 2 dengan 4 sisi menerus
Diameter tulangan yang digunakan,
=
15.9
mm
Tebal bersih selimut beton,
ts =
65
mm
BEBAN MATI (DEAD LOAD) Jenis Beban Mati
Berat satuan
3
Berat sendiri plat lantai (kN/m )
24.0
Tebal (m) Q (kN/m2) 0.4
9.600
QD = BEBAN HIDUP (L I V E
LOAD
9.600
)
SATUAN
Beban hidup pada lantai bangunan =
QL =
kg/m
9.3
kN/m
BEBAN RENCANA TERFAKTOR Beban rencana terfaktor,
2
925.6
2
SATUAN
Qu = 1.2 * Q D + 1.6 * Q L =
26.330
MOMEN PLAT AKIBAT BEBAN TERFAKTOR
2
kN/m
SATUAN 2
Momen lapangan arah x,
Mulx = Clx * 0.001 * Q u * Lx =
15.166
kNm/m
Momen lapangan arah y,
Muly = Cly * 0.001 * Q u * Lx2 =
15.166
kNm/m
Momen tumpuan arah x,
Mutx = Ctx * 0.001 * Q u * Lx2 =
15.166
kNm/m
Momen tumpuan arah y,
Muty = Cty * 0.001 * Q u * Lx =
15.166
kNm/m
Mu =
15.166
kNm/m
Momen rencana (maksimum) plat,
2
PENULANGAN Untuk : f c '
≤
SATUAN
b1 =
30 MPa,
b1 = 0.85 - 0.05 * ( f c' - 30) / 7 = Faktor bentuk distribusi tegangan beton, b1 = Untuk : f c ' > 30 MPa,
0.827142857 0.827142857
Rasio tulangan pada kondisi balance ,
rb = b1* 0.85 * f c'/ f y * 600 / ( 600 + f y ) =
0.0262
Faktor tahanan momen maksimum,
Rmax = 0.75 * rb * f y * [ 1 – ½* 0.75 * rb * f y / ( 0.85 * f c') ] = f = Faktor reduksi kekuatan lentur, Jarak tulangan terhadap sisi luar beton, ds = ts + / 2 =
7.9912 73.0
mm
d = h - d s =
327.1
mm
b=
4000
mm
18.957
kNm
Tebal efektif plat lantai, Ditinjau plat lantai selebar 1 m,
0.80
Mn = Mu / f =
Momen nominal rencana,
-6
2
Rn = Mn * 10 / ( b * d ) =
Faktor tahanan momen,
Rn
<
Rmax
0.04431 (OK)
Rasio tulangan yang diperlukan :
r = 0.85 * f c' / f y * [ 1 - [ 1 – 2 * R n / ( 0.85 * f c' ) ] = rmin = Rasio tulangan minimum, r= Rasio tulangan yang digunakan, Luas tulangan yang diperlukan, As = r * b * d = 2 Jarak tulangan yang diperlukan, s = p / 4 * * b / A s =
0.0001 0.0029 0.0029 2
3738
mm
212
mm
Jarak tulangan maksimum,
s max = 2 * h =
800
mm
Jarak tulangan maksimum,
smax = s=
200
mm
200
mm
s=
200
mm
3971
mm
Jarak sengkang yang harus digunakan, Diambil jarak sengkang : Digunakan tulangan,
15.9
-
Luas tulangan terpakai,
As = p / 4 * * b / s =
2
200 2
Berdasarkan perhitungan penulangan diatas, dinyatakan bahwa penulangan pada pelat dermaga cukup menggunakan tulangan #16 dengan diameter 15.9 mm dengan syarat jarak antar tulangan tidak lebih besar dari 200 mm. adapun luas tulangan total maksimum yang wajib diterapkan pada pelat dermaga per lebar 4 meter dengan tinggi 40 cm menjadi 3971 mm2 atau sebanyak 20 tulangan untuk satu sisinya.
Berdasrkan perhitungan momen pelat seperti yang dapat dilihat pada awal tabel diatas, diharuskan penulangan dua arah untuk menanggung momen negative dan momen positifnya sehingga dilakukan penulangan #16 sebanyak 20 buah pada masing-masing sisi Sebagai tambahan pertimbangan agar konservatif diberi tulangan geser #16 sebanyak 2 buah di sisi potongan kiri dan kananya. Adapun keterangan lainnya dapat dilihat pada hasil perhitungan. Berikut ini adalah ilustrasi penulangan yang diterapkan terhadap pelat dermaga.
Gambar 4.5.3 Penulangan Pada Pelat Dermaga
b. Pelat Breasting Dolphin
Beban yang dimasukkan sebagai dasar perhitungan penulangan pelat breasting dolphin berasal dari beban maksimum yang terjadi pada pelat breasting dolphin output SAP 2000. Berikut ini perhitungan dan keterangannya.
Tabel 4.5.6 Perhitungan pekat dermaga DATA PELAT
SATUAN
Panjang bentang plat arah x,
Lx =
1.40
m
Panjang bentang plat arah y,
Ly = h=
1.40
m
800
mm
Tebal plat lantai,
Ly / Lx =
Koefisien momen plat untuk :
1.00
KOEFISIEN MOMEN PLAT
DUA ARAH karena Ly/Lx<2 Lapangan x
Clx =
36
Lapangan y
Cly =
36
Tumpuan x
Ctx =
36
Tumpuan y
Cty =
36
Tabel 2 dengan 4 sisi menerus
Diameter tulangan yang digunakan,
=
15.9
mm
Tebal bersih selimut beton,
ts =
65
mm
BEBAN MATI (DEAD LOAD) Jenis Beban Mati
Berat satuan
3
Berat sendiri plat lantai (kN/m )
24.0
Tebal (m) Q (kN/m2) 0.8
19.200
QD = BEBAN HIDUP (L I V E
LOAD
19.200
)
SATUAN
Beban hidup pada lantai bangunan =
QL =
kg/m
1243.0
kN/m
BEBAN RENCANA TERFAKTOR Beban rencana terfaktor,
2
SATUAN
Qu = 1.2 * Q D + 1.6 * Q L =
2011.873
MOMEN PLAT AKIBAT BEBAN TERFAKTOR
2
kN/m
SATUAN 2
Momen lapangan arah x,
Mulx = Clx * 0.001 * Q u * Lx =
Momen lapangan arah y,
Muly = Cly * 0.001 * Q u * Lx =
Momen tumpuan arah x,
Mutx = Ctx * 0.001 * Q u * Lx =
Momen tumpuan arah y, Momen rencana (maksimum) plat,
2
124302.05
141.958
kNm/m
141.958
kNm/m
141.958
kNm/m
Muty = Cty * 0.001 * Q u * Lx =
141.958
kNm/m
Mu =
141.958
kNm/m
2 2 2
PENULANGAN Untuk : f c '
≤
SATUAN
b1 =
30 MPa,
b1 = 0.85 - 0.05 * ( f c' - 30) / 7 = Faktor bentuk distribusi tegangan beton, b1 = Untuk : f c ' > 30 MPa,
0.827142857 0.827142857
Rasio tulangan pada kondisi balance ,
rb = b1* 0.85 * f c'/ f y * 600 / ( 600 + f y ) =
0.0262
Faktor tahanan momen maksimum,
Rmax = 0.75 * rb * f y * [ 1 – ½* 0.75 * rb * f y / ( 0.85 * f c') ] = f = Faktor reduksi kekuatan lentur, Jarak tulangan terhadap sisi luar beton, ds = ts + / 2 =
7.9912 73.0
mm
d = h - d s =
727.1
mm
b=
1400
mm
177.447
kNm
Tebal efektif plat lantai, Ditinjau plat lantai selebar 1 m,
0.80
Mn = Mu / f =
Momen nominal rencana,
-6
2
Rn = Mn * 10 / ( b * d ) =
Faktor tahanan momen,
Rn
<
Rmax
0.23978 (OK)
Rasio tulangan yang diperlukan :
r = 0.85 * f c' / f y * [ 1 - [ 1 – 2 * R n / ( 0.85 * f c' ) ] = rmin = Rasio tulangan minimum, r= Rasio tulangan yang digunakan, Luas tulangan yang diperlukan, As = r * b * d = 2 Jarak tulangan yang diperlukan, s = p / 4 * * b / A s =
0.0005 0.0029 0.0029 2
2908
mm
96
mm
1600
mm
Jarak tulangan maksimum,
s max = 2 * h =
Jarak tulangan maksimum,
smax = s=
200
mm
96
mm
s=
90
mm
3089
mm
Jarak sengkang yang harus digunakan, Diambil jarak sengkang : Digunakan tulangan,
15.9
-
Luas tulangan terpakai,
As = p / 4 * * b / s =
2
90 2
Berdasarkan perhitungan penulangan diatas, dinyatakan bahwa penulangan pada pelat breasting dolphin cukup menggunakan tulangan #16 dengan diameter 15.9 mm dengan syarat jarak antar tulangan tidak lebih besar dari 90 mm. adapun luas tulangan total maksimum yang wajib diterapkan pada pelat breasting dolphin per lebar 1.4 meter dengan tinggi 80 cm menjadi 3089 mm 2 atau sebanyak 16 tulangan untuk satu sisinya.
Berdasrkan perhitungan momen pelat seperti yang dapat dilihat pada awal tabel diatas, diharuskan penulangan dua arah untuk menanggung momen negative dan momen positifnya sehingga dilakukan penulangan #16 sebanyak 16 buah pada masing-masing sisi Sebagai tambahan pertimbangan agar konservatif diberi tulangan geser #16 sebanyak 2 buah di sisi potongan kiri dan kananya. Adapun keterangan lainnya dapat dilihat pada hasil perhitungan. Berikut ini adalah ilustrasi penulangan yang diterapkan terhadap pelat breas ting dolphin.
Gambar 4.5.6 Penulangan pada Breasting Dolphin
c. Pelat Mooring Dolphin
Beban yang dimasukkan sebagai dasar perhitungan penulangan pelat mooring dolphin berasal dari beban maksimum yang terjadi pada pelat breasting dolphin output SAP 2000. Berikut ini perhitungan dan keterangannya. keterangannya.
Tabel 4.5.7 Perhitungan DATA PELAT
SATUAN
Panjang bentang plat arah x,
Lx =
1.40
m
Panjang bentang plat arah y,
Ly = h=
1.40
m
800
mm
Tebal plat lantai,
Ly / Lx =
Koefisien Koefi sien momen plat untuk untuk :
1.00
KOEFISIEN MOMEN PLAT
DUA ARAH A RAH karena Ly/Lx<2 Lapangan x
Clx =
36
Lapangan y
Cly =
36
Tumpuan x
Ctx =
36
Tumpuan y
Cty =
36
Tabel 2 dengan 4 sisi menerus
Diameter Dia meter tulangan tulangan yang digun di gunakan, akan,
=
15.9
mm
Tebal bersih selimut seli mut beton,
ts =
65
mm
BEBAN MATI (DEAD LOAD) Jenis Beban Mati
Berat satuan satuan
3
Berat sendiri plat lantai lantai (kN/m )
24.0
Tebal (m) Q (kN/m2) 0.8
19.200
QD = BEBAN HIDUP (L I V E
LOAD
19.200
)
SATUAN
Beban Beba n hidup pada lantai b bangun angunan an =
QL =
kg/m
510.2
kN/m
BEBAN RENCANA REN CANA TERFAKTOR Beban Beba n rencana rencana terfaktor,
2
SATUAN
Qu = 1.2 * Q D + 1.6 * Q L =
839.379
MOMEN PLAT AKIBAT BEBAN TERFAKTOR
2
kN/m
SATUAN 2
Momen lapangan arah x,
Mulx = Clx * 0.001 * Q u * Lx =
Momen lapangan arah y,
Muly = Cly * 0.001 * Q u * Lx =
Momen tumpuan ara arah h x,
Mutx = Ctx * 0.001 * Q u * Lx =
Momen tumpuan ara arah h y, Momen rencana (maksimum) plat,
2
51021.18
59.227
kNm/m
59.227
kNm/m
59.227
kNm/m
Muty = Cty * 0.001 * Q u * Lx =
59.227
kNm/m
Mu =
59.227
kNm/m
2 2 2
PENULANGAN Untuk : f c '
≤
SATUAN
b1 =
30 MPa,
b1 = 0.85 - 0.05 * ( f c' - 30) / 7 = Faktor bentu be ntuk k distribusi di stribusi tegangan tega ngan beton, b1 = Untuk : f c ' > 30 MPa,
0.827142857 0.827142857
Rasio tulangan pada kondisi balance ,
rb = b1* 0.85 * f c'/ f y * 600 / ( 600 + f y ) =
0.0262
Faktor tahanan momen maksimum, maksi mum,
Rmax = 0.75 * rb * f y * [ 1 – ½* 0.75 * rb * f y / ( 0.85 * f c') ] = f = Faktor reduksi kekuatan lentur, lentur, Jarak tulangan terhadap terhadap sisi luar beton, ds = ts + / 2 =
7.9912 73.0
mm
d = h - d s =
727.1
mm
b=
1400
mm
74.033
kNm
Tebal efektif plat lantai, Ditinj Diti njau au plat lantai lantai selebar seleb ar 1 m,
0.80
Mn = Mu / f =
Momen nominal rencana,
-6
2
Rn = Mn * 10 / ( b * d ) =
Faktor tahanan momen,
Rn
<
Rmax
0.10004 (OK)
Rasio tulangan yang diperlukan :
r = 0.85 * f c' / f y * [ 1 - [ 1 – 2 * R n / ( 0.85 * f c' ) ] = rmin = Rasio tulangan minimum, r= Rasio tulangan yang digunakan, Luas tulangan yang diperlukan, As = r * b * d = 2 Jarak tulangan yang diperlukan, s = p / 4 * * b / A s =
0.0002 0.0029 0.0029 2
2908
mm
96
mm
1600
mm
Jarak tulangan tulangan maksimum, maksi mum,
smax = 2 * h =
Jarak tulangan tulangan maksimum, maksi mum,
smax = s=
200
mm
96
mm
s=
90
mm
3089
mm
Jarak sengkang yang yang harus harus digunakan, Diambil jarak sengkang : Digunakan tulangan,
15.9
-
Luas tulangan tulangan terpakai ,
As = p / 4 * * b / s =
2
90 2
Berdasarkan perhitungan penulangan diatas, dinyatakan bahwa penulangan pada pelat mooring dolphin cukup menggunakan tulangan #16 dengan diameter 15.9 mm dengan syarat jarak antar tulangan tidak lebih besar dari 90 mm. adapun luas tulangan total maksimum yang wajib diterapkan pada pelat mooring dolphin per lebar 1.4 meter dengan tinggi 80 cm menjadi 3089 mm 2 atau sebanyak 16 tulangan untuk satu sat u sisinya.
Berdasrkan perhitungan momen pelat seperti yang dapat dilihat pada awal tabel diatas, diharuskan penulangan dua arah untuk menanggung momen negative dan momen positifnya sehingga dilakukan penulangan #16 sebanyak 16 buah pada masing-masing sisi Sebagai tambahan pertimbangan agar konservatif diberi tulangan geser #16 sebanyak 2 buah di sisi potongan kiri dan kananya. Adapun keterangan lainnya dapat dilihat pada hasil perhitungan. Berikut ini adalah ilustrasi penulangan yang diterapkan terhadap pelat mooring dolphin.
Gambar 4.5.5 Penulangan Pada Pelat Mooring Dolphin
4.5.3
Penulangan pada Pilecap
Perhitungan penulangan untuk pilecap disamakan dengan perhitungan pelat karena karakteristiknya hampir sama. mengikuti langkah-langkah yang diberikan dibawah ini. Pada tabel perhitungan telah diberikan keterangan mengenai parameter-parameter yang digunakan sesuai dengan pemodelan pada SAP 2000, beserta rumus-rumus dan koefisien yang dipakai dalam perhitungan penulangan. Tabel-tabel perhitungan pada gambar dibawah telah urut
sesuai ketentuan berdasarkan referensi yang dipakai dan telah ditampilkan pula nilai-nilai parameter beserta hasil perhitungannya. Untuk keterangan tambahan, koordinat yang digunakan pada gambar ilustrasi sama dengan koordinat pada perhitungan pelat. balok, yaitu x menunjukkan lebar pilecap dan y menunjukkan tebal pilecap. Tabel momen pelat akibat beban merata kondisi tumpuan bebas dan menerus atau terjepit elastis dibawah digunakan juga pada perhitungan pilecap. Jenis kondisi pelat nomor 1 dipakai karena pilecap yang digunakan terletak bebas di keempat sisinya. Pemilihan tabel ini digunakan untuk perhitungan mencari / menentukan nilai Clx, Ctx, Cly, Cty. Beban yang dimasukkan sebagai dasar perhitungan penulangan pilecap berasal dari beban maksimum yang terjadi pada pile (karena pilecap tidak dimodelkan) output SAP 2000, ditambah dengan beban yang berasal dari balok dan pelat beton yang berada diatas pilecap. Dibawah ini perhitungan dan keterangannya.
NO
Momen Pelat persegi akibat beban merata (PBI'71) Kondisi Pelat
Mtx =
1
Lx Ly
2
5
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
2.0
2.1
2.2
2.3
2.4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2.5 > 2,5 0
0
52
59
66
73
78
84
88
93
97
100 103 106 108 110 112
44
45
45
44
44
43
41
40
39
38
37
36
35
34
32
32
25
Mty =
2 - 0.001.q.Lx x
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Mtx =
- 0.001.q.Lx
x
36
42
46
50
53
56
58
59
60
61
62
62
62
63
63
63
63
2 0.001.q.Lx x
36
42
46
50
53
56
58
59
60
61
62
62
62
63
63
63
63
36
37
38
38
38
37
36
36
35
35
35
34
34
34
34
34
13
2
2
0.001.q.Lx x
Mty =
- 0.001.q.Lx
2
Mtx =
- 0.001.q.Lx
2
125
x
36
37
38
38
38
37
36
36
35
35
35
34
34
34
34
34
38
x
48
55
61
67
71
76
79
82
84
86
88
89
90
91
92
92
94
Mlx =
0.001.q.Lx x
48
55
61
67
71
76
79
82
84
86
88
89
90
91
92
92
94
Mly =
2 0.001.q.Lx x
48
50
51
51
51
51
51
50
50
49
49
49
48
48
47
47
19
48
50
51
51
51
51
51
50
50
49
49
49
48
48
47
47
56
0
0
Mty = Mtx =
2
- 0.001.q.Lx
2
x
- 0.001.q.Lx
2
x
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Mlx =
0.001.q.Lx x
22
28
34
41
48
55
62
68
74
80
85
89
93
97
100 103
Mly =
2 0.001.q.Lx x
2
0 125
51
57
62
67
70
73
75
77
78
79
79
79
79
79
79
79
25
Mty =
- 0.001.q.Lx
2
x
51
57
62
67
70
73
75
77
78
79
79
79
79
79
79
79
75
Mtx =
- 0.001.q.Lx
2
x
51
54
57
59
60
61
62
62
63
63
63
63
63
63
63
63
63
2 0.001.q.Lx x
51
54
57
59
60
61
62
62
63
63
63
63
63
63
63
63
63
22
20
18
17
15
14
13
12
11
10
10
10
9
9
9
9
13
2
0.001.q.Lx x
Mty =
- 0.001.q.Lx
2
Mtx =
- 0.001.q.Lx
2
x
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
x
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Mlx =
0.001.q.Lx x
31
38
45
53
59
66
72
78
83
88
92
96
99
102 105 108
Mly =
2 0.001.q.Lx x
60
65
69
73
75
77
78
79
79
80
80
80
79
79
79
79
25
Mty = Mtx = Mly =
9
1.4
44
Mlx =
8
1.3
2 0.001.q.Lx x
Mly =
7
1.2
0.001.q.Lx x
Mlx =
6
2
1.1
Mly =
Mly =
4
2 - 0.001.q.Lx x
1.0
Mlx =
Mlx =
3
Perbandingan Ly/Lx
Nilai Momen Pelat
2
125
- 0.001.q.Lx
2
x
60
65
69
73
75
77
78
79
79
80
80
80
79
79
79
79
75
- 0.001.q.Lx
2
x
60
66
71
76
79
82
85
87
88
89
90
91
91
92
92
93
94
2 0.001.q.Lx x
60
66
71
76
79
82
85
87
88
89
90
91
91
92
92
93
94
2
31
30
28
27
25
24
22
21
20
19
18
17
17
16
16
15
12
Mty =
- 0.001.q.Lx
0.001.q.Lx x 2
x
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Mtx =
- 0.001.q.Lx
2
x
38
46
53
59
65
69
73
77
80
83
85
86
87
88
89
90
54
Mlx =
2 0.001.q.Lx x
38
46
53
59
65
69
73
77
80
83
85
86
87
88
89
90
54
Mly =
2 0.001.q.Lx x
43
46
48
50
51
51
51
51
50
50
50
49
49
48
48
48
19
Mty =
- 0.001.q.Lx
2
Mtx =
- 0.001.q.Lx
2
x
43
46
48
50
51
51
51
51
50
50
50
49
49
48
48
48
56
x
13
48
51
55
57
58
60
61
62
62
62
63
63
63
63
63
63
Mlx =
0.001.q.Lx x
13
48
51
55
57
58
60
61
62
62
62
63
63
63
63
63
63
Mly =
2 0.001.q.Lx x
38
39
38
38
37
36
36
35
35
34
34
34
33
33
33
33
13
38
39
38
38
37
36
36
35
35
34
34
34
33
33
33
33
38
Mty =
2
- 0.001.q.Lx
Catatan: = Terletak bebas = Menerus atau terjepit elastis
2
x
DATA PILECAP
SATUAN
Panjang bentang pilecap arah x,
Lx =
1.60
m
Panjang bentang pilecap arah y,
Ly = h=
1.60
m
1000
mm
Tebal pilecap ,
Ly / Lx =
Koefisien momen pilecap untu
1.00
KOEFISIEN MOMEN PILECAP
DUA ARAH karena Ly/Lx<2 Lapangan x
Clx =
44
Lapangan y
Cly =
44
Tumpuan x
Ctx =
0
Tumpuan y
Cty =
0
Tabel 1 dengan 4 sisi menerus
Diameter tulangan yang digunakan,
=
15.9
mm
Tebal bersih selimut beton,
ts =
65
mm
BEBAN MATI (DEAD LOAD) Jenis Beban Mati
Berat satuan
Berat sendiri pilecap (kN/m3) Berat Beton dan pelat
24.0
Tebal (m) Q (kN/m2) 0.8
19.200 28.800
QD = BEBAN HIDUP (L I V E
LOAD
48.000
)
SATUAN
Beban hidup pada bangunan =
QL =
kg/m
9.3
kN/m
BEBAN RENCANA TERFAKTOR Beban rencana terfaktor,
2
SATUAN
Qu = 1.2 * QD + 1.6 * QL =
72.410
MOMEN pilecap AKIBAT BEBAN TERFAKTOR
2
kN/m
SATUAN 2
Momen lapangan arah x,
Mulx = Clx * 0.001 * Qu * Lx =
Momen lapangan arah y,
Muly = Cly * 0.001 * Qu * Lx =
Momen tumpuan arah x,
Mutx = Ctx * 0.001 * Qu * Lx =
Momen tumpuan arah y, Momen rencana (maksimum) pilecap,
2
925.6
8.156
kNm/m
8.156
kNm/m
0.000
kNm/m
Muty = Cty * 0.001 * Qu * Lx =
0.000
kNm/m
Mu =
8.156
kNm/m
2 2 2
PENULANGAN Untuk : f c '
≤
SATUAN
b1 =
30 MPa,
b1 = 0.85 - 0.05 * ( f c' - 30) / 7 = Faktor bentuk distribusi tegangan beton, b1 = Untuk : f c ' > 30 MPa,
0.827142857 0.827142857
Rasio tulangan pada kondisi balance ,
rb = b1* 0.85 * f c'/ f y * 600 / ( 600 + f y ) =
0.0262
Faktor tahanan momen maksimum,
Rmax = 0.75 * rb * f y * [ 1 – ½* 0.75 * rb * f y / ( 0.85 * f c') ] = f = Faktor reduksi kekuatan lentur, Jarak tulangan terhadap sisi luar beton, ds = ts + / 2 =
7.9912 73.0
mm
d = h - d s =
927.1
mm
b=
1600
mm
10.195
kNm
Tebal efektif pilecap , Ditinjau pilecap selebar 1 m,
0.80
Mn = Mu / f =
Momen nominal rencana,
-6
2
Rn = Mn * 10 / ( b * d ) =
Faktor tahanan momen,
Rn
<
Rmax
0.00741 (OK)
Rasio tulangan yang diperlukan :
r = 0.85 * f c' / f y * [ 1 - [ 1 – 2 * R n / ( 0.85 * f c' ) ] = rmin = Rasio tulangan minimum, r= Rasio tulangan yang digunakan, Luas tulangan yang diperlukan, As = r * b * d = 2 Jarak tulangan yang diperlukan, s = p / 4 * * b / A s =
0.0000 0.0029 0.0029 2
4238
mm
75
mm
2000
mm
Jarak tulangan maksimum,
s max = 2 * h =
Jarak tulangan maksimum,
smax = s=
200
mm
75
mm
s=
70
mm
4538
mm
Jarak sengkang yang harus digunakan, Diambil jarak sengkang : Digunakan tulangan,
15.9
-
Luas tulangan terpakai,
As = p / 4 * * b / s =
2
70 2
Berdasarkan perhitungan penulangan diatas, dinyatakan bahwa penulangan pada pilecap cukup menggunakan tulangan #16 dengan diameter 15.9 mm dengan syarat jarak antar tulangan tidak lebih besar dari 70 mm. adapun luas tulangan total maksimum yang wajib diterapkan pada pilecap per lebar 1.6 meter dengan tinggi 1 m menjadi 4538 mm 2 atau sebanyak 23 tulangan untuk satu sisinya.
Berdasrkan perhitungan momen pelat seperti yang dapat dilihat pada awal tabel diatas, diharuskan penulangan dua arah untuk menanggung momen negative dan momen positifnya sehingga dilakukan penulangan #16 sebanyak 23 buah pada masing-masing sisi Sebagai tambahan pertimbangan agar konservatif diberi tulangan geser #16 sebanyak 3 buah di sisi potongan kiri dan kananya. Adapun keterangan lainnya dapat dilihat pada hasil perhitungan. Berikut ini adalah ilustrasi penulangan yang diterapkan terhadap pilecap.
Gambar 4.5.78 Penulangan Pada Pilecap
Bab 5 Analisis Daya Dukung Tanah 5.1 Teori Dasar
Dilakukan perhitungan daya dukung tanah untuk menentukan kedalaman pemancangan dari seabed. Adapun daya dukung tanah terdiri atas daya dukung ujung tiang (end bearing) dan daya dukung selimut tiang (friksi). Daya dukung tanah dihitung berdasarkan hasil N-SPT pada tanah kohesif Cu, R umus Meyerhof (1976). Daya dukung end bearing dapat dihitung dengan persamaan berikut:
Daya dukung friksi per kedalaman per-jenis tanah dapat dihitung dengan persamaan:
Perhitungan Qultimate dihitung berdasarkan persamaan:
Perhitungan Qallowable dihitung berdasarkan persamaan:
Keterangan:
Qult
=
daya dukung end bearing (kN)
=
daya dukung friksi per kedalaman (kN)
=
daya dukung ultimate (kN)
Qallow =
daya dukung yang diijinkan(kN)
A p
luas penampang tiang (m2)
=
As
=
luas selimut tiang per-kedalaman per-jenis tanah
As/L
=
keliling tiang (m)
H
=
Panjang lapisan tanah (m)
̅
=
∑
=
nilai rata-rata N-SPT per-kedalaman per-jenis tanah
=
̅
=
kohesi undrained (kN/m2)
α
=
koefisien adhesi antara tanah dan tiang
SF
=
faktor keamanan (pada tugas ini digunakan 3)
Cu
Dari hasil perhitungan daya dukung dapat ditentukan kedalaman yang dibutuhkan untuk pemancangan yang akan digunakan untuk menentukan panjang tiang yang diperlukan Perhitungannya seperti dibawah ini: Ltiang = elevasi maksimum dermaga – tebal pelat – tebal beton – (tebal pilecap – 30 cm) + kedalaman pemancangan dari seabed Ltiang = 18.017 – 0.4 – 0.8 – (1 - 0.3) + kedalaman pemancangan dari seabed Ltiang = 16.117 + kedalaman pemancangan dari seabed (meter) 5.2 Hasil Analisis Daya Dukung Tanah 5.2.1 Analisis Daya Dukung Tanah pada Loading Platform
Berdasarkan hasil analisis struktur menggunakan SAP 2000 diperoleh beban maksimum dari tiang pancang adalah sebesar 9630.035 kN.
Tabel 5.8 Kombinasi Pembebanan
TABLE: Base Reactions OutputCase Case Type StepType GlobalFX GlobalFY GlobalFZ GlobalMX GlobalMY GlobalMZ Text Text Text Kip Kip Kip Kip-in Kip-in Kip-in COMB9 Combination Max -67.515 29.878 2164.918 360444.44 -609337.458 28704.33 COMB9 Combination Min -122.176 -29.878 2164.893 360392.133 -609382.938 1168.287
Untuk mengetahui kedalaman pemancangan dilakukan perhitungan daya dukung tanah yang mencukupi kebutuhan sebesar beban maksimum dari tiang pancang tersebut. Parameter-parameter yang digunakan: Tabel 5.9 Parameter-Parameter yang Digunakan
Parameter D t Di
Nilai 0.800 0.030 0.740
Satuan m m m
Ap
0.073
As/L
2.513
m m
2
Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel dibawah. Tabel 5.10 Hasil Perhitungan Jenis Tanah
Kedalaman Dari Seabed (m)
N-SPT
0 .0 00
8 .0 00
- 1.0 00
7 .0 00
- 2.0 00
7 .0 00
- 3.0 00
8 .0 00
- 4.0 00
8 .0 00
- 5.0 00
9 .0 00
Pasir halus, warna coklat
- 6. 00 0 - 7.0 00
1 0. 00 0
Pasir halus, warna coklat
- 8. 00 0
1 1. 00 0
- 9. 00 0
1 2. 00 0
- 10 .0 00
1 3. 00 0
- 11 .0 00
1 4. 00 0
- 12 .0 00
1 5. 00 0
- 13 .0 00
2 3. 00 0
- 14 .0 00
6 3. 00 0
- 15 .0 00
6 3. 00 0
Lempung lanauan, warna abu-abu, plastisitas tinggi Lempung lanau pasiran, warna coklat, plastisitas tinggi
Pasir halus, warna abu-abu
Lempung
α
Φ'
As (m2 )
QS (KN)
0.500
0.000
0.680
-
10.053
341.805
8.500
0.567
0.000
0.638
-
5.027
181.726
9.000
-
28.900
-
31.675
-
-
11.500
-
30.200
-
32.650
-
-
14.000
-
3 1.300
-
33.475
-
-
49.667
3.311
0.000
0.340
-
7.540
848.816
N-SPTaverage
4.000
7.500
2.000
8 .0 00 -
3.000
Cu
Φ
H (m)
(KN/m 2)
Q S total (KN)
1372.348
Q P (KN)
216.261
Q ultimate (KN)
1588.609
Q izin (KN)
529.536
Pada tabel perhitungan diatas diperoleh kapasitas daya dukung tanah maksimum hingga kedalaman pemancangan 15 meter dari seabed pada loading platform adalah sebesar 529.536 kN.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemancangan yang dilakukan untuk struktur loading platform haruslah sejauh lebih dari -15 meter dari seabed atau sejauh lebih besar dari 19 meter dari LLWL. Data tanah yang diberikan tidak cukup untuk menopang beban maksimum dari tiang.
Maka panjang pile yang dibutuhkan lebih besar dari 16.117 + 19 meter Atau Ltiang > 35.117 meter 5.2.2 Analisis Daya Dukung Tanah pada Trestle
Berdasarkan hasil analisis struktur menggunakan SAP 2000 diperoleh beban maksimum dari tiang pancang adalah sebesar 19048.83 kN. Tabel 5.11 Tabel Reaksi Utama
TABLE: Base Reactions OutputCase CaseType StepType GlobalFX GlobalFY GlobalFZ GlobalMX GlobalMY GlobalMZ Text Text Text Kip Kip Kip Kip-in Kip-in Kip-in COMB9 Combination Max -140.375 59.147 4282.355 1028360.202 -11037061.9 213928.057 COMB9 Combination Min -254.183 -59.147 4282.347 1028197.554 -11037121.3 -120663.357
Untuk mengetahui kedalaman pemancangan dilakukan perhitungan daya dukung tanah yang mencukupi kebutuhan sebesar beban maksimum dari tiang pancang tersebut. Parameter-parameter yang digunakan: Tabel 5.12 Parameter pada Trestle
Parameter D t Di
Nilai 0.800 0.030 0.740
Satuan m m m
Ap
0.073
As/L
2.513
m m
Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel dibawah.
2
Tabel 5.13 tabel Hasil Perhitungan Jenis Tanah
Kedalaman Dari Seabed (m)
N-SPT
0 .0 00
8 .0 00
- 1.0 00
7 .0 00
- 2.0 00
7 .0 00
- 3.0 00
8 .0 00
- 4.0 00
8 .0 00
- 5.0 00
9 .0 00
Pasir halus, warna coklat
- 6. 00 0 - 7.0 00
1 0. 00 0
Pasir halus, warna coklat
- 8. 00 0
1 1. 00 0
- 9. 00 0
1 2. 00 0
- 10 .0 00
1 3. 00 0
- 11 .0 00
1 4. 00 0
- 12 .0 00
1 5. 00 0
- 13 .0 00
2 3. 00 0
- 14 .0 00
6 3. 00 0
- 15 .0 00
6 3. 00 0
Lempung lanauan, warna abu-abu, plastisitas tinggi Lempung lanau pasiran, warna coklat, plastisitas tinggi
Pasir halus, warna abu-abu
Lempung
H (m)
N-SPTaverage
4.000
7.500
2.000
8 .0 00 -
3.000
Cu
2
Φ
α
Φ'
As (m )
QS (KN)
0.500
0.000
0.680
-
10.053
341.805
8.500
0.567
0.000
0.638
-
5.027
181.726
9.000
-
28.900
-
31.675
-
-
11.500
-
30.200
-
32.650
-
-
14.000
-
3 1.300
-
33.475
-
-
49.667
3.311
0.000
0.340
-
7.540
848.816
(KN/m 2)
Q S total (KN)
1372.348
Q P (KN)
216.261
Q ultimate (KN)
1588.609
Q izin (KN)
529.536
Pada tabel perhitungan diatas diperoleh kapasitas daya dukung tanah maksimum hingga kedalaman pemancangan 15 meter dari seabed pada loading platform adalah sebesar 529.536 kN. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemancangan yang dilakukan untuk struktur loading platform haruslah sejauh lebih dari -15 meter dari seabed atau sejauh lebih besar dari 19 meter dari LLWL. Data tanah yang diberikan tidak cukup untuk menopang beban maksimum dari tiang.
Maka panjang pile yang dibutuhkan lebih besar dari 16.117 + 19 meter Atau Ltiang > 35.117 meter
5.2.3 Analisis Daya Dukung Tanah pada Berthing Dolphin
Berdasarkan hasil analisis struktur menggunakan SAP 2000 diperoleh beban maksimum dari tiang pancang adalah sebesar 3803.305 kN.
Tabel 5.14 Reasksi Utama pada Berthing Dolphin
TABLE: Base Reactions OutputCase CaseType StepType GlobalFX GlobalFY GlobalFZ GlobalMX GlobalMY GlobalMZ Text Text Text Kip Kip Kip Kip-in Kip-in Kip-in COMB9 Combination Max -290.727 14.226 855.017 1215282.748 18997.527 448164.149 COMB9 Combination Min -315.151 -14.226 853.782 1213498.28 18958.617 412993.868
Untuk mengetahui kedalaman pemancangan dilakukan perhitungan daya dukung tanah yang mencukupi kebutuhan sebesar beban maksimum dari tiang pancang tersebut. Parameter-parameter yang digunakan: Tabel 5.15 Parameter yang digunakan pada Berthing Dolphin
Parameter D t Di
Nilai 0.800 0.030 0.740
Satuan m m m
Ap
0.073
As/L
2.513
m m
2
Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel dibawah. Tabel 5.16 Hasil Perhitungan Jenis Tanah
Kedalaman Dari Seabed (m)
N-SPT
0 .0 00
8 .0 00
- 1.0 00
7 .0 00
- 2.0 00
7 .0 00
- 3.0 00
8 .0 00
- 4.0 00
8 .0 00
- 5.0 00
9 .0 00
Pasir halus, warna coklat
- 6. 00 0 - 7.0 00
1 0. 00 0
Pasir halus, warna coklat
- 8. 00 0
1 1. 00 0
- 9. 00 0
1 2. 00 0
- 10 .0 00
1 3. 00 0
- 11 .0 00
1 4. 00 0
- 12 .0 00
1 5. 00 0
- 13 .0 00
2 3. 00 0
- 14 .0 00
6 3. 00 0
- 15 .0 00
6 3. 00 0
Lempung lanauan, warna abu-abu, plastisitas tinggi Lempung lanau pasiran, warna coklat, plastisitas tinggi
Pasir halus, warna abu-abu
Lempung
α
Φ'
As (m2 )
QS (KN)
0.500
0.000
0.680
-
10.053
341.805
8.500
0.567
0.000
0.638
-
5.027
181.726
9.000
-
28.900
-
31.675
-
-
11.500
-
30.200
-
32.650
-
-
14.000
-
3 1.300
-
33.475
-
-
49.667
3.311
0.000
0.340
-
7.540
848.816
N-SPTaverage
4.000
7.500
2.000
8 .0 00 -
3.000
Cu
Φ
H (m)
(KN/m 2)
Q S total (KN)
1372.348
Q P (KN)
216.261
Q ultimate (KN)
1588.609
Q izin (KN)
529.536
Pada tabel perhitungan diatas diperoleh kapasitas daya dukung tanah maksimum hingga kedalaman pemancangan 15 meter dari seabed pada loading platform adalah sebesar 529.536 kN.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemancangan yang dilakukan untuk struktur loading platform haruslah sejauh lebih dari -15 meter dari seabed atau sejauh lebih besar dari 19 meter dari LLWL. Data tanah yang diberikan tidak cukup untuk menopang beban maksimum dari tiang.
Maka panjang pile yang dibutuhkan lebih besar dari 16.117 + 19 meter Atau Ltiang > 35.117 meter
5.2.4 Analisis Daya Dukung Tanah pada Mooring Dolphin
Berdasarkan hasil analisis struktur menggunakan SAP 2000 diperoleh beban maksimum dari tiang pancang adalah sebesar 1761.49 kN. Tabel 5.17 Beban Maksimum Arah Transversal
TABLE: Base Reactions OutputCase CaseType StepType GlobalFX GlobalFY GlobalFZ GlobalMX GlobalMY GlobalMZ Text Text Text Kip Kip Kip Kip-in Kip-in Kip-in COMB9 Combination Max -21.532 -206.333 395.999 -1652826.74 -284764.723 -246587.371 COMB9 Combination Min -47.513 -234.742 395.983 -1653047.58 -284893.992 -376610.094
Tabel 5. 18 Beban Maksimum Arah Longitudinal
TABLE: Base Reactions OutputCase CaseType StepType GlobalFX GlobalFY GlobalFZ GlobalMX GlobalMY GlobalMZ Text Text Text Kip Kip Kip Kip-in Kip-in Kip-in COMB9 Combination Max 199.005 14.205 395.986 -1185089.53 -284754.851 606424.755 COMB9 Combination Min 173.025 -14.205 395.97 -1185291.21 -284884.119 507087.48
Untuk mengetahui kedalaman pemancangan dilakukan perhitungan daya dukung tanah yang mencukupi kebutuhan sebesar beban maksimum dari tiang pancang tersebut. Parameter-parameter yang digunakan:
Tabel 5.19 Parameter pada Mooring Dolphins
Parameter D t Di
Nilai 0.800 0.030 0.740
Satuan m m m
Ap
0.073
As/L
2.513
m m
2
Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel dibawah. Tabel 5.20 Hasil Perhitungan Jenis Tanah
Kedalaman Dari Seabed (m)
N-SPT
0 .0 00
8 .0 00
- 1.0 00
7 .0 00
- 2.0 00
7 .0 00
- 3.0 00
8 .0 00
- 4.0 00
8 .0 00
- 5.0 00
9 .0 00
Pasir halus, warna coklat
- 6. 00 0 - 7.0 00
1 0. 00 0
Pasir halus, warna coklat
- 8. 00 0
1 1. 00 0
- 9. 00 0
1 2. 00 0
- 10 .0 00
1 3. 00 0
- 11 .0 00
1 4. 00 0
- 12 .0 00
1 5. 00 0
- 13 .0 00
2 3. 00 0
- 14 .0 00
6 3. 00 0
- 15 .0 00
6 3. 00 0
Lempung lanauan, warna abu-abu, plastisitas tinggi Lempung lanau pasiran, warna coklat, plastisitas tinggi
Pasir halus, warna abu-abu
Lempung
α
Φ'
As (m2 )
QS (KN)
0.500
0.000
0.680
-
10.053
341.805
8.500
0.567
0.000
0.638
-
5.027
181.726
9.000
-
28.900
-
31.675
-
-
11.500
-
30.200
-
32.650
-
-
14.000
-
3 1.300
-
33.475
-
-
49.667
3.311
0.000
0.340
-
7.540
848.816
N-SPTaverage
4.000
7.500
2.000
8 .0 00 -
3.000
Cu
Φ
H (m)
(KN/m 2)
Q S total (KN)
1372.348
Q P (KN)
216.261
Q ultimate (KN)
1588.609
Q izin (KN)
529.536
Pada tabel perhitungan diatas diperoleh kapasitas daya dukung tanah maksimum hingga kedalaman pemancangan 15 meter dari seabed pada loading platform adalah sebesar 529.536 kN. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemancangan yang dilakukan untuk struktur loading platform haruslah sejauh lebih dari -15 meter dari seabed atau sejauh lebih besar dari 19 meter dari LLWL. Data tanah yang diberikan tidak cukup untuk menopang beban maksimum dari tiang.
Maka panjang pile yang dibutuhkan lebih besar dari 16.117 + 19 meter Atau Ltiang > 35.117 meter
2. TULANGAN MOM EN NEGATIF+A79:H94
SATUAN
Mn = Mu- / f = Di perkirakan jarak pusat tulangan lentur ke sisi beton, d' = Tinggi efektif balok, d = h - d' = Momen negatif nominal rencana,
R n = Mn * 10 6 / ( b * d 2 ) =
Faktor tahanan momen,
Rn
>
R max
941.800
Kn-m
65
mm
535.00
mm
8.2260 (NG)
Rasio tulangan yang diperlukan :
r = 0.85 * f c ’ / f y * [ 1 - * [1 – 2 * Rn / ( 0.85 * f c ’ ) ] =
0.02040
rmin = f c ' / ( 4 * f y ) = r min = 1.4 / f y = r= As = r * b * d = n = As / ( p / 4 * D2 ) =
0.00294
Rasio tulangan minimum, Rasio tulangan minimum, Rasio tulangan yang digunakan, Luas tulangan yang diperlukan, Jumlah tulangan yang diperlukan,
0.00286 0.02040 4366
Luas tulangan terpakai, Jumlah baris tulangan,
nb = n / ns =
nb < 3 3. T ULANGAN GESER
mm
2
1.00
(OK) SATUAN
V u = f= f y =
105.112
V c = (√ f c ') / 6 * b * d * 10 -3 =
205.509
KN
f * V c =
123.306
KN
Gaya geser ultimit rencana, Faktor reduksi kekuatan geser, Tegangan leleh tulangan geser, Kuat geser beton,
2
3.006
4 D 43 5809 A s = n * p / 4 * D 2 =
Di gunakan tulangan,
mm
Tahanan geser beton,
KN
0.60 490
MPa
Hanya perlu tul.geser min
f * V s = V u - f * V c =
Tahanan geser sengkang,
V s = 105.112 P 43
Kuat geser sengkang,
2
Digunakan sengkang berpenampang :
KN KN 2
A v = ns * p / 4 * P 2 =
2904.40
mm
s = A v * f y * d / ( V s * 10 3 ) =
7243.60
mm
Luas tulangan geser sengkang, Jarak sengkang yang diperlukan :
-
Jarak sengkang maksimum,
s max = d / 2 =
267.50
mm
Jarak sengkang maksimum,
s max = s= s=
250.00
mm
250.00
mm
250
mm
250
mm
Jarak sengkang yang harus digunakan, Diambil jarak sengkang : Digunakan sengkang,
2
P
43
Berdasarkan perhitungan penulangan diatas, dinyatakan bahwa penulangan pada balok dermaga cukup menggunakan 4 tulangan #43 dengan diameter 43 mm untuk menanggung
Bab 6 Penutup 6.1 Kesimpulan Berikut adalah kesimpulan dari proses pemodelan serta analisis struktur dermaga. 1. Dimensi dermaga
Seluruh proses penentuan dimensi dermaga dilakukan berdasarkan standar dan referensi yang baku. Didapatkan hasil sebagai berikut.
Loading platform Panjang
= 20 m
Lebar
= 20 m
Bentang balok memanjang
=4m
Bentang balok melintang
=4m
Dimensi penampang balok
= 0.8 m (tinggi) × 0.6 m (lebar)
Dimensi pilecap
= 1.6 m (panjang) × 1.6 m (lebar) × 1.0 (tebal)
Dimensi pelat
= 4 m (panjang) × 4 (panjang) × 0.4 m (tebal)
Dimensi tiang pancang
= 0.8 m (diameter) × 0.03 m (tebal)
Loading arm yang digunakan
=
Trestle Panjang
= 100 m
Lebar
=8m
Bentang balok memanjang
=4m
Bentang balok melintang
=4m
Dimensi penampang balok
= 0.8 m (tinggi) × 0.6 m (lebar)
Dimensi pilecap
= 1.6 m (panjang) × 1.6 m (lebar) × 1.0 m
(tebal)
Gambar 4.51 Tampak Samping Struktur Berthing Dolphin
Tampak Atas
Gambar 4.52 Tampak Atas Struktur Berthing Dolphin
Dimensi
Gambar 4.53 Breasting Dolphin Tampak Atas
b. Tampilan Lokasi dan Nilai Beban-beban pada Struktur
Dibawah ini ditampilkan pembebanan yang terdapat pada loading platform.
Beban Gelombang
Gambar 4.54 Beban Gelombang
Beban Arus arah x
Gambar 4.55 Beban Arus Arah X
Beban Arus arah Y+
Gambar 4.56 Beban Arus Arah Y positif
Beban Arus arah Y-
Gambar 4.57 beban Arus Arah Y negatif
Beban Fender
Gambar 4.58 Beban Fender
Beban pelat support untuk perlekatan fender
Gambar 4.59 Beban Pelat Support untuk Perletakkan Fender
Beban berthing
Gambar 4.60 beban Berthing
Beban walkway 1
Gambar 4.61 Beban Walkway 1
Beban walkway 2
Gambar 4.62 Beban Walkway 2
c. Tampilan UCR
Tabel dibawah ini menampilkan nilai maksimum UCR dari setiap tiang pancang yang terdapat pada loading platform. Tabel 4.6 Nilai Maksimum UCR pada Setiap Tiang Pancang TABLE: Steel Design 1 - Summary Data - AISC-ASD89 Frame DesignSect DesignType Status Ratio Text Text Text Text Unitless 222 Pile Column No Messages 0.738872 91 Pile Column No Messages 0.738869 119 Pile Column No Messages 0.693203 3 Pile Column No Messages 0.545515 242 Pile Column No Messages 0.545515 258 Pile Column No Messages 0.517844 252 Pile Col umn No Messages 0.426119 1 Pile Column No Messages 0.426115 326 Pile Col umn No Messages 0.385112
RatioType Text PMM PMM PMM PMM PMM PMM PMM PMM PMM
Combo Location ErrMsg WarnMsg Text in Text Text COMB6.2 969.991 No Messages No Messages COMB6.3 969.991 No Messages No Messages COMB6.1 969.991 No Messages No Messages COMB6.3 969.991 No Messages No Messages COMB6.2 969.991 No Messages No Messages COMB6.1 962.48 No Messages No Messages COMB6.2 0 No Messages No Messages COMB6.3 0 No Messages No Messages COMB6.1 0 No Messages No Messages
Gambar berikut menunjukkan warna yang masih biru dan hijau dimana nilai UCR nya tidak melampaui 1 (merah):
Tabel 4.7 Hasil UCR
d. Defleksi
4.4.4
Pemodelan Struktur Mooring Dolphin
Berikut ini ditampilkan data dari hasil pemodelan struktur mooring dolphin dari dermaga dolphin yang dilakukan kelompok kami yang terdiri atas tampilan model struktur, tampilan pemodelan beban, tampilan UCR dan nilai maksimumnya yang terjadi, nilai defleksi pada tiang dan terakhir gaya dalam yang terjadi pada komponen tiang, balok, dan pelat untuk masing-masing struktur. a. Tampilan Model Struktur
Tampak 3D
Gambar 4.63 Struktur Mooring Dolphin 3 Dimensi
Tampak Depan
Gambar 4.64 Struktur Mooring Dolphin Tampak depan
Tampak Samping
Gambar 4.65 Struktur Mooring Dolphin Tampak Samping
Tampak Atas
Gambar 4.66 Struktur Mooring Dolphin Tampak Atas
Dimensi
b. Tampilan Lokasi dan Nilai Beban-beban pada Struktur
Beban Gelombang
Gambar 4.67 beban gelombang
Beban Arus arah X
Gambar 4.68 Beban Arus Arah X
Beban Arus arah Y+
Gambar 4.69 Beban Arus Arah Y positif
Beban Arus arah Y-
Gambar 4.70 Beban Arus Arah Y negatif
Beban Bollard
Gambar 4.71 Beban bolard
Beban Mooring arah X+
Gambar 4.72Beban Mooring arah X Positif
Beban Mooring arah Y+
Gambar 4.73 Beban Mooring Arah Y Positif
Beban Mooring arah Y-
Gambar 4.74 beban Mooring Arah Negatif
Beban Walkway 2
Gambar 4.75 Walkway 2
Beban Walkway 3
Gambar 4.76 Walkway 3
c. UCR
Tabel dibawah ini menampilkan nilai maksimum UCR dari setiap tiang pancang yang terdapat pada loading platform.
Mooring yang menanggung beban longitudinal
TABLE: Steel Design 1 - Summary Data - AISC-ASD89 Frame DesignSect DesignType Status Ratio Text Text Text Text Unitless 455 Pile Brace No Messages 0.434289 451 Pile Brace No Messages 0.434288 452 Pile Column No Messages 0.423879 450 Pile Column No Messages 0.327844 456 Pile Column No Messages 0.327844 454 Pile Column No Messages 0.321363 453 Pile Column No Messages 0.314275 449 Pile Brace No Messages 0.304029 457 Pile Brace No Messages 0.304028
RatioType Text PMM PMM PMM PMM PMM PMM PMM PMM PMM
Combo Location ErrMsg WarnMsg Text in Text Text COMB7.1 978.545 No Messages No Messages COMB7.1 978.545 No Messages No Messages COMB7.1 970.645 No Messages No Messages COMB7.1 970.447 No Messages No Messages COMB7.1 970.447 No Messages No Messages COMB7.1 962.48 No Messages No Messages COMB7.1 970.447 No Messages No Messages COMB7.1 978.349 No Messages No Messages COMB7.1 978.349 No Messages No Messages
Gambar berikut menunjukkan warna yang masih biru dan hijau dimana nilai UCR nya tidak melampaui 1 (merah)
Mooring yang menanggung beban transversal
TABLE: Steel Design 1 - Summary Data - AISC-ASD89 Frame DesignSect DesignType Status Ratio Text Text Text Text Unitless 641 Pile Brace No Messages 0.583181 643 Pile Brace No Messages 0.582947 642 Pile Col umn No Messages 0.566172 648 Pile Col umn No Messages 0.516131 647 Pile Brace No Messages 0.508817 649 Pile Brace No Messages 0.508552 645 Pile Col umn No Messages 0.508498 644 Pile Col umn No Messages 0.508337 646 Pile Col umn No Messages 0.495118
RatioType Text PMM PMM PMM PMM PMM PMM PMM PMM PMM
Combo Location ErrMsg WarnMsg Text in Text Text COMB7.2 0 No Messages No Messages COMB7.2 0 No Messages No Messages COMB7.2 0 No Messages No Messages COMB7.2 0 No Messages No Messages COMB7.2 0 No Messages No Messages COMB7.2 0 No Messages No Messages COMB7.2 0 No Messages No Messages COMB7.2 0 No Messages No Messages COMB7.2 0 No Messages No Messages
Gambar berikut menunjukkan warna yang masih biru dan hijau dimana nilai UCR nya tidak melampaui 1 (merah)
4.5 Penulangan Komponen Dermaga
Perhitungan penulangan dilakukan untuk komponen balok, pelat, dan pile cap. Balok, pelat, dan pile cap yang digunakan pada loading platform dan trestle memiliki dimensi dan karakteristik yang sama, karena struktur trestle dan loading platform menyambung dimana harus dijaga elevasi dan integrity strukturnya,.sehingga perhitungan yang dilakukan berlaku
untuk seluruh komponen balok, pelat, dan pile cap pada trestle dan loading platform. Adapun beban yang digunakan untuk perhitungan penulangan balok, pelat, dan pilecap pada struktur dermaga tersebut menggunakan beban paling maksimum yang terjadi di loading platform maupun trestle berdasarkan output SAP 2000. Mooring dolphin dan breasting dolphin hanya menggunakan pelat beton sehingga tidak ada perhitungan untuk balok dan pilecapnya. Adapun perhitungan penulangan pelatnya dilakukan untuk masing-masing jenis struktur dikarenakan struktur menerima beban yang berbeda. Untuk beban yang digunakan dalam perhitungan berasal dari beban maksimum hasil output SAP 2000 untuk masing-masing struktur. Perhitungan penulangan dilakukan berdasarkan panduan buku Reinforced Concrete Mechanics & Design 6E, James Macgregor. 4.5.1
Penulangan Balok
Perhitungan penulangan untuk balok dermaga mengikuti langkah-langkah dibawah ini. Pada gambar telah diberikan keterangan mengenai parameter-parameter yang digunakan sesuai dengan pemodelan pada SAP 2000, beserta rumus-rumus dan koefisien yang dipakai. Tabeltabel perhitungan pada gambar dibawah telah urut sesuai ketentuan berdasarkan referensi yang dipakai dan telah ditampilkan pula nilai-nilai parameter beserta hasil perhitungannya.
Gambar 4.5.1 Keterangan desain penulangan pada balok
Tabel 4.5.1 Perhitungan penulangan balok dermaga
BAHAN STRUKTUR
SATUAN
Kuat tekan beton,
f c' =
33.20
MPa
Tegangan leleh baja (deform) untuk tulangan lentur,
f y =
490.00
MPa
Tegangan leleh baja (polos) untuk tulangan geser,
f y =
490.00
MPa
DIMENSI BALOK Lebar balok Tinggi balok Diameter tulangan (deform) yang digunakan, Diameter sengkang (polos) yang digunakan, Tebal bersih selimut beton,
SATUAN
b= h= D= P= ts =
400.00
mm
600.00
mm
43.00
mm
43.00
mm
65.00
mm
MOMEN DAN GAYA GESER RENCANA
SATUAN +
Momen rencana positif akibat beban terfaktor,
Mu =
668.000
KN-m
Momen rencana negatif akibat beban terfaktor,
Mu - =
753.440
KN-m
Vu =
105.112
KN
Gaya geser rencana akibat beban terfaktor,
PERHITUNGAN Untuk : f c'
≤
SATUAN
b1 =
30 MPa,
b1 = 0.85 - 0.05 * ( f c' - 30) / 7 = Faktor bentuk distribusi tegangan beton, b1 = Untuk : f c' > 30 MPa,
Rasio tulangan pada kondisi
0.85 0.82714286 0.85
balance ,
rb = b 1* 0.85 * f c’/ f y * 600 / ( 600 + f y ) =
0.0269
Faktor tahanan momen maksimum,
rb * f y * [1 – ½*0.75* rb * f y / ( 0.85 * f c’ ) ] = f = Faktor reduksi kekuatan lentur, d s = ts + + D/2 = Jarak tulangan terhadap sisi luar beton, Rmax = 0.75 *
Jumlah tulangan dlm satu baris,
8.1653 0.80 129.50
ns = ( b - 2 * ds) / ( 25 + D ) =
2.07
ns =
Digunakan jumlah tulangan dalam satu baris,
mm
4
buah
x = ( b - ns * D - 2 * ds ) / ( ns - 1 ) = y = D + 25 = Jarak vertikal pusat ke pusat antara tulangan, 1. T ULANGAN MOM EN POSITIF
-10.33
mm
68.00
mm
Mn = Mu+ / f = d' = Diperkirakan jarak pusat tulangan lentur ke si si beton, d = h - d' = Tinggi efektif balok,
835.000
Jarak horisontal pusat ke pusat antara tulangan,
Momen positif nominal rencana,
6
SATUAN
2
Rn = Mn * 10 / ( b * d ) =
Faktor tahanan momen,
Rn
<
Rmax
KN-m
65
mm
535.00
mm
7.2932 (OK)
Rasio tulangan yang diperlukan :
r = 0.85 * f c’ / f y * [ 1 - * [1 – 2 * Rn / ( 0.85 * f c’ ) ] =
0.01756
rmin = f c' / ( 4 * f y ) = rmin = 1.4 / f y = r= As = r * b * d = 2 n = As / ( p / 4 * D ) =
0.00294
Rasio tulangan minimum, Rasio tulangan minimum, Rasio tulangan yang digunakan, Luas tulangan yang diperlukan, Jumlah tulangan yang diperlukan,
3
Digunakan tulangan, Luas tulangan terpakai,
<
3
0.01756 3758
43 4357
nb = n / ns =
0.75
(OK)
2
mm
2.588
As = n * p / 4 * D2 =
Jumlah baris tulangan,
nb
D
0.00286
2
mm
beban momen negatif dan sebanyak 3 tulangan untuk momen positif. Adapun untuk tulangan yang akan menanggung beban geser cukup digunakan 2 tulangan saj a. Dari hasil perhitungan tersebut untuk momen dipilih jumlah tulangan #43 sebanyak 4 buah untuk masing-masing momen negative dan positif dengan pertimbangan kemudahan dalam melakukan proses penulangan dan agar lebih konservatif. Adapun untuk tulangan geser digunakan masing-masing 4 penulangan, di kali 2 dari hasil minimum yang diperoleh dengan pertimbangan keacakan dari gempa yang terjadi, sehingga struktur akan tetap aman dikenai gempa (konservatif) Adapun keterangan lainnya dapat dilihat pada hasil perhitungan. Berikut ini adalah ilustrasi penulangan yang diterapkan terhadap balok di SAP 2000. Koordinat 2 menunjukkan ketebalan balok dan koordinat 3 menunjukkan lebar penampang balok.
Gambar 4.77.2
4.5.2
Penulangan Pelat
Perhitungan penulangan pelat terbagi atas 3 yaitu; a. Pelat dermaga (loading platform dan trestle) b. Pelat breasting dolphin c. Pelat mooring dlphin Perhitungan penulangan untuk pelat dermaga dan dolphin mengikuti langkah-langkah yang diberikan dibawah ini. Pada tabel perhitungan telah diberikan keterangan mengenai parameter-parameter yang digunakan sesuai dengan pemodelan pada SAP 2000, beserta rumus-rumus dan koefisien yang dipakai dalam perhitungan penulangan. Tabel-tabel perhitungan pada gambar dibawah telah urut sesuai ketentuan berdasarkan referensi yang dipakai dan telah ditampilkan pula nilai-nilai parameter beserta hasil perhitungannya. Untuk keterangan tambahan, khusus penulangan pelat, koordinat yang digunakan pada gambar ilustrasi berbeda dengan koordinat balok, yaitu x menunjukkan lebar pelat dan y menunjukkan tebal pelat. Tabel data bahan berlaku untuk semua perhitungan pelat struktur dolphin maupun dermaga. Dari tabel momen pelat akibat beban merata kondisi tumpuan bebas dan menerus atau terjepit elastis dibawah, digunakan jenis kondisi pelat nomor 2 karena pelat yang digunakan menerus atau terjepit elastis sepanjang struktur dermaga maupun dolphin. Pada masing-masing tabel perhitungan nilai ini digunakan untuk menentukan nilai Clx, Ctx, Cly, Cty. Tabel 4.5.2 Data bahan DATA BAHAN
SATUAN
Kuat tekan beton,
f c' =
33.20
MPa
Tegangan leleh baja untuk tulangan lentur,
f y =
490.00
MPa
Tabel 4.5.3 Tabel momen pelat akibat beban merata kondisi tumpuan bebas dan menerus atau terjepit elastis
NO
Momen Pelat persegi akibat beban merata (PBI'71) Kondisi Pelat
1
Lx Ly
2
5
6
7
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
2.0
2.1
2.2
2.3
2.4
0
0
0
0
0
2.5 > 2,
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2 0.001.q.Lx x
44
52
59
66
73
78
84
88
93
97
100 103 106 108 110 112
Mly =
2 0.001.q.Lx x
44
45
45
44
44
43
41
40
39
38
37
36
35
34
32
32
25
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
x
36
42
46
50
53
56
58
59
60
61
62
62
62
63
63
63
63
Mlx =
0.001.q.Lx x
36
42
46
50
53
56
58
59
60
61
62
62
62
63
63
63
63
Mly =
2 0.001.q.Lx x
36
37
38
38
38
37
36
36
35
35
35
34
34
34
34
34
13
2
Mty =
- 0.001.q.Lx x
Mtx =
- 0.001.q.Lx
Mty = Mtx =
2 2
0
0 125
- 0.001.q.Lx
2
x
36
37
38
38
38
37
36
36
35
35
35
34
34
34
34
34
38
- 0.001.q.Lx
2
x
48
55
61
67
71
76
79
82
84
86
88
89
90
91
92
92
94
0.001.q.Lx x
48
55
61
67
71
76
79
82
84
86
88
89
90
91
92
92
94
48
50
51
51
51
51
51
50
50
49
49
49
48
48
47
47
19
48
50
51
51
51
51
51
50
50
49
49
49
48
48
47
47
56
0
0
2 2
0.001.q.Lx x
Mty =
- 0.001.q.Lx
2
x
Mtx =
- 0.001.q.Lx
2
x
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Mlx =
2 0.001.q.Lx x
22
28
34
41
48
55
62
68
74
80
85
89
93
97
100 103
Mly =
2 0.001.q.Lx x
51
57
62
67
70
73
75
77
78
79
79
79
79
79
79
79
25
Mty =
- 0.001.q.Lx
2
Mtx =
- 0.001.q.Lx
2
0 125
x
51
57
62
67
70
73
75
77
78
79
79
79
79
79
79
79
75
x
51
54
57
59
60
61
62
62
63
63
63
63
63
63
63
63
63
Mlx =
0.001.q.Lx x
51
54
57
59
60
61
62
62
63
63
63
63
63
63
63
63
63
Mly =
2 0.001.q.Lx x
22
20
18
17
15
14
13
12
11
10
10
10
9
9
9
9
13
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
Mty =
- 0.001.q.Lx
2
x
Mtx =
- 0.001.q.Lx
2
x
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Mlx =
2 0.001.q.Lx x
31
38
45
53
59
66
72
78
83
88
92
96
99
102 105 108
Mly =
2 0.001.q.Lx x
0 125
60
65
69
73
75
77
78
79
79
80
80
80
79
79
79
79
25
Mty =
- 0.001.q.Lx
2
x
60
65
69
73
75
77
78
79
79
80
80
80
79
79
79
79
75
Mtx =
- 0.001.q.Lx
2
x
60
66
71
76
79
82
85
87
88
89
90
91
91
92
92
93
94
Mlx =
2 0.001.q.Lx x
60
66
71
76
79
82
85
87
88
89
90
91
91
92
92
93
94
Mly =
2 0.001.q.Lx x
31
30
28
27
25
24
22
21
20
19
18
17
17
16
16
15
12
Mty = Mtx = Mly =
- 0.001.q.Lx
2
x
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
- 0.001.q.Lx
2
x
38
46
53
59
65
69
73
77
80
83
85
86
87
88
89
90
54
0.001.q.Lx x
38
46
53
59
65
69
73
77
80
83
85
86
87
88
89
90
54
2 2
43
46
48
50
51
51
51
51
50
50
50
49
49
48
48
48
19
Mty =
- 0.001.q.Lx
2
x
43
46
48
50
51
51
51
51
50
50
50
49
49
48
48
48
56
Mtx =
- 0.001.q.Lx
2
x
13
48
51
55
57
58
60
61
62
62
62
63
63
63
63
63
63
2 0.001.q.Lx x
13
48
51
55
57
58
60
61
62
62
62
63
63
63
63
63
63
38
39
38
38
37
36
36
35
35
34
34
34
33
33
33
33
13
38
39
38
38
37
36
36
35
35
34
34
34
33
33
33
33
38
Mlx =
9
1.2
Mlx =
Mlx =
8
1.1
2 - 0.001.q.Lx x
Mly =
4
1.0
Mtx =
Mlx =
3
Perbandingan Ly/Lx
Nilai Momen Pelat
Mly = Mty =
0.001.q.Lx x
2
0.001.q.Lx x - 0.001.q.Lx
Catatan: = Terletak bebas = Menerus atau terjepit elastis
2
x