MODUL METODOLOGI RISET KEPERAWATAN
TOPIK 5 DESAIN PENELITIAN KUANTITATIF
PENYUSUN TRI HARTITI, SKM,M.Kep.
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur, tak henti-hentinya penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penyusunan buku ajar Metodologi dan Riset keperawatan : Desain Penelitian Kuantitatif Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan buku ajar ini masih banyak kekurangan disana-sini, untuk itulah maka penulis merasa bangga dan bahagia terhadap upaya demi kesempurnan buku ajar ini, untuk mencapainya penulis mengharapkan masukan
maka
dan saran yang membangun dari berbagai
fihak terutama dari Senior dan sejawat keperawatan demi profesionalisme keperawatan di Indonesia. Dalam hal ini, saya menghaturkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua fihak yang telah membantu, baik secara fisik, psikologis, materi dan spiritual. Semoga jasa baik, bimbingan dan dukungan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Amien…
Penulis
Daftar Isi
Kata pengantar …………………………………………………………….. Daftar isi ……………………………………………………………………. Diskribsi Topik ……………………………………………………………… Tujuan pembelajaran umum …………………………………………....... Tujuan pembelajaran khusus …………………………………………...... Pokok bahasan ……………………………………………………………. Materi ………………………………………………………………………... Ringkasan …………………………………………………………………… Latihan ………………………………………………………………………. Jawaban …………………………………………………………………….. Balikan ………………………………………………………………………. Pustaka ………………………………………………………………………
A. DISKRIPSI TOPIK B.
Topik ini membahas tentang desain penelitian Kuantitatif yang terdiri dari pengertian desain penelitian kualitatif, Perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif
C. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM
Setelah pembelajaran topik ini mahasiswa diharapkan mampu memahami desain penelitian kualitatif .
D. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS a.
Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian desain penelitian kualitatif
b. Mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan penelitian kualitatif dengan kuantitatif
E. POKOK BAHASAN a.
Pengertian dari desain penelitian kualitatif
b. perbedaan penelitian kualitatif dengan kuantitatif F. MATERI 1. PENGERTIAN
Penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian yang analisisnya secara umum memakai analisis statistik. Penelitian kuantitatif dikembangkan oleh penganut positivisme yang dipelopori oleh Auguste Conte. Aliran ini berpendapat bahwa untuk memacu perkembangan ilmu-ilmu sosial, maka
metode-metode IPA harus diadopsi ke dalam riset-riset ilmu sosial (Harahap, 1992). Karenanya dalam penelitian kuantitatif pengukuran terhadap gejala yang diamati menjadi penting, sehingga pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
daftar
pertanyaan
berstruktur
(angket)
yang
berdasarkan pengukuran terhadap variabel yang diteliti yang
disusun kemudian
menghasilkan data kuantitatif. Berbeda dengan penelitian kualitatif yang menekankan pada studi kasus, penelitian kuantitatif bermuara pada survey.Richard dan Cook (dalam Abdullah Fajar, 1992) mengemukakan perbedaan paradigma kuantitatif sebagai berikut : Menganjurkan pemakaian metode-metode kuantitatif. 2.
Bersandar pada positivisme logika; mencari fakta-fakta dan sebab-
sebab dari gejala sosial dengan mengesampingkan keadaan individuindividu. 3.
Pengamatan ditandasi pengukuran yang dikendalikan dan blak-
blakan (obtrusive) 4.
Bersifat obyektif
5.
Jauh dari data; bertolak dari sudut pandangan dari “luar”
6.
Penelitian bersifat tidak mendasar (ungrouned), ditujukan pada
pengujian (verification-oriented), menekankan penegasan (confirmatory), reduksionis, inferensial, deduktif-hipotetik 7.
Berorientasi pada hasil
8.
Reliabel; data ‘keras’ dan dapat diulang
9.
Dapat digeneralisasikan; studi atas banyak kasus
10.
Bersifat partikularistik
11.
Mengasumsikan adanya realitas yang stabil
12.
Menganjurkan pemakaian metode-metode kuantitatif.
13.
Bersandar pada positivisme logika; mencari fakta-fakta dan sebab-
sebab dari gejala sosial dengan mengesampingkan keadaan individuindividu. 14.
Pengamatan ditandasi pengukuran yang dikendalikan dan blak-
blakan (obtrusive) 15.
Bersifat obyektif
16.
Jauh dari data; bertolak dari sudut pandangan dari “luar”
17.
Penelitian bersifat tidak mendasar (ungrouned), ditujukan pada
pengujian (verification- oriented), menekankan penegasan (confirmatory), reduksionis, inferensial, deduktif-hipotetik 18.
Berorientasi pada hasil
19.
Reliabel; data ‘keras’ dan dapat diulang
20.
Dapat digeneralisasikan; studi atas banyak kasus
21.
Bersifat partikularistik
22.
Mengasumsikan adanya realitas yang stabil
2. LANGKAH-LANGKAH STUDY KUANTITATIF
Latar Belakang Masalah Latar
belakang masalah
memuat hal-hal
yang
melatar
belakangi
dilakukannya penelitian, apa hal yang menarik untuk melakukan penelitian biasanya karena adanya kesenjangan antara kesenjangan antara yang seharusnya dan kenyataan. Dalam bagian ini dimuat deskripsi singkat
wilayah penelitian dan juga jika diperlukan hasil penelitian peneliti sebelumnya. Secara rinci latar belakang (Wardi Bachtiar:1997) berisi: −
Argumentasi mengapa masalah tersebut menarik untuk diteliti
dipandang dari bidang keilmuan/maupun kebutuhan praktis. Penjelasan
akibat-akibat
negatif
jika
masalah
tersebut
tidak
dipecahkan.Penjelasan dampak positif yang timbul dari hasil-hasil penelitian Penjelasan bahwa masalah tersebut relevan, aktual dan sesuai dengan situasi dan kebutuhan zaman Relevansinya dengna penelitian-penelitian sebelumnya
Gambaran
hasil penelitian dan
manfaatnya bagi masyarakat atau negara dan bagi perkembangan ilmu
1. Identifikasi, Pemilihan dan Perumusan Masalah a) Identifikasi Masalah Masalah penelitian dapat diidentifikasi sebagai adanya kesenjangan antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, adanya kesenjangan informasi atau teori dan sebagainya. b) Pemilihan Masalah −
Mempunyai nilai penelitian (asli penting dan dapat diuji)
−
Fisible (biaya, waktu dan kondisi) 2. Sesuai dengan kualifikasi peneliti 3. Menghubungkan dua variabel atau lebih (Nazir: 1988) c) Sumber Masalah Bacaan, seminar, diskusi, pengamatan, pengalaman, hasil penelitian terdahulu, dan lain-lain. d) Perumusan Masalah −
Dirumuskan dalam bentuk kalimat Tanya
−
Jelas dan padat
−
Dapat menjadi dasar dalam merumusan hipotesa dan judul penelitian Selain dirumuskan dalam bentuk kalimat Tanya, suatu
masalah dapat dirumuskan dengan menggunakan kalimat berita. Keduanya sama baiknya akan tetapi ada perbedaan dalam kemampuannya mengkomunikasikan pesan yang ada di dalamnya. Kalimat berita lebih bersifat memberikan gambaran tentang karakteristik masalah yang bersangkutan. Sedangkan kalimat tanya dapat
lebih
mengumpulkan
mengakibatkan
adanya
informasi
lanjut.
lebih
tantangan erlepas
dari
untuk bentuk
perumusan masalah yang digunakan, terdapat beberapa kriteria yang
dapat
dipakai
sebagai pegangan
untuk
merumuskan
masalah, yaitu sebagai berikut : •
Masalah yang dirumuskan harus mampu menggambarkan penguraian
tentang
gejala-gejala
yang
dimilikinya
dan
bagaimana kaitan antara gejala satu dengan gejala lainnya. Masalah harus dirumuskan secara jelas dan tidak berarti dua, artinya tidak ada maksud lain yang terkandung selain bunyi masalahnya. Rumusan masalah tersebut juga harus dapat menerangkan dirinya sendiri sehingga tidak diperlukan keterangan lain untuk menjelaskannya. Masalah yang baik selalu dilengkapi dengan rumusan yang utuh antara unsur sebab dan unsur akibat sehingga dapat menantang pemikiran lebih jauh. Masalah yang baik hendaknya dapat memancing pembuktian lebih lanjut secara empiris.
Suatu
masalah
tidak
hanya
menggambarkan
hubungan
antargejala tetapi juga bagaimana gejala-gejala tersebut dapat diukur (Ace Suryadi: 2000). 2.PERUMUSAN TUJUAN DAN MANFAAT PENILITIAN −
Tujuan penelitian adalah suatu pernyataan tentang apa yang akan
kita cari/ capai dari masalah penelitian. Cara merumuskan yang paling mudah adalah dengan mengubah kalimat pertanyaan dalam rumusan masalah menjadi kalimat pernyataan. Manfaat penelitian mencakup manfaat teoritis dan praktis (Arikunto:1992).
TELAAH PUSTAKA −
Manfaat Telaah Pustaka Untuk memperdalam
pengetahuan tentang masalah yang diteliti
Menyusun kerangka teoritis yang menjadi landasan pemikiran Untuk mempertajam konsep yang digunakan sehingga memudahkan perumusan hipotesa Untuk menghindari terjadinya pengulangan penelitian .
PEMBENTUKAN KERANGKA TEORI
Kerangka teori merupakan landasan pemikiran yang membantu arah penelitian, pemilihan konsep, perumusan hipotesa dan memberi kerangka orientasi untuk klasifikasi dan
analisis
data
(Koentjaraningrat:1973).
Kerangka teori dibuat berdasarkan teori-teori yang sudah ada atau berdasarkan pemikiran logis yang dibangun oleh peneliti sendiri. Teori yang dibahas atau teori yang dikupas harus mempunyai relevansi yang kuat dengan permasalahan penelitian. Sifatnya mengemukakan bagaimana seharusnya tentang masalah yang diteliti tersebut berdasar konsep atau teori-teori tertentu. Khusus untuk penelitian hubungan dua variabel atau lebih
maka dalam landasan teori harus dapat digambarkan secara jelas
bagaimana hubungan dua variabel tersebut. 1
PERUMUSAN MASALAH
Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Hipotesa merupakan kristalisasi dari kesimpulan teoritik yang diperoleh dari telaah pustaka. Secara statistik hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian. DEFENSI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN
Konsep merupakan definisi dari sekelompok fakta atau gejala (yang akan diteliti). Konsep ada yang sederhana dan dapat dilihat seperti konsep meja, kursi dan sebagainya dan ada konsep yang abstrak dan tak dapat dilihat
seeprti konsep partisipasi, peranan dan sebagainya. Konsep yang tak dapat dilihat disebut construct . Karena construct bergerak di alam abstrak maka perlu diubah dalam bentuk yang dapat diukur secara empiris, atau dalam kata lain perlu ada definisi operasional Definisi operasional adalah mengubah konsep dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan dapat diuji kebenarannya oleh orang lain. Konsep yang mempunyai variasi nilai disebut variabel. Variabel dibagi menjadi dua: −
Variabel deskrit/katagorikal misalnya : variabel jenis kelamin. Variabel Continues misal : variabel umur Proses pengukuran variabel merupakan ranggkaian dari empat aktivitas pokok yaitu:
Menentukan dimensi variabel penelitian. Variabel-variabel penelitian sosial sering kali memiliki lebih dari satudimensi. Semakin lengkap dimensi suatu variabel yang dapat diukur, semakin baik ukuran yang dihasilkan. Merumuskan dimensi variabel. Setelah dimensi-dimensi suatu variabel dapat ditentukan, barulah dirumuskan ukuran untuk masing-masing dimensi. Ukuran ini biasanya berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan dimensi tadi. Menentukan tingkat ukuran yang akan digunakan dalam pengukuran. Apakah skala: nominal, ordinal, interval, atau ratio. Menguji tingkat validitas dan reliabilitas dari alat pengukur apabila yang dipakai adalah alat ukur yang baru. Contoh yang bagus proses pengukuran suatu variabel dikemukakan oleh Glock dan Stark (dalam Ancok:1989) yang mengembangkan
suatu konsep untuk mengukur tingkat religiusitas.
Menurut pendapat mereka konsep religiusitas mempunyai lima dimensi sebagai berikut: −
Ritual Involvement, yaitu tingkatan sejauh mana orang mengerjakan kewajiban ritual di dalam agama mereka. Seperti sholat, puasa, membayar zakat, dan lain-lain, bagi yang beragama Islam. atau pergi ke gereja dan kegiatan ritual lainnya bagi yang beragama Kristen.
deologi Involvement, yaitu tingkatan sejauh mana orang menerima hal-hal yang dogmatik di dalam agama mereka masing-masing. Misalkan apakah seseorang yang beragama percaya tentang adanya malaikat, hari kiamat, surga, neraka, dan lain-lain hal yang sifatnya dogmatik. Intellectual Involvement, sebenarnya jauh seseorang mengetahui tentang ajaran agamanya. Seberapa jauh aktivitasnya di dalam menambah pengetahuan agamanya, apakah dia mengikuti pengajian, membaca buku-buku agama, bagi yang beragama Islam. bagi yang beragama Kristen apakah dia menghadiri Sekolah Minggu, membaca buku-buku agama, dan lain-lain. Demikian pula dengan orang pemeluk agama lainnya, apakah dia mengerjakan hal-hal yang serupa. Experiential Involvement, yaitu dimensi yang berisikan pengalaman-pengalaman unik dan spektakuler yang merupakan keajaiban yang datang dari Tuhan. Misalnya, apakah seseorang pernah merasakan bahwa doanya dikabulkan Tuhan; apakah di apernah merasakan bahwa jiwanya selamat dari bahaya karena pertolongan Tuhan, dan lain-lain. Consequential Involvement, yaitu dimensi yang mengukur sejauh mana perilaku seseorang dimotifikasikan oleh ajaran agamanya. Misalkan apakah dia menerapkan ajaran agamanya di dalam kehidupan sosial. misalnya, apakah dia pergi mengunjungi
tetangganya
yang
sakit,
mendermakan
sebagian
kekayaannya untuk kepentingan fakir miskin. Menyumbangkan uangnya untuk pendirian rumah yatim piatu, dan lain-lain. Dimensi-dimensi yang disebut di atas kemudian diperinci dalam aspek yang lebih kecil dalam bentuk pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian dijadikan komponen alat pengukur yang terhadap dimensi tingkat religiusitas. VALIDITAS DAN REABILITAS INSTRUMEN
Pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur variabel yang kita teliti sebelumnya harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Bila instrumen/alat ukur tersebut tidak valid maupun reliabel, maka tidak akan diperoleh hasil penelitian yang baik. Validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur betul-betul mengukur apa yang akan diukur. Ada beberapa jenis
validitas, namun yang paling banyak dibahas adalah validitas konstruk. Konstruk atau kerangka konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggabarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok
atau
individu yang menjadi pusat perhatian penelitian. Konsep itu kemudian seringkali masih harus diubah menjadi definisi yang operasional, yang menggambarkan bagaimana mengukur suatu gejala. Langkah selanjutnya adalah menyusun pertanyaan-pertanyaan/ pernyataan-pernyataan yang sesuai dengan definisi itu. Untuk mencari definisi konsep tersebut dapat ditempuh dengan berbagai cara sebagai berikut : −
Mencari definisi konsep yang dikemukakan para ahli. Untuk ini perlu dipelajari buku-buku referensi yang relevan.
Kalau dalam literatur tidak dapat diperoleh definisi konsep-konsep penelitian, maka peneliti harus mendefinisikan sendiri konsep tersebut. Untuk tujuan ini peneliti dapat mendiskusikan dengan ahli-ahli yang kompeten dibidang konsep yang akan diukur. Menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden atau orang-orang yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden (Ancok: 1989). Misalnya
peneliti
ingin
mengukur
konsep
“religiusitas”.
Dalam
mendefinisikan konsep ini peneliti dapat langsung menanyakan kepada beberapa calon responden tetnang ciri-ciri orang yang religius. Berdasar jawaban calon responden, kemudian disusun kerangka suatu konsep. Apabila terdapat konsistensi antra komponen-komponen konstruk yang satu dengna lainnya, maka konstruk itu memiliki validitas.
Cara yang
paling banyak dipakai untuk mengetahui validitas konstruk suatu instrumen/alat pengukur ialah dengan mengkorelasikan skor/nilai yang diperoleh
pada masing-masing pertanyaan/pernyataan
responden dengan semua
dari semua
skor/nilai total semua pertanyaan/pernyataan dari
responden.
pertanyaan/pernyataan
Korelasi dan
antara
skor/nilai
total
skor/nilai haruslah
setiap signifikan
berdasarkan ukuran statistik tertentu misalnya dengan menggunakan teknik korelasi product
moment.
Reliabilitas adalah indeks yang
menunjukkan sejauh mana suatu alat pengkur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas menunjukkan kemantapan/konsistensi pengukuran. Suatu alat pengukur dikatakan mantap
hasil
atau konsisten,
apabila untuk mengukur sesuatu berulang kali, alat pengukur itu menunjukkan hasil yang sama, dalam kondisi yang sama. Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang mantap atau konsisten. Pada alat pengukur fenomena fisik seperti berat dan panjang suatu benda, kemantapan atau konsistensi hasil pengukuran bukanlah sesuatu yang sulit diperoleh. Tetapi untuk pengukuran
fenomena
sosial,
seperti
sikap,
pendapat,
persepsi,
kesadaran beragama, pengukuran yang mantap atau konsisten, agak sulit dicapai. Berhubung gejala sosial tidak semantap fenomena fisik, maka dalam
pengukuran
fenomena
sosial
selalu
diperhitungkan
unsur
kesalahan pengukuran. Dalam penelitian sosial kesalahan pengukuran ini cukup besar. Karena itu untuk mengetahui hasil pengukuran yang sebenarnya, kesalahan pengukuran ini perlu diperhitungkan. Makin kecil kesalahan pengukuran, semakin reliabel alat pengukurnya. Semakin besar kesalahan pengukuran, semakin tidak reliabel alat pengukur tersebut. Teknik-teknik untuk menentukan reliabilitas ada tiga yaitu: a. teknik ulangan, b. teknik bentuk pararel dan c. teknik belah dua. Dalam tulisan ini akan dijelaskan satu teknik saja yaitu teknik belah dua. Teknik belah dua merupakan cara mengukur reliabilitas suatu alat ukur dengan membagi alat ukur menjadi dua kelompok. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: −
Mengajukan instrumen kepada sejumlah responden kemudia
dihitung validitas itemnya. Item yang valid dikumpulkan menjadi satu, item yang tidak valid dibuang. Membagi item yang valid tersebut menjadi dua belahan. Untuk mebelah instrumen menjadi dua, dapat dilakukan dengan salah satu cara berikut: 1). Membagi item dengan cara acak (random). Separo masuk belahan pertama, yang separo lagi masuk belahan kedua; atau
(2) membagi item berdasarkan nomor genap-ganjil. Item yang bernomor ganjil dikumpulkan menjadi satu dan yang bernomor genap juga dijadikan satu. Untuk menghitung reliabilitasnya skor total dari kedua belahan itu dikorelasikan. PENETAPAN METODE PENELITIAN
Penetapan metode penelitian mencakup : (i) penentuan subyek penelitian (populasi dan sampel), (ii) metode pengumpulan data(penyusunan angket) dan (iii) metode analisis data (pemilihan analisis statistik yang sesuai dengan jenis data) PEMBUATAN RANCANGAN PENELITIAN
Rancangan penelitian adalah pedoman yang disusun secara sistematis dan logis tentang apa yang akan dilakukan dalam penelitian. Rancangan penelitian memuat: judul, latar belakang masalah, masalah, tujuan, kajian pustaka, hipotesis, definisi
operasional,
metode
penelitian,
jadwal
pelaksanaan,
organisasi/tenaga pelaksana dan rencana anggaran. PENGUMPULAN DATA
Dalam pengumpulan data
diperlukan kemampuan melacak peta wilayah,
sumber informasi dan keterampilan menggali data. Untuk itu diperlukan pelatihan bagi para tenaga pengumpul data. PENGOLAHAN,ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL PENELITIAN
Pengolahan data meliputi editing, coding, katagorisasi dan tabulasi data. Analisis data bertujuan menyederhanakan data sehingga mudah dibaca dan ditafsirkan. Dalam penelitian kuantitatif analisis data menggunakan statistik. Interpretasi bertujuan menafsirkan hasil analisis secara lebih luas untuk menarik kesimpulan. MENYUSUN LAPORAN PENELITIAN
Untuk memudahkan menyusun laporan maka diperlukan kerangka laporan out line.
Metode penelitian kuantitatif memiliki cakupan yang sangat luas. Secara umum, metode penelitian kuantitatif dibedakan atas dua dikotomi besar, yaitu eksperimental dan noneksperimental. Eksperimental dapat dipilah lagi menjadi eksperimen kuasi, subjek tunggal dsb. Sedangkan noneksperimental berupa deskriptif, komparatif, korelasional, survey, ex post facto, histories dsb. Makalah ini membatasi pembahasan metode penelitian kuantitatif pada tiga aspek. Ketiga aspek tersebut adalah bagian dari noneksperimental, yaitu deskriptif, historis, dan ex post facto. Ada beberapa istilah yang sering dirancukan di dalam penelitian. Istilah tersebut adalah pendekatan, ancangan, rencana, desain, metode, dan teknik. Di dalam makalah ini disinggung mengenai perbedaan istilah tersebut untuk didiskusikan dan dicarikan simpulan bersama-sama. G. RINGKASAN Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang paling banyak dilakukan atau diterapkan dibidang kesehatan yaitu kedokteran dan keperawatan, penelitian bisa menggunakan bermacam –macam desain dari deskriptif, crossectional, sampai eksperimen . Penelitian kuantitatif ini memerlukan teknik pengolahan dengan analisis statistik, dan memerlukan subyek penelitian yang jumlahnya banyak H. LATIHAN Apa yang anda ketahui tentang metode penelitian kuantitatif ini ? Apakah anda cukup berminat dengan penelitian jenis ini ? apa alasan anda ? I. JAWABAN J. BALIKAN K. PUSTAKA 1.
Burn,N & Grave 1993, The Practice Of Nursing Research, Philadelphia,WB.Saunders
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Hicks,C.M. 1990 : Research, and Statistic New York Prentice Hall Pollit,D.F & Hungler B.P 1996, Nursing Research:Principle and Method Philadelphia : Lippincolt Company Pollit,D.F & Hungler B.P 1996, Statistical Analysis For Nurses, Philadelphia : Lippincolt Company Sugiyono 1997, Statistic untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta Sutrisno Hadi 1992, Metodologi Riset , Jakarta : Andi Ofset Bismar Mukti,2002, Metodologi Riset , Jakarta :EGC Nursalam 2000 Metodologi Riset Keperawatan , Jakarta : Salemba