MAKALAH
KIMIA ANALISIS DASAR
TITRASI ASAM BASA
Dosen Pengampu :
Diana Chandra Dewi, M.Si
Disusun Oleh :
Alfi Istiqomah (11630023)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari terdapat bahan makanan, makanan maupun minuman yang dikonsumsi oleh manusia yang mengandung banyak senyawa kimia, senyawa kimia ini ada yang bermanfaat bagi manusia dan ada pula yang justru berbahaya. Dalam ilmu kimia terdapat suatu cabang ilmu yang berhubungan dengan teori dan praktek dari metode-metode yang digunakan untuk menentukan kadar senyawa-senyawa tersebut yaitu kimia analisis kuantitatif. Salah satu metode yang digunakan adalah metode titrasi asam basa
Sebagai seorang kimiawan, pengetahuan tentang prinsip dan teori tersebut adalah hal yang perlu diketahui dan dipelajari sebagai suatu kemampuan untuk dapat berguna bagi masyarakat.
Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui dan mampu menjelaskan tentang titrasi asam basa beserta penerapannya. Selain itu makalah ini juga dibuat dengan tujuan untuk membuka pola pikir srta memenuhi tugas yang diberikan.
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Titrasi
Titrasi merupakan suatu proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis (belum diketahui konsentrasinya). Prosedur analisis yang melibatkan titrasi dengan larutan-larutan yang konsentrasinya diketahui disebut analisis volumetri.
Titrasi dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, yaitu:
Titrasi asam-basa
Prinsip dasar dari metode titrasi ini adalah reaksi penetralan
H+ + OH- H2O
Yang terdiri dari H+ (asam), OH- (basa) dan menjadi H2O (netral)
Titrasi redoks (Oksidimetri)
Prinsip dasar dari metode titrasi ini adalah reaksi reduksi dan oksidasi
O + R Hasil
Yang terdiri dari O (Oksidator) dan R (Reduktor)
Titrasi pengendapan
Prinsip dasar dari metode titrasi ini adalah Proses pengendapan
L+ (aq) + X-(aq) LX(s)
Yang terdiri dari kation dan Ion sehingga membentuk endapan
Titrasi pengompleksan
Prinsip dasar dari metode titrasi ini adalah reaksi akseptor-donor pasangan elektron
Mn+ + :L [M : L]n+
Yang terdiri dari ion logam dan ligan sehingga membentuk ion kompleks
Dalam makalah ini yang akan di bahas adalah lebih fokus terhadap titrasi asam basa. Prinsip dari titrasi asam basa ini adalah melibatkan asam maupun basa sebagai penitran/titer ataupun titran. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa begitu juga sebaliknya kadar larutan basa ditentukan dengan menggunakan larutan asam.
Asam secara paling sederhana didefinisikan sebagai zat yang apabila dilarutkan di dalam air akan mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai satu-satunya ion positif. Beberapa asam dan hasil disosiasinya adalah sebagai berikut:
HCl H+ + Cl-
Asam klorida ion klorida
CH3COOH H+ + CH3COO-
Asam asetat ion asetat
Basa di definisikan sebagai zat yang apabila dilarutkan di dalam air mengalami disosiasi dengan pembentukan ion-ion hidroksil sebagai satu-satunya ion negatif. Hidroksida-hidroksida yang larut seperti natrium hidroksida atau kalium hidroksida hampir sempurna berdisosiasi dalam larutan air yang encer. Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan larutan baku asam. Sebaliknya alkalimetri adalah penetapan kadar secara kuantitatif senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan larutan baku basa. Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton dengan akseptor proton.
2.1 Prinsip Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titran ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen yang artinya secara stoikiometri titran dan titer tepat habis bereaksi, dalam hal ini biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai "titik ekuivalen", yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-]. Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator disebut sebagai "titik akhir titrasi". Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik ekuivalen.
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa yaitu:
Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan,kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh kurvatitrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah "titik ekuivalent".
Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum prosestitrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidakdiperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yangperbahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik ekuivalen, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indikator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warnaindicator disebut sebagai "titik akhir titrasi"
Dalam titrasi asam basa, zat-zat yang bereaksi umumnya tidak berwarna sehingga tidak diketahui kapan titik ekuivalen tercapai. Misalnya pada larutan HCl dan larutan NaOH, keduanya tidak berwarna dan setelah bereaksi, larutan NaCl yang terbentuk juga tidak berwarna. Untuk mengetahui bahwa titik ekuivalen pada titrasi telah dicapai, maka digunakan indikator atau penunjuk. Indikator ini harus berubah warna pada saat titik ekuivalen tercapai. Indikator asam basa adalah petunjuk tentang perubahan pH dari suatu larutan asam atau basa. Indikator bekerja berdasarkan perubahan warna indikator pada rentang pH tertentu. Kertas lakmus merupakan salah satu indikator asam basa. Lakmus merah berubah warna menjadi biru jika dicelupkan ke dalam larutan basa. Lakmus biru berubah menjadi merah jika dicelupkan ke dalam larutan asam. Terdapat beberapa indikator yang memiliki trayek perubahan warna cukup akurat akibat pH larutan berubah, seperti indikator metil jingga, metil merah, fenolftalein, alizarin kuning, dan bromtimol biru
Indikator asam basa umumnya berupa molekul organik yang bersifat asam lemah dengan rumus HIn. Indikator memberikan warna tertentu ketika ion H+ dari larutan asam terikat pada molekul HIn dan berbeda warna ketika ion H+ dilepaskan dari molekul HIn menjadi In–. Salah satu indikator asam basa adalah fenolftalein (PP), indikator ini banyak digunakan karena harganya murah. Indikator PP tidak berwarna dalam bentuk HIn (asam) dan berwarna merah jambu dalam bentuk In– (basa). Berikut struktur fenolftalein:
Terdapat berbagai jenis indicator yang dapat digunakan untuk melakukan titrasi asam basa, diantaranya adalah:
NAMA
pH RANGE
WARNA
TIPE(SIFAT)
Biru timol
1,2-2,8
merah – kuning
asam
Kuning metil
2,9-4,0
merah – kuning
basa
Jingga metil
3,1 – 4,4
merah – jingga
basa
Hijau bromkresol
3,8-5,4
kuning – biru
asam
Merah metil
4,2-6,3
merah – kuning
basa
Ungu bromkresol
5,2-6,8
kuning – ungu
asam
Biru bromtimol
6,2-7,6
kuning – biru
asam
Merah fenol
6,8-8,4
kuning – merah
asam
Ungu kresol
7,9-9,2
kuning – ungu
asam
Fenolftalein
8,3-10,0
t.b. – merah
asam
Timolftalein
9,3-10,5
t.b. – biru
asam
Kuning alizarin
10,0-12,0
kuning – ungu
basa
Contohnya : titrasi HCl menggunakan NaOH dapat menggunakan indicator yang mempunyai pH sekitar 7 misalnya fenol merah atau fenolftalein. HCl bereaksi dengan NaOH akan membentuk NaCl dan H2O yang bersifat netral. Contoh lain titrasi asam asetat menggunakan larutan NaOH dapat menggunakan indicator dengan pH sesuai garam Natrium Asetat yaitu pH 9-10 dapat menggunakan indicator pp.
Untuk analisis titrimetri atau volumetri lebih mudah jika menggunakan sistem ekuivalen, sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekivalen dari zat yang dititrasi = jumlah ekivalen zat penitrasi. Berat ekivalen suatu zat sangat sukar dibuat definisinya, tergantung dari macam reaksinya. Pada titrasi asam basa, titik akhir titrasi ditentukan oleh indikator. Indikator asam basa adalah asam atau basa organik yang mempunyai satu warna jika konsentrasi hidrogen lebih tinggi daripada sutau harga tertentu dan suatu warna lain jika konsentrasi itu lebih rendah.
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalen asam akan sama dengan mol-ekuivalen basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka rumus diatas dapat kita tulis sebagai:
NxV asam = NxV basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
nxMxV asam = nxVxM basa
keterangan :
N=Normalitas
V = Volume.
Salah satu contoh titrasi asam basa yaitu titrasi asam kuat-basa kuat seperti natrium hidroksida (NaOH) dengan asam hidroklorida (HCl), persamaan reaksinya sebagai berikut:
NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl (aq) + H2O(l)
Gambar 2.1 set alat titrasi
2.3 Macam Macam Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa dibagi menjadi lima jenis tergantung pada jenis asam dan basa yang direaksikan, jenis asam dan basa yang direaksikan akan mempengaruhi perubahan pH yang dapat digambarkan sebagai kurva titrasi yang dihasilkan dari plot antara pH dengan asam atau basa yang ditambahkan. Bentuk karakteristik dari kurva yang berbeda-beda menggambarkan perbedaan konsentrasi dan sifat kekuatan asam basanya,berikut ini merupakan jenis titrasi asam basa beserta kurva titrasinya :
Asam kuat - Basa kuat
Titrasi asam kuat-basa kuat contohnya titrasi HCl dengan NaOH. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl (aq) + H2O(l)
Ion H+ bereaksi dengan OH- membentuk H2O sehingga hasil akhir titrasi pada titik ekuvalen PH adalah netral.
Gambar 2.2.1 Kurva Titrasi Asam Kuat Basa Kuat
Asam kuat - Basa lemah
Titrasi ini ini Pada akhir titrasi terbentuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat. Contoh titrasi ini adalah asam asam klorida sebagai asam kuat dan larutan amonia sebagai basa lemah.dalam reaksi ini akan terbentuk garam yang bersifat asam.
NH4OH (aq) + HCl (aq) NH4Cl (aq) + H2O
Gambar 2.2.2 Kurva Titrasi Asam kuat – Basa Lemah
Asam lemah - Basa kuat
Titrasi Asam lemah-basa kuat contohnya adalah titrasi CH3COOH sebagai asamlemah dengan NaOH sebagai basa kuat sehingga membentuk garam yang bersifat basa. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut
NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O
Gambar 2.2.3 Kurva Titrasi Asam Lemah – Basa Kuat
Asam Lemah Basa lemah
Titrasi Asam lemah-basa lemah contohnya adalah titrasi CH3COOH sebagai asam lemah dengan NH4OH sebagai basa lemah sehingga membentuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah. Jika Ka > Kb kelarutan bersifat asam, jika Kb > Ka kelarutan bersifat basa. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut
CH3COOH + NH4OH CH3COONH4 + H2O
Asam kuat - Garam dari asam lemah
Titrasi Asam kuat-garam dari asam lemah contohnya adalah titrasi HCl sebagai asam kuat dengan NH4BO2 yang bersifat sebagai garam dari asam lemah. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut
HCl + NH4BO2 HBO2+ NH4Cl
Reaksi ion yang terjadi adalah H++ BO2- HBO2
5. Basa kuat - Garam dari basa lemah
Titrasi basa lemah dan asam kuat adalah analog dengan titrasi asam lemah dengan basa kuat, akan tetapi kurva yang terbentuk adalah cerminan dari kurva titrasi asam lemah dengan basa kuat. Sebagai contoh disini adalah titrasi NaOH yang bersifat basa kuat dengan CH3COONH4 yang merupakan garam dari basa lemah, dimana reaksinya dapat ditulis sebagai:
NaOH + CH3COONH4 CH3COONa + NH4OH
Reaksi ion yang terjadi OH-+ NH4- NH4OH
Preparasi Larutan
Unsur merupakan zat-zat yang tidak dapat diuraikan menjadi zat lain yang lebih sederhana oleh reaksi kimia biasa. Unsur berfungsi sebagai zat pembangun untuk semua zat-zat kompleks yang akan dijumpai. Senyawa merupakan zat yang terdiri dari dua atau lebih unsur dan untuk masing-masing senyawa individu selalu ada dalam proporsi massa yang sama. Unsur dan senyawa yang dianggap sebagai zat murni karena komposisinya selalu tetap. Sebaliknya, campuran komposisinya dapat berubah-ubah.
Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut.Pelarut yang umumnya digunakan adalah air. Untuk menyatakan banyaknya zat pelarut dan terlarut dikenal istilah konsentrasi. Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan beberapa cara seperti persen berat (% w/w), persen volume (%v/v), molaritas, molalitas, ppm, fraksi mol, dan lain-lain.
Persen berat, system ini menunjukan jumlah dari gram zat terlarut per seratus gram larutan. Secara matematis hal ini dinyatakan sebagai berikut :
P = ww+w0×100% …… (2.4.1)
dimana P adalah persen berat zat terlarut, w adalah jumlah gram zat terlarut, dan w0 adalah jumlah gram zat pelarut.
Persen volume, didefinisikan sebagai banyaknya ml zat terlarut dalam seratus ml larutan. Dapat dirumuskan menjadi :
% V = volume solutvolume solven×100 …(2.4.2) Molaritas, sistem konsentrasi ini berdasarkan pada volume dan dapat dipergunakan secara nyaman dalam prosedur laboratorium, dimana volume dari larutan adalah kuantitas yang diukur. Hal ini didefinisikan secara sisematis sebagai sebagai berikut: :
M = molvolume . ...(2.4.3)
Molalitas, didefinisikan sebagai jumlah mol solut per kg solven. Berarti merupakan perbandingan antara jumlah mol solute dengan massa solven dalam kg.
molalitas =gr solutMr×1000gr solven .…(2.4.4)
Terkadang analis menimbang sejumlah banyak sampel dari standar primer atau sesuatu yang belum diketahui, melarutkannya dalam satu labu volumetrik, dan mengambil sebagian larutan dengan menggunakan pipet. Porsi yang diambil dengan pipet ini dinamakan alikoat. Alikoat adalah seporsi dari keseluruhan yang diketahui, biasanya berupa beberapa fraksi yang sederhana. Proses pengenceran menjadi volume yang diketahui dan menghilangkan satu porsi titrasi dinamakan mengambil alikoat. Prosedur laboraturium dalam kimia analitik sering kali mensyaratkan pengambilan alikoat dari sebuah larutan standar dan mengencerkannya menjadi volume yang lebih besar dalam gelas volumetrik. Teknik ini terutama berguna dalam prosedur spektrofotometrik untuk menyesuakan konsentrasi zat terlarut sehingga galat pengukuran absorbansi larutkan dapat diminimalkan. Perhitungan yang melibatkan pengenceran bersifat langsung dan simpel. Karena tidak ada reaksi kimia terjadi, jumlah mol larutan dalam larutan asli harus sama dengan mol dalam larutan final
Pembuatan larutan CH3COOH
Menimbang labu takar 100 ml kosong (a gram), mengisi labu takar 100 ml dengan akuades sampai kira-kira ¾ nya. Kemudian menimbang kembali (b gram) dan mengukur suhunya (t1) Menimbang gelas ukur kosong (c gram), mengisi gelas ukur tersebut dengan larutan CH3COOH pekat 4 ml, kemudian menimbangnya kembali (d gram) dan mengukur suhunya (t2) Menuangkan CH3COOH pekat dengan perlahan-lahan dan hati-hati kedalam labu takar, dan menambahkan kembali sejumlah akuades hingga tanda batas. Mengocok campuran tersebut agar homogen. Menimbang kembali kembali campuran tersebut (c gram) dan mengukur suhunya kembali (t3)
Menentukan sifat pelarutan asam asetat dan konsentrasinya dalam satuan %(w/w), %(v/v), molaritas, molalitas, ppm, dan fraksi mol.
Pembuatan larutan NaOH
Menimbang Kristal NaOH 0,4 gram dan melarutkannya dalam beker glass dengan sedikit air kemudian memindahkan larutan tersebut kedalam labu takar 100 ml dan mengencerkan sampai tanda batas dengan menambahkan sejumlah akuades, kemudian mengocoknya supaya homogen. Menentukan konsentrasi NaOH yang dibuat dalam molaritas dan %(w/v).
Pengenceran larutan CH3COOH
Memipet 10 ml larutan CH3COOH yang telah dibuat pada prosedur 3.3.1. kemudian memasukkannya kedalam labu takar 100 ml dan mengencerkannya dengan menambah akuades sampai tanda batas pada labu takar 100 ml, dan mengocoknya supaya homogen. Menentukan konsentrasi CH3COOH hasil pengenceran.
2.5 Pembakuan Larutan
Larutan baku adalah suatu zat terlarut yang telah diketahui konsentrasinya. Terdapat dua macam larutan baku, yaitu:
Larutan baku primer
Larutan baku primer adalah suatu larutan yang telah diketahui secara tepat konsentrasinya melalui metode gravimetric. Nilai konsentrasinya melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu, contoh senyawa yang dapat digunakan sebagai larutan baku primer adalah Arsen Trioksida (As2O3), Kalium Hydrogen Phtalat (KHP), Natrium Klorida (NaCl), Natrium Karbonat
Zat yang dapat digunakan sebagai zat baku primer harus memenuhi persyaratan berikut:
memiliki kemurnian yang tinggi hampir 100%
bersifat stabil pada suhu ruang maupun pada suhu pemanasan, tidak higroskopis
memiliki berat molekul yang tinggi, untuk menghindari kesalahan dalam penimbangan
mudah larut sempurna dalam pelarutnya serta memiliki kelarutan tinggi
Larutan baku sekunder
Larutan baku sekunder adalah larutan yang konsentrasinya diperoleh dengan cara menitrasi dengan larutan baku primer, sifat larutan baku sekunder adalah mudah berubah, sehingga larutan baku sekunder harus dibakukan terlebih dahulu sebelum digunakan. Beberapa contoh larutan baku sekunder yaitu: NaOH, AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)
Pembuatan/penyediaan pereaksi atau larutan baku berkaitan dengan titrimetri. Titrimetri diterapkan untuk memperoleh pereaksi atau larutan yang konsentrasinya tidak dapat dipastikan secara langsung dari zat padatnya atau dengan kata lain konsentrasi dari pereaksi ini dapat diketahui dengan melalui proses pembakuan terhadap larutan baku primer.
Contoh proses pembakuan larutan yaitu pembakuan larutan HCl dengan larutan Natrium Tetraborat Dekahidrat (Na2B4O7.10H2O). Yang bertindak sebagai larutan baku primer adalah Na2B4O7.10H2O. Sebanyak 1,007 gram kemudian dilarutkan dengan aquades 100 mL. dipipet 10 mL larutan boraks dipipet dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer dan ditambahkan beberapa tetes indicator metil merah selanjutnya dititrasi dengan HCl 10,1 mL. Berapa konsentrasi larutan asam klorida (HCl)? Apabila diketahui Mr Na2B4O7.10H2O=381 gr/mol.
mol Na2B4O7.10H2O= 1,007 gram 381 gr/mol = 2,643x10-3 mol
M Na2B4O7.10H2O = 2,643x10-3mol0,1 L = 2,643x10-2 M
Volume larutan boraks = 10 ml
Reaksi yang terjadi :
Na2B4O7.10H2O + 2HCl 2NaCl + 4H3BO4 + 5H2O
mmol Boraks = V lar.boraks x M boraks
= 10 mL x 2,643x10-2 M = 2,643x10-1 mmol
Karena 1 mol Na2B4O7.10H2O ~ 2mol HCl maka:
mmol boraks = 12× mmol HCl
mmol HCl = 2 x mmol Na2B4O7.10H2O
= 2 x 2,643x10-1 mmol = 5,286 x 10-1 mmol
M HCl = 5,286 x 10-1 mmol10,1 mL = 0,0523 M
Contoh Analisis metode titrasi asam basa
Titrasi asam basa dapat digunakan untuk mengetahui kadar suatu zat di dalam sampel. Pada contoh berikut kami akan memberikan sebuah contoh aplikasi analisis titrasi asam basa yaitu untuk menentukan kadar H2SO4 didalam sampel Air aki.
Kristal KHP seberat 2,331 gram dengan Mr=204 gram/mol dilarutkan hingga 250 mL, kemudian dipipet 25 mL dan dititrasi dengan menggunakan larutan NaOH sebanyak v = 13,9 mL. larutan NaOH digunakan untuk menentukan kadar H2SO4 didalam Air Aki. 10 mL air aki di encerkan dengan 100 mL aquades di dalam labu ukur kemudian dipipet 25 mL dan dititrasi dengan NaOH volume = 19,3 mL. Berapakah kadar H2SO4 didalam air aki tersebut?
Langkah 1
Diketahui: w KHP = 2,331 gram
Mr = 204 gram/mol
V larutan= 250 mL = 0,25 L
V titrasi = 13,9 mL
V pipet = 25 mL
Ditanya: M NaOH?
Dijawab:
Mol KHP= MassaMr = 2,331 gr204 gram/mol = 0,011 mol
MKHP =molvolume=0,011 mol0,25 L=0,044 M
KH(C8H4O4)+NaOH KNa + H2O
Mol KHP ~ mol NaOH
Mmol NaOH = MKHP x Vpipet
= 0,044 M x 25 mL
= 1,15 mmol
M NaOH = mmolvolume=1,15 mmol13,9 mL=0.082 M
DAFTAR PUSTAKA
Chang,Raymond.2005.Kimia Dasar Jilid 2.Jakarta:Erlangga
Day dan Underwood.2002.Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.Jakarta:Erlangga
Ibnu,Sodiq.2005.Kimia Analitik I.Malang:UM Press
Keenan,dkk.1989.Kimia Untuk Universitas.Jakarta:Erlangga
Mulyono.2006.Teknik Membuat Reagen di Laboratorium.Jakarta:Bumi Aksara
Rocky.2012.Jenis-Jenis Titrasi. (http://rockychemistry.blogspot.com/2012/01/jenis-jenis-titrasi.html) Diakses pada tanggal 17 Desember 2012 pukul 14.00 wib
Rohman,Abdul.2007.Kimia Farmasi Analisis.Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Shofyan.2010.Larutan Baku.(http://forum.um.ac.id) diakses pada tanggal 17 Desember 2012 pukul 14.00 wib
Svehla,G.1985.Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semimikro Edisi Kelima.Jakarta:PT Kalman Media Pustaka
Wiliana,Anggi.2012.Titrasi asam Basa.(http://anggiwilianandini.wordpress.com/kimia-kelas-xi/larutan-asam-basa/titrasi-asam-basa/) Diakses pada tanggal 17 Desember 2012 pukul 14.00 wib