Terapi TMD
The anatomy of the temporomandibular joint.A, bilaminar zone; B, condylar head; C, mandibular eminence; D, glenoid fossa.
Tidak ada ”obat” untuk menyembuhkan kelainan TMD, orang dengan TMD mengontrol kelainannya kelainannya seperti pada orang dengan penyakit artritis atau diabetes melitus mengontrol penyakitnya. Tujuan ujuan utama utama dari dari mengo mengontr ntrol ol TMD adalah adalah mengur mengurang angii tekan tekanan an yang yang berlebih berlebihan an pada sendi, sendi, mengemba mengembalika likan n fungsi fungsi rahang, rahang, dan menjalan menjalanii aktivita aktivitas s sehari-hari dengan normal. Tujuan ini dapat dicapai dengan identifikasi semua faktor faktor yang yang membuat membuat TMD menjadi menjadi parah. parah. Terapi erapi TMD mirip mirip dengan dengan kelainan kelainan muskuloskeletal lainnya seperti rheumatoid artritis atau sidrom carpal tunnel. Seperti kebanyakan kondisi muskuloskeletal, tanda-tanda dan gejala TMD mungki mungkin n bersi bersifat fat tempor temporer er tanpa tanpa gejal gejala a yang yang seriu serius s berke berkepan panjan jangan gan.. Untuk Untuk alasan alasan ini, usaha khusus khusus harus harus dibuat dibuat untuk menghindar menghindarii terapi terapi yang radikal radikal seperti bedah, ortodonti.
Secara umum terapi TMD dibagi dua, yaitu secara konservatif dan bedah. Teknik
terapi konservatif
seperti
perubahan
tingkah
laku,
terapi
fisikal,
pengobatan, latihan rahang, dan aplikasi oral ortopedi telah terbukti merupakan terapi yang aman dan efektif pada kebanyakan pasien dengan TMD. Kebanyakan pasien TMD menghasilkan efek yang baik dengan terapi konservatif. Penelitian para ahli membuktikan bahwa lebih dari 50% pasien TMD tidak menampakkan gejala
TMD
lagi
setelah
menjalani
terapi
konservatif.
Terapi konservatif: 1.Patient self care Jika pasien mengalami TMD, ada beberapa cara untuk menjaga TMD tersebut tidak bertambah parah: •Batasi pembukaan rahang yang berlebihan • Istirahatkan rahang dengan cara menghindari pengunyahan yang berat (permen karet, daging keras) • Menghindari gerinda gigi dan bruksisme • Mengindari bersandar atau tidur dengan bertopang dagu • Menghindari kebiasaan menelan yang salah dan menggigit jari
2. Intrevensi tingkah laku Intervensi tingkah laku penting untuk membantu orang mengubah tingkah laku yang berbahaya atau kebiasaan jelek yang dapat menimbulkan rasa sakit. Tingkah laku yang berbahaya dan kebiasaan yang persisten seperti gerinda gigi atau menggigit kuku menyebabkan gejala TMD bertambah parah atau berkepanjangan. Mungkin orang-orang bisa melakukan kontrol tingkah laku dan kebiasaan jelek secara sendiri, tapi program pengubahan tingkah laku dan kebiasaan jelek penting untuk dikontrol oleh para ahli yang terlatih untuk jangka panjang. Program pengubahan tingkah laku dan kebiasaan jelek secara klinik meliputi program pengubahan kebiasaan, konsultasi gaya hidup, relaksasi progresif, autogenic training, hypnosis, dan biofeedback. Kombinasi terapi stres, progressive relaxation, mengubah gaya hidup, dan biofeedback
sering menampakkan hasil yang terbaik untuk jangka panjang.
3. Terapi fisikal Terapi fisikal dilakukan oleh terapis yang mempunyai ijin, terapi ini sering dikenal sebagai terapi yang efektif dan konservatif untuk kelainan muskuloskeletal seperti TMD. Terapi fisikal membantu untuk identifikasi dan mengurangi faktor-faktor kontribusi untuk masalah muskuloskeletal, mengurangi keradangan, mengembalikan fungsi, dan regenerasi jaringan yang rusak. Terapi fisikal meliputi latihan kepala, rahang, lidah, dan tulang belakang. Latihan yang dilakukan oleh dokter atau terapis penting untuk memperhatikan otot yang normal, fungsi sendi, kenyamanan, meningkatkan kekuatan otot, koordinasi yang normal, dan stabilisasi TMJ. Teknik secara manual menggerakkan rahang membantu untuk orang dengan keterbatasan dalam menggerakkan TMJ dan rasa sakit yang berhubungan dengan otot rahang, displacement disc, dan adesi pada sendi. Pasien biasanya harus menggunakan penghilang rasa sakit dan relaksasi otot sebelum terapis melakukan terapi. Terapi fisikal tipe lain yang digunakan untuk perawatan TMD adalah electroterapi, ultrasound, anastesi, peregangan, dan pemijatan.
4. Pengobatan TMD Medikasi sangat efektif untuk mengurangi rasa sakit dan keradangan. Obat yang paling efektif untuk terapi TMD meliputi non narkotik analgesik (asetaminofen), nonsteroidal anti inflamasi (aspirin, trisilate, ibuprofen), relaksasi otot (metokarbamol), tricyclic antidepressant (amitriptyline). Semua pengobatan mempunyai keuntungan dan efek samping. Penggunaan obat-obat tersebut di atas, memberikan efek yang sementara untuk meredakan rasa sakit, tidak dianjurkan untuk pengobatan jangka panjang.
5. Terapi oklusal Terapi oklusal bertujuan mengubah gigitan untuk mengurangi tekanan yang
berlebihan pada sendi. Terapi ini meliputi perawatan ortodontik, bedah, restorasi mahkota, selektif grinding. Maloklusi bukan merupakan penyebab utama dari TMD, mengubah gigitan untuk terapi TMD tidak terlalu penting, tapi dapat membantu untuk menstabilkan TMJ.
6. Aplikasi oral ortopedi Aplikasi oral ortopedi secara rutin digunakan untuk terapi TMD. Aplikasi oral ortopedi yang umum meliputi splint oklusal, orthotik, night guard atau aplikasi bruksisme. Aplikasi oral ortopedi biasanya terbuat dari akrilik, dapat dilepas, dan menutupi gigi rahang atas atau rahang bawah. Aplikasi oral ortopedi dirancang untuk meratakan tekanan pada oklusal, mengurangi gerakan pada rahang, mengurangi gerinda gigi dan bruksisme, mengurangi rasa sakit pada rahang dan otot. Semua aplikasi oral ortopedi harus secara berkala dikontroldan disesuaikan oleh dokter gigi yang ahli. Komplikasi seperti karies gigi, radang gusi, bau mulut, kesulitan bicara, kegoyangan gigi, dan ketergantungan secara psikologi dapat terjadi karena penggunaan aplikasi oral ortopedi yang berlebihan dan salah.
7. TMJ arthrocentesis Arthrocentesis juga dikenal sebagai aspirasi sendi, prosedur ini dilakukan oleh dokter gigi yang ahli. Prosedur ini menggunakan jarum yang steril dan spuit untuk mengeluarkan cairan di dalam sendi. Arthrocentesis terdiri dari penyuntikkan obat anastesi, kemudian sendi disuntikkan dengan larutan steril seperti ringer laktat solution. Efek dari arthrocentesis adalah untuk lubrikasi permukaan sendi dan mengurangi keradangan. Kortikosteroid atau anti inflamasi dapat disuntikkan pada sendi selama prosedur. Prosedur ini dapat meningkatkan rentang gerak rahang dan pada kasus tertentu dapat menghilangkan adesi fibrous yang dapat membatasi pembukaan rahang secara normal.
Terapi bedah Terapi ini dapat efektif untuk kelainan sendi spesifik untuk beberapa pasien. Bedah TMJ dipertimbangkan ketika terapi konservatif tidak menampakkan hasil. Prosedur terapi bedah meliputi 1. Closed surgical technique (arthroscopy) Terapi ini efektif dalam perawatan sendi dengan rasa sakit yang hebat dan hipomobilitas sekunder sampai displaced disc, fibrous adhesion, dan arthritis. Terapi arthroscopy ini sulit dilakukan karena keterbatasan peralatan dan keterbatasan pada sendinya. Pada penelitian menyatakan bahwa terapi arthrocentesis sama efektifnya dengan terapi bedah arthroscopy.
2. Open surgical technique (arthrotomy). Terapi ini diindikasikan untuk pemindahan fibrous adhesion yang parah, ankilosis (bony atau fibrous), tumor, dislokasi yang kronis, osteoarthritis parah, yang tidak merespon dari perawatan konservatif seperti pengobatan dan terapi fisikal. Terapi arthrotomy bervariasi dari pemindahan adhesion disc yang mudah atau penggantian seluruh sendi dengan cartilage dan bone graft atau implant vitalium metal. Pasien dengan TMD harus waspada bahwa tidak ada jaminan untuk keberhasilan terapi bedah dan harus mencari beberapa pendapat dari para ahli sebelum memutuskan terapi bedah TMJ. Gangguan Sendi Rahang
1. Ogus , H.D dan P.A. Toller. 1990 . Gangguan Sendi Temporomandibula. Hipokrates. Jakarta
2. http://goto.nucleusinc.com/generateexhibit.php? ID=8052&ExhibitKeywordsRaw=&TL=&A=1055