BAB II
LANDASAN TEORI
Tinjauan Pustaka
Radiasi Matahari adalah pancaran energi yang berasal dari proses thermonuklir yang terjadi di Matahari. Energi radiasi Matahari berbentuk sinar dan gelombang elektromagnetik. Spektrum radiasi Matahari sendiri terdiri dari dua yaitu, sinar bergelombang pendek dan sinar bergelombang panjang. Sinar bergelombang pendek berupa sinar X, sinar γ (gamma), sinar β (beta), sinar α (alpha) dan sinar netron dapat dihasilkan oleh radiasi gelombang elektromagnetik, sedangkan sinar gelombang panjang adalah sinar infra merah (Wanto & Arief, 1981).
Kelompok radiasi elektromagnetik terdiri dari 3 jenis yaitu radiasi ultraviolet (UV), cahaya tampak dan infra merah (IR). Spektrum sinar UV adalah elektromagnetik yang terlentang pada rentang panjang gelombang 100 nm-400nm yang dibagi atas menjadi sinar ultraviolet A atau UV-A (λ320-400 nm), sinar UV-B (λ280-320 nm) dan sinar UV-C (λ100-280 nm) (WHO, 2009).
Sumber radiasi UV alam adalah matahari, tetapi karena serapan atom oksigen sehingga membentuk lapisan ozon, maka radiasi matahari yang sampai ke bumi (terestrial) intensitasnya lebih rendah yang meliputi UV dengan panjang gelombang 290 –400 nm, sedangkan panjang gelombang yang lebih pendek diserap oleh lapisan atmosfer. Sebagai penyerap utama radiasi UV, lapisan gas ini berfungsi sebagai pelindung bumi dari pajanan sebagai radiasi UV yang lebih pendek dari 340 nm. Semakin berkurangnya lapisan ozon sebagai akibat dari pelepasan chloofluorocarbon (CFC) hasil buatan manusia ke atmosfer akan memperkecil tingkat proteksi ozon terhadap sinar UV dan menyebabkan tingkat kerusakan akibat pajanan radiasi UV semakin besar (De Grujl, 2000).
Sumber radiasi UV buatan manusia pada dasarnya terdiri dari 3 jenis yaitu incandescent, seperti lampu halogen tungsten, lampu neon, seperti seperti lampu intensitas tinggi yang digunakan pada industri untuk fotopolimerisasi dan lampu germisidal untuk sterilisali dan untuk mengelas metal; dan lampu UV seperti excimer laser (Alatas & Lusiyanti, 2001).
Lama penyinaran akan berpengaruh terhadap aktivitas makhluk hidup misalnya pada manusia dan hewan. Juga akan berpengaruh pada metabolisme yang berlangsung pada tubuh makhluk hidup, misalnya pada tumbuhan. Penyinaran yang lebih lama akan memberi kesempatan yang lebih besar bagi tumbuhan tersebut untuk memanfaatkanya melalui proses fotosintesis (Horn, 1999).
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja yang dimaksud Radiasi ultra ungu (ultraviolet) adalah radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang 180 nano meter sampai 400 nano meter (nm)
Sinar UV atau Ultraviolet adalah satu dari tiga jenis radiasi sinar matahari, dua lainnya adalah inframerah (yang memberikan panas) dan cahaya yang terlihat. Radiasi ultraviolet dibagi tiga jenis menurut panjang gelombangnya. UV-A memiliki panjang gelombang terpendek (100-290 nm), UV-B berpanjang gelombang sedang (290-320 nm) dan UV-C bergelombang terpanjang (320-400 nm). Semakin panjang gelombang sinar UV, semakin besar dampak kerusakan yang ditimbulkannya pada kulit.
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, Waktu Pemaparan Radiasi Sinar Ultra Ungu yang diperkenankan antar lain:
Masa pemaparan per hari
Iradiasi Efektif (IEff)
mW/cm2
8 jam
0,0001
4 jam
0,0002
2 jam
0,0004
1 jam
0,0008
30 menit
0,0017
15 menit
0,0033
10 menit
0,005
5 menit
0,01
1 menit
0,05
30 detik
0,1
10 detik
0,3
1 detik
3
0,5 detik
6
0,1 detik
30
Macam-macam sinar UV
Sinar UV-A
UV-A adalah sinar UV yang paling banyak menimbulkan radiasi. Sinar UV-A meliputi 95 persen radiasi yang mencapai permukaan bumi dan 30 50 kali lebih umum dari sinar UV-B walaupun kurang intens. Radiasi UV-A dulu diperkirakan memiliki efek yang kecil terhadap kerusakan kulit, tapi sekarang studi menunjukkan bahwa UVA merupakan penyumbang utama kerusakan kulit dan kerutan. UV-A menembus kulit lebih dalam dari UV-B dan bekerja lebih efisien. Radiasi UV-A menembus sampai dermis (lapisan kedua dari kulit) dan dapat merusak serat-serat yang berada di dalamnya. Kulit menjadi kehilangan elastisitas dan berkerut. Intensitas radiasi UV-A lebih konstan daripada UV-B (sepanjang hari). Selain itu, UV-A dapat menembus kaca.
Sinar UV-B
Sinar UV-B biasanya hanya merusak lapisan luar kulit (epidermis). Sinar ini memiliki intensitas tertinggi antara jam 10:00 dan 14:00 saat sinar matahari terang. Sebagian sinar UV-B matahari terblokir oleh lapisan ozon di atmosfer. UV-B tidak menembus kaca.
Dalam jumlah kecil, radiasi UV-B bermanfaat untuk sintesis vitamin D dalam tubuh, tetapi paparan berlebihan sinar ini dapat menimbulkan kulit kemerahan/terbakar dan efek berbahaya sintesis radikal bebas yang memicu eritema dan katarak. Sinar UV-B juga dapat menyebabkan kerusakan fotokimia pada DNA sel sehingga memicu pertumbuhan kanker kulit.
Sinar UV-C
Radiasi UV-C menimbulkan bahaya terbesar dan menyebabkan kerusakan terbanyak. Namun untungnya, mayoritas sinar ini terserap di lapisan ozon atmosfer. Dengan meluasnya kerusakan lapisan ozon karena pelepasan bahan kimia tertentu ke lingkungan (ozone depleting chemicals) seperti freon AC dan lainnya, dikhawatirkan akan banyak UV-C yang lolos ke bumi dan menimbulkan berbagai dampak merugikan pada manusia.
Menjadi penduduk daerah beriklim tropis seperti kita masyarakat Indonesia, memiliki banyak manfaat dari pada masyarakat yang tinggal di daerah beriklim sedang. Hal ini karena Indonesia berada diwilayah khatulistiwa yang selalu bermandikan sinar matahari sepanjang tahun. manfaat yang dapat diberikan dari sinar matahari antara lain : mengandung vitamin D, membentuk dan memperbaiki tulang, penawar infeksi dan pembunuh bakteri, meningkatkan kebugaran pernafasan, kekebalan, meredam kolesterol darah, Mengurangi gula darah. Karena manfaatnya itu ada baiknya buat kita menikmati sinar matahari pagi dengan berolah raga pagi seperti senam, joging, bersepeda dan lain sebagainya bersama teman dan keluarga.
Tahukah kamu bahwa dibalik itu tidak selamanya sinar matahari ramah dan memberi manfaat bagi kita. Ternyata banyak juga bahaya dibalik sinar matahari, berikut ini beberapa bahaya yang disebabkan dari kandungan sinar matahari khususnya radiasi sinar UV (ultra violet), antara lain :
Kulit Menghitam
Kita bahas dampak yang paling ringan terlebih dahulu, yaitu bila terkena sinar uv kulit dapat cepat menghitam. Dan jika tidak semua bagian tubuh kita terkena paparan sinar uv, maka kulit kita akan terlihat belang.
Rasa Perih
Jika disengat panas terik matahari saja kulit sudah terasa perih, apalagi kalau sinar uv. Karena cahaya yang berwarna ungut tersebut dapat menimbulkan rasa perih pada kulit dan gatal, dan bila digaruk kulit akan memerah dan bengkak. Tentunya hal seperti ini akan sangat mengganggu kesehatan kulit kita, dan jika dibiarkan bukan tidak mungkin kulit kita akan terkena masalah kulit lainnya.
Penuaan Dini
Ini merupakan hal yang paling menakutkan dari dampak buruk sinar uv, dimana kulit yang terus menerus terkena paparan sinar uv akan mengalami penuaan dini. Logikanya seperti daging yang dipanggang, yaitu butuh waktu sebentar untuk mematangkannya. Parahnya lagi bila yang mengalami penuaan dini tidak semua bagian kulit kita, pastinya akan semakin memperburuk penampilan kita kan…
Keriput
Kalau sudah mengalami penuaan dini, maka kita hanya akan menunggu kulit menjadi keriput. Dalam beberapa kasus, orang yang baru berusia 40 tahunan sudah memiliki kulit layaknya orang yang berusia 70 tahun. Tentunya hal ini tidak bagus untuk penampilan, karena kita akan terlihat jauh lebih tua daripada usia kita yang sebenarnya.
Kanker
Paparan radiasi UVA dan UVB yang terus menerus dapat menyebabkan degenerasi jaringan ikat dikulit seperti kanker kulit (fotokarsinogesis), dan imunosupresi dari transplantasi organ.
Kornea akan menunjukkan adanya infiltrat pada permukaannya, yang kadang-kadang disertai dengan kornea yang keruh dan uji fluorensin positif. Keratitis terutama terdapat pada fisura palpebra. Pupil akan terlihat miosis. Tajam penglihatan akan terganggu. Keratitis ini dapat sembuh tanpa cacat, akan tetapi bila radiasi berjalan lama kerusakan dapat permanen sehingga akan memberikan kekeruhan pada kornea. Keratitis dapat bersifat akibat efek kumulatif sinar ultra violet sehingga gambaran keratitisnya menjadi berat (Ilyas, 2004). Pada mata, sinar ultra violet juga dapat mengakibatkan fotoelektrika. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara menghindari kemungkinan mata terpapar sinar ultra violet dan menggunakan kacamata yang tidak tembus sinar tersebut (Budiono, 2003). Mata manusia sensitif terhadap kekuatan pencahayaan, mulai dari beberapa lux di dalam ruangan gelap hingga 100.000 lux di tengah terik matahari. Kekuatan pencahayaan ini aneka ragam yaitu berkisar 2000-100.000 di tempat terbuka sepanjang siang dan 50-500 lux pada malam hari dengan pencahayaan buatan. Penambahan kekuatan cahaya berarti menambah daya, tetapi kelelahan relatif bertambah pula. Kelelahan ini diantaranya akan mempertinggi kecelakaan. Namun meskipun pencahayaan cukup, harus dilihat pula aspek kualitas pencahayaan, antara lain faktor letak sumber cahaya. Sinar yang salah arah dan pencahayaan yang sangat kuat menyebabkan kilauan pada obyek. Kilauan ini dapat menimbulkan kerusakan mata. Sedangkan kelelahan mata dapat menyebabkan:
Iritasi, mata berair dan kelopak mata berwarna merah (konjungtivitis)
Penglihatan rangkap
Sakit kepala
Ketajaman penglihatan merosot, begitu pula kepekaan terhadap perbedaan (contrast sensitivity) dan kecepatan pandangan
Kekuatan menyesuaikan (accomodation) dan konvergensi menurun
(Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat, 1990).
Selain dampak bagi mata, Radiasi ultraviolet sesungguhnya berbahaya juga bagi kulit manusia Kulit manusia dilengkapi dengan perlindungan alami dari sinar matahari yaitu pigmen melanin. Kulit yang gelap menandakan kandungan pigmen dalam jumlah banyak, begitu juga sebaliknya. Semakin banyak pigmen, semakin kecil kemungkinan seseorang terkena kanker kulit karena pigmen berfungsi sebagai penangkal dampak sinar UV yang dipancarkan matahari. Sering beraktivitas di bawah sinar matahari tanpa pelindung kulit dapat menyebabkan kulit lebih cepat mengalami penuaan. Kulit jadi cepat berkerut dan timbul bercak-bercak hitam yang kita kenal sebagai flek hitam. Sinar UV juga bisa membuat kulit tidak mulus karena menebal atau menipis. Bisa juga muncul benjolan-benjolan kecil yang ukurannya bervariasi. Benjolan-benjolan atau flek pada kulit bisa berkembang menjadi tumor jinak bahkan kanker kulit. Khususnya pada orang yang banyak bekerja di bawah terik matahari. Pemaparan terus menerus misalnya pada pekerja sektor perindustrian yang jam kerjanya melebihi 40 jam/minggu dapat menimbulkan berbagai penyakit akibat kerja. Yang dimaksud dengan jam kerja adalah jam waktu bekerja termasuk waktu istirahat (Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat, 1990). Meskipun terjadi keanekaragaman jam kerja, umumnya pekerja informal bekerja lebih dari 7 jam/hari. Hal ini menimbulkan adannya beban tambahan pada pekerja yang pada akhirnya menyebabkan kelelahan.mental dan kelelahan mata.
Peraturan Perundang-undangan
Permenaker No 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2010 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan
5
4