KELA KE LAS S DA DAN N KON ONF FLIK KELAS DALAM MASYARAKAT NDUSTRI (CLASS AND CLA S CONF CONFLICT LICT IN INDU INDUSTRIA STRIAL L SO IETY) RALF DAHR HRENDO ENDORF
MATA K LIAH MASAL MASALAH-MA AH-MASALAH SALAH SOSIAL DOSEN PENGAMPU Dr. MUHAMMAD JACKY, M.Si.
A SANA EKO JULI PRIHANTO NIM.. 147 NIM 147885 885027 027 UNI ERSITAS NEGERI SURABAYA ROGRAM PASCASARJANA PRODI PEN IDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL 2015
Lah La hir irny nyaa Te Teor orii Ko Kon nfl flik ik ad adal alah ah mer erup upak akan an su sumb mban anga gan n ka kary ryaa te terrbe besa sarr para pencetus Sociological The
teori Study
Functions
bukunya
dalam
aliran
bahwa
sosiologi ahli
mereka
Social
Lewis (1956)
Conflict
bagian
naturalis
teori
dari sosiologi
lebih menekankan
sebagai suatu
terdahulu su sudah
masih tunduk
Bernard
ilmu
bukunya
dan Dahrendrof
dalam
merintis
pada
jalan
Konflik para
ini
pencetus
ide yang memandang
seperti
ilmu
alamo
konflik
namun
upaya
alamo Al A liran
klasik
teori
hukum-hukum
Teori
naturalis
pada
yang
dalam bukunya
Coser dengan
in In Indu dust stri rial al Society (1957).
Clas Cl asss Co Conf nfli lict ct
merupakan
(1975),
of Conflict
of
adalah
Pa ra
ini a nt nt ar ar a l ai a i n a da da la l a h Jessie
dari da ri
halnya
Teori konflik ini adalah me merupakan bagian dari Teori Sosiologi Mod Modem yakni para penganut Teori Sosiologis Naturalis.
Perlu diketahui bahwa para
pencet pen cetus us da dahu hulu lu ya yakn knii pa para ra pe peng ngan anut ut Al Alir iran an Na Natu tura rali liss te terd rdahu ahulu lu se seri ring ng te teri rika katt pa pada da idee yan id ang g me mema mand ndan ang g so sosi siol olog ogii se seba baga gaii su suat atu u il ilmu mu se sepe pert rtii ha haln lny ya de deng ngan an il ilmu mu-i -ilm lmu u Alam ad adal alah ah ilmu. Di Diaantara para ahl hlii sosiol olo ogi Nat atur ural aliis terdap apat at mere rek ka yan ang g meng me nggu guna naka kan n il ilmu mu fi fisi sika ka da dan n bi biol olog ogii se seba baga gaii mo mode del, l, ma maup upun un me mere reka ka ya yang ng te teri rika katt pad pa da ke kesa sattua uan n se sem mua il ilm mu, yak akni ni Il Ilm mu Al Alam am da dan n Il Ilm mu So Sosi sial al,, tan anpa pa me memb mbed edak akan an kedu ke dudu duka kan n se seti tiap ap il ilmu mu sa satu tu sa sama ma la lain in.. Ralff Ral membangun
Dahren Dah rendro droff men menggu ggunak nakan an teo teori ri perj perjuang uangan an Teori
Kelas
dan Pertentangan
Industri Kontemporer. Bagi Dahrendrof sarana-sarana produksi (seperti lebih
merupakan
untuk
menguasai
modern mod ern
pemilikan orang
baik bai k dal dalam am
pemerintahan
bebas
kekuas kek uasaan. aan. Dah Dahren rendrof drof
Perjuangan
pereko per ekonom nomian ian dan
kapital kapi talis is
total iter
meliha mel ihatt
tidak
bahwa bah wa
berada
oleh
yang
untuk unt uk
Masyarakat
berarti
dilakukan
kekuasaan
lain.
Marx Mar x
Kelasnya dalam
kelas
yang
Karll Kar
pemilikan Marx), tetapi
mencakup hak absah
kelas
dalam masyarakat
maupun mau pun kom komuni uniss di seputar
kelomp kel ompok-k ok-kelom elompok pok
dalam dal am
pengendalian perten per tentan tangan gan
sebagai
kelompok
para individu
yang
yang mampu
lahir
dari
kepentingan kepentingan
bersama
berorganisasi.
Teori Sosiologi Moderen , tetapi juga Ralf Dahrendrof seorang Sosiolog Jerman menyadur
pada tahun kembali
1957-1958
berkunjung
teori kelas dan konflik
ke Amerika
Serikat telah
kelas ke dalam Bahasa Inggris.
Seperti Coser, Dahrendrof merupakan seorang pengkritik fungsional struktural tradisional oleh karena gagal memahami masalah perubahan landasan
teorinya
Dehrendrof
sosial.
Sebagai
tidak menggunakan teori Simmel melainkan
membangun teorinya dengan setengah penolakan, separuh permintaan dan modifikasi teori sosiologi Karl Marx. Dahrendrof melihat teori konflik sebagai teori parsial, menganggap teori itu merupakan perspektif yang dapat dipakai untuk menganalisa fenomena
sosial
Dahrendrof
menganggap
masyarakat
berisi
ganda, memiliki sisi konflik dan sisi kerjasama (kemudian dia menyempumakan posisi ini dengan menyatakan bahwa segala sesuatu yang dapat dianalisa dengan fungsionalisme struktural dapat pula dianalisa dengan teori konflik. Dia menegaskan bahwa proses konflik sosial merupakan kunci bagi struktural sosial.
Kritik terhadap Teori Ralf Dahrendrof Walaupun dalam banyak hal teori Dahrendrof mirip dengan teori Lewis Coser. Dalam karyanya yang terkenal "Class and Class Conflict in Industrial Society" (1959) Dahrendrof menyatakan bahwa konflik hanya merupakan teori Partial. Bagi
Coser
dan Dahrendrof
dalam
analisa struktural sosial konflik
merupakan suatu fenomena yang harus diperhatikan. Persamaan diantara kedua ahli teori itu dan antara Dahrendrof dan kaum fungsional struktural lebih jauh dapat dilihat dalam anggapan dasar mereka tentang hakekat manusia, masyarakat dan arti penting Teori Sosiologi.
Dahrendrof telah menyiapkan suatu pembahasan eksplisif dari modal manusia yang dianggap sebagai esensi dari analisa sosiologis.Dia menyatakan bahwa semua orang yang dibahas oleh IImu Sosial merupakan makhluk abstrak yang artificial. Model-model yang demikian bermanfaat bagi suatu perburuan analisa ilmiah. Dahrendrof menyatakan bahwa peranan merupakan kunci dalam memahami manusia sosiologis. Setiap orang menduduki posisi sosial dan setiap posisi tersebut harus diperankannya. Dahrendrof menyatakan bahwa peranan merupakan kunci dalam memahami manusia sosiologis. Setiap orang menduduki posisi sosial dan setiap posisi tersebut harus diperankannya. Dahrendrof menyatakan bahwa setiap peranan sampai pada tingkat tertentu membiarkan pelakunya tetap bebas.Masyarakat menolong membentuk perilaku manusra, akan tetapi manusia itu sampai tingkat tertentu sebaliknya membentuk masyarakat. Peranan seorang ayah misalnya mencakup keharusan untuk memperlihatkan dan
sebagian
harus
bertanggung
jawab atas kebutuhan yang dipenuhi. Tetapi bagaimana kebutuhan tersebut dapat dipenuhi berbeda dari sati keluarga dengan keluarga yang lain tanpa ada ketentuan atau larangan dari masyarakat. Tetapi kebebasan atau fleksibilitas dapat diminati dan pelaksanaan semua peran yang kita miliki. Walaupun telah berpegang pada model ilmiah tentang manusia dan masyarakat Dahrendrof menyimpang dari sosiologi yang menekankan kebutuhan akan suatu sosiologi bebas nilai. Karena manusia sesungguhnya bukan hanya homo sociological, dia juga sebagai manusia moral dan dengan suatu pandangan bebas nilai atas lapangan mengkaji himbauannya terhadap sosiologi yang relevan menganggap seperti apa sebenamya masyarakat modem yang beradab dan terbuka (suatu tugas yang dianggap sebagai lapangan teori) dan tumbuhannya bahwa demikian ia dilengkapi dengan teori-teori adalah menjadi tugas sosiologi untuk mengambil bagian dalam proses perubahan realitas. Walaupun ketika menulis
tentang teori dia berbicara
seperti
seorang
pendeta
tetapi
teorinya
jelas
merupakan sumbangan penting bagi usaha yang patut dilakukan oleh seorang pendeta dalam menjelaskan struktural sosial. Terlepas dari hal itu mungkin terdapat jumlah
kelompok yang bertentangan yang tak dihitung dan pertentangan dari
antagonisme yang berbeda dengan pertentangan yang didasarkan atas struktur kekuasaan asosiasi. Dahrendrof mengakui bahwa penyebaran kelompok ekstrim
serta pertentangan
tersebut jarang
yang
sekali terjadi kenyataan. Biasanya
dalam masyarakat historis tertentu pertentangan yang berbeda saling tumpang tindihjadi dalam kenyataan medan pertentangan itu berada di beberapa arena yang dominan. Dahrendrof mengatakan bahwa kenyataan, status ekonomi dan status sosial walau bukan merupakan determinan kelas, demikian menurut istilah yang dia gunakan merupakan determinan kelas, demikian menurut istilah yang dia gunakan benar-benar dapat mempengaruhi intensitas pertentangan. Ia
pengetengahkan
proporsi sebagai berikut bahwa semakin rendah korelasi antara kedudukan dana aspek-aspek status sosial ekonomi lainnya, semakin rendah intensitas pertentangan kelas dan sebaliknya. Dengan perkataan lain kelompok yang menikmati status ekonomi relatif tinggi memiliki kemungkinan yang rendah untuk terlibat dalam konflik yang keras dengan struktur kekuasaan dari para mereka yang terbuang dari status ekonomi dan kekuasaan. Bagi Dahrendrof sama seperti Coser dalam masyarakat maka pertentangan itu tidak dapat dihilangkan. Pertentangan tersebut fungsional bagi perkembangan dan perubahan struktural sosial. Menurut Dahrendrof, bahwa analisis masyarakat dengan memakai segi pandangan
konflik,
bertitik
tolak
kenyataan
bahwa
anggotanya
dapat
dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu orang yang berkuasa dan mereka yang dikuasai.
B.
Teori Dahrendrof
1.
Teori Konflik dalam Masyarakat Industri
Walaupun
Dahrendrof
merupakan
seorang
tokoh pengkritik
fungsionalisme struktural dan merupakan citra diri ahli teori konflik. Menurut Dahrendrof
bahwa proses konflik
sosial merupakan kunci bagi struktur sosial.
Bersama dengan Coser maka Dahrendrof berperan sebagai corong teoritir utama yang menganjurkan agar perspektif konflik digunakan dalam rangka lebih
baik
fenomena
sosial.
Di
dalam melancarkan kritik
terhadap teori Karl Marx, Dahrendrof mendukung pernyataan
Marx.
Oleh
memahami
dan
sosiologis
menolak
beberapa
karena perusahaan sosial merupakan revolusi yang
diramalkan oleh Marx justru tidak terjadi industri. Lebih dari itu jelas bahwa kelaskelas sosial tidak lagi berdasarkan sebagaimana yang dinyatakan menerima
atas
oleh
pemilikan
Marx.
Walau
sarana-sarana demikian
ide pertentangan kelas sebagai satu bentuk konflik
produksi Dahrendrof
dan sebagai
sumber perubahan sosial. Kemudian ia memodifikasi teori pertentangan kelas Marx dengan memasukkan perkembangan-perkembangan yang terjadi akhir-akhir ini. Dahrendrof menyatakan bahwa ada dasar barn bagi pembentukan kelas, sebagai pengganti konsensi pemilikan sarana produksi Marx sebagai dasar perbedaan kelas itu. Dahrendrof
menyatakan
bahwa
hubungan-hubungan
kekuasaan
yang
menyangkut bawahan dan atasan menyediakan unsur-unsur bagi kelahiran kelas. Terdapat dikotomi antara mereka yang berkuasa dan yang dikuasai. Dengan kata lain beberapa orang turut serta dalam struktur kekuasaan yang ada dalam kelompok,
sedang yang tidak beberapa orang memiliki kekuasaan
sedang yang
lain tidak.
Dahrendrof (1950:173) mengangkut bahwa terdapat perbedaan diantara mereka yang memiliki sedikit dan banyak kekuasaan. Perbedaan dalam tingkat dominasi itu dapat dan selalu besar. Tetapi pada dasamya terdapat dua sistem kelas sosial yaitu mereka
yang
berperan
penguasaan dan mereka
serta
dalam
struktur
yang tidak berpartisipasi
Perjuangan
kelas yang
dibahas
kekuasaan
daripada pemikiran
industri modem pemilik
Dahrendrof sarana-sarana
sarana produksi
kekuasaan melalui
lebih produksi.
tidak
melalui
penundukan.
didasarkan Dalam
sepenting
pada
masyarakat
mereka
yang
melaksanakan pengendalian atas sarana itu. 2.
Kelompok Semu dan Kelompok Kepentingan
Dahrendrof berpendapat bahwa dalam setiap asosiasi yang ditandai oleh pertentangan
maka terdapat
struktur kekuasaan mengungkapkan
ketegangan
diantara
mereka
yang ikut dalam
dan yang tunduk pada struktur itu. Dahrendrof juga
bahwa
pertentangan
kelompok mungkin
paling mudah dianalisa bila dilihat sebagai pertentangan
mengenai legitimasi
hubungan-hubungan kelompok
ancaman
empiris
kekuasaan
penguasa
sementara
secara
dalam
merupakan
nilai
ideologi
kepentingan-kepentingan bagi ideologi
didalamnya.
Ketimpangan
setiap
keabsahan kekuasaannya,
kelompok
serta hubungan-hubungan yang
asosiasr, kepentingan
dimaksudkan
bawah melahirkan sosial yang terkandung
Dahrendrof mungkin bersifat
manifest, atau laten (kepentingan potensial). Kepentingan laten adalah tingkah laku potensi peranan psikologis, kekuasaan
yang telah
tertentu
tetapi
kecuali tetapi
kekurangannya.
ditentukan masih
mereka
sebagai
bagi seseorang karena
belum
menjadi kelompok
disadari.
Ini adalah
tujuan-tujuan mungkin
dia menduduki
yang tidak
mereka
perumusan memiliki
tidak menyadari
Hal ini merupakan tahun
1060-an
kelompok
kasus dari banyak kelompok
kesadarannya
kulit
hitam,
memuncak,
wanita,
suku
Indian
yang
tidak
disadari
kepentingan-kepentingan kepermukaan
telah
dalam bentuk tujuan-tujuan
ke permukaan
minoritas yang di
antara
dan
lain
Chicago.
atau
termasuk Demikian
laten
itu tampil
yang disadari atau laten itu tampil
dalam bentuk tujuan-tujuan
yang disadari
berkembanglah
organisasi-organisasi yang disebut Dahrendrof sebagai kelompok. 3.
Pertentangan-pertentangan Kelompok dan Perubahan Sosial
Menurut
Dahrendrof
(1959:206),
bahwa pertentangan
kelas harus
dilihat sebagai kelompok-kelompok
pertentangan
yang berasal dari struktur
kekuasaan
terkoordinir,
secara
asosiasi-asosiasi
kelompok
yang
yang
bertentangan
kelompok kepentingan,
itu
sekali
mereka
misalnya serikat
yang
akan terlihat dalam pertentangan
merupakan
akan terlembaga buruh
mengakibatkan
terse but perubahan
perubahan-perubahan kelas menengah
topik
lewat akan
terlibat
dalam
konkrit
dalam
bidang
sebagai
niscaya akan
antara buruh dan
permasalahan
Serikat-serikat
kelompok
ditetapkan
menimbulkan perubahan struktural sosial. Pertentangan manajemen
pasti
utama
Buruh.
bagi
Pada
gilirannya,
dalam
pertentangan
hukum
serta
sistem
baru, yang adalah merupakan
pelapisan
ekonomi
sosial.
suatu perubahan
Marx,
yang dan
Timbulnya struktural
yang berasal dari institusionalisasi pertentangan kelas. Dahrendrof
menegaskan
bahwa Teori Konfliknya merupakan model
pluralitas yang berbeda dengan model dua kelas yang sederhana dari Marx. Marx menggunakan
seluruh masyarakat sebagai unit analisa, dengan orang
orang yang mengendalikan
sarana produksi lewat pemilikan sarana tersebut atau
orang yang tidak ikut dalam pemilikan yang demikian. Manusia dibagi ke dalam
kelompok
punya
kekayaan
dan tidak.
dengan hubungan
Dalam
menggantikan
kekuasaan
sebagai
hubungan hubungan
inti dasar dari Teori Kelas
Dahrendrof (1959:213), menyatakan bahwa model dua kelas ini tidak dapat diterapkan tertentu tertentu
pada masyarakat
secara keseluruhan
yang ada pada suatu masyarakat; terdapat
menemukan
lima,
seratus
sepuluh
kelas
tetapi hanya pada asosiasi
bilamana
asosiasi,
pada suatu masyarakat
kita
seharusnya berharap
atau kelompok-kelompok
pertentangan dalam
pengertian studi ini. Terlepas dari hal itu mungkin terdapat jumlah kelompok pertentangan yang tidak dapat dihitung dan pertentangan dari antagonisme yang berbeda dengan pertentangan yang didasarkan atas struktur kekuasaan asosiasi. Dahrendrof mengakui bahwa penyebaran kelompok yang pertentangan
tersebut jarang
ekstrim
serta
sekali terjadi dalam kenyataan. Biasanya dalam
masyarakat historis tertentu pertentangan yang berbeda saling tumpang-tindih. Jadi dalam kenyataannya medan pertentangan itu berada di beberapa arena yang dominan. Dahrendrof menyatakan bahwa kekayaan, status ekonomi dan status sosial walau bukan merupakan determinan kelas, demikian menurut istilah yang ia gunakan
benar-benar
dapat
mempengaruhi
intensitas
pertentangan.
mengetengahkan proposisi sebagai berikut; bahwa semakin rendah korelasi
Ia
antara
kedudukan kekuasaan dan aspek-aspek status sosial ekonomi lainnya, semakin rendah intensitas pertentangan kelas dan sebaliknya. kelompok yang menikmati struktur
kekuasaan
dari
Dengan
perkataan
lain
status ekonomi relatif tinggi yang keras dengan para mereka yang terbuang dari status ekonomi dan
kekuasaan. Bagi Dahrendrof sama seperti Coser dalam masyarakat maka pertentangan itu tidak dapat dihilangkan. Pertentangan tersebut fungsional bagi perkembangan dan perubahan struktural sosial.
PEMBAHASAN
KELAS DAN
KONFLIK KELAS DALAM
MASYARAKAT INDUSTRI”
(CLASS AND CLA S CONFLICT IN INDUSTRIAL SO IETY) RALF DAHRENDORF
MATA K LIAH MASALAH-MASALAH SOSIAL DOSEN PENGAMPU Dr. MUHAMMAD JACKY, M.Si.
A SANA EKO JULI PRIHANTO NIM. 147885027 UNI ERSITAS NEGERI SURABAYA ROGRAM PASCASARJANA PRODI PEN IDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL 2015
Konflik merupakan gejala sosial yang serba hadir dalam kehidupan sosial, sehingga konflik
bersifat inheren artinya
konflik akan
setiap ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja.
senantiasa ada dalam
Dalam
pandangan
ini,
masyarakat merupakan arena konflik atau karena pertentangan dan integrasi yang senantiasa berlangsung. Oleh sebab itu, konflik dan integrasi sosial merupakan gejala yang selalu mengisi setiap kehidupan sosial. Hal-hal yang mendorong timbulnya
konflik
dan integrasi adalah adanya persamaan dan perbedaan
kepentingan sosial. Di dalam setiap kehidupan sosial tidak ada satu pun manusia yang memiliki kesamaan yang persis, baik dari unsur etnis, kepentingan, kemauan, kehendak, tujuan dan sebagainya. Dari setiap konflik ada beberapa diantaranya yang dapat diselesaikan, akan tetapi ada juga yang tidak dapat diselesaikan
sehingga
menimbulkan
beberapa
aksi
kekerasan.
Kekerasan
merupakan gejala tidak dapat diatasinya akar konflik sehingga menimbulkan kekerasan
dari
model
kekerasan
yang
terkecil
hingga peperangan.Istilah
“konflik” secara etimologis berasal dari bahasa Latin “con” yang berarti bersama dan “fligere” yang berarti benturan atau tabrakan. Pada
umumnya
istilah
konflik
sosial
mengandung
suatu
rangkaian
fenomena pertentangan dan pertikaian antar pribadi melalui dari konflik kelas sampai pada pertentangan dan peperangan internasional.
Coser
mendefinisikan
konflik sosial sebagai suatu perjuangan terhadap nilai dan pengakuan terhadap status
yang langka, kemudian kekuasaan
dinetralisir
dan sumber-sumber pertentangan
atau dilangsungkan atau dieliminir saingannya.Konflik
artinya
percekcokan, perselisihan dan pertentangan. Sedangkan konflik sosial yaitu pertentangan
antar
anggota
atau masyarakat
yang bersifat menyeluruh
dikehidupan. Konflik yaitu proses pencapaian tujuan dengan cara melemahkan pihak
lawan,
pengertian
tanpa memperhatikan norma dan nilai yang berlaku.Dalam
lain,
konflik
berlangsung dengan
adalah
melibatkan
merupakan
orang-orang
suatu
atau
proses sosial
yang
kelompok-kelompok yang
saling menantang dengan ancaman kekerasan.Menurut lawang konflik diartikan sebagai perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang langka seperti nilai, status, kekuasaan
dan sebagainya dimana tujuan mereka berkonflik itu tidak hanya
memperoleh keuntungan tetapi juga untk menundukkan pesaingnya. Konflik dapat diartikan
sebagai
benturan
kekuatan
dan
kepentingan
antara
satu
kelompok
dengan
kelompok
lain
dalam
proses
perebutan
sumber
kemasyarakatan (ekonomi, politik, sosial dan budaya) yang relatif terbatas.Dari berbagai pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa konflik adalah percekcokan, perselisihan dan pertentangan yang terjadi antar anggota atau masyarakat dengan tujuan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan dengan cara saling menantang dengan ancaman kekerasan.konflik sosial adalah salah satu
bentuk
interaksi
sosial
antara
satu pihak dengan pihak lain didalam
masyarakat yang ditandai dengan adanya sikap
saling
mengancam,
menekan,
hingga saling menghancurkan. Konflik sosial sesungguhnya merupakan suatu proses bertemunya dua pihak atau lebih yang mempunnyai kepentingan yang relative sama terhadap hal yang sifatnya terbatas Dalam bentuknya yang ekstrem, konflik itu dilangsungkan tidak hanya sekedar untuk mempertahankan hidup dan
eksistensi,
eksistensi
orang
akan
tetapi juga
bertujuan
sampai
ketaraf
pembinasaan
atau kelompok lain yang dipandang sebagai lawan atau
saingannya. Secara berbeda, Teori-teori Konflik, terutama teori-teori makro sosiologi karya Karl Marx, Georg Simmel, Max Weber sampai karya Randall Collins, Ralf Dahrendorf dan Lewis Coser, memandang konflik sebagai suatu bentuk interaksi manusia dalam membentuk sistem sosial. Konflik telah dipandang sebagai suatu gejala yang inheren di dalam masyarakat, karenanya konflik tidak dipandang sebagai suatu kondisi disfungsional bagi sistem sosial. Bahkan Simmel telah menekankan bahwa fenomena konflik adalah bentuk lain dari sosiasi, sama halnya dengan fenomena persatuan. Kedua-duanya merupakan bentuk sosiasi yang timbal balik. Sehingga, mengasumsikan konflik sebagai kondisi yang “abnormal” adalah suatu pandangan yang bias Teori konflik sebagian berkembang sebagai reaksi terhadap fungsionalisme structural dan akibat berbagai kritik seperti dibahas sebelumnya. Teori konflik brasal dari berbagai sumber,antara lain teori Marxian dan pemikiran konfliksosial dari simmel. Masalah mendasar dari teori ini adalah teori itu tidak pernah berhasil memisahkan dirinya dari akar structural fungsionalnya. Teori ini lebih merupakan sejenis fungsionalisme structural yang angkuh ketimbang teori yang benar benar berpandangan kritis terhadap masyarakat.
Karya Ralf Dahrendrof Beberapa
tahun
yang
lalu,
fungsionalisme
structural
adalah
teori
dominan dalam sosiologi. Teori konflik adalah teori yang sangat menetang, dan yang paling utama, menjadi alternatif menggantinya terhadap posisi dominan itu. Perubahan dramatis baru terjadi di tahun- tahun terakhir. Teori konflik ini sangatlah menjadi relevan di saat ia mengkritik bahwasanya suatu masyarakat jika selalu terjalani terhadap
fungsi
yang ada maka kemudian perubahan,
perkembangan cendrung lebih lambat. Karena salah satu tokoh Ralf Dahrendorf bahwasanya masyarakat itu tidak selalu seimbang akan tetapi akan mengalami perubahan pada masyarakat itu sendiri. Teori konflik ini berasal dari berbagai sumber yang lain seperti teori Marxian dan pemikiran konflik social dari Simmel. Pada tahun 1950-an dan 1960-an, teori konflik menyediakan alternatif terhadap fungsionalisme structural. Namun kemudian konflik ini tidak bisa menggantikan .masalah mendasar dalam teori konflik adalah teori ini tidak akan pernah berhasil memisahkan dirinya dari akar structural funsionalisme. Teori ini bisa dibilang merupakan sejenis funsionalisme structural yang angkuh ketimbang teori yang benar-benar berpandangan kritis terhadap masyarakatnya. Teori konflik bertujuan mengatasi watak yang secara dominan bersifat arbitrer.dari sebuah peristiwa yang tidak dapat dijelaskan, dengan menurunkan peristiwa-peristiwa itu dari elemen struktur social.dengan lain kata , menjelaskan proses-proses tertentu dengan bersifat ramalan. Konflik antara buruh dan majikan miming memerlukan penjelasan.tetapi yang lebih penting adalah menunjukkan bukti bahwa konflik yang demikian didasari oleh susunan structural tertentu,yang oleh karenanya dimanapuncendrung melahirkan susunan struktur yang telah ada. Mungkin saja dengan dibuatnya makalah tentang teori konflik ala Ralf Dahrendorf. Mampu memberi kontribusi bagi mahasiswa pada umumnya dan bagi kelompok kami khususnya. Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan. Namun kami optimis yang kami sajikan ini adalah merupakan gambaran besar tentang teori konflik ala Ralf Dehrehdorf. Untuk lebih jelasnya maka mari kita lihat pada pembahasan yang selalnjutnya. karya Ralf Dahrendorf dan Gagasannya Rafl Dahrendorf adalah salah seorang dari beberapa sosiolog Eropa yang hingga saat ini masih hidup dan dikenal meluas dan dihormati baik di Eropa maupun di
Amerika Serikat. Ia dikirim ke kamp konsentrasi, dan ia memperdalam lagi dibidang politik. Beliau adalah anggota demokrasi bebas dari Beden-Wiitemburg Landtag. Di tahun 1984 ia menjadi Profesor sosiologi pada Universitas Contance. Karya Ralf Dahrendorf dalam hal teori konflik menapilkan dua hal yang pokok. Pertama apa yang ia lukiskan sendiri sebagai teori teori tentang masyarakat yakni dengan meletakkan prinsip-prinsip umum pada penjelasan social. Dalam hal ini Dahrendorf menekankan pentingnya kekuasaaan dan akibat konflik yang sampai kapan pun tidak dapat dihindari. Seperti halnya Marx, perhatian yang kedua terhadap diterminan “konflik aktif ”. Seperti fungsionalis, ahli teori konflik berorientasi terhadap studi struktur dan institusi social. Sebenarnya sangat sedikit teori ini yang berlawana dengan secara lansung dengan pendirian funsionalis. Antitesis yang ditunjukkan oleh karya tokoh Dahrendorf ini ( 1958, 1959). Pendiri teori konflik dan teori fundionalisme. Dalam karyanya di sejajarkan. Menurt para fungsionalis, masyarakat adalah. Statis atau masyarakat berada dalam keadaan berubah secara seimbang. Akan tetapi menurut Dahrendorf, dan teori konflik yang lain, setiap masyarakat setiap saat tunduk pada proses perubahan. Funsionalis cendrung melihat masyarakat secara informal ialah diikat oleh norma, nilai dan moral. Sedangkan dalam pandangan teoritisi konflik apa pun keteraturan yang terdapat dalam masyarakat berasal dari pemaksaan terhadap anggotanya oleh mereka yang berada diatas. Dahrendorf ( 1959, 1968) adalah seorang tokoh utama yang berpendirian bahwa masyarakat itu memiliki dua wajah yaitu konflik dan consensus.di mana hal keduanya ini terkenal saling berlawanan saling mengkritisi tentunya ada kelemahan, kelebihan masing-masing. Keduanya ini dituntut untuk saling menguji diri. Adapun teori konflik harus menguji yang naman konflik kepentingan dan penggunan kekerasan yang mengikat
masyarakt
bersama
dihadapan tekanan itu. Teori consensus harus menguji nilai integrasi yang kemudian terbangun dalam masyarakat. Meski ada hubungan timbal balik antara konsensus dan konflik , Dahrendorf tetap optimis mengenai pengembangan teori sosiologi tunggal yang mencakup kedua prose situ. Dia menyatakan, Mustahil menyatukan teori untuk menerangkan masalah
yang telah membingungkan
pemikir sejak awal perkembangan filsafat barat ( 1959:164.) untuk itu maka kemudian guna menghindari dari teori tunggal itu Dahrendorf membangun teori konflik masyarakat.
Menurut
toritisi
konflik
bahwasanya
masyrakat
disatukan
oleh”
ketidakbebasan yang dipaksakan”. Dengan demikian, posisi tertentu di dalam masyarakat mendelegasikan kekuasaan dan otoritas terhadap posisi yang lain. Otoritas . Dahrendorf memusatkan perhatiaanya pada struktur social yang lebih luas. Inti tesisnya adalah gagasan bahwa berbagai posisi dalam suatu masyarakat mempunyai kualitas otoritas yang berbeda. Menurut Dahrendorf, tugas pertama analisi
konflik
adalah
mengidentifikasi
berbagai
peran
otoritas
didalam
masyarakat.karena memusatkan perhatian kepada struktur bersekala luas seperti peran otoritas. Dahrendorf ditentang perhatiannya
tingkat
oleh
para
peneliti
yang
memusarkan
individual. Dahrendorf, menyatakan bahwa masyarakat
tersusun dari sejumlah unit yang ia sebut asosiasi yang dikoordinasikan secara inperatif. Masyarakat terlihat sebagai asosiasi individu yang dikontrol oleh hierarki posisi otoritas. Otoritas dalam setiap asosiasi bersifat dikotomi, karena itu hanya ada dua, kelompok konflik yang dapat terbentuk didalam setiap asosiasi. Kelompok yang memegang
posisi
otoritas
dan
kelompok
subordinat
yang
memiliki
kepentingan tertentu Ada sebuah konsep kunci lain dalam teori konflik Dahrendorf , yakni kepentingan. Kelompok yang berada diatas dan yang berada sibawah. Didifinisikan berdasarkan kepentingan bersama. Untuk tujuan analisis sosiologis tentang kelompok konflik konflik kelompok, perlu menganut orientasi structural dari tindakan pemegang posisi tertentu. Dengan analogi terhadap orientasi kesadaran ( Subjektif) tampaknya dapat dibenarkan untuk mendiskripsikan ini sebagai kepentingan, asumsi kepentingan objektif yang diasosiasikan dengan posisi social tidak mengandung rimifikasi atau implikasi psikologis ini adalah termasuk dlam
level
analisi Sosiologis ( Dahrendorf, 1959:175) Dalam setiap asosiasi ,
orang yang berbeda pada posisi dominant berupaya mempertahankan Status Qou, sedangkan orang yang berbeda berada dalam posisi subordianat berupaya bagaimana bisa menciptakan perubahan.adapun konflik kepentingan akan selalu ada sepanjang waktu. Konflik kepentingan ini tidak perlu selalu disadari oleh pihak subordinat dan superordinat.karena individu tidak perlu selalu menginternalisasikan harapan itu atau tidak perlu menyadari dalam rangka bertindak untuk sesuai dengan harapan itu. Karena harapan yang disadari ini menurut Dahrendorf, disebut kepentingan tersembunyi. Kepentingan nyata adalah kepentingan tersembunyi yang telah
disadari. Dahrendorf melihat analisi hubungan antara kepentingan tersembunyi dan kepentingan
nyata.ini
sebagai
tugas
utama
teori
konflik.
Karena
walau
bagaimanapun actor tidak perlu menyadari kepentingan mereka untuk bertindak sesuai dengan kepentingan itu. Dahrendorf, membedakan tiga tipe utama kelompok. Pertama kelompok semu (quasiqroup) atau posisi dengan kepentingan yang sama” Dahrendorf, 1959:180. kelompok semu ini adalah calon anggota tipe kedua, yakni kelompok kepentingan. Dan kelompok yang kedua ini dilukiskan oleh Dahrendorf sebagai berikut. Mode perilku yang sma adalah karekteristik dari kelompok kepentingan yang
direkrut
dari
kelompok
yang
semu
yang
lebih besar.
Kelompok
kepentingan adalah kelempok dalam pengertian sosiologi yang ketat. Kelompok ini adlah agen riil dari konflik kelompok. Kelompok ini mempunyai struktur, bentuk organisasi, tujuan atau program dan anggota perorangan Dahrendorf, 1959: 180 Dari berbagai jenis kelompok kepentingan itulah muncul kelompok konflik atau kelompok
konflik
yang terlibat dalam konflik kelompok actual. Menurut
Dahrendorf , konsep kelompok kepentingan tersembunyi, kepentingan nyata, kelompok semu, kelompok kepentingan, dan kelompok kelompok konflik adalah konsep dasar untuk mnerangkan konflik social. Di bawah kondisi yang ideal.kemudian banyak factor lain yang ikut berpengaruh dalam proses konflik social. Dahrendorf menyebutkan kondisis-kondisi teknis seperti personil yang cukup, kondisi politk seperti situasi politk secara keseluruhan, dan kondisi dodial
seperti
keberadaan
social. Dahrendorf
tidak
yakin
bahwa
lumpen-
proletariat. Aspek terakhir teori konflik Dahrendorf, adalh hubungan konflik dengan perubahan. Dalam hal ini Denrendorf mengakui pentingnya pemikiran Lowis Coser. Yang memusatkan perhatiannya perhatiannya pada posisi konflik dalam mempertahankan Status Qou. Tetapi, Dahrendorf menganggap fungsi konservatif dari konflik hanyalah satu bagian realitas social; karena konflik juga menyebabkan perubahan dan perkembangan. Singkatnya Dahrendorf menyatakan bahwa segara setelah kelompok konflik muncul, kelompok itu melakukan tindakan yang menyebabkan perubahan dalam struktur social. Bila konflik itu hebat maka, perubahan yang terjadi adalah radikal. Akan tetapi bila konflik disertai tindakan kekerasan., akan terjadi perubahan struktur secara tiba-tiba. Apapun cirri konflik, sosiolgi harus mebiasakan diri dengan hubungan antara konflik dan
perubahan maupun dengan hubungan antara konflik dan Status Quo Kritik utama dan upaya untuk menghadpinya Teori konflik telah dikritik dengan berbagai alasan. Misalnya, teori ini diserang karena mengabaikan ketertiban dan stabilitas, sedangkan funsionalisme structural dikritik karena mengabaikan konflik dan perubahan. Teori dikritik
karena
beridialogi
konflik
radikal.,sedangkan funsionalisme dikritik karena
idealoginya konservatif. Teori konflik Dahrendorf menjadi subjek dari sejumlah analisis kritis ( misalnya, analisis Hazelrigg, 1972; Turner, 1973; Weingart, 1969), termasuk pemikiran kritis oleh Dahrendorf sendiri. (1968).Hasil kritis ini sebagai berikut.Pertama, model Dahrendorf tidak secara jelas mencerminkan pemikiran Marxian seperti
yang
ia
nyatakan.
Sebenarnya
teori
konflik
ini
adalah
terjemahan dari teori Marxian dalam Sosiologi. Kedua, seperti yang telah dicatat, teori konflik lebih banyak kesamaannya dengan fungsionalisme structural ketimbang dengan teori Marxian. Penekanan Dahrendorf pada sistem social ( asosiasi yang dikoordinasikan secara paksa), (Turner, 1975,1982). Ketiga, seperti fungsionalisme structural,teori konflik hampir seluruhnya bersifat makroskopik dan akibatnya sedikit pemikiran
sekali
dan
yang
ditawarkan
kepada
kita
Di
dalam
antara
memahami
tindakan individu.Ada beberapa usaha Dahrendorf dalam
melakukan penyangkalan parsial teori marx. Menunjukkan terjadi
untuk
suatu
perubahan
masyarakat perubahan
industri itu
semenjak
ialah:
1.
perubahan
yang
abad kesembilan belas.
dekomposisi
modal,
2.
dekomposisi tenaga kerja 3. timbulnya kelas menengah baru. Menurut Dahrendorf bila kita tertarik pada konflik, kita dapat menggunakan konflik; bila kita ingin meneliti ketertiban, kita harus menggunakan perspektif Funsional. Akan tetapi pendirian ini tidak memuaskan karena ada tuntutan yang sangat besar terhadap perspektif teoritis yang mampu menerangkan konflik dan menerangkan ketertiban sekaligus.kritik yang dilancarkan pada teori keduanya itu. Maupun kekurangan yang melekat pada masing-masing teori tersebut. Kemudian menghadirkan upaya bagaimana
mengatasi
masalah
keduanya
dengan
merekonsiliasi
atau
mengintegrasikan kedua teori itu. Asumsinya adalah bahwa dengan kombinasi maka teori keduanya akan lebih kuat ketimbang masing-masing berdiri sendiri.
Adapun karya yang paling terkenal yang mencoba mengintegrasika
keduanya
adalah Lewis Coser, The Function of Sosial Conflit ( 1956) Pemikiran awal tentang fungsi konflik social berasal dari Georg Simmel, tetapi diperluas oleh coser. ( Jaworski,1991).yang menyatakan bahwa konflik dapat membantu mempererat kelompok yang terstruktur secara longgar. Mayarakat
yang
mengalami
disintegrasi,
atau
masyarakat
yang
mengalami konflik dengan masyarakat lain.dapat memperbaiki kepaduan integrasi. Konflik dengan satu kelompok dapat membantu menciptakan kohesi aliansi dengan kelompok lain. Contoh, konflik dengan arab menimbulkan alienasi Israil dan Amerika serikat. Berkurangnya konflik antara israil dengan Arab mungkin dapat memperlemah
hubungan
antara
Israil
dan
Amerika
Serikat.
dalam
satu
masyarakat, konflik dapat membangkitkan peran individu yang semula terisolasi. Konflik dan Konflik Industrial Marx dari
perubahan
yang
terjadi
dalam
mengakui bahwa konflik bersumber
Model
produksi (mode of production),
komunis primitif, kuno, feodal, kapitalis dan komunis. Model produksi (mode of production)
terdiri
atas
kekuatan
produksi
(forces
of
production)
dan
hubungan/relasi produksi (relations of production). Kekuatan produksi meliputi sarana produksi (means of production) yaitu bahan mentah dan alat produksi (instrument of production) atau sarana/alat produksi yang mengolah. Kekuatan produksi menghasilkan komoditas yang dibutuhkan masyarakat pada waktu itu, dan kekuatan produksi ini akan menentukan bentuk hubungan/relasi produksi. Hanya ada dua kelompok dalam relasi produksi ini, yaitu kelompok yang memiliki/pemilik dan kelompok yang tidak memiliki/bukan pemilik. Inilah yang oleh Marx disebut struktur kelas. Pemisahan antara kelompok sosial yang menghasilkan profit – dan karenanya menguasai kapital- dan kelompok sosial yang hanya mampu menjual tenaga kerja saja, menentukan hubungan kelas, yang menjadi basis eksploitasi dan konflik sosial dalam masyarakat modern. Di dalamnya menyangkut relasi sosial : pertama, hubungan-hubungan produksi yang bersifat primer seperti hubungan buruh dan majikan; kedua, hubungan-hubungan produktif yang bersifat sekunder seperti serikat buruh, asosiasi pemilik modal dan pola-pola dasar kehidupan keluarga yang berkaitan erat dengan sistem produksi kapitalistik; ketiga, hubungan-hubungan politik dan sosial yang bersumber dari hubungan produksi primer dan sekunder,
lembaga-lembaga pendidikan,
dan
lembaga-lembaga
sosial
lainnya
yang
mencerminkan hubungan buruh dan majikan. Itulah pandangan teori Marxian. Sementara konflik adalah terbangunnya hubungan-hubungan beberapa pihak dalam arena dan struktur sosial tertentu akibat adanya perbedaan kepentingan dan tujuan sebagai bentuk penerjemahan
kebutuhan yang
diperjuangkan secara
individual dan maupun kolektif (Susan, 2009, Bartos and Wehr, 2003; Burton, 1990) Dahrendorf
berpendapat
bahwa,
konflik
hadir dalam masyarakat dan
konteks wilayah sosial (social field) yang mana ada hubungan-hubungan sosial khusus seperti arena sosial pertentanggaan, arena sosial sekolah, arena sosial perkantoran, dan arena sosial industri. Dahrendorf menyebutnya sebagai “integrated into a common frame of reference“
(Dahrendorf,
1959:
165).
memiliki karakter sosiologis dan seperti
pada
usaha
pemecahan
Berbagai
dimensi
konflik
tersebut
dinamika yang unik. Pada level praktis masalah, setiap konteks dimensi konflik
membutuhkan model pengelolaan konflik yang spesifik juga. Dalam kaitannya dengan konflik dalam konteks wilayah sosial industri, Ralf Dahrendorf melalui buku
fenomenalnya
mengenai Conflict
and
Industrial
Conflict (1959)
memperlihatkan bagaimana konflik industrial terbangun melalui proses dari ketidakpuasan individual buruh, menuju pada ketidakpuasaan kolektif yang tidak teroganisir, dan sampai pada tingkat pengorganisasian ketidakpuasan kolektif buruh dalam rangka perjuangan untuk mencapai tujuan. Menurut Dahrendorf, otoritas tidak konstan karena terletak pada posisi, bukan dalam diri orangnya, sehingga seseorang yang berwenang dalam suatu lingkungan tertentu tidak harus memegang posisi otoritas di dalam lingkungan yang lain, begitu pula orang yang menempati posisi subordinat dalam suatu kelompok belum tentu subordinat pada kelompok lain. Pendapat ini berasal dari argumen Dahrendorf yang menyatakan bahwa masyarakat tersusun dari sejumlah unit yang disebut asosiasi yang dikoordinasikan secara imperative atau dikenal dengan
ICAs (Imperatively Coordinated Associations).
dikoordinasikan
secara
imperative
(ICAs) terbangun
Asosiasi
dalam
suatu
yang proses
sosiologis yang spesifik dan sistematis dalam satu wilayah sosial. Pada awalnya di dalam suatu wilayah sosial, seperti perusahaan, para buruh yang berada pada posisi diatur dan disubordinasi (the ruled class) mulai mendapatkan kesadaran bahwa posisi dan hak mereka tertindas. Walaupun demikian mereka
belum mempunyai dan
membangun kepentingan melakukan perubahan posisi ketertindasan tersebut. Mereka hanya memiliki kepentingan (latent interest), yaitu berada di level individu, muncul di bawah sadar. Kepentingan semu tidak hanya terbatas pada satu individu buruh, namun tersebar pada mereka yang merasa ditindas sebagai kelompok subordinasi.
Sehingga
menciptakan
kelompok
semu
pula
(quasi
gilirannya
mulai
kepentingan
yang
groups). Kepentingan mengalami
semu dari
aktualisasi
secara
kelompok kolektif
semu
pada
menuju menjadi
terwujudkan (manifest interest). Proses penyadaran dilakukan oleh beberapa orang yang terlebih dulu mengerti kepentingan yang harus diperjuangkan. Merekamenciptakan
kelompok
yang
benar-benar
sadar
pada
kepentingan
bersama dan perlu diperjuangkan. Proses ini menumbuhkan bentuk kesadaran pada kepentingan yang nyata, yaitulepas dari ketertindasan. Pada fase inilah terjadi
proses
pembentukan
kelompok
terorganisir, kelompok
kepentingan
(interest groups), (ICAs) yang siap melakukan gerakan perlawanan terhadap posisi dominan kelompok teorganisir lainnya. Seperti kelompok terorganisir buruh terhadap kelompok terorganisir pengusaha Dalam konteks yang lebih besar, konflik industrial melibatkan pihakpihak
yang
membawa
angka
kepentingan
dan
tujuan
yang
saling
berseberangaan. Laporan penelitian berjudul Pemetaan dan Penyusunan Model Penyelesaian Konflik Industrial memperlihatkan bahwa isu-isu yang dominan dalam konflik industrial adalah upah dan status buruh kontrak. Pihak-pihak yang terlibat dalam konflik industrial adalah buruh berhadapan dengan pengusaha dan pemerintah.
Posisi
buruh
cukup
lemah
karena
perusahaan
mendapatkan
dukungan dari pemerintah melalui kebijakan-kebijakan yang menguntungkan perusahaan.