7
Tugas Kelompok I_Mata Kuliah Kependudukan_Critical Review Teori Marxist
Tugas Kelompok I
Mata Kuliah Kependudukan
Critical Review Teori Marxist
r
Nama Kelompok I :
Rizqia Mintarsih (3612100010)
Rachman Adhi Nugroho (3612100014)
Amelia Puspasari (3612100019)
Ariska Ciptaning W.A (3612100022)
Dita Suwirni Maswan (3612100049)
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2013
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmat, kemudahan, kelancaran dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Critcal Review Teori Marxis" dapat terselesaikan.
Tugas ini merupakan syarat wajib bagi mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dalam penyelesaian mata kuliah Kependudukan. Makalah ini juga berisi tentang tokoh teori marxist, penjelasan dan argumentasi dalam teori marxis, isu teori marxist, asumsi teori marxist, kritik teori marxis, dan relevansi teori marxist dengan perkembangan kependudukan terkini.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa penulisan dan penyusunan ini masih jauh dari sempurna, mengingat terbatasnya waktu dan kemampuan penulis. Kritik dan saran sangat diperlukan untuk dijadikan sebagai acuan tugas-tugas selanjutnya.
Dalam penyelesaian penulisan makalah ini penulis tidak lepas dari bantuan semua pihak yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, sarana dan prasarana selama penulisan makalah ini. Atas semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan semoga atas bantuan yang telah diberikan selama penulisan dan penyusunan makalah ini mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Surabaya, September 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan 5
1.4 Manfaat Penulisan 5
1.5 Sistematika Penulisan 5
BAB II PEMBAHASAN 6
2.1 Tokoh Teori Marxis 6
2.2 Penjelasan dan Argumentasi dalam Teori Marxis 10
2.3 Isu Teori Marxis 11
2.4 Asumsi Teori Marxis 12
2.4 Kritik Teori Marxis 12
2.5 Relevansi Teori Marxis dengan Perkembangan Kependudukan Terkini 13
BAB III KESIMPULAN 14
3.1 Kesimpulan 14
3.2 Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Munculnya teori penduduk berkaitan tentang pertumbuhan penduduk yang demikian cepat dan dampak yang dimbulkan. Berdasarkan beberapa catatan kependudukan dunia, sejak tahun 1650 laju pertumbuhan penduduk dunia meningkat dengan cepat, terutama di negara-negara Eropa, USA, Amerika Tengah dan Amerika Selatan, dalam 2 abad jumlah penduduk bertambah 3 kali lipat. Misalnya pada tahun 1650 jumlah penduduk berjumalah 113 juta jiwa dan pada tahun 1850 menjadi 325 juta jiwa. Untuk Asia dan Afrika dalam jangka waktu yang sama jumlah penduduk menkadi 2 kali lipat, misalnya pada tahun 1650 jumlah penduduk 430 juta dan pada tahun 1859 menjadi 844 juta jiwa. Dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dunia menyebabkan jumlah penduduk menigkat dengan cepat dan dibeberapa bagian dunia telah terjadi kemiskinan dana kekurangan pangan.
Tingginya laju pertumbuhan penduduk di beberapa bagian dunia ini menyebakan jumlah penduduk meningkat dengan cepat. Di beberapa bagian di dunia ini telah terjadi kemiskinan dan kekurangan pangan. Fenomena ini mengelisahkan beberapa ahli, dan masing-masing dari mereka berusaha mencari faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan tersebut. Kalau faktor-faktor penyebab tersebut bisa ditemukan maka masalah kemiskinan akan dapat diatasi.
Teori-teori kependudukan tersebut terbagi menjadi teori kependudukan awal dan teori kependudukan modern. Teori-teori kependudukan awal yang dikemukakan oleh para ahli, lebih memungkinkan dalam mengendalikan pertumbuhan penduduk terutama di negara-negara yang sudah berkembang. Dengan teori mereka tentang kependudukan, mereka mampu menjawab dan menggambarkan bagaimana kondisi terkait isu kependudukan yang terjadi dewasa ini. Salah satu teori yang fenomenal adalah teori. Teori kependudukan aliran marxis dipelopori oleh Karl Marx dan Friedlich Engels. Teori kependudukan ini menyatakan bahwa masalah kemiskinan di sebuah negara disebabkan bukan karena tekanan penduduk terhadap makanan tetapi tekanan penduduk terhadap kesempatan kerja. Adapun memalui makalah ini akan dibahas lebih lanjut tentang teori Marxisme tersebut.
Rumusan Masalah
Pada pembahasan makalah ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut :
Siapakah tokoh dibalik teori marxis?
Bagaimanakah penjelasan dan argumentasi dari teori marxis?
Bagaimanakah isu teori marxis?
Bagaimanakah kritikan terhadap teori marxis?
Bagaimana relevansi teori marxis dengan perkembangan kependudukan terkini?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah :
1.3.1 Sebagai salah satu prasyarat tugas mata kuliah kependudukan.
1.3.2 Mengetahui tentang tokoh dibalik teori marxis
1.3.3 Mengetahui bagaimana penjelasan dan argumentasi dalam teori marxis
1.3.4 Mengetahui isu-isu terkait tentang teori marxis
1.3.5 Mengetahui asumsi dari teori marxis
1.3.6 Mengetahui kritik-kritik yang disampaikan untuk teori marxis
1.3.7 Mengetahui bagaimana relevansi teori marxis dengan perkembangan kependudukan terkini
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan ini adalah :
1.4.1 Membantu mahasiswa dalam memahami tokoh dibalik teori marxis, penjelasan dan argumentasi dalam teori marxis, isu teori marxis, asumsi teori marxis, kritik teori marxis, dan relevansi teori marxis dengan perkembangan kependudukan terkini.
1.5 Sistematika Penulisan
Pada makalah ini terdapat tiga bab yang berguna untuk mempermudah dalam memahami isi dari makalah ini secara keseluruhan tentang critical review teori marxist.
Bab I merupakan bab pendahuluan dari makalah ini. Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, serta sistematika penulisan dari tugas kependudukan tentang critical review teori marxist.
Bab II merupakan bab pembahasan dari makalah ini. Bab ini berisikan pembahasan tentang tokoh teori marxist, penjelasan dan argumentasi dalam teori marxis, isu teori marxist, asumsi teori marxist, kritik teori marxis, dan relevansi teori marxist dengan perkembangan kependudukan terkini.
Bab III merupakan bab kesimpulan. Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari critical review teori marxis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tokoh Teori Marxis
Tokoh-tokoh yang merumuskan teori marxis adalah Karl Marx dan Friedrich Engels. Berikut deskripsi tokoh-tokoh penggagas teorimarxis :
2.1.1 Karl Marx
Karl Marx, lahir pada tanggal 5 mei 1818 di kota Trier daerah Rhein, di Prusia Jerman. Karl Marx mewarisi kecerdasan yang luar biasa dari kedua orang tuanya. Ayahya Hendrich Marx dan ibunya Henriette. Keduanya berasal dari Rabbi Yahudi. Kendati demikian Marx besar melalui proses pendidikan sekuler dan kemudian menjadi pengacara ternama dan melangsungkan perkawianan dengan Jenny Von Westphalen seorang aristokrat non Yahudi, dan hidup bersamanya sepanjang hidupnya dan sejak kecil.
Masa kuliah, Karl Marx dipengaruhi Hegelianisme yang masih berjaya, disamping oleh pemberontakan Feuerbach terhadap Hegel menuju materialisme. Ia terjun ke dunia jurnalisme dan sebentar menjadi direktur Rheinische Zeitung di Cologne. Pandangan politiknya yang radikal menyeretnya dalam rupa-rupa kesulitan dan memaksa pindah ke Paris. Jurnal yang ia sunting, diboikot oleh pemerintahan lantaran pemikiran yang radikal. Di situlah dia mula pertama bertemu dengan Friederich Engels.
Pengalaman keagamaan Karl Marx sedikit unik,. Pada usia 6 tahun, Karl Marx sekeluarga dibabtis sebagai penganut Protestan pada Gereja Luteran. Upaya ini dilakukan sebagai strategi politik, karena tekanan politik penguasa. Bahwa keinginan ayahnya untuk menjaga pemapanan sosial ekonominya melalui profesional sebagai pengacara. Tapi bagi Karl Marx, proses keberagamaan ayahnya yang lebih dipengaruhi oleh kesadaran politik sangat mengganggu sikap mental atau kesadaran kejiwaan Karl Marx.
Bagi Karl Marx, agama bukanlah merupakan persoalan essensial dalam kehidupan. Anggapan Marx, kepercayaan agama tidak memberikan pengaruh paling penting terhadap perilaku kehidupan manusia, namun sebaliknya justru perkembangan agama di pengaruhi oleh situasi sosial ekonomi manusia.
Setelah Karl Marx menyelesaikan belajarnya di usia 18 tahun, ia hijrah dari daerah kelahirannya (Trier) menuju Berlin untuk melanjutkan studinya di universitas Berlin tahun 1836. Dan pada tahun 1841 Marx menyelesaikan studi dengan desertasi doktornya berjudul filsafat epikuros, dan dipromosikan menjadi doktor filsafat.
Sebagai seorang mahasiswa, Karl Marx sangat mengagumi pemikiran dari ajaran Hegel. Karl Marx mengkaji secara intensif terhadap pemikiran analisis idealisme Hegel dipengaruhi oleh pengetahuannya mengenai ide-ide pengikut Hegelian yang kritis juga pada Hegel sendiri. Kemudian dalam mengembangkan posisi teoritis dan fillosofisnya sendiri, Marx tetap menggunakan bentuk analisa dialektika, tapi dia menolak idealisme filososfis dan mengganti dengan pendekatan materialistis.
Pemikiran Karl Marx tentang dialektika materialisme dan materialisme historis yang dikembangkan oleh pengikutnya menjadi marxisme banyak berkembang diberbagi Negara. Di Amerika Serikat misalnya, sebagai pusat gerakan demokrasi liberal juga berkembang pemikir-pemikiran ilmiah marxisme, sebagai contoh tidak sedikit para profesor mengembangkan antropologi marxisme, sosiologi marxisme. Dengan ini ajaran Karl Marx yang telah distruktur menjdi ideologi marxis, seakan-akan menjadi paradigma yang cukup dominan di dalam perkembangan ilmu-ilmu sosial modern.
Karl Marx sebagai ilmuan besar dan filosof besar abad 19, merumuskan tiga teori yang menjadi kerangka dasar bangunan sistem ilmu pengetahuan dan politik. Menurut Sidney Hook ada tiga pemikiran besar Karl Marx yang mempengaruhi perkembangan masyarakat.
Materialime Historis (dialektika), sekalipun segala sesuatu dalam masyarakat saling berhubungan dan berbagai hal saling mempengaruhi, kunci atau basis dalam masyarakat adalah cara produksi ekonomi.
Teori perjuangan kelas, yang dikemukakan pada bagian pertama karya Karl Marx, Manifesto Komunis, semua sejarah adalah perjuangan ekonomi. Konflik yang utuma dalam kelas adalah antara kapitalis dan proletar. Sedang ideologi hanya menjadi alat legimitasi kepentingan memiliki modal dan alat-alat produksi (kapitalis).
Teori nilai dan teori nilai lebih, masyarakat kapitalis akan tumbuh terus dan akhirnya akan menimbulkan kesengsaraan masal, sehingga suatu perubahan masyarakat akan terjadi.
Cita-cita Karl Marx untuk menunjukan karir dalam bidang akademisakademis setalah menyelesaikan desertasi doktornya dengan judul "Filsafat Epikuros" tahun 1841. Namun cita-cita ini mengalami kegagalan, karena Bruno Bauer yang semula menjadi sponsornya dipecat dari jabatan akademisnya. Sebab ia dianggap pelopor dan pemikir yang kritis yang mengembangkan pemikiran yang membahayakan eksistensi agama Kristen.
Kondisi terseut, cukup membingungkan Karl Marx dan akhirnya memutuskan untuk mencari jalan keluar yaitu dengan terjun ke dalam kancah politik. Karl Marx terlihat dalam berbagai kegiatan politik di Paris, dan akhirnya ia terpaksa melarikan diri ke Brussel dan kemudian ke London, dimana ia meninggal, tahun 1883.
2.1.2 Friedrich Engels
Friedrich Engels (lahir di Barmen, Wuppertal, Jerman, 28 November 1820 – meninggal di London, 5 Agustus 1895 pada umur 74 tahun) adalah anak sulung dari industrialis tekstil yang berhasil, sewaktu ia dikirim ke Inggris untuk memimpin pabrik tekstil milik keluarganya yang berada di Manchester, ia melihat kemiskinan yang terjadi kemudian menulis dan dipublikasikan dengan judul Kondisi dari kelas pekerja di Inggris (Condition of the Working Classes in England) (1844) Pada tahun 1844 Engels mulai ikut berkontribusi dalam jurnal radikal yang yang ditulis oleh Karl Marx di Paris. kolaborasi tulisan Engels dan Marx yang pertama adalah The Holy Family. Mereka berdua sering disebut "Bapak Pendiri Komunisme", di mana beberapa ide yang berhubungan dengan Marxisme sudah kelihatan. Bersama Karl Marx ia menulis Manifesto Partai Komunis (1848).
Setelah Karl Marx meninggal, ialah yang menerbitkan jilid-jilid lanjutan bukunya yang terpenting Das Kapital. Das Kapital (Capital, dalam terjemahan bahasa Inggris, atau Modal) adalah suatu pembahasan yang mendalam tentang ekonomi politik yang ditulis oleh Karl Marx dalam bahasa Jerman. Buku ini merupakan suatu analisis kritis terhadap kapitalisme dan aplikasi praktisnya dalam ekonomi dan juga, dalam bagian tertentu, merupakan kritik terhadap teori-teori terkait lainnya. Jilid pertamanya diterbitkan pada 1867.
Komunisme adalah sebuah ideologi. Penganut faham ini berasal dari Manifest der Kommunistischen yang ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, sebuah manifes politik yang pertama kali diterbitkan pada 21 Februari 1848 teori mengenai komunis sebuah analisis pendekatan kepada perjuangan kelas (sejarah dan masa kini) dan ekonomi kesejahteraan yang kemudian pernah menjadi salah satu gerakan yang paling berpengaruh dalam dunia politik.
Komunisme pada awal kelahiran adalah sebuah koreksi terhadap faham kapitalisme di awal abad ke-19an, dalam suasana yang menganggap bahwa kaum buruh dan pekerja tani hanyalah bagian dari produksi dan yang lebih mementingkan kesejahteraan ekonomi. Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya, muncul beberapa faksi internal dalam komunisme antara penganut komunis teori dengan komunis revolusioner yang masing-masing mempunyai teori dan cara perjuangannya yang saling berbeda dalam pencapaian masyarakat sosialis untuk menuju dengan apa yang disebutnya sebagai masyarakat utopia.
Marxisme adalah sebuah paham yang mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx. Marx menyusun sebuah teori besar yang berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem sosial dan sistem politik. Pengikut teori ini disebut sebagai Marxis.
Teori ini merupakan dasar teori komunisme modern. Teori ini tertuang dalam buku Manisfesto Komunis yang dibuat oleh Marx dan sahabatnya, Friedrich Engels. Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap paham kapitalisme. Ia menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum proletar. Kondisi kaum proletar sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja berjam-jam dengan upah minimum sementara hasil keringat mereka dinikmati oleh kaum kapitalis. Banyak kaum proletar yang harus hidup di daerah pinggiran dan kumuh. Marx berpendapat bahwa masalah ini timbul karena adanya "kepemilikan pribadi" dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya. Untuk mensejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme diganti dengan paham komunisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx, kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan. Itulah dasar dari marxisme.
2.1.3 Mantan Penganut marxisme
Frederich Von Hayek dalam : "The Road to Serfdom" menyimpulkan bahwa Marxisme selalu mengarah kepada kelaliman.
Leszek Kolakowsky mengatakan "Banyak betul hal yang salah dalam Marxisme. Paling pertama adalah pengakuannya bahwa ia teori ilmiah, yang tak sah sama sekali. Marxisme bukan teori empirik, bukan teori yang dapat dibuktikan atau dipalsukan. Pada dasarnya ia sebuah ideologi, termasuk pula berbagai ideologi kecil di dalam badannya : misalnya teori nilai, yang adalah akal-akalan ideologi tanpa pembuktian empirik sama sekali".
Sedangkan menurut Alexander Zinoviev, "Marxisme ternyata menjadi bentuk ideologi yang sangat menguntungkan tokoh-tokohnya, karena ideologi ini menghasilkan teks-teks ideologi yang luar biasa banyaknya, janji-janji, dan slogan-slogan yang demagogis, yang kelihatannya seperti ilmiah, tapi tak memerlukan latihan keilmuan untuk memproduksinya. Siapa saja mampu dalam waktu singkat memproduksi tulisan atau pidato yang sempurna secara Marxistis untuk situasi apa saja. Sebabnya adalah karena konsep-konsep Marxisme itu bisa bermakna begini, dan begitu. Tidak berbentuk jelas sehingga ia ideal sekali bagi pemegang kekuasaan, karena penafsiran Marxisme menjadi hak istimewa kepemimpinan yang tinggi dalam partai. Begitulah cara sistem ini dipertahankan".
A.L. Rowse menambahkan, "Ketika saya masih muda dulu saya berlangganan majalah Unter dem Banner des Marxismus (Di bawah Bendera Marxisme). Di dalam tumpukkan pemikiran majalah itu, orang tidak dapat menyaksikan dunia yang benar-benar nyata.
Stanislav Andreski dengan sangat tegas, dan gamblang menyatakan, "Kelebihan utama Marxisme sebagai senjata ideologis adalah bahwa Marxisme menghasut kebencian terhadap orang kaya, bukan menganjurkan cinta pada orang miskin, dan tingkahnya yang mencampakkan etika sehingga meringankan beban penganut-penganutnya dari susahnya memilih strategi dalam perjuangan merebut kekuasaan".
2.2 Penjelasan dan Argumentasi dalam Teori Marxis
Aliran ini dipelopori oleh Karl Marx dan Friedrich Engels. Ketika Thomas Robert Malthus meniggal di Inggris tahun 1834, mereka berusia delapan belas tahun. Keduanya lahir di Jerman kemudian secara sendiri-sendiri hijrah ke Inggris. Pada waktu itu teori Malthus sangat berpengaruh di Inggris maupun di Jerman. Marx dan Engels tidak sependapat dengan teori Malthus yang menyatakan bahwa apabila tidak dilakukan pembatasan terhadap pertumbuhan penduduk, maka manusia akan kekurangan bahan pangan. Menurut Marx, tekanan penduduk yang terdapat di seebuah negara bukanlah tekanan penduduk terhadap bahan makanan namun tekanan penduduk terhadap kesempatan kerja. Kemelaratan terjadi karena bukan disebabkan oleh petumbuhan penduduk yang terlalu cepat, tetapi karena kesalahan masyarakat itu sendiri seperti yang terdapat di negara-negara kapitalis. Kaum-kaum kapitalis akan mengambil sebagian pendapatan dari buruh sehingga mengakibatkan kemelaratan buruh tersebut. Sebagai contoh, seorang buruh yang bekerja di bengkel kendaraan bermotor 8 jam, tetapi buruh tersebut hanya dibayar hanya untuk kerja 6 jam karena upah selama 2 jam digunakan untuk mambayar sewa alat-alat bengkel yang dipunyai oleh bengkel kendaraan bermotor tersebut. Semakin banyak kaum kapitalis memotong gaji buruh yang menyebabkan mereka semakin rendah pendapatan yang diterima oleh buruh yang menyebabkan meeka semakin melarat.
Selanjutnya Marx berkata, kaum kapitalis membeli mesin-mesin untuk menggantikan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh para buruh. Jadi, penduduk yang melarat bukan disebabkan karena kekurangan bahan pangan, tetapi karena kaum kapitalis mengambil sebagian dari pendapatan mereka. Jadi menurut Marx dan Engels sistem kapitalislah yang menyebabkan kemelaratan tersebut, dimana kaum kapitalis menguasai alat-alat produksi. Untuk mengatasi hal-hal tersebut maka struktur masyarakat harus diubah dari sistem kapitalis menjadi sistem sosialis.
Menurut Marx dalam sistem sosialis alat-alat produksi dikuasai oleh buruh, sehingga gaji buruh tidak akan terpotong. Buruh akan menikmati seluruh hasil kerja mereka dan oleh karena itu masalah kemelaratan akan dapat dihapuskan. Selanjutnya Marx berpendapat bahwa semakin banyak jumlah manusia semakin tinggi produksi yang dihasilkan, jadi dengan demikian tidak perlu diadakan pertumbuhan penduduk. Marx dan Engels menentang usaha-usaha moral restraint seperti penundaan perkawinan dan segala usaha mengekang nafsu seksual yang disarankan oleh Malthus (Weeks,1992).
Menyangkut solusi yang ditawarkan oleh Marx, dia berpendapat bahwa sistem kapitalis harus diubah menjadi sistem sosialis. Implikasinya seperti alat-alat produksi dikuasai buruh, serta gaji buruh tidak dipotong. Solusi tersebut menurut beberapa tokoh sendiri kurang tepat. Memang pada saat itu kaum buruh menjadi kaum yang tertindas, namun memberikan alat produksi kepada buruh adalah tindakan yang belum bisa dijadikan solusi. Sebagian besar buruh belum memiliki pengetahuan dan ilmu yang cukup untuk mengelola itu semua. Selain itu, biaya perawatan dan pembiayaan alat-alat produksi juga lumayan mahal. Jika itu semua diserahkan kepada buruh, dikhawatirkan itu akan menambah beban ekonomi mereka karena sebagian penghasilan digunakan untuk membiayai perawatan alat-alat produksi.
Lalu, mengenai gaji buruh yang tidak dipotong. Kita tentu sependapat mengenai hal itu, bagaimanapun mendapatkan gaji yang layak adalah hak setiap buruh. Namun, jika kondisi perusahaan sedang tidak baik untuk menggaji itu semua, peran pemerintah sangatlah besar di sini. Pemerintah bisa menalangi sementara gaji buruh hingga perusahaan mampu untuk membayarnya.
Sama dengan Thomas Robert Malthus dimana teorinya banyak dianut, maka pendapat Karl Marx dan Friedrich Engels pun banyak pula pengikutnya. Setelah Perang Dunia II, dunia dibagi menjadi tiga kelompok; pertama negara-negara kapitalis yang umumnya cenderung membenarkan teori Malthus seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Aaustralia, Kanada, dan Amerika Latin; kedua negara yang menganut sistem sosialis seperti Uni Soviet, negara-negara Eropa Timur, Republik Rakyat Cina, Korea Utara, dan Vietnam; ketiga adalah negara-negara non-blok seperti India, Mesir, dan Indonesia.
2.3 Isu Teori Marxis
Konflik Aceh memiliki pandangan dalam teori Marxist. Untuk menganalisis konflik di Aceh dalam teori Marxist tentu saja tidak terlepas dari pandangan Karl Marx atas perjuangan kelas yang dilakukannya dengan mengaitkan kesenjangan antar kelas social dan ekonomi. Dengan kata lain, pembagian kelas tersebut muncul ketika masyarakat yang non-produksi (proletar) hidup bergantung kepada pihak produksi (borjuis). Dengan begitu, Marx berpandangan bahwa siapa yang bisa mengontrol alat-alat produksi, maka mereka lah yang akan menjadi kelas penguasa di masyarakat tersebut.
Selain itu, Marx juga berpendapat bahwa dunia menganut prinsip limited resources, karena prinsip sumber daya Alam yang terbatas, maka akan terjadi perebutan basis material yaitu melakukan ekspansi dengan cara akumulasi. Akumulasi dilakukan dengan cara saving (penyimpanan) dimana hasil dari saving tersebut dapat digunakan untuk kembali melakukan ekspansi. Dengan kata lain, marx menyatakan bahwa ketika suatu masyarakat kelas bawah memiliki kekayaan sumber daya alam yang terbatas, maka pihak penguasa yang menjadi dominan dalam masyarakat tersebut akan berusaha merebut basis-basis material itu, sehingga terjadilah kesenjangan kelas-kelas social atas system produksi yang dimiliki tersebut.
Karena keserakahan atas penguasalah maka yang sebelumnya masyarakat yang "produksi" tadi berubah menjadi eksploitatif yaitu ingin menguasai pihak yang "non-produksi", maka kedua kelas ini menjadi bersinggungan. Pembagian kelas semacam ini memicu konflik dan mendorong perjuangan kelas, yang oleh Marx disebut sebagai penggerak perkembangan sejarah. Lebih lanjut, Marx menjelaskan bahwa pada suatu saat kaum proletar akan menyadari kepentingan bersama mereka sehingga bersatu dan memberontak. Dalam konflik yang terjadi maka Marx melihat bahwa dalam perjuangan kelas tersebut kaum borjuis akan dapat dikalahkan, Ia meramalkan bahwa kaum proletar kemudian akan mendirikan suatu masyarakat tanpa kelas.
Dalam hal ini melihat kasus di Aceh, jelas sekali terlihat pada masa orde baru yang telah mengeksploitasi sumber daya alam yang ada di Aceh melalui sistem sentralistik yang mereka terapkan, dimana segala aspek sumber daya alam dikumpulkan di pusat sedangkan Aceh tidak memiliki hak untuk ikut campur didalamnya, hal ini membuat masyarakat Aceh geram karena pembagian yang tidak merata dalam hal pembangunan daerah yang dilakukan oleh pemerintah.
Dengan kata lain, teori Marxist melihat bahwa perlu adanya perjuangan kelas yang harus dimunculkan oleh masyarakat Aceh untuk menuntut ketidakadilan yang terjadi dengan membuat gerakan protes untuk menuju perubahan social yang diinginkan, yaitu dengan munculnya Gerakan Aceh Merdeka (GAM) sebagai bentuk perlawanan untuk menuntut hak mereka terhadap pemerintah. GAM inipun awalnya hanya sebuah perkumpulan kaum intelektual Aceh yang memprotes pemerintahan dan menyatakan keinginan mereka untuk memisahkan diri dari NKRI.
Dalam hal ini gerakan protes itu bukanlah bentuk untuk menumbangkan NKRI, melainkan untuk memperjuangkan Surplus Value, atau nilai lebih dari hasil produksi yang diperoleh, gerakan-gerakan inipun haruslah menempuh prosedur lembaga demokrasi agar terciptalah perubahan social dengan masyarakat yang bersolidaritas tinggi. Jadi pada intinya dalam teori Marxist disini, gerakan protes yang dibentuk adalah karena terjadinya perebutan basis-basis material sumber daya alam yang telah di eksploitasi oleh pihak luar yakni dari pemerintah Republik Indonesia.
Selain isu tentang kasus eksploitasi sumber daya di Aceh, isu kependudukan yang mendunia dan terkait dengan teori Marxist ini antara lain meningkatnya angka pengangguran yang menimbulkan masalah kemiskinan kemudian menjadi mata rantai masalah lingkungan. Pengangguran di kawasan Uni Eropa meningkat tajam pada periode Maret dan April 2012. Penigkatan angka pengangguran tersebut bahkan merupakan yang tertinggi sejak Uni Eropa mulai melakukan pendataan pada tahun 1995.
Berdasarkan data yang dilansir kantor statistik Uni Eropa, Eurostat, sekitar 17,4 juta orang tidak memiliki pekerjaan di 17 negara anggota di seluruh Eropa. Jumlah tersebut setara dengan 11 persen populasi. Angka tersebut sedikit lebih tinggi dari capaian pada bulan Maret pada 10,9 persen. Angka pengangguran meningkat drastis seiring ketidakpastian krisis utang Eropa beberapa bulan terakhir. Spanyol menjadi negara yang paling terdampak dengan peningkatan pengangguran sebesar 24,3 persen. Yunani menguntit di belakang dengan peningkatan 21,7 persen. Sejumlah raksasa ekonomi Eropa juga terkena imbas. Prancis dan Italia sebagai negara dengan ekonomi terbesar kedua dan ketiga di Eropa juga mengalami peningkatan dalam angka pengangguran hingga 10,2 persen.
Isu lain yang terkait adalah di beberapa negara berkembang seperti Indonesia terjadi peningkatan jumlah penduduk usia produktif. Isu ini dapat mengancam kesempatan kerja berdasarkan aliran Marxist, namun hal itu dapat dihindari apabila ada pengelolaan sumber daya manusia yang baik dari pemerintahan. Oleh karena itu isu yang juga disebut sebagai bonus demografi ini dapat menjadi potensi maupun masalah. Potensi nya adalah angkatan kerja akan lebih banyak dan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi suatu negara namun dengan syarat ada pengelolaan yang baik, terintegrasi dan berkelanjutan. Dapat menjadi masalah apabila sebaliknya, tidak ada pengelolaan yang baik serta di beberapa negara dengan paham kapitalis dan sosialis isu ini akan selalu menjadi polemic yang harus dihadapi oleh negara tersebut.
2.4 Asumsi Teori Marxis
Pada dasarnya, teori Marxist merupakan isu yang muncul akibat paham sosialis dan kapitalis pada masanya. Aliran Marxist memiliki koridor berpikir terbatas pada paham ini. Elemen yang mereka yakini adalah pemilik modal dan buruh. Pada paham sosialis, pemilik modal menyerahkan segala alat produksi kepada buruh dengan catatan biaya perawatan ditanggung sepenuhnya oleh buruh. Hal ini tentunya menjadi pembatas bagi buruh-buruh lain yang tidak memiliki kemampuan untuk mengelola dan merawat alat yang di tanggungkan kepadanya, akibatnya hanya orang-orang tertentu saja yang mendapat pekerjaan. Disisi lain mereka juga harus menanggung biaya perawatan yang terkadang tidak sebanding dengan hasil jerih payah mereka. Pertumbuhan penduduk menyebabkan persaingan untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kapasitas mereka. Asumsi ini terbatas pada paham sosialis dimana semua aspek ekonomi secara bebas dapat dimiliki namun dengan persaingan kapasitas antar manusia.
Berbeda dengan paham sosialis, negara dengan aliran kapitalis yang juga menunjukkan isu terkait dengan teori Marxist dapat dikatakan sebagai negara yang memanfaatkan sebesar-besarnya sumberdaya manusia namun dengan feedback yang tidak relevan dengan usaha para pekerja. Pada dasarnya aliran kapitalis sangat berorientasi pada produktivitas yang memiliki modal, semakin banyak pekerja maka semakin besar produk yang dihasilkan sesuai dengan teori Marxist. Di asumsikan bahwa setiap orang disini pasti mendapat pekerjaan, namun gaji mereka harus dipotong dengan biaya perawatan alat produksi yang dilakukan oleh si pemilik modal dan itu merupakan otoritas pemilik modal berapa persen pemotongan terhadap gaji para buruh.
Asumsi-asumsi diatas benar adanya dan dapat dikatakan berlaku hanya pada negara-negara yang memiliki pengelolaan sumber daya manusia yang baik dan tidak memiliki paham-paham seperti negara sosialis dan komunis yang merupakan paham yang telah ditanamkan sejak dulu oleh nenek moyang mereka yang sampai sekarang masih menggerogoti sistem perekonomian di beberapa negara. Akibatnya masalah kependudukan yang terkait dengan isu Marxist akan selalu ada.
2.4 Kritik Teori Marxis
Beberapa kritik yang pernah dilontarkan terhadap teori marxis ini sebagai berikut.
Marx menyatakan bahwa hukum kependudukan di negara sosialis merupakan anthithesa hukum kependudukan di negara kapitalis yang isinya apabila di negara kapitalis tingkat kelahiran dan kematian sama-sama rendah maka di negara sosialis tingkat kelahiran dan kematian sama-sama tinggi.
Teori ini tidak memperhatikan pengaruh tingkat pendidikan dan keterampilan masyarakat dalam bekerja.
Teori ini tidak memperhatikan keterbatasan sumber daya alam sebagai bahan baku produksi.
Teori ini tidak memperhatikan keseimbangan usia produktif dan usia non produktif.
Teori ini tidak sesuai untuk negara non blok seperti Indonesia.
Teori ini tidak memperhatikan keterbatan ruang untuk menampung semua masyarakat yang ada di negara tersebut untuk tempat tinggal.
Teori ini tidak memperhatikan perkembangan teknologi.
Relevansi Teori Marxis dengan Perkembangan Kependudukan Terkini
Dalam teori Marxist dijelaskan bahwa tekanan penduduk di suatu negara bukanlah tekanan penduduk terhadap bahan makanan, tetapi tekanan terhadap kesempatan kerja (misalnya di negara kapitalis). Pada dasarnya setiap orang akan setuju dengan teori Marxist yang menyebutkan bahwa kesempatan kerja berkurang ketika jumlah penduduk semakin bertambah. Hal itu merupakan sesuatu yang alamiah dan benar adanya. Namun teori ini hanya berlaku pada negara-negara berpaham kapitalis yang memang menganut sistem ekonomi kapitalis. Sedangkan untuk negara-negara yang menganut aliran selain itu, misalnya non blok, masalah seperti itu masih bisa diatasi, diantaranya dengan berusaha untuk menciptakan lapangan kerja baru yang berbasis masyarakat, sehingga kesenjangan antara golongan kaya dengan golongan ekonomi lemah tidak terlalu jauh.
Selain itu pertumbuhan penduduk secara riil memang memberikan tekanan pada kesempatan kerja, namun hal ini masih dapat dikendalikan dengan berbagai metode serta konsep-konsep pengelolaan sumber daya manusia yang terpadu berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dibeberapa negara maju sendiri pun juga telah diterapkan berbagai konsep perencanaan pengelolaan usia produktif yang berbasis masyarakat. Artinya, tidak merugikan masyarakat seperti yang disampaikan oleh Karl Marx dalam teorinya. Bahkan pada abad ke 20 negara–negara industri mengeluarkan peraturan perburuhan yang melindungi hak–hak buruh.
Faktor-faktor kurangnya kesempatan kerja juga pada dasarnya berkaitan dengan keterbatasan sumber daya alam sebagai bahan produksi, bukan hanya karena masalah pertumbuhan penduduk. Dibeberapa negara yang kekayaan alamnya rendah, sulit sekali menciptakan lapangan pekerjaan, akibatnya banyak pengangguran dan tidak ada investasi di daerah tersebut dikarenakan sumber daya alam yang terbatas tadi ditambah dengan pertumbuhan penduduk yang memang sangat cepat.
Semakin banyak usia produktif, maka akan menjadi potensi bagi suatu negara di masa yang akan datang dalam hal pertumbuhan ekonomi karena memiliki angkatan kerja yang benarbenar harus dipersiapkan untuk menghadapi tantangan globalisasi. Namun, hal ini harus diiringi dengan efisiensi energy yang baik dikarenakan energy tak terbarukan juga sudah mulai menipis, maka dari itu harus di lestarikan energy terbarukan dengan pemanfaatan usia produktif yang nantinya dapat membangun peradaban baru yang lebih baik.
Jadi, berdasarkan keterangan-keterangan diatas maka teori Marxisme dianggap kurang relevan dengan perkembangan kependudukan terkini.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Pertumbuhan penduduk pada kenyataannya akan selalu meningkat sehingga kita sebagai manusia memiliki tanggung jawab untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk tersebut. Hal ini dikarenakan pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat menimbulkan isu-isu global yang memang pada dasarnya merugikan dan membawa bencana bagi ruang bumi ini dengan segala keterbatasannya. Tekanan kesempatan kerja berdasarkan teori Marxist memang menjadi salah variabel yang terlibat sebagai dampak dari pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali. Namun hal itu dapat di hindari dengan berbagai macam solusi, terlebih lagi sekarang teknologi telah membawa peradaban baru. Maka akan semakin banyak faktor yang dapat mempengaruhi tekanan kesempatan kerja, bukan hanya pertumbuhan penduduk. Namun yang harus kita fokuskan adalah pengandalian terhadap pertumbuhan penduduk.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Mantra, Ida Bagus. 2000. Demografi Umum. Yogyakarta : Pustaka Pelajar , 2000. ISBN : 979-9289-61-0.