Teori Ilmu Sosial Keluarga
Teori-teori ilmu sosial keluarga berkaitan dengan bagaimana keluarga berfungsi, berinteraksi dengan lingkungan, berinteraksi diantara keluarga, bagaimana keluarga berubah dari waktu ke waktu dan bagaimana keluarga berespon terhadap stress. Teori-teori tersebut adalah : a. Teori system Dalam teori ini keluarga dipandang sebagai system terbuka. Bronfrenbenner (1979) menggambarkan keluarga sebagai bagian dari struktur seperti sarang dengan anggota keluarga secara individual bersarang didalamnya dalam lingkungan sosial yang meliputi ideology, nilai-nilai dan institusi sosial komunitas. Perspektif system keluarga mendorong perawat untuk melihat klien sebagai anggota keluarga yang berpartisipas. Perawat yang menggunakan perspektif ini mengkaji pengaruh penyakit
atau cedera terhadap keseluruhan system keluarga dan pengaruh
timbale balik keluarga terhadappenyakit atau cedera (Wright & Leahey, 2000). Penekanan perspektif ini berfokus pada keseluruhan system bukan individu. Konsep yang relevan dalam teori system keluarga mencakup subsistem, batasan, system terbuka, lingkaran umpan balik, interaksi keluarga, adaptasi, dan perubahan. Empat kekuatan utama pada kerangka system umum yaitu: 1. Teori utama yang mencakup rangkaian fenomenayang luas 2. Teori yang berbasis kontekstual, yang memandang keluarga dalam konteks suprasistemnya (komunitas besar tempat suprasistem berada) 3. Teori yang berfokus pada interaksi 4. Teori holistic Dua keterbatasan pemakaian orientasi teoritis ini dalam praktik keperawatan keluarga adalah: 1. Teori ini sangat luas dan sangat umum, dan harus disusun konsep dan pedoman praktik yang lebih spesiik di luar teori 2. Pendekatan ini mungkin tidak terlalu membantu seperti teori yang ditujukan untuk individu guna membahas masalah klien.
b. Teori structural fungsional
Kerangka struktural-fungsional mendefinisikan keluarga sebagai sebuah sitem sosial dan oleh bbeberapa ahli teori keluarga dianggap sebagai bentuk pling awal dari teori sistem (Bronderick, 1993). Analisis keluarga termasuk pembelajaran k eluarga dalam hal hubungannya dengan struktur sosial besar (institusi) sepertipengolahan, agama, pendidikan, pemerintahan dan ekonomi. Perspektif ini melihat pada pengaturan anggota dalam keluarga hubungan antar-anggota keluarga, dan bubungan anggota keluarga terhadap keseluruhan (Artinian, 1994; Friedman, 1992). Focus utamanya adalah pada bagai mana pola keluarga dikaitkan dengan lembaga masyarakat lain dan dengan seluruh struktur dalam masyarakat (Nye & Bererdo, 1981). Penekanan diletakan pada fungsi dasar keluaraga (Hanson & Boyld, 1996b) yaitu: ekonomi reproduksi, lingkungan, budaya, sosialisasi, perwarisan status, hubungan dan fungsi kesehatan. Struktur keluarga menganalisis bagaimana keluarga disusun, dan bagaimana unit-unit tersebut saling terkait satu sama lain. Sedangkan fungsi-fungsi keluarga diartikan sebagai hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga. Kekuatan utama pendekatan structural-fungsional bagi praktik keperawatan keluarga adalah bahwa pendekatan ini bersifat komprehensif dan memandang keluarga dalam konteks yang lebih luas. Kelemahan utama pendekatan ini nadalah pandangan statisnya, yang cenderuing memandang keluarga pada satu waktu bukan sebagai sebuah system yang berubah seiring dengan waktu. (Marilyn, Vicky, Elaine: 2010). Kerangka cenderung menekankan gambaran statis tentang struktur masyarakat dan mengabaikan perubahan sebagai suatu dinamika structural. Asumsi perspektif ini mencakup:
Keluarga adalah suatu sistem sosial dengan kebutuhan fungsi
Keluarga adalah suatu kelompok kecil yang memiliki gambaran umum yang biasa ada pada semua krlompok kecil
Sistem sosial seperti keluarga memenuhi fungsi melayani individu selain fungsi melayani masyarakat
Individu
bertindak
sesuai
dengan
serangkaian
norma
dan
nilai
terinternalisasi yang dipelajari terutama dalam keluarga melalui sosialisasi
c. Teori perkembangan keluarga
yang
Pendekatan perkembangan keluarga didasarkan pada pernyatan bahwa keluarga adalah kelompok berusia panjang dengan siklus kehidupan yang dinamis. Teori perkembangan keluarga menguraikan perkembangan keluarga dari waktu ke waktu, keluarga dipaksa untuk berubah setiap kali ada penambahan dan penguranagan anggota keluarga atau setiap kali anak pertama (sulung) mengalami perubahan tahap perkembangannya. Asumsi dasar model perkembangan meliputi: 1. Tugas yang berbasis perkembangan terjadi pada periode tertentu. 2. Keberhasilan tercapainya tugas perkembangan mengarah pada kebahagiaan dan keberhasilan tugas berikutnya. 3. Kegagalan mencapaian tugas perkembangan mengarah pada ketidakbahagiaan, penolakan, atau kesulitan dalam mencapai tugas selanjutnya. Kekuatan utama pendekatan perkembangan keluarga yaitu pendekatan tersebut memberikan dasar untuk merupakan apa yang dialami keluarga pada suatu periode dalam siklus kehidupan keluarga (misalnya transisi peran dan perubahan susunan keluarga). Kelemahan utamanya adalah fakta bahwa model tersebut dikembangkan pada saat keluarga inti tradisional masih ditekankan. Perkembangan linear keluarga yang sempurna, dari pernikahan sampai kematian, sama sekali bukan realita kehidupan kita. Konsep perkembangan telah diadaptasi untuk digunakan dengan berbagai bentuk keluarga dalam beberapa tahun terakhir. Contoh dari 5 siklus keluarga yang dijelaskan dalam literatur adalah : 1. Amerika Utara kelas menengah 2. Perceraian dan setelah perceraian 3. Siklus kehidupan keluarga yang menikah lagi 4. Profesional versus penghasilan renda 5. Adopsi (Wright & Leahy, 2000) Terdapat tahap perkembangan yang unik di setiap kasus dengan tugas atau isu perkembangan khusus yang menentang keluarga pada setiap tahapnya. Karena terdapat perbedaan penting mengenai tahap dan isu perkembangan keluarga dalam berbagai bentuk keluarga, perawat keluarga harus menggunakan model perkembangan yang tepat untuk keluarga tertentu dalam mengevaluasi fungsi keluarga.
d. Teori interaksi keluarga Pendekatan interaksi keluarga berasal dari keluarga berasal dari interaksi simbolik yang diterapkan dalam keluarga. Interaksi keluarga difokuskan pada cara anggota keluarga berhubungan satu sama lain. Blumer (1969, hlm.2) membuat tiga buah asumsi dasar yang sangat penting untuk teori interaksi simbolik, yaitu : 1. Manusia melakukan tindakan berdasarkan pada makna hal tersebut bagi mereka. 2. Makna dari tindakan tersebut berasal dari interaksi sosial yang dimiliki seseorang dngan kawannya. 3. Makna ini ditangani dan dimodifikasi melalui sebuah proses interpretasi yang digunakan seseorang dalam menghadapi sesuatu yang ia temui. Pengkajian keluarga di dalam suatu kerangka interaksional menekankan pengkajian interaksi/komunikasi antara dan di antara keluarga; peran keluarga dan analisis kekuatan; koping keluarga; hubungan antra pasangan menikah/orang dewasa, saudara kandung, orang tua, dan anak-anak; dan pola sosialisasi keluarga. Intervensi kemudian dilakukan, berdasarkan kebutuhan keluarga terhadap promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, atau pemulihan kesehatan dalam area tersebut di atas.
e. Teori peran, stress dan konflik keluarga Teori peran menganalisis interaksi dan peran dimana anggota keluarga saling berhadapan satu sama lain dalam berbagai situasi, sedangkan teori stress keluarga menguraikan bagaimana mengalami kejadian-kejadian (stressor) dan beradaptasi terhadap stressor tersebut. Teori konflik keluarga menguraikan perubahan social, konflik dan ketidak luwesan (Murphy, 1983) atau jawaban bagaimana dan mengapa stabilitas dan instabilitas terjadi, dan dalam kondisi yang bagaimana ikatan interpersonal yang harmonis bisa terjadi (Sprey, 1979) Asumsi model stress keluarga terdiri tas (Artinia, 1994): 1. Peristiwa yang tidak diharapkan atau tidak direncanakan biasanya dianggap sebagai peristiwa yang menimbulkan stress. 2. Peristiwa dalam keluarga , seperti penyakit serius dan peristiwa yang didefinisikan
sebagai
peristiwa
yang
menimbulkan
stress,
dapat
lebih
mengganggu daripada stressor yang terjadi di luar keluarga, seperti perang, banjir, atau depresi. 3. Kurangnya
pengalaman
terdahulu
dalam
menghadapi
peristiwa
yang
menimbulkan stressmenyebabkan peningkatan per sepsi stress. 4. Peristiwa yang menimbulkan stress yang ambigu dapat lebih membuat stress dibandingkan peristiwa non-ambigu. Kekuatan utama kerangka ini adalah bahwa kerangka bahwa kerangka teori ini cukup mudah dipahami (mis., teori ini masuk akal), dan kerangka tersebut sesuai dengan apa yang dilihat dan dilakukan perawat dalam lingkungan klinis. Model ini menekankan bahwa persepsi terhadap stressor (-stressor) lebih penting daripada realita objektif dan dengan mengidentifikasi sumber dan kekuatan, dapat dibangun pendekatan keperawatan keluarga yang memberdayakan keluarga. Kegunaan model terbatas pada pembahasan mengenai kebutuhan keluarga sehat dalam hal promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. f.
Teori Berubah Maturana (1978) menyatakn bahwa perubahan adalah suatu perubahan dalam struktur keluarga yang terjadi sebagai kompensasi akibat munculnya kecemasan dan bertujuan untuk memertahankan struktur (stabilitas). Menurut Wright dan Watson (1988) “perubahan yang paling menonjol dan terjadi terus menerus (di dalam keluarga) adalah perubahan yang terjadi di dalam system kepercayaan keluarga (kognisi)”. Banyak teori perubahan perilaku kesehatan menunjukkan bahwa keluarga merupakan pengaruh utama baik pada status kesehatan maupun pada perilaku kesehatan anggota keluarga. Selain itu, banyak teori perubahan perilaku kesehatan (Glanz, Lewis, Rimer, 1997) menyatakan bahwa dukungan keluarga adalah unsure penting dalam keberhasilan individu anggota keluarga dalam melakukan dan memptahankan perilaku kesehatan baru, seperti berhenti merokok atau memperbaiki pola makan. Individu yang mempunyai dukungan keluarga yang kuat untuk mengubah perilaku kesehatannya jauh lebih cenderung untuk mengadopsi dan mempertahankan perilaku kesehatan yang baru dari pada individu yang tidak memiliki dukungan keluarga untuk mengubah perilaku kesehatannya.