Teori Penetrasi Sosial " 2
MAKALAH
KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
" Teori Penetrasi Sosial "
Dosen Pengampu :
Hj. Nia Kurniati Syam
Disusun Oleh :
Azhar Arifin (10020213019)
Desi Ayu Cahyani (10020213030)
Endang Saripudin (10020213045)
Lisna Rizki Aprianita (10020213004)
Siti Rohimah (10020213011)
Yusni Zaidaturrohimah (10020213038)
Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Dakwah
Universitas Islam Bandung
1435 H / 2015 M
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr,wb.
Puji syukur tak lupa kami panjatkan kepada Allah Swt, karena berkat dan rahmat, dan inayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "TEORI PENETRASI SOSIAL". Makalah ini ditujukan guna memenuhi tugas komunikasi Antarpribadi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktunya. Mengingat makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dari Bapak/Ibu Dosen dan para pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat dan bermanfaat untuk ilmu pengetahuan kita semua.
Wassalamu`alaikum wr,wb.
Bandung, 04 Mei 2015
Penulis
Kelompok II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB 1 3
PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Penulisan 5
BAB II 6
PEMBAHASAN 6
2.1 Pengertian Teori Penetrasi Sosial 6
2.2 Asumsi Teori Penetrasi Sosial 7
2.3 Model Teori Sosial Penetrasi 7
2.4 Tahapan Proses Penetrasi Sosial 11
2.5 Contoh Kasus Teori Sosial Penetrasi 12
2.6 Kelemahan dan Kekuatan Teori Penetrasi Sosial 12
2.7 Kritik terhadap Teori Penetrasi Sosial 13
BAB III 14
PENUTUP 14
3.1 Kesimpulan 14
DAFTAR PUSTAKA 15
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai salah satu dari sekian banyak ilmu sosial, maka ilmu komunikasi mengkhususkan kajiannya pada fenomena human communication. Fenomena tersebut, dalam telaah aspek ontologis pada filsafat ilmu komunikasi disebut sebagai obyek forma ilmu, yakni obyek formanya ilmu komunikasi.
Fenomena human communication sendiri menurut Littlejohn terjadi pada beberapa level (konteks). Konteks tersebut terdiri dari : (1) interpersonal, (2) group, (3) public or rhetoric, (4) organizational dan (5) mass. Interpersonal communication deals with communication between people, usually in face to face, private settings. Group communication relates to the interaction of people in small groups, ususally in decision-making settings. Group communication necessarily involves interpersonal interaction, and most of the theories of interpersonal communication apply also at the group level. Public communication, traditionally focuses on the public presentation of discourse. Organizational communication occurs in large cooperative networks and includes virtually all aspects of both interpersonal and group communication. It encompasses topics such as the structure and function of organizations, human relations, communication and the process of organizing and organizational culture. Mass communication deals with public communication, usually mediated. Many aspects of interpersonal, group, public and organizational communication are involved in the process of mass communication (Littlejohn, 2005 : 11).
Terhadap sejumlah konteks terjadinya fenomena human communication itu, menurut catatan Gayatri (2006) para akademisi komunikasi telah berhasil merumuskan ratusan teori komunikasi. Dari jumlah tersebut, maka rumusan teori lebih banyak berasal dari hasil studi terhadap fenomena human communication pada level mass, dengan mana satu di antaranya yang sangat populer yaitu agenda setting theory. Sementara yang paling sedikit yaitu rumusan teori dari hasil studi terhadap fenomena pada level interpersonal. Salah satu teori komunikasi yang tergolong sebagai teori yang berupaya menjelaskan fenomena human communication pada level interpersonal, yaitu teori penetrasi sosial atau Social Penetration Theory. Teori ini dikemukakan oleh Irwin Altman dan Dalmas Taylor (Lihat, Griffin, 2003).
Keduanya melakukan studi yang ekstensif dalam suatu arena mengenai ikatan sosial pada berbagai macam tipe pasangan. Teori mereka menggambarkan suatu pola pengembangan hubungan, sebuah proses yang mereka identifikasi sebagai penetrasi soial. Penetrasi sosial merujuk pada sebuah proses ikatan hubungan dimana individu-individu bergerak dari komunikasi superfisial menuju ke komunikasi yang lebih intim. Keintiman tersebut ialah lebih dari sekedar keintiman fisik, dimensi lain dari keintiman termasuk intelektual dan emosional, dan hingga pada batasan-batasan dimana pasangan melakukan aktivitas bersama (West & Turner, 2006). Proses penetrasi sosial karenanya mencakup didalamnya perilaku verbal (kata-kata yang kita gunakan), perilaku non verbal (postur tubuh kita, sejauh mana kita tersenyum, dan sebagainya), dan perilaku yang berorientasi pada lingkungan (ruang antara komunikator, objek fisik yang ada didalam lingkungan, dan sebagainya).
Irwin Altman dan Dalmas Taylor menyatakan bahwa hubungan mengikuti suatu trayek (trajectory) atau jalan setapak menuju pendekatan. Selanjutnya mereka mengatakan bahwa hubungan bersifat teratur dan dapat diduga dalam perkembangannya. Karena hubungan adalah sesuatu yang penting dan "sudah ada dalam hati kemanusiaan kita" (Rogers & Escudero, 2004, hal, 3).
Diskusi awal mengenai Teori Penetrasi Sosial dimulai pada tahun 1960-an dan 1970-an, era dimana membuka diri dan berbicara terus terang dianggap sebagai strategi hubungan yang penting.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah :
Apa arti dari teori penetrasi sosial?
Apa saja asumsi dari teori penetrasi sosial?
Bagaimana model teori penetrasi sosial?
Bagaimana tahapan teori penetrasi sosial?
Apa contoh kasus dari teori penetrasi sosial?
Apa saja kelebihan dan kekurangan dari teori penetrasi sosial?
Bagaimana kritik terhadap teori penetrasi sosial?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah :
Mengetahui pengertian dari teori penetrasi sosial.
Untuk memahami asumsi atau isi dari teori penetrasi sosial.
Untuk mengetahui model dari teori penetrasi sosial.
Untuk memahami tahapan – tahapan dari teori penetrasi sosial.
Untuk mengetahui dan menganalisis contoh kasus dari teori penetrasi sosial.
Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari teori penetrasi sosial.
Untuk mengetahui kritik terhadap teori penetrasi sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori Penetrasi Sosial
Teori Penetrasi sosial adalah teori yang membahas bagaimana perkembangan kedekatan dalam sebuah hubungan. Sebelum mengupas proses ini, kita harus terlebih dahulu memahami kompleksitas manusia. Teori Penetrasi Sosial dipopulerkan oleh Irwin Altman & Dalmas Taylor (1973). Teori penetrasi sosial secara umum membahas tentang bagaimana proses komunikasi interpersonal. Teori yang menjelaskan proses terjadinya pembangunan hubungan interpersonal secara bertahap dalam pertukaran sosial. Terdapat 3 level, yaitu artificial level (awal hubungan), intimate level (hubungan dalam proses), very intimate level (hubungan yg lebih intim). Di sini dijelaskan bagaimana dalam proses berhubungan dengan orang lain, terjadi berbagai proses gradual, di mana terjadi semacam proses adaptasi di antara keduanya, atau dalam bahasa Altman dan Taylor: penetrasi sosial.
The social penetration theory menyatakan bahwa berkembangnya hubungan-hubungan itu, bergerak mulai dari tingkatan yang paling dangkal, mulai dari tingkatan yang bukan bersifat inti menuju ke tingkatan yang terdalam, atau ke tingkatan yang lebih bersifat pribadi. Dengan penjelasan ini, maka teori penetrasi sosial dapat diartikan juga sebagai sebuah model yang menunjukkan perkembangan hubungan, yaitu proses di mana orang saling mengenal satu sama lain melalui tahap pengungkapan informasi.
Altman dan Taylor (1973) membahas tentang bagaimana perkembangan kedekatan dalam suatu hubungan. Menurut mereka, pada dasarnya kita akan mampu untuk berdekatan dengan seseorang yang lain sejauh kita mampu melalui proses "gradual and orderly fashion from superficial to intimate levels of exchange as a function of both immediate and forecast outcomes."
Altman dan Taylor mengibaratkan manusia seperti bawang merah. Maksudnya adalah pada hakikatnya manusia memiliki beberapa layer atau lapisan kepribadian, bagaimana orang melalui interaksi saling mengelupasi lapisan-lapisan informasi mengenai diri masing-masing. Jika kita mengupas kulit terluar bawang, maka kita akan menemukan lapisan kulit yang lainnya. Begitu pula kepribadian manusia.
Asumsi Teori Penetrasi Sosial
Hubungan-hubungan memiliki kemajuan dari tidak intim menjadi intim.
Secara umum, perkembangan hubungan sistematis dan dapat diprediksi.
Perkembangan hubungan mencakup depenetrasi (penarikan diri) dan disolusi.
Pembukaan diri adalah inti dari perkembangan hubungan.
2.3 Model Teori Sosial Penetrasi
(Altman & Taylor, 1973)
Tahap Pertama (Lapisan Pertama Atau Terluar Kulit Bawang)
Lapisan kulit terluar dari kepribadian manusia adalah apa-apa yang terbuka bagi publik, apa yang biasa kita perlihatkan kepada orang lain secara umum, tidak ditutup-tutupi. Dan jika kita mampu melihat lapisan yang sedikit lebih dalam lagi, maka di sana ada lapisan yang tidak terbuka bagi semua orang, lapisan kepribadian yang lebih bersifat semiprivate. Lapisan ini biasanya hanya terbuka bagi orang-orang tertentu saja, orang terdekat misalnya. maka informasinya bersifat superficial. Informasi yang demikian wujudnya antara lain seperti nama, alamat, umur, suku dan lain sejenisnya. Biasanya informasi demikian kerap mengalir saat kita berkomunikasi dengan orang yang baru kita kenal. Tahapan ini sendiri disebut dengan tahap orientasi.
Tahap Kedua (Lapisan Kulit Bawang Kedua)
Tahap kedua (lapisan kulit bawang kedua) disebut dengan tahap pertukaran afektif eksploratif. Tahap ini merupakan tahap ekspansi awal dari informasi dan perpindahan ke tingkat pengungkapan yang lebih dalam dari tahap pertama. Dalam tahap tersebut, di antara dua orang yang berkomunikasi, misalnya mulai bergerak mengeksplorasi ke soal informasi yang berupaya menjajagi apa kesenangan masing-masing. Misalnya kesenangan dari segi makanan, musik, lagu, hobi, dan lain sejenisnya.
Tahap Ketiga (Lapisan Kulit Bawang Ketiga)
Tahapan berikutnya adalah tahap ketiga, yakni tahap pertukaran afektif. Pada tahap ini terjadi peningkatan informasi yang lebih bersifat pribadi, misalnya tentang informasi menyangkut pengalaman-pengalaman privacy masing-masing. Jadi, di sini masing-masing sudah mulai membuka diri dengan informasi diri yang sifatnya lebih pribadi, misalnya seperti kesediaan menceritakan tentang problem pribadi. Dengan kata lain, pada tahap ini sudah mulai berani "curhat".
Tahap Ke empat (Lapisan Kulit Bawang Kee mpat)
Tahap ke empat merupakan tahapan akhir atau lapisan inti, disebut juga dengan tahap pertukaran yang stabil. Pada tahap tersebut sifatnya sudah sangat intim dan memungkinkan pasangan tersebut untuk memprediksikan tindakan-tindakan dan respon mereka masing-masing dengan baik. Informasi yang dibicarakan sudah sangat dalam dan menjadi inti dari pribadi masing-masing pasangan, misalnya soal nilai, konsep diri, atau perasaan emosi terdalam.
Kedekatan kita terhadap orang lain, menurut Altman dan Taylor, dapat dilihat dari sejauh mana penetrasi kita terhadap lapisan-lapisan kepribadian tadi. Dengan membiarkan orang lain melakukan penetrasi terhadap lapisan kepribadian yang kita miliki artinya kita membiarkan orang tersebut untuk semakin dekat dengan kita. Taraf kedekatan hubungan seseorang dapat dilihat dari sini.
Dalam perspektif teori penetrasi sosial, Altman dan Taylor menjelaskan beberapa penjabaran sebagai berikut:
Pertama, Kita lebih sering dan lebih cepat akrab dalam hal pertukaran pada lapisan terluar dari diri kita. Kita lebih mudah membicarakan atau ngobrol tentang hal-hal yang kurang penting dalam diri kita kepada orang lain, daripada membicarakan tentang hal-hal yang lebih bersifat pribadi dan personal. Semakin ke dalam kita berupaya melakukan penetrasi, maka lapisan kepribadian yang kita hadapi juga akan semakin tebal dan semakin sulit untuk ditembus. Semakin mencoba akrab ke dalam wilayah yang lebih pribadi, maka akan semakin sulit pula.
Kedua, keterbukaan-diri (self disclosure) bersifat resiprokal (timbal-balik), terutama pada tahap awal dalam suatu hubungan. Menurut teori ini, pada awal suatu hubungan kedua belah pihak biasanya akan saling antusias untuk membuka diri, dan keterbukaan ini bersifat timbal balik. Akan tetapi semakin dalam atau semakin masuk ke dalam wilayah yang pribadi, biasanya keterbukaan tersebut semakin berjalan lambat, tidak secepat pada tahap awal hubungan mereka. Dan juga semakin tidak bersifat timbal balik.
Ketiga, penetrasi akan cepat di awal akan tetapi akan semakin berkurang ketika semakin masuk ke dalam lapisan yang makin dalam. Tidak ada istilah "langsung akrab". Keakraban itu semuanya membutuhkan suatu proses yang panjang. Dan biasanya banyak dalam hubungan interpersonal yang mudah runtuh sebelum mencapai tahapan yang stabil. Pada dasarnya akan ada banyak faktor yang menyebabkan kestabilan suatu hubungan tersebut mudah runtuh, mudah goyah. Akan tetapi jika ternyata mampu untuk melewati tahapan ini, biasanya hubungan tersebut akan lebih stabil, lebih bermakna, dan lebih bertahan lama.
Keempat, depenetrasi adalah proses yang bertahap dengan semakin memudar. Maksudnya adalah ketika suatu hubungan tidak berjalan lancar, maka keduanya akan berusaha semakin menjauh. Akan tetapi proses ini tidak bersifat eksplosif atau meledak secara sekaligus, tapi lebih bersifat bertahap. Semuanya bertahap, dan semakin memudar.
Dalam teori penetrasi sosial, kedalaman suatu hubungan adalah penting. Tapi, keluasan ternyata juga sama pentingnya. Maksudnya adalah mungkin dalam beberapa hal tertentu yang bersifat pribadi kita bisa sangat terbuka kepada seseorang yang dekat dengan kita. Akan tetapi bukan berarti juga kita dapat membuka diri dalam hal pribadi yang lainnya. Mungkin kita bisa terbuka dalam urusan asmara, namun kita tidak dapat terbuka dalam urusan pengalaman di masa lalu. Atau yang lainnya.
Karena hanya ada satu area saja yang terbuka bagi orang lain (misalkan urusan asmara tadi), maka hal ini menggambarkan situasi di mana hubungan mungkin bersifat mendalam akan tetapi tidak meluas (depth without breadth). Dan kebalikannya, luas tapi tidak mendalam (breadth without depth) mungkin ibarat hubungan "halo, apakabar?", suatu hubungan yang biasa-biasa saja. Hubungan yang intim adalah di mana meliputi keduanya, dalam dan juga luas.
Keputusan tentang seberapa dekat dalam suatu hubungan menurut teori penetrasi sosial ditentukan oleh prinsip untung-rugi (reward-costs analysis). Setelah perkenalan dengan seseorang pada prinsipnya kita menghitung faktor untung-rugi dalam hubungan kita dengan orang tersebut, atau disebut dengan indeks kepuasan dalam hubungan (index of relational satisfaction). Begitu juga yang orang lain tersebut terapkan ketika berhubungan dengan kita. Jika hubungan tersebut sama-sama menguntungkan maka kemungkinan untuk berlanjut akan lebih besar, dan proses penetrasi sosial akan terus berkelanjutan.
Altman dan Taylor merujuk kepada pemikiran John Thibaut dan Harold Kelley (1952) tentang konsep pertukaran sosial (social exchange). Menurut mereka dalam konsep pertukaran sosial, sejumlah hal yang penting antara lain adalah soal relational outcomes, relational satisfaction, dan relational stability.
Thibaut dan Kelley menyatakan bahwa kita cenderung memperkirakan keuntungan apa yang akan kita dapatkan dalam suatu hubungan atau relasi dengan orang lain sebelum kita melakukan interaksi. Kita cenderung menghitung untung-rugi. Jika kita memperkirakan bahwa kita akan banyak mendapatkan keuntungan jika kita berhubungan dengan seseorang tersebut maka kita lebih mungkin untuk membina relasi lebih lanjut.
2.4 Tahapan Proses Penetrasi Sosial
Orientasi: membuka sedikit demi sedikit
Merupakan tahapan awal dalam interaksi dan terjadi pada tingkat publik. Disini hanya sedikit dari kita yang terbuka untuk orang lain.
Pertukaran penjajakan afektif: munculnya diri
Dalam tahap ini, merupakan perluasan area publik dari diri dan terjadi ketika aspek-aspek dari kepribadian seorang individu mulai muncul.
Pertukaran afektif: komitmen dan kenyamanan
Ditandai dengan persahabatan yang dekat dan pasangan yang intim. Dalam tahap ini, termasuk interaksi yang lebih "tanpa beban dan santai".
Pertukaran stabil: kejujuran total dan keintiman
Tahap terakhir ini merupakan tahapan dimana berhubungan dengan pengungkapan pemikiran, perasaan dan perilaku secara terbuka yangmengakibatkan munculnya spontanitas dan keunikan hubungan yang tinggi.
2.5 Contoh Kasus Teori Sosial Penetrasi
Mawar dan marwan awalnya tidak mengenali satu sama lain . Mawar sudah lama melajang sedangkan marwan baru saja putus dengan kekasihnya , marwan merasa sedih dan kesepian melajang seorang diri dan membutuhkan wanita sebagai pengganti kekasihnya , lalu suci sebagai temannya marwan dan mawar mengenali mereka satu sama lain.
Tidak beberapa lama mereka bertemu untuk saling mengenal satu sama lain. Mereka bertemu dan mengobrol secara umum untuk pertama kalinya , lalu mereka bertemu kembali karena merasa nyaman dan memiliki kecocokan. Setelah berkali – kali bertemu Mawar, marwan membicarakan masalah hubungan mereka yang berawal dari komunikasi superficial menjadi komunikasi yang lebih intim.
2.6 Kelemahan dan Kekuatan Teori Penetrasi Sosial
Kekuatan Teori Penetrasi Sosial
Salah satu kekuatan dalam teori ini adalah fakta bahwa ia dapat digunakan untuk melihat wajah kedua untuk menghadapi interaksi interpersonal serta interaksi online antara individu. kekuatan lain melibatkan kegunaan dari teori ini dalam memandang dan menilai risiko dalam suatu hubungan interpersonal tergantung pada jenis hubungan serta tingkat saat pengungkapan diri dan keintiman di dalamnya.
Kelemahan Teori Penetrasi Sosial
Kelemahan dari teori ini termasuk fakta bahwa faktor-faktor lain yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi pengungkapan diri tidak dinilai. Budaya dan karakteristik demografi seperti jenis kelamin, ras, usia, dan banyak lagi, akhirnya mungkin memiliki efek pada bagaimana seseorang memilih untuk mengungkapkan informasi. Selain itu, juga mungkin sulit untuk menggeneralisasi informasi yang dinilai menggunakan teori ini karena fakta bahwa pengalaman tertentu, nilai-nilai, dan keyakinan dari seorang individu juga mungkin memiliki efek pada cara di mana ia memilih untuk mengungkapkan informasi.
2.7 Kritik terhadap Teori Penetrasi Sosial
Kritik terhadap teori penetrasi sosial adalah bahwa prediksi teori ini gagal dibuktikan dengan data di lapangan. Misalnya, menurut teori penetrasi sosial, proses timbal balik self-disclosure terjadi pada awal hubungan. Van Lear melihat bahwa self-disclosure sering terjadi justru pada kawasan pertengahan pembicaraan semiprivat dari proses penetrasi. Teori ini juga menysebutkan bahwa ketidakcocokan muncul sesuai dengan kecepatan dari self-revelation (pembukaan rahasia) yang tidak terduga.
Namun John Berg menemukan bahwa teman sekamar di kampus dapat memutuskan apakah mereka akan terus sekamar atau tidak, hanya dalam beberapa minggu. Selain itu, teori ini menjelaskan bahwa suatu hubungan berakhir karena terjadi kemunduran proses penetrasi di mana kedua belah pihak tidak lagi membagi hal-hal yang bersifat pribadi dengan lawan bicaranya. Penemuan Betsy Tolstedt menunjukkan bahwa self-disclosure seringkali meningkat secara dramatis justru di tahap final dari kemerosotan hubungan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Social Penetration Theory (Teori Penetrasi Sosial) telah muncul sejak lebih dari 30 tahun yang lalu.Altman dan Taylor telah mengemukakan sebuah model menggugah rasa ingin tahu, untuk melihat perkembangan suatu hubungan. Karena kelahiran teori ini pada masa dimanaketerbukaan adalah suatu budaya, SPT tidak lepas dari evaluasi para ahli
Teori ini mengambarkan suatu pola pengembangan hubungan, sebuah proses yang diidentifikasi sebagai penetrasi social. Penetrasi social merujuk pada sebuah proses ikatan hubungan dimana individu-individu bergerak dari komuikasi superficial menuju ke komunikasi yang lebih intim.
DAFTAR PUSTAKA
Griffin, Emory A., A First Look at Communication Theory, 5th edition, New York: McGraw-Hill, 2003, page 132—141
Littlejohn, Stephen W, 2005, Theories of Human Communication, eighth edition, Thomson Learning Inc., Wadsworth, Belmont, USA.
Sztompka, Piotr, Sosiologi Perubahan Sosial (alih bahasa oleh Alimandan), Prenada Media, Jakarta: 2005
West, Richard; Turner, Lynn H; Introducing Communication Theory : Analysis and Application (alih bahasa oleh Maria Natalia Damayanti Maer), Salemba Humanika, Jakarta: 2008
http://ardhyanaandmediastudies.blogspot.com/2010/07/teori-penetrasi-sosial-irwin-altman-dan.html
http://imran2001.multiply.com/journal/item/3?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
http://yearrypanji.wordpress.com/2008/03/29/teori-penetrasi-sosial/