TUGAS MATA KULIAH PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA TEORI BELAJAR DAN MATRIKS PERBANDINGAN TEORI BELAJAR
RISKA WAHYUNI 15175036
DOSEN PEMBIMBING PROF. DR. FESTIYED, MS PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Pertama Pengembangan Model Pembelajaran Fisika mengenai teori-teori belajar beserta matriks perbandingan teori-teori belajar . Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak, terutama penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing Prof. Dr. Festiyed, MS. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan, baik dari segi materi maupun penulisan. Oleh karena itu, penulis mohon maaf atas kekurangan tersebut dan mengharapkan masukan untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Padang, 21 September 2015
Penulis
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Pertama Pengembangan Model Pembelajaran Fisika mengenai teori-teori belajar beserta matriks perbandingan teori-teori belajar . Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak, terutama penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing Prof. Dr. Festiyed, MS. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan, baik dari segi materi maupun penulisan. Oleh karena itu, penulis mohon maaf atas kekurangan tersebut dan mengharapkan masukan untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Padang, 21 September 2015
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................... .......................................................... ............................................ .................................. ............ i DAFTAR ISI ............................................... ...................................................................... ............................................. .................................... .............. ii DAFTAR TABEL .......................................... ................................................................ ............................................ ................................ .......... iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................... ........................................................................... ................................. ........... 1
A. Latar Belakang .......................................... ................................................................ ............................................ ............................. ....... 1 B. Rumusan Masalah ............................................ .................................................................. ............................................ ...................... 2 C. Tujuan Penulisan Penulisan ........................................... ................................................................. ............................................ ......................... ... 2
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................. ............................................................................... .................. 3
A. Belajar dan Teori Belajar ............................................ ................................................................... ................................. .......... 3 B. Teori Belajar Behavioristik ......................................... ............................................................... ................................. ........... 5 C. Teori Belajar Kognitifistik Kognitifistik .......................................... ................................................................. ............................... ........ 17 D. Teori Sibernetik............................................ ................................................................... ............................................. ........................ 24 E.
Teori Belajar Informatik Informatik .......................................... ................................................................. .................................. ........... 35
BAB III PEMBAHASAN ............................................ .................................................................. ...................................... ................ 37
A. Matrik Keterkaitan Teori Belajar Kognitifistik, Behavioristik, Sibernatik, dan Informatik ............................................ .................................................................. ............................................ ........................... ..... 37 B. Implementasi Teori Belajar dalam Pembelajaran ........................................ ........................................ 48
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ ............................................................ ................ 52
A. Kesimpulan .................................................... ........................................................................... .............................................. ....................... 52 B. Saran ............................................ .................................................................. ............................................ .......................................... .................... 48
DAFTAR PUSTAKA ......................................... ............................................................... ............................................ ........................... ..... 53
ii
DAFTAR TABEL
Tab Ta bel 1. Perbandingan Perbandingan Teori Belajar Behaviorisme dengan Konstruktivisme........... Konstruktivisme................... ..............3 ......37 7 Tab Ta bel 2. Perbandingan Perbandingan Teori Belajar Kontrutivisme dengan Sibernetik................. Sibernetik......................... ................ ...........39 ...39 Tabel 3. Matriks Keterkaitan Teori Belajar Kognitifistik ,Behavioristik, Sibernatik dan Informatik......................................... Informatik............................................................... ............................................ .................................40 ...........40 Tabel 4. Implementasi Teori Belajar dalam Pembelajaran............................48
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2013 menyatakan kompetensi adalah seperangkat sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh peserta didik setelah membelajaran suatu muatan pembelajaran, menamatkan tertentu.
suatu
program
atau
menyelesaikan
satuan
pendidikan
Istilah yang digunakan digunakan adalah muatan muatan pembelajaran bukan mata
pembelajaran. Tiap muatan pembelajaran harus berkontribusi terhadap tiga kompetensi (sikap, keterampilan, pengetahuan). Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai acuan utama. Bukan isi yang menentukan kompetensi, tetapi kompetensi yang menentukan isi. Tantangan dunia pendidikan ke depan adalah mewujudkan proses demokratis belajar. Pembelajaran yang mengakui hak anak untuk melakukan tindakan belajar sesuai dengan karakteristiknya. Hal penting yang perlu ada dalam lingkungan belajar yang demokratis adalah realness (kenyataan). Sadar bahwa anak memiliki kekuatan disamping kelemahan, memiliki keberanian disamping rasa takut, bisa marah dan bisa gembira. Realness gembira. Realness bukan bukan hanya dimiliki oleh anak, tetapi juga orang yang terlibat dalam proses pembelajaran (guru). Bagi guru, hal yang penting dalam menciptakan kondisi belajar yang efektif dengan cara menciptakan lingkungan dan memberikan stimulus yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Secara umum dikenal teori-teori mendasar yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Kurikulum apapun tidak dapat menganut salah satu teori secara utuh dengan mengabaikan teori dasar lainnya. Oleh karena itu, teori dapat saling melengkapi dan saling menguatkan (Ella Yulaelawati, 2007). Pemilihan teori dalam pembelajaran sangat penting karena dapat mengujudkan keberhasilan yang lebih nyata. Dengan memilih dan menggunakan teori yang tepat, seorang guru dapat lebih berkomunikasi secara universal bersama guru lainnya dari sekolah manapun, karena penyusunan teori telah diuji kebenarannya dalam waktu yang
1
lama dari berbagai tempat dibelahan dunia ini. Teori tidak dibangun dalam keraguan, artinya teori ini telah dapat diterima oleh banyak pihak. Menurut Forgarty (Buku Guru IPA Kelas IX, 2013), dalam arti luas pembelajaran terpadu meliputi pembelajaran yang terpadu dalam satu disiplin ilmu, terpadu antar mata pelajaran, serta terpadu dalam dan lintas peserta didik. Pembelajaran terpadu akan memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik,
konsep
yang
dipelajari
melalui
pengalaman
langsung
dan
menghubungkannya dengan konsep-konsep lain yang sudah dipahami yang sesuai kebutuhan peserta didik. Berdasarkan uraian tersebut, pembelajaran IPA terpadu menggunakan kurikulum 2013 perlu diaplikasikan berbagai jenis teori belajar : teori perkembangan dari Piaget (kognitif), teori pembelajaran kontruktivistik, teori Vygotsky (kontruktivistik sosial), teori belajar sosial dari Bandura (behavioristik), teori belajar penemuan dari Bruner(kognitif).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, terdapat beberapa perumusan masalah yang dapat dibuat, diantaranya : 1. Apakah
pengertian
teori
belajar
dan
pembelajaran
menurut
teori
kognitivistik, teori behavioristik, teori sibernetik, teori informatik ? 2. Bagaimana matriks perbandingan teori belajar dan pembelajaran menurut teori kognitivistik, teori behavioristik, teori sibernetik, teori informatik ?
C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan batasan masalah, tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah memahami konsep teori belajar kognitivistik, behavioristik, sibernetik, dan informatik dalam pembelajaran serta memahami matrik keterkaitan teori kognitivistik, behavioristik, sibernetik, dan informatik.
2
BAB II LANDASAN TEORI
A. Belajar dan Teori Belajar
Menurut
Slameto (2010), secara psikologis belajar merupakan suatu
proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memnuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Sedangkan menurut Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (2011), belajar dapat didefenisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Cronbach dalam Ns. Roymond H. Simamora (2008) menyatakan belajar terlihat dengan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Menurut Spears, pengalaman belajar dapat diperoleh dengan menggunakan pancaindra; belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu sediri, mengikuti pengarahan. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Allah juga mengatakan bahwa orang yang mampu menerima pelajaran adalah orang yang mendapat berkah. Hal tersebut dijelaskan dalam Al- Qur’an surat Al-Zumar ayat 9 yang berbunyi
Artinya : “Katakanlah : apakah sama orang -orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya hanya orangorang berakallah yang mampu menerima pelajaran” Snelbecker dalam Ratna Wilis Dahar (2011) berpendapat bahwa perumusan teori itu bukan hanya penting melainkan juga virtal bagi psikologis dan pendidikan agar dapat maju atau berkembang, serta memecahkan masalahmasalah yang ditemukan dalam bidang itu.
3
Menurut Aan Hasanah (2012) pembelajaran merupakan perkembangan dari istilah pengajaran. Pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh seorang guru atau yang lain untuk membelajarkan siswa yang belajar. Secara garis besar, ada 4 pola pembelajaran. 1. pola pembelajaran guru dengan siswa tanpa menggunakan alat bantu atau bahan pembelajaran dalam bentuk alat raga. 2. pola (guru+alat bantu) dengan siswa. 3. pola (guru)+(media) dengan siswa. 4. pola media dengan siswa atau pola pembelajaran jarak jauh menggunakan media atau bahan pembelajaran yang disiapkan. Berdasarkan
pola-pola
pembelajaran
yang
telah
dijelaskan,
maka
pembelajaran bukan hanya sekedar mengajar dengan pola satu, akan tetapi lebih dari pada itu seorang guru harus mampu menciptakan proses pembelajaran yang bervariasi. Menurut paham konvensional, pembelajaran diartikan sebagai bantuan kepada anak didik yang dibatasi pada aspek intelektual dan keterampilan. Unsur utama dari pembelajaran adalah pengalaman anak sebagai seperangkat event sehingga terjadi proses belajar. Teori adalah seperangkat azas yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam dunia nyata dinyatakan oleh McKeachie dalam grendel 1991 (Hamzah Uno, 2006).Sedangkan Hamzah (2003) menyatakan bahwa teori merupakan seperangkat preposisi yang didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan kebenarannya. Dari dua pendapat diatas teori adalah seperangkat azaz tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya. Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
4
Teori belajar dan pembelajaran sangatlah penting dalam pelaksanaan pendidikan. Teori belajar itu sendiri adalah sekumpulan dalil yang berkaitan secara sistematis yang menetapkan kaitan sebab akibat diantara variabel yang saling bergantung agar terjadi suatu perubahan tingkah laku yang relatif permanen dalam jangka waktu yang cukup lama sebagai hasil dari latihan atau pengalaman. Sementara itu pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Jadi pembelajaran adalah suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan kurikulum. Sepintas pengertian mengajar hampir sama dengan pembelajaran namun pada dasarnya berbeda. Dalam pembelajaran kondisi atau situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar harus dirancang dan dipertimbangkan terlebih dahulu oleh perancang atau guru. Sementara itu dalam keseharian di sekolah-sekolah istilah pembelajaran atau proses pembelajaran sering dipahami sama dengan proses belajar mengajar dimana di dalamnya ada interaksi guru dan siswa dan antara sesama siswa untuk mencapai suatu tujuan yaitu terjadinya perubahan sikap dan tingkahlaku siswa.
B. Teori Belajar Behavioristik
1. Pengertian Belajar Menurut Teori Behavioristik Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap
perilaku
kondisi
yang
diinginkan.
5
Hukuman
kadang-kadang
digunakan dalam menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak benar, diikuti dengan menjelaskan tindakan yang diinginkan. Pendidikan behaviorisme merupakan kunci dalam mengembangkan keterampilan dasar dan dasar-dasar pemahaman dalam semua bidang subjek dan manajemen kelas. Ada ahli yang menyebutkan bahwa teori belajar behavioristik adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Menurut teori belajar behavioristik, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.Belajar
menurut
psikologi
behavioristik
adalah
suatu
kontrol
instrumental yang berasal dari lingkungan. Belajar tidaknya seseorang bergantung pada lingkungannya. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement).Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) respon pun juga akan semakin kuat. Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus
6
Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984). Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Pavlov, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas karyakarya para tokoh aliran behavioristik dan analisis serta peranannya dalam pembelajaran.
2. Teori Belajar Menurut Beberapa Tokoh Aliran Behaviorisme a. Teori Belajar Menurut Thorndike Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000). Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni : 1) Hukum efek. 2) Hukum latihan. 3) Hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga
hukum
ini
menjelaskan
bagaimana
hal-hal
tertentu
dapat
memperkuat respon. b. Teori Belajar Menurut Pavlov Ivan Petrovich Pavlo atau lebih dikenal dengan nama singkat Pavlov, adalah seorang lulusan sekolah kependetaan dan melanjutkan belajar ilmu
7
kedokteran di Militery Medical Acadeny, St. Petersburg. Pada tahun 1879, ia mendapatkan gelar ahli ilmu pengetahuan alam. Akhir tahun 1800-an, Ivan Pavlov, ahli fisika Rusia, mempelopori munculnya proses kondisioning responden ( respondent conditioning ) atau kondisioning klasik (clasical conditionig ), karena itu disebut kondisioning Ivan Pavlov. Dari penelitian bersama kolegnya, Ivan Pavlov mendapat Nobel. Ivan Pavlov melakukan eksperimen terhadap anjing, Pavlov melihat selama penelitian ada perubahan dalam waktu dan rata-rata keluarnya air liur pada anjing ( salivation). Pavlov mengamati, jika daging diletakkan dekat mulut anjing yang lapar, anjing akan mengeluarkan air liur. Hal ini terjadi karena daging telah menyebabkan rangsangan pada anjing, sehingga secara otomatis ia mengeluarkan air liur. Walau pun tanpa latihan atau dikondisikan sebelumnya, anjing pasti akan mengeluarkan air liur jika dihadapkan pada daging. Dalm percobaan ini, daging disebut dengan stimulus yang tidak dikondisikan (unconditionied stimulus). Dan karena salvia itu terjadi secara otomatis pada saat daging diletakkan di dekat anjing tanpa latihan atau pengkondisian, maka keluarnya salvia pada anjing tersebut dinamakan sebagai respon yang tidak dikondisikan ( unresponse conditioning). Kalau daging dapat menimbulkan salvia pada anjing tanpa latihan atau pengalaman sebelumnya, maka stimulus lain, seperti bel, tidak dapat menghasilkan selvia. Karena stimulus tersebut tidak menghasilkan respon, maka stimulus (bel) tersebut disebut dengan stimulus netral (neutral stimulus). Menurut eksperimen Palvo, jika stimulus netral (bel) dipasngkan dengan daging dan dilakukan secara berulang, maka stimulus netral akan berubah menjadi stimulus yang dikondisikan (conditioning stimulus) dan memiliki kekuatan yang sama untuk mengarahkan respon anjing seperti ketika ia melihat daging. Oleh karena itu, bunyi bel sendiri akan dapat menyebabkan anjing akan mengeluarkan selvia. Proses ini dinamakan classical conditioning.
8
Bila ditelusuri, Pavlov yang pada saat ini meneliti anjingnya sendiri, melihat bahwa bubuk daging membuat seekor anjing mengeluarkan air liur. Maka yang dilakukan pavlvo adalah sebelum memberikan bubuk daging itu ada membunyikan bel terlebih dahulu. Setelah dilakukan beberapa kali pengulangan, maka anjing itu akan mengeluarkan air liurnya setelah mendengar bel berbunyi, meski tidak diberikan daging lagi. Dari percobaan yang dilakukan oleh Pavlov, dapat disimpulkan bahwa: - Anjing belajar dari kebiasaan. - Dengan pengulangan bunyi bel sehingga mengeluarkan air liur. - Bunyi bel merupakan stimulus yang akhirnya akan menghasilkan respon bersyarat. - Bunyi bel yang pada mulanya netral tetapi setelah disertai mediasi berupa bubuk daging, lama-kelamaan berubah menjadi daya yang mampu membangkitkan respon. Berdasarkan hasil eksperimen itu Pavlov menyimpulkan bahwa hasil eksperimennya juga dapat diterapkan pada manusia untuk belajar. Impilkasi hasil eksperimen tersebut pada belajar manusia adalah -
Belajar adalah membentuk asosiasi antara stimulus respon secara selektif.
-
Proses belajar akan berlangsung apabila diberi stimulus bersyarat.
-
Prinsip belajar pada dasarnya merupakan untaian stimulus-r espon.
-
Menyangkal adanya kemampuan bawaan.
-
Adanya clasical conditioning. Eksperimen
Pavlov
tersebut
kemudian
dikembangkan
oleh
pengikutnya yaitu BF. Skinner (1933) dan hasilnya dipublikasikan dengan judul Behavior Organism. Prinsip-prinsip kondisioning klasik ini dapat diterapkan di dalam kelas. Woolfolk dalam Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2007), menyatakan sebagai berikut:
9
1) Memberikan suasana yang menyenangkan ketika memberikan tugastugas belajar, misalnya menekankan kepada kerja sama, dan kompitisi antar kelompok individu. Membuat kegiatan membaca menjadi menyenangkan dengan menciptakan ruang baca yang nyaman dan enak serta menarik dan lain sebagainya. 2) Membantu siswa mengatasi secara bebas dan sukses situasi-situasi yang mencemaskan atau menekan, misalnya: mendorong siswa yang pemalu untuk mengajarkan siswa lain cara memahami materi pelajaran, membuat tahap jangka pendek untuk mencapai tujuan jangka panjang, misalnya dengan memberikan tes harian, mingguan, agar siswa dapat menyimpan apa yang dipelajari dengan baik. 3) Membantu siswa untuk mengenal perbedaan dan persamaan terhadap situasi-situasi
sehingga
mereka
dapat
membedakan
dan
menggeneralisasikan secara tepat. Misalnya, meyakinkan siswa yang cemas ketika menghadapi ujian masuk sekolah yang lebih tinggi tingkatannya atau perguruan tiggi, bahwa tes tersebut sama dengan tes-tes akademik lainnya yang pernah mereka lakukan.
c. Teori Belajar Menurut Watson Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.
10
d. Teori Belajar Menurut Clark Hull Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991). e. Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang. Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Pebelajar harus dibimbing melakukan apa
11
yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).
f. Teori Belajar Menurut Skinner Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebihkomprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya. Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku
12
akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman. 3. Analisis Tentang Teori Behavioristik Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku dimana reinforcementdan punishment menjadi stimulus untuk merangsang pebelajar dalam berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek (Paul, 1991). Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan
stimulus-respons
serta
mementingkan
faktor-faktor
penguat
(reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner. Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon. Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi pebelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif sama, ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas s angat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya
13
stimulus dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut. Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping. Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Namun apa yang mereka sebut dengan penguat negatif (negative reinforcement) cenderung membatasi pebelajar untuk berpikir dan berimajinasi. Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Namun ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie, yaitu: Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara; Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi
bagian
dari
jiwa
si
terhukum)
bila
hukuman
berlangsung
lama; Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk daripada kesalahan yang diperbuatnya. Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif. Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat. Misalnya, seorang pebelajar perlu dihukum karena melakukan kesalahan. Jika pebelajar tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan pebelajar (sehingga ia
14
melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong pebelajar untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut penguatan negatif. Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan positif (positive reinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun bedanya adalah penguat positif menambah, sedangkan penguat negatif adalah mengurangi agar memperkuat respons. 4. Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang
dan
berpijak
pada
teori
behavioristik
memandang
bahwa
pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan
mengajar
adalah
memindahkan
pengetahuan
(transfer
of
knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
15
Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi. Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka. Karena
teori
behavioristik
memandang
bahwa
pengetahuan
telah
terstruktur rapi dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar. Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada
penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta
16
mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar. Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut
jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai
kegiatan
pembelajaran.
Teori
ini
menekankan
evaluasi
pada
kemampuan pebelajar secara individual. C. Teori Belajar Kognitifistik
1. Pengertian Belajar Menurut Pandangan Teori Kognitif Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses belajar. Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa mengamati, melihat,menyangka, memperhatikan, menduga dan menilai. Dengan kata lain, kognisi menunjuk pada konsep tentang pengenalan. Teori kognitif menyatakan bahwa prosesbelajar terjadi karena ada variabel penghalang pada aspek-aspek kognisiseseorang. Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari padahasil belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati.Dari beberapa teori belajar kognitif diatas (khusunya tiga dipenjelasan awal) dapat pemakalah ambil sebuah sintesis bahwa masing masingteori
17
memiliki kelebihan dan kelemahan jika diterapkan dalam dunia pendidikan juga pembelajaran. Jika keseluruhan teori diatas memiliki kesamaan yang sama-sama dalam ranah psikologi kognitif, maka disisi lain juga memiliki perbedaan jika diaplikasikan dalam proses pendidikan. Sebagai misal, Teori bermakna ausubel dan discovery Learningnya bruner memiliki sisi pembeda. Dari sudut pandang Teori belajar Bermakna Ausubel memandang bahwa justru ada bahaya jika siswa yang kurang mahir dalam suatu hal mendapat penanganan dengan teori belajar
discoveri,
karena
siswa
cenderung
diberi
kebebasan
untuk
mengkonstruksi sendiri pemahaman tentang segala sesuatu. Oleh karenanya menurut teori belajar Bermakna guru tetap berfungsi sentral sebatas membantu mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman yang hendak diterima oleh siswa namun tetap dengan koridor pembelajaran yang bermakna. Dari poin diatas dapat pemakalah ambilgaris tengah bahwa beberapa teori belajar kognitif diatas, meskipun sama-sama mengedepankan proses berpikir, tidak serta merta dapat diaplikasikan padakonteks pembelajaran secara menyeluruh. Terlebih untuk menyesuaikan teori belajar kognitif ini dengan kompleksitas proses dan sistem pembelajaran sekarang maka harus benar-benar diperhatikan antara karakter masing-masingteori dan kemudian disesuakan dengan tingkatan pendidikan maupun karakteristik peserta didiknya. (Muhammad Maskur. 2013) Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajarnya. Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang tampak. Allah berfirman dalam surat Al-Zumar ayat 9 yang berbunyi :
18
Artinya : “Katakanlah : apakah sama orang -orang yang mengetahui dengan orangorang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya hanya orang-orang berakallah yang mampu menerima pelajaran” 2. Ciri-ciriAliran Kognitivisme Ciri ciri aliran kognitifisme berupa:
Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia
Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
Mementingkn peranan kognitif
Mementingkan kondisi waktu sekarang
Mementingkan pembentukan struktur kognitif Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalambelajar memperoleh dan
mempergunakan bentuk-bentuk reppresentatif yang mewakiliobyek-obyek itu di representasikan atau di hadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang semuanya merupakan sesuatu yangbersifat mental, misalnya
seseorang
menceritakan
pengalamannya
selama
mengadakan
perjalanan keluar negeri, setelah kembali kenegerinya sendiri.Tampat-tempat yang dikunjuginya 3.
Teori Kognitivisme Menurut Beberapa Tokoh a. Teori perkembangan Piaget Piaget adalah seorang tokoh psikologi kognitif yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan pemikiran para pakar kognitif. Menurut Piaget, perkembangan kognitif meruapakan suatu proses genetik, yaitu
suatu
proses
perkembangan sistem
yang syaraf.
didasarkan Dengan
atas makin
mekanisme
biologis
bertambahnya umur
seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya. Ketika individu berkembang menuju kedewasaaan, akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan menyebabkan adanya perubahan-perubahan kualitatif di dalam
19
struktur kognitifnya. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat di defenisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif. (Budiningsih, 2012) Dalam Buku Guru IPA SMP (2015) Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif menjadi empat : 1) Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun) Kemampuan yang dimilkinya antara lain : a)
Melihat dirinya sebagai makhluk yang berbeda dengan objek disekitarnya
b)
Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara
c)
Suka memperhatikan sesuatu lebih lama
d)
Menddefenisikan sesuatu dengan memanipulasinya
e)
Mempertahankan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya
2) Tahap preoperasional (umur 2- 7/8 tahun) 3) Tahap operasional kongkret (umur 7/8 – 11/12 tahun) 4) Tahap operasional formal (umur 11/12 – 18 tahun) b. Teori belajar menurut Brunner Brunner menandai perkembangan kognitif manusia sebagai berikut : 1) Perkembangan intelektual ditandai dengan adanya kemajuan dalam menanggapi suatu ransangan 2) Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan sistem penyimpanan informasi secara realis 3) Perkembangan
intelektual
meliputi
perkembangan
kemampuan
berbicara pada diri sendiri atau pada orang lain melalui kata-kata atau lambang tentang apa yang telah dilakukan dan apa yang akan dilakukan 4) Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang tua dengan anak diperlukan bagi perkembangan kognitifnya
20
5) Bahasa
adalah
kunci
perkembangan
kognitif,
karena
bahasa
merupakan alat komunikasi antar manusia. 6) Perkembangan kognitif ditandai kecakapan untuk mengemukakan beberapa alternative simultan (Budiningsih, 2012 :40). Surat Al-Isra’ ayat 36 :
Artinya “Dan janganlah kamu membiasakan diri daripada apa yang tidak kamu ketahui, karena sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan daya nalar pasti akan ditanya mengenai itu”
c. Teori belajar bermakna Ausubel Teori belajar selama ini masih banyak menekankan pada belajar asosiatif atau belajar menghafal. Belajar seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk struktur kognitif. Dikatakan
bahwa
pengetahuan
diorganisasikan
dalam
ingatan
seseorang dalam struktur hirarkis. Ini berarti bahwa pengetahuan yang lebih umum, inklusif dan abstrak membawahi pengetahuan yang lebih spesifik dan kongkret.Berdasarkan pada konsepsi organisasi kognitif seperti yang dikemukakan Ausubel tersebut, dikembangkan oleh para pakar teori kognitif suatu model yang lebih eksplisit yang disebut dengan skemata.Skemata memiliki fungsi asimilatif. Artinya, bahwa skemata berfungsi untuk mengasimilasikan pengetahuan baru ke dalam hirarki pengetahuan, yang secara progresif lebih rinci dan spesifik dalam struktur kognitif seseorang (Budiningsih, 2012). 4.
Aplikasi Teori Kognitif dalam Kegiatan Pembelajaran Hakikat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas
belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual, dan
21
proses
internal.Langkah-langkah pembelajaran
yang dikemukakan oleh
masing-masing tokoh yang berbeda. Secara garis besar langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan adalah sebagai berikut :
Langkah-langkah pembelajaran menurut Piaget a. Menentukan tujuan pembelajaran b. Memilih materi pelajaran c. Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara aktif d. Menentukan kegiatan pembelajaran yang sesuai untuk topik-topik tersebut e. Mengembangkan metode pembelajaran untuk meransang kreatifitas dan cara berfikir siswa f.
Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
Langkah-langkah pembelajaran menurut Brunner a.
Menentukan tujuan pembelajaran
b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa c. Memilih materi pelajaran d. Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara induktif e. Mengembangkan
bahan
belajar
yang
berupa
contoh-contoh,
ilustrasi,tugas,dan sebagainya untuk dipelajari siswa f.
Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks
g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa Langkah-langkah pembelajaran menurut Ausubel: a. Menentukan tujuan pembelajaran b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa c. Memilih materi pelajaran sesuai karakteristik siswa dan mengatur dalam konsep-konsep inti d. Menentukan topik-topik dan menampilkannya dalam bentuk advance organizer yang akan dipelajari siswa
22
e. Mempelajari konsep konse inti tersebut, dan menerapkannnya dalam bentuk nyata g. Melakukan penilaian proses dannhasil belajar siswa (Budiningsih, 2012).
- - 190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, 191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah
kamidari siksa
neraka.(Ali-Imran)
5. Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif Setiap teori belajar tidak akan pernah sempurna, demikian pula dengan teori belajar kognitif. Di samping memiliki kelebihan – kelebihannya ada pula kelemahan – kelemahannya. a. Kelebihan Teori Belajar Kognitif 1) Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri. Dengan teori belajar kognitif siswa dituntut untuk lebih kreatif karena mereka tidak hanya merespon dan menerima rangsangan saja, tapi memproses
informasi
yang
diperoleh
dan
berfikir
untuk
dapat
menemukan ide-ide dan mengembangkan pengetahuan. Sedangkan membuat siswa lebih mandiri contohnya pada saat siswa mengerjakan soal siswa bisa mengerjakan sendiri karena pada saat belajar siswa menggunakan fikiranya sendiri untuk mengasah daya ingatnya, tanpa bergantung dengan orang lain dengan.
23
2) Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah Teori belajar kognitif membantu siswa memahami bahan ajar lebih mudah karena siswa sebagai peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran yang berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya. Serta Menekankan pada pola pikir peserta didik sehingga bahan ajar yang ada lebih mudah dipahami. b. Kelemahan Teori Belajar kognitif
Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.
Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.
D. Teori Sibernetik
Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru di bandingkan dengan teori-teori belajar yang sudah dibahas sebelumnya. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Hakekat manajemen pembelajaran berdasarkan teori belajar sibernetik adalah usaha guru untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara efektif dengan cara memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur pikiran untuk memahami stimulus dari luar melalui proses pengolahan informasi.
“Teaching as organising students activity” berikut pernyataan Ramsden (dalam Arqam: 2010). Pernyataan ini adalah satu di antara 3 konsep teori mengajar dan praktik mengajar yang diyakini, bahwa mengajar pada dasarnya mengorganisasikan kegiatan peserta didik dalam melakukan serangkaian aktifitas yang melahirkan pengalaman belajar. Mengajar dipandang sebagai proses supervisi dengan sejumlah teknik tertentu sehingga peserta didik dapat belajar dengan optimal seperti yang diharapkan. Secara eksistensial, persoalan pendidikan dan manusia bagaikan hubungan antara jiwa dan raga manusia. Jika jiwa berpotensi menggerakan raga manusia,
24
maka kehidupan manusiapun digerakan oleh pendidikan ke arah pencapaian tujuan akhir. 1. Pengertian Belajar Menurut Aliran Sibernetik Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan dengan teori-teori belajar yang sudah dibahas sebelumnya. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. Seolah-olah teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yaitu mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Proses belajar memang penting dalam teori sibernetik, namun yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses yang akan dipelajari siswa (Budiningsih, 2008). Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda. Hakekat manajemen pembelajaran berdasarkan teori belajar sibernetik adalah usaha guru untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara efektif dengan cara memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur pikiran untuk memahami stimulus dari luar melalui proses pengolahan informasi. Proses pengolahan informasi adalah sebuah pendekatan dalam belajar yang mengutamakan berfungsinya memory. Model proses pengolahan informasi memandang memori manusia seperti komputer yang mengambil atau mendapatkan informasi, mengelola dan mengubahnya dalam bentuk dan isi, kemudian menyimpannya dan menampilkan kembali informasi pada saat dibutuhkan. Dalam upaya menjelaskan bagaimana suatu informasi (pesan pengajaran) diterima, disandi, disimpan, dan dimunculkan kembali dari ingatan serta dimanfaatkan jika diperlukan, telah dikembangkan sejumlah teori dan model
25
pemrosesan informasi oleh Snowman (1986); Baine (1986); dan Tennyson (1989). Teori-teori tersebut umumnya berpijak pada asumsi: a. Bahwa antara stimulus dan respon terdapat suatu seri tahapan pemrosesan informasi dimana pada masing-masing tahapan dibutuhkan waktu tertentu. b. Stimulus yang diproses melalui tahapan-tahapan tadi akan mengalami perubahan bentuk ataupun isinya. c. Salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas (Budiningsih, 2005) dari ketiga asumsi tersebut, dikembangkan teori tentang komponen struktural dan pengatur alur pemrosesan informasi (proses kontrol) antara lain: 1) Sensory Receptor (SR) Sensory Receptor (SR) merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar. Didalam SR informasi ditangkap dalam bentuk asli, informasi hanya dapat bertahan dalam waktu yang sangat singkat, dan informasi tadi mudah terganggu atau berganti. 2) Working Memory (WM) a) Working
Memory(WM)
diasumsikan
mampu
menangkap
informasi yang diberikan perhatian (attention) oleh individu. Pemberian perhatian ini dipengaruhi oleh peran persepsi. Karakter WM adalah bahwa: i. Ia memiliki kapasitas yang terbatas, lebih kurang 7 slots. Informasi didalamnya hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik apabila tanpa pengulangan. ii. Informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya. b) Long Term Memory (LTM) Long Term Memory (LTM) diasumsikan: (a) berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki oleh individu, (b) mempunyai kapasitas tidak terbatas, dan (c) bahwa sekali informasi disimpan dalam LTM ia tidak akan pernah terhapus atau hilang. Persoalan
26
“lupa” pada tahapan ini disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan memunculkan kembali informasi yang diperlukan. Ini berarti, jika informasi ditata dengan baik maka akan memudahkan proses penelusuran dan pemunculan kembali informasi jika diperlukan. Dikemukakan oleh Howard (1983) bahwa informasi disimpan didalam LTM dalam dalam bentuk prototipe, yaitu suatu struktur representasi pengetahuan yang telah dimiliki yang berfungsi sebagai kerangka untuk mengkaitkan Tennyson
(1989)
pengetahuan baru. Dengan ungkapan lain, mengemukakan
bahwa
proses
penyimpanan
informasi merupakan proses mengasimilasikan pengetahuan baru pada pengetahuan yang dimiliki, yang selanjutnya berfungsi sebagai dasar pengetahuan (Budiningsih, 2005).
2. Teori Belajar Menurut Beberapa Tokoh Aliran Sibernetik a. Teori Belajar Menurut Landa Landa membedakan dua macam proses berfikir, yaitu proses berfikir algoritmik dan proses berfikir heuristik. 1) Proses berfikir algoritmik, yaitu proses berfikir yang sistematis, tahap demi tahap, linier, konvergen, lurus menuju kesatu tujuan tertentu. 2) Proses berfikir heuristik, yaitu cara berfikir devergen, menuju kebeberapa target tujuan sekaligus (Budiningsih, 2005). Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran yang hendak dipelajari atau masalah yang hendak di pecahkan diketahui ciricirinya. Materi pelajaran tertentu akan lebih tepat disajikan dalam urutan yang teratur, linier, sekuensial, sedangkan materi pelajaran lainnya akan
lebih tepat bila disajikan dalam bentuk “terbuka” dan memberi kebe basan kepada siswa untuk berimajenasi dan berfikir. Misalnya, agar siswa mampu memahami suatu rumus matematika, mungkin akan lebih efektif jika presentasi informasi tentang rumus tersebut disajikan secara algoritmik. Alasannya, karena suatu rumus matematika
27
biasanya mengikuti aturan tahap demi tahap yang sudah teratur dan mengarah ke satu target tertentu. Namun untuk memahami makna suatu konsep yang lebih luas dan banyak mengandung intrepetasi, misalnya konsep keadilan atau demokrasi, akan lebih baik jika proses berfikir siswa dibimbing kearah
yang “menyebar” atau berfikir heuristik, dengan harapan
pemahaman mereka terhadap konsep itu tidak tunggal, monoton, dogmatik, atau linier. b. Teori Belajar Menurut Pask dan Scott Pask dan scott juga termasuk penganut teori sibernetik. Menurut mereka ada dua macam cara berfikir, yaitu cara berfikir serialis dan cara berfikir wholist atau menyeluruh. Pendekatan serialis yang dikemukakannya memiliki kesamaan dengan pendekatan algoritmik. Namun apa yang dikatakan sebagai cara berfikir menyeluruh (wholist ) tidak sama dengan cara berfikir heuristik. Bedanya, cara berfikir menyeluruh adalah berfikir yang cenderung melompat kedepan, langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi. Ibarat melihat lukisan, bukan detail-detail yang diamati lebih dahulu, melainkan seluruh lukisan itu sekaligus baru sesudah itu ke bagian-bagian yang lebih detail. Sedangkan cara berfikir heuristik yang dikemukakan oleh Landa adalah cara berfikir devergen mengarah kebeberapa aspek sekaligus (Budiningsih, 2005). Siswa tipe wholist atau menyeluruh biasanya dalam mempelajari sesuatu cenderung dilakukan dari tahap yang paling umum kemudian bergerak ke yang lebih khusus atau detail. Sedangkan siswa tipe serialist dalam mempelajari sesuatu cenderung menggunakan cara berfikir secara algoritmik. Teori sibernetik sebagai teori belajar sering kali dikritik karena tidak secara langsung membahas tentang proses belajar sehingga menyulitkan dalam penerapan. Ulasan teori ini cenderung ke dunia psikologi dan informasi dengan mencoba melihat mekanisme kerja otak. Karena pengetahuan dan pemahaman akan mekanisme ini sangat terbatas maka
28
terbatas pula kemampuan untuk menerapkan teori ini. Teori ini memandang manusia sebagai pengolah infomasi, pemikir, dan pencipta. Berdasarkan pandangan tersebut maka diasumsikan bahwa manusia merupakan mahluk yang mampu mengolah, menyimpan, dan mengorganisasikan informasi. Asumsi diatas direfleksikan dalam model belajar dan pembelajaran yang menggambarkan proses mental dalam belajar yang terstuktur membentuk suatu sistem kegiatan mental. Dari model ini dikembangkan prinsip-prinsip belajar seperti: 1) Proses mental dalam belajar terfokus pada pengetahuan yang bermakna. 2) Proses mental tersebut mampu menyandi informasi secara bermakna. 3) Proses mental bermuara pada pengorganisasian pengaktulisasian informasi. 3. Aplikasi Teori Belajar Sibernetik dalam Pembelajaran Teori belajar pengolahan informasi termasuk dalam lingkup teori kognitif yang mengemukakan bahwa belajar adalah proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung dan merupakan perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu. Namun memori kerja manusia mempunyai kapasitas yang terbatas, oleh karena itu untuk mengurangi muatan memori kerja, perlu memperhatikan
kapabilitas
belajar,
peristiwa
pembelajaran,
dan
pengorganisasian atau urutan pembelajaran. Belajar bukan sesuatu yang bersifat alamiah, namun terjadi dengan kondisi-kondisi tertentu, yaitu kondisi internal dan kondisi eksternal. Sehubungan hal tersebut, maka pengelolaan pembelajaran dalam teori belajar sibernetik, menuntut pembelajaran untuk diorganisir dengan baik yang memperhatikan kondisi internal dan kondisi eksternal. Kondisi internal peserta didik yang mempengaruhi proses belajar melalui proses pengolahan informasi, dan yang sangat penting untuk diperhatikan oleh seorang guru dalam mengelola pembelajaran antara lain: a. Kemampuan awal peserta didik
29
Kemampuan awal peserta didik yaitu peserta didik telah memiliki pengetahuan, atau keterampilan yang merupakan prasyarat sebelum mengikuti pembelajaran. Dengan adanya kemampuan prasyarat ini peserta didik diharapkan mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Kemampuan awal peserta didik dapat diukur melalui tes awal, interview, atau cara-cara lain yang cukup sederhana seperti melontarkan pertanyaan pertanyaan. b. Motivasi Motivasi berperan sebagai tenaga pendorong yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik lebih menguntungkan karena dapat bertahan lebih lama. Kebutuhan untuk berprestasi yang bersifat intrinsik cenderung relatif stabil, mereka ini berorientasi pada tugas-tugas belajar yang memberikan tantangan. Pendidik yang dapat mengetahui kebutuhan peserta didik untuk berprestasi dapat memanipulasi motivasi dengan memberikan tugas-tugas yang sesuai untuk peserta didik. c. Perhatian Perhatian merupakan strategi kognitif untuk menerima dan memilih stimulus yang relevan untuk diproses lebih lanjut diantara sekian banyak stimulus yang datang dari luar. Perhatian dapat membuat peserta didik mengarahkan diri ketugas yang diberikan, melihat masalah-masalah yang akan diberikan, memilih dan memberikan fokus pada masalah yang akan diselesaikan, dan mengabaikan hal-hal lain yang tidak relevan. Faktorfaktor yang mempengaruhi perhatian seseorang adalah faktor internal yang mencakup: minat, kelelahan, dan karakteristik pribadi. Sedangkan faktor eksternal mencakup: intensitas stimulus, stimulus yang baru, keragaman stimulus, warna, gerak dan penyajian stimulus secara berkala dan berulang-ulang. d. Persepsi Persepsi
merupakan
proses
yang
bersifat
kompleks
yang
menyebabkan orang dapat menerima atau meringkas informasi yang
30
diperoleh dari lingkungannya. Persepsi sebagai tingkat awal struktur kognitif seseorang. Untuk membentuk persepsi yang akurat mengenai stimulus yang diterima serta mengembangkannya menjadi suatu kebiasaan perlu adanya latihan-latihan dalam bentuk berbagai situasi. Persepsi seseorang menjadi lebih mantap dengan meningkatnya pengalaman. e. Ingatan Ingatan adalah suatu sistem aktif yang menerima, menyimpan, dan mengeluarkan kembali yang telah diterima seseorang. Ingatan sangat selektif, yang terdiri dari tiga tahap, yaitu ingatan sensorik, ingatan jangka pendek, dan ingatan jangka panjang yang relatif permanen. Penyimpanan informasi dalam jangka panjang dilakukan dalam berbagai bentuk, yaitu melalui kejadian-kejadian khusus (episodic), gambaran (image), atau yang berbentuk verbal bersifat abstrak. Daya ingat sangat menentukan hasil belajar yang diperoleh peserta didik. f. Lupa Lupa merupakan hilangnya informasi yang telah disimpan dalam ingatan jangka panjang. Seseorang dapat melupakan informasi yang telah diperoleh karena memang tidak ada informasi yang menarik perhatian, kurang adanya pengulangan atau tidak ada pengelompokan informasi yang diperoleh, mengalami kesulitan dalam mencari kembali informasi yang telah disimpan, ingatan telah aus dimakan waktu atau rusak, ingatan tidak pernah dipakai, materi tidak dipelajari sampai benar-benar dikuasai, adanya gangguan dalam bentuk informasi lain yang menghambatnya untuk mengingat kembali. g. Retensi Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat kembali setelah seseorang mempelajari sesuatu, jadi kebalikan lupa. Apabila seseorang belajar, setelah beberapa waktu apa yang dipelajarinya akan banyak dilupakan, dan apa yang diingatnya akan berkurang jumlahnya. Ada tiga faktor yang mempengaruhi retensi, yaitu: materi yang dipelajari pada
31
permulaan (original learning ), belajar melebihi penguasaan (over learning ), dan pengulangan dengan interval waktu ( spaced review). h. Transfer Transfer merupakan suatu proses yang telah pernah dipelajari, dapat mempengaruhi proses dalam mempelajari materi yang baru. Transfer belajar
atau
transfer
latihan
berarti
aplikasi
atau
pemindahan
pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, sikap, atau respon-respon lain dari satu situasi kesituasi lain.
Kondisi eksternal yang sangat berpangaruh terhadap proses belajar dengan proses pengolahan informasi antara lain: a. Kondisi belajar Kondisi belajar dapat menyebabkan adanya modifikasi tingkah laku yang dapat dilihat sebagai akibat dari adanya proses belajar. Cara yang ditempuh pendidik untuk mengelola pembelajaran sangat bervariasi tergantung pada kondisi
belajar
yang
diharapkan.
Gagne
(dalam
Budiningsih,
2008)
mengklasifikasikan ada lima macam hasil belajar, yakni: (1) keterampilan intelektual, atau pengetahuan prosedural yang mencakup belajar diskriminasi, konsep, prinsip, dan pemecahan masalah yang diperoleh melalui materi yang disajikan dalam pembelajaran di kelas. (2) strategi kognitif, kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam memperhatikan belajar, mengingat, dan berfikir. (3) informasi verbal, kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan. (4) keterampilan
motorik,
kemampuan
untuk
melaksanakan
dan
mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot. (5) si kap, suatu kemampuan internal yang mempengaruhi perilaku seseorang, dan didasari oleh emosi, kepercayaan, serta faktor intelektual. b. Tujuan belajar Tujuan belajar merupakan komponen sistem pembelajaran yang sangat penting, sebab komponen-komponen lain dalam pembelajaran harus bertolak
32
dari tujuan belajar yang hendak dicapai dalam proses belajarnya. Tujuan belajar yang dinyatakan secara spesifik dapat mengarahkan proses belajar, dapat mengukur tingkat ketercapaian tujuan belajar, dan dapat meningkatkan motivasi belajar. c. Pemberian umpan balik Pemberian umpan balik merupakan suatu hal yang sangat penting bagi peserta didik, karena memberikan informasi tentang keberhasilan, kegagalan, dan tingkat kompetensinya.
Berdasarkan deskripsi proses pengolahan informasi yang terjadi merupakan interaksi faktor internal dan eksternal dari peserta didik, maka aplikasi pengelolaan kegiatan pembelajaran berbasis teori sibernetik yang baik untuk dilakukan bagi pendidik agar dapat memperlancar proses belajar peserta didik adalah sebagai berikut: a.
Menarik perhatian.
b.
Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa.
c.
Merangsang ingatan pada prasyarat belajar.
d.
Menyajikan bahan perangsang.
e.
Memberikan bimbingan belajar.
f.
Mendorong unjuk kerja.
g.
Memberikan balikan informatif.
h.
Menilai unjuk kerja.
i.
Meningkatkan retensi dan alih belajar (Budiningsih, 2008: 90).
Menurut Suciati dan Irawan (dalam Budiningsih, 2008) aplikasi teori belajar sibernetik dalam kegiatan pembelajaran baik diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran. b. Menentukan materi pembelajaran. c. Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pelajaran.
33
d. Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut. e. Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasinya. f. Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan materi pelajaran. 4. Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Sibernetik Kelebihan strategi pembelajaran yang berpijak pada teori pemrosesan informasi adalah: a. Cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol. b. Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis. c. Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap. d. Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai. e. Adanya
transfer
belajar
pada
lingkungan
kehidupan
yang
sesungguhnya. f.
Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masingmasing individu.
g. Balikan informatif memberikan rambu-rambu yang jelas t entang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan. Sedangkan kelemahan dari teori sibernetik adalah terlalu menekankan pada sistem informasi yang dipelajari, dan kurang memperhatikan bagaimana proses belajar. 5. Model Pembelajaran yang Sesuai dengan Aliran Sibernetik Menurut teori sibernetik dikatakan proses belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari.Hal ini diasumsikan bahwa tidak ada sa tu proses belajarpun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sisitem informasi.Maka dari
34
itu pemilihan model sebagai sarana pengolahan informasi harus melihat karakteristik siswa yang dihadapi. Model pembelajaran yang sesuai dengan aliran sibernetik, antara lain: a. Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning ) Dalam pembelajaran kooperatif, guru memberikan stimulus berupa kuis atau pertanyaan-pertanyaan sebagai tes kemampuan prasyarat siswa, sehingga siswa aktif berfikir. Dan belajar menurut sibernetik adalah pengolahan informasi oleh siswa. Pengolahan informasi ini terjadi karena adanya stimulus dari guru yang berupa informasi. b. Model pembelajaran open ended Tujuan dari pembelajaran open-ended menurut Nohda (dalam Suherman, 2003) ialah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa melalui problem solving secara simultan. Dengan kata lain, kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa harus dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap siswa. Hal yang harus digarisbawahi adalah perlunya memberi kesempatan siswa
untuk
berfikir
dengan
bebas
sesuai
dengan
minat
dan
kemampuannya. Aktivitas kelas yang penuh dengan ide-ide matematika ini pada gilirannya akan memacu kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa. Ini sejalan dengan hakekat manajemen pembelajaran berdasarkan teori belajar sibernetik adalah usaha guru untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara efektif dengan cara memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur pikiran untuk memahami stimulus dari luar melalui proses pengolahan informasi E. Teori Belajar Informatik
Teori pembelajaran informatik adalah bagian dari teori sibernetik. Dalam upaya menjelaskan bagaimana suatu informasi diterima, disandi, di simpan dan dimunculkan kembali dari ingatan serta dimanfaatkan jika diperlukan, telah dikembangkan sejumlah teori dan model pemprosesan informasi oleh para pakar
35
seperti Biehler (1986), Baine (1986), dan Tennyson (1989). Teori tersebut umumnya berpijak pada tiga asumsi yaitu : 1. Bahwa antara stimulus dan respon terdapat suatu seri tahapan pemprosesan informasi dimana pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu tertentu. 2. Stimulus yang diproses melalui tahapan-tahapan tadi akan mengalami perubahan bentuk ataupun isinya. Kelebihan teori belajar informatik adalah Membantu meningkatkan keaktifan siswa untuk berfikir dalam kegiatan pembelajaran. Siswa akan berusaha mengaitkan suatu kejadian atau proses pembelajaran yang menarik dengan materi yang disampaikan. Kekurangan teori belajar informatik adalah jika guru tidak bisa menyampaikan meteri pembelajaran dengan metode dan alat bantu yang dapat menarik siswa, maka proses pembelajaran akan terasa membosankan. Sehingga tidak akan menarik perhatian siswa yang mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran
36
BAB III PEMBAHASAN
A. MATRIK PERBANDINGAN TEORI BELAJAR BEHAVIORISME DENGAN KONSTUKTIVISME
Tabel 1. Perbandingan Teori Belajar behaviorisme dengan konstruktivisme NO
ASPEK
BEHAVIORISME
KONSTUKTIVISME
1
Sifat pengetahuan
Pengetahuan bersifat objektif, pasti, tetap, terstuktur, rapi
Non-Objektif, temporer, selalu berubah
2
Belajar
Belajar adalah perolehan pengetahuan
Pemaknaan pengetahuan
3
Mengajar
Mengajar adalah memindahkan pengetahuan kepada orang yang belajar
Menggali makna
4
Fungsi mind
Fungsi mind adalah penjiplak pengetahuan
Menginterprestasi sehingga muncul makna yang unik
5
Pembelajaran
Pembelajaran diharapkan memiliki pemahaman yang sama dengan pengajar terhadap pengetahuan yang dipelajari
Pembelajaran bisa memiliki pemahaman berbeda dengan pengetahuan yang dipelajari
6
Pengelolahan pembelajaran
Pembelajaran dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas yang ditetapkan lebih dulu secara ketat pembiasaan displin secara esensial
Pembelajaran dihadapkan pada lingkungan belajar yang bebas . Kebebasan merupakan system yang sangat esensial
37
NO
ASPEK
BEHAVIORISME
Kegagalan atau ketidakmampuan dalam menambah ilmu pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan, harusdihukum 7
Kegagalan dan keberhasilan pembelajaran
KONSTUKTIVISME
Kegagalan dan keberhasilan , kemampuan atau ketiakmampuan dilihat sebgai interprestasi yang berbeda yang perlu dihargai
Keberhasilan atau kemampuan dikategoikan sebgai bentuk prilaku yang pantas dipuji atau diberi hadiah Ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentuan keberhasilan Control belajar dipegang oleh sistem diluar diri pembelajaran
Kebebasan dipandang sebagai penentuan keberhasilan Control belajar dipegang oleh pembelajar
8
Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran menekakankan pada Tujuan pembelajaran menekankan pada penciptaan penambahan pengetahuan. Seorang telah dikatakan pemahaman, yang menuntut aktivitas kreatiftelah belajar apabila mampu mengungkapkan kembali produktif dalam konteks nyata. apayang telah dipelajari
9
Strategi pembelajaran
Ketrampilan terisolasi mengikuti urutan kurikulum yang ketat. . Aktivitas belajar mengikuti buku teks. Menekankan pada hasil
Penggunaan pengetahuan secara bermakna . Mengikuti pandangan pembelajaran . Aktivitas belajar dalam konteks nyata Menekankan pada proses
10
Evaluasi
Respons pasif menuntut satu jawaban benar evaluasi merupakan bagian terpisah dari belajar
Penyusunan makna secara aktif. Menuntut pemecahan ganda Evaluasi merupakan bagian utuh dari belajar
38
NO
ASPEK
BEHAVIORISME
Kegagalan atau ketidakmampuan dalam menambah ilmu pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan, harusdihukum 7
Kegagalan dan keberhasilan pembelajaran
KONSTUKTIVISME
Kegagalan dan keberhasilan , kemampuan atau ketiakmampuan dilihat sebgai interprestasi yang berbeda yang perlu dihargai
Keberhasilan atau kemampuan dikategoikan sebgai bentuk prilaku yang pantas dipuji atau diberi hadiah Ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentuan keberhasilan Control belajar dipegang oleh sistem diluar diri pembelajaran
Kebebasan dipandang sebagai penentuan keberhasilan Control belajar dipegang oleh pembelajar
8
Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran menekakankan pada Tujuan pembelajaran menekankan pada penciptaan penambahan pengetahuan. Seorang telah dikatakan pemahaman, yang menuntut aktivitas kreatiftelah belajar apabila mampu mengungkapkan kembali produktif dalam konteks nyata. apayang telah dipelajari
9
Strategi pembelajaran
Ketrampilan terisolasi mengikuti urutan kurikulum yang ketat. . Aktivitas belajar mengikuti buku teks. Menekankan pada hasil
Penggunaan pengetahuan secara bermakna . Mengikuti pandangan pembelajaran . Aktivitas belajar dalam konteks nyata Menekankan pada proses
10
Evaluasi
Respons pasif menuntut satu jawaban benar evaluasi merupakan bagian terpisah dari belajar
Penyusunan makna secara aktif. Menuntut pemecahan ganda Evaluasi merupakan bagian utuh dari belajar
38
B. MATRIK PERBANDINGAN TEORI BELAJAR KONSTUKTIVISME DENGAN SIBERNETIK
Tabel 2. Perbandingan Teori Belajar kontrutivisme dengan Sibernetik NO 1 2 3 4 5 6
7
ASPEK Sifat pengetahuan Belajar
KONSTUKTIVISME Non-Objektif, temporer, selalu berubah
SIBERNETIK Cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol
Pemaknaan pengetahuan
Belajar adalah pengolahan informasi. Belajar bisa di dalam kelas ataupun di luar kelas. Mengajar Menggali makna Yang terpenting informasi yang terk andung dalam materi pelajaran bisa diproses dengan berbagai cara oleh peserta didik. Fungsi mind Menginterprestasi sehingga muncul makna Memproses informasi dalam jangka panjang yang unik Pembelajaran Pembelajaran bisa memiliki pemahaman Pembelajaran berlangsung sejalan dengan system informasi, berbeda dengan pengetahuan yang dipelajari tidak ada satupun cara belajar ideal untuk segala situasi. Pengelolahan Pembelajaran dihadapkan pada lingkungan Ada tiga tahap roses pengolahan informasi dalam ingatan, pembelajaran belajar yang bebas . Kebebasan merupakan yakni dimulai dari proses penyandian informasi (encoding), system yang sangat esensial diikuti dengan penyimpanan informasi (storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval). Kegagalan dan Kegagalan dan keberhasilan , kemampuan atau Sering kali dikritik karena lebih menekankan pada system keberhasilan ketiakmampuan dilihat sebgai interprestasi yang informasi yang akan dipelajari, sementara itu bagaimana proses pembelajaran berbeda yang perlu dihargai belajar berlangsung dalam diri individu sangat di tentukan oleh system informasi yang dipelajari. Teori ini memandang manusia sebagai pengolah informasi, pemikir, dan pencipta Kebebasan dipandang sebagai penentuan memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing keberhasilan Control belajar dipegang oleh individu pembelajar
39
B. MATRIK PERBANDINGAN TEORI BELAJAR KONSTUKTIVISME DENGAN SIBERNETIK
Tabel 2. Perbandingan Teori Belajar kontrutivisme dengan Sibernetik NO 1
ASPEK Sifat pengetahuan Belajar
KONSTUKTIVISME Non-Objektif, temporer, selalu berubah
SIBERNETIK Cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol
Belajar adalah pengolahan informasi. Belajar bisa di dalam kelas ataupun di luar kelas. Mengajar Menggali makna Yang terpenting informasi yang terk andung dalam materi pelajaran bisa diproses dengan berbagai cara oleh peserta didik. Fungsi mind Menginterprestasi sehingga muncul makna Memproses informasi dalam jangka panjang yang unik Pembelajaran Pembelajaran bisa memiliki pemahaman Pembelajaran berlangsung sejalan dengan system informasi, berbeda dengan pengetahuan yang dipelajari tidak ada satupun cara belajar ideal untuk segala situasi. Pengelolahan Pembelajaran dihadapkan pada lingkungan Ada tiga tahap roses pengolahan informasi dalam ingatan, pembelajaran belajar yang bebas . Kebebasan merupakan yakni dimulai dari proses penyandian informasi (encoding), system yang sangat esensial diikuti dengan penyimpanan informasi (storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval). Kegagalan dan Kegagalan dan keberhasilan , kemampuan atau Sering kali dikritik karena lebih menekankan pada system keberhasilan ketiakmampuan dilihat sebgai interprestasi yang informasi yang akan dipelajari, sementara itu bagaimana proses pembelajaran berbeda yang perlu dihargai belajar berlangsung dalam diri individu sangat di tentukan oleh system informasi yang dipelajari. Teori ini memandang manusia sebagai pengolah informasi, pemikir, dan pencipta Kebebasan dipandang sebagai penentuan memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing keberhasilan Control belajar dipegang oleh individu pembelajar
2 3 4 5 6
7
Pemaknaan pengetahuan
39
NO
ASPEK
8
Tujuan pembelajaran
9
Strategi pembelajaran
10
Evaluasi
KONSTUKTIVISME
SIBERNETIK
Menekankan pada penciptaan pemahaman, yang menuntut aktivitas kreatif-produktif dalam konteks nyata. Penggunaan pengetahuan secara bermakna . Mengikuti pandangan pembelajaran . Aktivitas belajar dalam konteks nyata Menekankan pada proses Penyusunan makna secara aktif. Menuntut pemecahan ganda Evaluasi merupakan bagian utuh dari belajar
Menekankan pada lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri Aliran ini lebih menekankan bagaimana kegiatan pembelajaran menjadi menarik. artinya mendapatkan perhatian dari peserta didik diperlukan alat bantu Lebih menekankan bagaimana peserta didik mengembangkan cara untuk memecahkan masalah. Menggunakan berbagai cara untuk mengontrol proses belajar/berfikir
C. Matrik Keterkaitan Teori Belajar Kognitifistik, Behavioristik, Sibernatik, dan Informatik
Tabel 3. Matriks Keterkaitan Teori Belajar Kognitifistik ,Behavioristik, Sibernatik dan Informatik Konsep
Kelebihan
BEHAVIORISTIK
KOGNITIFISTIK
SIBERNETIK
1. Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar
1. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri. 2. membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
1. Cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol. 2. Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis. 3. Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap. 4. Adanya keterarahan seluruh kegiatan kepada tujuan yang ingin dicapai. 5. Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang
2. Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang menbutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan, dan sebagainya.
40
INFORMATIK 1.
Membantu meningkatkan keaktifan siswa untuk berfikir dalam kegiatan pembelajaran. Siswa akan berusaha mengaitkan suatu kejadian atau
NO
ASPEK
8
Tujuan pembelajaran
9
Strategi pembelajaran
10
Evaluasi
KONSTUKTIVISME
SIBERNETIK
Menekankan pada penciptaan pemahaman, yang menuntut aktivitas kreatif-produktif dalam konteks nyata. Penggunaan pengetahuan secara bermakna . Mengikuti pandangan pembelajaran . Aktivitas belajar dalam konteks nyata Menekankan pada proses Penyusunan makna secara aktif. Menuntut pemecahan ganda Evaluasi merupakan bagian utuh dari belajar
Menekankan pada lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri Aliran ini lebih menekankan bagaimana kegiatan pembelajaran menjadi menarik. artinya mendapatkan perhatian dari peserta didik diperlukan alat bantu Lebih menekankan bagaimana peserta didik mengembangkan cara untuk memecahkan masalah. Menggunakan berbagai cara untuk mengontrol proses belajar/berfikir
C. Matrik Keterkaitan Teori Belajar Kognitifistik, Behavioristik, Sibernatik, dan Informatik
Tabel 3. Matriks Keterkaitan Teori Belajar Kognitifistik ,Behavioristik, Sibernatik dan Informatik Konsep
Kelebihan
BEHAVIORISTIK
KOGNITIFISTIK
SIBERNETIK
1. Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar
1. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri. 2. membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
1. Cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol. 2. Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis. 3. Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap. 4. Adanya keterarahan seluruh kegiatan kepada tujuan yang ingin dicapai. 5. Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang
2. Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang menbutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya tahan, dan sebagainya.
INFORMATIK 1.
Membantu meningkatkan keaktifan siswa untuk berfikir dalam kegiatan pembelajaran. Siswa akan berusaha mengaitkan suatu kejadian atau
40
Konsep
BEHAVIORISTIK
KOGNITIFISTIK
3. Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Jika menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang bersangkutan
SIBERNETIK
sesungguhnya. 6. Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masingmasing individu 7. Balikan informativ memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.
4. Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa , suka mengulangi dan harus dibiasakan , suka meniru dan senang dengan bentuk bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian. 5. Mampu membentuk suatu perilaku yang diinginkan mendapatkan penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif, yang didasari pada perilaku yang tampak. 6. Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang kontinue dapat mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk sebelumnya. Jika anak sudah mahir dalam satu bidang tertentu maka akan lebih dapat dikuatkan lagi dengan pembiasaan dan
41
INFORMATIK
proses pembelajaran yang menarik dengan materi yang disampaikan,
Konsep
BEHAVIORISTIK
KOGNITIFISTIK
3. Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Jika menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang bersangkutan
SIBERNETIK
INFORMATIK
sesungguhnya. 6. Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masingmasing individu 7. Balikan informativ memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.
4. Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa , suka mengulangi dan harus dibiasakan , suka meniru dan senang dengan bentuk bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
proses pembelajaran yang menarik dengan materi yang disampaikan,
5. Mampu membentuk suatu perilaku yang diinginkan mendapatkan penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif, yang didasari pada perilaku yang tampak. 6. Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang kontinue dapat mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk sebelumnya. Jika anak sudah mahir dalam satu bidang tertentu maka akan lebih dapat dikuatkan lagi dengan pembiasaan dan
41
Konsep
BEHAVIORISTIK
KOGNITIFISTIK
SIBERNETIK
INFORMATIK
pengulangan yang kontinue tersebut dan lebih optimal.
Kekurangan
7. Bahan pelajarn yang disusun secara hierarkis dari yang sederhana sampai pada yang kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu mampu menghasilkan sustu perilaku yang konsisten terhadap bidang tertentu. 1. Sebuah konsekuensi bagi guru, untuk 1. teori tidak menyusun bahan pelajaran dalam bentuk menyeluruh yang sudah siap untuk semua tingkat 2. Tidak setiap mata pelajaran bisa pendidikan. menggunakan metode ini 2. sulit di praktikkan 3. Penerapan teori behavioristik yang salah khususnya di dalam suatu situasi pembelajaran juga tingkat lanjut. mengakibatkan terjadinya proses 3. beberapa pembelajaran yang sangat tidak prinsip seperti menyenangkan bagi siswa yaitu guru intelegensi sulit sebagai sentral, bersikap otoriter, dipahami dan komunikasi berlangsung satu arah, guru pemahamannya melatih dan menentukan apa yang harus masih belum dipelajari murid. tuntas.
42
1. teori ini dikritik karena lebih menekankan pada sis tem informasi yang dipelajari, dan kurang memperhatikan bagaimana proses belajar
1.
jika guru tidak bisa menyampaikan meteri pembelajaran dengan metode dan alat bantu yang dapat menarik siswa, maka proses pembelajaran akan terasa membosankan. Sehingga tidak akan menarik perhatian siswa
Konsep
BEHAVIORISTIK
KOGNITIFISTIK
SIBERNETIK
INFORMATIK
pengulangan yang kontinue tersebut dan lebih optimal.
Kekurangan
7. Bahan pelajarn yang disusun secara hierarkis dari yang sederhana sampai pada yang kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu mampu menghasilkan sustu perilaku yang konsisten terhadap bidang tertentu. 1. Sebuah konsekuensi bagi guru, untuk 1. teori tidak menyusun bahan pelajaran dalam bentuk menyeluruh yang sudah siap untuk semua tingkat 2. Tidak setiap mata pelajaran bisa pendidikan. menggunakan metode ini 2. sulit di praktikkan 3. Penerapan teori behavioristik yang salah khususnya di dalam suatu situasi pembelajaran juga tingkat lanjut. mengakibatkan terjadinya proses 3. beberapa pembelajaran yang sangat tidak prinsip seperti menyenangkan bagi siswa yaitu guru intelegensi sulit sebagai sentral, bersikap otoriter, dipahami dan komunikasi berlangsung satu arah, guru pemahamannya melatih dan menentukan apa yang harus masih belum dipelajari murid. tuntas.
1. teori ini dikritik karena lebih menekankan pada sis tem informasi yang dipelajari, dan kurang memperhatikan bagaimana proses belajar
1.
jika guru tidak bisa menyampaikan meteri pembelajaran dengan metode dan alat bantu yang dapat menarik siswa, maka proses pembelajaran akan terasa membosankan. Sehingga tidak akan menarik perhatian siswa
42
Konsep
BEHAVIORISTIK
KOGNITIFISTIK
SIBERNETIK
INFORMATIK
yang mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran.
4. Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif 5. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa 6. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. 7. Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu kondisi pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah guru melatih dan menetukan apa yang harus dipelajari murid sehingga dapat menekan kreatifitas siswa.
43
Konsep
BEHAVIORISTIK
KOGNITIFISTIK
SIBERNETIK
INFORMATIK
yang mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran.
4. Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif 5. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa 6. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. 7. Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu kondisi pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah guru melatih dan menetukan apa yang harus dipelajari murid sehingga dapat menekan kreatifitas siswa.
43
Konsep
BEHAVIORISTIK
KOGNITIFISTIK
Perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Pengertian belajar
Pembelajaran
Perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Stimulus dan respon, apa yang terjadi Setiap orang telah pada diri individu tidak diperhatikan mempunyai faktor lain penguatan atau reinforcement pengalaman dan (positif dan negative) pengetahuan didalam dirinya, dan tertata dalam bentuk struktur kognitif, pembelajaran akan berhasil bila materi baru bersinambung dengan stuktur kognitif yang sudah ada.
44
SIBERNETIK
INFORMATIK
Pengolahan informasi.
Perubahan proses informasi dari lingkungan menjadi struktur kognitif.
Pembelajaran berlangsung sejalan dengan sistem informasi. Tidak ada satu pun cara belajar ideal untuk segala situasi.
Lebih mengarah pada pemprosesan informasi, mulai dari mengumpulkan dan menghadirkan informasi, menyimpan, serta mendapatkan kembali dari ingatan pada saat dibutuhkan.
Konsep
BEHAVIORISTIK
KOGNITIFISTIK
Perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Pengertian belajar
Pembelajaran
Perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Stimulus dan respon, apa yang terjadi Setiap orang telah pada diri individu tidak diperhatikan mempunyai faktor lain penguatan atau reinforcement pengalaman dan (positif dan negative) pengetahuan didalam dirinya, dan tertata dalam bentuk struktur kognitif, pembelajaran akan berhasil bila materi baru bersinambung dengan stuktur kognitif yang sudah ada.
SIBERNETIK
INFORMATIK
Pengolahan informasi.
Perubahan proses informasi dari lingkungan menjadi struktur kognitif.
Pembelajaran berlangsung sejalan dengan sistem informasi. Tidak ada satu pun cara belajar ideal untuk segala situasi.
Lebih mengarah pada pemprosesan informasi, mulai dari mengumpulkan dan menghadirkan informasi, menyimpan, serta mendapatkan kembali dari ingatan pada saat dibutuhkan.
KOGNITIFISTIK
SIBERNETIK
INFORMATIK
Pengetahuan didapat dari kebiasaan yang didukung oleh reinfoecement .
Pengetahuan didapat dari proses berpikir.
Pengetahuan didapat dari pengolahan informasi.
Pengetahuan didapat dari mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima setiap hari dari lingkungan sekeliling.
Sebagai dorongan memperkuat dan menjaga tingkah laku atau kebiasaan.
Sebagai feedback apakah kemungkinan yang akan terjadi jika suatu perilaku diulangi lagi.
Sebagai motivator siswa dalam mengolah informasi yang diterimanya.
Sebagai motivator siswa dalam mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat atau mengkode informasi yang diterimanya.
44
Konsep
BEHAVIORISTIK
Asumsi
Peranan penguatan
45
Konsep
BEHAVIORISTIK
KOGNITIFISTIK
SIBERNETIK
INFORMATIK
Pengetahuan didapat dari kebiasaan yang didukung oleh reinfoecement .
Pengetahuan didapat dari proses berpikir.
Pengetahuan didapat dari pengolahan informasi.
Pengetahuan didapat dari mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima setiap hari dari lingkungan sekeliling.
Sebagai dorongan memperkuat dan menjaga tingkah laku atau kebiasaan.
Sebagai feedback apakah kemungkinan yang akan terjadi jika suatu perilaku diulangi lagi.
Sebagai motivator siswa dalam mengolah informasi yang diterimanya.
Sebagai motivator siswa dalam mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat atau mengkode informasi yang diterimanya.
KOGNITIFISTIK
SIBERNETIK
INFORMATIK
Kegiatan belajar ditekankan pada aktifitas yang menuntut siswa mengungkapkan kembali pengetahuan yang telah dipelajari
Kegiatan belajar ditekankan pada aspek berpikir (thinking ) dan proses mental yang berkaitan dengannya seperti ingatan (memori).
Kegiatan belajar ditekankan pada proses pengolahan informasi (encoding ), diikuti dengan penyimpanan informasi ( storange), dan diakhiri dengan mrngungkapkan kembali informasi (retrieval ).
Membentuk kedisiplinan dan tanggung jawab dalam proses belajar dan pembelajaran
Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah (problem solving) nad meningkatkan motivasi.
Cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol, penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis, kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap, adanya keterarahan seluruh kegiatan kepada tujuan yang ingin dicapai, adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya, kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing individu.
Kegiatan belajar ditekankan pada proses mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat atau mengkode informasi agar dapat digunakan ketika perlu. Pembelajaran yang dialami siswa akan lebih bermakna karena siswa sendiri yang memproses informasi yang diterimanya. Dimulai dari mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat atau mengkode informasi.
Asumsi
Peranan penguatan
45
Konsep
BEHAVIORISTIK
Aplikasi dalam pembelajaran
Kelebihan
46
Konsep
BEHAVIORISTIK
KOGNITIFISTIK
SIBERNETIK
INFORMATIK
Kegiatan belajar ditekankan pada aktifitas yang menuntut siswa mengungkapkan kembali pengetahuan yang telah dipelajari
Kegiatan belajar ditekankan pada aspek berpikir (thinking ) dan proses mental yang berkaitan dengannya seperti ingatan (memori).
Kegiatan belajar ditekankan pada proses pengolahan informasi (encoding ), diikuti dengan penyimpanan informasi ( storange), dan diakhiri dengan mrngungkapkan kembali informasi (retrieval ).
Membentuk kedisiplinan dan tanggung jawab dalam proses belajar dan pembelajaran
Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah (problem solving) nad meningkatkan motivasi.
Cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol, penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis, kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap, adanya keterarahan seluruh kegiatan kepada tujuan yang ingin dicapai, adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya, kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing individu.
Kegiatan belajar ditekankan pada proses mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat atau mengkode informasi agar dapat digunakan ketika perlu. Pembelajaran yang dialami siswa akan lebih bermakna karena siswa sendiri yang memproses informasi yang diterimanya. Dimulai dari mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat atau mengkode informasi.
Aplikasi dalam pembelajaran
Kelebihan
46
Konsep
BEHAVIORISTIK
Cendrung mengarahkan siswa untuk berpikir linier, konvergen, tidak kreatif, dan tidak produktif.
Kelemahan
KOGNITIFISTIK
SIBERNETIK
INFORMATIK
Keberhasilan sebuah pembelajaran tidak dapat diukur hanya dengan satu orang siswa saja , maksudnya kemampuan siswa harus diperhatikan. konsekuensinya adalah guru harus rajin mempelajari hal-hal baru. Fasilitas-fasilitas dalam lingkungan juga harus mendukung, agar siswa semakin yakin dengan apa yang telah mereka pelajari.
Lebih menekankan pada sistem informasi yang dipelajari, dan kurang memperhatikan bagaimana proses belajar.
Jika tidak didampingi guru sebagai evaluator, bisa jadi siswa salah dalam memberi kode informasi sehingga konsep informasi yang akan disimpan salah. Akan sulit jika ingin mengubahnya kembali.
47
Konsep
BEHAVIORISTIK
Cendrung mengarahkan siswa untuk berpikir linier, konvergen, tidak kreatif, dan tidak produktif.
Kelemahan
KOGNITIFISTIK
SIBERNETIK
INFORMATIK
Keberhasilan sebuah pembelajaran tidak dapat diukur hanya dengan satu orang siswa saja , maksudnya kemampuan siswa harus diperhatikan. konsekuensinya adalah guru harus rajin mempelajari hal-hal baru. Fasilitas-fasilitas dalam lingkungan juga harus mendukung, agar siswa semakin yakin dengan apa yang telah mereka pelajari.
Lebih menekankan pada sistem informasi yang dipelajari, dan kurang memperhatikan bagaimana proses belajar.
Jika tidak didampingi guru sebagai evaluator, bisa jadi siswa salah dalam memberi kode informasi sehingga konsep informasi yang akan disimpan salah. Akan sulit jika ingin mengubahnya kembali.
SIBERNETIK
INFORMATIK
47
Konsep
Tokoh yang mendukung
BEHAVIORISTIK
KOGNITIFISTIK
John B. Watson, ivan Petrovich Pavlov, Gestalt, Albert Landa dan Pask dan Scott. Edward Lee Thorndike, Clark Leonard Bandura, dan Jean Hull, Edwin Ray Guthrie, Burrhus Piaget. Frederick Skinner.
Robert Milis Gagne
D. Implementasi Teori Belajar dalam Pembelajaran
Tabel 4. Implementasi Teori Belajar dalam Pembelajaran TAHAP KOGNITIF PEMBELAJARAN Langkah-langkah: 1) Siswa merupakan pembelajar yang aktif. 2) Guru mempersiapkan materi pelajaran secara umum saja. 3) Materi yang disiapkan menitik beratkan pada pengetahuan dan pengalaman Perencanaan yang dimiliki siswa. 4) Menyiapkan atau membuka berbagai fasilitas untuk menunjang siswa dalam proses pembelajaran.
BEHAVIOR
SIBERNATIK
INFORMATIK
Langkah-langkah: 1) Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu keterampilan tertentu. 2) Menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang telah siap (modul, instruksi, dll). 3) Bahan pelajaran disusun dari sederhana menuju kompleks. 4) Mempersiapkan media dan fasilitas pembelajaran yang dibutuhkan.
Langkah-langkah 1) Siswa adalah pelajar yang dapat berpikir secara aktif dan mampu mengelola informasi yang didapatnya. 2) Guru mempersiapkan materi/informasi yang akan disampaikan kepada siswa. 3) Materi/informasi yang disiapkan hanya secara garis besarnya saja.
Langkah-langkah 1) Siswa adalah pelajar yang mampu mengelola informasi yang didapatnya. 2) Guru mempersiapkan materi/informasi yang akan disampaikan kepada siswa. 3) Materi/informasi yang disiapkan hanya secara garis besarnya saja. 4) Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem
48
Konsep
Tokoh yang mendukung
BEHAVIORISTIK
KOGNITIFISTIK
SIBERNETIK
John B. Watson, ivan Petrovich Pavlov, Gestalt, Albert Landa dan Pask dan Scott. Edward Lee Thorndike, Clark Leonard Bandura, dan Jean Hull, Edwin Ray Guthrie, Burrhus Piaget. Frederick Skinner.
INFORMATIK
Robert Milis Gagne
D. Implementasi Teori Belajar dalam Pembelajaran
Tabel 4. Implementasi Teori Belajar dalam Pembelajaran TAHAP KOGNITIF PEMBELAJARAN Langkah-langkah: 1) Siswa merupakan pembelajar yang aktif. 2) Guru mempersiapkan materi pelajaran secara umum saja. 3) Materi yang disiapkan menitik beratkan pada pengetahuan dan pengalaman Perencanaan yang dimiliki siswa. 4) Menyiapkan atau membuka berbagai fasilitas untuk menunjang siswa dalam proses pembelajaran.
BEHAVIOR
SIBERNATIK
INFORMATIK
Langkah-langkah: 1) Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu keterampilan tertentu. 2) Menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang telah siap (modul, instruksi, dll). 3) Bahan pelajaran disusun dari sederhana menuju kompleks. 4) Mempersiapkan media dan fasilitas pembelajaran yang dibutuhkan.
Langkah-langkah 1) Siswa adalah pelajar yang dapat berpikir secara aktif dan mampu mengelola informasi yang didapatnya. 2) Guru mempersiapkan materi/informasi yang akan disampaikan kepada siswa. 3) Materi/informasi yang disiapkan hanya secara garis besarnya saja.
Langkah-langkah 1) Siswa adalah pelajar yang mampu mengelola informasi yang didapatnya. 2) Guru mempersiapkan materi/informasi yang akan disampaikan kepada siswa. 3) Materi/informasi yang disiapkan hanya secara garis besarnya saja. 4) Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem
SIBERNATIK
INFORMATIK
48
TAHAP PEMBELAJARAN
KOGNITIF
BEHAVIOR
5) Mempersiapkan evaluasi yang akan digunakan untuk menilai siswa di akhir pembelajaran berdasarkan perilaku yang tampak.
Pelaksanaan
Langkah-langkah: 1) Mempersiapkan kondisi siswa yang aktif dalam proses pembelajaran. 2) Guru menjelaskan pelajaran secara umum. 3) Guru memberikan permasalahan yang akan diselesaikan siswa dalam kurun waktu tertentu. 4) Siswa melakukan proses berpikir dan menemukan sesuatu. 5) Guru memeriksa hasil kerja siswa dan mengkonfimasi jika ada kesalahan-kesalahan. 6) Jika tidak ada kesalahan, guru
Langkah-langkah: 1) Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat diikuti contoh-contoh (dilakukan sendiri/ simulasi). 2) Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. 3) Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan 4) Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang tidak
49
informasinya. 5) Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut. 6) Guru mendesain pembelajaran bervariasi.
Langkah-Langkah: 1) Menentukan tujuantujuan pembelajaran. 2) Menentukan materi pembelajaran. 3) Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pelajaran. 4) Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut. 5) Menyusun materi pelajaran d alam urutan yang sesuai dengan
Langkah-langkah: 1) Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan materi pelajaran. 2) Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pelajaran. 3) Mengkode informasi, menyimpan informasi. 4) Menampilkan kembali informasi yang telah disimpan dengan cara bervariasi.
TAHAP PEMBELAJARAN
KOGNITIF
BEHAVIOR
SIBERNATIK
5) Mempersiapkan evaluasi yang akan digunakan untuk menilai siswa di akhir pembelajaran berdasarkan perilaku yang tampak.
Pelaksanaan
Langkah-langkah: 1) Mempersiapkan kondisi siswa yang aktif dalam proses pembelajaran. 2) Guru menjelaskan pelajaran secara umum. 3) Guru memberikan permasalahan yang akan diselesaikan siswa dalam kurun waktu tertentu. 4) Siswa melakukan proses berpikir dan menemukan sesuatu. 5) Guru memeriksa hasil kerja siswa dan mengkonfimasi jika ada kesalahan-kesalahan. 6) Jika tidak ada kesalahan, guru
Langkah-langkah: 1) Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat diikuti contoh-contoh (dilakukan sendiri/ simulasi). 2) Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. 3) Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan 4) Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang tidak
INFORMATIK
informasinya. 5) Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut. 6) Guru mendesain pembelajaran bervariasi.
Langkah-Langkah: 1) Menentukan tujuantujuan pembelajaran. 2) Menentukan materi pembelajaran. 3) Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pelajaran. 4) Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut. 5) Menyusun materi pelajaran d alam urutan yang sesuai dengan
Langkah-langkah: 1) Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan materi pelajaran. 2) Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pelajaran. 3) Mengkode informasi, menyimpan informasi. 4) Menampilkan kembali informasi yang telah disimpan dengan cara bervariasi.
SIBERNATIK
INFORMATIK
49
TAHAP PEMBELAJARAN
KOGNITIF
menganggap siswa telah paham dengan materi yang diajarkan.
Penilaian
Penilaian atau evaluasi belajar siswa diukur dengan mengamati proses ketika siswa menemukan sesuatu dalam pembelajaran yang diikutinya. Selain itu, penilaian juga dapat dilakukan guru dengan memberikan masalah baru kepada siswa. Dan siswa dituntut untuk mengerjakannya sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dimilikinya.
BEHAVIOR
sesuai keinginan mendapat sistem informasinya. penguatan negatif. 6) Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan materi pelajaran. Penilaian atau evaluasi belajar Penilaian atau evaluasi siswa diukur hanya pada hal- belajar siswa pada teori hal yang nyata dan dapat sibernetik diukur dengan diamati sehingga hal-hal yang mengamati cara siswa bersifat tidak teramati kurang mengolah informasi yang dijangkau dalam proses diberikan kepadanya. penilaian. Penilaian menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test . Penilaian hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya jika siswa menjawab secara
“benar”
sesuai
dengan
keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar
50
Penilaian atau evaluasi belajar siswa pada teori informatik diukur dengan mengamati cara siswa mengolah informasi yang diberikan kepadanya, hingga pada penampilan kembali informasi yang telah diolah tersebut dengan cara yang bervariasi.
TAHAP PEMBELAJARAN
KOGNITIF
menganggap siswa telah paham dengan materi yang diajarkan.
Penilaian
Penilaian atau evaluasi belajar siswa diukur dengan mengamati proses ketika siswa menemukan sesuatu dalam pembelajaran yang diikutinya. Selain itu, penilaian juga dapat dilakukan guru dengan memberikan masalah baru kepada siswa. Dan siswa dituntut untuk mengerjakannya sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dimilikinya.
BEHAVIOR
SIBERNATIK
sesuai keinginan mendapat sistem informasinya. penguatan negatif. 6) Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan materi pelajaran. Penilaian atau evaluasi belajar Penilaian atau evaluasi siswa diukur hanya pada hal- belajar siswa pada teori hal yang nyata dan dapat sibernetik diukur dengan diamati sehingga hal-hal yang mengamati cara siswa bersifat tidak teramati kurang mengolah informasi yang dijangkau dalam proses diberikan kepadanya. penilaian. Penilaian menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test . Penilaian hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya jika siswa menjawab secara
“benar”
sesuai
INFORMATIK
Penilaian atau evaluasi belajar siswa pada teori informatik diukur dengan mengamati cara siswa mengolah informasi yang diberikan kepadanya, hingga pada penampilan kembali informasi yang telah diolah tersebut dengan cara yang bervariasi.
dengan
keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar
50
TAHAP PEMBELAJARAN
KOGNITIF
BEHAVIOR
dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran.
51
SIBERNATIK
INFORMATIK
TAHAP PEMBELAJARAN
KOGNITIF
BEHAVIOR
SIBERNATIK
dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran.
51
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berbagai teori belajar penting untuk dimengerti dan diterapkan sesuai dengan kondisi dan konteks pembelajaran yang dihadapi. Selain itu juga perlu dipahami implementasi pengajarn supaya tercipta pengajaran yang efektif. Dengnan memahami teori-teori pembelajaran, implementasi pengajaran dapat menciptakan pengajaran yang efektif.
B. Saran
Diharapkan kepada para pembaca khususnya peserta didik baik pelajar maupun mahasiswa, para pendidik, para perancang pendidikan, serta pengembang program-program pendidikan agar mengetahui teori pembelajaran dan dapat memahami bentuk-bentuk pembelajaran sehingga tujuan pendidikan akan benar benar dapat dicapai dan menghasilkan out put-out put yang berkualitas.
INFORMATIK
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berbagai teori belajar penting untuk dimengerti dan diterapkan sesuai dengan kondisi dan konteks pembelajaran yang dihadapi. Selain itu juga perlu dipahami implementasi pengajarn supaya tercipta pengajaran yang efektif. Dengnan memahami teori-teori pembelajaran, implementasi pengajaran dapat menciptakan pengajaran yang efektif.
B. Saran
Diharapkan kepada para pembaca khususnya peserta didik baik pelajar maupun mahasiswa, para pendidik, para perancang pendidikan, serta pengembang program-program pendidikan agar mengetahui teori pembelajaran dan dapat memahami bentuk-bentuk pembelajaran sehingga tujuan pendidikan akan benar benar dapat dicapai dan menghasilkan out put-out put yang berkualitas.
52