Teknologi Sosrobahu, Teknologi Putar Lengan Jalan Ciptaan Anak Bangsa
“ Diilhami dari kejadian di garasi, Tjokorda Raka Sukawati menemukan teknik
baru
menggeser
landasan beton
putar
untuk
ratusan
ton.
Teknologi ini sudah teruji secara teknis maupun ekonomis. Manfaatnya juga Gambar 1. Teknologi Sosrobahu pada pembuatan lengan jalan layang.
dirasakan
negara-negara
tetangga”
(Gatra, 2004:38).
Tentunya banyak orang orang yang belum mengetahui mengetahui tentang teknologi Sosrobahu (sosro: ribuan, bahu: lengan), nah, inilah mahakarya seorang insinyur teknik sipil kelahiran Bali 80 tahun silam, Ir. Tjokorda Raka Sukawati, yang menjadi salah satu kiblat ilmu konstruksi bidang transportasi di dunia. Teknologi yang dinamakan “Sosrobahu” ini merupakan suatu teknologi konstruksi yang digunakan terutama untuk memutar lengan beton jalan layang sebesar 90
°
sehingga pembangunan jalan layang ini tidak mengganggu aktivitas jalan raya di bawahnya.
Bermula dari perentasan masalah transportasi di Jakarta yang semakin padat dan akibat
banyak
terjadinya
kemacetan
di
jalanan
ibukota
menyebabkan
pembangunan jalan layang sangatlah dibutuhkan saat itu. Namun, yang menjadi masalah adalah bagaimana memanfaatkan ruang yang terbatas itu untuk membangun jalan layang, terutama pada pembuatan lengan beton yang melintang tepat di atas jalan raya. Telah diketahui bahwa ruang gerak di kota besar seperti Jakarta sangatlah sempit dan bahkan jalanan yang akan dibuat pun tidak memiliki ruang yang bebas sehingga salah satu solusi untuk mengatasi kemacetan di Jakarta adalah dengan cara membuat jalan layang dengan memanfaatkan ruang yang ada. Masalah demi masalah pun mulai bermunculan ketika ide akan jalan layang itu diajukan, seperti pada pembuatan jalan j alan tol yang menghubungkan menghubungkan Cawang dengan Tanjung Priok pada tahun 1987. Pada saat itu, tiang beton yang digunakan untuk
membuat jalan layang tersebut berbentuk segi enam, berdiameter 4 meter, dan berjarak 30 meter antara satu tiang dengan tiang lainnya, serta dengan tiang beton selebar 22 meter berdiri di atasnya. Hal yang menjadi permasalahan adalah bagaimana cara mengecor lengan beton yang melintang di atas kedua ruas jalan tersebut tanpa harus menutup aktivitas jalan di bawahnya. Pengecoran mungkin dapat dilakukan menggunakan teknik konvensional yaitu pembuatan bekisting atau besi penyangga di bawah bentangan lengan jalan tersebut, hal itu tentunya akan menyebabkan jalan raya tersumbat, atau mungkin dapat menggunakan pengecoran dengan bekisting yang menggantung. Namun, tentunya langkah itu akan membuat pelaksanaan proyek pembangunan jalan layang ini membutuhkan anggaran biaya yang tidak sedikit jumlahnya.
Di tengah permasalahan yang rumit itu, Ir. Tjokorda Raka Sukawati, selaku direktur PT Hutama Karya pada saat itu mengusulkan untuk membangun tiang penyangga jalan terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan membuat lengan jalan sejajar dengan jalur hijau, kemudian diputar sejauh 90 dan akhirnya jalan raya °
pun dapat dibangun di atasnya. Namun, masalah lain pun muncul, yaitu bagaimana cara memutar lengan jalan yang diestimasikan memiliki massa sebesar 480 ton. Untuk memecahkan masalah ini, Ir. Tjokorda secara tidak sengaja menemukan suatu formulasi ketika Beliau sedang memperbaiki mobil Mercedes Benz miliknya, yaitu dengan memadukan prinsip dasar Hukum Pascal yaitu yang menyatakan, “Bila zat cair pada ruang tertutup diberikan tekanan, maka tekanan akan diteruskan ke segala arah”, dengan prinsip gaya gesekan yaitu “gaya gesekan suatu benda akan menjadi kecil ketika dilakukan pada suatu permukaan yang licin”.
Gambar 2. Proses pembuatan lengan jalan layang menggunakan teknologi Sosrobahu: 1. Tiang jalan dibangun; 2. Lengan jalan dibangun di antara dua jalur dan sejajar dengan jalanan di bawahnya; 3. °
Lengan beton jalan diputar 90 . Jalan layang pun kemudian dibangun di atas lengan ini.
Dari kedua hal di atas, dibuatlah suatu alat yang bertujuan bukan untuk mengangkat beban melainkan untuk memutarnya. Telah diketahui bahwa bila tekanan P dimasukkan ke dalam ruang seluas A, maka akan menimbulkan gaya (F) sebesar P dikalikan A, seperti pada pompa hidrolik tetapi menggunakan minyak pelumas (minyak oli) sebagai zat cairnya. Rumusan itu kemudian digabungkan dengan beberapa parameter dari rumusan Ir. Tjokorda yang selanjutnya dinamakan Rumus Sukawati. Rumus ini masih orisinil karena tidak ada penelitian sebelumnya akan pemutaran lengan jalan.
Alat ini dinamakan Hydraulic Non Friction Rotating Device atau dikenal dengan sebutan Landasan Putar Bebas Hambatan (LPBH). LPBH ini tersusun atas dua buah piringan besi dengan diameter 80 cm dan tebal 5 cm dan dihubungkan dengan pompa hidrolik yang memompakan minyak pelumas sebagai zat cairnya untuk memutar lengan bahu jalan.
Gambar 3. Hydraulic Non Friction Rotating Device atau terkenal dengan sebutan Landasan Putar Bebas Hambatan (LPBH) yang terdiri dari dua piringan besi dan sistem pompa hidrolik dengan menggunakan minyak pelumas sebagai zat cairnya.
Prinsip kerja LPBH yaitu dengan memompakan minyak oli ke dalam ruang di antara kedua piringan tersebut. Sebuah penutup atau sekat dari karet menyekat rongga di antara tepian piring besi itu untuk menjaga minyak agar tak terdorong keluar, mesti harus dalam tekanan tinggi. Melalui pipa kecil, minyak dalam tangkupan piring itu dihubungkan dengan sebuah pompa hidrolik. Dan ketika 2
minyak diberikan tekanan sebesar 78 kg/cm maka beban akan berputar sejauh 90 . °
Prinsip kerja tersebut lalu akan direalisasikan dengan uji coba langsung di lapangan. Ketika pompa hidrolik dinyalakan, minyak dipompakan hingga
2
mencapai titik tekan 78 kg/cm ke dalam piringan kemudian lengan beton raksasa itu pun berputar ketika diberikan dorongan yang ringan. Setelah lengan berada dalam posisi yang sempurna, pompa pun dimatikan dan minyak dipompakan keluar dari sistem LBPH tersebut. Pelepasan sistem LBPH dari sambungan tiang dengan lengan jalan menggunakan alat berat dan karena dikhawatirkan akan bergesernya lengan, maka Ir. Tjokorda memancang besi diameter 3,6 cm dari lengan ke tiang dan setelah itu sistem LPBH pun dapat dilepas. Penerapan sistem ini pun dilakukan pada pembuatan lengan jalan layang selanjutnya.
Satu hal yang masih menjadi misteri ialah pemberian titik tekanan sebesar 78 2
kg/cm untuk memutar lengan beton raksasa itu. Insinyur lulusan ITB ini pun 2
menyatakan bila ternyata angka 78 kg/cm merupakan sebuah “wangsit” yang diterimanya ketika tidur. Ketika penelitian dilakukan olehnya di laboratorium 2
ternyata tekanan yang diberikan pada minyak yaitu sebesar 78,05 kg/cm , berarti angka itu nyaris persis sama dengan angka yang ia diterima sebelumnya.
Berkat penemuan teknologi inilah, pembangunan jalan layang pun dapat dilakukan dengan efisien tanpa harus mengorbankan waktu yang lama dan biaya yang besar, terutama di kota-kota besar yang memiliki sedikit ruang gerak dengan jumlah kendaraan bermotor yang setiap hari memadati ruas-ruas jalan. Tak heran jika insinyur Amerika pun menggunakan teknik serupa dalam membuat jalan layang di Seattle, dan juga Jepang, Filipina, Malaysia, dan beberapa negara tetangga lainnya yang memberikan hak paten terhadap teknologi LBPH atau yang kemudian dinamakan Sosrobahu oleh presiden Soeharto. Tak heran jika teknologi Sosrobahu ini menjadi salah satu teknologi mutakhir ciptaan anak bangsa di bidang teknik sipil.
Oleh Ahmad Syihan, 1006659621, Teknik Sipil
DAFTAR PUSTAKA
Gatra. 2004. “Sosrobahu Bertumpu di Atas Piring”. Edisi Khusus. (online), Volume
40,
13
Agustus,
(http://www.gatra.com/2004-08-13/majalah/
beli.php?pil=23&id=43664, diakses 3 Juni 2011).
Hariadi, Ihsan. 2000. “[ITB] Paten Sosrobahu”. (online), 19 April 2000, (http://www.mail-archive.com/
[email protected]/msg13983.html, diakses 3 Juni 2011).
Hutama Karya. 2010. “Sosrobahu Technology” (online). (http://www.hutamakarya.com/expertise/sosrobahu, diakses 3 Juni 2011).
Wikipedia. 2011. “Sosrobahu”. (online), 8 Januari, (http://id.wikipedia.org/ wiki/Sosrobahu, diakses 3 Juni 2011).
Wikipedia. 2011. “Tjokorda Raka Sukawati”. (online), 18 April 2011, (http://id.wikipedia.org/wiki/Tjokorda_Raka_Sukawati, diakses 3 Juni 2011).