PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI 2010
Artikel Peran Teknologi Informasi di Kepolisian
Disusun oleh : Rahmad Hidayat H. S. (NIM. 102410101078)
Page | 1
Peran Teknologi Informasi di Kepolisian Pendahuluan Di jaman modern peran serta teknologi informasi mutlak diperlukan dalam sebagian besar aspek kehidupan. Kecerdasan manusia mengolah teknologi informasi telah mendorong mereka untuk mengatasi berbagai persoalan. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa teknologi informasi menjadi salah satu syarat penting untuk dapat mengatasi persoalan di dunia modern yang berkembang pesat seperti sekarang. Tidak terkecuali pula dalam bidang keamanan masyarakat. Sektor yang vital ini merupakan salah satu komponen utama untuk mendukung tercapainya masyarakat yang sejahtera. Apa jadinya bila keamanan masyarakat diabaikan, atau tidak berperan secara maksimal? Karena fungsinya yang penting, sudah seyogyanya sistem keamanan dibekali dengan teknologi informasi untuk mendukung kinerja dari para aparat keamanan. Contoh Teknologi Informasi di Kepolisian : Pembuatan SIM (Surat Izin Mengemudi) Menerbitkan dan mengesahkan SIM merupakan salah satu tugas kepolisian dalam usaha menegakkan keamanan saat berkendara di jalan raya. Proses pembuatan yang konvensional dirasa membutuhkan waktu yang lama, sehingga diciptakan terobosan baru, yaitu teknologi kamera digital, teknologi pembaca sidik jari dan juga pencetak kartu SIM. Khusus untuk teknologi pembaca sidik jari akan dibahas lebih mendetail. Teknologi Pembaca Sidik Jari
Fingerprint Reader merupakan alat yang digunakan untuk membaca sidik jari seseorang. Hasil dari pembacaan sidik jari tersebut berupa gambar dari bentuk sidik jari seseorang yang pastinya berbeda satu sama lain. Pembacaan sidik jari juga bisa digunakan dalam menangkap para pelaku kejahatan yang meninggalkan sidik jari mereka tanpa sengaja ke permukaan benda- benda yang mereka pegang. Menurut E.R. Menzel lewat artikelnya berjudul ”Fingerprint” dalam Ensiklopedi Ilmu Kepolisian (2005:357-358). Sidik jari menjadi cara paling teliti sebagai bagian dari identifikasi karena memiliki tiga ciri, antara lain yaitu : 1) Sidik jari bersifat unik. Kemungkinan adanya dua pola sidik jari yang identik pada anggota populasi dunia termasuk jari yang berbeda dari tangan seseorang dan bahkan jari yang sama dari orang kembar sangat kecil sekali. Keunikan ini didukung dengan perbandingan sidik jari selama 80 tahun terakhir dan berdasarkan perhitungan statistik. 2) Sidik jari bersifat tidak varian. Kecuali perubahan ukuran besarnya yang mengikuti pertumbuhan individu, rincian pola sidik jari tidak berubah sepanjang hidup seseorang. Luka-luka hanya meninggalkan bekas luka permanen jika sampai masuk jaringan kulit dalam. Bekas luka permanen dapat digunakan juga untuk identifikasi.
1.Gambar Fingerprint Reader
3) Tipe pola umum memungkinkan sidik jari diklasifikasikan secara sistematis. Hal ini memungkinkan untuk menyusun arsip yang dapat digunakan untuk menunjang identifikasi. Pada saat salah satu sidik jari pelaku ditempelkan pada biometric fingerprint , aplikasi SIP akan langsung melakukan verifikasi dan secara otomatis seluruh catatan kriminal pelaku muncul di screen. Dengan meng-klik salah satu criminal track record pelaku, maka akan muncul tampilan yang berisi data kejahatan beserta foto pelaku pada saat tindak pidana tersebut dilakukan. Program Face Recognition Program ini disebut juga program untuk mengenali wajah. Teknologi dapat digunakan untuk mengenali wajah-wajah para pelaku tindak kriminal yang telah tersimpan dalam basis data di dasarkan oleh suatu sketsa wajah atau foto. Kebanyakan pihak kepolisian di Indonesia masih menggunakan sketsa wajah secara konvensional oleh ilustrator berdasarkan keterangan saksi. Sketsa itu lalu dicocokkan dengan basis data foto wajah di kepolisian. Metode konvensional itu sering mengalami kendala teknis yang cukup serius. Sehingga dibutuhkan transformasi dengan metode
eigenface untuk melakukan ekstraksi ciri wajah yang penting. Metode itu berbasis pada principal component analysis (PCA), suatu metode pendekatan yang cukup sukses untuk mengekstraksi informasi wajah. Teknologi kepolisian global terus mengembangkan perangkat lunak untuk identifikasi wajah. Salah satunya adalah FACES (Faces Composite Picture Programe). Perangkat itu mampu menunjukkan solid modeling dan bisa merekonstruksi beberapa bagian yang signifikan seperti rambut, dahi, alis, mata, pipi, hidung, mulut, dan rahang. Yang sangat signifikan dalam pengembangan teknologi ekstraksi wajah diatas adalah agar dikembangkan fitur wajah dengan kekhasan ciri wajah orang Indonesia. Dengan demikian fasilitas pencarian berdasarkan sketsa wajah pada basis data foto wajah semakin bisa diandalkan.
2. Program Face Recognition
Digital Forensik Dalam mengatasi berbagai kasus kejahatan, seringkali para aparat penegak hukum harus berurusan dengan barang bukti dan penyidikan yang memusingkan. Terkadang terdapat sedikit sekali petunjuk yang mengarah terhadap pelaku kejahatan. Oleh karena itu dibutuhkan ilmu forensik. Secara singkat forensik diartikan sebagai ‘membawa ke pengadilan’. Digital forensik atau kadang disebut komputer forensik yaitu ilmu yang menganalisa barang bukti digital sehingga dapat dipertanggungjawabkan di pengadilan. Kegiatan forensik komputer sendiri adalah suatu proses mengidentifikasi, memelihara, menganalisa, dan mempergunakan bukti digital menurut hukum yang berlaku. Tujuan dari IT Forensik adalah untuk mengamankan dan menganalisa bukti digital dengan cara menjabarkan keadaan terkini dari suatu artefak digital. Istilah artefak digital dapat mencakup sebuah sistem komputer, media penyimpanan (harddisk, flashdisk, CD-ROM), sebuah dokumen elektronik (misalnya sebuah email atau gambar), atau bahkan sederetan paket yang berpindah melalui jaringan komputer. Pemeriksaan DNA (Deoxyribonucleic Acid) di laboratorium forensik memerlukan bantuan program khusus. Dengan identifikasi DNA, diharapkan Polisi dapat menemukan petunjuk dalam memecahkan kasus, seperti mengidentifikasi DNA tersangka yang berada pada lokasi tempat kejadian perkara (TKP). Karena keakuratan sistem identifikasi DNA yang sangat baik (hampir 99,9%) maka tersangka atau suspect tidak dapat mengelak lagi. Teknologi pembuktian ini juga berfungsi untuk mengumpulkan bukti materiil secara akurat. Jangan sampai orang-orang yang tidak bersalah justru dihukum dan masuk penjara. Sistem Informasi Terintegrasi Sistem kepolisian yang terintegrasi bukan cuma khayalan dalam kisah science fiction saja. Sistem yang seperti ini benar- benar ada, dan dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Dengan
sistem terintegrasi, Polisi dapat dengan mudah mendapatkan akses, mengidentifikasi pelaku kejahatan dan melihat track record mereka, memantau data base warga sipil dan semua informasi di dalamnya, serta berbagai kemudahan lain yang bisa didapatkan. Seperti contohnya di Saint Louis County Police Departement yang memiliki sistem Computer Assisted Report Entry (CARE). Juga The National Centre for Analysist of Violent Crime (NCAVC) yang terbukti memiliki kinerja dan keakuratan yang tinggi. Didalamnya juga memiliki sub sistem yang disebut Violent Criminal Apprehension Program (VICAP). Keseluruhan sistem ini banyak sekali membantu kinerja Polisi di Saint Louis County. Di beberapa kota besar di Amerika juga diterapkan sistem dengan jenis dan nama yang berbeda- beda. Pertanyaannya adalah, kapankah sistem seperti itu ada di Indonesia? Penutup Dari beberapa fitur teknologi informasi yang digunakan di kepolisian yang telah disebutkan (dan masih banyak lagi yang belum disebutkan), kita dapat menarik kesimpulan bahwa teknologi informasi sangat membantu kerja polisi dalam bidang keamanan. Teknologi informasi memiliki peran yang sangat penting dan tidak tergantikan. Melalui berbagai teknologi, Keplisian dapat bekerja dengan lebih efisien, efektif dan akurat. Namun harus diingat pula bahwa teknologi di Kepolisian tidak merubah sifat kehadiran polisi di masyarakat yang bercirikan personal heavy . Artinya kehadiran polisi di masyarakat tidak dapat digantikan secara total oleh teknologi. Misalnya dengan robot, kamera pengintai dan lain sebagainya. Bagi seorang polisi esensi hubungannya dengan teknologi adalah “orang yang diperlengkapi” dan bukannya “alat yang diawaki”. Karena itulah kita harus pandai- pandai memanfaatkan teknologi, agar kita dapat lebih merasakan manfaatnya.
***