18
Teknologi dan Teknik-Teknik Pengelolaan dan Pengolahan Sampah Domestik
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat menimbulkan kebutuhan yang semakin tinggi. Pertumbuhan penduduk dan kebutuhan yang semakin meningkat secara langsung maupun tidak langsung akan menimbulkan sampah yang semakin meningkat. Hal ini dikarenakan setiap orang pasti mengeluarkan sampah. Semakin banyak jumlah penduduk, maka semakin banyak pula jumlah sampah yang akan dikeluarkan.
Permasalahan lingkungan merupakan permasalahan yang sangat hangat diperbincangkan akhir-akhir ini. Salah satu permasalahan lingkungan adalah sampah. Akhir-akhir ini, sampah memiliki permasalahan yang serius. Masyarakat berpandangan bahwa sampah adalah sesuatu yang kotor, dan mereka cenderung untuk bagaimana sampah itu keluar dari rumah mereka. Masyarakat tidak memikirkan bagaimana sampah setelah diangkut oleh petugas sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pembuangan sampah akhir.
Perkotaan merupakan daerah yang terdampak oleh adanya sampah. Hal ini terjadi akibat jumlah penduduk yang tinggi di perkotaan, sehingga sampah yang dihasilkan juga besar. Berbeda dengan di daerah pedesaan, dimana masalah sampah belum menjadi sebuah masalah serius sebab mereka memiliki lahan untuk mengolah sampah. Masyarakat perkotaan saat ini hanya sekedar kumpul, angkut, dan buang.
Tabel 1. Jumlah Produksi Sampah Terangkut dan Tersisa Perhari di DKI Jakarta
Tahun
Kota
Produksi
Terangkut
Sisa/Residual
2011
Jakarta Timur
1487.23
1097.4
389.83
2011
Jakarta Barat
1503.94
1363.14
140.8
2011
Jakarta Selatan
742.81
774.4
2.86
2011
Jakarta Pusat
780.53
16.67
6.13
2011
Jakarta Utara
996.65
994.75
1.9
Sumber : data.go.id
Permasalahan dari TPA adalah volume sampah yang lebih besar dari pada tampungan TPA. Berdasarkan data dari Tabel 1, diketahui bahwa pada tahun 2011 di DKI Jakarta, seluruh kotamadya masih memiliki jumlah sampah yang cukup tinggi. Namun berdasarkan data masih terdapat sisa residual sampah yang masih belum terangkut. Apabila sampah ini terkumulasi, maka akan menyebabkan timbunan sampah dan akan mengganggu lingkungan.
Permasalahan TPA contohnya dapat terjadi di TPA Piyungan, Bantul. Berdasarkan hasil survey, dikatakan, bahwa dalam setiap hari sedikitnya 350 sd 400 ton sampah masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan Bantul. (Volume sampah yang sampai di lahan pembuangan, TPA Piyungan semakin lama semakin tidak bisa difungsikan lagi. Berdasarkan hal tersebut, dapat diperkirakan bahwa tidak lebih dari 10 tahun, TPA Piyungan sebagai muara pembuangan sampah dari Sleman, Kota Jogja dan sebagian Bantul ini akan penuh. (Muttaqin dan Heru, 2010)
Sampah domestik adalah sampah yang dikeluarkan oleh aktivitas rumah tangga. Sampah ini merupakan salah satu akibat dari adanya aktivitas manusia. Semain tinggi jumlah penduduk, maka semakin besar pula jumlah sampah yang dikeluarkan. Pengeloalaan dan pengolahan sampah yang tidak baik akan menimbulkan efek bagi kesehatan dan lingkungan.
Sampah memiliki banyak efek negatif apabila tidak dikelola dengan baik. Adanya sampah akan mengganggu kesehatan dengan penularan penyakit dari lalat dan tikus. Sampah yang tidak dikelola juga menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan. Berdasarkan sisi estetika, timbunan sampah akan menganggu kenyamanan karena selain menimbulkan bau, sampah yang berserakan tidak enak untuk dipandang mata.
Dewasa ini, masayarakat masih banyak berfikir untuk bagaimana membuang sampah mereka tanpa melakukan tindakan konservatif. Mereka tidak berfikir bagaimana sampah setelah mereka buang, yang penting adalah not in my backyard atau tidak di halaman belakangku. Masyarakat berfikir yang terpenting adalah sampah itu keluar dari rumah dan halaman mereka. Untuk itu perlu adanya perubahan paradigma dari penduduk untuk mengubah pandangan tersebut. Mereka harus lebih berfikir lebih konservatif, dimana bagaimana untuk zero waste atau mendekati itu. Untuk itu perlu dilakukan pendekatan pada sumber sampah domestiknya dengan cara reduce, reuse, dan recycle.
1.2. Tujuan
Paper ini Teknologi dan Teknik-teknik Pengelolaan dan Pengolahan Sampah Domestik bertujuan untuk
1. Mengetahui jenis-jenis sampah domestik berdasarkan sifatnya.
2. Memeberikan pemaparan mengenai pengelolaan dan pengolahan sampah organik.
1.3. Manfaat
Paper yang berjudul Teknologi dan Teknik-teknik Pengelolaan dan Pengolahan Sampah Domestik ini dapat digunakan sebagai acuan baik individu, keluarga, maupun sektor kelompok masyarakat berbasik komunitas untuk melakukan pengelolaan dan pengolahan sampah agar dapat menjalankan konsep zero waste untuk sampah domestik.
2. Isi dan Pembahasan
2.1. Sampah Domestik
Permasalahan yang dituimbulkan oleh sampah di perkotaan merupakan permasalahan lingkungan yang belum bisa diatasi di kota-kota besar di Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin besar dan sedikitnya kesadaran untuk mengolah sampah merupakan masalah yang seolah belum dapat menemukan solusinya. Definisi sampah sendiri menurut beberapa sumber yaitu :
1. Sampah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi.
2. Sampah berdasarkan UU Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.
3. Sampah merupakan barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai kalau dikelola dengan prosedur yang benar (Basriyanta, 2007).
Berdasarkan definisi sampah berbagai sumber tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa sampah adalah barang atau benda yang tidak terpakai lagi akibat hasil dari suatu sisa kegiatan proses sehari-hari dan memerlukan pengelolaan dengan benar.
Sumber sampah di kota-kota banyak sekali sperti dari aktivitas perdagangan, industri, dan rumah tangga. Sampah yang bukan berasal dari aktivitas rumah tangga seperti sampah pasar dan industri dinamakan dengan sampah non domestik. Sampah yang berasal dari aktivitas rumah tangga ini yang disebut dengan sampah domestik. Sampah rumah tangga berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 mengenai Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Jenis Rumah Tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.
Sampah bersumber dari aktivitas alam maupun aktivitas manusia. Namun, sampah yang lebih banyak ditimbulkan berasal dari aktivitas manusia. Sampah juga memiliki dua sifat. Sifat sampah tersebut dibagi menjadi :
a. Sampah Organik
Sampah organik adalah sampah yang sebagian besar tersusun oleh senyawa-senyawa organik. Sampah organik atau sering disebut sampah basah adalah jenis sampah yang berasal dari jasad hidup sehingga mudah membusuk dan dapat hancur secara alami. Sampah organik berasal dari sisa-sisa tumbuhan (sayur, buah, dan daun) dan hewan (bangkai, kotoran, bagian tubuh hewan). Sampah organik merupakan sampah yang dapat terurai atau bersifat degradagble sehingga sampah ini dapat terurai dan menjadi satu dengan alam.
Gambar 1. Sampah Organik
Sumber:http://www.frutablend.co.id/blog/pengertian-sampah-organik-dan-contohnya/
b. Sampah Anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang tersusun oleh senyawa-senyawa anorganik. Sampah non-organik atau sampah kering adalah sampah yang tersusun dari senyawa non-organik yang berasal dari sumber daya alam tidak terbaharui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Sampah anorganik berasal dari aktivitas sampah yang susah untuk terurai seperti sampah plastik, botol, kaca, kaleng, styrofoam, dan logam. Sampah jenis ini susah untuk terurai, sehingga memerlukan perhatian khusus dalam pengelolaan sampahnya.
Gambar 2. Sampah anorganik
Sumber: idfk.bogor.net
2.1. Pengelolaan dan Pengolahan Sampah
Permasalahan sampah pada awalnya bukan merupakan permasalahan yang serius. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk yang masih sedikit dan masih banyaknya lahan yang digunakan untuk tempat pembuangan akhir sampah atau TPA. Namun jumlah penduduk yang semakin banyak dan semakin sedikitnya ketersediaan lahan membuat lahan untuk TPA semakin terbatas, dan volumenya sudah tidak cukup lagi.
Hal tersebut membuat banyak orang berfikir bagaimana melakukan pengelolaan dan pengolahan sampah yang baik agar tidak terakumulasi di TPA. Pengelolaan sampah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 mengenai Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Jenis Rumah Tangga didefinisikan sebagai kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah dan pengolahan sampah ini dapat dikatekogorikan ke dalam pemilahan sampah, konsep 3R, dan Tempat Pembuangan Akhir (landfilling).
A. Pemilahan Sampah
Salah satu muara dari pengelolaan dan pengolahan sampah adalah melakukan pemilahan sampah. Pemilahan sampah adalah perlakuan untuk memisahkan jenis sampah satu dengan jenis sampah lainnya. Kegiatan pemilahan sampah merupakan kunci dari keberhasilan pengelolaan dan pengolahan sampah. Tanpa adanya pemilahan sampah, maka pengelolan dan pengolahan sampah akan sulit untuk dilaksanakan dan memerlukan biaya yang cukup besar.
Berdasarkan lamanya terurai, telah diketahui bahwa sampah anorganik merupakan sampah yang susah untuk terurai. Kedua jenis sampah berdasarkan lamanya terurai dapat dilihat pada tabel 2. Jenis sampah yang bersifat organik memiliki sifat yang mudah hancur. Sedangkan sampah anorganik memiliki waktu hancur yang lama, bahkan styrofoam merupakan jenis sampah yang tidak bisa hancur. Untuk itu, dalam melakukan pengelolaan sampah organik dan anorganik kita harus melakukannya secara sendiri-sendiri dengan cara melakukan pemilahan sampah.
Tabel 2. Jenis Sampah dan Lamanya Hancur
Sumber : http://merbabu-com.ad-one.net/artikel/sampah.html dalam NMC CSRRP DI Yogyakarta, Central Java and West Java (2011)
Pemilahan sampah dapat dilakukan dengan memisahkan antara sampah organik dan sampah anorganik. Hal ini dilakukan sebab sifat kedua jenis sampah tersebut berbeda. Sampah organik menimbulkan bau dan mudah untuk terurai atau hancur. Sampah organik satu hari saja belum terbuang maka akan menimbulkan bau yang tidak sedap. Berbeda halnya dengan sampah anorganik, karena sampah jenis ini lebih susah untuk hancur atau terurai dan tidak menimbulkan bau. Untuk melakukan pemilahan ini dapat dilaksanakan dengan cara yang sederhana, yaitu menyediakan 2 atau 3 macam tempat sampah untuk melakukan pemilahan sampah. Prinsip melakukan pemilahan sampah ini dapat dilakukan pada sumbernya langsung, yaitu dilakukan di rumah-rumah tergantung kemampuan dari setiap rumah.
Gambar 3. Diagram Pemilahan Sampah di rumah
Sumber : NMC CSRRP DI Yogyakarta, Central Java and West Java (2011)
Pemilahan sampah di rumah dapat dilakukan secara sederhaa. Berdasarkan diagtam pemilahan sampah di rumah, dapat dilakukan dengan membuat 3 buah wadah. Wadah pertama digunakan untuk sampak anorganik yang digunakan untuk daur ulang seperti plastik, kertas, logas, kaleng, dan gelas. Wadah pertama kemudian bisa dilakukan daur ulang sendiri, dijual di pusat daur ulang, maupun di jual di pemulung. Kemudian wadah ketiga adalah untuk sampah organik. Sampah ini merupakan sampah sisa makanan seperti sisa nasi, sayur-sayuran, daging, dan buah-buahan. Hasil dari pengumpulan sampah di wadah 3 kemudian bisa digunakan untuk pembuatan kompos. Kemudian wadah kedua merupakan wadah untuk sampah lainnya, seperti sampah sisa elektronik dan baterai bekas.
Gambar 4. Contoh Tempat Sampah Untuk Pemilahan di Rumah
Sumber : Sumber : NMC CSRRP DI Yogyakarta, Central Java and West Java (2011)
Pemilahan sampah memang terlihat sederhana, namun pemilahan sampah memiliki fungsi yang sangat besar dalam pengelolaan dan pengolahan sampah khususnya untuk konsep zero waste. Salah satu contoh adalah di negara Jepang. Negara Jepang dahulu memiliki masalah yang sama dengan Indonesia saat ini, yaitu banyaknya sampah dan susahnya pengelolaan sampah. Tahun 1960an dan tahun 1970an,menurut Junanto (2013) Jepang masih redah kesadarannya dalam pengelolaan dan pengolahan sampah. Pada tahun ini kasus polusi, pencemarn lingkungan, keracunan menjadi bagian dari tumbuhnya era industri di Jepang pasca perang dunia ke II. Salah satu daerah yang mengalami masalah lingkungan adalah ibukota Jepang, Tokyo yang memiliki masalah limbah dan sampah dan mengganggu kehidupan warga.
Pertengahan tahun 1970an, di Jepang mulai bangkit gerakan peduli lingkungan atau sering disebut dengan chonaikai di berbagai kota di Jepang. Masyarakat Jepang menggalang kesadaran mengenai cara membuang sampah dan memilah sampah sehingga mudah dalam pengelolaan dan pengolahan sampahnya.
Gerakan tersebut terus berkembang, didukung oleh berbagai lapisan masyarakat di Jepang. Hingga sekarang, telah terlihat bahwa di Jepang memiliki pengelolaan dan pengolahan sampah yang baik, yaitu dengan hal awal yang mungkin dianggap sebagian orang tidak perlu yaitu pemilahan sampah.
Gambar 5. Tempat Sampah Pilah di Jepang
Sumber : Junanto (2013)
B. Penerapan Konsep 3R (Reduse, Reuse, Recycle)
Penerapan konsep 3R merupakan konsep yang hampir sama pada konsep pemilahan, yaitu pengelolaan sampah pada sumbernya. Konsep ini adalah untuk mengurangi sampah ke TPA dengan berbagai langkah langsung ke sumbernya, yaitu kegiatan rumah tangga. Adapun cara yang dilakukan dengan konsep 3R ini adalah dengan melakukan reduse, reuse, dan recycle.
i. Reduse (Mengurangi)
Reduse adalah salah satu dari konsep 3R yang berarti mengurangi. Maksud dari konsep ini adalah mengurangi pemakaian barang dan mengurangi jumlah sampah. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan membawa tas saat ke pasar, mengurangi penggunaan plastik, dan mencegah pemakaian styrofoam. Jadi reduse dapat dilaksanakan dengan menggunakan barang yang tidak digunakan habis pakai sehingga mengurangi jumlah sampah.
ii. Reuse (Menggunakan Kembali)
Reuse adalah salah satu konsep dari 3R yang berarti menggunakan kembali atau menggunakan ulang. Maksud dari pernyataan tersebut adalah kira jangan langsung membuang barang yang digunakan begitu saja menjadi sampah. Misalnya penggunaan kertas, kita bisa menggunkan kertas di sebaliknya. Kemudian penggunaa kantong-kantong plastik dan penggunaan kembali botol-botol. Melakukan konsep reuse maka diharapkan jumlah sampah akan menurun dan tidak terakumulasi di TPA.
iii. Recycle (Mendaur Ulang)
Recycle adalah konsep 3R yang berarti mendaur ulang barang-barang yang sudah tidak terpakai menjadi barang jenis baru yang dapat digunakan kembali. Contoh satu dari kegiatan recycle ini adalah mendaur ulang sampah organik menjadi kompos dan membuat berbagai macam aneka kerajinan menggunakan kertas bekas (bubur kertas), bungkus makanan, serta botol bekas.
Kegiatan mendaur ulang ini sama seperti reuse dan recycle, yaitu berfungsi untuk mengurangi jumlah sampah langsung dari sumbernya. Selain berfungsi untuk mengurangi jumlah sampah, hasil daur ulang juga memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Hasil daur ulang dapat dijual dengan keuntungan yang cukup menggiurkan karena memiliki modal yang rendah yaitu berupa sampah.
Daerah yang berhasil melaksanakan konsep pemilahan dan 3R adalah di daerah Sukunan, kabupaten Bantul. Sukunan merupakan nama dari sebuah desa yang berhasil melaksanakan konsep reduse, reuse, dan recycle. Awalnya desa ini merupakan desa biasa seperti daerah di pedesaan pada umunya. Namun pada tahun 2000 warga mengeluh akan banyaknya sampah di daerah ini. Ladang pertanian mereka tercemar limbah domestik, dan terdapat timbunan sampah di jalan desa mereka.
Gambar 6. Kondisi Desa Sukunan Sebelum 3R
Sumber : http://hpm.fk.ugm.ac.id/
Masyarakat di Sukunan akhirnya mereka berfikir bagaimana untuk mengelola sampah tersebut. Kini desa Sukunan menjadi terkenal dengan desa wisata pendidikan lingkungan dan desa perintis konsep 3R. Hal ini tidak mengherankan karena konsep pengelolaan sampah di sini berjalan dengan baik, dari reduce, reuse, dan recycle. Banyak produk-produk yang telah dihasilkan dari daerah Sukunan dengan berbasis daur ulang, seperti bantal, tas, kursi, meja, kompos yang semuanya berasal dari sampah.
Gambar 7. Hasil Recycle dari Ban Bekas di Sukunan
Sumber : http://hpm.fk.ugm.ac.id/
Gambar 8. Alur Sampah Organik di Sukunan
Sumber : http://hpm.fk.ugm.ac.id/
C. Tempat Pembuangan Akhir (Landfilling)
Metode terakhir dalam pengelolaan dan pengolahan sampah adalah dengan cara pembuangan akhir atau landfilling. Cara ini merupakan salah satu cara yang masih banyak dilaksanakan di Indonesia, yang memiliki pengelolaan sampah yang kurang baik. Metode ini di negara maju sudah mulai ditinggalkan, karena metode ini merupakan langkah terakhir dalam pengelolaan sampah domestik apabila pemilahan dan prinsip 3R tidak bisa dilaksanakan.
Pembuangan akhir bukan merupakan suatu pilihan yang baik dalam pengelolaan sampah domestik. Pengelolaan sampah tipe dengan landifilling bukan solusi yang berkelanjutan. Artinya metode ini tidak mampu menyelesaikan masalah sampah karena timbul beberapa permasalahan baru. Adapun metode pengolahan pada pembuangan akhir :
i. Metode Open Dumping (Timbunan Terbuka)
Metode open dumping merupakan metode penimbunan sampah tebuka. Metode ini adalah penimbunan sampah di lokasi TPA tanpa aplikasiteknologi yang memadai. Metode ini memiliki akses yang sangat mudah dengan biaya yang sangat murah. Namun, lokasi open dumping ini dilakukan di sembarang tempat. Karena tanpa perhitungan teknologi, maka kapasitasnya sembarang, penutupan sampah dilakukan seadanya, dan tidak memiliki batas dari timbunan terbuka tersebut.
Metode ini memungkinkan adanya perembesan air lindi atau cairan yang timbul akibat pembusukan sampah melalui kapiler-kapiler air dalam tanah hingga mencemari sumber air tanah. Air lindi dampaknya lebih sering terjadi saat musim hujan. Efek pencemaran bisa berakumulasi jangka panjang dan pemulihannya bisa membutuhkan puluhan tahun. Metode ini sudah tidak populer karena selain sudah tidak akan diperbolehkan lagi juga berpotensi pada pencemaran lingkungan. Selin itu, remedasi tidak dilakukan sehingga kontaminan atau pencemarnya cukup tinggi.
Gambar 9. Metode Open Dump di Sarimukti, Jawa Barat
Sumber : www.airlimbahku.com
ii. Metode Controlled Landfill
Metode controlled landfill adalah tempat pembuangan sampah akhir yang tertimbun dan terkontrol. Berbeda dengan metode oped dumping, metode ini lebih mempertimbangkan aspek fisik dan teknologi yang ada. Lokasi mempertimbangkan kondisi hidrologi dan geologi dan kapasitas sudah cukup dirancang dengan baik.
Metode ini juga telah memiliki pagar pada lokasi landfill. Selain itu, karakteristik dari metode ini adalah terdapat penanganan lindi dan kompaksi sampah yang dilakukan secara parsial. Manfaat yang diperoleh dari controlled landfill ini antara lain resiko lingkungan yang lebih rendah, resiko banjir lebih kecil, perencanaan jangka panjang, mudah diakses pemulung, dan dekomposisi aerobik sampah oleh organik. Kerugian dari metode ini adalah terjadi pencemaran lingkungan, biaya yang lebih tinggi dibandingakan open dumping, dan biaya perawatan mahal.
Gambar 10. Controlled Landfill di Valencia, Spanyol
Sumber : www.grupotecs.es
iii. Metode Sanitary Landfill
Metode terakhir dalam Tempat Pembuangan Akhir adalah sanitary landfill. Metode ini merupakan metode TPA yang paling maju diantara metode yang lain, dimana metode ini mengelola sampah dengan melakukan pelapisan geotekstil yang tahan karat pada permukaan tanah sebelum ditimbuni sampah. Geotekstil berfungsi mengalirkan air lindi ke bak penampungan agar tidak mancemari air tanah. Air lindi selanjutnya diolah menjadi pupuk organik cair. Setelah sampah ditimbun, kemudian dilapisi lagi dengan geotekstil di bagian atasnya dan ditutup dengan tanah.
Metod sanitary landfill memiliki kapasitas yang terancang dengan baik dan lokasinya berdasarkan studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Pernutupan sampah dilakukan dengan teratur dan di sanitary landfill tidak ditemukan adanya pemulung. Manfaat dari penggunaan sanitary landfill adalah resiko lingkungan yang minimal, perencanaan jangka panjang yang diinginkan, resiko dari gasi lindi dan gas dapat diminimalisir, resiko longsor minimal, dan jenis sampah lebih lengkap. Kerugian dari metode ini diantaranya adalah biaya investasi yang mahal, dekomposisi sampah lambat, biaya operasional yang mahal, tidak adanya kesempatan sampah berpotensi recycle dapat digunakan lagi, dan akses pemulung yang terbatas.
Gambar 11. Sanitary Landfill Model
Sumber : www.titisari04.wordpress.com
3. Kesimpulan
Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi mengakibatkan tingginya aktivitas manusia. Pertumbuhan dan aktivitas manusia ini menimbulkan adanya sampah yang semakin tinggi, salah satunya adalah sampah domestik. Sampah domestik dapat dibagi menjadi dua macam berdasarkan sifatnya, yaitu sampah organik dan sampah anorganik.
Permasalahan sampah akhir-akhir ini menjadi issue yang hangat untuk diperbincangkan. Jumlah sampah yang semakin banyak namun tidak disertai dengan adanya pengelolaan dan pengolahan sampah secara baik di Indonesia, khususnya di kota-kota besar. Untuk mengatasi permasalahan lingkungan ini, maka diperlukan perubahan paradigma masyarakat untuk mengurangai jumlah sampah.
Langkah awal yang bisa dilaksanakan untuk melakukan pengelolaan dan pengolahan sampah adalah melakukan pemilahan. Pemilahan dimaksudkan untuk memudahkan kita dalam melakukan pengelolaan dan pengolahan sampah selanjutnya. Kemudian kita mengubah paradigma dari kumpulkan, angkut, dan buang menjadi konsep 3R yaitu reduce, reuse, dan recycle. Adanya pemilahan dan penggunaan konsep 3R akan menjadikan kita untuk meminimalisir sampah dari sumbernya, sehingga zero waste dapat dilaksanakan.
Apabila permasalahan sampah masih susah dilaksanakan untuk mengubah paradigma masyarakat, maka langkah terakhir yang dilakukan adalah Tempat Pembuangan Akhir atau landfilling. Metode ini merupakan metode terakhir apabila konsep pemilahan dan 3R untuk meminimalisir sampah masih belum bisa terlaksana dengan maksimal. Adapun metode landfilling ini terbagi menjadi open dumping, controlled landfill, dan sanitary landfill.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Anonim. 2010. Sistem Pembuangan Landfill. https://titisari04.wordpress.com/2013/05/11/sistem-pembuangan-landfill/ diakses tanggal 27 Juni 2015 pukul 18.33
Anonim. 2011. Kesehatan lingkungan 2011. http://hpm.fk.ugm.ac.id/hpmlama/ images/Kesehatan_Lingkungan_2011/sesi_9_isw_p.sampah%20sukunan- new%20a. diakses tanggal 26 Juni 2015 pukul 19.00
Anonim. 2012. Data DKI Jakarta. http://data.go.id/dataset/jumlah-produksi-sampah-dan-terangkut-perhari-menurut-kota-adm-dki-jakarta/resource/f1831fa3-5158-4ec0-ad68-acb1bdd73c94 diakses tanggal 28 Juni 2015 pukul 16.03
Anonim. 2012. Pencemaran Tanah. http://idkf.bogor.net/yuesbi/e-DU.KU/edukasi.net/Peng.Pop/Lingk.Hidup/Pencemaran.Tanah/all.html diakses tanggal 26 Juni 2015 pukul 09.00
Anonim. 2012. Pengertian Sampah Organik dan Contohnya. http://www.frutablend.co.id/blog/pengertian-sampah-organik-dan-contohnya/ diakses tanggal 26 Juni 2015 pukul 09.22
Anonim. 2012. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 mengenai Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Jenis Rumah Tangga.
Anonim. 2012. Vertedero Controlado Area Metropolitana Valencia dos Aguas. http://www.grupotec.es/en/proyectos/vertedero-controlado-area-metropolitana-valencia-dos-aguas.html diakses tanggal 27 Juni 2015 pukul 18.16
Anonim. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Basriyanta. 2007. Mamanen Sampah. Yogyakarta: Kanisius
Cahyana . 2012. Open Dump Sarimukti. http://www.airlimbahku.com/2015/01/open-dump-sarimukti_30.html diakses tanggal 26 Juni 2015 pukul 09.25
Junanto. 2013. Rahasia Sukses Pengelolahan Sampah di Jepang. http://olahsampah.com/index.php/manajemen-sampah/39-rahasia-sukses-pengolahan-sampah-di-jepang diakses tanggal 26 Juni 2015 pukul 09.10
NMC CSRRP. 2011. Pedoman Perencanaan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat.
Heru, Totok. dan Muttaqin. 2010. Pengelolaan Sampah Limbah Rumah Tangga dengan Komposter Elektrik Berbasis Komunitas. Jurnal Sekda DIY Biro Administrasi Pengembangan Vol.II, No 2.
Tugas Kerekayasaan Lingkungan
Teknologi dan Teknik-Teknik Pengelolaan dan Pengolahan Sampah Domestik
Eko Bayu Dharma P