Modul Pelatihan Beton " PUSBANGTEK BETON
93
TEKNOLOGI BETON
"PENGUJIAN MATERIAL"
PUSAT KAJIAN DAN PENGGEMBANGAN TEKNOLOGI BETON
PT. ADHIMIX PRECAST INDONESIA
Jl. Imam Bonjol, Desa Telaga Asih, Cibitung,
Bekasi-Jawa Barat
PENGUJIAN MATERIAL
Sampling Aggregate Concrete (ASTM D 75)
Ruang Lingkup
Petunjuk ini mengatur pengambilan sample (contoh) Aggregate kasar dan aggregate halus untuk memenuhi kebutuhan.
Maksud dan Tujuan
Pertama untuk persiapan penyelidikan kemampuan sumber material sebelum pengiriman.
Kontrol terhadap produk material sebelum pengiriman.
Kontrol dari proses di tempat untuk digunakan.
Sebagai dasar penerimaan maupun penolakan material.
Methode Sampling
Sampling dari stock piles
Didalam pengambilan sample dari stock pile untuk menghindari terjadinya segregasi (pemisahan butiran) diatur cara pengambilan pada setiap gudukan adalah :
Bagian atas
Bagian tengah
Bawah
Contoh Stock Pile Aggregate
Tampak Samping Tampak Atas
Catatan:
Untuk pengambilan fine aggregate jika tidak ada peralatan yang disyaratkan, yaitu "sampling tubes", sampling dapat dilakukan menggunakan sekop dengan random lokasi dan minimum lima pengambilan dari stock.
Jumlah Sample
Agar sample sample ini mewakili kondisi yang ada di lapangan maka diatur jumlah pengambilan tiap tiap ukuran besar butir material tersebut sebagai berikut :
maksimum Ukuran Nominal Aggregate
Perkiraan Minimum Berat Contoh dari Lapangan (kg)
Untuk fine aggregate
No.8 (2.36 mm)
10
No.4 (4.75 mm)
10
Untuk Coarse aggregate
3/8 in (9,5 mm)
10
½ in (12.5 mm)
15
¾ in (19.0 mm)
25
1 in (25.0 mm)
50
1.5 in (37.5 mm)
75
2 in (50 mm)
100
2.5 in (63 mm)
125
3 in (75 mm)
150
3.5 in (90 mm)
175
Untuk selanjutnya dibawa ke Laboratorium untuk persiapan test.
Denah Aktifitas
PROYEK/PLANT
PROYEK/PLANT
QUARRY LOKASI MATERIAL
QUARRY LOKASI MATERIAL
LABORATORIUM
LABORATORIUM
Practice For Reducting Field Samples Of Aggregate For Test Size (ASTM C-702)
Ruang Lingkup
Hal ini merupakan aturan praktis yang mengatur pengurangan jumlah sample untuk testing pekerjaan teknik guna meminimalkan terjadinnya variasi didalam karakter pengukuran yang diatur dengan tiga methode pengurangan.
Methode pengurangan jumlah sampel
Methode pengurangan jumlah sampel ada 3 macam methode yaitu :
Mechanical Splitter
Metode dengan menggunakan alat:
Methode Quartering
Methode Quartering II
Seleksi method
Fine aggregate (pasir)
Sampel untuk fine aggregate dikeringkan sampai kondisi SSD (Saturated Surface dry) kondisinya dapat terkurangi ukurannya menggunakan mechanical Splitter sesuai methode A. Namun bila pasir mempunyai kelembaban air di permukaan dapat dikurangkan ukurannya menggunakan methode Quartering sesuai methode B.
Apabila digunakan mechanical splitter yang mempunyai lebar penutup dengan bukaan 38 mm (1.5 in) atau lebih untuk pengurangan sample tidak kurang dari 5000 gram. Dan sample harus bebas kelembaban air pada permukaan.
Coarse aggegate
Untuk Coarse aggregate mengurangi ukuran sample dapat menggunakan mechanikal splitter sesuai methode A atau menggunakan methode B (quartering), tetapi tidak dapat menggunakan methode C (Miniatur stock pile).
Splitter yang digunakan untuk coarse aggregate minimum lebar pintu bukaan diatur 50 % lebih besar dari partikel paling besar di dalam sampel.
Standart Tes Method For Unit Weigth & Void In Aggregate (ASTM C29)
Maksud dan Tujuan
Untuk mengetahui berat isi dan rongga pada aggregate (fine aggregate dan coarse aggregate ), metode ini hanya dapat diterapkan pada aggregate yang ukuran nominalnya tidak lebih dari 6 in (150 mm).
Peralatan yang Dibutuhkan
Timbangan dengan ketelitian 0.1% berat sample.
Wadah (perhatikan persyaratan kapasitas dan tebal plat).
Rojokan besi, baja polos diameter 16 mm, panjang 600 mm, ujungnya bulat peluru.
Oven kapasitas 110±50 C.
Shovel atau sekop
Kalibrasi peralatan, selembar plat kaca ketebalan 6 mm dan lebih besar 25 mm dari diameter wadah yang dikalibrasi.
Mistar perata.
Ketentuan Wadah
Tabel 1 Kapasitas Container
Max. size aggregate
Kapasitas Container
In
Mm
Ft3
L(m3)
½
12.5
110
2.8 (0.002)
1
25.0
13
9.3 (0.09)
1½
37.5
12
14 (0.014)
3
75
1
28 (0.028)
4½
112
2½
70 (0.070)
6
150
3½
100 (0.100)
Tabel 2 Requirements for measures
Capacity Of Measure
Thickness of Metal, min
Bottom
Upper 1 ½ in.
Or 38 mm of wall
Remainder
< 0.4 ft3,incl
0.20 in
0.10 in
0.10
0.4 ft3-1.5 ft3,incl
0.20 in
0.20 in
0.12 in
Over 1.5 ft3-2.8 ft3,incl
0.40 in
0.25 in
0.15 in
Over 2.8 ft3-4.0 ft3,incl
0.50 in
0.30 in
0.20 in
< 11 L,incl
5.0 mm
2.5 mm
2.5 mm
11-42 L,incl
5.0 mm
5.0 mm
3.0 mm
Over 42-80 L, incl
10.0 mm
6.4 mm
3.8 mm
Over 80-133 L, incl
13.0 mm
7.6 mm
mm
Prosedur Pengujian
Keringkan aggregate dengan oven sampai memiliki berat yang tetap. Timbang berat wadah.
Masukkan contoh benda uji aggregate sebanyak 1/3 wadah lalu rojok 25 kali, 2/3 wadah lalu rojok 25 kali dan lapisan yang terakhir dirojok 25 kali.
Ratakan permukaan dengan mistar perata.
Timbang wadah dan aggregate didalamnya
Hitung berat isi padat dengan membagi antara berat aggregate dengan volume aggregate
Catatan : untuk berat isi lepas ( gembur ) benda uji aggregate tidak perlu dirojok.
Perhitungan
Berat Isi
Berat isi = berat aggregatvolume aggregat
Rongga pada Aggregate
% Void = 100 x (S x W-M)(S x W)
Dimana :
M : berat isi aggregat
W : density air (998 kg/m3)
S : bulk specific grafity menurut ASTM C 127 dan 128
Standard Test Methode For Organic Impurities In Fine Aggregates (ASTM.C 40) W.01A/P.01/EN/RMX
Maksud dan Tujuan
Untuk menentukan adanya bahan organik dalam agregat halus yang akan digunakan untuk campuran beton/mortar sebagai dasar penerimaan dengan memperhatikan persyaratan dari ASTM. C 33.
Teori
Kotoran organik biasanya bercampur dengan agregat halus adalah berasal dari penghancuran zat tumbuh - tumbuhan baik berupa humus maupun lumpur organik. Zat organik yang dikandung oleh pasir dapat mempengaruhi proses hidrasi semen/waktu pengerasan semen
Alat pengujian
Botol gelas tidak berwarna dengan kapasitas ( 350 - 470 ml )
Standar warna
Larutan NaOH 3 %
Bahan
Sample fine aggregate yang diambil melalui proses ASTM.D75 dan melalui proses ASTM.C 702 sebanyak ± 450 gram
Prosedur Pengetesan
Persiapan: Membuat larutan NaOH 3%
Menimbang air b. Menimbang NaOH c. Masukan NaOH
Kocok larutan NaOH 3 % + air dengan volume harus 2/3 kapasitas botol atau 200 ml
Sample pasir dimasukan kedalam botol sampai mencapai 1/3 tinggi botol atau 130 ml.
Tutup botol tersebut ,kocok kuat - kuat dan biarkan selama 24 jam.
Bandingakan warna cairan yang terlihat diatas pasir dengan warna standar.
Evaluasi
lebih tua dari warna standar masih dapat dilakukan pengujian dengan methode ASTM.C 109 (pengujian mortar) Pasir dinyatakan mengandung zat organik jika setelah 24 jam warnanya lebih tua dari warna standar (kuning).
Setelah pengujian mortar dapat disimpulkan apakah pasir dapat digunakan atau tidak
Test Methode For Soundness Of Aggregates (ASTM C-88)
Maksud dan Tujuan
Pengujian ini adalah untuk mengetahui kekekalan atau daya tahan agregat terhadap cuaca (panas dan dingin) disesuaikan dengan aplikasi penggunaan dan sebagai dasar penerimaan sesuai ASTM C-33.
Aggregate halus :
Dengan sodium/Natrium sulfat (Na2SO4), maks :10%
Dengan magnesium sulfat (MgSO4), maks. :15%
Aggregate kasar :
Dengan sodium/Natrium sulfat (Na2SO4), maks :12%
Dengan magnesium sulfat (MgSO4), maks. :18%
Peralatan
Ayakan sesuai dengan persyaratan E-11 disesuaikan dengan ukuran aggregate
No. 100 (150μm)
8 mm (3/16")
9.5 mm (3/8")
No. 50 (300μm)
12.5 mm (1/2")
16 mm (5/8")
No. 30 (600μm)
19 mm (3/4")
25 mm (1")
No. 16 (1.18 mm)
31.5 mm (1.25")
No. 8 (2.36 mm)
37.5 mm (1.5")
50 mm (2")
No. 5 (4 mm)
63 mm (2.5")
No. 8 (2.36 mm)
mm (1..5")
Container yang dapat bersirkulasi dan mudah dikeringkan.
Timbangan dengan ketelitian 0.1 g / 0.1 %
Oven kap 110 ± 5° C
Hidrometer
Persyaratan Larutan
Digunakan 2 jenis larutan dalam pengujian untuk merendam sample yaitu Sodium sulfat dan Magnesium sulfat.
Volume larutan sodium sulfat atau magnesium sulfat harus 5 kali volume semua sample yang direndam.
Jika digunakan Larutan sodium sulfat yang terdiri dari 215 g sodium sulfat bebas air atau 700 g sodium sulfat kristal dicampur dengan 1 lt air bersih kemudian diaduk hingga larut dengan BJ: 1.151 – 1.174 dan digunakan merendam sample pada suhu 21±1 ° C.
Jika digunakan larutan magnesium sulfat yang terdiri dari 350 g magnesium sulfat bebas air atau 1230 g kristal dan dicampur 1 lt air bersih kemudian diaduk hingga larut dengan BJ: 1.295 - 1.308, dan digunakan merendam pada suhu 21 ±1 ° C.
Ketentuan Sample
Ambil sample aggregate halus / kasar melalui ketentuan ASTM D-75 dan melalui proses ASTM C-702.
Sample agregate halus
Aggregate halus harus lolos ayakan 9.5 mm ( 3/8 in).
Contoh yang diambil adalah contoh yang setelah pengujian analisa saringan dan contoh yang tertahan dimasing-masing saringan tidak kurang dari 5 % diambil masing-masing 100 gr.
Lolos
Tertahan
No.30
No.50
No.16
No.30
No.8
No.16
No.4
No.8
3/8 in
No.4
Sample aggregate kasar
Sample harus tertahan ayakan No.4
Contoh yang diambil adalah contoh yang setelah pengujian analisa saringan dan contoh yang tertahan dimasing-masing saringan tidak kurang dari 5 % diambil dengan ketentuan :
Ukuran Ayakan
Berat (gr)
9.5 mm – 4.75 mm
300 ± 5
19 mm – 9.5 mm, terdiri dari:
1000± 10
12.5 mm -9.5 mm
330± 5
19 mm-12.5
670± 10
37.5 mm-19 mm, terdiri dari:
1500± 50
25 mm-19 mm
500± 30
37.5 mm – 25 mm
1000± 50
Prosedur
Contoh yang telah diambil sesuai ketentuan kemudian dicuci dan masing - masing contoh dioven dengan suhu 110±5° C selama 24 jam hingga berat konstan dan timbang.
Masukkan sample kedalam container dan rendam kedalam larutan ( 15 mm dari permukaan larutan ) yang sudah disiapkan, selama 16 - 18 jam pada temperatur 21±1°C
Ambil contoh dari perendaman dan keringkan didalam oven dengan suhu 110±5°C
Dinginkan sample pada suhu ruang dan sambil perhatikan butiran aggregate tersebut.
Ulangi pekerjaan 2 & 4 sebanyak 5 kali.
Setelah selesai 5 kali , cuci contoh dengan air bersih (untuk membebaskan contoh dari sodium) sampai air pencuci tidak berwarna putih bila dipakai Natrium/Barium Chlorida (BaCl2). Setelah selesai kemudian keringkan dengan oven dengan suhu 110 ±5° C selama 24 jam.
Dinginkan contoh hingga berat konstan dan timbang berat masing - masing contoh.
Untuk contoh > dari 20 mm akan diperiksa satu- persatu.
Perhitungan
Rumus:
% kehilangan berat contoh dari masing-masing ayakan =
1- berat contoh setelah diujiBerat contoh sebelum diuji x 100
% kehilangan berat pada agregat =
% berat contoh masing2 ayakan x % kehilangan berat masing2 ayakan100
Contoh perhitungan:
% kehilangan berat contoh dari masing-masing ayakan = 1- 95,8100 x 100= 4,2 %
% kehilangan berat pada agregat = 26 x 4.2100 = 1,1
Ilustrasi Hasil Test
Ukuran Ayakan
Grading Asli Sample %
Berat sampel sebelum test (g)
Berat sampel setelah test (g)
% lolos ayakan setelah test
% kehilangan
no. 100 <
6
-
no. 50-no.100
11
-
no.30-no.50
26
100
95.8
4.2
1.1
no.16-no.30
25
100
95.2
4.8
1.2
no.8-no.16
17
100
92.0
8.0
1.4
no.4-no.8
11
100
88.8
11.2
1.2
3/8"- no.4
4
-
Total
100
4.9
Standard Test Method For Sieve Analysis Of Aggregates (ASTM C 136)
Tujuan
Menentukan pembagian (gradasi) aggregate dengan menggunakan saringan.
Menentukan perbandingan aggregate halus dan kasar dalam campuran beton.
Untuk mencapai workability campuran beton
Ukuran Contoh
Ukuran Contoh Lapangan
Contoh Sampel diambil dari stock pile sesuai proses ASTM.D 75
MAXIMUM UKURAN NOMINAL AGGREGATE
PERKIRAAN MINIMUM BERAT CONTOH (LB/KG)
Fine Aggregate
No.8 (2.36 mm)
25 (10)
No.4 (4.75 mm)
25 (10)
Coarse Aggtegate
3/8 inch (9.5 mm)
25 (10)
½ inch (12.5 mm)
35 (15)
¾ inch (19.0 mm)
55 (25)
1 inch (25 mm)
110 (50)
1.5 inch (37.5 mm)
165 (75)
2 inch (50 mm)
220 (100)
2.5 inch (63 mm)
275 (125)
3 inch (75 mm )
330 (150)
3.5 inch (90 mm)
385 (175)
1 Lb (Libra) atau Pound = 0,45359 Kg
Ukuran Contoh Test
Diperoleh melalui proses pengurangan sample sesuai ASTM.C 702
Ukuran Maximum
Berat Minimum
Aggregate dgn lolos 85% ayakan no.4 (4.75 mm) dan tdk lebih 5% tertahan ayakan no.8 (2.36 mm)
500 gram
Aggregat dgn lolos 95% ayakan no.8 (2.36 mm)
100 gram
3.5"
100.0 kg
3"
60.0 kg
2.5"
35.0 kg
2"
20.0 kg
1.5"
15.0 kg
1"
10.0 kg
¾"
5.0 kg
0.5"
2.0 kg
3/8"
1.0 kg
Peralatan yang digunakan
Satu set ayakan sesuai ASTM .E 11
Coarse Aggregate 3,5".3".2,5".2".1,5".1".3/4".0,5".3/8"
Fine Agregat #4.#8.#16.#30.#50.#100.#200.Pan
Timbangan dengan ketelitian 0.1 gr atau 0.1 % untuk agregat halus, dan 0.5 gr atau 0.1 % untuk agregat kasar
Oven dengan pengatur suhu 110 ± 5º C
Talam/Nampan
Mesin Pengguncang ( sieve shaker )
Sekop material
Prosedur Pengujian
Keringkan contoh yang didapat dari proses pengurangan contoh sampai berat tetap dan timbang sesuai ketentuan test
1Susun Ayakan dari yang terbesar hingga yang paling kecil sesuai dengan ketentuan ASTM.C 33, dan pasang Pan pada urutan paling bawah
1
2Lakukan pengayakan contoh uji menggunakan saringan dari yang terbesar hingga yang terkecil secara berurutan baik mengunakan mesin penguncang/manual, jika digunakan manual ayak selama 1 menit untuk setiap ayakan dengan ketinggian contoh satu ukuran contoh terbesar untuk agregat kasar ,kecepatan 150 kali per menit, dengan posisi ayakan miring
2
dan jika digunakan mesin penguncang lama waktu mengayak untuk 20 kg contoh atau lebih ,minimal selama 10 menit
Timbang contoh yang tertinggal pada setiap ayakan.
34
3
4
Perhitungan
Hitung prosentase tertahan tiap ayakan terhadap total contoh.
Hitung jumlah prosentase tertahan secara kumulatif terhadap ayakan berikutnya dimulai dari yang terbesar sampai didapat jumlah kumulatif tertahan 100 % untuk ayakan terkecil.
Hitung prosentase lolos ayakan dengan mengurangkan 100 terhadap kumulatif tertahan tiap ayakan.
Untuk menghitung nilai Fine Modulus (FM = Indek yang dipakai untuk mengukur kehalusan/kekasaran butir-butir agregat) dengan menjumlahkan kumulatif tertahan tiap ayakan dibagi dengan 100.
Ploting nilai prosentase lolos tiap ayakan pada grafik spesifikasi ASTM.C33.
Contoh form perhitungan
Gambar Grafik Sieve Analys
Test Methode For Materials Finer Than 75 µm ( No.200 ) Sieve in Mineral Aggregates By Washing (ASTM C-117) W.01D/P.01/EN/RMX
Maksud dan Tujuan
Untuk menentukan jumlah bahan lolos ayakan no.200 (lebih kecil 75 µm) dengan cara pencucian.
Untuk menjamin material yang digunakan dalam campuran beton tidak mengandung material lumpur (< 75 µm).
Teori
Jika suatu bahan lolos saringan No 200 yang menempel pada agregat akan dapat menurunkan kuat tekan dan durabilitas beton.
Dapat menyelimuti butiran semen sehingga proses hidrasi terganggu
Kebutuhan air akan meningkat dan menimbulkan daya penyusutan beton tinggi.
Daya lekat pasta terhadap aggregat berkurang sehingga mempengaruhi kekuatan beton.
Peralatan
Saringan No.16 dan No.200 sesuai ASTM E-11
Timbangan dengan ketelitian 0.1 gr/0.1 %
Container/wadah
Oven pemanas kapasitas 110 ± 5º C
Kompor
Kaca bening
Bahan
Sample aggregate diambil sesuai ASTM D-75 dan telah melalui proses ASTM C-702.
Sample aggregate dalam kondisi kering oven dengan berat tetap dengan ketentuan berat:
Ukuran Nominal Aggregate
Berat Sampel min. (gr)
4.75 mm (no.4 ) atau <
300
9.5 mm (3/8 in)
1000
19 mm (3/4 in)
2500
37.5 mm (1.5 in)
5000
Prosedur Pengujian
Ambil sampel aggregat sesuai ASTM D-75 dan telah melalui proses ASTM C-702
Keringkan sample dengan oven dengan suhu 110 ± 5 º C hingga berat konstan atau dapat juga menggunakan kompor dengan plat kaca untuk pengecekan.
Timbang benda uji sesuai ketentuan diatas ( A ) dan catat.
Masukkan sample uji kedalam wadah dan isi air pencuci secukupnya hingga sample terendam.
Aduk - aduk sample dalam wadah dan tuangkan air pencucian diatas ayakan No.16 dan No.200, usahakan yang kasar tidak ikut tertuang.
Masukkan air pencuci baru dan ulangi pekerjaan 4 dan 5 hingga air cucian jernih
Kembalikan sample tertahan ayakan No. 16 dan No. 200 kedalam wadah dan keringkan dengan oven pada suhu 110 ± 5 º C hingga berat tetap
Timbang sample yang telah kering ( B ) dan catat.
Gambar Ilustrasi Pengujian
Perhitungan
Hitung material lolos ayakan No. 200 dengan rumus
A-BA x 100
Dimana:
A = Sample sebelum dicuci
B = Sample setelah dicuci
Laporkan dengan Ketelitian 0,1%
Ketelitian
Pengujian dianggap teliti jika ketentuan berikut terpenuhi (%):
Jenis Agregat
Stan.dev
Selisih 2 hasil uji
Aggregate kasar
Satu operator
0.10
0.28
2 laboratorium
0.22
0.62
Aggregate halus
Satu operator
0.15
0.43
2 laboratorium
0.29
0.82
Standart Test Method For Specific Grafity And Absorption Of Coarse Aggregate (ASTM. C 127) W.01C/P.01/EN/RMX
Tujuan
Menentukan berat jenis bulk, berat jenis jenuh kering permukaan (SSD), Berat Jenis semu (Apparent) dan Penyerapan Aggregate.
Untuk menghitung volume aggregate dalam campuran beton.
Definisi
Berat jenis Kering oven (Bulk Specific Gravity)
Perbandingan berat aggregat kondisi kering oven (di udara) dengan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu
Berat jenis jenuh kering permukaan
(saturated surface dry)
Perbandingan berat aggregat kondisi jenuh kering permukaan ( di udara ) dengan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu
Berat Jenis Semu
(Apparent Specific Gravity)
Perbandingan berat aggregat kondisi jenuh kering diudara dengan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaaan jenuh pada suhu tertentu
Penyerapan (Absorption)
Prosentase berat air yang berada pada setiap pori terhadap berat agregat kering
Peralatan test
Timbangan kapasitas 5 kg atau lebih dengan ketelitian 0.5 gram atau 0.1%
Keranjang kawat dengan ukuran 3.35 mm (No.6) dgn kapasitas 5 kg, untuk maksimum size 1,5"
Bak air dengan pipa buangan ( over flow ).
Oven kapasitas suhu min 110 ± 5º C atau Kompor.
Plat kaca
Saringan No 4 (4,75 mm)
Handuk/Lap kain.
Jumlah Contoh
Nominal max size, mm
Nominal max size, Inchi
Berat sample, kg
12
0.5
2
19
¾
3
25
1
4
37.5
1.5
5
50
2
8
63
2.5
12
Prosedur
Siapkan contoh yang tertahan saringan No.4 kurang lebih 5 Kg.
Cuci sampel dan keringkan dalam oven 24 jam pada suhu 110 ± 5º C.
Dinginkan Selama 2 jam lalu rendam air sampai dengan 24 ± 4 jam
Buang air lalu tumpahkan diatas kain yang menyerap air, aggregate yang besar dilap dgn kain untuk memperoleh kering permukaan (SSD)
Timbang agregate yang telah kering permukaan (A) di udara.
Masukan keranjang kedalam air dan setting timbangan dalam posisi nol.
Lalu aggregate dimasukan kedalam keranjang kawat yang dicelupkan kedalam container berisi air.
Goncangkan batunya untuk mengeluarkan udara yang tersekap.
Timbang berat aggregate dalam air (B).
Keringkan aggregate dalam oven, atau keringkan dengan menggunakan kompor (gunakan plat kaca untuk pengecekan)
Dinginkan aggregate, kemudian timbang berat kering (C).
Ilustrasi Pengujian
Perhitungan :
Bulk Specific Gravity ( SSD ) = A / (A-B)
Bulk Specific Gravity = C / (A-B)
Apparent Specific Gravity = C / (C-B)
Absorption/penyerapan = (A – C) / C x 100 %
Catatan : Jika selisih antara pengetesan pertama & pengetesan kedua lebih besar dari yang di syaratkan maka harus dilaksanakan sekali lagi.
Ketelitian dan Penyimpangan Satu operator
Pengujian dianggap teliti jika ketentuan berikut terpenuhi:
Ketepatan 1 operator
Standar deviasi
Batasan yang dapat diterima untuk selisih dua hasil test
Bulk Specific Grafity (SSD)
0,007
0.02
Bulk Specific Grafity (Dry)
0,009
0,025
Apparent SG
0,007
0.02
Absorption
0,088
0.23
Ketelitian dan Penyimpangan Beda laboratorium
Pengujian diangap teliti jika ketentuan berikut terpenuhi:
Ketepatan lain laboratorium
Standar deviasi
Batasan yang dapat diterima untuk selisih dua hasil test
Bulk Specific Grafity (SSD)
0,011
0.032
Bulk Specific Grafity (Dry)
0,013
0,038
Apparent SG
0,011
0.032
Absorption
0,145
0.41
Standar Test Method For Specific Grafity And Absorption Of Fine Aggregate (ASTM C 128) W.01B/P.01/EN/RMX
Tujuan
Menentukan berat jenis bulk, berat jenis jenuh keringpermukan(SSD), Berat Jenis semu (Apparent) dan Penyerapan Agregat
Untuk menghitung volume agregat dalam campuran beton
Definisi
Berat jenis Kering oven (SG Oven Dry)
Perbandingan berat aggregat kondisi kering oven dengan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu
Berat jenis jenuh kering permukaan (saturated surface dry)
Perbandingan berat aggregat kondisi jenuh kering permukaan ( di udara ) dengan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu
Berat Jenis Semu (Apparent Specific Gravity)
Perbandingan berat aggregat kondisi jenuh kering diudara dengan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaaan jenuh pada suhu tertentu
Penyerapan (Absorption )
Prosentase berat air yang berada pada setiap pori terhadap berat agregat kering
Peralatan test
Timbangan kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0.1 gram
Piknometer dengan kapasitas 500 ml
Kerucut terpancung ( cone ), Ǿ atas 40 mm, Ǿ bawah 90 mm, tinggi 75 mm, dan penumbuk (tamper) dengan berat 340 gram, diameter penumbuk 25 mm.
Saringan No. 4
Oven kapasitas suhu min 105 º C/Kompor.
Plat kaca
Prosedur
Siapkan contoh yg lolos saringan No.4 kurang lebih 1 Kg yang diperoleh dari prosedur pengurangan sample, keringkan dengan oven dengan suhu 110 ± 5º C, dan Rendam dalam air selama 24 ± 4 jam
Keluarkan contoh dari air dan tebarkan pada permukaan yang rata diatas talam ( Nampan ) sambil diaduk - aduk pada udara terbuka dengan panas matahari , sehingga terjadi proses pengeringan yg merata sampai kondisi SSD.
Lakukan pengujian kondisi SSD dengan memasukan contoh ke dalam kerucut dengan dibagi 3 lapis bagian, pertama dipadatkan dengan penumbuk sebanyak 8 kali, kedua dipadatkan dengan penumbuk sebanyak 8 kali, ke tiga sebanyak 9 kali, dengan tinggi jatuh penumbuk 5 mm diatas permukaan contoh.
Bersihkan sekitar kerucut dari butiran yg tercecer, dan Angkat kerucut dalam arah vertikal perlahan – lahan dan lihat kondisi contoh, lakukan bertahap sampai mendapatkan kondisi SSD seperti bentuk sekrup.
Timbang agegate yg telah kering permukaan kondisi SSD minimum 500 gram. ( A )
Ambil Flask dan Timbang
Isi Flask dengan air sampai garis batas dan timbang untuk mengetahui volume botol (C)
Buang air di flask dan sisakan ± 50% nya, lalu masukkan contoh pasir yang telah ditimbang kedalam flask yang telah disisakan airnya.
Isi air kembali sampai garis batas flask sambil diputar-putar dalam posisi miring agar udara yang tersekap keluar, kemudian timbang (D)
Keluarkan pasir
kemudian keringkan dengan suhu oven 110 ± 5º C sampai kering sempurna (bila pakai kompor cek dengan plat kaca)
kemudian timbang (E)
Perhitungan :
Bulk Specific Gravity ( SSD) = A / (A +C – D)
Specific Gravity Oven Dry = E / (A + C – D)
Apparent Specific Gravity = E/(E+C-D)
Absorption/penyerapan = (A-E)/Ex100 %
Catatan : Jika selisih antara pengetesan pertama & pengetesan kedua lebih besar dari yang di syaratkan maka harus dilaksanakan sekali lagi.
Ketelitian dan Penyimpangan
Untuk Satu operator
Pengujian diangap teliti jika ketentuan berikut terpenuhi:
Ketepatan 1 operator
Standar deviasi
Batasan yang dapat diterima untuk selisih dua hasil test
Bulk Specific Grafity (SSD)
0,0095
0.027
Bulk Specific Grafity (Dry)
0,011
0,032
Apparent SG
0,0095
0.027
Absorption
0,11
0.31
Untuk Beda laboratorium
Pengujian diangap teliti jika ketentuan berikut terpenuhi:
Ketepatan lain laboratorium
Standar deviasi
Batasan yang dapat diterima untuk selisih dua hasil test
Bulk Specific Grafity (SSD)
0,020
0.056
Bulk Specific Grafity (Dry)
0,023
0,066
Apparent SG
0,020
0.056
Absorption
0,23
0.66
Test Methode For Resistance To Degradation Of Small Size Coarse Aggregate By Abrasion And Impact in The Los Angeles Machine (ASTM C 131)
Maksud dan Tujuan
Pengujian ini adalah untuk menentukan ketahanan agregat kasar terhadap benturan (keausan) atau gesekan, sebagai dasar penerimaan dan disesuaikan dengan persyaratan ASTM C-33, maksimum 50%.
Peralatan
1 Set Mesin Los Angeles
Bola Baja dengan diameter 4.75 cm dan berat 445 gram/bh
Ayakan sesuai ASTM E-11
Timbangan dengan keakurasian 0.1 g atau 0.1 %.
Ketentuan Penggunaan Bola Baja
Type Grading
Jumlah Bola
Berat Bola (g)
A
12
5000 ± 25
B
11
4584 ± 25
C
8
3330 ± 20
D
6
2500 ± 15
Ketentuan Sample
Sample diambil sesuai ASTM D-75 dan telah melalui proses ASTM C-702
Benda uji terlebih dahulu diayak sesuai dengan ayakan yang sudah ditentukan, setelah diayak contoh dicuci sampai bersih dan dimasukan kedalam oven selama 24 jam dengan temperatur 110±5ºC
Ketentuan berat sample
Lolos ayakan
Tertahan ayakan
Gading Type A
Grading Type B
Grading Type C
Grading Type D
37.5 mm
25 mm
1250±25
25 mm
19 mm
1250±25
19 mm
12.5 mm
1250±25
2500±10
12.5 mm
9.5 mm
1250±25
2500±10
9.5 mm
6.3 mm
2500±10
6.3 mm
4.75 mm
2500±10
4.75 mm
2.36 mm
5000±10
Total
5000±10
5000±10
5000±10
5000±10
Prosedur Pengujian
Masukan contoh dan bola baja kedalam mesin Los Angeles sesuai dengan jenis gradasi yang akan diuji dan banyaknya bola besi, kemudian tutup.
Jalankan mesin sebanyak 500 putaran, dengan kecepatan 30-33 rpm.
Keluarkan contoh dari mesin dan cuci diatas ayakan 1.7 mm (No.12), kemudian keringkan dengan oven selama 24 jam dengan suhu 110 ºC.
Keluarkan contoh dari oven dinginkan hingga berat tetap dan timbang.
Perhitungan
Keausan = A-BA x 100 %
Dimana :
A = Berat sampel sebelum diuji
B = Berat sampel setelah diuji
Laporkan dengan ketelitian 0.1%
Contoh Perhitungan :
Sieve Size (mm)
Berat Aggregate (gr)
Hasil
Lolos ayakan
Tertahan ayakan
Grading-B
Grading-B
37.5 mm(1 ½ in)
25.4 mm (1.0 in)
19.0 mm (3/4 in)
12.5 mm (1/2 in)
9.5 mm (3/8 in)
6.3 mm (1/4 in)
4.75 mm (no.4)
25.4 mm (1.0 in)
19.0 mm (3/4 in)
12.5 mm (1/2 in)
9.5 mm (3/8 in)
6.3 mm (1/4 in)
4.75 mm (no.4)
2.36 mm (no.8)
2500
2500
2500
2500
Berat total sampel sebelum di test (A)
5000
5000
Berat sampel yang tertahan ayakan no.12 setelah di tes
4028
4027
Keausan = A-BA x 100 (%)
19.44
19.46
Rata-rata =
19.45
Test Clay Lumps And Friable Particles In Aggregates (ASTM C 142)
Maksud dan Tujuan
Untuk menentukan kandungan gumpalan tanah liat dan partikel ringan pada aggregate sebagai dasar penerimaan material. Menurut ASTM C 33 untuk fine aggregate sebesar maksimal 3% dan coarse aggregate sebesar 2% dari berat kering.
Peralatan yang diperlukan
Timbangan dengan ketelitian 0.1% dari berat sample dalam skala penggunaan timbangan yang dipakai.
Container /wadah kedap air dan memungkinkan penyebaran aggregate menjadi lapisan yang tipis.
Ayakan No 16 dan No 200 (ASTM E-11)
Oven berkapasitas 110 + 50 C.
Sample Aggregate harus memenuhi kriteria sbb :
Sample sudah melalui proses ASTM C-117 yang sebelumnya telah melalui ASTM D-75 dan ASTM C-702.
Aggregate dalam kondisi kering (memiliki berat yang tetap pada suhu 110 + 50 C).
Fine aggregate memiliki butiran kasar (tertahan ayakan No 16) minimal 25 gram.
Ukuran dan berat minimal untuk coarse aggregate:
(No 4 - 3/8 in) sebesar 1000 gram
(3/8 - 3/4 in) sebesar 2000 gram
(3/4 - 1 1/2 in) sebesar 3000 gram
diatas 1 1/2 in sebesar 5000 gram.
Pada kondisi ini yang membedakan antara aggregate kasar dan halus adalah ayakan No 4, dimana pada masing-masing sample harus memenuhi kriteria diatas.
Prosedur Pengujian
Timbang sample dan sebarkan menjadi lapisan yang tipis pada dasar container, rendam dengan air selama 24 + 4 jam.
Remas aggregat secara individual, remas dengan ibu jari dan telunjuk untuk memecah partikel menjadi lebih kecil, jangan membenturkan antar partikel untuk memecahkannya.
Ayaklah pada kondisi basah berdasarkan ukuran butir untuk memisahkan kandungan lempung dan partikel ringannya. (Fine aggregate tertahan ayakan No. 16 dengan ayakan No. 20, tertahan No. 4 - 3/8 dengan ayakan No. 8, tertahan N.o 3/8 - 3/4 dengan ayakan No. 4, tertahan No. 3/4 - 1 1/2 dengan ayakan No. 4, diatas 1 1/2 dengan ayakan No. 4).
Setelah terpisah keringkan sampel pada suhu 110 + 50 C, dan mencapai berat yang tetap pada kondisi tersebut.
5. Semua partikel yang dapat dipecahkan dan dipisahkan dengan ayakan pada kondisi basah dikategorikan lempung dan partikel ringan.
Perhitungan Kandungan Lempung dan Partikel Ringan
Kandungan lempung adalah berat yang hilang setelah direndam dan dicuci pada masing- masing ayakan terhadap berat semula (dalam persen dikalikan 100). Clay Lumps = (A-B)Ax 100 %
Untuk coarse aggregate kandungan lempung adalah rata-rata dari tiap fraksi ayakan (perhatikan batasan aggregate kasar dan halus, ayakan No. 4).
Standard Test Method For Total Moisture Content
Maksud dan Tujuan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kandungan air yang ada pada aggregate yang akan dipergunakan supaya tidak terjadi kelebihan kandungan air dalam perencanaan campuran beton.
Untuk mendapatkan campuran beton dengan nilai kekentalan (slump) yang tepat, w/c sesuai, rencana dan volume yang tepat.
Acuan
AASTHO (The American Association of State Highwai and Transpotation Officials)
ASTM (American Society Test and Materials) C.566-89 mengenai Standard Test Method for Total Moisture Content of Aggregate by Drying.
ASTM C.70-94 mengenai Standard Test Method for Surface Moisture in Fine Aggregate.
ASTM D 75-89 mengenai Practise for Sampling Aggregate.
Ketentuan Umum
Aggregate yang akan ditest harus diambil dari skat/stock material yang akan dipergunakan produksi.
Alat Speedy Moisture Tester hanya digunakan untuk pengetesan kadar air pada fine aggregate (pasir).
Spiritus hanya digunakan untuk kadar air coarse aggregate.
Semua alat ukur harus terkalibrasi dengan baik.
Sample yang merupakan hasil dari penggabungan beberapa pengambilan di beberapa bagian pada tempat material,dimana sample ini mewakili semua sample yang ada.
Berat aggregat yang ditest adalah sebagai berikut
Maximum Size
Berat min. Contoh
Mm
Inch
kg
4.75
0.187
0.5
9.5
3/8
1.5
12.5
0.5
2
19
¾
3
25
1
4
37.5
1.5
6
50
22
8
63
2.5
10
75
3
13
90
3.5
16
100
4
25
150
6
50
Pengetesan Kadar Air Aggregate Dengan Menggunakan Pemanas/ Pengering (ASTM C 566) W.02A/P.01/EN/RMX
Mempersiapkan alat-alat dan bahan yang akan diperlukan sebagai berikut:
Timbangan dengan ketelitian 0.1% dari berat yang ditimbang.
Alat pemanas (kompor).
Cawan
Aggregate yang diambil langsung dari stock / skat yang akan digunakan sebagai produksi beton sesuai kebutuhan.
Timbang cawan yang akan dipergunakan dan catat beratnya.
Ambil Aggregate (fine/coarse) sesuai dengan ketentuan (sesuai dengan maximum sizenya) dan timbang dalam cawan catat berat aggregate+cawan.
Nyalakan alat pemanas (kompor) dan panaskan aggregate dalam cawan.
Aduk aggregate (fine/coarse) agar panas merata.
Gunakan kaca bening dan letakan diatas aggregate yang dipanaskan,apabila uap yang mengenai kaca tidak mengandung air (embun) maka aggregate tersebut telah kering.
Dinginkan aggregate sampai berat tetap,timbang aggregate +cawan dan catat beratnya.
Hitung kandungan air dalam aggregate tersebut dengan rumus :
P = (A-B)Bx 100 %
Dimana:
P = kadar air aggregate
A = berat aggregate sebelum dikeringkan (gram)
B = berat aggregate setelah dikeringkan (gram)
Pengetesan Kadar Air , Fine Aggregate Dengan Gelas Ukur (ASTM C 70)
Mempersiapkan alat-alat dan bahan yang diperlukan sebagai berikut:
Timbangan dengan ketelitian 0.5 gram dengan kapasitas 2000 gram.
Gelas ukur dengan sekala pembacaan 0.5 ml.
Fine aggregate yang diambil langsung dari stock/skat yang akan dipergunakan sebagai produksi beton sesuai dengan kebutuhan.
Timbang fine aggregate dan catat hasilnya.
Catat berat jenis SSD (Saturated Surface Dry) aggregate dan penyerapan fine aggregate tersebut.
Isikan air ke dalam gelas ukur ( +/- 2 kali volume fine aggregate yang ditimbang ) dan catat volume air dalam gelas ukur tersebut (V1).
Masukkan fine aggregate yang telah ditimbang tadi ke dalam gelas ukur yang telah berisi air dan keluarkan udara yang terjebak di dalam fine aggregate dengan cara memutar gelas ukur pada posisi miring.
Kembalikan gelas ukur pada posisi tegak lurus dan baca volume air dan fine aggregate pada skala gelas ukur dan catat (V2).
Hitung kandungan air permukaan fine aggregate tersebut dengan rumus :
Pp = d-c-(a :b)(a-(d-c)x 100 %
kadar air total fine aggregate :
P = Pp x(1 + g100)x P
Keterangan:
P : kadar air fine aggregate (%).
Pp: kadar air permukaan fine aggregate (%).
a : berat fine aggregate/contoh (gram).
b : berat jenis SSD fine aggregate.
c : volume air/pembacaan skala V1 (ml).
d : volume air + fine aggregate/pembacaan skala V2 (ml).
g : penyerapan fine aggregate (%).
PENGUJIAN BETON SEGAR
Standard Practice For Sampling Freshly Mixed Concrete (ASTM C 172)
Maksud dan Tujuan
Sebagai acuan dalam mengambil contoh beton segar.
Untuk mendapatkan contoh beton segar yang mewakili.
Untuk keperluan :
Test slump
Test yield
Test temperatur beton
Test kadar udara dalam beton
Pembuatan benda uji beton
Peralatan
Saringan sesuai ukuran standar
Sendok beton
Wadah :
Kedap air
Tidak bocor
Kokoh
Tidak reaktif dengan semen/kimia
Bisa menampung sesuai ketentuan
Urutan Pelaksanaan
Pengambilan contoh dari truck mixer :
Ambil dua atau lebih sampel beton yg mempunyai interval tertentu pada pertengahan penuangan.
Ulangi melalui seluruh aliran penuangan.
Angkut sampel ke tempat pengetesan.
Aduk kembali untuk mendapatkan sampel campuran yang homogen.
Dapatkan campuran dlm interval 15 menit.
Jumlah minimum sampel disarankan untuk tes kekuatan adalah 28 liter.
Pengetesan slump dan kadar udara selama kurang dari 5 mnt.
Pembuatan benda uji harus dilaksanakan paling lama 15 mnt setelah contoh didapatkan.
Contoh benda uji harus dilindungi dari sinar matahari, angin, dan pengaruh lain.
Pengambilan contoh dari pengaduk stasioner :
Selama pengeluaran ambil contoh 2 kali atau lebih dengan interval sama, jangan dilakukan pada bagian awal dan bagian akhir.
Waktu pengambilan contoh sesuai bagian A diatas, dan aduk hingga homogen.
Bila pengeluaran terlalu cepat, pengambilan contoh menggunakan wadah yang cukup.
Selama pengambilan hindari segregasi.
Skema Sampling
Standard Test Method For Temperature Of Freshly Mixed Portland Cement Concrete (ASTM C 1064)
Teori
Temperatur beton adalah salah satu faktor yang sangat penting mempengaruhi kualitas, waktu pengikatan, kekuatan dari beton.
Beton dengan temperatur awal tinggi akan mempunyai kekuatan awal tinggi dibanding beton normal dan lebih rendah dari beton normal pada kekuatan akhir.
Alat dan Bahan
Container (terbuat dari bahan yg tidak menyerap air , dan terbuat dari baja).
Gerobak dorong.
Alat pengukur temperatur (ketelitian 0.5o C dan skala -18o C s/d 49oC).
Sample beton segar sesuai ASTM C-172.
Prosedur
Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan.
Ambil sample dari truck mixer dengan gerobak dorong.
Sample diaduk hingga merata.
Masukkan sample ke dalam container sampai penuh.
Masukkan termometer ke dlm sample sedalam minimal 75 mm dan tekan - tekan beton disekelilingnya.
Biarkan selama minimal 2 menit atau sampai didapatkan temperatur yg konstan.
Pengetesan temperatur beton segar harus dilakukan tidak lebih 5 menit setelah beton dituang dari Truck Mixer.
Standart Test Method For Unit Weight, Yield (ASTM C 138) W.02B/P.01/EN/RMX
Teori
Yield adalah perbandingan berat terhadap volume
Test Yield dimaksudkan untuk mengontrol hasil produksi (alatnya), apakah sesuai atau tidak
Dengan test yield akan diketahui kesesuaian jumlah komponen material dengan rencananya
Untuk mengontrol keakurasian proses penimbangan dan mutu beton segar
Alat dan Bahan
Container (terbuat dari bahan yg tidak menyerap air , dan terbuat dari baja)
Gerobak dorong
Tongkat pemadat dari besi (dia. 16 mm, panjang 60 cm), ujungnya berbentuk bulatpeluru
Palu karet (berat 0.57 kg ± 0.23 kg)
Sendok beton
Alat perata
Timbangan
Sample beton segar sesuai ASTM C. 172
Prosedur
Timbang berat Container kosong
Masukkan beton segar kedalam container dalam tiga lapis dengan volume sama
Rojok setiap lapisan sebanyak 25 kali
Setiap lapisan dipukul - pukul 10 - 15 kali
Setelah penuh, ambil kelebihan beton dan diratakan
Timbang berat beton dalam container
Hitung volume Container
Contoh Soal
Komposisi Material diketahui:
Semen : 376 kg > Vol. container 7 ltr
Pasir : 811 kg > Berat container 3 kg
Split : 982 kg > Berat beton + cont. 19.7 kg
Air : 199 kg +
Berat beton 2368 kg
HITUNG YIELD?
Jawaban:
Berat beton rencana : 2368 kg/m3
Vol. container : 0.007 m3
Beton dlm container : 19.7 – 3 = 16.7 kg
Berat beton realisasi : 16.70.007 = 2385.7 kg/m3
Yield : berat beton rencana/berat beton realisasi
: 23682385.7 = 0.9925
Catatan : batas yield adalah 1±0.007 m3
Standart Test Method For Slump Of Hydraulic Cement Concrete (ASTM C 143) W.02C/P.01/EN/RMX
Maksud dan Tujuan
Untuk menentukan konsistensi dari campuran beton
Mengukur nilai slump adukan beton segar sehingga di ketahui kemudahan untuk mengerjakan (workability)
Alat Yang Digunakan
Corong Slump - terbuat dari plat berbentuk kerucut diameter bawah 8 in (203 mm) diameter atas 4 in (102 mm) dan tinggi 12 in (305 mm) tebal 0.045 in (1.14 mm)
Batang pemadat - terbuat dari baja dg panjang 600 mm diameter 16 mm
Plat alas
Mistar pengukul/meteran
Sekop/sendok semen
Prosedur
Basahi Cetakan dan pelat alas (agar hasil sempurna dan untuk menghindari gesekan dengan dinding corong slump yang kering dan agar permukaan corong dan alat tidak menyerap air semen).
Ambil adukan beton segar (perlu diperhatikan jangan sampai terjadi segregasi dan bleeding saat pengambilan beton segar).
Letakan Corong slump di atas plat alas. Papan slump/alas harus bersih, stabil (tidak mudah bergeser),tidak berdebu, dan tidak miring.
Masukan adukan beton ke corong dalam3 lapisan dg volume pertama sedalam 2-5/8 in (67 mm), kedua sedlm 6-1/6 in (155 mm), ketiga hanya menutupi atas cetakan.
Rojok setiap lapis dg batang pemadat sebanyak 25 kali secara merata
Rojok lapisan kedua dan ketiga sampai mengenai lapisan bawahnya kira-kira 25 mm
Lapis I Lapis II Lapis III
Cara Perojokan Tiap Lapis
Ratakan permukaan atasnya dengan batang pemadat, bersihkan papan slump di sekitar cone. Tekan pegangan cone ke bawah, dan lepaskan pijakan.
Angkat Cetakan dengan posisi vertikal dlm waktu 5 +/- 2 detik, perhatikan Jangan sampai sampel bergerak/bergeser.
Balikkan cone, tempatkan di samping sampel, dan letakkan batang besi di atas cone yang terbalik tersebut.
Ukur penurunan yg terjadi (selisih antara tinggi awal dg tinggi akhir). Ukur slump beberapa titik, dan catat rata-ratanya.
Pembuatan Dan Perawatan Benda Uji Di Lapangan (ASTM C 31)
Maksud dan Tujuan
Untuk memberikan panduan tentang prosedur pembuatan, perawatan dan perlindungan dalam tranportasi benda uji dilapangan.
Hasilnya digunakan untuk pengecekan kecukupan dari proporsi campuran untuk kuat tekan/kuat lentur beton, sebagai dasar untuk keamanan dan evaluasi pekerjaan struktur dan sebagai dasar penentu waktu sebuah struktur boleh menerima beban hidup.
Peralatan
Cetakan, bisa berupa silinder, kubus, atau cetakan balok, sebelum dipakai diberi lapisan tipis dengan oli.
Rojokan, baja polos diameter 16 mm dengan panjang 600 mm yang ujungnya berbentuk bulat peluru.
Vibrator, internal dengan frekuensi minimal 7000 getaran per menit (ǿ19 - 38 mm), eksternal (berbentuk meja/papan) minimal 3600 getaran per detik.
Palu karet dengan berat 0,57 + 0,23 kg.
Alat Slump, mengacu pada ASTM C 143.
Nampan dari baja keras yang tidak menyerap air, dengan kapasitas yang cukup untuk pencampuran seluruh sampel.
Alat pengukur kadar udara, mengacu pada ASTM C 173 (volumetric) atau ASTM C 231 (pressure).
Spesimen Uji Tekan
Biasanya dipakai ukuran standar :
Silinder dengan diameter 152 mm (6 inch) dan tinggi 305 mm (12 inch), kondisi ini untuk matrial yang butiran maksimalnya < 50 mm. Silinder yang lebih kecil dari 6 x 12 inch tidak boleh dibuat di lapangan.
Kubus ukuran sisi-sisinya 15x15x15 cm
Spesimen Uji Lentur
Spesimen berbentuk balok dengan tinggi minimal 50mm, rasio dari lebar dan tinggi tidak lebih dari 1,5. Diagonal melintang sebesar 152 x 152 mm (minimum panjang 500 mm). Kondisi ini hanya untuk matrial yang maksimal butirannya sebesar <50 mm.
Penamaan Benda Uji
Perhatian dalam pembuatan benda uji
Dilakukan pengukuran slump pada saat pembuatan benda uji.
Setelah dilakukan pengetesan kadar udara, menurut ASTM C 231, beton yang gunakan untuk pengetesan kadar udara tidak boleh dibuat untuk benda uji.
Penentuan temperature menurut ASTM C 1064.
Posisi Cetakan
Ditempatkan pada daerah yang bebas dari getaran, pada permukaan yang datar, dan kaku serta sedekat mungkin dengan lokasi dimana benda uji akan disimpan untuk sementara waktu.
Penuangan Beton
Penuangan dilakukan dengan bantuan sekop atau cetok, dimana sebisa mungkin dihindari terjadinya segregasi. Sesuai ASTM C-172.
Jumlah Lapisan Benda Uji
Pemadatan benda Uji berdasarkan slump, ukuran dan tipe benda uji.
Type ukuran benda uji inch (mm)
Jumlah rojokan tiap lapis
Silinder
Ø 6 (152)
Ø 8 (200)
Ø 10 (350)
25
50
75
Beam
1 rojokan untuk tiap 2 in² (13cm²) permukaan beton
Kubus
6 (150)
8 (200)
18
32
Jumlah Lapisan
Jenis benda uji
Tinggi (mm)
Cara pemadatan
Jumlah lapisan
Tebal lapisan
Silinder
<300
Ditusuk
3
100
>300
Ditusuk
Sesuai yang dibutuhkan
100
<400
Digetar
2
200
>400
Digetar
3 atau lebih
200
Prisma
<200
Ditusuk
2
100
>200
Ditusuk
3 atau lebih
100
<200
Digetar
1
200
>200
Digetar
2 atau lebih
100
Metode Pemadatan Berdasarkan Kondisi Slump
Slump Inch atau cm
Metode
<1 atau <2.5
Getaran
1 s/d 3 atau 2.5 s/d 7.5
Getaran atau Rojokan
>3 atau >7.5
Rojokan
Rojokan
Untuk silinder jumlah dan ketentuan mengikuti tabel diatas.
Apabila dengan rojokan, tusukan pada lapis pertama tidak boleh menyentuh dasar cetakan dan pada lapis berikutnya tusukan sampai menembus lapis sebelumnya sedalam 25 mm.
Balok, satu rojokan untuk area seluas 13 cm2, setelah itu pukul dengan palu karet 10 - 15 kali pada tiap lapisan, untuk mengeluarkan gelembung udara yang terjebak.
Proses pemukulan ini juga dilakukan pada benda uji silinder.
Vibrator
Lamanya tergantung dari workabilitas beton dan keefektifan vibrator.
Dianggap cukup setelah permukaan beton terlihat rata.
Vibrator internal, rasio diameternya tidak lebih besar dari 1/4 diameter cetakan silinder, untuk balok, elemen penggetar tidak lebih dari 1/3 lebar cetakan.
Saat dilakukan penggetaran dengan vibrator eksternal (berbentuk meja/papan) dipastikan dulu bahwa cetakan sudah kaku dan kuat menahan getaran.
Finnishing
Silinder, setelah dilakukan pemadatan lakukan perataan permukaan beton dengan menggunakan batang rojokan atau perata.
Balok, setelah pemadatan ratakan permukaan diatasnya dengan tongkat atau cetok perata lainnya.
Curring
Setelah finishing, lindungi sisi luar permukaan benda uji dgn plastik tembus, karung basah, atau lapisan lain untuk memperlambat penguapan atau berkurangnya kadar air dari specimen.
Untuk curing awal sebaiknya specimen disimpan pada suhu 16–27o C selama 24 + 8 jam.
Selanjutnya specimen dirawat dalam air.
Perlakukan benda uji sebisa mungkin mendekati kondisi lingkungan pekerjaan struktur di lapangan.
Perlakuan ini sebagai dasar untuk menentukan kapan struktur dapat menerima beban.
Pengangkutan Spesimen ke Laboratorium
Selama pengangkutan spesimen diberikan bantalan untuk mencegah kerusakan dari goncangan, dari temperatur dingin, dan kehilangan kadar air, transportasi tidak lebih dari 4 jam.
Standard Tes Method For Time Of Setting Of Concrete Mixtures By Penetration Resistance (ASTM C 403)
Maksud dan Tujuan
Untuk mengetahui waktu pengikatan awal dan akhir mortar dari beton segar sampai mencapai nilai ketahanan penetrasi sebesar 500 psi (3,5 Mpa) untuk initial setting (pengikatan awal) dan 4000 psi (27,6 Mpa) untuk final setting (pengikatan akhir)
Ketentuan Umum
Sampel mortar adalah mortar yang lolos ayakan no. 4 (4,75mm), yang diperoleh dengan melakukan pengayakan dari sampel beton segar.
Mortar ditempatkan didalam container dan tersimpan pada suhu ruang.
Pada interval waktu tetap, ketahanan mortar diukur dengan cara dilakukan penetrasi dengan jarum standar hingga mencapai ketahanan penetrasi mortar sebesar 500 psi (initial setting) dan sebesar 4000 psi (final setting).
Hasil penetrasi diplotkan menjadi grafik ketahanan penetrasi terhadap waktu
Alat yang Digunakan
Container
(terbuat dari bahan yang tidak menyerap air, dapat berbentuk silinder atau kubus. ukuran sisinya tidak kurang dari 6 in (150mm) dan tinggi tidak kurang dari 6 in (150mm)
Penetrometer
(Jarum penetrasi harus dilengkapi dengan penunjuk beban dan memiliki luas bantalan; 1, ½, ¼, 1/10, 1/20, dan 1/40 in2. (645, 323, 161, 65, 32, dan 16 mm2).
Loading apparatus (penunjuk beban)
(Dengan tingkat akurasi ±2 lbf (10N) dan kapasitas sekurang-kurangnya 130 lbf (600N)
Batang perojok
(Tamping road harus berbentuk bulat, lurus, batang baja diameter 5/8 in (16mm) dan panjang sekitar 24 in (600mm)).
Sampling
Untuk pengetesan dibawah kondisi lapangan, harus menyiapkan 3 benda uji.
Untuk pengetesan dibawah kondisi laboratorium, persyaratan benda uji tergantung pada tujuan dari pengujian.
Pelaporan waktu initial dimulai sejak kontak semen dengan air pada waktu mixing.
Sampling beton segar berdasarkan ASTM C 172 (untuk kondisi lapangan), ASTM C 192 (untuk kondisi laboratorium).
Digunakan prosedur pada C172, sampel mortar diperoleh dengan pengayakan basah (mortar lolos ayakan no # 4 (4.75 mm).
Pada kondisi laboratorium penyimpanan benda uji pada suhu sekitar 20-25oc
Pada kondisi lapangan penyimpanan benda uji harus terlindung dari sinar matahari.
Proses Pelaksana
Siapkan sampel mortar dari pengayakan basah beton segar (beton lolos ayakan no. 4)
Masukan sampel ke dalam wadah container yang terbuat dari bahan tidak menyerap air dan tidak bocor. Dapat menggunakan wadah (dim. 15 cm) atau wadah dengan ukuran15x15x15 cm dengan ketebalan sampel min. ½ in. dari permukaan wadah.
Tusukan penetrometer kedalam sampel sedalam 1±1/16 in.(25±2mm). Untuk penetrasi selanjutnya tempatkan jarum penetrasi tidak kurang dari 15mm. Jarak lubang penetrasi dengan dinding container tidak boleh kurang dari 25mm. Hentikan penetrasi jika nilai beban menunjukkan nilai 500psi (3,5mpa) atau lebih dari 500psi. Catat setiap nilai penetrasi dan waktunya.
Grafikan hasil penetrasi untuk mendapatkan waktu dimana beban menunjukkan nilai 500psi (3,5mpa)
Hitung waktu setting timenya
Contoh Grafik:
Metode Standar Pengetesan Kadar Udara Dalam Beton Segar
Maksud dan Tujuan
Untuk memperoleh nilai kandungan udara pada beton segar dalam prosentase (%) volume.
Sampling
Metode pengambilan sampel beton segar sesuai prosedur ASTM C 172
Metode standar pengetesan kadar udara dalam beton segar ada 2 metode:
Standard Tes Method For Air Content Of Freshly Mixed Concrete By The Volumetric Method (Metode Volumetric) (ASTM C 173)
Alat yang Digunakan
Airmeter –wadah container yang dilengkapi dengan penutup yang terbuat dari bahan yang tidak menyerap air, rigid dan tidak bocor.
Corong
Batang perojok
Batang perata
pipet
Scoop (sekop-sendok semen)
Palu karet
Urutan Pelaksanaan
Siapkan sampel dan alat
Dengan menggunakan sekop masukan beton segar ke dalam container 3 lapis. Tiap lapis dirojok dengan batang rojok @ 25 kali dan dipukul sisi luarnya dengan palu karet @ 10-15 kali.
Ratakan permukaan container dengan batang perojok, lalu bersihkan bibir container dari sisa beton
Pasang top section pada wadah posisikan tepat, kencangkan baut, jangan sampai terjadi kebocoran.
Tambahkan air dengan menggunakan corong sampai terlihat pada bagian leher top section.
Tambahkan air dengan menggunakan rubber syringe sampai batas angka nol.
Gulingkan,/goyang/ putar /miringkan container selama 1 min untuk menghilangkan kemungkinan gelembung udara dalam beton dalam wadah.
Diamkan wadah, kemudian lakukan pembacaan cairan pada skala meniscus
Catatan:
sampel yang digunakan dalam pengujian ini tidak bisa digunakan untuk membuat benda uji
Standard Tes Method For Air Content Of Freshly Mixed Concrete By The Pressure MethOD (Metode Tekanan) (ASTM C 231)
Alat yang digunakan
Airmeter –wadah container yang dilengkapi dengan penutup yang terbuat dari bahan yang tidak menyerap air, rigid dan tidak bocor (type A atau type B)
Corong
Batang perojok
Batang perata
Scoop (sekop-sendok semen)
Palu karet
Urutan Pelaksanaan
Siapkan sampel dan alat
Dengan menggunakan sekop masukan beton segar ke dalam container 3 lapis. Tiap lapis dirojok dengan batang rojok @ 25 kali dan dipukul sisi luarnya dengan palu karet @ 10-15 kali.
Ratakan permukaan container dengan batang perojok, lalu bersihkan bibir container dari sisa beton
Prosedur dengan Type A meter :
Pasang tutup (jangan sampai terjadi kebocoran) tambahkan air kedalam container hingga setengah bagian pipa air.
Miringkn air ± 30o dan gunccang-guncangkan container untuk menghilangkan gelembung udara yang ada di sampel beton.
Kembalikan container keposisi vertical dan tambahkan kembali air kedalam pipa hingga mencapai angka nol.
Tutup lubang pada bagian atas pipa kemudian berikan tekanan (P) (± 0,2 psi) catat angka penurunan air (h1)
Buka klep untuk menghilangkan tekanan, catat angka kenaikan air (h2)
Hitung kandungan udara dengan persamaan A = h1-h2
Airmeter Type A
Airmeter Type B
PENGUJIAN BETON KERAS
Metode Standar Penggunaan Unbonded-Caps Dalam Pengujian Kuat Tekan Silinder (ASTM C 1231)
Lingkup
Merupakan salah satu persyaratan capping silinder beton sesuai ASTM C 31 atau C 192.
Dalam pemakaian diperhatikan :
Kualitas unbonded caps system,
Kelayakan pemakaian, jika lebih dari 100 kali test dibuat blok atau sepasang blok.
Tidak digunakan untuk kuat tekan dibawah 10 Mpa atau diatas 50 Mpa.
Ringkasan Spesifikasi
Tambahan persyaratan :
Jika digunakan blok lebih dari 100 kali.
Dalam pemakaian satu diatas sesuai ASTM C 617 dan satu dibawah.
Dalam evaluasi statistik pads (bantalan) tidak mengurangi kuat tekan lebih dari 2%.
Material dan Peralatan
Peralatan grinding, peralatan capping, pasta semen, plaster gipsum kekuatan tinggi, atau sulfur mortar.
Pads/bantalan dibuat dari material elastis :
ketebalan 1/2 ± 1/16 in (13±2 mm)
diameter tidak boleh lebih besar 1/16 in (2 mm) dari diameter dalam ring.
Retainers :
Terbuat dari besi, awet.
Tebal retainers harus 2 x tebal pads.
Diameter lingkaran retainers harus lebih dari102% dan harus kurang dari 107% dari diameter silinder.
Permukaan retainers yang berhubungan dengan bearing block harus rata ± 0.05 mm.
Benda Uji
Ratakan kedua permukaan silinder, kemiringan kurang 0.5° (3 mm dari 300 mm).
Perbedaan diameter silinder atas dengan bawah kurang dari 2%.
Jika silinder tidak sesuai dengan toleransi, maka benda uji tidak boleh ditest sebelum digergaji atau digerinda.
Prosedur
Unbonded caps digunakan pada salah satu atau kedua permukaan silinder sesuai dengan ASTM C 617.
Masukkan pads pada retainers sebelum digunakan.
Tempatkan unbonded caps atau caps pada silinder dan tempatkan dibawah bearing block tepat ditengahnya.
Setelah pembebanan mencapai 10% dari fc, cek posisi vertikal silinder 3.2 mm dari 300 mm
Jika tidak sesuai dengan persyaratan lepaskan pembebanan dan cek no. 1.
Selesaikan pengujian ini dan catat.
Kualifikasi Unbonded Capping system dan Verifikasinya :
Kuat tekan yang dihasilkan adalah silinder yang ditest dengan unbonded caps harus dibandingan dengan silinder yang ditest dengan capping ASTM C 39 & C 617.
Untuk penerimaan, kuat tekan tidak boleh kurang dari 98% dibandingkan dengan capping silinder sesuai dgn no.1.
Perkembangan Kuat Tekan Beton Menurut PBI '71
Umur (hari)
Perkembangan kuat tekan (%)
3
40
7
65
14
88
21
95
28
100
90
120
365
135
Methode Standar Capping Silinder Beton/ bounded caps (ASTM C 617)
Lingkup
Untuk meratakan permukaan benda uji silinder yang akan menerima beban pada saat test tekan.
Dalam pelaksanaan diperhatikan :
Permukaan benda uji di kedua sisinya harus rata, kemiringan permukaan kurang dari 0,5o (3 mm dari 300 mm).
Perbedaan diameter silinder satu dengan yang lainnya kurang dari 2%.
Apabila benda uji tidak sesuai dengan toleransi, maka benda uji tidak boleh dites sebelum digergaji atau digerinda.
b. Material dan peralatan
Grinding (Gerinda)
Peralatan Capping
Pasta Semen
Plester Gypsum
Sulfur Mortar / Belerang
Mistar Besi / Sigmat
Kaca
Waterpass
Pemanas belerang
Prosedur Pelaksanaan
Jika menggunakan Pasta Semen
Ketika benda uji selesai dibuat masih dalam kondisi initial setting segera dilakukan perataan dengan menanbahkan pasta semen.
Dilakukan penggosokan dengan plat perata sehingga permukaannya benar-benar rata dengan cetakan silinder.
Untuk memastikan rata atau tidaknya digunakan plat kaca diatas permukaan benda uji, jika masih belum rata lakukan penggosokan kembali.
Jika menggunakan gypsum kuat tekan tinggi
Bersihkan permukaan benda uji dari kotoran / benjolan yang ada, bila perlu lakukan penggerindaan pada benda uji tersebut.
Buat adukan pasta gypsum dengan perbandingan air dan gypsum (w/c) tidak melebihi w/c benda uji yang akan ditest.
Pasang alat capping pada benda uji dan lakukan perataan adukan gypsum pada permukaan alat capping yang sudah dipersiapkan.
Alat capping dapat dilepas biasanya minimal 45 menit kemudian.
Jika menggunakan Belerang
Cairkan belerang dengan memanaskan pada temperatur 129oC -143oC.
Siapkan cetakan capping yang telah diolesi oli dan benda uji yang akan dicapping.
Tuang cairan belerang pada cetakan capping dan segera masukkan benda uji kedalam cetakan capping yang telah berisi belerang.
Pada saat meletakkan benda uji harus pada posisi tegak lurus rapat dengan dudukan alat capping.
Lakukan penggetaran dengan memukul sisi atas benda uji menggunakan palu karet untuk memadatkan dan menghilangkan rongga pada capping.
Lepaskan benda uji dari cetakan capping setelah belerang keras dan melekat pada benda uji.
Ketentuan Umum
Kuat tekan dan tebal maksimum bahan kaping :
Kuat tekan silinder (Mpa)
Kekuatan min. Bahan kapping (Mpa)
Tebal kapping max. Rata2 (mm)
Tebal max. Diberbagai bagian kapping (mm)
3.5-50
35 atau kuat tekan silinder (ambil yang terbesar)
6
8
>50
Menggunakan adukan sulfur
3
5
Benda uji yang akan dicapping dengan gypsum atau belerang sehari sebelumnya diangkat dari bak curing dan ditempatkan pada udara bebas.
Sebelum dilakukan capping benda uji ditimbang dan diukur dimensinya
Kekuatan bahan capping sebaiknya dilakukan percobaan lebih dahulu.
Penggunaan belerang dapat dipakai berulang sampai maksimum 5 kali.
Metode Standard untuk Pengujian Kuat Tekan Benda Uji Berbentuk Silinder (ASTM C-39) W.03A/P.01/EN/RMX
Maksud dan tujuan
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kuat tekan benda uji yang dihasilkan dari cetakan silinder maupun core drill.
Metode ini hanya dapat digunakan untuk beton yang memiliki berat isi diatas 800 kg/m3.
Ringkasan Pengujian
Metode pengujian dilakukan dengan memberikan beban tekan aksial pada benda uji berbentuk silinder atau core sampai terjadi kehancuran, kuat tekan dihitung saat terjadi beban paling maksimum yang dibagi dengan area pembebanan.
Beberapa Tahapan yang harus dilalui sebelum pengujian
ASTM C 31 tentang pembuatan dan perawatan benda uji.
ASTM C 192 tentang pembuatan dan perawatan benda uji di laboratorium.
ASTM C 617 tentang cara Capping benda uji.
ASTM C 1231 tentang cara Capping benda uji dengan unbonded cap.
ASTM C 42 tentang metode untuk penentuan pengujian core drill.
ASTM C 873 tentang metode pengujian kuat tekan untuk benda uji yang masih berada didalam cetakan silinder.
Ketentuan Umum
Mesin tes harus mempunyai type yang mencukupi.
Mesin harus dikalibrasi sesuai ASTM Practise E4.
Kalibrasi dilakukan dalam interval 12 bulan.
Mesin ditempatkan permanen (tidak berpindah - pindah).
Mesin harus dikalibrasi setelah terjadi perbaikan.
Rancangan mesin harus dioperasikan tenaga yang mempunyai tenaga terus menerus tanpa goncangan.
Posisi mesin ditempat yang luas dan memudahkan pembacaan hasil.
Faktor kesalahan tidak boleh lebih dari 1% dari beban yang ada.
Sisi dari bearing block mempunyai dimensi minimum sedikitnya 3% lebih besar dari diameter benda uji yang akan ditest.
Bila diameter bearing block bulat maka diameter harus melebihi diameter benda uji sebesar 13 mm.
Kedalaman cincin concentris tidak melebihi 0.8mm dan tidak lebih dari 1.2mm tebalnya, yang digoreskan pada permukaan bearing untuk memberi tanda center dan tepat.
Sisi bearing block harus memiliki dimensi yang sesuai untuk masing masing benda uji.
Diam. Benda uji test inch (mm)
Max. Diameter lingkaran inch (mm)
2 (51)
4 (102)
3 (76)
5 (127)
4 (102)
6,5 (165)
6 (152)
10 (254)
8 (203)
11 (279)
Pusat bulatan harus tepat pada permukaan bearing dalam toleransi ±5% ball dan soket.
Garis permukaan soket dan bagian lingkaran harus selalu terjaga bersih.
Bagian yang dapat bergerak pada bearing block tersebut akan ditekan rapat diatas dudukan yang bulat, tetapi desainnya diatur dapat berputar dan dimiringkan sebesar 4o.
Petunjuk pembebanan
Kecepatan pembebanan untuk silinder sebesar 0.14 - 0.34 Mpa / detik dan untuk kubus sebesar 0.25 Mpa / detik.
Catatan :
1 Psi = 0,006892 MPa
1 kN = 101,971 kg/cm2
1 Mpa = 10,19195 kg
Benda Uji
Benda uji tidak boleh dites jika terjadi perbedaan diameter sebesar 2% pada benda uji yang sama.
Tidak diijinkan jika pengetesan menyimpang dari garis tegak lurus ke garis axis lebih dari 0.5%.
Permukaan benda uji harus di capping (ASTM C 617).
Sehari sebelum waktu tes benda uji harus diangkat dari tempat perawatan dan ditaruh ditempat yang terlindung.
Prosedur dan Tanggung Jawab
Tes kuat tekan dilakukan sesegera setelah memindahkan dari tempat yang lembab.
Benda uji harus dijaga kelembabannya.
Perhatikan batas toleransi waktu (tabel section 4).
Bersihkan permukaan bearing atas dan bawah dari kotoran.
Letakkan benda uji dibawah bearing block.
Ratakan permukaan yang menempel pada piston.
Gunakan beban terus menerus tanpa hentakan.
Gunakan beban sampai hancur.
Hitung kuat tekan benda uji.
Laporkan hasil kuat tekan benda uji.
Jika diperlukan konversi dari silinder ke kubus dapat dilakukan.
Catat pula tipe retakan
AConeBCone & SplitCCone & ShearDShearEColumnar
A
Cone
B
Cone & Split
C
Cone & Shear
D
Shear
E
Columnar
Catatan:
Batas toleransi waktu pengetesan yang syaratkan sebagai berikut :
Umur test
Toleransi diijinkan
24 jam
±0.5 jam atau 2.1%
3 hari
2 jam atau 2.8%
7 hari
6 jam atau 3.6%
28 hari
10 jam atau 3.0%
90 hari
2 hari atau 2.2%
Jika L/D dari benda uji kurang dari 1.8 dikalikan dengan factor:
L/D
1.75
1.5
1.25
1
Factor
0.98
0.96
0.93
0.87
Ketelitian Operator
Koef.
Variasi
Batasan yang bisa diterima
2 hasil
3 hasil
Laboratorium
2.37%
6.60%
7.80%
Lapangan
2.87%
8.80%
9.50%
Standart Test Method For Flexural Strength Of Concrete (ASTM C-78 & ASTM C-293)
Tujuan
Untuk mengetahui kuat lentur, biasanya untuk pekerjaan rigid pavement/ perkerasan jalan dengan beton.
Benda Uji
Benda uji balok beton dengan penampang 15 x 15 cm dan panjang minimal 50 cm.
15 cm15 cm60 cm
15 cm
15 cm
60 cm
Urutan Pelaksanaan
Siapkan benda uji beam yang akan ditest sehari sebelum pengujian, sehingga benda uji kondisi lembab.
Timbang dan ukur dimensi benda uji.
Jika benda uji tidak dalam kondisi presisi, perbaiki dengan cara menggerinda atau memberikan lapisan pada permukaan yang tidak rata.
Beri tanda dengan cara memberikan garis melingkar 45 cm bagian tengah.
Dilakukan pembebanan dengan kecepatan konstan.
Ukur jarak patah dengan dirata-rata.
Hitung Kuat Lenturnya jika:
Jika Pengujian dengan 2 titik beban (ASTM C-78)
Hitung kuat lenturnya dengan persamaan PL/bd2
Dimana : P = beban (kg), L = perletakan (cm), d = tinggi (cm), b = lebar (cm)
Jika terjadi pecah diluar garis tengah tidak kurang dari 5% dr panjang bentang, maka rumus yang digunakan : 3Pa / b d2, dimana a = jarak antara garis pecah dan topangan terdekat dihitung jarak yang paling dekat.
Satuan = Kg/cm2, MPa, N/mm2
Jika pengujian Center point (ASTM C-293)
Hitung kuat lenturnya dengan persamaan 3PL/bd2
Dimana : P = beban (kg), L = panjang perletakan (cm), d = tinggi (cm), b = lebar (cm)
Hal yang Perlu dicatat saat Pengujian
Berat benda uji
Dimensi benda uji
Pembacaan beban
Penampang beban
Kode benda uji
Tanggal pembuatan dan tanggal pengujian
Dihitung kuat lentur
Standard Tes Method For Rebound Number Of Hardened Concrete (ASTM C-805)
Tujuan
Kegiatan ini dilaksanakan apabila hasil te kuat tekan beton dengan alat copression test tidak mencapai kuat tekan yang direncanakan, sehingga harus dilakukan test non destructive (tanpa kerusakan) berdasarkan permintaan dari pelanggan.
Ketentuan Umum
Alat yang akan digunakan harus sudah dikalibrasi kalibrasi dilakukan apabila alat tersebut telah digunakan maximal 2000 pukulan.
Pemeriksaan kua tekan beton dengan menggunakan alat ini hanya efektif untuk beton dengan umur 7-90 hari
Alat
Alat Hammer test
Prosedur
Persiapan alat yang akan digunakan
Pemeriksaan dilakukan pada tempat yang paling berbahaya (memiliki momen terbesar)
Permukaan beton yang akan dihammer harus rata dan halus. Bila perlu digosok terlebih dahulu dengan batu gurinda. Untuk beton yang sudah diplester, plester halus didihilangkan terlebih dahulu, selanjutnya baru diratakan.
Alat impact hammer di arahkan tegak lurus pada bidang permukaan beton yang diperiksa dengan sudut:
+ 90o tegak lurus ke atas
- 90o tegak lurus ke bawah
90o tegak lurus horizontal
Alat ditekan dengan posisi tegak lurus sampai terdengar bunyi pukulan/benturan.segera setelah itu dan alat masih dalam kedaan tertekan kuat ke arah beton pembacaan pada skala dilakukan
Lakukan hal yang sama pada jarak ± 1 in.(2,54 cm) satu sama lain sebanyak 15 kali.
Dari pembacaan yang didapat, selanjutnya dipilih 10 pembacaan yang terbaik, yang memiliki perbedaan lebih kecil dari ± 2,5.selanjutnya kekuatan tekan dihitung dari harga rata-rata 10 pembacaan tersebut, yang kemudian dikoreksi dengan tabel 1 dibawah ini atau dengan cara interpolasi
Nilai skala Rx
Pembacaan ke atas +90o
Pembacaan Ke bawah 90o
10
-
+3.2
20
-5.4
+3.4
30
-4.7
+3.1
40
-3.9
+2.7
50
-3.1
+2.2
60
-2.3
+1.7
Berdasarkan angka perhitungan tersebut, maka kuat tekan beton dapat diketahui dengan menunjuk pada tabel 1 dan 2.
Nilai kuat tekan karakteristik minimal adalah ekuivalen dengan 80% dari nilai kuat tekan beton karakteristik yang disyaratkan.
Tabel 1
Tabel 2
Contoh Form Perhitungan
[Type the company name]