PROYEK AKHIR Pekerjaan TAMBANG TERBUKA PT. NAN RIANG MUARA TEMBESI JAMBI
Studi Kasus : „„Efektifitas alat gali muat Volvo EC460Blc dan alat angkut Volvo A40E untuk mencapai target produksi overburden 150.000 150.000 BCM / bulan di Blok B PT. Nan Riang” Riang”
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program D-3 Teknik Pertambangan
Oleh : ROBIN SANGGARA 2008/03193 Konsentarasi Program Studi
: Pertambangan Umum : D-3 Teknik Pertambangan
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2012
BIODATA
I.
Data Diri
Nama
: ROBIN SANGGARA
Tempat / Tanggal Lahir
: Paraman Ampalu / 23 Juni 1990
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Nama Ayah
: Habibullah
Nama Ibu
: Maswida
Jumlah Bersaudara
: 6 Bersaudara
Alamat Tetap
: Pasaman Baru, Kec. Pasaman, Kab. Pasaman Barat, Sumatera Barat
II. Data Pendidikan
Sekolah Dasar
: SDN 1 Gunung Tuleh (1996-2002)
Sekolah Menengah Pertama
: SMPN 1 Gunung Tuleh (2002-2005)
Sekolah Menengah Atas
: SMAN 1 Pasaman (2005-2008)
Perguruan Tinggi
: Universitas Negeri Padang (2008-2012)
III. Proyek Akhir
Tempat Kerja Praktek
: PT. NANRIANG
Tanggal Kerja Praktek
: 10 Oktober 2011 – 20 November 2011
Judul Studi Kasus
: Efektifitas alat gali muat Volvo EC460Blc dan alat angkut Volvo A40E untuk mencapai target produksi overburden 150.000 BCM / bulan di Blok B PT. Nan Riang
Tanggal Sidang Proyek Akhir : 24 Januari 2012 Padang, Januari 2012
Robin Sanggara
2008/03193
ABSTRACT
PT. Nan Riang is a company engaget in coal mining areas located in the district of Muara Tembesi, district Batang Hari, Jambi Province. Location is the legality of the investigation exploitation KP, with the investigation largely a rubber plantation and shrubs thatare found in hilly morphology, where as the lower area which is generally found inland marshes and reed plants. Mining activities at PT. Nan Riang divided in to theree block, of the block A, block B, and block C. PT. Nan Riang apply a system of surface mining by open pit methods, where there is land clearing and excavation of soil and rock cover on the surface of the earth, soil and rock is then dumped at a disposal area or in piled back into the previously dag holes (back filling). The role of dominant and heavy equipment is digging tools and unloading and conveyance due to the open pit and unloading equipment and means conveyance is a very influential in term of production, where harmony and unloading equipment and means of conveyance shall be in accordance with the provisions. For overburden stripping PT. Nan Riang use EC460Blc Volvo Excavators dig as much as 1 unit. For the transfortation (hauling) to overburden disposal area conveyance used dump trucks Volvo A40E 4 unit. After doing the on digging tool and the job of loading and unloading freight and transportation to the disposal of overburden in the area can be MF < 1 (unloading equipment has the waiting time while working full conveyance). By using 4 unit of overburden dump truck production is 103.740 BCM / month (target is not reached). To achieve the production target of 150.000 BCM of overburden / month, PT. Nan Riang to the addition of 2 unit of transport equipment. From the calculation of 6 unit of transport equipment, overburden production obtained is 155.610 BCM / month.
RINGKASAN
PT. Nan Riang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batubara yang terletak di Kecamatan Muara Tembesi, Kabupaten Batang Hari, Propinsi Jambi. Lokasi penyelidikan secara legalitas adalah KP Eksploitasi, dengan wilayah penyelidikan sebagian besar merupakan kebun karet dan semak belukar yang ditemukan pada morfologi perbukitan, sedangkan pada daerah rendahan yang merupakan dataran umumnya ditemukan rawa-rawa dan tumbuhan ilalang. Kegiatan penambangan di PT. Nan Riang terbagi atas tiga Blok yaitu Blok A , Blok B, dan Blok C. PT. Nan Riang menerapkan sistem tambang terbuka ( surface mining ) dengan metode open pit , dimana terjadi pembukaan lahan dan penggalian tanah dan batuan penutup pada permukaan bumi, tanah dan batuan tersebut kemudian ditimbun pada suatu disposal area atau ditimbun kembali ke lubang bekas galian sebelumnya (back filling ). Peran serta alat berat yang dominan adalah alat gali muat dan alat angkut karena pada tambang terbuka alat muat dan alat angkut merupakan bagian yang sangat berpengaruh dalam hal produksi, dimana keserasian alat muat dan alat angkut harus sesuai dengan ketentuan. Untuk pengupasan tanah penutup (overburden stripping ) PT. Nan Riang menggunakan alat gali excavator Volvo EC460Blc sebanyak 1 unit. Untuk proses pengangkutan (hauling ) overburden ke disposal area dipergunakan alat angkut dump truck Volvo A40E sebanyak 4 unit. Setelah dilakukan analisa pada alat gali muat dan angkut pada Pekerjaan pembongkaran dan pengangkutan overburden ke disposal area didapat MF < 1 (alat muat mempunyai waktu tunggu sedangkan alat angkut bekerja penuh). Dengan menggunakan 4 unit dump truck produksi overburden adalah 103.740 BCM / bulan (target belum tercapai). Untuk mencapai target produksi overburden sebanyak 150.000 BCM / bulan, PT. Nan Riang perlu penambahan alat angkut sebanyak 2 unit. Dari hasil perhitungan 6 unit alat angkut, produksi overburden yang didapat adalah 155.610 BCM / bulan.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Proyek Akhir dengan judul: “Efektifitas alat gali muat Volvo EC460Blc dan alat angkut Volvo A40E untuk mencapai target produksi overburden 150.000 BCM / bulan di Blok B PT. Nan Riang”. Proyek Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
kuliah pada Program Studi Diploma-3 Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang (UNP). Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Orang tua tercinta beserta keluarga, yang telah memberikan dukungan dan dorongan secara moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan Proyek Akhir ini. 2. Bapak Heri Prabowo,ST, MT selaku Dosen Pembimbing Proyek Akhir yang telah banyak membantu dan memberikan masukan kepada penulis sehingga laporan Proyek Akhir ini dapat diselesaikan. 3. Bapak Ir. Fachri Rusma selaku Dosen Penasehat Akademis. 4. Bapak
Drs.Bambang
Heriyadi,
MT
selaku
Ketua
Jurusan
Teknik
Pertambangan Universitas Negeri Padang. 5. Bapak Drs. Raimon Kopa, MT selaku Ketua Program Studi D-3 Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang. 6. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Dosen pengajar di Program Studi D-3 Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang. 7. Bapak Muhammad Rido,ST selaku Kepala Teknik Tambang PT. Nan Riang. 8. Bapak Welly Gaust M, ST, selaku supervisor mine planing Pembimbing Lapangan PT. Nan Riang Kabupaten Batanghari, Jambi yang telah banyak memberi nasehat kepada penulis..
9. Bapak Ruben windessy, ST sebagai supervisor geologi Pembimbing Lapangan PT. Nan Riang Kabupaten Batanghari, Jambi yang telah banyak memberi nasehat kepada penulis. 10. Semua Staf dan Karyawan PT. Nan Riang yang telah mendukung dalam pembuatan laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu pe r satu, penulis ucapkan terima kasih atas bimbingannya. 11. Teman-teman seperjuangan Program Studi Teknik Pertambangan yang telah membantu penulis mulai dari PLI sampai selesainya Laporan ini, terima kasih atas do‟a dan dukungannya. (khususnya angkatan 2008). Penulis menyadari bahwa penulisan Laporan Proyek Akhir ini jauh dari kesempurnaan, karena itu penulis mengharapkan masukan, kritik dan saran yang dapat membangun dari seluruh pihak demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Laporan Proyek Akhir ini bermanfaat terutama untuk penulis sendiri, perusahaan, dan bagi pembaca yang memerlukan.
Padang, Januari 2012
Penulis
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ................................................. ...................................
i
HALAMAN PENGESAHAN PROYEK AKHIR .....................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN LULUS UJIAN PROYEK AKHIR ..........
iii
HALAMAN PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT....................................
iv
BIODATA ................................................. ................................................... .
v
ABSTRACT .............................................. ................................................... .
vi
RINGKASAN...............................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ............................................... ...................................
viii
DAFTAR ISI ................................................................................................
x
DAFTAR TABEL.........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ................................................. ...................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Proyek ...................................................
1
B. Tujuan Dan Manfaat Proyek ..........................................
2
C. Sistematika Penulisan.....................................................
3
LAPORAN KEGIATAN LAPANGAN
A. Deskripsi Perusahaan .....................................................
5
B. Deskripsi Proyek ................................................... .........
6
1. Lokasi Penambangan ................................................
6
2. Iklim dan Curah Hujan .............................................
8
3. Geologi Regional ............................................. .........
10
4. Cadangan dan Kualitas Batubara .............................
13
C. Proses Pelaksanaan Proyek ............................................
14
1. Eksplorasi ............................................... ..................
14
BABIII
BAB IV
2. Perencanaan Tambang.......................................... .....
15
3. Kegiatan Penambangan.............................................
16
4. Pengapalan Batubara.................................................
21
5. Reklamasi Pasca Tambang........................................
21
6. Peralatan Penambangan..................................... .......
23
D. PELAKSANAAN KEGIATAN LAPANGAN..............
28
1. Pengenalan Perusahaan ............................................
28
2. Kegiatan di Lapangan ..............................................
29
E. TEMUAN MENARIK ...................................................
35
STUDI KASUS
A. PERUMUSAN MASALAH ..........................................
40
B. TUJUAN STUDI KASUS....................................... ......
41
C. LANDASAN TEORI .....................................................
42
1. Bulldozer............................................................
42
2. Excavator............................................................
42
a. Backhoe........................................................
43
b. Power Shovel................................................
43
c. Dragline........................................................
44
3. Dump Truck............................................. ...........
44
D. METODOLOGI PEMBAHASAN.................................
53
E. DATA DAN PENGOLAHAN DATA...........................
63
F. PEMECAHAN MASALAH ..........................................
71
PENUTUP
A. KESIMPULAN ..............................................................
73
B. SARAN ................................................. .........................
73
DAFTAR PUSATAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Daftar koodinat daerah penyelidikan............................................................8 Tabel 2. Curah hujan ................................................... ............................................... 9 Tabel 3. Cadangan Terukur PT. Nan Riang Blok B .............................................. ....13 Tabel 4. Spesifikasi kualitas batubara ................................................... ..................... 14 Tabel 5. Faktor Effesiensi kerja berdasarkan jam kerja ............................................. 52 Tabel 6. Effisiensi Kerja Berdasarkan Pemeliharaan Mesin…………......................52 Tabel 7. Faktor Kondisi Operasi Alat...............................………………………….55 Tabel 8. Density dan Swell Factor dari Berbagai Material...................................….56 Tabel 9. Faktor Bucket Alat Muat.....................................………………………....61 Tabel 10. Perhitungan Efisiensi Kerja Optimum Alat Muat.....................................66 Tabel 11. Perhitungan Efisiensi Kerja Optimum Alat Angkut..................................66 Tabel 12. Produksi Alat Muat dalam 1 Bulan............................................................70 Tabel 13. Produksi Alat Angkut dalam 1 Bulan........................................................70 Tabel 14. Produksi dan Kebutuhan Alat Untuk Material Overburden......................72
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Peta lokasi..............................................................................................7 Gambar 2. Grafik Curah Hujan Di Daerah Batang Hari ………..………………...9 Gambar 3. Kegiatan Pembersihan Lahan…………………….…………………..16 Gambar 4. Kegiatan Pengupasan Tanah Penutup .................................................17 Gambar 5. Pemuatan Dan Pengangkutan Tanah Penutup........…………………..18 Gambar 6. Penimbunan Lapisan Tanah Penutup......….........……………………19 Gambar 7. Pembongkaran Batubara .....................................................................20 Gambar 8. Pemuatan Dan Pengangkutan Batubara.............................................. 21 Gambar 9. Lahan Reklamasi Pasca Tambang....................................................... 22 Gambar 10. Excavator Volvo EC460Blc...............................................................23 Gambar 11. Dump Truck Volvo A40E.................................................................24 Gambar 12. Dump Truck CWM 330....................................................................24 Gambar 13. Bulldozer Komatsu D 85 E – SS.......................................................25 Gambar 14. Motor Grader ......................................................................................26 Gambar 15. Compactor ..........................................................................................26 Gambar 16. Mesin Bor ...........................................................................................27
Gambar 17. Batang Bor ..........................................................................................27 Gambar 18. Singkapan Batubara............................................................................29 Gambar 19. Pengukuran Strike Dan Dip................................................................29 Gambar 20. Pembuatan Bak Sirkulasi...................................................................30 Gambar 21. Proses Pemboran................................................................................30 Gambar 22. Hasil Cutting Dari Pemboran.............................................................31 Gambar 23. Proses Crushing Batubara..................................................................32 Gambar 24. Proses Penumpukan Batubara Ke Stockpile .....................................33 Gambar 25. Proses Penambangan Pada Blok B.....................................................33 Gambar 26. Proses Pemindahan Tanah Mekanis...................................................34 Gambar 27. Alat Muat Sedang Menunggu Alat Angkut........................................35 Gambar 28. Pekerja Tidak Memakai Safety..........................................................36 Gambar 29. Swabakar batubara di stockpile..........................................................36 Gambar 30. DT Volvo sedang menuggu lewat DT Volvo lain..............................37 Gambar 31. Dump Truck Volvo A40E saat terjebak pada jalan rusak ..................38 Gambar 32. Longsoran Pada Front Penambangan.................................................38
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Jumlah Jam Kerja Alat Muat dan Alat Angkut ............................................... ........... Cycle Time Exavator Volvo............…………………....................................... Cycle Time Dump Truck Volvo……………..................................................... Sfesifikasi Exavator Volvo................................................…………......……... Sfesifikasi Dump Truck Volvo........................................................................... Peta Topografi PT. Nan Riang............................................................................ Peta Geologi Sarolangun..................................................................................... Jam Kerja Kegiatan Penambangan..................................................................... Kartu Bimbingan Proyek Akhir.......................................................................... Catatan Harian Kegiatan Lapangan.................................................................... Surat Keterangan PLI.......................................................................................... Catatan Konsultasi Dengan Supervisor............................................................... Lembaran Penilaian Supervisor..........................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Proyek
Perkembangan dunia industri pada saat ini sangat pesat. Berbagai jenis industri dibangun untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan skala besar. Hal ini mengakibatkan kebutuhan bahan bakar untuk keperluan industri juga semakin meningkat. Minyak bumi, gas alam dan batubara merupakan beberapa jenis bahan bakar yang dipakai di dunia industri. Seiring dengan naiknya harga minyak dunia, batubara mengalami peningkatan permintaan untuk bahan bakar industri. Selain harganya masih relatif stabil, batubara juga memiliki prospek cadangan yang baik. Dalam perkembangan penambangan di Indonesia, khususnya batubara dapat dilakukan dengan sistem tambang terbuka (surface mining) dan sistem tambang bawah tanah (underground mining). Penambangan batubara secara terbuka dilakukan apabila cadangan batubara itu mempunyai nilai ekonomis, stripping ratio yang relatif kecil dan cadangan tidak berada jauh dari permukaan. Begitu pula sebaliknya dengan tambang bawah tanah penambangannya dilakukan apabila cadangan batubara itu mempunyai stripping ratio yang relatif besar dan cadangan batubara berada jauh dari permukaan dan tidak layak secara teknis dan ekonomis untuk dilakukan penambangan secara tambang terbuka.
PT. Nan Riang sebagai salah satu perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang penambangan batubara ikut terdorong untuk mengoptimalkan penggalian cadangan batubara yang ada, khusunya di daerah Desa Ampelu, Kecamatan Muara Tembesi, Kabupaten Batang Hari, Propinsi Jambi. Dalam melakukan penambangan PT. Nan Riang menerapkan sistem tambang terbuka ( surface mining ). Kegiatan yang dilakukan pada setiap wilayah kerja, dikerjakan sendiri oleh PT. Nan Riang tanpa menggunakan jasa kontraktor. Mulai dari pembuatan jalan, pembukaan tambang baru, penimbunan dan penggalian tanah penutup, hingga penambangan batubara dilakukan oleh PT. Nan Riang sendiri. Kegiatan pembongkaran tanah penutup (overburden dan interburden) merupakan kegiatan utama yang dilakukan. Pembongkaran tanah penutup dilakukan
dengan
menggunakan excavator tanpa
menggunakan
metode
peledakan karena kekerasan pada batuannya tidak terlalu keras. Selain itu penambangan batubara sendiri juga menggunakan excavator tanpa menggunakan metode peledakan. B. Tujuan dan Manfaat Proyek
PT. Nan Riang melakukan penambangan batubara bertujuan untuk: 1.
Mengelola sumber daya alam yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan energi.
2.
Menciptakan lapangan pekerjaan sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyrakat sekitar.
3.
Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar di dunia industri terutama di dalam Negeri. Sedangkan manfaat dari proyek penambangan batubara di PT. Nan Riang
antara lain : 1.
Menambah pendapatan asli daerah melalui pajak, retribusi dan pendapatan lainnya yang ditimbulkan dari kegiatan penambangan batubara ini.
2.
Menciptakan
lapangan
pekerjaan
bagi
masyarakat
sehingga
dapat
mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan penduduk. 3.
Ikut memenuhi kebutuhan bahan bakar batubara baik dalam maupun luar negeri.
C. Sistematika Penulisan
Penulisan Proyek Akhir ini terdiri dari empat bab dan disertai dengan lampiran-lampiran. Secara garis besar masing-masing bab akan membahas beberapa hal sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan latar belakang proyek, tujuan dan manfaaat proyek serta sistematika penulisan. BAB II
LAPORAN KEGIATAN LAPANGAN
Pada bab ini diuraikan tentang deskripsi perusahaan, deskripsi proyek, proses pelaksanaan proyek, pelaksanaan kegiatan lapangan, dan temuan menarik. BAB III STUDI KASUS
Pada bab ini membahas tentang perumusan masalah, tujuan studi kasus, landasan teori dan metodologi pembahasan, data dan pengolahan serta pemecahan masalah. BAB IV PENUTUP
Pada bab ini merupakan bagian akhir dari penulisan yang berisikan Kesimpulan dan Saran yang didapatkan dari studi kasus yang dibahas.
BAB II LAPORAN KEGIATAN LAPANGAN A. Deskripsi Perusahaan
PT. Nan Riang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batubara yang berlokasi di desa Ampelu, Kecamatan Muara Tembesi, kabupaten Batang Hari, Jambi. PT. Nan Riang menerapkan sistem tambang terbuka ( surface mining ) dengan metode open pit , dimana terjadi pembukaan lahan dan penggalian tanah dan batuan penutup pada permukaan bumi. Tanah dan batuan tersebut kemudian ditimbun pada suatu disposal area atau ditimbun kembali ke lubang bekas galian sebelumnya (back filling ). Kegiatan penambangan terdiri dari pengupasan overburden meliputi pembersihan lahan (Land-Clearing), pengupasan tanah pucuk (Top Soil Prestripping ) & pengelolaan, pengupasan tanah penutup (Over Burden Stripping ), pemuatan dan pengangkutan tanah penutup. Setelah itu dilakukan penambangan batubara yang meliputi pembongkaran batubara (Coal Stripping ), pemuatan dan pengangkutan batubara, pengecilan ukuran (crushing batubara), serta pengapalan batubara. Alat mekanis yang digunakan yaitu alat gali muat Excavator Volvo EC460Blc, Komatsu PC 400, Komatsu PC 300, Komatsu PC 200, dan alat angkut berupa Dump Truck Volvo A40E, Nissan Type CWM 330 PS dan CWA 260 PS.
Analisa terhadap kondisi jalan juga harus dilakukan agar pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan target produksi dapat dicapai. Secara administrasi PT. Nan Riang termasuk dalam Kecamatan Muara Tembesi, Kabupaten Batang Hari, Propinsi Jambi. Wilayah Kec. Muara Tembesi terletak di bagian Barat Laut dari kota Jambi. Daerah ini dapat dicapai dari Jambi melalui jalan darat dengan jarak tempuh kurang lebih 100 km selama 2 jam melalui jalan lintas Jambi Sarolangun langsung ke wilayah Barat Laut daerah penyelidikan dengan jarak tempuh kurang lebih 100 km. Lokasi penyelidikan secara legalitas adalah KP Eksploitasi, dengan wilayah penyelidikan sebagian besar merupakan kebun karet dan semak belukar yang ditemukan pada morfologi perbukitan, sedangkan pada daerah rendahan yang merupakan dataran umumnya ditempati rawa-rawa dan tumbuhan ilalang. Secara geografis sebelah selatan merupakan dataran rawa, sebelah utara daerah kebun karet dan sebelah timur merupakan pemukiman penduduk sekitar. Daerah penyelidikan berdasarkan keputusan Bupati Batang Hari adalah 1000 Ha dengan KP Eksploitasi Nomor : 01/KP/2003 tertanggal 22 Januari 2003.
B. Deskripsi Proyek 1. Lokasi Penambangan
Wilayah penambangan pada PT. Nan Riang dibagi dalam tiga blok, yaitu blok A yang terletak di sebelah barat lokasi penambangan dengan luas 2,898 ha. blok B
terletak di sebelah timur lokasi penambangan dengan luas 3,412 ha. Selanjutnya blok C terletak di sebelah selatan lokasi penambangan, dengan luas 3,72 ha.
Sumber : Engineering Department PT. Nan Riang
Gambar 1. Peta Lokasi Kesampaian Daerah PT. Nan Riang
Secara geografi daerah penyelidikan dibatasi oleh koordinat-koordinat seperti pada tabel 1 berikut :
Tabel 1. Daftar Koordinat Daerah Penyelidikan Koordinat
Longitude
Latitude
1
103 06‟ 48.06” BT
1 46‟ 30.00” LS
2
103 06‟ 59.00” BT
1 46‟ 30.00” LS
3
103 06‟ 59.00” BT
1 48‟ 15.00” LS
4
103 04‟ 48.06” BT
1 48‟ 15.00” LS
5
103 04‟ 48.06‟‟ BT
1 47‟ 27.00” LS
Sumber : Engineering Department PT. Nan Riang
2. Iklim dan Curah Hujan
Daerah Batang Hari merupakan daerah beriklim tropis basah yang dipengaruhi dengan curah hujan yang bervariasi. Berdasarkan data curah hujan (2000 – 2009), curah hujan rata-rata Batang hari adalah sebesar 191,3 mm per bulan dan 193.63 mm/tahun. Curah hujan yang relatif tinggi biasanya terjadi pada bulan November – Desember sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli – Agustus (Tabel 2, Gambar 2).
Tabel 2. Curah Hujan Di Daerah Batang Hari Periode 2000-2009 Curah Hujan Dalam mm
Bulan 2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Januari
88
305.9
352
230
312.8
62.3
127
261
153
197
Februari
148
148.4
74.2
234.5
73.8
78.5
295
97
73
157
Maret
118
225.8
313
294.1
379.4
242
118
226
190
172
April
48.5
174.4
251
324.1
319.2
252
146
220
210.
54.9
Mei
39.4
167.3
162
91.7
235.5
129
45
111
1721
192
Juni
222.4
132.7
150
48.9
108.3
61
111
217
51
23.2
Juli
123.2
13.6
223
152.6
161.6
215
184
190
57
43
Agustus
91.4
216
62.6
45.7
24
134
32
46
137
154
September
182
81
100
178
132.5
82
88
170
31
118
Oktober
315.4
384.2
21.7
285.1
94.5
228
11
104
163
72
Nopember
198.5
329
444
169.8
312.5
246
170
248
206
237
Desember
361.5
493.8
371
339.7
460.6
250
141
316
195
546
Σ
1936.3
2672.1
2528
2394.2
2614.7
1979.8
1468
2206
3188
1968
Sumber : Stasiun Badan Metereologi dan Geofisika Batang hari
Sumber: Stasiun Badan Metereologi dan Geofisika Batang hari Gambar 2. Grafik Curah Hujan Di Daerah Batang Hari
Periode Tahun 2000-2009 3. Geologi Regional
Daerah penelitian termasuk dalam cekungan Sumatera Selatan, cekungan ini terbentuk pada zaman Kapur Akhir sampai Awal Tersier sebagai akibat adanya pensesaran membongkah pada daerah busur belakang. Sedimentasi transgresi mulai mengisi cekungan ini selama Paleogen yang diikuti oleh sedimentasi regresi pada Neogen. Cekungan Sumatera ini merupakan sedimentasi Tersier terdiri dari hasil rombakan batuan asal Pratersier dari pegunungan Tiga Puluh dan pegunungan Dua Belas. Sedimentasi terjadi dalam lingkungan darat sampai peralihan yang dicirikan dengan adanya percampuran bahan tufaan dimana pada daerah penelitian sangat dominan. Proses sedimentasi pada cekungan ini terjadi secara berkesinambungan selama Tersier sampai Holosen yang dicirikan dengan adanya endapan Akhir
Aluvium dan Rawa. Hal ini merupakan indikasi kemungkinan terjadinya akumulasi endapan Batubara. Berdasarkan data geologi regional (T.O. Simanjuntak, T. Budhi Trisna, Surono dan Sukardi, 1978) daerah penelitian termasuk dalam jalur Anggota Tengah Formasi Palembang, terdiri dari litologi batu lempung pasiran, batu lempung dengan sisipan lignit, batu pasir dan batu pasir tufaan. Batubara dijumpai pada Formasi Muara Enim, sedangkan secara lokal litologi yang tersingkap dari tua ke muda adalah sebagai berikut: Batu pasir abu-abu, batu lempung pasiran, batu lempung, lignit, dan batubara, batu pasir tufaan dan paling atas adalah endapan undak sungai dan aluvium. Di daerah penelitian telah ditemukan + 10 singkapan batubara dengan jalur singkapan batu bara yang terbukti sepanjang 750 m dengan ketebalan batubara 1,5 m, terdiri dari 3 lapisan dimana lapisan dua dan tiga belum diketahui tebalnya dan batubara di daerah penelitian ini dari analisa laboratorium termasuk klasifikasi „Soft Brown Coal Group A dari Lignit ”. Berdasarkan ciri litologinya, stratigrafi daerah Ampelu diurutkan dari tua ke muda sebagai berikut. a. Formasi Muara Enim Formasi Muara Enim dibagi menjadi dua satuan, yaitu: 1) Satuan bawah yang terdiri dari batu pasir, batu lanau, batu lempung dan batubara. Pada umumnya batu pasir dan batu lanau lebih dominan dan sering dijumpai struktur laminasi bergelombang hingga laminasi
sejajar. Batubara berwarna hitam mengkilap, retak-retak, agak rapuh, kompak, dan di beberapa tempat dijumpai silicified coal. Terendapkan pada lingkungan Delta Front kala Mio – Pliosen. 2) Satuan atas yang terdiri dari batu pasir tufaan, batu lanau tufaan, batu lempung tufaan dan batubara, terendapkan pada lingkungan Delta Plain kala Mio – Pliosen dengan litologi pada satuan atas mempunyai ciri-ciri yaitu : a) Batu pasir : putih kecoklatan, terdiri dari kwarsa, feldspar, tufaan, semen, dan matrik berupa oksida besi dan silika. b) Batu lanau : abu-abu, terang sampai gelap. c) Batu lempung : abu-abu gelap, menyerpih. d) Batubara : hitam kecoklatan, keras, kompak. b. Formasi Air Benakat Litologi satuan ini adalah serpih gampingan yang kaya akan foraminifera di bagian bawahnya, makin ke atas dijumpai batu pasir yang mengandung gloukonit. Pada puncak satuan ini pasirnya meningkat, kadang dijumpai sisipan tipis batubara atau sisa sisa tumbuhan. Formasi ini diendapkan pada lingkungan neritik dan berangsur-angsur menjadi laut dangkal dan prodelta. Diendapkan selaras di atas formasi Gumai pada Miosen Tengah hingga Miosen akhir. c. Formasi Gumai
Litologi formasi ini berupa serpih dan lempung berpasir baik, berwarna abu-abu dengan lensa batu pasir glokonitan berwarna abu-abu kebiruan dijumpai dibagian tengah runtunan dan tuf berwarna coklat kekuningan terdapat di bagian atas runtunan.
4. Cadangan dan Kualitas Batubara
Endapan batubara umumnya tersingkap di sungai dan cabang-cabang sungainya. Kenampakan fisik batubara berwarna hitam sampai hitam kecoklatan, lunak sampai sedang, gores kecoklatan, berlaminasi, rekahan memotong perlapisan, kilap kusam, intensitas “cleat” jarang/rendah (sebagian terisi soil ), damar dijumpai di beberapa tempat. Ketebalan batubara di wilayah ini cukup seragam dan menipis ke arah timur yang kemungkinan disebabkan oleh pengikisan (erosion). Berdasarkan sifat fisik batubara tersebut di atas secara megaskopik batubara di daerah survei dapat diklasifikasikan sebagai batubara jenis Soft Brown Coal. Dari pengujian laboratorium untuk batubara sebelum pengapalan diketahui gambaran kualitas batubaranya dapat dilihat pada Tabel 4. Dari hasil perhitungan cadangan batubara yang dihitung dengan sistim penampang sayatan (cross section), jarak antar cross section 10 m, dan stripping ratio 1 : 4, diketahui cadangan batubara pada Blok B yang sedang ditambang saat ini seperti Tabel 3.
Tabel 3. Cadangan Terukur PT. Nan Riang Blok B Seam
Coal (MT)
1
1.340.230.980
2
4.362.170.868
JUMLAH
5.702.401.848
Overburden (BCM)
18.379.193.966
Sumber : Engineering Department PT Nan riang
Tabel 4. Spesifikasi Kualitas Batubara No
Parameter
Kandungan
1
Total Moisture (ar)
42,89 %
2
Ash Content (adb)
7,90 %
3
Volatile Matter (adb)
42,39 %
4
Fixed Carbon (adb)
36,44 %
5
Total Sulphur (adb)
0,32 %
6
Gross Calorific Value (adb)
5265 kcal/kg
Sumber: Engineering Department PT. Nan riang
Keterangan : ar (as received)
: Batubara yang masih mengandung kandungan air total
adb (air dried base) : Kondisi batubara yang telah dikeringkan tetapi masih mengandung kandungan air bawaan (inherent moisture) C. Proses Pelaksanaan Proyek
1. Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi merupakan kegiatan awal dari penambangan, dan bertujuan untuk mengetahui kondisi geologi daerah, terutama bentuk dan pola
penyebaran batubara, ketebalan dan kualitas batubara serta jumlah cadangan, sehingga dapat merencanakan kegiatan penambangan selanjutnya. Kegiatan eksplorasi yang dilakukan meliputi : a. Pemetaan pendahuluan untuk mengetahui gambaran umum geologi permukaan pada daerah kuasa pertambangan. Pada pemetaan pendahuluan ini memuat semua data hasil study kelayakan yang telah dilakukan, seperti peta foto udara, peta geologi, peta singkapan batubara. b. Pemetaan detail untuk mengetahui kondisi geologi secara detail. Pemetaan detail berisikan peta kontur daerah kuasa penambangan, peta ketebalan bahan galian, dan peta perluasan cadangan. c. Pemboran dan sampling untuk mengetahui kondisi geologi bawah permukan daerah prospek penambangan. Pemboran dan sampling dilakukan untuk mengetahui keadaan endapan dari bahan galian yang akan dilakukan penambangan, ketebalan endapan, dan juga untuk mengetahui apakah pada endapan bahan galian yang akan digali tersebut terkena struktur geologi seperti patahan dan lipatan. d. Evaluasi data, Semua data yang didapat dari penyelidikan lapangan kemudian dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui bahan galian itu layak atau tidak untuk ditambang, baik secara teknis, ekonomis, maupun lingkungan.
2. Perencanaan Tambang
Perencanaan tambang merupakan bagian dari pelaksanaan proyek yang akan menentukan teknik pelaksanaan penambangan. Dokumen atau data- data dalam perencanaan tambang adalah : a.
Data cadangan bahan galian (terlihat pada tabel 3)
b.
Peta sebaran bahan galian.
c.
Tata letak tambang.
d.
Peralatan yang digunakan.
e.
Keselamatan kerja, kesehatan kerja dan peralatannya.
f.
Pengelolaan dampak lingkungan.
3. Kegiatan Penambangan
Metode penambangan yang
diterapkan di PT. Nan Riang adalah
metode tambang terbuka sistem Strip Mining dengan metode penambangan konvensional yaitu dengan menggunakan kombinasi peralatan backhoe, bulldozer, dan dump truck . Adapun proses kegiatan penambangan yang dilakukan adalah : a. Pembersihan Lahan (Land-Clearing)
Pembersihan lahan dilakukan dengan penggalian (Top of Cut) meliputi pekerjaan penggalian pohon-pohon, semak-semak dan rerumputan yang menghalangi pekerjaan selanjutnya di lokasi yang akan ditambang. Kegiatan ini dilakukan dengan Bulldozer dimana pohon-pohon karet ( diameter
±
20 cm ) yang mempunyai nilai ekonomis sebelumnya ditebang
lebih dahulu dengan alat bantu singso kemudian dikumpulkan untuk pemanfaatan lebih lanjut.
Sumber : Dokumentasi Penulis
Gambar 3. Kegiatan Pembersihan Lahan
b. Pengupasan Tanah Pucuk (Top Soil Prestripping ) & Pengelolaan Setelah pembersihan lahan kemudian dilakukan pengupasan tanah pucuk (top soil presripping ). Lapisan tanah pucuk yang dimaksud adalah tanah dan material bagian atas yang kaya akan unsur hara dan relatif masih lunak, tapi sudah mengalami pelapukan. Pengupasan tanah pucuk dengan ketebalan rara-rata 0,5 meter dilakukan dengan Bulldozer Komatsu D 85 E SS dan alat angkut yang dipergunakan adalah Dump Truck Nissan CWM 330 PS, yang kemudian ditimbun di tempat penimbunan tanah pucuk (topsoil stockpile), guna pemanfaatan lebih lanjut pada saat kegiatan reklamasi.
c. Pengupasan Tanah Penutup ( Over Burden Stripping)
Dibawah lapisan tanah pucuk adalah lapisan overburden, lapisan ini merupakan lempung yang relatif lunak sehingga tidak memerlukan peledakan. Pengupasan tanah penutup dilakukan dengan penggaruan oleh bulldozer.
Sumber : Dokumentasi Penulis
Gambar 4. Kegiatan Pengupasan Tanah Penutup
Pembongkaran tanah yang terletak di atas perlapisan batubara level kerja di lakukan dengan penggaruan dan penggusuran. Alat mekanis yang dipergunakan adalah Bulldozer Komatsu D 85 E - SS yang dilengkapi dengan bilah tipe straight, alat garu. Karena materialnya tidak keras maka cukup dengan Dozing saja. Alat yang lain yang digunakan adalah Backhoe Volvo EC460Blc.
d. Pemuatan dan pengangkutan tanah penutup
Pada saat ini untuk pemuatan dan pengangkutan tanah penutup di area Blok B PT. Nan Riang mengoperasikan 1 unit Excavator Volvo EC460Blc dan 4 unit Dump truck Volvo A40E.
Tanah penutup yang telah dibongkar baik dengan cara penggaruan dan penggusuran, kemudian dimuat dengan Excavator Volvo EC460Blc ke alat angkut Dump Truck Volvo A40E untuk ditempatkan di lokasi penimbunan atau Disposal area yang telah ditentukan.
Sumber : Dokumentasi Penulis
Gambar 5. Pemuatan Dan Pengangkutan Tanah Penutup
e. Penimbunan Tanah Penutup Tanah penutup yang telah dikupas selanjutnya di angkut dan di tempatkat di lokasi penimbunan atau Disposal area yang telah di tentukan.
Sumber : Dokumentasi Penulis
Gambar 6. Penimbunan Lapisan Tanah Penutup
Disposal
area berjarak
kurang
lebih
700
m
dari
lokasi
penambangannya, daerah penimbunan ini direncanakan untuk digunakan secara permanen dan selanjutnya dimanfaatkan juga sebagai lahan reklamasi. Disposal area dirancang dengan sistem perjenjangan untuk menghindari terjadinya kelongsoran. f. Pembongkaran Batubara (Coal Stripping ) Seam batubara yang sudah ter-expose akan dibongkar dengan alat Backhoe Komatsu PC 400 . Batubara insitu tidak terlalu keras, sehingga pembongkaran batubara tidak memerlukan peledakan .
Sumber : Dokumentasi Penulis
Gambar 7. Pembongkaran Batubara g. Pemuatan dan Pengangkutan Batubara .
Kegiatan pemuatan dan pengangkutan material batubara dilakukan dengan mempergunakan kombinasi alat muat Backhoe Komatsu PC 400 dan alat angkut Dump Truck Nissan Type CWM 330. Batubara yang telah dimuat, kemudian diangkut menuju stockpile dengan jarak 900 m. Batubara yang diangkut masih berbentuk bongkah sehingga harus dilakukan fragmentasi batubara dengan menggunakan crusher . Batubara yang di fragmentasi dengan crusher akan menghasilkan product dengan ukuran 8 cm. Namun fragmentasi batuan ini relatif tergantung dengan permintaan konsumen.
Saat ini batubara yang telah diangkut tidak
memerlukan pengecilan ukuran karena telah sesuai dengan permintaan pasar.
Sumber : Dokumentasi Penulis
Gambar 8. Pemuatan Dan Pengangkutan Batubara 4. Pengapalan Batubara
Kegiatan pengapalan batubara dimulai dari pengambilan batubara yang sudah jadi produk dari stockpile dengan menggunakan Backhoe Komatsu PC 400 yang kemudian diangkut dengan Dump Truck Nissan Type CWM 330 PS dan CWA 260 PS ke pelabuhan ( jetty) lalu dimuat ke tongkang (barge) yang di tarik oleh tugboat . 5. Reklamasi Pasca Penambangan
Reklamasi area bekas tambang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kegiatan penambangan. Dampak terhadap lingkungan yang timbul akibat kegiatan penambangan batubara antara lain adalah : a.
Penurunan kualitas tanah
b. Terjadinya erosi dan sedimentasi c.
Terganggunya flora dan fauna
d. Pencemaran air, khususnya yang diakibatkan oleh terjadinya air asam tambang dan beberapa dampak yang merusak bentang alam lainnya. Untuk
meminimalkan
pertambangan
diwajibkan
dampak
untuk
lingkungan
melaksanakan
tersebut,
kegiatan
setiap
pengelolaan
usaha dan
pemantauan lingkungan.
Sumber : Dokumentasi Penulis
Gambar 9. Lahan Reklamasi Pasca Tambang
Reklamasi lahan bekas tambang merupakan salah satu usaha pengelolaan lingkungan untuk memperbaiki, memulihkan kembali dan meningkatkan kondisi yang rusak (kritis), agar dapat berfungsi secara optimal, baik sebagai unsur produksi (lahan pertanian), media pengatur tata air maupun sebagai unsur perlindungan alam lingkungan. Salah satu kegiatan reklamasi di PT. Nan Riang dilakukan dengan menanam kelapa sawit di lahan beka
tambang dengan pemanfaatan tanah pucuk yang telah disediakan pada tahapan sebelumnya. 6. Peralatan Penambangan
Untuk melakukan penambangan batubara, maka ketersediaan alat berat haruslah disiapkan, karena tanpa alat berat proses penambangan tidak akan dapat berjalan. Alat berat yang dipakai di PT. Nan Riang merupakan milik sendiri dan tanpa memakai jasa kontraktor. Alat berat yang dipakai dalam proses penambangan batubara pada PT. Nan Riang antara lain : a. Hidraulic Excavator
Hidraulic Excavator merupakan alat yang berfungsi menggali atau memuat material. Disamping itu alat ini juga berfungsi untuk pembersihan lahan, pembuatan saluran, dan pembuatan jenjang. Jenis Excavator yang digunakan adalah Volvo EC460Blc, Komatsu PC 400, PC 300, dan PC 200.
Sumber : Dokumentasi Penulis
Gambar 10. Excavator Volvo EC460Bl
b. Dump Truck
Berfungsi
untuk
mengangkut
atau
memindahkan
material
overburden, batubara, dan lumpur keluar lokasi tambang. Jenis Dump truck yang digunakan adalah Dump Truck Volvo A40E dan Dump Truck CWM 330.
Sumber : Arsip PT. Nan Riang
Gambar 11. Dump Truck Volvo A40E
Sumber : Arsip PT. Nan Ria ng
Gambar 12. Dump Truck CWM 330
c. Bulldozer
Merupakan alat dorong dan gali yang dapat membantu pekerjaan alat muat dan alat angkut. Disamping itu alat ini juga berfungsi untuk memberai, mendorong dan meratakan tanah yang akan digali. Jenis Bulldozer yang digunakan adalah Komatsu Komatsu D 85 E – SS. SS.
Sumber : Dokumentasi Penulis
Gambar 13. Bulldozer Komatsu Komatsu D 85 E – SS SS d. Motor Grader
Motor Grader merupakan alat yang berfungsi untuk meratakan tanah yang digunakan sebagai perawatan jalan tambang.
Sumber : Dokumentasi Penulis
Gambar 14. Motor Grader e. Compactor
Merupakan alat yang berfungsi untuk memadatkan dan meratakan jalan agar hauler dapat berjalan dengan baik dan produksi dapat berjalan lancar.
Sumber : Dokumentasi Penulis
Gambar 15. Compactor
f. Alat Bor
Merupakan alat yang berfungsi untuk melubangi formasi batuan yang digunakan untuk mendapatkan data-data yang berada dibawah permukaan tanah.
Sumber : Dokumentasi Penulis
Gambar 16. Mesin Bor
Sumber : Dokumentasi Penulis
Gambar 17. Batang Bor
D. Pelaksanaan Kegiatan Lapangan
Kegiatan Praktek Lapangan Industri (PLI) dilakukan di PT. Nan Riang Kecamatan Muara Tembesi, Kabupaten Batang Hari, Propinsi Jambi berlangsung dari tanggal 10 Oktober 2011 sampai 20 November 2011. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang nyata dilapangan mengenai penambangan batubara mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengolahan sehingga dapat memperkaya teori yang diperoleh di perguruan tinggi dan memahami prakteknya dilapangan. Selain itu kegiatan ini juga dilakukan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan program D3 Teknik Pertambangan. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam Praktek Lapangan Industri adalah : 1. Pengenalan Perusahaan Pertama sampai di kantor PT. Nan Riang penulis melakukan perkenalan dan ramah tamah dengan pimpinan, staf dan para karyawan yang berada dikantor yang kebetulan kantornya berada dalam lokasi tambang tersebut. Selanjutnya penulis diberikan pembekalan, bimbingan serta kegiatan apa saja yang harus dilakukan. Dalam melaksanakan kegiatan penambangan perusahaan memilki fasilitas antara lain seperti : a. Mess Karyawan b. Angkutan Karyawan c. Kantin d. Dan Fasilitas lainnya
2. Kegiatan di Lapangan a.
Melihat singkapan batubara serta mengukur strike dan dip nya
Pada PT. Nan Riang kegiatan eksplorasi terus dilakukan di wilayah KP untuk menemukan cadangan baru, diantaranya singkapan yang terletak di barat laut dari KP Produksi PT. Nan Riang yang rencana nya akan dijadikan Blok D.
Sumber : Dokumentasi Penulis
Gambar 18. Singkapan Batubara
Sumber : Dokumentasi Penulis
Gambar 19. Pengukuran Strike Dan Dip
b. Pengamatan Kegiatan Pemboran
Kegiatan pemboran di PT. Nan Riang dilakukan untuk rencana pembukaan Blok D karena cadangan pada blok-blok yang sekarang sedang ditambang cadangannya sudah mulai menipis. Untuk itu kegiatan pemboran dilakukan untuk mengetahui cadangan batubara di Blok D.
Sumber : Dokumentasi Penulis
Gambar 20. Pembuatan Bak Sirkulasi
Sumber : Dokumentasi Penulis
Gambar 21. Proses Pemboran
Pemboran yang diamati penulis saat kegiatan lapangan di PT. Nan Riang yaitu pemboran open hole yang hasilnya berupa serpihan (cutting ) yang bercampur dengan air dan menjadi lumpur.
Sumber : Dokumentasi Penulis
Gambar 22. Hasil Cutting Dari Pemboran c.
Menentukan titik pemboran dengan menggunakan GPS
Sebelum melakukan kegiatan pemboran kita harus menentukan terlebih dahulu titik-titik yang akan di bor. Titik-titik bor tersebut ditentukan berdasarkan data-data yang ada seperti adanya singkapan batubara, pengukuran strike dan dip batubara tersebut, dan menganalisa keadaan geologi di daerah yang akan dilakukan kegiatan pemboran tersebut. Dari analisa singkapan, strike dan dip dapat diketahui arah penyebaran dari batubara dan titik-titik bor dapat ditentukan. Kegiatan penentuan titik-titik bor ini dilakukan dengan menggunakan GPS dan Kompas Geologi. Setelah semua data lengkap maka kegiatan pemboran (open hole) dapat dilakukan.
d. Crushing Batubara
Crushing batubara dilakukan untuk memperkecil ukuran batubara yang telah ditambang untuk selanjutnya diangkut ke pelabuhan dan siap dipasarkan. Alat crusher yang dipakai oleh PT. Nan Riang merupakan alat buatan sendiri dan tidak memiliki spefisikasi standar.
Sumber : Dokumentasi Penulis
Gambar 23. Proses Crushing Batubara e. Mengamati pengangkutan batubara dari pit ke stockpile
Batubara yang telah ditambang ditumpuk dulu di stockpile sebelum dipasarkan atau dibawa ke pelabuhan. Stockpile di PT. Nan Riang mempunyai tiga macam produk batubara sesuai dengan ukurannya yaitu : 1) Batubara ukuran kecil, yaitu batubara yang telah mengalami pengecilan ukuran oleh crusher 2) Batubara ukuran sedang, yaitu batubara yang mengalami pengecilan ukuran akibat dari gilingan dozer
3) dan batubara berukuran besar atau bongkah, yaitu batubara hasil penambangan
langsung
ditumpuk
di stockpile tanpa
proses
pengecilan ukuran.
Sumber : Dokumentasi Penulis
Gambar 24. Proses Penumpukan Batubara Ke Stockpile f.
Pengamatan penambangan batubara
Dalam kegiatan praktek industri penulis juga mengamati proses penambangan disemua blok, salah satunya pada Blok B yang tediri dari 2 seam dan tebal batubara rata-rata 5 meter.
Sumber : Dokumentasi Penuli
Gambar 25. Proses Penambangan Pada Blok B
g.
Mengamati pengupasan overburden pada Blok B
Sebelum batubara diambil langkah yang harus dilakukan sebelumnya adalah pengupasan OB (overburden) atau biasa disebut dengan
pemindahan
tanah
mekanis.
Dalam
pengamatan
penulis
mengamati pemindahan tanah mekanis pada Blok B untuk mengambil batubara pada seam dua.
Sumber : Dokumentasi Penulis
Gambar 26. Proses Pemindahan Tanah Mekanis
Selain melakukan kegiatan-kegiatan tersebut di atas penulis juga mengikuti kegiatan seperti : Mengukur PH air pada kolam pengendapan. Reklamasi pada lahan bekas tambang. Pemberian pupuk NPK pada bibit sawit yang sudah di tanam. Berfungsi untuk melindungi tanaman dari hama dan meningkatkan pertumbuhan pada bibit.
E.
Temuan Menarik
Dalam kegiatan Praktek Lapangan Industri (PLI) yang dilakukan dari tanggal 10 Oktober 2011 sampai dengan 20 November 2011 di PT. Nan Riang penulis melakukan pengamatan pada hampir seluruh kegiatan penambangan mulai dari Blok A, Blok B, dan Blok C. Penulis juga menemukan hal-hal yang menarik yang terjadi di lapangan antara lain : 1.
Seringnya alat muat menunggu alat angkut untuk melakukan pemuatan overburden.
Sumber : Dokumentasi Penulis
Gambar 27. Alat Muat Sedang Menunggu Alat Angkut 2.
Kurangnya kedisiplinan dan banyaknya para pekerja yang tidak mematuhi peraturan keselamatan kerja, bahkan dijumpainya para pekerja yang tidak menggunakan pelindung kaki (sepatu safety ) dilapangan.
Sumber : Dokumentasi Penulis
Gambar 28. Pekerja Tidak Memakai Safety 3.
Terjadinya swabakar batubara di stockpile yaitu terbakarnya batubara dengan sendirinya. Hal in terjadi karena adanya reaksi oksidasi pada batubara, karena kontak langsung dengan oksigen dan panas dari matahari maka batubara akan terbakar sendiri (swabakar).
Sumber : Dokumentasi Penulis
Gambar 29. Swabakar batubara di stockpile
4.
Kurang lebarnya jalan produksi yang menyebabkan terganggunya produktivitas alat hauler karena apabila ada 2 alat hauler yang berpapasan dengan arah yang berlawanan salah satunya harus berhenti terlebih dahulu agar bisa melintasi jalan produksi.
Sumber : Dokumentasi Penulis
Gambar 30. DT Volvo sedang menuggu lewat DT Volvo lain 5.
Kurangnya pelaksanaan service road pada jalan alat angkut Dump Truck Volvo A40E yang mengakibatkan terpuruknya Dump Truck Volvo A40E saat mengangkut overburden.
Sumber : Dokumentasi Penulis
Gambar 31. Dump Truck Volvo A40E saat terjebak pada jalan rusak 6.
Terjadinya longsoran pada Blok B karena hujan yang berkepanjangan dan perencanaan bench / jenjang yang kurang baik.
Sumber : Dokumentasi Penulis
Gambar 32. Longsoran Pada Front Penambangan
Dari temuan menarik di atas maka penulis tertarik membahas tentang „„Efektifitas alat gali muat Volvo EC460Blc dan alat angkut Volvo A40E untuk untuk mencapai target produksi overburden 150.000 BCM / bulan di Blok B PT. Nan Riang‟‟ . Untuk pembahasan tentang efektifitas alat gali muat
dan alat angkut lebih lanjut akan dibahas pada BAB III.
BAB III STUDI KASUS
A. Perumusan Masalah
Penambangan dengan metode tambang terbuka yang dilakukan oleh PT. Nan Riang menerapkan metode back filling dengan menggunakan excavator dan dump truck yang sangat efektif diterapkan terutama pada daerah yang memiliki lapisan batubara relatif miring, dengan kemiringan 10 derajat. Dimana over burden dibuang ke area-area yang sudah diambil batubaranya. Sebagian yang lainnya dibuang ke disposal area. Tahap penambangan dengan metode back filling ini terdiri dari kegiatan besar yaitu pembongkaran/penggalian, pemuatan dan pengangkutan serta penimbunan tanah atau batuan dengan menggunakan alat-alat mekanis (alat berat) atau sering disebut dengan pemindahan tanah mekanis. Alat gali muat dan alat angkut merupakan alat vital dalam kegiatan penambangan batubara di PT. Nan Riang. Semua alat tersebut sangat mempengaruhi produksi batubara. Jika unit ini tidak beroperasi dengan baik, produksi tidak akan lancar. Untuk itu perlu dilakukan manajemen yang baik terhadap unit-unit ini supaya target produksi yang diinginkan bisa tercapai. Maka dari itu penulis menganggap hal ini suatu masalah yang sangat menarik untuk dibahas.
Demi tercapainya produksi yang optimum, maka diperlukan suatu teknik penambangan yang baik ditinjau dari pertimbangan teknis dan ekonomis. Salah satu pertimbangan teknis yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah alat gali muat dengan menggunakan excavator Volvo EC460Blc dan alat angkut dump truck Volvo A40E yang mana tingkat produktivitas dan produksinya bergantung pada efektifitas kerja alat tersebut. Alat
mekanis
yang
kurang
efektif
untuk
melakukan
kegiatan
penambangan di PT. Nan Riang akan menyebabkan adanya waktu tunggu pada alat-alat yang beroperasi khususnya alat muat excavator Volvo EC460Blc dan alat angkut dump truck Volvo A40E akan mempengaruhi produktivitas penambangan di PT. Nan Riang. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis ingin membahas lebih lanjut tentang “Efektifitas alat gali muat Volvo EC460Blc dan alat angkut Volvo A40E untuk untuk mencapai target produksi overburden 150.000 BCM / bulan di Blok B PT. Nan Riang ”.
B. Tujuan Studi Kasus
1. Mendapatkan hasil produksi dan produktivitas alat muat dan alat angkut yang efisien sehingga hasil produksi dapat lebih ditingkatkan. 2. Dapat memberikan penilaian terhadap ketersediaan alat mekanis khususnya alat gali muat dan alat angkut yang beroperasi di pembongkaran dan pengangkutan overburden.
3. Dapat mengetahui keserasian alat gali muat dan alat angkut pada pekerjaan pembongkaran dan pengangkutan overburden.
C. Landasan Teori
Sebelum melakukan proses penambangan, kita harus terlebih dahulu mengetahui tahapan – tahapan penambangan yaitu eksplorasi, studi kelayakan , eksploitasi, transportasi dan pemasaran. Dalam perencanaan kebutuhan alat muat dan alat angkut perlu diketahui teori mengenai alat-alat tersebut, antara lain : 1. Bulldozer Bulldozer merupakan alat mekanis yang menggunakan tractor sebagai penggerak
utamanya (prime
mover) yang
dilengkapi
dengan dozer
attachment . Disini bentuk attachmentnya adalah blade. Bulldozer dirancang sebagai alat berat yang diberi kemampuan untuk mendorong kemuka/kedepan. Alat ini berfungsi untuk menumpuk material dan pembersihan lahan. Pada tanah yang keras, seringkali pekerjaan dengan memakai blade kurang berhasil sehingga efektifitas alat akan berkurang dan blade pun akan cepat rusak. Maka dari itu, agar alat dapat bekerja dengan efektif dilakukan penggemburan tanah terlebih dahulu dengan menggunakan ripper . 2. Excavator Merupakan alat gali dan muat yang terdiri dari beberapa jenis dan pengunaannya harus disesuaikan dengan kondisi kerja yang ada di lapa ngan.
Jenis-jenis excavator : a. Backhoe Backhoe adalah alat untuk menggali permukaan tanah asli, pemotongan dan perapian tebing. Alat ini dipakai untuk pekerjaan yang memerlukan pengontrolan secara teliti. Salah satunya waktu siklus backhoe, ini tergantung pada ukuran backhoe dan sudut swing serta kondisi kerja. Menurut Partanto (1996) Faktor yang mempengarui produksi backhoe adalah : 1) Faktor keadaan kerja. 2) Jarak pembuangan. 3) Kemampuan operator. 4) Pengaturan operasional. Empat tahap gerakan pada backhoe saat operasi :
1) Mengisi bucket . 2) Memutar bucket berisi (swing loaded ). 3) Membongkar beban ( dump bucket ). 4) Memutar bucket dalam keadaan kosong (swing empty ).
b. Power Shovel Power shovel digunakan sebagai alat penggali dan alat pemuat, yang sangat cocok digunakan untuk tebing yang letaknya agak tinggi.
Gerakan bucket dari power shovel adalah menjauhi badan (body) dari power shovel itu sendiri. Jadi tidak seperti backhoe, dimana arah penggaliannya mendekati badan (body) backhoe. Berdasarkan kendalinya power shovel dibedakan menjadi dua jenis : 1) Power shovel kendali kabel 2) Power shovel kendali hidrolik c. Dragline Menurut buku pemindahan tanah mekanis oleh Partanto 1983, dragline memiliki tenaga penggali yang kecil dari tenaga penggali lainnya, karena hanya mengandalkan kekuatan sendiri dari digging bucket . Tetapi memiliki jangkauan yang relatif lebih besar. Penggunaan dragline menguntungkan karena alat ini bisa menggali dengan lengannya yang besar dan panjang artinya bisa melakukan gerakan dari jauh. Apalagi bila tanah galian diangkut dengan dump truck , alat pengangkut ini tidak perlu masuk ke lobang galian. Dragline sangat cocok untuk penggalian parit dan material yang keras ataupun material yang lunak. Untuk mendapatkan hasil produksi yang lebih baik dari alat ini, diperlukan keahlian yang mantap dari operator dalam pengoperasiannya.
3. Dump Truck Dump truck adalah salah satu alat angkut untuk pengangkutan tanah atau material hasil penambangan pada jarak dekat, sedang, dan jauh. Menurut Partanto (1996) Dump truck dapat digolongkan antara lain : a. Berdasarkan ukurannya 1) Ukuran kecil, yaitu dump truck yang mempunyai kapasitas sampai 25 ton. 2) Ukuran sedang, yaitu dump truck yang mempunyai kapasitas antara 25-100 ton. 3) Ukuran besar, yaitu dump truck yang mempunyai kapasitas di atas 100 ton. b. Berdasarkan cara penumpahannya 1) Side dump, yaitu dump truck yang penumpahannya ke samping. 2) Rear dump, yaitu dump truck yang penumpahannya ke belakang. 3) Side and rear dump, yaitu dump truck yang penumpahannya ke samping dan ke belakang. Pemilihan cara penumpahan truck tergantung dari keadaan tempat kerja, yaitu keadaan dan letak tempat pembuangan material (dump site). Beberapa hal yang perlu diketahui dalam pemilihan dump truck adalah antara lain :
a. Dump truck kecil Keuntungan dari pada penggunaan dump truck berukuran kecil antara lain :
1)
Lebih muda dan lebih lincah dalam pengoperasiannya.
2)
Lebih fleksibel dalam pengangkutan jarak dekat.
3)
Pemeliharaan dan perawatannya lebih mudah.
4)
Penyusunan terhadap kemampuan alat muat lebih mudah. Jika salah satu dump truck dalam satu unit angkutan tidak bekerja, tidak berpengaruh terhadap proses produksi. Kerugian dari pada penggunaan dump truck berukuran kecil
antara lain : 1)
Waktu hilang akan banyak akibat banyaknya dump truck yang beroperasi, terutama disaat akan memuat material.
2) Excavator akan lebih sukar dalam proses pemuatan material karena bak dump truck terlalu sempit. 3)
Biaya pemeliharaan akan lebih besar karena banyaknya alat yang digunakan, begitu pula dengan tenaga pemeliharaan.
4)
Lebih banyak operator yang dibutuhkan.
b. Dump truck besar Keuntungannya : 1)
Untuk kapasitas pekerjaan yang sama dengan dump truck yang kecil, jumlah dump truck lebih sedikit.
2)
Cocok untuk angkutan jarak jauh.
3)
Operator yang digunakan akan lebih sedikit.
4)
Pemuatan oleh excavator akan lebih mudah karena ukuran bak yang lebih besar sehingga waktu hilang lebih s edikit. Kerugiannya :
1)
Jalan kerja harus selalu diperbaiki, karena berat kendaraan yang akan mengakibatkan jalan lebih menjadi cepat rusak.
2)
Produksi akan berkurang jika salah satu dump truck tidak bekerja atau rusak.
3)
Pengoperasian alat akan lebih sukar karena ukuran yang besar . Dump truck merupakan alat angkut yang fleksibel, artinya dapat
digunakan untuk mengangkut bermacam jenis m aterial. Kapasitas dump truck yang dipilih harus sesuai dengan kapasitas alat muat, jika perbandingannya kurang proposional, maka ada kemungkinan alat muat terlalu lama melakukan pengisian. Salah satu tolak ukur untuk mengetahui baik buruknya hasil kerja alat angkut adalah besarnya produksi yang dicapai oleh suatu alat. Adapun faktor yang langsung mempengaruhi hasil kerja alat tersebut adalah :
1)
Keadaan jalan Yaitu meliputi kekerasan dan kehalusan permukaan jalan. Jalan tambang dengan kekerasan permukaan yang tinggi maka akan memberi pengaruh yang besar terhadap kelancaran proses pengangkutan, jalan yang licin, becek, dan berdebu juga akan mempengaruhi kecepatan alat angkut untuk membawa batubara maupun tanah penutup.
2)
Lebar jalan Pada kegiatan tambang terbuka, lebar jalan sangat berpengaruh terhadap besar atau tidaknya produksi alat angkut. Menurut “ AASHTO Manual Rural High-Way Design” lebar jalan angkut minimum pada jalan lurus adalah : L min = n. Wt + (n + 1) (0,5. Wt) Sumber : Awang Suwandhi, (2004:2)
Keterangan : Lmin = Lebar jalan angkut minimum (m)
3)
n
= Jumlah jalur
Wt
= Lebar alat angkut (m)
Tanjakan maksimum dan jarak pengangkutan
Tanjakan maksimum biasanya dinyatakan dengan persen (%). Biasanya untuk jalan tambang yang baik besar tanjakan maksimum adalah 8 %. Artinya jalan tambang naik sebesar 8 m setiap jarak mendatar 100 m. Apabila suatu kendaraan mendaki suatu tanjakan maka gaya yang diperlukan untuk mempertahankan kendaraan tetap bergerak akan meningkat lebih kurang sebanding dengan kemiringan jalan. 4)
Effisiensi Kerja Dalam kegiatan pengangkutan waktu produktif yang digunakan kendaraan angkut kadang-kadang berada di bawah kondisi ideal dari waktu yang tersedia, hal ini karena adanya faktor-faktor yang menjadi penghambat dan tidak dapat dihindari sehingga mempengaruhi kondisi kerja, persiapan alat kerja, keterampilan kerja operator, pengisian bahan bakar, pengaturan dan
keserasian
kerja
antara
alat
muat
dan
alat
angkut,
pemeliharaan alat, metode kerja, dan hal-hal lainnya. Menurut Nurhakim (2004) Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah : a) Faktor Alat (Mesin) (1) Jenis atau tipe alat Apabila Jenis alat mempunyai tenaga yang besar maka akan dapat mengoptimalkan pekerjaan sehingga dapat menghasilkan efektifitas kerja yang optimal.
(2) Kondisi alat Kondisi alat sangat menentukan kinerja suatu alat. Jika alat yang digunakan masih baik, terpelihara, maka akan sangat meningkatkan efektifitas kerjanya. Sebaliknya jika kondisi alat sudah tua, sering terjadi kerusakan akan mengganggu kelancaran pekerjaan. (3) Perlengkapan alat Tipe
dan
tahun
pembuatan
yang
berbeda,
menyebabkan alat memiliki bentuk dan perlengkapan yang berbeda, sehingga efektifitas alat berbeda.
b) Faktor Material Jenis material yang dikerjakan menyebabkan efektifitas alat menjadi bervariasi hal ini berkaitan dengan sifat material yang
dikerjakan
dengan
kemampuan
alat
yang
mengerjakannya. Adapun faktor material yang mempengaruhi efektifitas alat seperti sifat kekerasan material, berat isi, dan lain-lain. c) Faktor Lingkungan (Kondisi kerja) (1) Kondisi Cuaca, Seperti panas, mendung, hujan, terang, dan gelap berpengaruh langsung terhadap efektifitas alat khususnya pada pekerjaan tambang terbuka. Iklim dan
cuaca adalah hal yang sangat mempunyai pengaruh besar terhadap
aktifitas
pengangkutan
dalam
kegiatan
penambangan. Pada musim hujan front penambangan akan licin dan becek, sebaliknya pada musim kemarau front penambangan dan jalan tambang akan berdebu sehingga menghalangi kerja operator alat muat dan alat angkut, terutama operator alat angkut. Debu-debu ini akan menghalangi pandangan mata operator terhadap keadaan jalan di depannya dan dapat mengurangi kecepatan pengangkutan. Dengan kondisi demikian kecepatan kerja alat angkut akan berkurang. (2) Kondisi Lapangan, keadaan lapangan berpengaruh pada besarnya tenaga yang dapat dimanfaatkan alat. Beberapa hal yang mempengaruhi terhadap kinerja alat seperti, ketinggian tempat kerja dari permukan laut (altitude), tahanan guling (Roling Resistance), tahanan kelandaian (grade resistance). d) Faktor Manusia (1) Kemampuan operator dalam menangani alat pada operasi kerja tertentu mempengaruhi efektifitas alat berat. (2) Manajemen dan sifat manusia, adalah faktor yang sangat sulit ditentukan efisiensinya karena selalu berubah-ubah
setiap
hari
tergantung
keadaan
dan
suasana
kerja.
Manajemen pelaksanaan dalam mengatasi hambatanhambatan dilapangan yang tak dapat dihindari seperti, pelumasan, penggantian suku cadang, kedisiplinan, dan lain-lain berpengaruh pada efektifitas pekerjaan. e) Faktor Keserasian Keserasian adalah pola gerak alat-alat yang terpadu, dimana tidak saling tunggu menunggu antara alat muat dan alat angkut.
Suatu
angka
yang
menyatakan
seberapa
baik
penyesuaian antara alat muat dan alat angkut dinyatakan dalam Macth Factor (MF). Hal ini diharapkan agar alat muat dan alat angkut dapat bekerja secara optimal tanpa ada waktu yang terbuang. Pada tabel 5 dan 6 diperlihatkan efisiensi kerja berdasarkan jam kerja dan efisiensi kerja berdasarkan pemeliharaan mesin. Tabel 5. Faktor Effesiensi kerja berdasarkan jam kerja Jumlah Jam Kerja
Faktor Efesiensi
60 menit/jam
100 %
55 menit/jam
91%
50 menit/jam
83%
45 menit/jam
75%
40 menit/jam
67%
Rochmanhadi (1992: 32 )
Tabel 6. Effisiensi Kerja Berdasarkan Pemeliharaan Mesin Kondisi Operasi Alat
Pemeliharaan Mesin Baik Baik Sekali
Sedang
Buruk
Buruk Sekali
0.76
0.70
0.63
0.71 0.65 0.57
0.65 0.60 0.52
0.60 0.54 0.45
0.47
0.42
0.32
Baik 0.83 0.81 Sekali Baik 0.78 0.75 Sedang 0.72 0.69 Buruk 0.63 0.61 Buruk 0.52 0.50 Sekali Ir. Partanto (1996: 210) D. Metodologi Pembahasan.
Metodologi pemecahan masalah diperlukan agar proses pemecahan masalah lebih terarah dan akan mempermudah dalam menganalisa langkahlangkah penulisan yang diambil. Metodologi pemecahan terdiri dari : 1. Pengambilan Data a. Data primer Merupakan data yang diambil langsung dari lapangan. Adapun data tersebut meliputi waktu siklus kerja dan waktu efektif dari alat muat dan alat angkut. b. Data sekunder Data-data yang diperoleh dari PT. Nan Riang. Data-data tersebut meliputi : 1) Spesifikasi alat muat dan alat angkut
2) Data curah hujan 2. Penentuan rumus yang digunakan untuk perhitungan alat berat. a. Mechanical Availability Mechanical Availability merupakan faktor yang menunjukan ketersedian alat dengan memperhitungkan waktu kerja yang hilang untuk perbaikan mekanis. Persamaan untuk menentukan mechanical availability (MA) adalah : MA =
W W R
x 100 %
(Sumber : Partanto1996;178) Keterangan : W = Jumlah jam kerja alat (working hours) R = Jumlah jam perbaikan (repair hours) b. Use of Utilization Use of Utilisation adalah untuk menunjukan berapa % dari waktu yang digunakan oleh suatu alat pada saat alat itu beroperasi. Persamaan yang digunakan adalah : UA =
W W S
x 100 %
(Sumber : Partanto1996;180)
Keterangan : W = Jumlah jam kerja alat (Working Hours) S = Jumlah jam standby c. Efective Utilisation Merupakan cara untuk menyatakan efisiensi kerja alat berdasarkan keadaan alat yang bekerja di lapangan.
Persamaan yang digunakan adalah : Eut =
W W R
S
x100 %
(Sumber : Partanto1996;181) Keterangan : W = Jumlah jam kerja alat (working hours) R = Jumlah jam perbaikan (repair hours) S = Jumlah jam standby Tabel 7. Faktor Kondisi Operasi Alat
Kondisi operasi alat
Pemeliharaan mesin Baik sekali
Baik
Sedang
Buruk
Buruk sekali
Baik sekali
0.83
0.81
0.76
0.70
0.63
Baik
0.78
0.75
0.71
0.65
0.60
Sedang
0.72
0.69
0.65
0.60
0.54
Buruk
0.63
0.61
0.57
0.52
0.45
Buruk sekali
0.52
0.50
0.47
0.42
0.32
(Sumber: Rochmanhadi,1992:64) d. Faktor Pengembangan tanah (Swell Factor ). Swell factor merupakan perbandingan material insitu (belum digali) dengan material dalam keadaan loose (setelah digali). Persamaan yang digunakan adalah : Swell faktor =
V undisturbed V loose
x 100%
(Sumber : Partanto1996;184)
Keterangan : 3
V undisturbed
: Volume asli (m )
V loose
: Volume gembur (m )
3
Tabel 8. Density dan Swell F actor dari Berbagai Material.
Jenis material
Densiti 3 (ton/m )
Swell Faktor (in bank correction faktor)
Tanah liat, kering Tanah liat, basah Antrasite Bituminus Tanah biasa, kering Tanah biasa, basah Pasir kering Pasir basah
1,36 1,66 – 1,78 1.31 1,13 1,66 1,99 1,31-1,93 1,96-2,14
0.85 0.82 – 0.80 0.74 0.74 0.85 0.85 0.89 0.88
(Sumber: Partanto;186) e. Waktu Edar (Cycle Time) Dalam pemindahan material, siklus kerja merupakan suatu kegiatan yang dilakukan berulang. Pekerjaan utama di dalam kegiatan tersebut adalah menggali, memuat, memindahkan, membongkar muatan, dan kembali ke kegiatan awal. Seluruh kegiatan tersebut dapat dilakukan oleh satu alat atau oleh beberapa alat.
Setiap alat berat yang bekerja akan mempunyai kemampuan memindah material persiklus. Siklus kerja adalah proses gerakan dari suatu alat dari gerakan mulanya sampai kembali lagi pada gerakan mula tersebut. Adapun waktu yang diperlukan untuk melakukan satu siklus kegiatan di atas di sebut waktu edar (cycle time).
Menurut Nurhakim (2004) gerakan yang dilakukan dalam satu siklus akan berbeda, tergantung kepada : 1. Jenis alat berat yang digunakan. Misalnya :
a. Dump truck , gerakannya yaitu : pemuatan – pengangkutan – penumpahan – kembali b. Bulldozer , gerakannya yaitu : penancapan blade – penggusuran – pengangkatan blade – memutar c. Excavator , gerakannya yaitu : penggalian – ayun bermuatan – penumpahan – ayun kosong 2. Jenis kegiatan yang dilakukan. Misalnya : dozer untuk mendorong, meratakan, dan menimbun. 3. Metode kerja yang digunakan. Misalnya : backhoe mengeruk tanah kemudian tanah tersebut di buang begitu saja, siklus nya akan berbeda kalau backhoe tersebut mengeruk tanah kemudian tanah tersebut dimuat ke atas dump truck . Dari contoh – contoh di atas, dapat diketahui bahwa siklus kerja terdiri dari beberapa unsur. Pertama adalah waktu muat atau loading time (LT). Waktu muat adalah waktu yang dibutuhkan oleh suatu alat untuk memuat material ke dalam alat angkut sesuai dengan kapasitas alat angkut tersebut. Nilai LT dapat ditentukan walaupun tergantung dari : jenis tanah, ukuran unit pengangkut, metode dalam pemuatan, dan efisiensi alat. Unsur kedua adalah waktu angkut atau hauling time (HT). Waktu angkut merupakan waktu yang diperlukan oleh suatu alat untuk bergerak dari
tempat pemuatan ke tempat pembongkaran. Waktu angkut tergantung dari jarak angkut, kondisi jalan, tenaga alat, dan lain – lain. Pada saat alat kembali ke tempat pemuatan maka waktu yang diperlukan untuk kembali disebut waktu kembali atau return time (RT). Waktu kembali lebih singkat dari pada waktu berangkat karena kendaraan dalam keadaan kosong. Waktu pembongkaran atau dumping time (DT) juga merupakan unsur penting dari waktu siklus. Waktu ini tergantung dari jenis tanah, jenis alat, dan metode yang dipakai. Waktu pembongkaran merupakan bagian yang terkecil dari waktu siklus. Unsur terakhir adalah manuver atau spotting time (ST). Pada saat alat kembali ke tempat pemuatan adakalanya alat tersebut perlu antri dan memutar sampai alat di isi kembali. Dengan demikian waktu edar alat angkut dapat dihitung dengan rumus :
Ct
n Cm
D V 1
t 1
D V 2
t 2
( Ir. Rochmanhadi, 1983 : 24)
Keterangan : Ct = Cycle time alat angkut n
= Jumlah bucket
Cm = Waktu edar alat gali (menit) D
= Jarak (meter)
V
= Kecepatan rata-rata DT bermuatan (meter/dtk)
t1
= Waktu dumping (detik)
t2
= Waktu spot (waktu menunggu mengisi) (detik) Dan untuk waktu edar alat muat dapat dihitung dengan
persamaan : Cm = tl + tsi + td + tsk (Ir. Rochmanhadi, 1983 : 22) Keterangan : Cm = Cycle Time (Waktu Edar) (detik) tl
= Waktu gali
tsi = Waktu putar bermuatan td
= Waktu buang
tsk = Waktu putar kosong f. Produktivitas alat muat
Langkah-langkah perhitungan produktivitas alat muat : 1) Kapasitas produksi persiklus (q) q = q1 x K (Sumber : Rochmanhadi1992;65) Keterangan : q1 = Kapasitas bucket (m 3 )
K = Faktor bucket alat muat 2) Produksi alat muat : Q =
q x 3600 x E Ctm
(Sumber : Rochmanhadi1992;65) Keterangan : Q
= Produksi Excvator perjam (m 3 / jam)
q
= Kapasitas produksi persiklus (m 3 )
E
= Effisiensi kerja (%)
Ctm = Waktu siklus (Detik)
Tabel 9. Faktor Bucket Alat Muat No 1
Jenis pekerjaan Ringan
Faktor
Kondisi Muatan Menggali dan memuat dari stock room
Bucket 1.0 - 0.8
dan stockpile atau material yang telah dikeruk oleh excavator lain yang tidak membutuhkan daya gali dan dapat dimuat munjung. 2
Sedang
Menggali dan memuat dari stock room
0.8 - 0.6
atau stockpile, dengan kondisi tanah yang sulit digali dan dikeruk akan tetapi dapat dimuat hampir munjung. 3
Agak Sulit
Menggali dan memuat batu pecah,
0.6 - 0.5
tanah liat yang keras, pasir dan kerikil yang telah dikumpulkan, sulit mengisi bucket dengan material tersebut. 4
Sulit
Bongkahan batu besar dengan bentuk
0.5 – 0.4
tidak teratur dengan banyak rongga diantaranya.
(Sumber; Rochmanhadi;64) g. Produktivitas Alat angkut ( Dump truck ) Langkah-langkah perhitungan produktivitas alat angkut : 1) Kapasitas produksi persiklus (C) C = n x q1 x K Keterangan : n = Jumlah bucket 3
q1 = Kapasitas bucket alat muat (m )
K = Faktor bucket alat muat
2) Produksi alat angkut : P=
C x 60 x E Cmt
(Sumber : Rochmanhadi1992;102) Keterangan : 3
P
= Produksi dump truck perjam (m / jam)
C
= Kapasitas produksi persiklus (m )
E
= Effisiensi kerja dump truck (%)
3
Cmt = Waktu siklus dump truck (menit) h. Keserasian kerja ( Match Factor ) Keserasian kerja adalah pola gerak alat berat yang terpadu, dimana tidak timbul waktu tunggu antara alat muat dan alat angkut. Keserasian kerja dapat ditentukan dengan rumus : MF
n
nH C L nL
C H
(Sumber; Partanto 1996;206) Keterangan : MF = Faktor keserasian alat CL = Waktu edar alat muat (menit) CH = Waktu edar alat angkut (menit)
nL = Jumlah alat muat nH = Jumlah alat angkut n = Banyak bucket
Jika faktor keserasian kerja : MF = 1, Berarti keserasian kerja alat muat dan alat angkut adalah 100 % atau tidak ada waktu tunggu antara alat muat dan alat angkut. MF < 1, Berarti alat angkut bekerja penuh dan alat muat mempunyai waktu tunggu. MF > 1, Berarti alat muat bekerja penuh sedangkan alat angkut mempunyai waktu tunggu. Untuk menentukan agar terjadi keserasian alat tersebut dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : nH
MF
nL
n
C H
C L
E. Data dan Pengolahan Data
Dari data yang diperoleh di lapangan, maka dapat dilakukan pengolahan data sesuai dengan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya. Adapun analisa dari data yang penulis peroleh dari lapangan adalah : 1.
Data
a.
Data primer Diambil berdasarkan hasil dari lapangan yaitu :
1)
Jam kerja alat berat yang terdiri dari : a)
Rencana
b)
Standby
c)
Rusak
d)
Aktual
Dapat dilihat pada lampiran A 2)
Waktu tetap efektif yang terdiri dari : a)
Waktu gali (detik)
b)
Swing isi (detik)
c)
Waktu tumpah (detik)
d)
Swing kosong (detik)
e)
Waktu siklus (detik)
Dapat dilihat pada lampiran B dan C b.
Data sekunder Merupakan data yang diperoleh dari PT. Nan Riang untuk mendukung data-data penelitian.
2.
Analisa Data
a. Perhitungan Efisiensi Kerja Alat 1)
Ketersediaan alat gali muat Volvo EC460Blc Diketahui : Jumlah jam efektif (W) = 348 jam (lampiran A)
Jumlah jam rusak (R)
= 0 jam (lampiran A)
Jumlah jam standby (S) = 72 jam (lampiran A) MA =
W W R
x 100%
348
=
348
0
x100%
= 100%
W
UA =
W
=
S
x 100%
348 348
72
x100%
= 82 %
W
EUT =
W R
=
S
x100%
348 348
0
72
x100%
= 82 % 2)
Ketersediaan alat angkut Dump Truck Volvo A40E Diketahui : Jumlah jam efektif (W) = 306 jam (lampiran A) Jumlah jam rusak (R)
= 42 (lampiran A)
Jumlah jam standby (S) = 72 jam (lampiran A) MA =
W W R
x 100%
=
306 306
42
x100%
= 87 %
UA =
=
W W
S
x 100%
306 306
72
x100%
= 80 % EUT =
=
W W R
S
x 100%
306 306
42
72
x100%
= 72 % Tabel 10. Perhitungan Efisiensi Kerja Optimum Alat Muat No
Alat Muat
MA (%)
UA (%)
EUT (%)
1
Volvo EC460Blc
100
82
82
Tabel 11. Perhitungan Efisiensi Kerja Optimum Alat Angkut No
Jenis alat
1
Volvo A40E
b. Waktu Siklus (CT) 1.
Excvator Volvo EC460Blc
MA (%) 87
UA (%) 80
EUT (%) 72
Waktu gali (tl)
= 7,4 detik (Lampiran B)
Waktu putar isi (tsi)
= 4,2 detik (Lampiran B)
Waktu tumpah (td)
= 2,6 detik (Lampiran B)
Waktu putar kosong (tsk) = 4,3 detik (Lampiran B)
Maka Cycle Time = tl + tsi + td + ts k = 7,4 + 4,2 + 2,6 + 4,3 = 18,5 detik atau 0,30 menit 2.
Dump truck Volvo A40E
Waktu Manuver 1 & muat
= 166,17 detik (Lampiran C)
Waktu Angkut
= 280,88 detik (Lampiran C)
Waktu Manuver 2 & tumpah = 59,28 detik (Lampiran C) Waktu Pulang kosong Jumlah bucket (n)
= 152,17 detik (Lampiran C) =7
Cms Jarak angkut (D)
kecepatan rata-rata pergi (V1)
= 18,5 detik atau 0,30 menit = 700 m
= jarak / rata-rata waktu angkut = 700 m / 280,88 detik = 2,50 m / detik
kecepatan rata-rata pulang (V2)
= jarak / rata-rata waktu pulang
= 700 m / 152,17 detik = 4,60 m / detik Waktu Manuver 2 & tumpah (t1)
= 59,28 detik
Waktu Manuver 1 & muat (t2 )
= 166,17 detik
Maka waktu siklus DT :
= 129,5 + 280 + 59,28 + 152,17 + 166,17 = 787,12 detik atau 13,12 menit c. Perhitungan Produksi 1. Excvator Volvo EC460Blc Waktu siklus (Cms)
= 18,5 detik / 0,30 menit 3
Kapasitas bucket munjung (ql) = 3,63 m (Lampiran D) Factor bucket (k)
= 0,9 (tabel 9)
Efisiensi kerja (E)
= 0,82 (tabel 10)
Swell Faktor
= 0,82 (Tabel 8)
Kapasitas produksi persiklus (q) q = ql × k
3
= 3,63 m × 0,9 = 3,27 m3 Total produksi (Q)
Q =
q 3.600 E
=
Cms
SF
3,27 x 3600 x 0,82 18,5
x 0,82
= 427,87 BCM / jam
Produktivitas perbulan = Q / jam x jam kerja x 30 = 427,87 x 14 (lampiran G) x 30 = 179.705,4 BCM / bulan 2. Dump truck Volvo A40E
Waktu siklus (Ct)
= 13,12 menit
Kapasitas bucket munjung (q1) = 3,63 m3 (Lampiran D) Factor bucket (k)
= 0,9 (tabel 9)
Efisiensi kerja (E)
= 0,72 (tabel 11)
Sweel Faktor
= 0,82 (tabel 8)
Jumlah bucket (n)
=7
Kapasitas Produksi persiklus (C) C = n x ql x k
= 7 x 3,63 m 3 x 0,9 = 22,87 m 3 Produksi total (P) P =
C 60 E
SF
Ct
22,87 x 60 x 0,72 13,12
x 0,82
= 61,75 BCM / jam Produktivitas 4 unit alat angkut perbulan = P / jam x jam kerja x 30 x 4 unit = 61,75 x 14 (lampiran G) x 30 x 4 unit = 103.740 BCM / bulan
Tabel 12. Produksi Alat Muat dalam 1 Bulan
No
Jenis Alat
Jumlah Alat
Produksi per Jam
Jam kerja per Bulan
Produksi OB per Bulan
1
Volvo EC460Blc
1
427,87 BCM
420
179.705,4 BCM
Tabel 13. Produksi Alat Angkut dalam 1 Bulan
No
1
Jenis Alat
Volvo A40E
Jumlah
Produksi per
Jam kerja
Produksi OB
Alat
Jam
per Bulan
per Bulan
4
61,75
420
103.740
BCM
BCM
d. Keserasian kerja alat muat dan alat angkut (MF) Waktu siklus alat muat (C L)
= 0,30 menit
Waktu siklus alat angkut (CH) = 13,12 menit Jumlah alat muat (nL)
=1
Jumlah alat angkut (nH)
=4
Banyak bucket (n)
=7
Keserasian kerja alat muat dan alat angkut adalah : MF =
=
n
nH C L nL
7
4
C H 0,30
1 13,12
= 0,64 MF < 1, Berarti alat angkut bekerja penuh sedangkan alat muat mempunyai waktu tunggu.
F.
Pemecahan Masalah
Dari analisis yang telah dilakukan terhadap perhitungan kerja antara alat gali muat dan alat angkut pada pemuatan dan pengangkutan overburden didapat keserasian alat kurang dari satu (MF < 1) hal ini menunjukkan bahwa kedua alat masih belum serasi.
Agar terjadi keserasian kerja antara alat gali muat dan alat angkut pada pemuatan dan pengangkutan overburden dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : MF
nH
nL
n
C H
C L
Dari persamaan di atas dapat diketahui jumlah alat angkut pada penggalian dan pengangkutan overburden sebagai berikut : Kombinasi 4 alat angkut dump truck Volvo A40E dengan alat gali muat excavator Volvo EC460Blc. nH =
=
MF
nL
n
C H
C L
1 1 13,12 7 0,30
= 6,2 ≈ 6 unit Setelah dilakukan penambahan alat angkut menjadi 6 unit maka keserasian kerja (MF) adalah : MF =
n
nH C L nL
C H
= 7 6 0,30 1 13,12
= 0,96 ≈ 1 MF = 1, Berarti keserasian kerja alat muat dan alat angkut adalah 100 % atau kedua alat serasi.
Setelah dilakukan penambahan alat angkut menjadi 6 unit maka besarnya produktivitas adalah : = Q / jam x jam kerja x 30 x 6 unit = 61,75 BCM / jam x 14 jam (lampiran G) x 30 x 6 unit = 155.610 BCM / bulan Tabel 14. Produksi dan Kebutuhan Alat Untuk Material Overburden
No
1
Jenis
Target
Material
Produksi
OB
150.000 BCM / bulan
Jumlah
Produksi Nyata
Kebutuhan
Alat
(Sebelum
Alat
Angkut
Serasi)
Angkut
4
103.740 BCM / bulan
6
Produksi Setelah Serasi
155.610 BCM / bulan
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian bab yang sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sistem penambangan yang dilakukan oleh PT. Nan Riang adalah sistem tambang terbuka (open pit mining system) dengan menerapkan metode back filling dalam penambangannya, yaitu kombinasi alat gali muat yang berupa excavator dan alat angkut berupa dump truck dengan mengikuti penyebaran endapan batubara yang memiliki lapisan batubara relatif miring. 2. Kemampuan produksi alat mekanis yang digunakan untuk pengupasan & pengangkutan OB adalah sebagai berikut : a. Alat Muat Excavator Volvo EC460Blc sebesar 427,87 BCM / jam b. Alat angkut Dump Truck Volvo A40E sebesar 61,75 BCM / jam 3. Dengan alat yang serasi maka produksi overburden yang dihasilkan mencapai 155.610 BCM / bulan, sedangkan target produksi yang direncanakan 150.000 BCM / bulan. B. SARAN
1. Pada jalan tambang sebaiknya dilakukan penyiraman untuk mengurangi dampak debu, sehingga meningkatkan produktivitas, efisiensi, serta keamanan kerja di lapangan.
2. Jumlah dump truck yang digunakan untuk mengangkut overburden yang tersedia di blok B hanya sebanyak 4 unit. Sedangkan menurut hasil perhitungan, kesetaraan akan tercapai apabila dump truck pengangkut overburden yang tersedia adalah sebanyak 6 unit. Maka dari itu perlu dilakukan penambahan dump truck pengangkut overburden sebanyak 2 unit di blok B, PT. Nan Riang. 3. Cara lain untuk mencapai target produksi pengupasan overburden bisa dilakukan dengan mengurangi waktu edar dump truck dengan jalan penambahan kecepatan dump truck, tapi keadaan jalan tambang perlu diperhatikan.
LAMPIRAN D. SPESIFIKASI EXCAVATOR VOLVO VOLVO EC460Blc
Engine
: Volvo D 12 D
Rated output at
: 30 r/s ( 1800 r/min )
ISO 9249/SAE J 1349 net
: 245 kw ( 333 hp )
Breakout force
: 253 kn
Bucket capacity
: 1,78 – 1,78 – 3,63 3,63 m
Max. Digging reach
: 13,3 m
Min. Digging dept
: 9,2 m
Lifting capacity along undercarriage
: 15,1 t
At reach/height
: 7,5/1,5 m
Operating weight
: 47,9 – 47,9 – 50,5 50,5 t
3
LAMPIRAN E. SPESIFIKASI DUM P TRUCK VOLVO VOLVO A40E TRUCK
Engine
: D16E AAE3*/ABE3*
Max power at
: 30 r/s
SAE J1995 Gross
: 359 kW
ISO 9249, SAE J1349 : 346 kW Max torque at
: 20 r/s
SAE J1995 Gross
: 2 525 Nm
ISO 9249, SAE J1349 : 2 493 Nm Max. Speed
: 57 km/h
Load capacity
: 39 000 kg
SAE 2:1 heap
: 24,0 m
Net weight
: 30 200 kg
Gross weight
: 69 200 kg
3
LAMPIRAN G
LAMPIRAN H. JAM KERJA KEGIATAN PENAMBANGAN
Shift I
Waktu (WIB) 07.30 – 11.30
Keterangan Kerja
II
11.30 – 17.30
Kerja
17.30 – 19.30
Istirahat
19.30 – 23.30
Kerja
III
Sumber: PT. Nan Riang
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Certified Management System
Jl.Prof Dr. Hamka Kampus UNP Air Tawar Padang 25171 Telp.(0751),7059996, FT: (0751)7055644,445118 Fax .7055644
DIN EN ISO 9001:2000 Cert.No. 01.100 086042
E-mail :
[email protected]
Catatan Harian Kegiatan Lapangan Nama Nim / Thn. Masuk Tempat Praktek Kegiatan
: Robin Sanggara : 03193/2008 : PT. Nan Riang : Praktek Lapangan Industri
NO
Hari/Tanggal
Tempat
1
11 Oktober 2011
KP Eksploitasi PT. Nan Riang
Awal kedatangan di Tambang
2
12 Oktober 2011
KP Eksploitasi PT. Nan Riang bagian penambangan
Mengambil peralatan keselamatan kerja (helm, sepatu, masker)
3
12 Oktober 2011
KP Eksploitasi PT. Nan Riang bagian penambangan
Pengenalan kegiatan penambangan
4
14 Oktober 2011
KP Eksploitasi PT. Nan Riang bagian penambangan
Menentukan Judul Laporan Proyek Akhir
15 – 22 Oktober 2011
KP Eksploitasi PT. Nan Riang bagian penambangan
Melakukan pengambilan data di lapangan
23 Oktober 2011
KP Eksploitasi PT.
5
6
Uraian Kegiatan
Nan Riang bagian penambangan
7
24 Oktober 2011
KP Eksploitasi PT. Nan Riang
Melakukan Pengawasan pada alat angkut DT Volvo AE40E dan alat muat Volvo EC460Blc Menentukan titik koordinat bor pada rombongan bor di Desa Jebak
8
25 – 31 Oktober 2011
Kantor PT. Nan Riang
9
1 November 2011
KP Eksploitasi PT. Nan Riang
10
2 November 2011
KP Eksplorasi PT. Nan Riang
Bimbingan dengan pembimbing untuk pengolahan data lapangan Menyusun Laporan Proyek Akhir
11
2 November 2011
KP Eksplorasi PT. Nan Riang
12
3 November 2011
KP Eksplorasi PT. Nan Riang
13
4 – 8 November 2011
KP Eksploitasi PT. Nan Riang bagian penambangan
14
9 November 2011
KP Eksplorasi PT. Nan Riang
15
10 November 2011
Pasar Muara Tembesi
Membantu mengantar bahan logistik untuk rombongan bor di Desa Jebak KP Eksploitasi
Membantu Mengantarkan bahan logistik dan alat bor ke Desa Kotoboyo Menentukan titik koordinat bor pada rombongan bor 3 di Desa Kotoboyo
Pengawasan alat-alat mekanis pada blok B
16
11 November 2011
KP Eksploitasi PT. Nan Riang Belajar Geologi Struktur pada singkapan
17
18
19
20
12 November 2011
13 - 15 November 2011
16 November 2011
KP Eksploitasi PT. Nan Riang
KP Eksplorasi PT. Nan Riang
KP Eksploitasi PT. Nan Riang bagian reklamasi
Membantu pembelian bahan logistik di pasar untuk rombongan bor
Mengukur PH air di kolam penetrasi pada pit A, pit B dan pit C
Mengukur luas area pada blok A, B, dan C
18 November 2011 Kantor PT. Nan Riang
Menentukan titik koordinat bor pada rombongan bor 2 di Desa Kotoboyo
Melakukan penanaman bibit sawit dan bibit durian pada areal reklamasi
Presentasi hasil laporan akhir yang diperoleh di lapangan Muara Tembesi, November 2011 Diperiksa Oleh Pembimbing