KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN GEDUNG SUMITRO DJOJOHADIKUSUMO, KEMENTERIAN KEUANGAN RI, JALAN LAPANGAN BANTENG TIMUR NO. 1-4, JAKARTA 10710 TELEPON: 021 3858001, FAKSIMILI: 021 3857917, SITUS:
[email protected]
Yth. 1. Forum Penilai Pasar Modal – Masyarakat Profesi Penilai Indonesia; 2. Forum Akuntan Pasar Modal – Institut Akuntan Publik Indonesia; 3. Asosiasi Emiten Indonesia; 4. Bursa Efek Indonesia; 5. Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia; 6. Asosiasi Wali Amanat Indonesia; 7. PT. Pemeringkat Efek Indonesia; 8. PT. Fitch Ratings Indonesia; dan 9. PT. ICRA Indonesia; di Tempat.
SURAT EDARAN Nomor: SE- 9/BL/2012 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN DAN PENYAJIAN LAPORAN PENILAIAN PROPERTI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PASAR MODAL Seiring dengan perkembangan dan kompleksitas transaksi di Pasar Modal, jasa penilaian saat ini sedang berkembang pesat dan banyak dibutuhkan oleh masyarakat bisnis dalam menentukan nilai wajar atas aset perusahaan, nilai wajar atas suatu usaha (bisnis) perusahaan, kewajaran suatu transaksi yang tergolong dalam aksi korporasi dan sebagainya. Salah satu jasa yang dapat diberikan oleh Penilai sesuai dengan ketentuan Peraturan Nomor VIII.C.1 adalah kegiatan penilaian properti aset perkebunan. Prosedur penilaian dan penyajian laporan penilaian aset perkebunan telah diatur di dalam Peraturan Nomor VIII.C.4, namun dalam pelaksanaannya khususnya dalam penilaian Perkebunan Kelapa Sawit yang memiliki karakteristik khusus, masih terdapat hal-hal yang perlu diperjelas dan diuraikan lebih lanjut untuk menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan persepsi dan interpretasi oleh Penilai dan pengguna laporan penilaian perekebunan kelapa sawit, serta untuk mempermudah penelaahan Laporan Penilaian Properti Perkebunan Kelapa Sawit oleh Bapepam dan LK. Untuk itu, perlu disusun suatu pedoman yang bertujuan untuk memberikan penjelasan atau petunjuk pelaksanaan lebih lanjut yang khusus menguraikan mengenai penilaian properti Perkebunan Kelapa Sawit.
-2Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan
suatu
panduan
mengenai
prosedur penilaian dan penyajian Laporan Penilaian Properti Perkebunan Kelapa Sawit yang terstandarisasi dengan mendasarkan pada Peraturan Nomor VIII.C.4. Pedoman ini diharapkan dapat
memberikan
kualitas
penyajian dan pengungkapan yang
memadai bagi pengguna informasi yang disajikan dalam Laporan Penilaian. Mengingat bahwa penilaian Perkebunan Kelapa Sawit mempunyai karakteristik khusus dengan kondisi tertentu, maka Penilai Properti dalam melakukan penilaian terhadap Perkebunan Kelapa Sawit dapat melakukan penilaian dengan ketentuan sebagai berikut: a. Aset Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit 1) Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) menggunakan Pendekatan Biaya (Cost Approach); 2) Tanaman Menghasilkan (TM) menggunakan Pendekatan Pendapatan (Income Approach); dan 3) Bibit Tanaman Kelapa Sawit menggunakan Pendekatan Biaya (Cost Approach). b. Aset Non-Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit 1) Tanah Perkebunan Kelapa Sawit menggunakan Pendekatan Data Pasar (Market Data Approach). Dalam hal tidak terdapat data pasar yang sebanding dan sejenis, maka dapat menggunakan Pendekatan Pendapatan (Income Approach) dengan Teknik Penyisaan Tanah (Land Residual Technique) Perkebunan Kelapa Sawit; 2) Bangunan dan Infrastruktur dalam Perkebunan Kelapa Sawit menggunakan Pendekatan Biaya (Cost Approach); 3) Kendaraan dan Alat Berat menggunakan Pendekatan Data Pasar (Market Data Approach); dan 4) Mesin dan peralatan pendukung perkebunan serta mesin pengolahan kelapa sawit menggunakan Pendekatan Biaya (Cost Approach). Penyusunan Laporan Penilaian Properti Perkebunan Kelapa Sawit wajib dilaksanakan sebagaimana dimaksud dalam Lampiran Surat Edaran ini dan Surat Edaran ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Nomor VIII.C.1 tentang Pendaftaran Penilai yang Melakukan Kegiatan di Pasar Modal dan Peraturan Nomor VIII.C.4 tentang Pedoman Penilaian dan Penyajian Laporan Penilaian Properti di Pasar Modal.
-3Demikian, agar Saudara maklum.
Ditetapkan di : Jakarta pada tanggal : 12 Juli 2012 Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ttd. Nurhaida NIP 19590627 198902 2 001 Tembusan: 1. Sekretaris Badan; 2. Para Kepala Biro dan Tenaga Pengkaji; dan 3. Kepala Bagian Akuntan, Penilai, Pemeringkat Efek dan Wali Amanat Pasar Modal. 1 s.d. 3 di Lingkungan Bapepam dan LK
LAMPIRAN Surat Edaran Ketua Bapepam dan LK Nomor : SE- 9 /BL/2012 Tanggal : 12 Juli 2012
SURAT EDARAN TENTANG PEDOMAN PENILAIAN DAN PENYAJIAN LAPORAN PENILAIAN PROPERTI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
1. Beberapa Istilah Yang Dipergunakan Dalam Perkebunan Kelapa Sawit adalah: a. Aset Non-Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit adalah tanah, bangunan dan infrastruktur, mesin dan peralatan pendukung perkebunan, kendaraan dan alat berat, sarana dan prasarana serta fasilitas penunjang lainnya termasuk pabrik pengolahan kelapa sawit (jika ada) yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari satu kesatuan aset pada suatu entitas Perkebunan Kelapa Sawit. b. Aset Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit adalah tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan secara komersial pada suatu lahan tertentu dan dikelola berdasarkan teknis budidaya yang berlaku umum pada suatu tempat tertentu. c. Bangunan dan Infrastruktur Perkebunan Kelapa Sawit adalah bangunan dan infrastruktur di areal perkebunan yang menunjang kegiatan operasional Perkebunan Kelapa Sawit. d. Bibit Tanaman Kelapa Sawit adalah benih atau kecambah bakal tanaman yang ada dalam masa pemeliharaan dan/atau telah melewati masa pemeliharaan tertentu serta siap untuk ditanam di lahan perkebunan. e. Gulma adalah tumbuhan yang tidak diharapkan keberadaannya pada areal budidaya tanaman kelapa sawit. f. Hama dan Penyakit Tanaman Kelapa Sawit adalah organisme hidup yang menganggu kelangsungan hidup tanaman kelapa sawit dan dapat mengakibatkan kerusakan atau kerugian bagi komoditas Perkebunan Kelapa Sawit. g. Harga Pasar Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Setempat adalah harga rata–rata Tandan Buah Segar (TBS) di wilayah administrasi Kabupaten/Kota dimana properti Perkebunan Kelapa Sawit berada atau di sekitarnya. h. Kendaraan dan Alat Berat adalah kendaraan dan alat berat yang digunakan dalam kegiatan operasional Perkebunan Kelapa Sawit. i. Pemupukan adalah salah satu tindakan dalam teknis budidaya tanaman kelapa sawit dengan memberikan pupuk (unsur hara) pada tanaman melalui tanah dan daun agar tanaman kelapa sawit dapat menyerap sesuai dengan kebutuhan. j.
Perkebunan Inti adalah Perkebunan milik perusahaan.
k. Perkebunan Kelapa Sawit adalah tanah dalam satuan lahan yang diusahakan pada luasan tertentu, dengan komoditas tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan, dilengkapi dengan Aset Non-Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit serta fasilitas penunjang lainnya, dan dikelola dengan standar manajemen Perkebunan Kelapa Sawit yang berlaku umum.
LAMPIRAN Surat Edaran Ketua Bapepam dan LK Nomor : SE- 9 /BL/2012 Tanggal : 12 Juli 2012 -2-
l. Perkebunan Plasma adalah Perkebunan milik masyarakat atau petani peserta program kemitraan. m. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) adalah tanaman kelapa sawit yang masih dalam tahap pemeliharaan awal sebelum dapat dipanen secara komersial atau periode tanaman dimulai dari penanaman sampai dengan mulai menghasilkan. n. Tanaman Menghasilkan (TM) adalah tanaman kelapa sawit yang sudah melewati masa pemeliharaan awal dimana telah dapat dipanen sesuai dengan siklus hidupnya. o. Tanaman Penutup Tanah (Legume Cover Crop) adalah tanaman jenis kacangkacangan yang ditanam di areal tanaman kelapa sawit yang dapat berfungsi mencegah erosi tanah, mengikat nitrogen dari udara, menekan pertumbuhan Gulma, meningkatkan bahan organik tanah, dan mengurangi pencucian unsur hara. p. Tandan Buah Segar (TBS) adalah buah kelapa sawit yang dihasilkan oleh tanaman kelapa sawit. q. Tegakan atau Pokok Tanaman Kelapa Sawit (untuk selanjutnya disebut Tegakan) adalah tegakan tanaman kelapa sawit yang terdiri atas individuindividu tanaman kelapa sawit. r. Populasi Tanaman Kelapa Sawit adalah kelompok tanaman kelapa sawit. s. Teknik Penyisaan Tanah (Land Residual Technique) Perkebunan Kelapa Sawit adalah teknik penilaian Tanah Perkebunan Kelapa Sawit dengan menggunakan Pendekatan Pendapatan. t. Umur Produktif/Umur Ekonomis Tanaman adalah masa tanaman mulai berproduksi sampai dengan akhir masa produktif tanaman secara ekonomis. 2. Umum Dalam melakukan penilaian Perkebunan Kelapa Sawit, Penilai Properti wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. Penilai Properti yang melakukan penilaian Perkebunan Kelapa Sawit wajib mengetahui serta memahami sifat dan karakteristik properti dan memiliki kompetensi dalam melakukan penilaian terhadap properti Perkebunan Kelapa Sawit. b. Tanah Perkebunan Kelapa Sawit merupakan tanah yang telah memperoleh atau masih dalam proses memperoleh status Hak Guna Usaha (HGU) sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dan pada Tanggal Penilaian (Cut Off Date) peruntukannya sebagai Perkebunan Kelapa Sawit. c. Obyek penilaian Perkebunan Kelapa Sawit meliputi Aset Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit dan Aset Non-Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit yang terdiri dari:
LAMPIRAN Surat Edaran Ketua Bapepam dan LK Nomor : SE- 9/BL/2012 Tanggal : 12 Juli 2012 -3-
1) Aset Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit: a) Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) b) Tanaman Menghasilkan (TM) c) Bibit Tanaman Kelapa Sawit. 2) Aset Non-Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit: a) Tanah dalam satuan lahan dengan luasan tertentu; b) Bangunan dan Infrastruktur Perkebunan Kelapa Sawit di areal perkebunan yang menunjang kegiatan operasional Perkebunan Kelapa Sawit; c) Mesin dan peralatan pendukung perkebunan, Kendaraan dan Alat Berat yang digunakan dalam kegiatan operasional Perkebunan Kelapa Sawit; dan d) Pabrik pengolahan kelapa sawit (jika ada). d. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) merupakan tanaman kelapa sawit yang masih dalam tahap pemeliharaan awal sebelum dapat dipanen secara komersial atau periode tanaman dimulai dari penanaman sampai dengan mulai menghasilkan. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) pada umumnya memiliki periode sampai dengan 3 (tiga) tahun sesuai dengan jenis Bibit Tanaman Kelapa Sawit dan kondisi lahan. e. Tanaman Menghasilkan (TM) merupakan tanaman kelapa sawit yang sudah melewati masa pemeliharaan awal dimana telah dapat dipanen sesuai dengan siklus hidupnya. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) tahun ketiga yang memiliki kriteria bahwa tanaman kelapa sawit mulai menghasilkan buah namun belum mempunyai nilai ekonomis (buah pasir) termasuk dalam Tanaman Menghasilkan (TM). f. Tahapan-tahapan yang wajib dilakukan dalam melakukan penilaian properti Perkebunan Kelapa Sawit adalah sebagai berikut: 1) Melakukan review atas rencana penugasan, meliputi: a) identifikasi obyek penilaian; b) identifikasi status obyek penilaian; c) Tanggal Penilaian (Cut Off Date); d) maksud dan tujuan penilaian; e) batasan nilai (definisi); dan f) Asumsi-asumsi dan kondisi pembatas. 2) Membuat rencana Inspeksi Perkebunan Kelapa Sawit yang antara lain meliputi: a) mengidentifikasi jumlah dan jenis data yang diperlukan;
LAMPIRAN Surat Edaran Ketua Bapepam dan LK Nomor : SE- 9 /BL/2012 Tanggal : 12 Juli 2012 -4-
b) mengidentifikasi sumber data; c) mengidentifikasi kebutuhan tenaga Penilai Profesional; d) membuat rencana kerja; dan e) mengidentifikasi peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang Perkebunan Kelapa Sawit. 3) Melakukan pengumpulan dan analisis data yang berkaitan dengan Perkebunan Kelapa Sawit, yaitu: a) Data umum, antara lain meliputi: (1) Lokasi yang meliputi wilayah, aksesibilitas, dan kondisi sosial; (2) Kondisi ekonomi yang meliputi analisis pasar, pertumbuhan dan arah perkembangan ekonomi; dan (3) Karakteristik lahan secara umum yang meliputi iklim, ketinggian dari permukaan laut, topografi, kedalaman efektif tanah, jenis, fisik dan kimia tanah, sumber air dan sistem pengairan/drainase, dan batuan dipermukaan dan di dalam tanah. b) Data khusus, antara lain meliputi: (1) Data tanah (lahan) antara lain: perizinan lahan, sertifikat tanah, kesesuaian lahan, dan penggunaan tanah (tata guna tanah) yang sesuai dengan Tanggal Penilaian (Cut Off Date); (2) Data agronomi Perkebunan Kelapa Sawit antara lain: jenis/varietas dan sertifikat asal Bibit Tanaman Kelapa Sawit, jumlah Tegakan tanaman, luas areal tanaman, peta tanaman, rekomendasi dan aplikasi dosis Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM), pemeliharaan tanaman (termasuk Pemupukan), produksi Tandan Buah Segar (TBS); (3) Data infrastruktur (jalan, jembatan dan saluran drainase), bangunan, alat berat, kendaraan, mesin dan peralatan pertanian, dan inventaris kantor; (4) Laporan keuangan perusahaan, gambaran umum perusahaan, jumlah tenaga kerja; dan (5) Peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang Perkebunan Kelapa Sawit. c) Data pasar setempat, antara lain meliputi: (1) Data Harga Pasar Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Setempat, minyak kelapa sawit dan kernel; (2) Data permintaan dan penawaran produk kelapa sawit; (3) Data harga tanah atau ganti rugi tanah Perkebunan Kelapa Sawit;
LAMPIRAN Surat Edaran Ketua Bapepam dan LK Nomor : SE- 9/BL/2012 Tanggal : 12 Juli 2012 -5-
dan (4) Data harga satuan bahan kebutuhan tanaman meliputi pupuk, pestisida dan bahan lainnya. 4) Menganalisis penggunaan tertinggi dan terbaik (highest and best use analysis) dalam Perkebunan Kelapa Sawit wajib memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan angka 14 kecuali huruf b butir 5) Peraturan Nomor VIII.C.4 serta tidak diperkenankan untuk mempertimbangkan adanya perubahan peruntukan obyek penilaian; 5) Menerapkan Pendekatan dan Metode Penilaian; dan 6) Memberikan kesimpulan nilai. 3. Karakteristik Perkebunan Kelapa Sawit Penilai Properti wajib memperhatikan dan mengungkapkan karakteristik Perkebunan Kelapa Sawit dalam Laporan Penilaian meliputi : a. Syarat Tumbuh 1) Geografis dan Elevasi Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman tropis yang tumbuh baik pada wilayah geografis antara 13° Lintang Utara dan 12° Lintang Selatan dengan elevasi antara 0 hingga 500 meter di atas permukaan laut. 2) Topografi Topografi yang sesuai untuk tanaman kelapa sawit adalah dalam rentang kemiringan antara 0° hingga 15°. Lahan dengan kemiringan diatas 15° perlu dilakukan perlakuan khusus diantaranya dengan pembuatan terasering. 3) Iklim a) Rata- rata curah hujan di lokasi Perkebunan Kelapa Sawit; Rata-rata curah hujan untuk tanaman kelapa sawit yaitu 2.000 – 2.500 mm per tahun dengan distribusi merata. b) Rata-rata temperatur harian di lokasi Perkebunan Kelapa Sawit; Rata-rata temperatur harian berkisar antara 29 oC – 30 oC. c) Penyinaran matahari per hari atau per tahun di lokasi Perkebunan Kelapa Sawit; Antara 5 – 7 jam per hari atau 1.500 jam per tahun. d) Kelembaban udara di lokasi Perkebunan Kelapa Sawit; dan Antara 70% - 80%. e) Rata-rata kecepatan angin di lokasi Perkebunan Kelapa Sawit Rata-rata sekitar 6 km/jam.
LAMPIRAN Surat Edaran Ketua Bapepam dan LK Nomor : SE- 9 /BL/2012 Tanggal : 12 Juli 2012 -6-
4) Kondisi Tanah Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dan dibudidayakan di lahan (tanah) mineral dan gambut. Sifat fisik tanah mineral yang sesuai adalah yang memiliki solum diatas 80 cm dengan tekstur tanah ringan, komposisi pasir 20 – 60%, debu 10 – 40% dan liat 20 – 50%, perkembangan struktur tanah baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permiabilitas sedang. Sifat kimia tanah mineral yang sesuai antara lain adalah tanah yang memiliki tingkat kemasaman (pH) 4 – 6,5. Sifat tanah gambut antara lain meliputi tingkat kematangan gambut dan ketebatan lapisan gambut. Tingkat kematangan gambut yang sesuai untuk tanaman kelapa sawit adalah tanah gambut matang (saprik) dan/atau gambut setengah matang (hemik), sedangkan tanah gambut mentah (fibrik), tidak boleh dimanfaatkan untuk budidaya kelapa sawit. Lahan gambut yang dapat digunakan untuk budidaya tanaman kelapa sawit adalah lahan yang mempunyai ketebalan gambut kurang dari 3 (tiga) meter. 5) Tata Kelola Air Dalam hal tanaman kelapa sawit dibudidayakan di lahan gambut, Penilai Properti wajib memperhatikan manajemen tata air yang baik. Tanaman kelapa sawit membutuhkan drainase yang baik dengan permukaan air tanah pada kedalaman kisaran 60 sampai dengan 80 cm dari permukaan tanah, untuk menjaga ketersediaan air dan menghindari lahan mudah terbakar. b. Jenis (Varietas) Bibit Tanaman Kelapa Sawit Jenis (varietas) Bibit Tanaman Kelapa Sawit sangat berpengaruh pada tingkat produksi dan kualitas buah kelapa sawit. Penilai wajib mengetahui dan mengungkapkan di dalam Laporan Penilaian tingkat produktifitas dari jenis Bibit Tanaman Kelapa Sawit yang ditanam. Beberapa jenis Bibit Tanaman Kelapa Sawit yang banyak ditanam di Perkebunan Kelapa Sawit antara lain: Marihat, Socfindo, Lonsum, dan PNG. c. Teknis Budidaya Dalam hal Teknis budidaya tanaman Perkebunan Kelapa Sawit, Penilai perlu memperhatikan: 1) pembukaan lahan; 2) pembuatan jalan dan saluran; 3) penyediaan Bibit Tanaman Kelapa Sawit dan penanaman; 4) penanaman Tanaman Penutup Tanah (Legume Cover Crop); 5) pemeliharaan dan Pemupukan; dan
LAMPIRAN Surat Edaran Ketua Bapepam dan LK Nomor : SE- 9/BL/2012 Tanggal : 12 Juli 2012 -7-
6) pencegahan dan pembasmian Hama dan Penyakit Tanaman Kelapa Sawit. d. Panen dan Pengangkutan Hasil Panen Dalam hal pemanenan buah sawit (Tandan Buah Segar), Penilai perlu memperhatikan: 1) ketersediaan tenaga pemanen; 2) ketersediaan peralatan panen; 3) ketersediaan infrastruktur; 4) penanganan hasil panen; dan 5) pengangkutan ke tempat pengumpulan hasil panen. e. Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit diolah di pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) untuk dijadikan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan biji sawit (kernel). 4. Inspeksi Perkebunan Kelapa Sawit Dalam hal Penilai Properti melakukan inspeksi terhadap Perkebunan Kelapa Sawit, maka selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan angka 7 huruf a sampai dengan huruf g Peraturan Nomor VIII.C.4 berlaku pula ketentuan tahapan inspeksi yang wajib dilakukan oleh Penilai Properti sebagai berikut: a. Mengumpulkan data dan informasi yang diperoleh dari pemberi tugas atas objek penilaian sebagai berikut: 1) dokumen perijinan dan kepemilikan lahan Perkebunan Kelapa Sawit paling kurang: a) Ijin lokasi; b) Sertifikat Tanah (Hak Guna Usaha dan/atau Hak Guna Bangunan); c) Ijin Usaha Perkebunan; dan d) Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan termasuk rencana kerja lima tahunan dan unit pengelolaan lahan. 2) dokumen Kesesuaian Lahan Perkebunan Kelapa Sawit. 3) dokumen laporan manajemen yang memuat informasi pada Tanggal Penilaian (Cut Off Date) paling kurang sebagai berikut: a) Struktur organisasi kebun dan tenaga kerja kebun; b) Penggunaan lahan (areal statement) antara lain: (1) Informasi tahun tanam kelapa sawit; (2) Informasi afdeling/divisi; dan
LAMPIRAN Surat Edaran Ketua Bapepam dan LK Nomor : SE- 9 /BL/2012 Tanggal : 12 Juli 2012 -8-
(3) Luas area tanaman dan non tanaman, peta Perkebunan Kelapa Sawit seperti peta tanaman dan non tanaman termasuk peta Perkebunan secara keseluruhan; c) Rekomendasi dosis Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM); d) Data aplikasi Pemupukan (dosis Pemupukan, jenis pupuk yang digunakan, rotasi Pemupukan dan luas tanaman yang telah dipupuk); e) Data Populasi Tanaman Kelapa Sawit yaitu jumlah tanaman kelapa sawit secara keseluruhan yang memperhatikan tahun tanam dan luas areal tanam; f) Data realisasi produksi tanaman kelapa sawit per tahun tanam; g) Data iklim yang digunakan adalah data iklim jangka pendek minimal 5 (lima) tahun terakhir; h) Data persediaan Bibit Kelapa Sawit berdasarkan jumlah, jenis, umur, dan kondisi Bibit Tanaman Kelapa Sawit; i) Data realisasi biaya penanaman, pemeliharaan, panen, pengangkutan, dan biaya umum selama 5 (lima) tahun terakhir untuk Perkebunan Kelapa Sawit yang telah beroperasi atau kurang dari lima tahun disesuaikan sejak beroperasinya Perkebunan Kelapa Sawit; j) Data Rencana Kerja dan Anggaran Pelaksanaan (RKAP) atau sejenis minimal satu tahun kedepan; dan k) Daftar inventarisasi dan spesifikasi Aset Non-Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit. 4) data historikal produksi selama 5 (lima) tahun terakhir per tahun tanam sejak tanaman mulai berproduksi kecuali tanaman yang berproduksi kurang dari 5 (lima) tahun; 5) data historikal harga jual Tandan Buah Segar (TBS), Crude Palm Oil (CPO) dan kernel sejak tanaman mulai berproduksi untuk 5 (lima) tahun terakhir kecuali tanaman yang berproduksi kurang dari 5 (lima) tahun; 6) data harga satuan bahan material sarana produksi dan distribusi serta upah yang berlaku pada Tanggal Penilaian (Cut Off Date); 7) data proyeksi produksi selama umur ekonomis; 8) data proyeksi harga Tandan Buah Segar dan data proyeksi arus kas keluar selama 5 (lima) tahun; 9) penanganan panen dan pasca panen untuk mendapatkan informasi mengenai kriteria matang panen, cara panen, rotasi dan sistem panen, kapasitas panen, dan pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS); dan 10) laporan keuangan perusahaan 5 (lima) tahun terakhir.
LAMPIRAN Surat Edaran Ketua Bapepam dan LK Nomor : SE- 9/BL/2012 Tanggal : 12 Juli 2012 -9-
b. Inspeksi Lapangan 1) Inspeksi Lapangan dilaksanakan oleh Tim Inspeksi yang terdiri dari Penilai dan/atau Tenaga Profesional. 2) Tim Inspeksi mengumpulkan informasi mengenai kondisi lingkungan objek penilaian, paling kurang: a) letak administratif seperti desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, propinsi; b) aksesibilitas objek penilaian; c) batas wilayah; d) sarana dan prasarana wilayah; dan e) perkebunan lain di sekitarnya. 3) Inspeksi atas Aset Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit dilakukan dalam rangka pengecekan ulang atas data yang diperoleh dari pihak manajemen pemberi tugas secara sampling atau satu demi satu (sensus). Tim Inspeksi wajib melakukan pengecekan ulang untuk memperoleh informasi antara lain mengenai: a) kondisi umum tanaman termasuk kualitas tanaman; dan b) luas areal tertanam. 4) Inspeksi terhadap Aset Non-Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit yang berada pada areal Perkebunan Kelapa Sawit antara lain: a) tanah Perkebunan Kelapa Sawit; b) Inspeksi bangunan seperti: (1) Bangunan kantor, mess, gudang, bengkel, rumah Ibadah, dan bangunan sosial. (2) Bangunan perumahan manajer kebun dan perumahan karyawan kebun. c) Inspeksi infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan drainase. d) Inspeksi Kendaraan dan Alat Berat yang digunakan dalam kegiatan operasional Perkebunan Kelapa Sawit seperti alat berat, kendaraan, pompa air, peralatan workshop, dan genset; e) Inspeksi mesin dan peralatan yang digunakan dalam unit pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan kernel seperti mesin pemroses utama, mesin-mesin pembantu, utilitas, Kendaraan dan Alat Berat yang mendukung pabrik pengolahan Kelapa Sawit.
LAMPIRAN Surat Edaran Ketua Bapepam dan LK Nomor : SE- 9 /BL/2012 Tanggal : 12 Juli 2012 -10-
5) Prosedur inspeksi Aset Non-Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit merujuk kepada Peraturan Nomor VIII.C.4 mengenai pelaksanaan inspeksi bangunan, sarana prasarana serta mesin dan peralatan. 6) Penilai Properti yang melakukan penilaian Perkebunan Kelapa Sawit wajib mengungkapkan secara jelas uraian cara dan teknik pengambilan dan penentuan sampel beserta alasannya dalam Laporan Penilaian Properti Perkebunan Kelapa Sawit meliputi: a) metode Inspeksi dengan cara sampling atau satu demi satu (sensus) terhadap tanaman kelapa sawit; b) kriteria umum seperti kondisi tanaman dan lahan Perkebunan Kelapa Sawit; c) pengambilan sampel pada cara sampling tanaman kelapa sawit, dilakukan sebagai berikut: (1)
Random sampling dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: (a)
tahun tanam dalam bentuk persentase atau jumlah tanaman;
(b)
kondisi topografi lahan;
(c)
jenis tanah (jika dalam perkebunan terdapat lebih dari satu jenis tanah seperti gambut dan mineral);
(d) jenis (varietas) tanaman; dan (e)
(2)
sampel yang diambil tersebut untuk meyakinkan Penilai bahwa sampel yang diambil dapat mewakili kondisi Perkebunan Kelapa Sawit secara keseluruhan.
Blok sampling dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: (a)
jumlah blok sampling paling kurang 2,5% per tahun tanam. Dalam melakukan inspeksi tanaman kelapa sawit dengan teknik blok sampling, Tim Inspeksi mengambil sampling paling kurang 2,5% per tahun tanam dari keseluruhan areal tanaman kelapa sawit yang dinilai; dan
(b)
varian Perkebunan Kelapa Sawit yang perlu diidentifikasikan.
7) Dalam hal Penilai Properti menyusun proyeksi produksi tanaman kelapa sawit wajib memperhatikan hal-hal berikut: a) memperoleh data proyeksi produksi tanaman selama Umur Produktif/Umur Ekonomis Tanaman yang disusun oleh pemberi tugas; b) melakukan analisis atas data proyeksi produksi tanaman dengan berdasarkan atas data historikal produksi selama 5 (lima) tahun terakhir atau sesuai dengan umur tanam apabila tanaman berproduksi kurang dari 5 (lima) tahun;
LAMPIRAN Surat Edaran Ketua Bapepam dan LK Nomor : SE- 9/BL/2012 Tanggal : 12 Juli 2012 -11-
c) standar produksi yang dikeluarkan oleh intansi yang berwenang atau produsen penyedia benih; d) asal Bibit Tanaman Kelapa Sawit, kondisi tanaman, data iklim, media tanam dan faktor eksternal lainnya; e) Penilai dapat melakukan penyesuaian (adjustment) proyeksi produksi yang diperoleh dari pihak manajemen pemberi tugas; f) dalam hal melakukan penyesuaian (adjustment) terhadap proyeksi produksi, Penilai Properti wajib memperhatikan indikator produksi antara lain: (1)
kelas Kesesuaian Lahan;
(2)
jenis (varietas) Bibit Tanaman Kelapa Sawit;
(3)
data realisasi produksi Tandan Buah Segar (TBS);
(4)
data populasi tanaman;
(5)
data tahun tanam; dan
(6)
data pemeliharaan tanaman seperti Pemupukan.
g) menyusun kembali proyeksi produksi tanaman yang telah disesuaikan selama umur ekonomis. 8) Mengamati kondisi fisik lahan secara visual dan penanganannya yang dilakukan pengelola perkebunan sesuai dengan kondisi fisik lahan seperti pembuatan terasering untuk lahan berbukit dan manajemen air/drainase untuk lahan gambut. 9) Pengamatan atas kondisi umum tanaman kelapa sawit termasuk kualitas tanaman kelapa sawit sebagaimana dimaksud dalam huruf b angka 3) huruf a) dilakukan untuk mendapatkan data paling kurang sebagai berikut: a) jenis (varietas) dikembangkan;
Bibit
Tanaman
Kelapa
Sawit/tanaman
yang
b) usia tanaman; c) luas area tertanam per usia tanaman; d) jarak tanam dan kerapatan tanaman; e) gambaran umum tanaman termasuk pemeliharaan tanaman, Pemupukan, pencegahan dan pemberantasan Hama dan Penyakit Tanaman Kelapa Sawit; f) pembibitan, meliputi sumber Bibit Tanaman Kelapa Sawit, metode pembibitan dan ketersediaan Bibit Tanaman Kelapa Sawit (jumlah, umur, jenis, dan kondisi); dan g) data dan informasi tentang produktivitas tanaman, sistem pemanenan, pengumpulan hasil dan perlakuan hasil panen, untuk tanaman yang telah berproduksi.
LAMPIRAN Surat Edaran Ketua Bapepam dan LK Nomor : SE- 9 /BL/2012 Tanggal : 12 Juli 2012 -12-
10) Dalam hal Penilai Properti tidak memperoleh ukuran luas areal tanam yang pasti, maka Penilai Properti dapat melakukan pengukuran sendiri secara profesional dan wajib diungkapkan dalam Laporan Penilaian Properti Perkebunan Kelapa Sawit. Pengukuran secara profesional merupakan pengukuran yang dilakukan sesuai dengan kewenangan penilai dengan prosedur yang benar dan independen serta dapat dipertanggungjawabkan. 5. Pendekatan Penilaian Properti Perkebunan Kelapa Sawit Pendekatan Penilaian yang digunakan dalam penilaian properti Perkebunan Kelapa Sawit adalah: a. Pendekatan Data Pasar (Market Data Approach) Dalam hal Penilai Properti melakukan penilaian Perkebunan Kelapa Sawit dengan menggunakan Pendekatan Data Pasar (Market Data Approach) berlaku ketentuan sebagai berikut: 1) Penerapan Pendekatan Data Pasar (Market Data Approach) dalam penilaian Tanah Perkebunan Kelapa Sawit digunakan apabila diperoleh properti pembanding yang sebanding dan sejenis dengan obyek penilaian. Dalam hal diperoleh data pembanding yang sebanding dan sejenis dengan obyek penilaian maka Penilai Properti wajib melakukan penyesuaian sebagaimana diuraikan dalam Peraturan Nomor VIII.C.4. 2) Dalam hal penilaian tanah Perkebunan Kelapa Sawit sebagaimana dimaksud dalam angka 1) tidak memiliki data pasar yang sebanding dan sejenis, Penilai Properti yang melakukan penilaian tanah Perkebunan Kelapa Sawit dapat menggunakan Teknik Penyisaan Tanah (Land Residual Technique). 3) Pendekatan Data Pasar (Market Data Approach) digunakan untuk melakukan penilaian atas kendaraan dan alat berat. Obyek penilaian berupa Kendaraan dan Alat Berat wajib mengikuti prosedur penilaian sebagaimana diuraikan dalam Peraturan Nomor VIII.C.4. b. Pendekatan Pendapatan (Income Approach) Dalam Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit Dalam hal Penilai Properti melakukan penilaian Perkebunan Kelapa Sawit dengan menggunakan Pendekatan Pendapatan (Income Approach) berlaku ketentuan sebagai berikut: 1) Pendekatan pendapatan (Income Approach) digunakan untuk penilaian Tanaman Menghasilkan (TM) meliputi tanaman dengan usia tanam paling kurang 3 (tiga) tahun (TBM-3) dan telah mulai berbuah (buah pasir). 2) Metode yang digunakan dalam Pendekatan Pendapatan (Income Approach)
LAMPIRAN Surat Edaran Ketua Bapepam dan LK Nomor : SE- 9/BL/2012 Tanggal : 12 Juli 2012 -13-
adalah metode Discounted Cash Flow dengan tahapan sebagai berikut: a) mendapatkan data arus kas historis Perkebunan Kelapa Sawit dari pihak pemberi tugas antara lain data realisasi biaya pemeliharaan tanaman, panen, pengangkutan, dan biaya umum selama 5 (lima) tahun terakhir untuk Perkebunan Kelapa Sawit yang telah beroperasi atau kurang dari lima tahun disesuaikan sejak beroperasinya Perkebunan Kelapa Sawit; b) mendapatkan proyeksi arus kas paling kurang 5 (lima) tahun dari pihak pemberi tugas; c) menyesuaikan proyeksi arus kas masuk (cash inflow); Dalam melakukan penyesuaian proyeksi arus kas masuk (cash inflow) Penilai Properti wajib memperhatikan hal-hal berikut: (1)
Perhitungan produksi Tandan Buah Segar, dengan ketentuan sebagai berikut: (a)
dalam hal produktivitas Perkebunan Kelapa Sawit bervariasi mengikuti umur tanaman, maka produksi Tandan Buah Segar wajib diperhitungkan berdasarkan masing-masing tahun tanam;
(b)
data produksi masing-masing tahun tanam wajib dibandingkan dengan standar produksi sesuai dengan jenis Bibit Tanaman Kelapa Sawit tanaman dan kelas kesesuaian lahan perkebunan;
(c)
Proyeksi produksi Tandan Buah Segar (TBS) dilakukan berdasarkan standar produksi yang telah disesuaikan dengan kondisi tanaman dan data historis tahun tanam yang bersangkutan; dan
(d) Proyeksi produksi Tandan Buah Segar (TBS) dilakukan selama sisa Umur Produktif/Umur Ekonomis Tanaman masingmasing tahun tanam dengan memperhatikan angka 4 huruf b angka 7). (2)
Menentukan harga Tandan Buah Segar (TBS) dari Perkebunan Kelapa Sawit yang merupakan obyek penilaian. Harga Tandan Buah Segar (TBS) dari Perkebunan Kelapa Sawit yang merupakan obyek penilaian dapat ditentukan sebagai berikut: (a)
Berdasarkan Harga Pasar Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Setempat; dan/atau
(b) Berdasarkan harga Tandan Buah Segar (TBS) turunan yang diperhitungkan dari Harga Crude Palm Oil dan kernel, rendemen Crude Palm Oil dan kernel, serta faktor K (konstanta) setempat;
LAMPIRAN Surat Edaran Ketua Bapepam dan LK Nomor : SE- 9 /BL/2012 Tanggal : 12 Juli 2012 -14-
(3)
Dalam hal harga Tandan Buah Segar (TBS) ditentukan berdasarkan Harga Pasar Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Setempat atau dimana Perkebunan Kelapa Sawit berada sebagaimana dimaksud dalam angka (2) huruf (a), maka Penilai Properti yang melakukan penilaian perkebunan wajib memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (a)
data harga Tandan Buah Segar (TBS) wajib diperoleh dari sumber-sumber data setempat dimana objek penilaian tersebut berada antara lain dari pabrik kelapa sawit setempat, dinas perkebunan, pedagang pengumpul, forum petani kelapa sawit, dan media yang dapat dipercaya. Harga Tandan Buah Segar (TBS) yang digunakan sebagai dasar penilaian merupakan harga pasar setempat rata-rata minimal satu tahun terakhir;
(b)
pengumpulan data Harga Pasar Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Setempat wajib mempertimbangkan hasil inspeksi lapangan yang dilakukan oleh Penilai Properti;
(c)
data harga Tandan Buah Segar (TBS) yang telah diolah dan dirata-ratakan serta dijadikan sebagai harga tahun dasar yang digunakan dalam penyusunan proyeksi; dan
(d) Penilai properti wajib melakukan Penyesuaian harga pasar Tandan Buah Segar (TBS) dengan ketentuan sebagai berikut:
(e)
(4)
i.
untuk harga setempat yang hanya memiliki satu kebun dan satu Pabrik Kelapa Sawit;
ii.
untuk harga setempat terhadap beberapa Pabrik Kelapa Sawit; dan
iii.
dalam hal tidak tersedia harga pasar Tandan Buah Segar (TBS) di daerah setempat yang merupakan data survey maka Penilai Properti wajib menggunakan harga pasar Tandan Buah Segar (TBS) turunan.
Penyesuaian harga pasar Tandan Buah Segar (TBS) sebagaimana dimaksud dalam huruf (d), wajib diuraikan dalam kertas kerja penilaian.
Dalam hal harga pasar Tandan Buah Segar (TBS) ditentukan berdasarkan harga pasar Tandan Buah Segar (TBS) turunan, sebagaimana dimaksud dalam huruf angka (2) huruf (b), maka Penilai Properti wajib memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (a)
harga pasar Tandan Buah Segar (TBS) turunan harga Crude Palm Oil dan kernel, rendemen Crude Palm Oil dan kernel serta faktor K (konstanta) setempat adalah rata–rata minimal
LAMPIRAN Surat Edaran Ketua Bapepam dan LK Nomor : SE- 9/BL/2012 Tanggal : 12 Juli 2012 -15-
setahun terakhir yang dihitung dengan menggunakan formula yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang; (b)
turunan harga pasar Tandan Buah Segar (TBS) yang diperoleh dari perhitungan sebagaimana dimaksud dalam huruf (a) wajib disesuaikan dengan mempertimbangkan selisih harga pasar Tandan Buah Segar (TBS) antara Perkebunan Inti dengan Perkebunan Plasma untuk menentukan harga pasar Tandan Buah Segar (TBS); dan
(c)
dalam hal satu wilayah di lokasi objek penilaian tidak tersedia faktor K, maka penilai dapat menggunakan faktor K yang berlaku di wilayah sekitarnya.
(d) Proyeksi harga Tandan Buah Segar (TBS) dilakukan selama 5 (lima) tahun dan tahun-tahun selanjutnya diperhitungkan tetap. (5)
Perhitungan Arus Kas Masuk Arus kas masuk merupakan hasil perkalian produksi masingmasing tahun tanam dengan harga Tandan Buah Segar (TBS) yang telah disesuaikan untuk masing-masing tahun tanam.
d) Menyesuaikan proyeksi Arus Kas Keluar (Cash Outflow) sebagai berikut: (1)
Dalam melakukan penyesuaian proyeksi arus kas keluar Penilai Properti wajib memperhatikan hal-hal berikut: (a)
Biaya Pemeliharaan Tanaman Biaya pemeliharaan tanaman wajib mempertimbangkan adanya perbedaan biaya pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) dengan Tanaman Belum Menghasilkan.
(b)
Biaya Panen Biaya panen merupakan biaya yang diperlukan untuk memanen dan mengumpulkan Tandan Buah Segar (TBS) sampai tempat pengumpulan hasil.
(c)
Biaya Pengangkutan Biaya Pengangkutan merupakan biaya-biaya yang diperlukan untuk mengangkut Tandan Buah Segar (TBS) dari kebun ke Pabrik Pengolahan. Biaya pengangkutan tidak diperhitungkan jika harga Tandan Buah Segar (TBS) yang digunakan adalah harga di kebun bukan harga di pabrik.
(d) Biaya Umum Dalam menentukan biaya umum Penilai Properti wajib memperhatikan antara lain: i.
Biaya operasional kebun yang bersifat umum, seperti
LAMPIRAN Surat Edaran Ketua Bapepam dan LK Nomor : SE- 9 /BL/2012 Tanggal : 12 Juli 2012 -16-
biaya gaji tidak langsung, biaya overhead, biaya manajemen, dan biaya perawatan non tanaman; dan ii. (2)
Biaya umum yang diperhitungkan hanya biaya yang secara langsung berkontribusi kepada operasional kebun.
Cadangan Penggantian Dalam menentukan cadangan penggantian Penilai Properti wajib memperhatikan antara lain: (a)
Cadangan penggantian merupakan biaya yang dicadangkan untuk mengganti aset-aset yang habis umurnya sebelum Umur Produktif/Umur Ekonomis Tanaman habis;
(b)
Cadangan penggantian perlu diperhitungkan antara lain untuk alat-berat, kendaraan, peralatan serta aset-aset lain yang habis sebelum umur tanaman habis;
(c)
Cadangan penggantian tidak perlu diperhitungkan lagi jika penyusutan atas aset-aset dimaksud sudah diperhitungkan dalam perhitungan biaya yang lain;
(d) Dalam hal Penilai Properti menentukan cadangan penggantian Aset Non-Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit maka dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: i.
Teknik Sinking Fund Teknik sinking fund merupakan teknik pengalokasian dana selama periode tertentu yang ditujukan untuk cadangan penggantian Aset Non-Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit tertentu yang umur ekonomisnya berakhir dan harus diganti pada saat tertentu. Dalam perhitungan teknik sinking fund terlebih dahulu ditentukan Aset Non-Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit yang akan diganti selama periode tertentu. Rumusan sinking fund diaplikasikan dengan menggunakan ratarata bunga simpanan Bank Pemerintah yang berlaku pada saat penilaian.
ii.
Teknik Penyusutan Aset Non-Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit (depresiasi) Penilai Properti wajib mengacu pada angka 13 huruf i Peraturan Nomor VIII.C.4
e) Menentukan Tingkat diskonto (Discount Rate) Tingkat diskonto (Discount Rate) untuk menetapkan suatu nilai properti Perkebunan Kelapa Sawit, dapat ditentukan dari:
LAMPIRAN Surat Edaran Ketua Bapepam dan LK Nomor : SE- 9/BL/2012 Tanggal : 12 Juli 2012 -17-
(1)
Data pasar, dengan cara membandingkan antara tingkat imbal balik (rate of return) tahunan obyek penilaian dengan investasi properti yang sebanding dan sejenis, sesuai dengan kondisi pasar;
(2)
Metode penjumlahan (summation method), dengan cara penyesuaian menambahkan atau mengurangi tingkat bunga bebas risiko (risk free rate) dengan tingkat risiko usaha dari investasi Perkebunan Kelapa Sawit yang sebanding dan sejenis; atau
(3)
Band Of Investment, dengan cara: (a)
Menghitung persentase struktur modal investasi Perkebunan Kelapa Sawit berdasarkan rata-rata struktur pembiayaan yang dilakukan oleh bank pemerintah yang berlaku pada Tanggal Penilaian (Cut Off Date).
(b)
Menghitung biaya memperhatikan:
ekuitas
(cost
of
equity)
dengan
i.
Tingkat imbal hasil atas penempatan dana pada suatu investasi yang bebas risiko.
ii.
Tingkat suku bunga bebas risiko (yield) yang dimaksud dalam hurf i digunakan berdasarkan Surat Utang Negara (SUN) yang masa jatuh temponya paling kurang 10 (sepuluh) tahun.
iii.
Koefisien beta (levered beta coefficient) wajib berasal dari data rata-rata industri Perkebunan Kelapa Sawit;
iv.
Dalam hal obyek penilaian adalah milik perusahaan terbuka maka koefisien beta Perkebunan Kelapa Sawit yang menjadi obyek penilaian wajib dihitung terlebih dahulu, kemudian dibandingkan dengan koefisien beta yang berasal dari data rata-rata industri Perkebunan Kelapa Sawit; dan
v.
Penilai wajib melakukan penyesuaian yang diperlukan untuk membandingkan data rata-rata industri Perkebunan Kelapa Sawit dengan obyek penilaian sebagaimana dimaksud dalam poin iv.
vi.
Mempertimbangkan imbal hasil dari investasi yang terdapat di pasar dari properti Perkebunan Kelapa Sawit yang sebanding dan sejenis;
vii. Mempertimbangkan risiko industri dan kondisi properti Perkebunan Kelapa Sawit sejenis; viii. Mempertimbangkan risiko spesifik obyek penilaian properti Perkebunan Kelapa Sawit; dan (c)
Menghitung
biaya
pinjaman
(cost
of
debt)
dengan
LAMPIRAN Surat Edaran Ketua Bapepam dan LK Nomor : SE- 9 /BL/2012 Tanggal : 12 Juli 2012 -18-
menggunakan data tingkat bunga pinjaman dari rata-rata bank pemerintah dalam melaksanakan fungsi pembiayaan dalam menentukan biaya utang (cost of debt) pada Tanggal Penilaian (Cut Off Date) khusus untuk perkebunan; dan (4)
Penilai Properti yang melakukan penilaian Perkebunan Kelapa Sawit Wajib mengungkapkan dalam Laporan Penilaian Properti mengenai alasan, asumsi dan proses perhitungan Tingkat Diskonto.
f) Dalam hal Penilai Properti menggunakan metode Discounted Cash Flow dalam penilaian Perkebunan Kelapa Sawit maka Penilai Properti dilarang menggunakan asumsi replanting atau penanaman kembali. 3) Penyesuaian atas proyeksi arus kas yang diperoleh dari pihak manajemen pemberi tugas wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut: a) proyeksi arus kas disusun selama umur ekonomis; b) referensi harga setelah 5 (lima) tahun diasumsikan tetap; dan c) biaya satuan operasional tanaman kelapa sawit setelah 5 (lima) tahun diasumsikan tetap. c. Pendekatan Biaya (Cost Approach) Dalam hal Penilai Properti yang melakukan penilaian Perkebunan Kelapa Sawit dengan menggunakan Pendekatan Biaya (Cost Approach) berlaku ketentuan sebagai berikut: 1) Pendekatan Biaya (Cost Approach) digunakan untuk menilai: a) Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dalam Perkebunan Kelapa Sawit. b) Bibit Tanaman Kelapa Sawit. c) Bangunan dan infrastruktur yang menunjang kegiatan operasional secara langsung Perkebunan Kelapa Sawit. d) Mesin dan peralatan yang menunjang kegiatan operasional secara langsung Perkebunan Kelapa Sawit. 2) Penyesuian merupakan proses pengurangan atas kondisi tanaman yang tumbuh sesuai dengan norma teknis budidaya tanaman kelapa sawit terhadap kondisi tanaman kelapa sawit yang menjadi obyek penilaian pada Tanggal Penilaian (Cut Off Date). 3) Penilai Properti wajib melakukan penyesuaian terhadap biaya pengganti/reproduksi baru dengan memperhatikan kondisi tanaman dan areal tanaman perkebunan; 4) Penyesuaian biaya sebagaimana dimaksud dalam angka 2) wajib diungkapkan dalam Laporan Penilaian Perkebunan;
LAMPIRAN Surat Edaran Ketua Bapepam dan LK Nomor : SE- 9/BL/2012 Tanggal : 12 Juli 2012 -19-
5) Dalam memperhitungkan penyesuaian terhadap kondisi tanaman, Penilai Properti yang melakukan penilaian perkebunan harus memperhatikan halhal sebagai berikut: a) Penyesuaian terhadap kondisi tanaman kelompok Tanaman Belum Menghasilkan.
dilakukan
hanya
pada
b) Penyesuaian terhadap kondisi tanaman kelapa sawit dalam pendekatan biaya wajib memperhatikan faktor-faktor antara lain: (1) Tanaman (a) Homogenitas tanaman; (b) Kerapatan tanaman; dan (c) Tingkat kesehatan tanaman (serangan Hama dan Penyakit Tanaman Kelapa Sawit serta defisiensi) (2) Teknis Budidaya (a) Sumber dan varietas kecambah/benih; (b) Pemeliharaan sesuai standar budidaya tanaman; dan (c) Perlakuan terhadap lahan (pengawetan tanah dan air) 6. Menentukan Nilai Tanaman Kelapa Sawit Dalam menentukan nilai Aset Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit, Penilai Properti menggunakan Pendekatan Pendapatan (Income Approach) dengan teknik ekstraksi atau teknik penyisaan tanaman (plant residual technique). a. Pendekatan Pendapatan (Income Approach) dengan teknik ekstraksi, berlaku ketentuan sebagai berikut: 1) Nilai tanaman kelapa sawit diperoleh melalui teknik ekstraksi dalam hal Penilai Properti menggunakan Pendekatan Data Pasar (Market Data Approach) atau Pendekatan Pendapatan (Income Approach), sebagaimana dimaksud dalam angka 5 huruf a dan huruf b; 2) Teknik ekstraksi dilakukan dengan cara mengurangi nilai Perkebunan Kelapa Sawit secara keseluruhan dengan nilai Aset Non-Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit seperti tanah, bangunan, infrastruktur, kendaraan dan alat berat, mesin-mesin dan peralatan lainnya; dan 3) Untuk memperoleh nilai Aset Non-Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit dalam teknik ekstraksi sebagaimana dimaksud dalam angka 2), wajib menggunakan Pendekatan Biaya (Cost Approach) dan/atau Pendekatan Data Pasar (Market Data Approach). b. Pendekatan Pendapatan (Income Approach) dengan teknik penyisaan tanaman (plant residual technique) berlaku ketentuan sebagai berikut: 1) Pendekatan Pendapatan (Income Approach) hanya dapat digunakan untuk penilaian tanaman yang telah menghasilkan;
LAMPIRAN Surat Edaran Ketua Bapepam dan LK Nomor : SE- 9 /BL/2012 Tanggal : 12 Juli 2012 -20-
2) Metode yang digunakan dalam Pendekatan Pendapatan (Income Approach) adalah metode Discounted Cash Flow. a) Tahapan yang dilakukan Penilai Properti dengan menggunakan metode Discounted Cash Flow adalah sebagai berikut: (1)
Mendapatkan data arus kas historis paling kurang 5 (lima) tahun terakhir dari pihak pemberi tugas;
(2)
Mendapatkan proyeksi arus kas paling kurang 5 (lima) tahun dari pihak pemberi tugas;
(3)
Menyesuaikan proyeksi Arus Kas Masuk (Cash Inflow); Dalam melakukan penyesuaian proyeksi arus kas masuk Penilai Properti wajib memperhatikan hal-hal berikut: (a)
(b)
Perhitungan produksi Tandan Buah Segar (TBS), dengan ketentuan sebagai berikut: i.
Dalam hal produktivitas kebun kelapa sawit berubahubah mengikuti umur tanaman, maka perhitungan produksi Tandan Buah Segar (TBS) wajib diperhitungkan berdasarkan masing-masing tahun tanam;
ii.
Data produksi masing-masing tahun tanam wajib dibandingkan dengan standar produksi sesuai dengan jenis Bibit Tanaman Kelapa Sawit dan kelas kesesuaian lahan kebun;
iii.
Proyeksi produksi Tandan Buah Segar (TBS) dilakukan berdasarkan standar produksi yang telah disesuaikan dengan kondisi tanaman dan data historis tahun tanam yang bersangkutan; dan
iv.
Proyeksi produksi Tandan Buah Segar (TBS) dilakukan selama sisa Umur Produktif/Umur Ekonomis Tanaman masing-masing tahun tanam.
Perhitungan Harga Tandan Buah Segar Perhitungan harga Tandan Buah Segar dilakukan sesuai dengan ketentuan angka 5 huruf b angka 2) huruf c) angka (1) dan angka (2); dan
(c)
Perhitungan Arus Kas Masuk Arus kas masuk merupakan hasil perkalian produksi masingmasing tahun tanam dengan harga Tandan Buah Segar (TBS) yang telah disesuaikan untuk masing-masing tahun tanam.
(4)
Menyesuaikan proyeksi Arus Kas Keluar (Cash Outflow); Dalam melakukan penyesuaian proyeksi arus kas keluar Penilai
LAMPIRAN Surat Edaran Ketua Bapepam dan LK Nomor : SE- 9/BL/2012 Tanggal : 12 Juli 2012 -21-
Properti wajib memperhatikan hal-hal berikut: (a)
Biaya Pemeliharaan Tanaman Biaya pemeliharaan tanaman wajib mempertimbangkan adanya perbedaan biaya pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) dengan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM).
(b)
Biaya Panen Biaya panen merupakan biaya yang diperlukan untuk memanen dan mengumpulkan Tandan Buah Segar (TBS) sampai tempat pengumpulan hasil.
(c)
Biaya Pengangkutan Biaya Pengangkutan merupakan biaya pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) dari kebun ke Pabrik Pengolahan. Biaya Pengangkutan tidak diperhitungkan jika harga Tandan Buah Segar (TBS) yang digunakan adalah harga di kebun bukan harga di pabrik.
(d) Biaya Umum Dalam menentukan biaya umum, Penilai Properti wajib memperhatikan antara lain:
(e)
(f)
i.
Biaya operasional kebun yang bersifat umum, seperti biaya gaji tidak langsung, biaya overhead, biaya manajemen, dan biaya perawatan non tanaman;
ii.
Biaya umum yang diperhitungkan hanya biaya yang secara langsung berkontribusi kepada operasional kebun; dan
iii.
Biaya transportasi yang tidak pengangkutan Tandan Buah Segar.
termasuk
biaya
Biaya Aset Non-Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit diperhitungkan sebagai biaya pemulihan modal di dalam arus kas antara lain terdiri dari: i.
Biaya pemulihan modal tanah dan bangunan;
ii.
Biaya pemulihan modal mesin dan peralatan berat (machinary and heavy equipment); dan
iii.
Biaya furniture dan fixture.
Untuk memperhitungkan biaya Aset Non-Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit diperoleh melalui perkalian antara nilai Aset Non-Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit dengan menggunakan faktor pemulihan modal (capital recovery factor). Dalam perhitungan Aset Non-Tanaman Perkebunan Kelapa
LAMPIRAN Surat Edaran Ketua Bapepam dan LK Nomor : SE- 9 /BL/2012 Tanggal : 12 Juli 2012 -22-
Sawit, hanya untuk Aset Non-Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit yang secara langsung terkait dengan kegiatan operasional perkebunan di luar kegiatan unit pengolahan. 3) Tingkat Diskonto dalam melakukan penilaian atas tanaman kelapa sawit dapat dihitung berdasarkan tingkat diskonto atas tanaman (plant yield rate) dengan menggunakan metode penjumlahan (summation method). 7. Menentukan Nilai Aset Non-Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit a. Tanah Perkebunan Kelapa Sawit Dalam hal penilaian tanah Perkebunan Kelapa Sawit, Penilai Properti menggunakan pendekatan dan metode sebagai berikut: 1) Pendekatan Data Pasar (Market Data Approach) a) Pendekatan Data Pasar (Market Data Approach) dapat digunakan untuk penilaian tanah yang memiliki data pembanding yang sebanding dan sejenis; b) Dalam hal penilaian tanah menggunakan Pendekatan Data Pasar (Market Data Approach) sebagaimana dimaksud dalam huruf a), maka Penilai wajib mengacu pada Peraturan Nomor VIII.C.4. 2) Pendekatan Pendapatan (Income Approach) Dalam hal tidak terdapat data pembanding yang sebanding dan sejenis maka penilaian tanah Perkebunan Kelapa Sawit menggunakan Pendekatan Pendapatan (Income Approach) dengan Teknik Penyisaan Tanah (Land Residual Technique) Perkebunan Kelapa Sawit. Dalam penggunaan Teknik Penyisaan Tanah (Land Residual Technique), maka berlaku ketentuan sebagai berikut: a) tanah diasumsikan dikembangkan sesuai dengan prinsip penggunaan tertinggi dan terbaik (highest and best use) sebagai Perkebunan Kelapa Sawit secara optimal. b) menyusun proyeksi arus kas tahunan dari asumsi pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit dilakukan dengan cara sebagai berikut: (1)
menentukan pendapatan kotor potensial dengan cara mengalikan proyeksi produksi tahunan selama Umur Produktif/Umur Ekonomis Tanaman dengan proyeksi harga Tandan Buah Segar (TBS) per tahun.
(2)
menentukan pendapatan bersih potensial dengan cara mengurangkan proyeksi pendapatan kotor potensial dengan proyeksi biaya-biaya pengembangan dan operasional.
LAMPIRAN Surat Edaran Ketua Bapepam dan LK Nomor : SE- 9/BL/2012 Tanggal : 12 Juli 2012 -23-
c) menghitung tingkat diskonto dengan cara band of investment sebagaimana dimaksud dalam angka 5 huruf b angka 2) huruf e) angka (3). d) mengkapitalisasi pendapatan bersih potensial sebagaimana dimaksud dalam huruf b) angka (2) dengan tingkat diskonto sebagaimana dimaksud dalam huruf c) untuk menghasilkan indikasi nilai tanah; b. Bangunan dan Infrastruktur, mesin dan peralatan pendukung Perkebunan Kelapa Sawit serta mesin pengolahan kelapa sawit Dalam hal penilaian Bangunan dan Infrastruktur, mesin dan peralatan pendukung Perkebunan Kelapa Sawit serta mesin pengolahan kelapa sawit yang menjadi obyek penilaian, dengan menggunakan Pendekatan Biaya (Cost Approach), maka dilakukan prosedur sebagai berikut: 1) mengestimasi Biaya Reproduksi Baru (Reproduction Cost New) atau Biaya Pengganti Baru (Replacement Cost New); 2) menghitung jumlah penyusutan dari obyek penilaian; dan 3) mengurangkan estimasi biaya yang telah dihitung sebagaimana dimaksud dalam angka 1) dengan jumlah penyusutan yang telah dihitung sebagaimana dimaksud dalam angka 2) untuk menghasilkan indikasi nilai obyek penilaian. c. Kendaraan dan Alat Berat Penilaian Kendaraan dan Alat Berat menggunakan Pendekatan Data Pasar, maka dilakukan prosedur sebagai berikut: 1) Pendekatan Data Pasar (Market Data Approach) digunakan untuk penilaian Kendaraan dan Alat Berat yang memiliki data pembanding yang sebanding dan sejenis; 2) Dalam hal penilaian Kendaraan dan Alat Berat menggunakan Pendekatan Data Pasar (Market Data Approach) sebagaimana dimaksud dalam huruf a), maka Penilai wajib mengacu pada Peraturan Nomor VIII.C.4. 8. Kesimpulan Nilai Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit a. Dalam membuat kesimpulan Nilai Perkebunan Kelapa Sawit, Penilai Properti wajib mempertimbangkan: 1) Pendekatan Penilaian, Metode Penilaian dan prosedur penilaian yang sesuai dengan maksud dan tujuan penilaian properti Perkebunan Kelapa Sawit. 2) Data dan informasi yang relevan dengan Perkebunan Kelapa Sawit dan dapat dipertanggungjawabkan. b. Kesimpulan Nilai penilaian Perkebunan Kelapa Sawit wajib diperoleh dengan cara:
LAMPIRAN Surat Edaran Ketua Bapepam dan LK Nomor : SE- 9 /BL/2012 Tanggal : 12 Juli 2012 -24-
1) mengukur kehandalan hasil penilaian yang didapatkan dari penggunaan Pendekatan dan Metode Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit; dan 2) merekonsiliasi data dan hasil penilaian berdasarkan penggunaan Pendekatan dan Metode Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit. c. Dalam penilaian Tanah dan Kendaraan dan Alat Berat yang merupakan Aset Non-Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit dengan menggunakan Pendekatan Data Pasar (Market Data Approach), maka Penilai wajib melakukan rekonsiliasi atas hasil indikasi nilai dengan cara Metode Rata-Rata Tertimbang (Gross Weighted Method), dengan memenuhi ketentuan sebagai berikut: 1) Langkah-langkah minimum Metode Rata-Rata Tertimbang (Gross Weighted Method) dilakukan dengan cara: a) menetapkan faktor tertimbang (weighting factor) berdasarkan besarnya indikasi Nilai yang didapatkan dari pendekatan yang digunakan, dengan cara: (1)
menjumlahkan indikasi Nilai yang didapatkan dari masing-masing pendekatan; dan
(2)
membagi indikasi Nilai masing-masing pendekatan dengan jumlah keseluruhan indikasi Nilai yang didapatkan sebagaimana dimaksud dalam angka (1).
b) mengalikan faktor tertimbang dengan indikasi Nilai yang didapatkan dari masing-masing pendekatan sebagaimana dimaksud dalam huruf a). 2) Nilai dari Metode Rata-Rata Tertimbang (Gross Weighted Method) didapatkan dengan cara menjumlahkan indikasi Nilai sebagaimana dihasilkan dari angka 1). d. Penilai Properti wajib mengungkapkan secara jelas dalam Laporan Penilaian Properti Perkebunan Kelapa Sawit mengenai prosedur penyesuaian dan rekonsiliasi data yang dilakukan untuk memperoleh Kesimpulan Nilai, paling kurang: 1) alasan-alasan penerapan Pendekatan Penilaian dan Metode Penilaian yang digunakan; 2) pertimbangan dalam penyusunan proyeksi yang bersumber dari hasil analisis atas laporan keuangan yang telah diaudit; 3) pertimbangan dalam melakukan penyesuaian proyeksi yang diperoleh dari pihak pemberi tugas, dalam hal Penilai Properti menggunakan data dan informasi dari pemberi tugas; 4) Pertimbangan ketepatan dan kualitas data dan analisis dalam penggunaan pendekatan dan metode penilaian Perkebunan Kelapa Sawit; 5) Tingkat keyakinan Penilai Properti atas akurasi data yang diperoleh; dan
LAMPIRAN Surat Edaran Ketua Bapepam dan LK Nomor : SE- 9/BL/2012 Tanggal : 12 Juli 2012 -25-
6) Tingkat keyakinan Penilai Properti atas kesimpulan nilai yang dihasilkan berdasarkan akurasi data, analisis, dan ketepatan penggunaan Pendekatan dan Metode Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit. e. Kesimpulan Nilai wajib dinyatakan dalam satu nilai tertentu (single amount) dalam mata uang yang sesuai dengan mata uang yang digunakan di dalam laporan keuangan obyek penilaian. 9. Penyajian Dan Kelapa Sawit
Pengungkapan
Laporan
Penilaian
Perkebunan
a. Informasi Umum Penilai Properti yang melakukan penilaian perkebunan wajib menyajikan Laporan Penilaian sesuai dengan Peraturan Nomor. VIII.C.4 yaitu sebagai berikut: 1) Surat Pengantar; 2) Daftar Isi; 3) Pendahuluan, yang wajib menjelaskan dan mengungkapkan paling kurang hal-hal sebagai berikut: a) Nomor Laporan Penilaian atau nomor referensi; b) Tanggal Laporan Penilaian; c) Identitas pemberi tugas antara lain nama, bidang usaha, alamat, nomor telepon, faksimili, alamat email; d) Nomor dan tanggal kontrak surat perjanjian kerja atau proposal yang telah disetujui untuk penugasan dimaksud; e) Uraian mengenai obyek penilaian; f) Tanggal Inspeksi properti yang diuraikan untuk setiap obyek penilaian; g) Tanggal Penilaian (Cut Off Date); h) Maksud dan tujuan penilaian; i) Ruang lingkup penilaian; j) Dasar nilai yang digunakan; k) Definisi dan istilah yang digunakan dalam penilaian; l) Uraian informasi yang digunakan dalam analisis; m) Pendekatan dan metode penilaian yang ditetapkan serta alasan penggunaannya; n) Uraian proses penilaian; o) Pernyataan independensi dari Penilai Properti dan tim penugasan penilaian profesional yang terlibat dalam penugasan dan Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP);
LAMPIRAN Surat Edaran Ketua Bapepam dan LK Nomor : SE- 9 /BL/2012 Tanggal : 12 Juli 2012 -26-
p) Asumsi-asumsi dan kondisi pembatas serta skenario hipotesis yang secara langsung mempengaruhi penilaian; q) Penjelasan mengenai kejadian penting setelah Tanggal Penilaian (Cut Off Date) properti perkebunan (subsequent event); r) Uraian mengenai ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penilaian properti perkebunan; dan s) Tambahan informasi lain yang diperlukan diluar hal-hal yang telah diuraikan. 4) Tinjauan Pasar Penilai Properti yang melakukan penilaian perkebunan wajib menguraikan tinjauan pasar yang memuat paling kurang: a) Obyek penilaian, termasuk kondisi-kondisi yang mempengaruhi proses dan hasil penilaian; dan b) Produk yang dihasilkan oleh obyek penilaian. 5) Pengungkapan atas aset adalah sebagai berikut: a) Aset Operasional Uraian teknis, pendekatan yang digunakan untuk mendapatkan Nilai dan Nilai setiap Aset Operasional tersebut termasuk status kepemilikan; dan b) Aset Non-Operasional Uraian teknis, pendekatan yang digunakan untuk mendapatkan Nilai dan Nilai setiap Aset Non-Operasional tersebut termasuk status kepemilikan. 6) Data dan Informasi Penilai Properti yang melakukan penilaian perkebunan wajib mengidentifikasi dan mengungkapkan data dan informasi baik yang diketahui maupun patut diketahui, yang diperoleh dari dalam atau dari luar pihak pemberi tugas, atas obyek penilaian yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemberi tugas, paling kurang meliputi: a) Karakteristik Perkebunan Kelapa Sawit, hal-hal yang wajib diungkapkan antara lain meliputi: (1)
Syarat Tumbuh antara lain: (a)
Geografis dan Elevasi;
(b)
Topografi;
(c)
Iklim;
(d) Kondisi Tanah; dan
LAMPIRAN Surat Edaran Ketua Bapepam dan LK Nomor : SE- 9/BL/2012 Tanggal : 12 Juli 2012 -27-
(e)
Tata Kelola Air.
(2)
Varietas
(3)
Teknis Budidaya antara lain: (a)
Pembukaan lahan;
(b)
Pembuatan jalan dan saluran;
(c)
Penyediaan Bibit Tanaman Kelapa Sawit dan penanaman;
(d) Penanaman Tanaman Penutup Tanah (Legume Cover Crop); (e)
Pemeliharaan dan Pemupukan; dan
(f)
Pencegahan dan pembasmian Hama dan Penyakit Tanaman Kelapa Sawit.
(4)
Panen dan Pengangkutan Hasil Panen
(5)
Unit Pengolahan
b) Dalam hal obyek penilaian meliputi Aset Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit, maka hal-hal yang wajib diungkapkan meliputi antara lain: (1)
Pembibitan;
(2)
Tanaman kelapa sawit yang belum menghasilkan; dan
(3)
Tanaman kelapa sawit yang menghasilkan.
c) Penjelasan mengenai teknik pengambilan metode sampling dan alasan penggunaan metode tersebut beserta uraiannya yang meliputi: (1)
Metode inspeksi dengan cara sampling atau satu demi satu (sensus);
(2)
Kriteria secara umum seperti kondisi tanaman dan lahan Perkebunan Kelapa Sawit; dan
(3)
Tata cara pengambilan sampel pada cara sampling kelapa sawit.
d) Dalam hal obyek penilaian meliputi tanah, maka hal-hal yang wajib diungkapkan antara lain uraian teknis tanah yang meliputi: (1)
Lokasi dan Identifikasi; Berisi uraian tentang lokasi tanah dengan menyebutkan: (a)
Alamat lengkap;
(b)
Akses menuju lokasi tanah;
(c)
Jarak lokasi tanah dengan properti atau tempat tertentu yang mudah diidentifikasi; dan
(d) Spesifikasi jalan di sekitar lokasi tanah. (2)
Data Lingkungan; Uraian tentang keadaan lingkungan dari lokasi tanah berada dan sekitarnya, paling kurang:
LAMPIRAN Surat Edaran Ketua Bapepam dan LK Nomor : SE- 9 /BL/2012 Tanggal : 12 Juli 2012 -28-
(a)
Pemanfaatan atau penggunaan tanah disekitarnya;
(b)
Peruntukkan penggunaan tanah (zoning);
(c)
Properti atau tempat disekitarnya yang mudah diidentifikasi dan dapat dijadikan acuan lokasi; dan
(d) Fasilitas umum yang tersedia. (3)
Data Tanah; Uraian tentang keadaan status atau legalitas sertifikat tanah serta spesifikasi teknis tanah obyek penilaian, paling kurang:
(4)
(a)
Jenis dan nomor sertifikat, tanggal dan tempat diterbitkan serta masa berlaku, nomor dan tanggal gambar situasi atau surat ukur, luas tanah, dan nama pemegang hak; dan
(b)
Bentuk, ukuran, keadaan permukaan, serta keterangan lainnya yang terkait dan relevan.
Pemanfaatan Tanah; dan Uraian tentang pemanfaatan atau penggunaan tanah pada saat penilaian.
(5)
Penggunaan Tertinggi dan Terbaik (Highest And Best Use); (a)
Uraian tentang penggunaan tertinggi dan terbaik (highest and best use) dari obyek penilaian, dalam hal memenuhi prinsip penggunaan tertinggi dan terbaik (highest and best use).
(b)
Uraian tentang obyek penilaian yang tidak memenuhi prinsip penggunaan tertinggi dan terbaik (highest and best use).
e) Dalam hal obyek penilaian meliputi bangunan, maka hal-hal yang wajib diungkapkan, paling kurang: (1)
Uraian teknis, pendekatan yang digunakan untuk mendapatkan Nilai dan Nilai setiap bangunan tersebut; dan
(2)
Spesifikasi teknis bangunan meliputi nama bangunan, jenis konstruksi, jumlah lantai, jenis fondasi, material yang digunakan, tata ruang, kelengkapan bangunan, luas lantai dan kondisi fisik.
f) Dalam hal obyek penilaian meliputi mesin dan peralatan, maka hal-hal yang wajib diungkapkan, adalah sebagai berikut: (1)
Uraian teknis, pendekatan yang digunakan untuk mendapatkan Nilai dan Nilai setiap Mesin dan Peralatan; dan
(2)
Spesifikasi teknis mesin dan peralatan meliputi jenis mesin, nama mesin, pembuat, model atau tipe mesin, tahun pembuatan, negara asal, sistem kerja, kapasitas keluar, tenaga penggerak, sumber daya
LAMPIRAN Surat Edaran Ketua Bapepam dan LK Nomor : SE- 9/BL/2012 Tanggal : 12 Juli 2012 -29-
dan kebutuhan tenaganya, peralatan pendukung, kelengkapan mesin, dan kondisi fisik. g) Dalam hal obyek penilaian meliputi prasarana maka hal-hal yang wajib diungkapkan, adalah sebagai berikut: (1)
Uraian teknis, pendekatan yang digunakan untuk mendapatkan Nilai dan Nilai setiap prasarana.
(2)
Spesifikasi teknis prasarana meliputi nama prasarana, jenis konstruksi, jenis fondasi, material yang digunakan, kelengkapan prasarana dan kondisi fisik.
7) Pertimbangan Pendekatan Penilaian dan Metode Penilaian Penilai Properti wajib menyatakan bahwa telah mempertimbangkan penggunaan Pendekatan Penilaian dan Metode Penilaian sebagaimana dimaksud dalam Surat Edaran ini. 8) Penggunaan Pendekatan Penilaian dan Metode Penilaian Penilai Properti wajib menjelaskan dan mengungkapkan penggunaan Pendekatan Penilaian dan Metode Penilaian serta uraian dalam penerapannya, yang meliputi: a) Pendekatan Data Pasar (Market Data Approach) (1)
Uraian tentang data dan/atau properti pembanding yang digunakan sebagai pembanding dalam proses penilaian; dan
(2)
Nomor dan tanggal referensi properti pembanding yang bersumber dari dan/atau divalidasi oleh Asosiasi Profesi Penilai.
b) Pendekatan Pendapatan (Income Approach) (1)
Uraian mengenai proyeksi arus kas yang digunakan dalam perhitungan termasuk penjelasan atas penyesuaian-penyesuaian yang telah dilakukan Penilai Properti terhadap proyeksi dari pemberi tugas; dan
(2)
Uraian mengenai metode dan perhitungan untuk menentukan tingkat diskonto (discount rate) beserta alasan dan asumsi yang digunakan.
c) Pendekatan Biaya (Cost Approach) (1)
Uraian mengenai standar biaya yang digunakan;
(2)
Uraian mengenai perhitungan untuk menentukan Biaya Reproduksi Baru (Reproduction Cost New) atau Biaya Penggantian Baru (Replacement Cost New);
(3)
Uraian mengenai perhitungan penyusutan termasuk faktor-faktor yang dipergunakan dalam menghitung penyusutan; dan
LAMPIRAN Surat Edaran Ketua Bapepam dan LK Nomor : SE- 9 /BL/2012 Tanggal : 12 Juli 2012 -30-
(4)
Uraian mengenai penyesuaian biaya dengan memperhatikan kondisi tanaman dan areal tanaman Perkebunan Kelapa Sawit.
9) Perhitungan Indikasi Nilai Penilai Properti wajib mengungkapkan proses perhitungan untuk menghasilkan indikasi Nilai dalam penilaian Perkebunan Kelapa Sawit terdiri dari: a) Aset Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit yang meliputi indikasi nilai Bibit Tanaman Kelapa Sawit, Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM). b) Aset Non-Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit yang meliputi indikasi nilai tanah, bangunan dan infrastruktur, mesin dan peralatan pendukung perkebunan, kendaraan dan alat berat, sarana dan prasarana serta fasilitas penunjang lainnya termasuk pabrik pengolahan kelapa sawit (jika ada). 10) Kesimpulan Nilai Penilai Properti wajib mengungkapkan kesimpulan Nilai akhir yang berupa nilai tunggal (single amount). 11) Pernyataan Penilai Properti Penilai Properti wajib menyatakan bahwa: a) penugasan penilaian profesional telah dilakukan terhadap obyek penilaian pada Tanggal Penilaian (Cut Off Date); b) analisis telah dilakukan untuk tujuan penilaian yang diungkapkan dalam Laporan Penilaian Properti; c) penugasan penilaian profesional telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan; d) telah dilakukan Inspeksi terhadap obyek penilaian; e) perkiraan Nilai yang dihasilkan dalam penugasan penilaian profesional telah disajikan sebagai kesimpulan Nilai; f) lingkup pekerjaan dan data yang dianalisa telah diungkapkan; g) kesimpulan Nilai telah sesuai dengan asumsi-asumsi dan kondisi pembatas, akurasi data, analisis, dan ketepatan penggunaan Pendekatan dan Metode Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit; h) seluruh data dan informasi yang diungkapkan dalam laporan dapat dipertanggungjawabkan; dan i) besaran imbalan jasa penilai tidak tergantung pada hasil penilaian. 12) Kualifikasi Penilai Properti
LAMPIRAN Surat Edaran Ketua Bapepam dan LK Nomor : SE- 9/BL/2012 Tanggal : 12 Juli 2012 -31-
Penilai Properti yang melakukan penilaian perkebunan wajib mengungkapkan informasi mengenai kualifikasi dan keahlian Penilai Properti. 13) Tanda Tangan Penilai Properti Penilai Properti yang melakukan penilaian perkebunan wajib menandatangani Laporan Penilaian Properti dengan mencantumkan nama, tempat, Nomor STTD, serta tanggal pelaporan. 14) Lampiran Laporan Penilaian Perkebunan wajib memuat lampiran yang diperlukan dalam melakukan analisis dan mendukung hasil penilaian. b. Pengungkapan Tambahan Penilai wajib menambahkan pengungkapan dalam kertas kerja dan dalam Laporan Penilaian dalam hal terdapat tanggapan dari Bapepam dan LK. 10. Dalam hal tidak diatur di dalam Surat Edaran ini, maka Penilai Properti wajib mengikuti ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Nomor VIII.C.4. 11. Dengan tidak mengurangi berlakunya ketentuan pidana di bidang Pasar Modal, Bapepam dan LK berwenang mengenakan sanksi terhadap setiap pelanggaran ketentuan Surat Edaran ini, termasuk kepada Pihak yang menyebabkan terjadi pelanggaran tersebut. Ditetapkan di pada tanggal
: Jakarta : 12 Juli 2012
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ttd. Nurhaida NIP 19590627 198902 2 001
ILUSTRASI LAPORAN PENILAIAN PROPERTI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Ilustrasi Ini Hanya Merupakan Contoh dan Tidak Bersifat Mengikat)
SURAT PENGANTAR Jakarta, …………., 20… No. Laporan : ………………. Perihal : Penilaian Properti Perkebunan Kelapa Sawit Kepada Yth : Direksi PT. ABC Alamat
:
….
Dengan hormat,
Memenuhi permintaan Saudara/i seperti yang tertuang didalam Surat Perjanjian Kerja No. …/….., tanggal …..……………. 20… jo Surat Perjanjian Kerja No. …/….., tanggal …..……………. 20…,
kami sebagai Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) independen yang
beroperasi berdasarkan ijin dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia Nomor : …… , dan Surat Tanda Terdaftar di Bapepam-LK dengan Nomor: …….telah melaksanakan penilaian terhadap Perkebunan Kelapa Sawit PTABC untuk mengungkapkan pendapat kami atas Nilai Pasar perkebunan kelapa sawit tersebut diatas pada tanggal … ………… 20…. Identitas pemberi tugas Bidang usaha
: Perkebunan Kelapa Sawit
Nomor telepon
: 021-XXXX
Fax
: 021-XXXX
Email
:
[email protected]
Website
: www.kelapasawit.com
Properti yang termasuk dalam lingkup penilaian Perkebunan Kelapa Sawit PT. ABC terdiri dari Aset Tanaman yaitu Tanaman Belum Menghasilkan dan Tanaman Menghasilkan dan Aset Non Tanaman yaitu, tanah, bangunan, infrastruktur, alat berat, kendaraan, utilitas, perabotan dan peralatan kantor serta Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) yang berlokasi di Desa Belimbing, Kecamatan Longkali, Kabupaten Paser, Propinsi Kalimantan Timur. Maksud dari penilaian adalah untuk memperoleh Nilai Pasar aset Perkebunan Kelapa Sawit milik PT. ABC dan kesimpulan nilai pada Tanggal Penilaian tanggal... bulan... tahun... yang dinyatakan dalam mata uang rupiah (sesuai dengan mata uang dalam penyajian laporan keuangan).
1
Laporan Penilaian ini dibuat untuk kepentingan manajemen sebagai referensi Perseroan dalam rangka …./..../..... oleh Perseroan untuk memenuhi ketentuan yang berlaku di pasar modal. Definisi dari istilah-istilah yang digunakan dalam penilaian ini adalah sebagai berikut:
Nilai Pasar (Market Value) adalah perkiraan jumlah uang pada Tanggal Penilaian (Cut Off Date), yang dapat diperoleh dari transaksi jual beli atau hasil penukaran suatu obyek penilaian, antara pembeli yang berminat membeli dan penjual yang berniat menjual, dalam suatu transaksi bebas ikatan, yang pemasarannya dilakukan secara layak, dimana kedua pihak masing-masing bertindak atas dasar pemahaman yang dimilikinya, kehati-hatian dan tanpa paksaan.
Biaya Reproduksi Baru/Pengganti Baru (Reproduction / Replacement Cost, New) adalah estimasi biaya untuk mereproduksi suatu properti baru yang sama atau identik dengan obyek penilaian, berdasarkan harga pasaran setempat pada Tanggal Penilaian (Cut Off Date).
Pendekatan dan Metode Penilaian Kami sebagai penilai properti perkebunan kelapa sawit PT. ABC telah melakukan penilaian dengan ketentuan yang didasarkan pada Peraturan Bapepam-LK Nomor VIII.C.4 tentang Pedoman Penilaian Dan Penyajian Laporan Penilaian Properti di Pasar Modal dan Surat Edaran no……. tentang Pedoman Penilaian dan Penyajian Laporan Penilaian Properti Perkebunan Kelapa Sawit di Pasar Modal dan Standar Penilaian Indonesia yaitu sebagai berikut: a. Aset Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit 1) Tanaman Kelapa Sawit a) Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) menggunakan Pendekatan Biaya b) Tanaman Menghasilkan (TM) menggunakan Pendekatan Pendapatan 2) Bibit Tanaman Kelapa Sawit menggunakan Pendekatan Biaya b. Aset Non-Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit 1) Tanah Perkebunan Kelapa Sawit menggunakan Pendekatan Data Pasar. Dalam hal tidak terdapat data pasar yang sebanding dan sejenis, maka dapat menggunakan Pendekatan Pendapatan dengan Teknik Penyisaan Tanah (Land Residual Technique) Perkebunan Kelapa Sawit; 2) Bangunan
dan
Infrastruktur
dalam
Perkebunan
Kelapa
Sawit
menggunakan
Pendekatan Biaya; 3) Kendaraandan Alat Berat menggunakan Pendekatan Data Pasar; dan 4) Mesin dan peralatan pendukung perkebunan serta mesin pengolahan kelapa sawit menggunakan Pendekatan Biaya.
2
Alasan penggunaan pendekatan dan metode yang digunakan dalam penyusunan Laporan Penilaian adalah sebagai berikut: Penilaian aset Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dilakukan dengan menggunakan pendekatan biaya karena aset Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) belum menghasilkan pendapatan sehingga nilai pasar Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dinilai berdasarkan jumlah biaya investasi yang telah dikeluarkan dan disesuaikan. Penilaian Tanaman Menghasilkan (TM) dilakukan dengan menggunakan pendekatan pendapatan karena nilai pasar dari tanaman kelapa sawit diperoleh berdasarkan proyeksi pendapatan yang akan dihasilkan oleh tanaman yang sudah menghasilkan. Melalui Pendekatan Pendapatan, nilai tanaman kelapa sawit ditentukan berdasarkan pada perhitungan nilai arus kas bersih kini dari proyeksi arus kas bersih yang diperkirakan akan dapat dihasilkan oleh Tanaman Menghasilkan selama sisa umur ekonomisnya. Dengan Metode Arus Kas Didiskonto besaran proyeksi arus kas bersih ditentukan tahun per tahun, dengan memperhatikan siklus hidup tanaman kelapa sawit, dan kemudian didiskonto dengan menerapkan tingkat diskonto (discount rate) tertentu. Akumulasi dari proyeksi arus kas bersih yang telah didiskonto (nilai arus kas bersih kini) merefleksikan nilai dari tanaman kelapa sawit secara keseluruhan. Penilaian Bibit Tanaman Kelapa Sawit dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan biaya (Cost Approach) karena proses pembibitan tanaman kelapa sawit dilakukan oleh PT. ABC sendiri, dengan demikian biaya reproduksi baru dari biaya pembibitan, diperoleh dari akumulasi tahap pekerjaan dari kecambah ditanam di pre-nursery hingga bibit siap tanam. Penilaian Tanah Perkebunan Kelapa Sawit dilakukan dengan menggunakan pendekatan data pasarkarena data pasar paling baik dalam menggambarkan Nilai Pasar dari tanah perkebunan kelapa sawit (berdasarkan nilai pasar karena memiliki data pembanding yang sebanding dan sejenis). [Dalam ilustrasi laporan ini tidak menggunakan data pasar karena tidak terdapat data pasar yang sebanding dan sejenis, makamenggunakan pendekatan pendapatan dengan Teknik Penyisaan Tanah (Land Residual Technique) Perkebunan Kelapa Sawit. Alasan penggunaan pendekatan ini karena Nilai Pasar dari tanah yang mempunyai potensi untuk dikembangkan secara optimaluntuk Perkebunan Kelapa Sawit yang akan dicerminkan oleh potensi penerimaan pendapatan dari proyeksi pengembangan tanah tersebut.] Penilaian Bangunan dan infrastrukturserta mesin dan peralatan dalam Perkebunan Kelapa Sawit dilakukan dengan menggunakan pendekatan biaya karena nilai pasar dari bangunan dan infrastruktur seperti jalan dan jembatan serta mesin dan peralatan yang digunakan secara langsung dalam perkebunan kelapa sawit merupakan satu kesatuan aset dan tidak diperjualbelikan secara terpisah sehingga tidak terdapat data pembanding yang sebanding dan sejenis.
3
Penilaian Kendaraan dan Alat Berat dilakukan dengan menggunakan pendekatan data pasar karena data pasar lebih mencerminkan Nilai Pasar dari aset yang sejenis (berdasarkan nilai pasar karena memiliki data pembanding yang sebanding dan sejenis). Kami telah mengadakan inspeksi ke lokasi properti Perkebunan Kelapa Sawit milik PT ABC pada tanggal ……. - …… untuk mendapatkan data dan informasi tentang Perkebunan Kelapa Sawit yang menjadi obyek penilaian, keadaan lingkungan serta faktor-faktor lain yang mempengaruhi nilai Perkebunan Kelapa Sawit tersebut. Setelah melakukan inspeksi langsung atas Aset Tanaman dan Aset Non Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit milik PT.ABC yang menjadi obyek penilaian, mengumpulkan data internal dan eksternal yang terkait, menganalisis, membandingkan serta melakukan penyesuaian atas semua faktor yang relevan yang turut mempengaruhi nilai, dan dengan menggunakan metode penilaian dan mengikuti prosedur penilaian yang berlaku dengan tidak terlepas dari asumsi, syarat pembatas, pernyataan dan catatan yang dimuat dalam laporan penilaian ini, maka dengan ini kami menyatakan opini Nilai Pasar pada Tanggal Penilaian tanggal... bulan... tahun... adalah sebagai berikut:
Rp xxx.xxx.xxx.xxx,(Bilangan Rupiah)
Berdasarkan penilaian aset Perkebunan Kelapa Sawit milik PT. ABC, maka kami berkeyakinan dan independen bahwa kesimpulan Nilai Pasar tersebut di atas sesuai dengan Nilai Pasar pada Tanggal Penilaian.
Hormat kami, [Nama Penilai] MAPPI (Cert) Managing Partner/Partner KJPP……………. STTD NO………………………... IJIN PENILAI NO. ............... MAPPI NO...........................
4
RINGKASAN HASIL PENILAIAN PROPERTI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT No. 1.
URAIAN Aset Tanaman Bibit Tanaman Kelapa Sawit Tanaman Kelapa Sawit
3.
xx.xxx (pokok)
INDIKASI NILAI PASAR xxx.xxx.xxx
Tanaman Belum Menghasilkan
x.xxx,xx (Ha)
xx.xxx.xxx.xxx
Tanaman Menghasilkan Aset Non tanaman Tanah Bangunan-Bangunan Prasarana Mesin-mesin dan Peralatan Alat Berat Kendaraan Utilitas Perabotan dan peralatan Kantor Total Nilai Kebun Aset Pabrik Kelapa Sawit (Jika ada) Tanah Bangunan-Bangunan Prasarana Mesin-mesin dan Peralatan Alat Berat Kendaraan Perabotan dan peralatan Kantor Total Nilai Pabrik Kelapa Sawit TOTAL NILAI PROPERTI
x.xxx,xx (Ha)
xxx.xxx.xxx.xxx
x.xxx,xx (Ha)
xx.xxx.xxx.xxx x.xxx.xxx.xxx x.xxx.xxx.xxx
2.
LUAS
5
x.xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx.xxx xx (Ha)
x.xxx.xxx.xxx xx.xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xx.xxx.xxx.xxx x.xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xx.xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx.xxx
DAFTAR ISI Halaman SURAT PENGANTAR
1
RINGKASAN HASIL PENILAIAN PROPERTI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
5
DAFTAR ISI
6
DAFTAR TABEL
8
DAFTAR GAMBAR
9
ASUMSI-ASUMSI DAN KONDISI PEMBATAS
10
PERNYATAAN PENILAI
12
URAIAN PENILAIAN
14
A. DESKRIPSI OBJEK PENILAIAN
14
1. Aset Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit 2. Aset Non-Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit B. MAKSUD DAN TUJUAN PENILAIAN
14
C. DEFINISI NILAI YANG DIGUNAKAN
14
D. TANGGAL PENILAIAN DAN TANGGAL INSPEKSI LAPANGAN
15
E. DATA DAN INFORMASI YANG DIGUNAKAN DALAM PENILAIAN
15
F. PENDEKATAN DAN PROSEDUR PENILAIAN
15
G. KEJADIAN PENTING SETELAH TANGGAL PENILAIAN
17
H. TINJAUAN PASAR KELAPA SAWIT
17
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia Perkembangan Produksi CPO dan PKO di Indonesia Pasar Ekspor CPO dan PKO Indonesia Pasar Impor CPO dan PKO Indonesia Analisis Konsumsi Minyak Sawit di Indonesia Prospek Minyak Sawit Indonesia Perkembangan Harga Minyak Sawit Harga di Tingkat Pemasaran Lokal Kondisi Pasar Lokal
17 18 20 23 23 24 26 28 31
I. GAMBARAN UMUM PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT ABC 1. Kondisi Tanaman Kelapa Sawit 2. Tenaga Kerja Kebun 3. Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit 4. Produksi Kelapa Sawit
31 31 34 34 34
J. DESKRIPSI LOKASI 1. Lokasi dan Identifikasi Objek Penilaian 2. Aksesibilitas 3. Keadaan Lingkungan
35 35 36 37
6
K. DATA TANAH 1. Legalitas Tanah 2. Peruntukan dan Pemanfaatan Tanah 3. Kesesuaian Lahan 4. Tata Guna Lahan 5. Penggunaan Tertinggi Dan Terbaik (Highest And Best Used)
37 37 37 38 40 41
L. PENILAIAN TANAMAN 1. Pendekatan Penilaian 2. Penilaian Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 3. Penilaian Tanaman Menghasilkan (TM)
41 41 42 46
M. PENILAIAN ASET NON TANAMAN 1. Penilaian Tanah 2. Penilaian Bangunan 3. Penilaian Sarana Prasarana 4. Penilaian Alat Berat 5. Penilaian Kendaraan 6. Penilaian Utilitas 7. Penilaian Perabotan dan Peralatan Kantor 8. Nilai Non Tanaman
53 53 54 67 68 69 70 71 72
N. PENILAIAN PABRIK KELAPA SAWIT 1. Penilaian Tanah 2. Penilaian Bangunan 3. Uraian Penilaian Bangunan 4. Sarana Pabrik 5. Penilaian Mesin Dan Peralatan 6. Penilaian Mesin Dan Peralatan Pabrik PKS 7. Penilaian Kendaraan Dan Alat Berat
72 73 74 75 78 79 80 90
O. KESIMPULAN NILAI
91
LAMPIRAN-LAMPIRAN
7
DAFTAR TABEL No. Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12 Tabel 13 Tabel 14 Tabel 15 Tabel 16 Tabel 17 Tabel 18 Tabel 19 Tabel 20 Tabel 21 Tabel 22 Tabel 23 Tabel 24 Tabel 25 Tabel 26 Tabel 27 Tabel 28
Uraian
Halaman
Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit 2006 - 2010 Luas Areal, Produksi TBS dan Produktivitas Perkebunan Kelapa Sawit tahun 2006 - 2010 Perkembangan Produksi CPO dan PKO di Indonesia Perkembangan Ekspor CPO dan PKO Indonesia Perkembangan Impor CPO dan PKO Indonesia Analisa Konsumsi CPO dan PKO di Indonesia (Ton) Pangsa Konsumsi Minyak Nabati Dunia Proyeksi Supply Biodesel Proyeksi Konsumsi CPO Indonesia Perkembangan Harga CPO (CIF Rotterdam) Perkembangan Harga CPO, Inti Sawit dan TBS di Kalimantan Timur Jumlah Tanaman Kelapa Sawit dan Kerapatan Tanaman Hasil Blok Sampling Kondisi Tanaman dan Kualitas Tanaman Kelapa Sawit Realisasi Produksi TBS Tahun 2009-2011 Realisasi Penjualan TBS Sertifikat Hak Kepemilikan Tanah Topografi Tanah Objek Penilaian Penggunaan Lahan Perkebunan Pada Saat Inspeksi Pengelompokan Penanaman Tanaman Kelapa Sawit PT. ABC Rincian Penggunaan Lahan Standar Biaya Reproduksi Baru Tanaman Nilai Tanaman Menurut Tahun Tanam Rincian Rendemen CPO dan Inti Sawit Proyeksi Harga Jual TBS Analisa Produksi TBS Penilaian Bangunan Ringkasan Hasil Penilaian Aset Pabrik Ringkasan Hasil Penilaian Bangunan
17 18
8
19 22 23 23 24 25 26 28 30 32 33 35 35 37 39 40 42 43 44 45 48 49 49 54 72 74
DAFTAR GAMBAR No. Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4 Gambar 5
Uraian Perkembangan dan Proyeksi Produksi CPO dan PKO Negara Produsen CPO Dunia Tahun 2010 Ekspor CPO Dunia Tahun 2010 Negara Importir CPO Dunia Tahun 2010 Negara Tujuan Ekspor CPO Indonesia
9
Halaman 20 20 21 21 22
ASUMSI-ASUMSI DAN KONDISI PEMBATAS 1.
Sesuai dengan ruang lingkup penilaian atas perkebunan kelapa sawit milik PT. ABC, kami telah melakukan penelahaan dokumen hukum yang berkaitan dengan obyek penilaian. Berdasarkan hasil penelahaan dokumen hukum yang telah kami lakukan dan tanpa melakukan verifikasi atas dokumen hukum tersebut, maka kami berasumsi bahwa status properti dalam kondisi kepemilikan yang sah, bebas dari sengketa, dan tidak dijadikan jaminan hutang atau hipotik.
2.
Berdasarkan hasil penelaahan kami atas seluruh data yang kami peroleh dari pihak pemberi tugas tentang laporan manajemen yang terkait dengan obyek penilaian, kami berasumsi bahwa data laporan manajemen tersebut adalah benar.
3.
Seluruh proyeksi yang kami peroleh dari pihak pemberi tugas dan setelah kami melakukan analisis dan penyesuaian atas proyeksi tersebut kami berasumsi bahwa seluruh asumsi yang digunakan dalam proyeksi tersebut sesuai dengan pencapaian kinerja PT. ABC dan memperhitungkan tingkat permintaan dan penawaran kelapa sawit adalah konstan sesuai dengan saat tanggal penilaian. Penyesuaian tersebut bertujuan agar kami
memperoleh
keyakinan
bahwa
proyeksi
tersebut
telah
mencerminkan
kewajarannya sesuai dengan kemampuan pencapaiannya (fiduciary duty). 4.
Dalam hal dampak lingkungan (dalam rangka pengelolaan Perkebunan berkelanjutan) kami tidak menerima salinan analisis dampak lingkungan atau sejenisnya dan bukan kompetensi kami untuk melakukan audit lingkungan atas properti tersebut. Dalam penilaian ini kami beranggapan bahwa properti tersebut tidak memiliki permasalahan yang berkaitan dengan dampak pencemaran lingkungan atau hal-hal yang berdampak negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, jika properti ini kegiatannya berindikasi terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan yang mempengaruhi properti yang dinilai maka laporan ini tidak berlaku dan harus segera dilakukan penilaian ulang.
5.
Aset Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit dan Aset Non-Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit serta peralatan penunjang lain yang tercakup dalam penilaian berada pada kondisi berjalan (going concern).
6.
Penilaian tidak memperhitungkan replanting tanaman untuk siklus berikutnya atau 1 (satu) siklus tanaman sesuai umur ekonomis dan diasumsikan HGU tidak diperpanjang kembali.
7.
Nilai dicantumkan dalam mata uang Rupiah dan/atau ekuivalennya atas permintaan pemberi tugas.
8.
Analisis, opini dan kesimpulan nilai yang dinyatakan di dalam Laporan Penilaian ini dibatasi oleh asumsi dan batasan-batasan yang diungkapkan di dalam Laporan Penilaian, yang merupakan hasil analisis, opini dan kesimpulan Penilai yang independen.
10
9.
Perkiraan Nilai yang dihasilkan dalam penugasan penilaian profesional telah disajikan sebagai kesimpulan Nilai.
11
PERNYATAAN PENILAI Dalam batas kemampuan, kompetensi dan keyakinan kami sebagai Penilai Properti, kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan : 1.
Penilai sama sekali tidak memiliki kepentingan apapun terhadap Obyek Penilaian dan pemberi tugas.
2.
Opini atas penugasan penilaian Perkebunan Kelapa Sawit atas PT ABC tidak berkaitan dengan penugasan lain dari PT ABC
3.
Besaran imbalan jasa (fee) untuk penilaian ini tidak tergantung pada besarnya nilai yang diperoleh atau yang tercantum dalam laporan penilaian.
4.
Penilai memiliki pengetahuan yang memadai sehubungan dengan properti Perkebunan Kelapa Sawit dan/atau jenis industri yang menjadi objek penilaian.
5.
Inspeksi lapangan telah dilaksanakan terhadap objek Penilaian pada tanggal ………….
6.
Analisis, opini, dan kesimpulan yang dibuat oleh Penilai, serta Laporan Penilaian telah dibuat dan diungkapkan dengan memenuhi ketentuan yang berlaku.
7.
Penugasan penilaian profesional telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
8.
seluruh data dan informasi yang diungkapkan dalam laporan penilaian dapat dipertanggungjawabkan.
9.
Kesimpulan nilai properti Perkebunan Kelapa Sawit milik PT. ABC dalam laporan ini merupakan satu kesatuan nilai atas seluruh obyek penilaian Perkebunan Kelapa Sawit Pemisahan satu nilai atau beberapa nilai properti dengan maksud dan kepentingan tertentu, akan menjadikan laporan penilaian ini tidak berlaku, kecuali pemisahan nilai tersebut telah dipertimbangkan sebelumnya dan dijabarkan dalam laporan penilaian.
10. Dalam proses penilaian ini sudah dipertimbangkan atas kondisi properti yang telah ditemukan dalam peninjauan lapangan, namun tidak ada kewajiban untuk memeriksa struktur bangunan atau bagian-bagian dari properti yang tidak terlihat atau tertutup dan tidak terjangkau dan penilai tidak memberikan jaminan bila ada kerusakan yang tidak dapat terlihat. 11. Seluruh dokumen pendukung penilaian yang kami terima dari pemberi tugas adalah dalam bentuk fotocopy. 12. Dalam penilaian ini kami menggunakan data dan informasi mengenai properti pembanding yang telah divalidasi oleh Asosiasi Profesi Penilai. Kami yang bertandatangan di bawah ini telah terlibat dalam pelaksanaan inspeksi, analisis, pembuatan kesimpulan, dan opini sebagaimana yang dinyatakan dalam Laporan Penilaian ini. No. 1.
Nama ………………………..
Posisi Manajer/Supervisor
12
Tanda Tangan
2.
………………………..
Pelaksana
3.
………………………..
dan seterusnya
Kami yang bertandatangan di bawah ini telah melakukan review atas hasil penilaian yang dilakukan oleh pihak-pihak tersebut di atas. No.
1.
Nama
………………………..
Posisi
Reviewer
Jakarta,Tanggal …… 20..
[ Nama Penilai ] MAPPI (Cert) Managing Partner/Partner KJPP……………. STTD NO………………………... IJIN PENILAI NO. ............... MAPPI NO...........................
13
Tanda Tangan
URAIAN PENILAIAN A. DESKRIPSI OBJEK PENILAIAN Jenis objek properti yang dinilai berupa Perkebunan Kelapa Sawit milik PT ABC, yang terdiri dari : 1
Aset Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit
2
Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman Belum Menghasilkan seluas xx.xxx,xx Ha; dan
Tanaman Menghasilkan seluas x.xxx Ha;
Bibit Tanaman Kelapa Sawit
Aset Non-Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit
tanah Perkebunan Kelapa Sawit seluas x.xxx Ha;
bangunan dan infrastruktur Perkebunan Kelapa Sawit di areal perkebunan yang menunjang kegiatan operasional Perkebunan Kelapa Sawit;
mesin dan peralatan pendukung perkebunan;
kendaraan dan alat berat yang digunakan dalam kegiatan operasional Perkebunan Kelapa Sawit; dan
pabrik pengolahan kelapa sawit (jika ada).
B. MAKSUD DAN TUJUAN PENILAIAN Maksud dari penilaian adalah untuk memperoleh Nilai Pasar aset Perkebunan Kelapa Sawit milik PT. ABC dan kesimpulan nilai pada Tanggal Penilaian tanggal... bulan... tahun... yang dinyatakan dalam mata uang rupiah (sesuai dengan mata uang dalam penyajian laporan keuangan). Laporan Penilaian ini dibuat untuk kepentingan manajemen sebagai referensi Perseroan dalam rangka …./..../..... oleh Perseroan untuk memenuhi ketentuan yang berlaku di pasar modal. Penilaian ini dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Bapepam dan LK No. VIII.C.4 tentang Pedoman Penilaian dan Penyajian Laporan Penilaian Properti di Pasar Modal yang dimuat dalam Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. Kep-478/BL/2009 tanggal 31 Desember 2009, dan Surat Edaran Bapepam dan LK No. …………. Tentang Pedoman Penilaian dan Penyajian Laporan Penilaian Properti Perkebunan Kelapa Sawit, serta Standar Penilaian Indonesia 2007 (SPI 2007). C. DEFINISI NILAI YANG DIGUNAKAN Untuk keperluan penilaian atas Obyek Penilaian, dasar nilai yang digunakan berdasarkan Peraturan Bapepam dan LK No. VIII.C.4 adalah nilai pasar, yang didefinisikan sebagai “perkiraan jumlah uang pada Tanggal Penilaian (Cut Off Date), yang dapat diperoleh dari
14
transaksi jual beli atau hasil penukaran suatu obyek penilaian, antara pembeli yang berminat membeli dan penjual yang berniat menjual, dalam suatu transaksi bebas ikatan, yang pemasarannya dilakukan secara layak, dimana kedua pihak masing-masing bertindak atas dasar pemahaman yang dimilikinya, kehati-hatian dan tanpa paksaan”. D. TANGGAL PENILAIAN DAN TANGGAL INSPEKSI LAPANGAN Peninjauan fisik atas Obyek Penilaian dilakukan pada tanggal... bulan.... tahun 20xx sampai dengan tanggal... bulan.... tahun 20xx. Tanggal Penilaian ditetapkan pada tanggal... bulan... tahun..... Tanggal penilaian tersebut dipilih atas pertimbangan kepentingan dan tujuan penilaian. E. DATA DAN INFORMASI YANG DIGUNAKAN DALAM PENILAIAN Dalam melakukan penilaian untuk memperkirakan Nilai Pasar dari Obyek Penilaian, kami telah menelaah, mempertimbangkan, mengacu, atau melaksanakan prosedur atas data dan informasi sebagai berikut: 1.
Salinan bukti kepemilikan tanah;
2.
Daftar rincian luas areal tertanam (hectare statement);
3.
Data kecepatan angin dan temperatur udara;
4.
Data rincian bibit kelapa sawit yang digunakan oleh PT ABC;
5.
Laporan Pemupukan PT ABC tahun 20xx sampai dengan 20xx;
6.
Laporan penjualan TBS berdasarkan bulan kalender tahun anggaran 20xx;
7.
Data curah hujan dan iklim rata-rata tahunan;
8.
Data sensus tanaman PT ABC;
9.
Daftar aset PT ABC per tanggal... bulan.... tahun 20xx;
10. Salinan Izin Mendirikan Bangunan (IMB); 11. Salinan bukti pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB); 12. Gambar peta lokasi; dan 13. Dokumen-dokumen dan informasi lain yang relevan yang berhubungan dengan penugasan. F. PENDEKATAN DAN PROSEDUR PENILAIAN Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penilaian ini adalah sebagai berikut: Kami sebagai penilai properti Perkebunan Kelapa Sawit PT. ABC telah melakukan penilaian dengan ketentuan yang didasarkan pada Standar Penilaian Indonesia, Peraturan Bapepam-LK Nomor VIII.C.4 tentang Pedoman Penilaian Dan Penyajian Laporan Penilaian Properti di Pasar Modal dan Surat Edaran Nomor……. tentang Pedoman Penilaian dan Penyajian Laporan Penilaian Properti Perkebunan Kelapa Sawit di Pasar Modal, yaitu sebagai berikut:
15
a. Aset Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit, yaitu: 1) Tanaman Kelapa Sawit a) Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) menggunakan Pendekatan Biaya b) Tanaman Menghasilkan (TM) menggunakan Pendekatan Pendapatan 2) Bibit Tanaman Kelapa Sawit menggunakan Pendekatan Biaya b. Aset Non-Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit, yaitu: 1) Tanah Perkebunan Kelapa Sawit menggunakan pendekatan data pasar. Dalam hal tidak terdapat data pasar yang sebanding dan sejenis, maka dapat menggunakan pendekatan pendapatan dengan Teknik Penyisaan Tanah (Land Residual Technique) Perkebunan Kelapa Sawit; 2) Bangunan dan infrastruktur dalam Perkebunan Kelapa Sawit menggunakan pendekatan biaya; 3) Kendaraan dan alat berat menggunakan pendekatan data pasar; dan 4) Mesin menggunakan pendekatan biaya. Alasan penggunaan pendekatan dan metode yang digunakan dalam penyusunan Laporan Penilaian adalah sebagai berikut: Penilaian aset Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dilakukan dengan menggunakan pendekatan biaya karena aset Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) belum menghasilkan pendapatan sehingga nilai pasar Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dinilai berdasarkan jumlah biaya investasi yang telah dikeluarkan dan disesuaikan. Penilaian Tanaman Menghasilkan (TM) dilakukan dengan menggunakan pendekatan pendapatan karena nilai pasar dari tanaman kelapa sawit diperoleh berdasarkan proyeksi pendapatan yang akan dihasilkan oleh tanaman yang sudah menghasilkan. Melalui Pendekatan Pendapatan, nilai tanaman kelapa sawit
ditentukan berdasarkan pada
perhitungan nilai arus kas bersih kini dari proyeksi arus kas bersih yang diperkirakan akan dapat dihasilkan oleh Tanaman Menghasilkan (TM) selama sisa umur ekonomisnya. Dengan Metode Arus Kas Didiskonto besaran proyeksi arus kas bersih ditentukan tahun per tahun, dengan memperhatikan siklus hidup tanaman kelapa sawit, dan kemudian didiskonto dengan menerapkan tingkat diskonto (discount rate) tertentu. Akumulasi dari proyeksi arus kas bersih yang telah didiskonto (nilai arus kas bersih kini) merefleksikan nilai dari tanaman kelapa sawit secara keseluruhan. Penilaian Tanah Perkebunan Kelapa Sawit dilakukan dengan menggunakan pendekatan data pasar karena data pasar paling baik dalam menggambarkan Nilai Pasar dari tanah perkebunan kelapa sawit (berdasarkan nilai pasar karena memiliki data pembanding yang sebanding dan sejenis).
16
[Dalam ilustrasi laporan penilaian ini tidak menggunakan data pasar karena tidak terdapat data pasar yang sebanding dan sejenis, maka menggunakan pendekatan pendapatan dengan Teknik Penyisaan Tanah (Land Residual Technique) Perkebunan Kelapa Sawit. Alasan penggunaan pendekatan ini karena Nilai Pasar dari tanah yang mempunyai potensi untuk dikembangkan secara optimal untuk Perkebunan Kelapa Sawit yang akan dicerminkan oleh potensi penerimaan pendapatan dari proyeksi pengembangan tanah tersebut.]
Penilaian Bangunan dan infrastruktur serta mesin dan peralatan dalam Perkebunan Kelapa Sawit dilakukan dengan menggunakan pendekatan biaya karena nilai pasar dari bangunan dan infrastruktur seperti jalan dan jembatan serta mesin dan peralatan yang digunakan secara langsung dalam perkebunan kelapa sawit merupakan satu kesatuan aset dan tidak diperjual belikan secara terpisah sehingga tidak terdapat data pembanding yang sebanding dan sejenis. Penilaian Kendaraan dan alat berat dilakukan dengan menggunakan pendekatan data pasar karena data pasar lebih mencerminkan Nilai Pasar dari aset yang sejenis (berdasarkan nilai pasar karena memiliki data pembanding yang sebanding dan sejenis). [Dalam ilustrasi laporan penilaian ini menggunakan data pasar hanya menggunakan 1 (satu) pendekatan yaitu pendekatan data pasar, seharusnya menggunakan 2 (dua) pendekatan sebagaiman dimaksud dalam peraturan VIII.C.4 tentang Pedoman Penilaian Dan Penyajian Laporan Penilaian Properti Di Pasar Modal.]
G. KEJADIAN PENTING SETELAH TANGGAL PENILAIAN Dari
Tanggal
Penilaian,
yaitu
tanggal...bulan...tahun...,
sampai
dengan
tanggal
diterbitkannya laporan ini, tidak terdapat kejadian penting yang dapat mempengaruhi hasil penilaian secara signifikan.
H. TINJAUAN PASAR KELAPA SAWIT 1. Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia Berdasarkan data dari Departemen Pertanian, luas kebun kelapa sawit selama tahun 2006
s.d
2010
menunjukkan
pertumbuhan
yang
terus
meningkat.
Rata-rata
pertumbuhan sebesar 7,18% per tahun. Pertumbuhan ini terus terjadi karena memang lahan untuk Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia masih luas dan permintaan akan produk olahan kelapa sawit yang juga terus meningkat. Pada tahun 2006 luas kebun kelapa sawit Indonesia 5,06 juta hektar dan meningkat menjadi 6,59 juta hektar di tahun 2010. Tabel 1 Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit 2006 - 2010 Tahun
Perkebunan Rakyat
Perkebunan Besar Negara
Perkebunan Swasta
Total Luas
Growth
2006
1.808.000
632.000
2.627.000
5.067.000
7.51%
2007
1.854.000
663.000
2.766.000
5.283.000
4.26%
17
S 2008 2.220.000 606.000 2.459.000 u 2009 2.356.000 530.000 2.567.000 m b 2010 2.549.000 687.000 3.357.000 e Rata-rata r Sumber Data: Direktorat Jenderal Perkebunan / BPS, tahun 2011
5.285.000
0.04%
5.453.000
3.18%
6.593.000
20.91% 7,18 %
Berdasarkan Food and Agriculture Organization (FAO), kebun kelapa sawit yang telah menghasilkan pada tahun 2009 seluas 3,63 juta hektar dengan produksi Tandan Buah Segar (TBS) sebesar 69.356.654 ton. Artinya pada periode tersebut produktivitas Perkebunan Kelapa Sawit sebesar 19,13 ton per hektar. Diperkirakan pada tahun 2010 luas kebun kelapa sawit yang telah menghasilkan sekitar 3,91 juta hektar. Perkembangan produktivitas Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia berfluktuasi dan cenderung meningkat. Sejak tahun 2006 sampai 2010, tingkat produktivitas Perkebunan Kelapa Sawit rata-rata per tahunnya sebesar 17,91 ton per hektar, dengan produktivitas terbesar terjadi di tahun 2009 yaitu 19,13 ton per hektar. Hal ini menandakan semakin membaiknya kinerja Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia. Sedang menurut data dari USDA pada tahun 2011 hasil panen Perkebunan di Indonesia mengalami peningkatan dari 3,81 Ton CPO/Ha menjadi 3,86 Ton CPO/Ha. Tabel 2 Luas Areal, Produksi TBS dan Produktivitas Perkebunan Kelapa Sawit 2006-2010 No 1
Uraian
Tahun 2006 2.790.000
Tahun 2007 3.040.000
Luas tanaman menghasilkan (Ha) 2 Produksi TBS (ton) 46.400.000 52.600.000 3 Produktivitas (ton 16,63 17,30 TBS/Ha) Sumber : Food Agriculture Organization tahun 2011
Tahun 2008 3.320.000
Tahun 2009 3.625.780
Tahun 2010 3.914.621
60.400.000 18,19
69.356.654 19,13
70.150.000 17,92
Dari dua sintesa tersebut dapat ditarik kesimpulan adanya peningkatan kualitas hasil panen (rendemen CPO) dari 19,92% per Ha menjadi 21,56% per Ha. Hal ini terbukti dengan produksi CPO Indonesia yang pada tahun 2010 telah melebihi angka 15 juta Ton. 2. Perkembangan Produksi CPO dan PKO di Indonesia Perkembangan minyak sawit dunia sangat dipengaruhi oleh produksi minyak sawit Malaysia dan Indonesia yang memberikan kontribusi sekitar 86% dari produksi dunia. Akan tetapi dengan lahan yang lebih luas dan tenaga kerja yang banyak, Indonesia mampu untuk memperluas lahan sekaligus meningkatkan produksi. Berdasarkan hal tersebut, maka diperkirakan Indonesia akan dapat menghasilkan minyak sawit yang lebih besar. 18
Tabel 3 Perkembangan Produksi CPO dan PKO di Indonesia CPO Tahun
Produksi (Ton)
PKO
Pertumbuhan
Produksi (Ton)
Pertumbuhan
2003
6.855.000
717.800
2004
7.775.000
13,42%
782.300
8,99%
2005
9.370.000
20,51%
972.300
24,29%
2006
10.440.800
12,38%
1.081.400
11,22%
2007
12.232.600
14,72%
1.256.700
16,21%
2008
13.123.600
16,47%
1.321.650
5,17%
2009
15.900.000
6,61%
1.696.851
28,39%
2010
16.359.875
6,67%
1.745.929
2,89%
Sumber: Food and Agriculture Organization, Direktorat Jendral Perkebunan & Data Olah Konsultan, tahun 2011
Bertambahnya luas areal Perkebunan dan berkembangnya industri kelapa sawit di berbagai wilayah seperti Sumatera dan Kalimantan serta membaiknya harga CPO dunia, menjadi salah satu faktor terus meningkatnya produksi CPO di dalam negeri. Pada tahun 2001 produksi CPO sebesar 6,86 juta ton dan pada tahun 2006 produksinyamenjadi 16,4 juta ton. Kenaikan produksi CPO juga disebabkan meningkatnya volume ekspor terutama ke pasar Amerika Serikat, dan terdapat kenaikan permintaan di pasar lokal salah satunya adalah industri minyak goreng. Selain itu, peningkatan produksi CPO juga didorong oleh semakin berkembangnya industri biodesel, yang menggunakan CPO sebagai bahan baku utamanya. Tidak jauh berbeda dengan perkembangan CPO, volume produksi PKO selama tahun 2000 s.d 2010 terus menunjukkan peningkatan. Rata-rata peningkatan sebesar 15,71% pertahun. Pada tahun 2000 volume produksi PKO sebesar 0,72 juta ton dan meningkat menjadi 1,75 juta ton di tahun 2006 Dengan lahan yang luas dan permintaan akan minyak sawit di pasar, maka diperkirakan tahun 2011 dan tahun-tahun mendatang diproyeksikan produksi CPO Indonesia akan menunjukkan perkembangan yang meningkat.
19
Gambar 1 Perkembangan dan Proyeksi Produksi CPO dan PKO
Sumber: USDA tahun 2011
3. Pasar Ekspor CPO dan PKO Indonesia Indonesia dan Malaysia merupakan produsen utama minyak kelapa sawit mentah, dilihat dari total minyak sawit mentah yang dihasilkan pada tahun 2010, dua negara ini menguasai 86 % total produksi CPO dunia. Produsen besar berikutnya adalah Nigeria,Thailand dan Kolombia.
Gambar 2 Negara Produsen CPO Dunia Tahun 2010
14%
43%
Indonesia Malaysia
43%
Lain-lain
Sumber: USDA tahun 2010
Indonesia dan Malaysia juga merupakan Negara Eksportir CPO terbesar dengan menguasai pasar sebesar 91% dari pasar dunia.
Menurut data USDA Tahun 2010
Malaysia menguasai 48% pasar ekspor dan Indonesia menguasai 43% pasar ekspor serta 9% untuk negara eksportir lainnya.
20
Gambar 3 Ekspor CPO Dunia Tahun 2010
9% 43%
Indonesia Malaysia
48%
Lain-lain
Sumber: USDA tahun 2010
Untuk tahun 2011 negara-negara importir besar yang terdiri dari Cina, Uni Eropa, India dan Pakistan diprediksi akan menguasai 57,1% dari impor CPO dunia. Cina merupakan negara importir terbesar dengan total impor sebesar 20,4% dari total impor dunia. Cina diprediksi akan mengimpor seluruh kebutuhan konsumsinya, yaitu sebesar 5,6 Juta Ton.
Hampir di semua negara importir besar, permintaan CPO diprediksi akan
meningkat signifikan. Gambar 4 Negara Importir CPO Dunia Tahun 2010 Cina ; 20%
Cina
Lain-lain; 37%
Uni Eropa India Pakistan
Uni Eropa; 17% USA; 3% Bangladesh; 3%
Pakistan; 6%
India; 14%
Bangladesh USA Lain-lain
Sumber USDA tahun 2010
Rata-rata sekitar 71% produksi CPO nasional di jual ke pasar ekspor, karena penjualan dalam bentuk produk primer lebih praktis dan komoditi ini tetap terserap di pasar dunia. Perkembangan ekspor CPO nasional selama lima tahun terakhir (2006-2010) terus mengalami peningkatan rata-rata sekitar 25,57% per tahun. Pada tahun 2003 ekspor CPO baru mencapai 4,11 juta ton dan tahun 2010 ekspor CPO meningkat menjadi 12,48 juta ton. Sedangkan perkembangan ekspor PKO selama periode yang sama menunjukkan pertumbuhan yang cenderung meningkat. Rata-rata pertumbuhan sebesar 11,22% per tahun. Pada tahun 2009, ekspor PKO Indonesia mencapai 1,14 juta ton atau naik sebesar 3,9% dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan ekspor tersebut menyebabkan supply di dalam negeri berkurang, sementara permintaan CPO di dalam negeri meningkat. Guna mengantisipasi kebutuhan CPO di dalam negeri, pemerintah mengurangi volume ekspor dengan lebih memfokuskan
21
pasokan ke pasar dalam negeri guna menekan kenaikan harga komoditas tersebut di dalam negeri. Adapun perkembangan ekspor CPO dan PKO Indonesia selama tahun 2003 sampai dengan 2010 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4 Perkembangan Ekspor CPO dan PKO Indonesia CPO Tahun
Volume (Ton)
PKO Growth (%)
Volume (Ton)
Growth (%)
2003
4.110.027
578.824
2004
4.903.210
19,3%
581.926
0,5%
2005
2.808.242
-42,7%
738.416
26,9%
2006
6.386.410
127,4%
659.894
-10,6%
2007
8.661.647
35,6%
904.327
37,0%
2008
9.600.000
10,8%
1.002.371
10,8%
2009
11.700.000
21,9%
1.102.608
10,0%
2010
12.482.000
6,7%
1.145.200
3,9%
Sumber : Biro Pusat Statistik, tahun 2011
Negara tujuan ekspor minyak sawit (CPO) Indonesia antara lain Belanda, India, Cina, Malaysia, dan Jerman. Sedangkan untuk produk minyak inti sawit (PKO) lebih banyak diekspor Belanda, Amerika Serikat, dan Brasil. Gambar 5 Negara Tujuan Ekspor CPO Indonesia
India
Jerman; 3,30%
India; 24,60%
Lainnya ; 26,50%
China Belanda
China; 17,50%
Pakistan Malaysia Bangladesh
Bangladesh; 4,00% Malaysia; 6,00%
Jerman Lainnya
Pakistan; 7,50% Belanda; 10,60%
Sumber : Oilworld, tahun 2010
22
4. Pasar Impor CPO dan PKO Indonesia Hampir seluruh kebutuhan minyak sawit di dalam negeri dipenuhi oleh produksi dalam negeri, pasokan dari sumber impor relatif kecil dengan perkembangan yang berfluktuasi. Berdasarkan data dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan, pada tahun 2003 volume impor CPO Indonesia sebesar 3.789 ton dan meningkat menjadi 11.940 ton di tahun 2010 Sedangkan impor PKO, pada tahun 2003 sebesar 6.506 ton dan meningkat menjadi 6.665 ton di tahun 2010. Perkembangan impor CPO dan PKO Indonesia selama tahun 2003 sampai dengan 2010 dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini : Tabel 5 Perkembangan Impor CPO dan PKO Indonesia Impor (Ton) Tahun CPO PKO 2003
3.789
6.506
2004
159
7.567
2005
9.724
4.666
2006
4.186
3.099
2007
4.336
7.098
2008
10.844
6.487
2009
11.482
6.576
2010
11.940
6.665
Sumber : Departemen Perindustrian tahun 2011
5. Analisis Konsumsi Minyak Sawit di Indonesia Dalam menghitung konsumsi nasional CPO dan PKO dilakukan dengan cara menjumlahkan produksi CPO ditambah dengan volume impor dan dikurangi dengan volume ekspor. Adapun analisa konsumsi CPO selama periode tahun 2003 - 2010 adalah sebagai berikut: Tabel 6 Analisa Konsumsi CPO dan PKO di Indonesia (Ton) Tahun
Produksi CPO PKO
Ekspor CPO PKO
Impor CPO PKO
Konsumsi CPO PKO
2003
6.855.000
717.800
4.110.027
578.824
3.789 6.506 2.748.762 145.482
2004
7.775.000
782.300
4.903.210
581.926
159 7.567 2.871.949 207.941
2005
9.370.000
972.300
2.808.242
738.416
9.724 4.666 6.571.482 238.550
2006
10.440.800 1.081.400
6.386.410
659.894
4.186 3.099 4.058.576 424.605
2007
12.232.600 1.256.700
8.661.647
904.327
4.336 7.098 3.575.289 359.471
2008
13.123.600 1.321.650
9.600.000 1.002.371 10.844 6.487 3.534.444 325.766
2009
15.900.000 1.696.851 11.700.000 1.102.608 11.482 6.576 4.211.482 600.819
2010
16.359.875 1.745.929 12.482.000 1.145.200 11.940 6.665 4.889.815 607.394
Sumber: Deperindag, Deptan dan data olahan beberapa sumber
23
Semua komponen buah sawit dapat dimanfaatkan secara maksimal. Minyak sawit dapat dipergunakan untuk bahan makanan dan industri melalui proses penyulingan, penjernihan dan penghilangan bau atau RBDPO (Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil). Disamping itu CPO dapat diuraikan untuk produksi minyak sawit padat (RBD Stearin) dan untuk produksi minyak sawit cair (RBD Olein). RBD Olein terutama dipergunakan untuk pembuatan minyak goreng. Sedangkan RBD Stearin terutama dipergunakan untuk margarin dan shortening, disamping untuk bahan baku industri sabun dan deterjen. Berdasarkan analisa konsumsi, diketahui konsumsi CPO selama tahun 2006 s.d 2010 relatif stabil. Rata-rata pertumbuhan konsumsi sebesar 7,69% per tahun. Pada tahun 2009, konsumsi CPO sebesar 4,21 juta ton dan meningkat menjadi 4,89 juta ton di tahun 2010 Sedangkan konsumsi PKO selama periode yang sama menunjukkan rata-rata perkembangan sebesar 24,60% pertahun. Pada tahun 2009, konsumsi PKO sebesar 0,60 juta ton dan meningkat menjadi 0,61 juta ton di tahun 2010. Industri minyak goreng merupakan industri yang menggunakan minyak sawit terbanyak. Pabrik minyak goreng dapat menyerap sekitar 77% pasokan minyak sawit di dalam negeri. Sisanya dikonsumsi industri margarine/shortening, dan industri kimia (oleochemical). Penyerapan minyak sawit oleh industri non makanan masih relatif sedikit yaitu sekitar 700 ribu – 800 ribu per tahun. 6. Prospek Minyak Sawit Indonesia Pada awalnya minyak sawit hanya untuk mengisi selisih permintaan yang tidak dapat diisi minyak kelapa, ternyata minyak sawit menjadi konsumsi utama masyarakat Indonesia. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, menjadikan minyak sawit sebagai sumber minyak nabati yang dapat digunakan baik untuk industri pangan maupun non pangan. Perkembangan komoditi ini tidak terlepas dari perkembangan minyak nabati lainnya seperti kedelai, minyak kanola, dan minyak bunga matahari. Tabel 7 Pangsa Konsumsi Minyak Nabati Dunia
Tahun
Total Konsumsi (000 ton)
Pangsa Konsumsi (%) M. Sawit
M. Kedelai
M. Kanola
M. Bunga Matahari
M. Lainnya
2006- 2007
90.501
17,0
19,7
11,1
9,2
43,0
2007- 2008
104.281
19,2
19,3
11,3
9,2
41,0
2008- 2009
118.061
21,4
18,9
11,5
9,2
39,0
2009- 2010
132.234
22,5
19,0
11,7
9,1
37,7
Sumber : Oil World tahun 2011
24
Jika ditinjau dari masing-masing komoditas, maka diperoleh gambaran bahwa pertumbuhan konsumsi yang cukup tinggi terjadi terutama pada tiga jenis minyak nabati yaitu minyak kedelai, minyak kelapa sawit, dan minyak kanola. Namun demikian mulai periode 2006–2010 pangsa konsumsi minyak kelapa sawit mengungguli pangsa konsumsi minyak kedelai. Kondisi tersebut diperkirakan masih akan berlanjut hingga tahun 2011 Keberadaan minyak kelapa sawit cukup kompetitif dibandingkan minyak nabati lainnya, karena memiliki tingkat produktivitas paling tinggi dan ditambah lagi dengan harganya yang sangat kompetitif jika dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Sementara jika ditinjau dari aspek gizi minyak kelapa sawit tidak terbukti sebagai penyebab meningkatnya kadar kolesterol, bahkan mengandung beta karoten sebagai pro-vitamin A. Berdasarkan studi oleh Asian Development Bank (ADB), Indonesia memiliki tingkat daya saing yang lebih tinggi dibandingkan Malaysia dalam memproduksi CPO.
Beberapa potensi lainnya yang diperkirakan berdampak besar
terhadap permintaan CPO adalah sebagai berikut: a. Energi Alternatif Biodesel Saat ini harga minyak bumi meningkat lebih dari dua kali lipat dari sekitar US$ 60 per barel. Hampir semua negara mencari sumber energi alternatif yang lebih murah dan terbaru. Salah satu pilihan adalah biodesel yaitu bahan bakar dari minyak nabati yang dapat menggantikan bahan bakar diesel atau menjadi bahan campuran. Pengembangan biodesel membutuhkan bahan baku minyak nabati yang dapat dihasilkan dari tanaman yang mengandung asam lemak, salah satunya adalah kelapa sawit. Kelapa sawit merupakan salah satu sumber bahan baku minyak nabati yang prospektif dikembangkan sebagai bahan baku biodesel di Indonesia, mengingat produksi CPO Indonesia cukup besar dan meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2006 direncanakan dibangun pabrik biodesel dengan total kapasitas 150 juta liter pertahun dan pada tahun 2010 kapasitas produksi pabrik biodesel akan ditingkatkan sebesar 1,3 miliar liter. Dengan demikian dalam 10 tahun mendatang konsumsi biodesel akan menjadi salah satu konsumen CPO terbesar. Hal ini tentunya menjadi peluang bagi perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit dan industri pengolahan khususnya minyak kelapa sawit (CPO). Tabel 8 Proyeksi Supply Biodesel
2006
Kapasitas Produksi (Jutaan Liter) 150
2007 2008
187 377
2009
1.200
2010
1.337
Tahun
Sumber : Ministry of Energy and Mineral Resources tahun 2011
25
b. Peraturan Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat tidak pernah menjadi konsumen utama CPO, sehingga diperkirakan permintaan akan CPO meningkat sejalan dengan diberlakukannya peraturan Food and Drug Administration (FDA) yang baru pada bulan Januari 2009 Peraturan ini mengharuskan produsen makanan untuk merinci kandungan transfatty acid pada label kemasan produknya. Hal ini akan mendorong produsen makanan di AS untuk memakai CPO sebagai pengganti minyak kedelai, yang selain lebih mahal, juga menghasilkan lebih banyak trans-fatty acid setelah hidrogenisasi. c. Penghapusan Tarif Impor Permintaan pasar di Cina akan semakin berkembang akibat membaiknya tingkat kehidupan, ketidakcukupan produksi minyak nabati dalam negeri, serta dihapusnya tarif impor secara bertahap sejak bulan Januari 2009 sesuai ketentuan World Trade Organisation (WTO). Hal ini menggambarkan bahwa prospek minyak sawit Indonesia cukup menjanjikan, sehingga perlu terus dikembangkan untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri. Kondisi ini dapat menjadi peluang bisnis bagi produsen minyak sawit di dalam negeri. Berdasarkan perkembangan konsumsi yang cenderung meningkat dengan kenaikan sekitar 1% s.d 41% per tahun, maka konsumsi minyak sawit di tahun mendatang diproyeksikan naik sekitar 1% dengan rincian sebagai berikut: Tabel 9 Proyeksi Konsumsi CPO Indonesia Tahun
Konsumsi (Ton)
2000
4.120.117
2001
4.233.630
2002
4.350.270
2003
4.470.123
2004
4.593.279
2005
4.719.828
2006
4.849.863
2007
4.983.481
2008
5.120.780
2009
5.261.862
2010
5.406.830
Sumber : MPOB
7. Perkembangan Harga Minyak Sawit Harga CPO dunia selalu berfluktuatif dengan frukuensi yang cukup tinggi. Slope fluktuasinya terkadang sangat besar. Ini lebih banyak disebabkan oleh mekanisme
26
pasar. Walaupun ada dua negara yang sangat mendominasi produksi CPO yaitu Malaysia dan Indonesia namun harga CPO tetap sangat dipengaruhi oleh kondisi pasar dunia. Adapun perkembangan rata-rata harga CPO di pasar Rotterdam selama tahun 1978 s.d 2010, adalah sebagai berikut: Tabel 10 Perkembangan Harga CPO (CIF Rotterdam) Tahun
Jan
Feb
Mar
Jul
Agt Sep Okt Nov Des Rerata Pertumbuhan
1978 1979 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
552
461
450
Apr Mei Jun 438
378
332
387
452
417
410
395
417
425
-
353
372
380
351
344
386
433
422
453
449
460
454
405
-5%
462
507
598
647
659
619
520
493
460
450
445
501
530
31%
514
558
688
603
624
664
622
585
615
623
604
604
609
15%
636
694
637
666
665
675
678
652
640
602
620
630
650
7%
673
683
620
611
584
555
545
518
509
507
585
622
584
-10%
635
640
620
588
599
640
600
531
509
513
500
483
572
-2%
502
528
507
509
511
494
421
396
380
355
362
376
445
-22%
372
367
378
419
432
394
425
559
645
671
661
695
502
13%
875
875
845
841
951
783
580
562
611
615
616
592
729
45%
583
595
651
653
610
556
487
404
360
356
362
390
501
-31%
342
283
243
242
238
243
221
197
207
272
303
293
257
-49%
346
334
315
340
345
340
304
307
336
353
367
438
344
34%
487
408
381
403
423
495
512
451
425
430
411
407
436
27%
385
398
398
389
404
372
330
309
318
315
304
271
349
-20%
280
273
285
265
279
272
279
292
279
289
331
340
289
-17%
348
338
350
319
317
309
341
338
324
344
362
375
339
17%
387
382
396
401
391
402
381
382
391
396
413
401
394
16%
410
425
407
392
369
355
360
356
351
332
356
409
377
-4%
403
387
395
434
487
507
496
393
612
615
705
723
513
36%
655
659
687
625
611
633
656
615
585
614
608
589
628
22%
534
518
518
562
548
507
475
514
546
531
549
560
530
-16%
567
579
558
562
554
532
498
505
524
544
557
560
545
3%
620
661
672
691
704
633
665
673
706
694
680
663
672
23%
627
556
493
508
467
392
307
346
386
379
368
353
432
-36%
348
331
350
368
324
317
313
308
287
255
259
268
311
-28%
256
237
252
251
235
256
329
359
306
270
318
331
283
-9%
336
332
337
347
372
408
405
424
400
411
440
463
390
38%
459
450
426
413
414
428
410
396
419
482
499
510
442
13%
495
531
548
537
513
437
428
431
435
426
432
423
470
6%
398
401
429
427
414
417
413
407
422
441
441
428
420
-11%
422
442
437
434
440
440
471
511
497
505
542
583
477
14%
595
603
620
708
769
798
807
818
823
877
952
950
777
63%
Sumber : GAPKI, Oilworld, Depdag, RI tahun 2011
27
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa harga CPO di pasar Rotterdam selama tahun 1978 s.d 2010 menunjukkan perkembangan yang berfluktuasi, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 5,11% per tahun. Bahkan selama kuartal I 2010 menunjukkan kenaikan yang signifikan. Harga CPO yang berfluktuasi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : a.
Pasokan dan permintaan CPO di pasar;
b.
Harga minyak sawit dipengaruhi oleh harga minyak nabati lainnya seperti minyak kedelai, minyak kelapa, dan minyak kacang tanah. Bila Harga jual minyak nabati lainnya naik, maka harga jual minyak kelapa sawit juga ikut naik. Sebaliknya, bila harga jual minyak nabati lainnya turun, harga jual minyak kelapa sawit juga turun;
c.
Kebijakan pemerintah di industri CPO; dan
d. Kondisi alam yang mempengaruhi produksi kelapa sawit, yang tentunya juga mempengaruhi produksi dan harga CPO.
Pada tahun 2008, rata-rata harga CPO di pasar Rotterdam mencapai US$ 420,61 per ton atau turun sebesar 11% dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan pengaruh panen kelapa sawit yang berlebihan dan persediaan CPO yang tinggi di Eropa dan Malaysia. Namun di tahun 2009, harga CPO kembali meningkat menjadi US$ 478,40 per ton. Realisasi rata-rata harga CPO pada bulan September s.d Desember tahun 2010 telah mencapai 893 per ton.
Kenaikan harga minyak bumi diperkirakan menjadi
penyebab lonjakan harga CPO tersebut. Kondisi harga CPO ini diperkirakan masih akan bertahan pada beberapa tahun mendatang bahkan cenderung terus mengalami kenaikkan, mengingat permintaan CPO akan terus meningkat seiring dengan digalakkannya penggunaan Biodiesel dan masih tingginya harga minyak bumi. 8. Harga di Tingkat Pemasaran Lokal Besarnya volume ekspor CPO Indonesia menyebabkan tingginya pengaruh harga CPO di pasar internasional terhadap perkembangan harga CPO dalam negeri yang pada akhirnya berimbas pada harga tandan buah kelapa sawit (TBS). Menurut Dinas Perkebunan Propinsi Kalimantan Timur, harga TBS terus mengalami peningkatan sepanjang tahunnya. Pada tahun 2008 harga TBS mencapai Rp. 680,- per kg dan terus mengalami kenaikan hingga pada akhir tahun 2010 telah mencapai Rp. 1.350,- per kg. Bahkan selama kuartal I tahun 2011, harga TBS mencapai Rp. 1.500 per kg. Harga TBS diperkirakan akan terus mengalami kenaikan pada beberapa tahun berikutnya, hal tersebut dipengaruhi dengan adanya sosialisasi bahan bakar ramah lingkungan biodiesel yang berasal dari kelapa sawit sehingga akan mempengaruhi permintaan CPO. Kenaikan harga juga disebabkan beberapa hal yaitu: a.
Meningkatnya kebutuhan konsumsi minyak per kapita, terutama negara-negara yang sedang berkembang;
b.
Meluasnya dayaguna kelapa sawit didalam berbagai penggunaan industry;
28
c.
Adanya tendensi di negara-negara maju untuk mensubstitusi minyak hewani ke minyak nabati berdasarkan pertimbangan kesehatan (non cholesterol); dan
d. Adanya tendensi bagi negara-negara yang berada di Amerika dan Asia Barat untuk mensubstitusi minyak nabati lainnya seperti kopra, minyak kedelai dan minyak bunga matahari ke minyak sawit.
29
Tabel 11 Perkembangan Harga CPO, Inti Sawit dan TBS di Kalimantan Timur Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept 3.573 3.766 4.12 4.159 4.274 3.47 3.184 3.36 1.75 1.8 2 2.215 2.275 1.95 1.95 1.95 78,53% 78,95% 78,97% 78,39% 78,95% 76,56% 75,13% 76,01%
uraian Jan Harga CPO (Rp/kg) 3.767 Harga Inti Sawit (Rp/kg) 1.73 Indeks “K” 77,55% Harga TBS (Rp/kg) Tertinggi 688 665 703 770 Terendah 506 489 517 567 Harga CPO (Rp/kg) 3.15 2.892 2.832 3.293 Harga Inti Sawit (Rp/kg) 2 2 2 2.1 Indeks “K” 76,25% 75,36% 75,36% 76,23% Harga TBS (Rp/kg) Tertinggi 587 538 527 613 Terendah 432 396 389 451 Harga CPO (Rp/kg) 2.904 2.937 3.094 3.281 Harga Inti Sawit (Rp/kg) 1.8 1.785 1.825 1.725 Indeks “K” 76,66% 77,18% 79,78% 77,42% Harga TBS (Rp/kg) Tertinggi 542 551 597 607 Terendah 399 405 439 446 Harga CPO (Rp/kg) 3.957 4.686 4.652 8.855 Harga Inti Sawit (Rp/kg) 2.1 2.23 2.285 2.45 Indeks “K” 75,00% 75,01% 76,24% 75,05% Harga TBS (Rp/kg) Tertinggi 709 831 841 866 Terendah 522 611 618 637 Harga CPO (Rp/kg) 7.062 7.592 8.266 8.141 Harga Inti Sawit (Rp/kg) 3.349 3.862 4.099 4.099 Indeks “K” 79,86% 78,66% 80,55% 82,76% Harga TBS (Rp/kg) Tertinggi 1.332 1.421 1.58 1.601 Terendah 980 1.045 1.162 1.178 Sumber : Dinas Perkebunan Kalimantan Timur, Tahun 2011
Okt 3.542 1.95 77,62%
Nov 3.242 1.95 77,34%
Des 3.132 2 77,34%
Rata2 3.632 1.96 77,61%
780 573 3.325 2.1 77,93%
807 593 3.301 2.175 77,86%
639 428 3.24 2.175 79,23%
428 572 3.366 2.025 77,55%
617 454 3.36 1.95 76,01%
660 486 3.505 1.9 77,23%
608 448 3.523 2 77,48%
592 436 3.299 1.8 78,17%
663 506 3.257 2.019 77,06%
633 465 3.187 1.675 77,59%
631 464 3.159 1.675 78,77%
632 465 3.372 1.68 78,26%
633 466 3.351 1.625 78,18%
617 454 3.679 1.625 78,19%
649 477 3.588 1.4 79,74%
657 484 3.579 1.4 79,35%
618 455 3.825 1.65 75,00%
611 450 3.33 1.655 78,01%
590 434 5.662 2.45 75,05%
595 438 5.98 2.775 75,07%
627 461 6.094 3.275 77,25%
620 456 6.136 3.275 76,28%
675 496 5.88 3.125 78,31%
664 488 6.377 3.139 76,32%
659 485 6.389 3.139 77,00%
672 494 7.062 3.349 82,77%
616 453 5.978 2.799 76,61%
995 732
1.058 778
1.127 829
1.12 824
1.101 810
1.154 849
1.166 858
1.381 1.016
1.029 757
30
9. Kondisi Pasar Lokal Perkebunan kelapa sawit PT. ABC memiliki lokasi dengan akses yang cukup lancar karena mempunyai jalan yang berhubungan langsung dengan jalan utama yaitu jalan Trans Kalimantan Timur, demikian juga terhadap pusat-pusat perekonomian maupun pemerintahan yaitu ibukota Kecamatan, Kabupten dan Propinsi. Tingkat perkembangan penduduk disekitar lokasi Perkebunan cukup stabil dimana mayoritas bermatapencaharian bertani dengan kegiatan utama usaha Perkebunan Kelapa Sawit, karet, palawija dan sebagian kecil sayur-sayuran. Berdasarkan informasi dari masyarakat sekitar, harga pasar tanah disekitar lokasi Perkebunan dengan jenis tanah darat berkisar antara Rp. 5.000.000,- sampai Rp. 8.000.000,- per hektar dan jenis tanah ladang / hutan dengan besaran berkisar antara Rp. 3.000.000,sampai Rp. 4.000.000,- per hektar. Pasaran properti Perkebunan Kelapa Sawit milik masyarakat berkisar Rp. 40.000.000,- (kebun plasma yang masih cicil) sampai Rp. 35.000.000,- per hektar, sedangkan harga TBS di tengkulak pengumpul berkisar antara Rp 850,- sampai 1.150,- per kg. Ketersediaan lahan untuk perusahaan Perkebunan disekitar lokasi saat ini cukup terbatas sedangkan permintaan terhadap tanahnya masih tinggi. Permintaan tersebut didominasi oleh calon investor yang berkeinginan untuk mengembangkan Perkebunan Kelapa Sawit. I. GAMBARAN UMUM PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT ABC PT ABC adalah perusahaan yang bergerak di bidang Perkebunan dan berkedudukan di Desa Belimbing, Kecamatan Longkali, Kabupaten Paser, Propinsi Kalimantan Timur. Keseluruhan luas lahan Perkebunan PT ABC seluas x.xxx Ha, yang seluruhnya telah bersertifikat HGU. 1. Kondisi Tanaman Kelapa Sawit Untuk mengetahui kondisi tananam kelapa sawit dan kualitas tanaman berikut areal tanaman kelapa sawit secara umum, penilai melakukan pengamatan langsung dan melakukan pengambilan sample pada saat inspeksi ke areal Perkebunan Kelapa Sawit, yang hasilnya sebagai berikut:
a. Jenis tanaman Jenis tanaman kelapa sawit yang ditanam di kebun PT ABC adalah berjenis Tenera merupakan hasil persilangan D (Dura) >< P (Psifera). Klon tersebut didatangkan dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat, Sumatera Utara. 31
b. Jarak tanam dan jumlah tanaman Penanaman kelapa sawit dilakukan pada lahan yang telah disiapkan sebelumnya dalam bentuk blok dengan jarak tanam yang dipergunakan pada Perkebunan Kelapa Sawit PT ABC adalah segitiga sama sisi yaitu ... m x ... m x ..,... m, sehingga kerapatan tanam per Ha pada saat penanaman sebanyak xxx pokok. Namun berdasarkan hasil sensus tanaman yang dilakukan oleh internal PT ABC diketahui bahwa rata-rata jumlah tanaman per hektar tinggal 131 pokok per hektar atau mencapai xx,x% dari standar sebanyak xxx pokok per hektar. Tabel 12 Jumlah Tanaman Kelapa Sawit dan Kerapatan Tanaman Tahun Tanam (TT)
Luas Areal
Jumlah Tanaman
Tanaman (Ha)
Pokok
Standar
Pokok/Ha
(pokok/Ha)
Pencapa ian
a. TT [2002]
x.xxx
xxx.xxx
xxx
xxx
xx,x%
b. TT [2003]
xxx
xx.xxx
xxx
xxx
xx,x%
c. TT [2004]
xxx
xx.xxx
xxx
xxx
xx,x%
d. TT [2010]
x.xxx
e. TT [2011]
x.xxx xxx.xxx
xxx
xxx
xx,x%
Jumlah
x.xxx
Sumber : Manajemen PTABC, tahun 2011 diolah
Untuk meyakini kondisi umum tanaman kelapa sawit dan kualitas tanaman serta luas areal tanaman, Penilai melakukan pengambilan blok sampling dengan intensitas sampling sebesar x,x% dari masing-masing tahun tanam. Blok sampling dalam areal tanaman kelapa sawit PT ABC dilakukan dengan sampling sistematik dimulai secara acak (systematic sampling with random start) dalam jalur blok, dengan lebar jalur ±xx meter dan panjang jalur ±xxx m. Hasil pengambilan blok sampling disajikan dalam tabel berikut:
32
Tabel 13 Hasil Blok Sampling Kondisi Tanaman dan Kualitas Tanaman Kelapa Sawit Tahun Tanam (TT)
Blok Luas Tanam (Ha)
Luas Blok (Ha)
Luas Blok Sampel (Ha)*)
Jarak Tanam
(a)
(b)
(d)
(e) =2,5% (d)
(e)
TT 2005
Jumlah TT 2006
Jumlah TT 2007
Jumlah Jumlah
(c)
x.xxx A-1 A-2 A-3 dst xxx B-1 B-2 B-3 dst xxx B-1 B-2 B-3 dst x.xxx
xx xx xx x.xxx x.xxx xx xx xx xxx xxx xx xx xx xxx xxx x.xxx
x,x x,x x,x xx,x xx,x x,x x,x x,x xx,x xx,x x,x x,x x,x xx,x xx,x xx,x
Jumlah Juml. Tanaman Blok Sampel Tanam (pokok)**) Normal Tidak Jumlah Normal (f)
..mX..mX..,..m ..mX..mX..,..m ..mX..mX..,..m ..mX..mX..,..m ..mX..mX..,..m ..mX..mX..,..m ..mX..mX..,..m ..mX..mX..,..m ..mX..mX..,..m ..mX..mX..,..m ..mX..mX..,..m ..mX..mX..,..m ..mX..mX..,..m ..mX..mX..,..m ..mX..mX..,..m ..mX..mX..,..m
(g)
xx xx xx x.xxx x.xxx xx xx xx x.xxx x.xxx xx xx xx x.xxx x.xxx x.xxx
*) intensitas sampling x,x% **) sesuai dengan jarak tanam
33
xx xx xx x.xxx x.xxx xx xx xx x.xxx x.xxx xx xx xx x.xxx x.xxx x.xxx
(h)
Mati
(i)=(g)+(h) (j)
x x x x x x x x x x xx
xx xx xx x.xxx x.xxx xx xx xx x.xxx x.xxx xx xx xx x.xxx x.xxx x.xxx
x x x xxx xxx x x x xx xx x x x xx xxx xxx
Rasio Tegakan Tan. Dengan Standar (k)=(i)/(f)
xx,xx% xx,xx% xx,xx% xx,xx% xx,xx% xx,xx% xx,xx% xx,xx% xx,xx% xx,xx% xx,xx% xx,xx% xx,xx% xx,xx% xx,xx% xx,xx%
Berdasarkan hasil blok sampling sebanyak xxx blok dengan luas keseluruhan xx,x Ha, diketahui bahwa jumlah tanaman hidup (tanaman normal dan tidak normal) mencapai xx,x%, sedangkan berdasarkan laporan manajemen jumlah tanaman yang hidup mencapai xx,x%. c. Keseragaman tanaman Keseragaman tanaman relatif baik, meskipun masih dijumpai tanaman sisipan. d. Hama dan penyakit Serangan hama dan penyakit relatif kecil dan dapat dikendalikan. e. Kondisi tanaman penutup tanah dan piringan tanaman kelapa sawit Kondisi tanaman penutup tanah relatif baik dan terawat, meskipun secara sporadis masih ditumbuhi oleh tanaman pakis, alang-alang dan anak kayu. Sedangkan kondisi piringannya relatif bersih dan sebagian kelihatan ada bekas pemupukan. f.
Potensi produksi Potensi produksi buah untuk tahun tanam 2002dan 2003 relatif baik dan telah memliki potansi produksi cukup baik, sedangkan untuk tahun tanam 2004sudah mengeluarkan buah pasir.
g. Kondisi topografi lahan dan jalan kebun Secara umum topografi lahan [relatif datar] dengan kondisi jalan utama [cukup bagus namun pada jalan produksi [masih perlu perbaikan dan pengerasan]. 2. Tenaga Kerja Kebun Tenaga kerja merupakan bagian terpenting dalam proses produksi secara keseluruhan. Jumlah dan kualitas tenaga kerja yang tersedia merupakan faktor yang penting dalam menjalankan pekerjaan atau operasional di lapangan agar dapat berjalan sesuai dengan rencana. Dari hasil pengamatan secara langsung di lapangan dan informasi dari manajer kebun di lapangan, diketahui bahwa tenaga kerja lapangan jumlahnya sudah mencukupi atau tidak kekurangan.
3. Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Untuk mengolah Tandan Buah Segar (TBS) yang dihasilkan oleh Kebun Kelapa Sawit PT ABC seluas 25 Ha menjadi produk setengah jadi yang berupa Crude Palm Oil (CPO) dan Kernel (Inti Sawit), PT ABC telah memiliki PKS berkapasitas xx ton TBS/jam. PKS tersebut berada di dalam areal Perkebunan Kelapa Sawit, tepatnya di Blok G18, Divisi I
4. Produksi Kelapa Sawit a. Hasil Produksi Produk yang dipasarkan meliputi Tandan Buah Segar (TBS), Crude Palm Oil (CPO) dan kernel. Tandan buah segar (TBS) hasil kebun diolah pabrik kelapa sawit (PKS) menghasilkan CPO dan kernel. Proyeksi TBS yang tidak dapat diolah di PKS sendiri 34
karena telah melebihi kapasitas terpasang, dijual dalam bentuk TBS ke pabrik di sekitar lokasi, dan terdekat adalah PT ABC a. Realisasi Produksi Realisasi produksi TBS5 tahun terakhir adalah sebagai berikut:
Bulan
2009 TT 2005
Tabel 14 Realisasi Produksi TBS Tahun 2009–2011 Tahun 2010 TT 2006
TT 2007
TT 2005
2011 TT 2006
TT 2007
Januari
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
Februari
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
Maret
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
April
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
Mei
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
Juni
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
Juli
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
Agustus
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
September
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
Oktober
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
November
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
Desember
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx x.xxx.xxx
x.xxx.xxx
x.xxx.xxx
TOTAL x.xxx.xxx x.xxx.xxx x.xxx.xxx Sumber : Manajemen PT. ABC, tahun 2011 diolah b. Penjualan Produksi TBS dijual di pasaran lokal berikut:
dengan perkembangan penjualan sebagai
Tabel 15 Realisasi Penjualan TBS
Tahun
Volume (ton)
Penjualan TBS Harga Jual Nilai (Rpxxx/ton) (Rp xxx)
2009
x.xxx,xxx
xxx.xxx
x.xxx.xxx.xxx
2010
xx.xxx,xxx
xxx.xxx
xx.xxx.xxx.xxx
2011
x.xxx,xxx
xxx.xxx
x.xxx.xxx.xxx
J. DESKRIPSI LOKASI 1. Lokasi dan Identifikasi Objek Penilaian Jenis objek properti yang dinilai berupa Perkebunan Kelapa Sawit milik PT ABC, yang teridiri dari : a) Tanah Perkebunan Kelapa Sawit seluas x.xxx Ha; b) Tanaman Kelapa Sawit seluas x.xxx Ha; c) Bangunan dan Prasarana Penunjang 35
d) Kendaraan e) Alat Berat dan Utilitas f) Peralatan dan perabotan kantor g) Pabrik pengolahan kelapa sawit Secara administratif pemerintahan objek penilaian tersebut terletak di a) Desa
: Belimbing,
b) Kecamatan
: Longkali,
c) Kabupaten
: Paser,
d) Propinsi
: Kalimantan Timur.
Secara geografis lokasi objek penilaian tersebut terletak antara 112o52’ sampai dengan 114o41’ BT dan antara 12o02’ sampai dengan 13o00’ LU, dengan batas-batas lahan/areal sebagai berikut: a) Sebelah Utara
: Lahan milik PT CDF
b) Sebelah Timur
: Kebun Kelapa Sawit milik PT XYZ
c) Sebelah Selatan
: HPH milik PT STU
d) Sebelah Barat
: Lahan milik masyarakat
2. Aksesibilitas Untuk menuju lokasi Perkebunan Kelapa Sawit tersebut dapat dilakukan dengan perjalanan darat dari Kota Propinsi Kalimantan Timur ke lokasi objek penilaian dengan jarak kurang lebih 60 Km atau lama perjalanan kurang lebih 1,5 jam dengan kondisi jalan berupa jalan aspal kurang lebih 50 km, jalan macadam kurang lebih 8 km, jalan tanah kurang lebih 2 km. Bangunan-bangunan di sekitar lokasi yang dapat dijadikan petunjuk antara lain : a. Perkebunan Kelapa Sawit milik PT CDF; b. Perkebunan Kelapa Sawit milik PT XYZ; c. Perkebunan Kelapa Sawit milik PT STU; dan d. Perkebunan Kelapa Sawit milik PT YYY.
36
3. Keadaan Lingkungan Fasilitas umum yang terdapat di sekitar lokasi belum terbangun sedangkan fasilitas yang ada dibangun oleh pemilik Perkebunan atau swadaya masyarakat setempat. Fasilitas sosial yang berada di sekitar lokasi adalah kantor pemerintah dan tempat ibadah. Keadaan lingkungan di sekitar lokasi merupakan kawasan Perkebunan dan HPH, pemukiman penduduk yang relatif rendah kepadatannya.
K. DATA TANAH 1. Legalitas Tanah PropertiPerkebunan Kelapa Sawit yang dinilai meliputi tanah (lahan) seluas x.xxx Ha, tanaman kelapa sawit, bangunan dan prasarana, alat angkut/kendaraan, mesin dan peralatan, peralatan dan perabotan kantor yang berada diatasnya dengan bukti kepemilikan tanah sebagai berikut: Tabel 16 Sertifikat Hak Kepemilikan Tanah No.
Sertifikat x.xxx,xx
Pemegang Hak
Tanggal Penerbitan Berakhir ......... .........
PT ABC
Gambar Situasi 01
Luas (Ha) 8.900,00 x.xxx,xx
Jumlah Luas Tanah
Tanah tersebut mempunyai bentuk tidak beraturan. Kami tidak melakukan pengukuran menyeluruh, melainkan dengan cara sampling dengan batas-batas tanah seperti yang ditunjukkan oleh Pemberi Tugas. Luas tanah yang dinilai berdasarkan angka yang terdapat dalam dokumen sertifikat Hak Guna Usaha (HGU) tersebut. 2. Peruntukan dan Pemanfaatan Tanah Tanah lokasi properti penilaian dapat digunakan sebagai kawasan Perkebunan, bangunan kantor, gudang dan barak karyawan dengan Surat dan Izin Lokasi sebagai berikut: Surat Keputusan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional No: …../HGU/BPN/….., Tentang Pemberian Hak Guna Usaha Atas Tanah Terletak Di Kabupaten […..], Propinsi […..], seluas […..] Ha. Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. …../Kpts-II/…..tertanggal ….. bulan ….. tahun…...dan No. …../Kpts-II/…..tertanggal ….. bulan ….. tahun…..., pelepasan tanah seluas 12.019 Ha. Izin lokasi berdasarkan Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten […..] No. …../BPN/X/tahun….., tertanggal ….. bulan…..tahun….. jo Surat No. …../BPN/V/ tahun…...
37
Izin Usaha Perkebunan Kelapa Sawit berdasarkan Surat Keputusan […..] No. ….. /E5.601/.... tertanggal …..bulan …..tahun…... Berdasarkan surat-surat perizinan yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang dan melihat kondisi lahan dan lingkungan yang ada, tanah lokasi properti tersebut merupakan kawasan Perkebunan Kelapa Sawit. 3. Kesesuaian Lahan Di Indonesia dalam menentukan kelas kesesuaian lahan untuk penggunaan Perkebunan Kelapa Sawit menggunakan kerangka dari FAO (Food And Agriculture Organisation). Sifat dan karakteristik lahan yang digunakan sebagai kriteria kesesuaian lahan adalah agroklimat (curah hujan, bulan kering, temperatur rata-rata tahunan, suhu maksimum dan minimum), topografi (ketinggian tempat, kemiringan), hidrologi (bahaya erosi dan banjir), serta sifat media perakaran dan nutrient. Berdasarkan sifat dan karakteristik lahan tersebut, maka kelas lahan untuk Perkebunan Kelapa Sawit dibagi menjadi 5 kelas kesesuaian lahan, yaitu S1 (sangat sesuai atau higly suitable), S2 (cukup sesuai atau moderatly suitable), S3 (sesuai tingkat marginal atau marginality suitable), N1 (tidak sesuai saat ini), N2 (tidak sesuai permanen). a. Sifat dan Karakteristik Lahan (Tanah) Adapun sifat dan karakteristik lahan yang saat penilaian dilakukan sudah bersertifikat HGU adalah sebagai berikut: 1) Agroklimat Untuk mengetahui keadaan iklim di lokasi lahan HGU diperlukan data tentang curah hujan, suhu udara, kelembaban, kecepatan angin dan arah angin serta intensitas penyinaran matahari, yang datanya diperoleh dari Stasiun Meteorologi Sepinggan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi tersebut, data iklim di lokasi Perkebunan Kelapa Sawit adalah sebagai berikut: (a) Curah Hujan Hasil analisis data curah hujan di Stasiun Meteorologi Sepinggan curah hujan rata-rata per tahun selama periode 2006-2010 sebesar 1800 mm atau 150 mm perbulan. Distribusi hujan tergolong cukup merata, dimana sebagian besar bulan selama setahun mempunyai curah hujan lebih dari 100 mm. Periode bulan yang mempunyai curah hujan dibawah 100 mm terjadi pada bulan Juni, selebihnya merupakan periode bulan dengan curah hujan diatas 100 mm, sedangkan bulan Oktober dan Desember merupakan periode bulan dengan curah hujan diatas 290 mm. Ditinjau dari data curah hujan, maka lokasi studi sesuai untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit, karena pertumbuhan optimum dari kelapa sawit menghendaki curah hujan antara 1.500 sampai 4.000 mm per tahun. 38
(b) Suhu Udara Suhu udara rata-rata tahunan selama periode 2006-2010 di Stasiun Meteorologi Sepinggan, adalah 29o C, dengan suhu maksimum 34oC dan suhu minimum 26oC, sedangkan pertumbuhan optimum dari tanaman kelapa sawit menghendaki suhu udara antara 29oC sampai dengan 30oC. Secara umum dikatakan bahwa kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu rata-rata tidak lebih dari 30oC. (c) Kelembaban Udara Kelembaban udara rata-rata bulanan selama periode 2006-2010 berdasarkan data dari Stasiun Pengamatan Sepinggan, tidak menujukkan fluktuasi yang berarti atau relatif konstan pada angka 82% - 87%, sedangkan pertumbuhan optimum dari tanaman kelapa sawit menghendaki kelembaban udara antara 80% sampai 90%, sehingga dapat dikatakan bahwa areal di lokasi tersebut sesuai untuk pengembangan tanaman kelapa sawit. (d) Kecepatan Angin dan Arah Angin Kecepatan angin rata-rata berdasarkan data dari Stasiun Pengamatan Sepinggan adalah 6 km/jam. Berdasarkan Skala Beaufort, kecepatan angin di lokasi tersebut termasuk lemah, sehingga tidak terlalu membahayakan bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit. (e) Intensitas Penyinaran Matahari Intensitas penyinaran matahari rata-rata bulanan berdasarkan data dari Stasiun Pengamatan Sepinggan adalah 5 jam. tertinggi terjadi pada periode bulan Juni
Intensitas penyinaran
dan terendah pada bulan
Desember. Kelapa sawit membutuhkan penyinaran matahari yang cukup untuk
kelangsungan
proses
fotosintesa.
Dikaitkan
dengan
standar
kebutuhan sinar matahari untuk tanaman kelapa sawit, yaitu lebih dari 4 jam per hari, maka lokasi tersebut sesuai untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit. 2) Topografi Berdasarkan Catalog of Land Form of Indonesia (Desaunettes) di areal proyek, digabungkan dengan informasi peta dasar peta topografi dengan skala 1: 50.000, di lokasi proyek terdapat 6 kondisi lahan sebagaimana tercantum dalam tabel berikut ini:
Fisiografi Dataran Alluvial Dataran datar
Tabel 17 Topografi Tanah Objek Penilaian Bentuk Lereng Luas Wilayah (%) Ha % Datar 0 – 3 xx.xxx,xx xx,x% Datar 0–3 x.xxx,xx xx,x% 39
Dataran Berombak Dataran Bergelombang Dataran Bergelombang s.d Agak Berbukit Bukit Jumlah
Berombak Bergelombang Agak berbukit
3–8 9 - 15 16 - 25
xxx,xx xxx,xx x.xxx,xx
xx,x% xx,x% xx,x%
Berbukit
25 - 40
xxx,xx x.xxx,xx
xx,x% xxx,x%
Sumber: manajemen PT ABC, tahun 2010
3) Tata Kelola Air Di lokasi lahan HGU PT ABC terdapat beberapa sungai besar dan kecil serta rawa-rawa dengan kedalaman sampai dengan xxx cm. Dua sungai besar yang digunakan penduduk setempat untuk sarana perhubungan maupun sebagai sumber air minum adalah Sungai Gorong dan Sungai Jogging dengan debit air masing-masing sebesar xx m3/dt dan xx m3/dt. Sungai ini mengalir sepanjang tahun. 4) Vegetasi Dari lahan HGU Perkebunan Kelapa Sawit PT ABC yang belum dikembangkan ditumbuhi oleh semak belukardan tegakan pohon-pohon sisa tebangan (eks HPH). b. Kelas Kesesuaian Lahan Berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian lahan yang dilakukan oleh pihak manajemen PT ABC bahwa areal objek penilaian dapat digolongkan ke dalam kelas kesesuaian lahan S3 (Sesuai Marginal)dengan faktor pembatas utama yang terdiri atas tekstur tanah, kemiringan lereng, solum dangkal dan kemasaman tanah. 4. Tata Guna Lahan Dari lahan bersertifikat HGU seluas x.xxx Ha tersebut, yang sudah dikembangkan per tanggal .... bulan .... tahun .... seluas x.xxx Ha, dan yang belum dikembangkan (termasuk yang tidak dapat ditanami) seluas x.xxx Ha, dengan perincian penggunaan sebagai berikut:
Tabel 18 Penggunaan Lahan Perkebunan Pada Saat Inspeksi
Uraian A. Lahan yang Sudah Dikembangkan 1. Tanaman Kelapa Sawit a. Tahun Tanam [2005] b. Tahun Tanam [2006] c. Tahun Tanam [2007] d. Tahun Tanam [2010] e. Tahun Tanam [2011] Luas Areal Tanaman Kelapa Sawit 2. Jalan kebun 3. Kebun pembibitan 40
Luas (Ha)
x.xxx,xx xxx,xx xxx,xx x.xxx,xx x.xxx,xx x.xxx,xx xxx,xx xx,xx
Bobot
xx,xx% x,xx% x,xx% xx,xx% xx,xx% xx,xx% x,xx% x,xx%
Uraian 4. Bangunan emplasemen kebun Total Lahan yang sudah dikembangkan (A) B. Lahan untuk PKS C. Lahan yang belum dikembangkan D. Lahan yang tidak bisa Ditanami Total Lahan Belum Dikembangkan E. Total Lahan HGU Sumber : Laporan Kebun, tahun 2011
Luas (Ha) xx,xx xxx,xx xx,xx xxx,xx xxx,xx xxx,xx x.xxx,xx
Bobot x,xx% x,xx% x,xx% x,xx% x,xx% x,xx% xxx.xx%
Hampir Seluruh lahan sudah dikembangkan, yang terdiri atas Tanaman Menghasilkan (TM) dan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM).
5. Penggunaan Tertinggi Dan Terbaik (Highest And Best Used) Dalam penilaian ini kami melakukan analisis Penggunaan Tertinggi Dan Terbaik. Analisis tersebut kami lakukan berdasarkan pertimbangan bahwa berdasarkan analisis awal diketahui bahwa penggunaan tanah untuk Perkebunan Kelapa Sawit, secara fisik sesuai untuk Perkebunan Kelapa Sawit, secara hukum telah diizinkan karena telah mendapatkan sertifikat HGU, dan secara finansial layak, sehingga menurut hemat kami penggunaan tanah untuk Perkebunan Kelapa Sawit adalah pemanfaatan yang tertinggi dan terbaik dari tanah tersebut.
L. PENILAIAN ASET TANAMAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT 1. Pendekatan Penilaian Didasarkan pada Peraturan Bapepam-LK Nomor VIII.C.4 tentang Pedoman Penilaian Dan Penyajian Laporan Penilaian Properti di Pasar Modal dan Surat Edaran No……. tentang Pedoman Penilaian dan Penyajian Laporan Penilaian Properti Perkebunan Kelapa Sawit di Pasar Modal dan Standar Penilaian Indonesia, pendekatan yang diterapkan dalam penilaian Aset Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit adalah : a. Aset Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit 1) Tanaman Kelapa Sawit a. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) menggunakan Pendekatan Biaya; b. Tanaman Menghasilkan (TM) menggunakan Pendekatan Pendapatan 2) Bibit Tanaman Kelapa Sawit menggunakan Pendekatan Biaya b. Aset Non-Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit 1) Tanah Perkebunan Kelapa Sawit menggunakan Pendekatan Data Pasar. Dalam hal tidak terdapat data pasar yang sebanding dan sejenis, maka dapat menggunakan Pendekatan Pendapatan dengan Teknik Penyisaan Tanah (Land Residual Technique) Perkebunan Kelapa Sawit; 2) Bangunan dan Infrastruktur dalam Perkebunan Kelapa Sawit menggunakan Pendekatan Biaya; 3) Kendaraan dan Alat Berat menggunakan Pendekatan Data Pasar; dan 41
4) Mesin dan peralatan pendukung perkebunan serta mesin pengolahan kelapa sawit menggunakan Pendekatan Biaya.
2. Penilaian Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Kondisi Tanaman Tanaman kelapa sawit PT. ABC meliputi luas x.xxx,xx hektar yang penanamannya dikelompokkan atas: Tabel 19
Pengelompokan Penanaman Tanaman Kelapa Sawit PT. ABC URAIAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN
Estate AA (Ha)
Estate BB (Ha)
Jumlah (Ha)
A. TT – 2010
x.xxx,xx
B. TT – 2011
x.xxx,xx
TOTAL TANAMAN
x.xxx,xx
Kondisi dan pertumbuhan tanaman secara umum dapat dikemukakan sebagai berikut :
Di Estate AA kondisi tanaman secara umum terawat cukup baik. Pada tanamantanaman dengan umur tanam yang lebih tua tampak warna daun lebih hijau karena kemampuan menyerap haranya lebih tinggi mengingat kondisi perakaran tanaman sudah cukup lebar dan dalam. Tetapi tanaman yang tumbuh diareal berpasir, pertumbuhanannya cenderung kurang baik, hal ini dapat dilihat pada warna daun yang lebih berwarna kekuningan, hal ini disebabkan antara lain kemampuan menyimpan hara didalam tanah yang kurang.
Di Estate BB kondisi tanaman secara umum lebih baik dibandingkan dengan di Kebun Seriam Jaya, kejaguran tanaman lebih baik dan tampak warna daun lebih hijau, hal ini dikarenakan kondisi lahan lebih baik, hanya sedikit lahan berpasir dan kondisi draenase sudah tertata dengan baik, disamping itu perawatan dan pemupukan lebih baik karena tenaga kerja lebih tersedia. Bahkan pada beberapa tanaman TT-2010 yang ditanam pada awal tahun sudah nampak buah pasir yang muncul.
Pertumbuhan tanaman penutup tanah (LCC) yang menggunakan jenis PJ dan CM ataupun MB pada barisan tanaman sebagian besar belum menutupi gawangan, sebagian lagi belum dilakukan penanaman LCC terutama di tanaman yang baru tanam (TBM-0). 42
Kondisi jalan kebun baik jalan koleksi maupun jalan utama memiliki lebar yang sudah memenuhi standar. Untuk jalan transport dan jalan koleksi sebagian besar belum dilakukan pengerasan, Seiring dengan meningkatnya aktivitas kebun dan khususnya untuk mengantisipasi musim hujan sebaiknya kualitas jalan secepatnya untuk ditingkatkan.
Rincian dari penggunaan lahan berdasarkan tahun tanam, luas tanam, kerapatan tanaman dan kondisi tanaman (sebagai nilai banding terhadap kondisi tanaman standar) di kebun saat ini adalah sebagai berikut : Tabel 20
Rincian Penggunaan Lahan Tahun Tanam No
Luas
Populasi (%
Kondisi
Areal
standar)
Tanaman/Ha
Tertanam
(% Standar)
Kondisi Relatif Tanaman*)
(Ha) 1.
2010
x.xxx,xx
2.
2011
x.xxx,xx
Total
xxx-xxx (xx%- xx%) xxx (xxx%)
xx%
xx%
A
xx%
xx%
A
x.xxx,xx Catatan :
Sangat Baik
= A = xx% - xxx%
Baik
= B = xx% - xx%
Cukup
= C = xx% - xx%
Kurang
= D = x% - xx%
Penilaian Tanaman Beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi tanaman antara lain : tingkat produksi tanaman, tingkat kerapatan/populasi tanaman, keadaan fisiologis tanaman, dan umur tanaman. Nilai tanaman kelapa sawit yang belum menghasilkan pada kebun
PT. ABC
ditentukan dengan menerapkan pendekatan biaya (Cost Approach). Pendekatan Biaya Proses penilaian melalui penerapan pendekatan biaya (cost approach), terdiri atas ; (1) penentuan biaya reproduksi/pengganti baru tanaman, (2) penyesuaian nilai tanaman dengan membandingkan kondisi tanaman pada saat penilaian dilakukan dengan kondisi idealnya. 43
Biaya reproduksi tanaman dalam hal ini adalah akumulasi dari biaya tanaman kelapa sawit mulai dari pembukaan lahan (LC) sampai dengan pemeliharaan tanaman kategori TBM-3 (menjelang tanaman mulai menghasilkan). Faktor kondisi tanaman direfleksikan oleh dan pertumbuhan tanaman secara visual menurut tahun tanamnya, kerapatan tanaman (populasi), kondisi lingkungan atau habitus tanaman, kejaguran tajuk, keadaan gulma pada gawangan, piringan tanaman, dan prosentase penutupan leguminosa cover crop (LCC). Biaya Reproduksi Baru Didalam penilaian tanaman kelapa sawit melalui metode pendekatan biaya, terlebih dahulu ditentukan biaya reproduksi baru tanaman, yang merupakan kumulatif dari standar biaya penanaman dan perawatan tanaman belum menghasilkan dari TBM-1 sampai TBM-3. Standar biaya masing-masing kelompok tanaman memperhatikan kondisi lahan dan lokasi setempat. Berdasarkan atas harga-harga material, upah hari kerja yang terdapat di lokasi kebun yang berlaku saat ini, maka besarnya standar biaya reproduksi tanaman mulai dari pembukaan lahan(land clearing), pembibitan, penanaman dan perawatan TBM sebagai berikut : Tabel 21
Standar Biaya Reproduksi Baru Tanaman Jenis Pekerjaan
Biaya
1. Land Clearing per hektar
Rp x.xxx.xxx,-
2. Penanaman
Rp x.xxx.xxx,-
3. Pemeliharaan TBM-0 termasuk LCC per hektar
Rp x.xxx.xxx,-
4. Pemeliharaan TBM-1 per hektar
Rp x.xxx.xxx,-
5. Pemeliharaan TBM-2 per hektar
Rp x.xxx.xxx,-
6. Pemeliharaan TBM-3 per hektar
Rp x.xxx.xxx,-
TOTAL
Rp xx.xxx.xxx,-
Nilai Tanaman Tanaman Kelapa Sawit Dengan menerapkan metode penilaian seperti yang telah dikemukakan di atas, yakni yang memperhatikan faktor-faktor biaya reproduksi tanaman, penyusutan dan kondisi tanaman, maka diperoleh nilai tanaman yang dinyatakan dalam Nilai Pasar. Luas tanaman yang dinilai berdasarkan luas areal tertanam, yaitu seluas xx.xxx,xx hektar. Nilai tanaman menurut tahun tanam adalah sebagai berikut : 44
Tabel 22 Nilai Tanaman Menurut Tahun Tanam Tahun Tanam
Status Tanaman
Luas Areal Tertanam
Indikasi Nilai Pasar (Rp.)
(Ha) 2010 2011
TBM-1
x.xxx,xx
xx.xxx.xxx.xxx
TBM-0
x.xxx,xx
xx.xxx.xxx.xxx
TOTAL
x.xxx,xx
x.xxx,xx
Indikasi Nilai Pasar Tanaman Belum Menghasilkan Berdasarkan proses penilaian seperti yang telah diuraikan di atas serta dengan mempertimbangkan adanya faktor-faktor lain yang berkaitan dengan nilai tanaman belum menghasilkan tanaman kelapa sawit, maka kami berpendapat bahwa Indikasi Nilai Pasar tanaman kelapa sawit belum menghasilkan (TBM) seluas x.xxx,xx hektar pada lahan seluas x.xxx hektar yang dinilai pada tanggal... bulan ... tahun ... adalah : Nilai Pasar : Rp xx.xxx.xxx.xxx,(Bilangan Rupiah)
Penilaian Bibit Tanaman Pembibitan dinilai dengan menggunakan metode pendekatan biaya (Cost Approach). Didalam penilaian dengan metode ini, terlebih dahulu ditentukan biaya reproduksi baru dari biaya pembibitan, yang merupakan akumulatif tahap pekerjaan dari kecambah ditanam di pre-nursery hingga bibit siap tanam.
Standar biaya
pembibitan hingga bibit siap tanam adalah Rp xx.xxx,-/pokok. Umur Bibit (Bln) Main Nursery 12 - 14 bulan
Asal Bibit
Jumlah
PPKS, lonsum
xx.xxx
Total Nilai Bibit
xx.xxx
Kondisi (%)
xx%
Nilai Pasar (Rp,-)
xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx
Indikasi Nilai Pasar Bibit Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan proses penilaian seperti yang telah diuraikan di atas serta dengan mempertimbangkan adanya faktor-faktor lain yang berkaitan dengan nilai bibit tanaman kelapa sawit sebanyak xx.xxx pokok, maka kami berpendapat bahwa 45
Indikasi Nilai Pasar bibit kelapa sawit yang dinilai pada tanggal... bulan... tahun... adalah : Indikasi Nilai Pasar Bibit Kelapa Sawit Rp xxx.xxx.xxx,(Bilangan Rupiah) Kesimpulam Nilai Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Bibit Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan proses penilaian seperti yang telah diuraikan di atas serta dengan mempertimbangkan adanya faktor-faktor lain yang berkaitan dengan nilai tanaman belum menghasilkan tanaman kelapa sawit, maka kami berpendapat bahwa Indikasi Nilai Pasar tanaman kelapa sawit belum menghasilkan (TBM) seluas x.xxx,xx hektar dan bibit pada lahan seluas x.xxx hektar yang dinilai pada tanggal... bulan... tahun... adalah : Nilai Pasar : Rp xx.xxx.xxx.xxx,(Bilangan Rupiah)
3. Penilaian Tanaman Menghasilkan (TM) Penilaian TM menggunakan Pendekatan Pendapatan dengan metode arus kas terdiskonto. Pendekatan ini digunakan bilamana Pendekatan Data Pasar tidak dapat diaplikasikan karena ketidak tersediaan data pasar yang memadai. a. Proyeksi Arus Kas Periode proyeksi arus kas dalam metode ini ditentukan berdasarkan umur ekonomis (lifecycle) dari properti yaitu selama xx tahun. Namun memperhatikan kemampuan statistik dalam proyeksi terbatas, maka asumsi harga dan biaya mengalami kenaikan selama lima tahun dan selanjutnya dianggap tetap. Proyeksi produksi ditentukan dengan mengikuti pola kecenderungan standar Balai Penelitian Marihat untuk kesesuaian lahan kelas III (S3) dan kerapatan populasi rata-rata xxx pokok sesuai dengan keadaan Perkebunan di lapangan. Sumber pendapatan dari usaha Perkebunan diperoleh dari hasil penjualan TBS (kelapa sawit) dengan luas areal lahan x.xxx hektar efektif tanaman. b. Asumsi – Asumsi Dalam Penilaian Melalui Metode Aliran Kas Bersih (Discounted Cash Flow Method) 1) Asumsi Umum a) Umur Ekonomis.
46
Umur ekonomis tanaman dari usaha Perkebunan ini adalah xx tahun yang didasarkan pada umur tanaman termasuk x tahun masa Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan dianggap tidak dilakukan replanting terhadap tanaman yang sudah melewati umur ekonomisnya. b) Beban bunga pinjaman (cost of capital) tidak diperhitungkan. c) Setiap pembayaran dilakukan secara tunai. d) Tidak diperhitungkan adanya perubahan-perubahan keadaan ekonomi secara luar biasa termasuk devaluasi dimasa mendatang dengan memperhitungkan tingkat inflasi kisaran sebesar x% / tahun. Tingkat inflasi
ini
sudah
termasuk
di
dalam
tingkat
diskonto
yang
diperhitungkan. e) Sistem pengelolaan usaha termasuk tenaga-tenaga pengelola mampu untuk melaksanakan tugas-tugasnya secara baik dan optimal. f) Seluruh properti Perkebunan yang ada saat ini dianggap dapat beroperasi normal dan tidak memerlukan investasi tambahan untuk meningkatkan daya gunanya, sehingga semua biaya-biaya yang dikeluarkan merupakan beban biaya operasional. g) Proyeksi arus kas dan proyeksi harga Tandan Buah Segar dilakukan selama x (x) tahun dan tahun-tahun selanjutnya diperhitungkan tetap. 2) Asumsi Proyeksi Harga Jual Produk a) Analisis Harga Penentuan harga jual Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit didasarkan atas: (1) Penentuan harga TBS kebun palsma dari Dinas Pekebunan Setempat. (2) Analisis realisasi harga TBS didasarkan harga pada tahun 20xx–20xx. (3) Berdasarkan pertumbuhan harga rata-rata CPO di pasar dunia selama 20 tahun terakhir yang menjadi acuan dalam menetapkan harga TBS, yaitu sekitar x% selama x (x) tahun dan tahun-tahun selanjutnya diperhitungkan tetap. (4) Apresiasi harga jual TBS kebun Inti di Pasar lokal sebesar rata-rata x%. Dengan mempertimbangkan rendemen masing-masing umur tanaman serta faktor “K” yang merupakan prosentase bagian yang diterima penjual TBS dan apresiasi harga jual TBS kebun Inti di Pasar lokal. dengan rumus perhitungan sebagai berikut:
H TBS = K x (H CPO x R CPO + H PK x R PK)x Ap
47
Keterangan : H TBS
: Harga TBS yang diterima
K
: Indeks proporsi yang dinyatakan dalam persentase yang menunjukkan bagian yang diterima oleh petani/kebun
H CPO
: Harga jual rata-rata tertimbang CPO
R CPO
: Rendemen Minyak Sawit (CPO)
H PK
: Harga jual rata-rata tertimbang PK
R PK
: Rendemen Inti Sawit (PK)
Ap
:Apresiasi Harga TBS Kebun Inti di Pasar lokal
Berdasarkan rata-rata faktor “K” selama tahun 2011 (April), maka faktor “K” yang digunakan dalam perhitungan harga jual TBS adalah xx,xx%, apresiasi harga jual TBS kebun Inti di Pasar lokal sebesar x% dan rendemen CPO dan inti sawit adalah sesuai dengan ketentuan Pemerintah Daerah Kalimantan Timur C.q. Dinas Perkebunan Propinsi Kalimantan Timur, dengan rincian sebagai berikut: Tabel 23 Rincian Rendemen CPO dan Inti Sawit Kategori Umur Rendemen Rendemen CPO Tanaman Inti Sawit TM-1 xx% x% TM-2 xx% x% TM-3 xx% x% TM-4 xx% x% TM-5 xx% x% TM-6 xx% x% TM-7 xx% x% TM-8 - TM 17 xx% x% TM-18 xx% x% TM-19 xx% x% TM-20 xx% x% TM-21 xx% x% TM-22 xx% x% Harga CPO dan inti sawit, yang menjadi acuan penentuan harga jual TBS, pada tahun pertama adalah masing-masing sebesar Rp x.xxx / Kg untuk CPO dan Rp x.xxx / kg untuk harga inti sawit, yang diasumsikan naik rata-rata x% per tahun, selama lima tahun dan seterusnya dianggap konstan. Berikut adalah proyeksi harga Jual TBS :
48
Tabel 24 Proyeksi Harga Jual TBS Uraian Harga CPO (Rp/kg) Harga Kernel (Rp/kg) Kenaikan Harga Harga TBS (Rp/kg) TM-1 TM-2 TM-3 TM-4 TM-5 TM-6 TM-7 TM-8 - TM 17 TM-18 TM-19 TM-20 TM-21 TM-22
Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
x.xxx
x.xxx
x.xxx
x.xxx
x.xxx
x.xxx
x.xxx
x.xxx
x.xxx
x.xxx
x.xxx
x.xxx
x.xxx
x.xxx
x%
x%
x%
x%
x%
x%
xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx
xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx
x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx
x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx
x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx
x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx
xxx xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx x.xxx
Tahun 4
Tahun 5
Tahun 6
Tahun 7
b) Analisis Produksi Produksi Tandan Buah Segar (TBS) berdasarkan data realisasi produksi Kebun PT. ABC x tahun terakhir dibandingkan dengan standar Balai Penelitian Marihat. Penyesuaian didasarkan perbedaan rata-rata antara realisasi produksi Perkebunan dengan standar Balai Penelitian Marihat. Perbandingan produksi TBS kelapa sawit yang dikeluarkan oleh Marihat untuk lahan kelas III (S-3) dengan proyeksi produksi TBS per tahun tanam dapat dilihat pada tabel dan gambar di bawah. Tabel 25 Analisa Produksi TBS Analisa Produkrifitas Tahun
Tahun
Luas
Luas
Produksi Tanam Tanam Efektif (Ha)
2008 2009 2010
(Ha)
(TM)
2002
x.xxx
x.xxx
x
2002 2003 2002 2003 2004
x.xxx xxx x.xxx xxx xxx
x.xxx
x x x x x
xxx x.xxx xxx xxx
TBS Aktual
Status
PT. ABC (Ton/ (Kg) Ha) x,x x.xxx.xxx
(Ton /Ha) x,x
x.xxx.xxx
x,x
xx,x
x.xxx.xxx x.xxx.xxx x.xxx.xxx x.xxx.xxx
x,x x,x x,x x,x
x,x x,x x,x x,x
Sumber : Manajemen PT ABC, tahun 2011 diolah 49
Standar Aktual TBS / Marihat (S3) Standar (%)
Rata2 (%)
xx,xx% xx,xx% xx,xx% xx,xx% xx,xx% xx,xx% xx,xx% xx,xx% xx,xx%
Dari tabel tersebut terlihat bahwa proyeksi produksi TBS Kebun PT. ABC masih di bawah standar, dimana produksi rata-rata hanya sekitar xx,xx% dari Standar Produksi Marihat (S-3). Dengan demikian produktifitas yang di hasilkan oleh Perkebunan Kelapa Sawit PT. ABC termasuk dibawah produktifitas rata-rata Perkebunan Kelapa Sawit.
Menurut
analisa kami, hal ini disebabkan karena hal-hal sebagai berikut: 1) Faktor pembatas kesesuaian lahan S3 yang mempunyai porositas yang cukup tinggi (liat ≤ xx%) sehingga unsur hara yang diaplikasikan cepat tercuci; dan/atau 2) Standar pemupukan yang dilakukan tidak sesuai standar Balai Penelitian.
Dalam perhitungan proyeksi produksi diasumsikan selama pertama kemampuan produksi tanaman adalah sekitar sekitar xx,xx% dari standar Balai Penelitian Marihat (S-3). Kemudian pada tahun-tahun berikutnya sejalan dengan umur tanaman yang menuju puncak produktivitas, diasumsikan kemampuan produksi tanaman dapat meningkat sebesar x% pertahun hingga menjadi xx,xx% pada tahun ke x (x), sesuai dengan produktivitas tertinggi yang pernah dicapai oleh kebun PT ABC dalam tahun terakhir dan selanjutnya konstan. c) Biaya Operasional Biaya operasional yang dijadikan asumsi didasarkan perhitungan standar dan norma yang berlaku dilapangan dan dibandingkan dengan standar yang berlaku umum dipasar. Adapun asumsi biaya yang digunakan adalah sebagai berikut: (1) Proyeksi kenaikan biaya dihitung berdasarkan rata-rata inflasi selama 5 tahun terakhir (2006–2010), yaitu x% per tahun, selama 5 tahun pertama dan tahun-tahun selanjutnya diasumsikan tetap. (2) Biaya pemeliharaan tanaman menghasilkan, diproyeksikan naik x% per tahun selama lima tahun, selanjutnya dianggap konstan (flat) hingga akhir proyeksi. (3) Biaya pemeliharaan per hektar per tahun, sebagai berikut: Biaya Pemeliharaan TM 1 – TM 3 Biaya Pemeliharaan TM 4 – TM 10 Biaya Pemeliharaan TM ≥ 11.
= = =
Rp x.xxx.xxx,- / Ha Rp x.xxx.xxx,- / Ha Rp x.xxx.xxx,- / Ha
Biaya Pemeliharaan tanaman mengalami kenaikan setiap tahun sebesar x% selama lima tahun dan seterusnya dianggap konstan. (4) Biaya pemeliharaan jalan diproyeksikan naik x% pertahun selama lima tahun, selanjutnya dianggap konstan (flat) hingga akhir proyeksi. Biaya pemeliharaan tersebut per tahun, sebagai berikut: 50
Pemeliharaan Jl. Utama Pemeliharaan Jl. Produksi Pemeliharaan Jl. Koleksi
= = =
Rp x.xxx.xxx,- / Km /Th Rp x.xxx.xxx,- / Km /Th Rp x.xxx.xxx,- / Km/Th
(5) Biaya pemeliharaan non tanaman (selain sarana prasarana), diproyeksikan naik x% per tahun selama lima tahun, selanjutnya dianggap konstan (flat) hingga akhir proyeksi.Biaya pemeliharaan tersebut per tahun, sebagai berikut: Bangunan Alat Berat Kendaraan Utilitas Peralatan dan perabotan kantor
= = = = =
Rp xxx.xxx.xxx,- / Th Rp xxx.xxx.xxx,- / Th Rp xx.xxx.xxx,- / Th Rp x.xxx.xxx,- / Th Rp x.xxx.xxx,- / Th
(6) Biaya panen TBS rata-rata Rp xx.xxx,- per Ton dan biaya pengangkutan TBS ke PKS rata-rata Rp xx.xxx,- per Ton atau total sebesar Rp xxx.xxx per ton, diproyeksikan naik x% per tahun selama lima tahun, selanjutnya dianggap konstan (flat) hingga akhir proyeksi. (7) Biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) diperoleh dari SPPT Pajak Bumi dan Bangunan PT ABC tahun 2011 sebesar Rp xx.xxx.xxx,diproyeksikan naik x% pertahun selama lima tahun, selanjutnya dianggap konstan (flat) hingga akhir proyeksi. (8) Biaya umum dan administrasi, pada tahun pertama diperhitungkan sebesar Rp x.xxx,xxx.xxx,- per tahun atau sebesar Rp xxx.xxx,- per hektar, diproyeksikan naik x% per tahun selama lima tahun, selanjutnya dianggap konstan (flat) hingga akhir proyeksi. (9) Cadangan penggantian diperhitungkan biaya penggantian atas, bangunan, jembatan kayu dan gorong-gorong kayu, alat berat, kendaraan, utilitas serta peralatan dan perabotan kantor yang harus diganti selama masa ekonomis tanaman. Biaya ini dihitung dengan teknik sinking fund secara proporsional sesuai dengan penggunaan tiap-tiap bagian tersebut di atas, biaya pada tahun pertama adalah sebagai berikut: Bangunan Sarana (Jemb. Kayu & Grg-grg kayu) Alat Barat Kendaraan Utilitas Peralatan dan perabotan kantor. 51
= =
Rp xx.xxx.xxx,-/ Th Rp xx.xxx.xxx,-/ Th
= = = =
Rp Rp Rp Rp
xxx.xxx.xxx,-/ Th xx.xxx.xxx,-/ Th xx.xxx.xxx,-/ Th xx.xxx.xxx,-/ Th
c. Discount Rate Discount rate diasumsikan sebagai rate of return dari investasi yang diharapkan oleh investor atau kreditor dalam keputusannya melakukan investasi. Discount rate dalam penilaian ini dihitung dengan menggunakan Band of Investment method (BOIM).
Metode
Band of Investment merupakan salah satu metode yang
digunakan dalam menentukan tingkat kapitalisasi dengan mengkombinasikan tingkat kapitalisasi atas modal pinjaman (tingkat balikan pinjaman) dan tingkat kapitalisasi atas modal sendiri (tingkat balikan ekuitas), dengan bobot pembebanannya sesuai dengan proporsi jumlah modal pinjaman dan modal sendiriyang didapatkan berdasarkan data pasar pada saat penilaian (cut off date) dilakukan. Dalam penilaian ini discount rate yang diterapkan adalah sebesar xx,xx% setiap tahun yang diperoleh melalui perhitungan Band Of Investment Method berdasarkanperhitungan sebagai berikut: -
struktur modal pinjaman dan modal sendiri sebesar xx% : xx% dengan memperhatikan data pasar. biaya utang (cost of debt) pada Tanggal Penilaian (Cut Off Date) sebesar xx%
-
yang berasal dari data tingkat bunga pinjaman rata-rata bank pemerintah dalam melaksanakan fungsi pembiayaan. Adapun sumber data yang digunakan adalah Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia yang berlaku pada saat Penilaian; dan
-
biaya ekuitas sebesar xx,xx% setelah memperhatikan:
tingkat risiko investasi Perkebunan Kelapa Sawit;
tingkat risiko pasar industri Perkebunan Kelapa Sawit; dan
koefisien beta yang berasal dari data rata-rata industri pada sektor yang sama dengan obyek penilaian.
(wajib diungkapkan besarnya masing-masing variabel yang digunakan). Adapun rumus yang dipergunakan dalam Band of Investment ini adalah sebagai berikut: Band Of Investment
= (Ke x We) + (Kd x Wd)
Ke
= Biaya Ekuitas
Kd
= Biaya Hutang
We
= % ekuitas dalam struktur modal
Wd
= % hutang dalam struktur modal
Berdasarkan asumsi dan rumus tersebut di atas, besarnya Tingkat Diskonto adalah xx,xx%.
52
d. Nilai Kini Aliran Kas Bersih 1) Nilai Tanaman Nilai tanaman merupakan kesimpulan dari nilai keseluruhan properti (dengan menggunakan pendekatan pendapatan) melalui proses ekstraksi (pemisahan), dengan memperhatikan kontribusi setiap jenis properti non tanaman yang ikut menunjang terbentuknnya nilai kebun. Proses ekstraksi pada nilai tanaman akan dilakukan dengan mempertimbangkan kontribusi properti non tanaman dalam jumlah yang wajar (hasil perhitungan metode DCF terlampir). 2) Nilai Kebun Kelapa Sawit Nilai Pasar Perkebunan Kelapa Sawit Dikurangi : Indikasi Nilai Tanah (2.800 ha) Indikasi Nilai Pasar Aset Non Tanaman
= Rp.
xxx.xxx.xxx.xxx,-
= Rp. = Rp.
x.xxx.xxx.xxx,xx.xxx.xxx.xxx,-
Indikasi Nilai Pasar Tanaman Kelapa = Rp. Sawit
xxx.xxx.xxx.xxx,-
NILAI TANAMAN Berdasarkan proses penilaian seperti yang telah diuraikan di atas serta dengan mempertimbangkan adanya faktor-faktor lain yang berkaitan dengan nilai tanaman, maka kami berpendapat bahwa Indikasi Nilai Pasar tanaman kelapa sawit menghasilkan (TM) seluas x.xxx hektar pada lahan seluas x.xxx hektar yang dinilai pada tanggal... bulan... tahun... adalah : Rp xxx.xxx.xxx.xxx,(Bilangan Rupiah)
M. PENILAIAN ASET NON TANAMAN 1. Penilaian Tanah a. Luas Tanah Yang Dinilai Tanah yang dinilai merupakan tanah Perkebunan Kelapa Sawit yang telah mendapatkan perizinan dan
sertifikat Hak Guna Usaha (HGU) untuk tanah
Perkebunan Kelapa Sawit dan sertifikat Hak Guna Bangunan untuk Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PMKS atau PKS) termasuk prasarana dan bangunan kebun. Luas tanah Perkebunan Kelapa Sawit yang dinilai seluruhnya seluas x.xxx ha dengan rincian sbb: 1) Tanah Perkebunan Kelapa Sawit Menghasilkan (TM) seluas x.xxx ha; 2) Tanah Perkebunan Kelapa Sawit Belum Menghasilkan (TBM) seluas x.xxx ha; 3) Tanah untuk PKS termasuk prasarana seluas xx ha; 53
b. Kesimpulan Nilai Tanah Berdasarkan pertimbangan atas seluruh faktor yang terkait dengan penilaian ini, Setelah memperhatikan berbagai faktor yang berhubungan dengan penilaian ini, maka kami berpendapat bahwa Nilai Tanah Perkebunan Kelapa Sawit seluas ± x.xxx ha, di Desa Belimbing, Kecamatan Longkali, Kabupaten Paser, Propinsi Kalimantan Timur pada Tanggal Penilaian adalah: Indikasi Nilai Pasar : Rp xx.xxx.xxx.xxx,(Bilangan Rupiah)
2. Penilaian Bangunan Dalam melakukan penilaian bangunan kami menggunakan pendekatan biaya, karena karena nilai pasar dari bangunan dan infrastruktur seperti jalan dan jembatan serta mesin dan peralatan yang digunakan secara langsung dalam perkebunan kelapa sawit merupakan satu kesatuan aset dan tidak diperjualbelikan secara terpisah sehingga tidak terdapat data pembanding yang sebanding dan sejenis. Pada penilaian ini bangunan, yang diperhitungkan hanya bangunan yang berada di atas tanah Perkebunan Kelapa Sawit yang dikuasai oleh PT ABC. Selain bangunan dan sarana pelengkap atau instalasi yang tidak dapat di estimasi secara visual, akan diperhitungkan secara wajar sesuai dengan fungsi bangunan. Tabel 26 Penilaian Bangunan No.
NAMA BANGUNAN
INDIKASI BIAYA PENGGANTI BARU
INDIKASI NILAI PASAR
BANGUNAN PERUSAHAAN 1. Kantor Besar ( 225 m²) 2. Kantor Afdeling ( 324 m²) 3. Gudang Material ( 168 m²) 4. Gudang Minyak ( 40 m²) 5. Gudang Pupuk ( 96 m²) 6. Mess ( 320 m²) 7. Bengkel ( 160 m²) 8. Mesjid ( 144 m²) 9. Musholla ( 84 m²) 10. Bangunan Sekolah ( 192 m²) 11. Rumah Genset ( 24 m²) 12. Rumah Pompa ( 5 m²) 13. Pos Satpam ( 48 m²) 14. Bangunan Koperasi ( 56 m²) 15. Bangunan TPA ( 180 m²) Sub Jumlah
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
xxx.xxx.xxx,xxx.xxx.xxx,xxx.xxx.xxx,xx.xxx.xxx,xx.xxx.xxx,xxx.xxx.xxx, xxx.xxx.xxx, xxx.xxx.xxx, xx.xxx.xxx,xxx.xxx.xxx,xx.xxx.xxx,x.xxx.xxx,xx.xxx.xxx,xx.xxx.xxx,xxx.xxx.xxx,x.xxx.xxx.xxx,-
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
xxx.xxx.xxx,xxx.xxx.xxx,xx.xxx.xxx,xx.xxx.xxx,xx.xxx.xxx,xxx.xxx.xxx,xx.xxx.xxx, xx.xxx.xxx, xx.xxx.xxx, xx.xxx.xxx, xx.xxx.xxx, x.xxx.xxx,xx.xxx.xxx, xx.xxx.xxx, xx.xxx.xxx, x.xxx.xxx.xxx,-
BANGUNAN PERUMAHAN 1. Rumah Manajer - Tipe G1
Rp
xxx.xxx.xxx,-
Rp
xx.xxx.xxx,-
54
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Rumah Askep/KTU - Tipe G1 Rumah Asisten - Tipe G1 Rumah Staf - Tipe G2 Rumah Karyawan I - Tipe G5 Rumah Karyawan I I- Tipe G5 Rumah Pekerja I - Tipe G10 Rumah Pekerja I I- Tipe G10 JUMLAH
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
xxx.xxx.xxx,xxx.xxx.xxx,xxx.xxx.xxx,xxx.xxx.xxx,xxx.xxx.xxx,x.xxx.xxx.xxx,x.xxx.xxx.xxx, x.xxx.xxx.xxx, x.xxx.xxx.xxx.-
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
xxx.xxx.xxx, xxx.xxx.xxx, xxx.xxx.xxx, xxx.xxx.xxx, xxx.xxx.xxx, xxx.xxx.xxx, xxx.xxx.xxx, x.xxx.xxx.xxx,x.xxx.xxx.xxx,-
Uraian lengkap masing-masing bangunan tersebut adalah sebagai berikut: a. Bangunan Perusahaan terdiri dari : 1) Bangunan Kantor Besar Jumlah lantai : 1 (satu) lantai Pondasi : Batu kali Rangka Bangunan : Konstruksi Beton Bertulang Dinding : Pasangan batu bata diplester Partisi : Pasangan batu bata diplester Lantai : Keramik Jendela : Pasangan kaca rangka kayu Pintu : Pasangan kayu rangka kayu Plafond : Triplek Atap : Seng gelombang Ventilasi : Sirkulasi udara diruangan cukup Fasilitas Listrik : Tersedia Telepon : Tidak tersedia (tersedia SSB) Air bersih : Tersedia Penyejuk ruangan : Tidak tersedia Pemadam kebakaran : Tidak tersedia Pemanas air : Tidak tersedia Tahun dibangun : ± 2002 Depresiasi/Penyusutan : xx,xx % Kondisi / Baru : Kurang Umur ekonomis : xx tahun Luas Bangunan seluruhnya : xxx m2 Biaya Reproduksi Baru : Rp xxx.xxx.xxx,Indikasi Nilai Pasar : Rp xxx.xxx.xxx,2) Bangunan Kantor Afdeling, 2 Unit Jumlah lantai : Pondasi : Rangka Bangunan : Dinding : Partisi : Lantai : Jendela : Pintu : Plafond : Atap : 55
1 (satu) lantai Konstruksi kayu Pasangan batu bata diplester sebagian kayu Pasangan batu bata diplester sebagian kayu Semen Kaca nako rangka kayu Pasangan kayu rangka kayu Triplek Seng gelombang
Ventilasi Fasilitas Listrik Telepon Air bersih Penyejuk ruangan Pemadam kebakaran Pemanas air Tahun dibangun Depresiasi/Penyusutan Kondisi / Baru Umur ekonomis Luas Bangunan Per Unit Luas Bangunan seluruhnya Biaya Reproduksi Baru Indikasi Nilai Pasar
3) Bangunan Gudang Material Jumlah lantai Pondasi Rangka Bangunan Dinding Partisi Lantai Jendela Pintu Plafond Atap Ventilasi Fasilitas Listrik Telepon Air bersih Penyejuk ruangan Pemadam kebakaran Tahun dibangun Depresiasi/Penyusutan Kondisi / Baru Umur ekonomis Luas Bangunan seluruhnya Biaya Reproduksi Baru Indikasi Nilai Pasar 4) Bangunan Gudang Minyak Jumlah lantai Pondasi Rangka Bangunan Dinding Partisi Lantai
:
Sirkulasi udara diruangan cukup
: : : : : : : : : : : : : :
Tersedia Tidak tersedia (tersedia SSB) Tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia ± 2002 xx,xx % Kurang xx tahun xxx m2 xxx m2 Rp. xxx.xxx.xxx,Rp. xxx.xxx.xxx,-
: : : : : : : : : : :
1 (satu) lantai Konstruksi kayu Kayu Kayu Semen Pasangan kayu rangka kayu Pasangan kayu rangka kayu Tidak ada Seng gelombang Sirkulasi udara diruangan cukup
: : : : : : : : : : : :
Tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia ± 2002 xx,xx % Kurang xx tahun xxx m2 Rp. Rp.
: : : : : : 56
xxx.xxx.xxx,xx.xxx.xxx,-
1 (satu) lantai Konstruksi kayu Kayu Tidak ada Semen
Jendela Pintu Plafond Atap Ventilasi Fasilitas Listrik Telepon Air bersih Penyejuk ruangan Pemadam kebakaran Tahun dibangun Depresiasi/Penyusutan Kondisi / Baru Umur ekonomis Luas Bangunan seluruhnya Biaya Reproduksi Baru Indikasi Nilai Pasar
: : : : :
Tidak ada Pasangan kayu rangka kayu Tidak ada Seng gelombang Sirkulasi udara diruangan cukup
: : : : : : : : : : : :
Tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia ± 2002 xx,xx % Kurang xx tahun xx,xx m2 Rp. xx.xxx.xxx,Rp. xx.xxx.xxx,-
5) Bangunan Gudang Pupuk Jumlah lantai Pondasi Rangka Bangunan Dinding Partisi Lantai Jendela Pintu Plafond Atap Ventilasi Fasilitas Listrik Telepon Air bersih Penyejuk ruangan Pemadam kebakaran Tahun dibangun Depresiasi/Penyusutan Kondisi / Baru Umur ekonomis Luas Bangunan seluruhnya Biaya Reproduksi Baru Indikasi Nilai Pasar
: : : : : : : : : : :
1 (satu) lantai Konstruksi kayu Kayu Tidak ada Semen Tidak ada Pasangan kayu rangka kayu Tidak ada Seng gelombang Sirkulasi udara diruangan cukup
: : : : : : : : : : : :
Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia ± 2002 xx,xx % Kurang xx tahun xx m2 Rp. Rp.
6) Bangunan Mess Jumlah lantai Pondasi Rangka Bangunan Dinding Partisi
: : : : :
1 (satu) lantai Konstruksi kayu Pasangan batu bata diplester dan kayu Pasangan batu bata diplester dan kayu
57
xx.xxx.xxx,xx.xxx.xxx,-
Lantai Jendela Pintu Plafond Atap Ventilasi Fasilitas Listrik Telepon Air bersih Penyejuk ruangan Pemadam kebakaran Pemanas air Tahun dibangun Depresiasi/Penyusutan Kondisi / Baru Umur ekonomis Luas Bangunan seluruhnya Biaya Reproduksi Baru Indikasi Nilai Pasar
: : : : : :
Semen Pasangan nako rangka kayu Pasangan kayu rangka kayu Triplek Seng gelombang Sirkulasi udara diruangan cukup
: : : : : : : : : : : : :
Tersedia Tidak tersedia Tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia ± 2002 xx,xx % Kurang xx tahun xxx m2 Rp. xxx.xxx.xxx,Rp. xxx.xxx.xxx,-
7) Bangunan Bengkel Jumlah lantai Pondasi Rangka Bangunan Dinding Partisi Lantai Jendela Pintu Plafond Atap Ventilasi Fasilitas Listrik Telepon Air bersih Penyejuk ruangan Pemadam kebakaran Tahun dibangun Depresiasi/Penyusutan Kondisi / Baru Umur ekonomis Luas Bangunan seluruhnya Biaya Reproduksi Baru Indikasi Nilai Pasar
: : : : : : : : : : :
1 (satu) lantai
: : : : : : : : : : : :
Tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia ± 2002 38,50 % Kurang 20 tahun 160 m2 Rp. xxx.xxx.xxx,Rp. xx.xxx.xxx,-
8) Bangunan Mesjid Jumlah lantai Pondasi
: :
1 (satu) lantai -
58
Konstruksi kayu Terbuka sebagian kayu Kayu Semen Pasangan kaca nako rangka kayu Pasangan kayu rangka kayu Triplek Seng gelombang Sirkulasi udara diruangan cukup
Rangka Bangunan Dinding Partisi Lantai Jendela Pintu Plafond Atap Ventilasi Fasilitas Listrik Telepon Air bersih Penyejuk ruangan Pemadam kebakaran Tahun dibangun Depresiasi/Penyusutan Kondisi / Baru Umur ekonomis Luas Bangunan seluruhnya Biaya Reproduksi Baru Indikasi Nilai Pasar 9) Bangunan Musholla (2 Unit) Jumlah lantai Pondasi Rangka Bangunan Dinding Partisi Lantai Jendela Pintu Plafond Atap Ventilasi Fasilitas Listrik Telepon Air bersih Penyejuk ruangan Pemadam kebakaran Tahun dibangun Depresiasi/Penyusutan Kondisi / Baru Umur ekonomis Luas Bangunan Per Unit Luas Bangunan seluruhnya Biaya Reproduksi Baru Indikasi Nilai Pasar
59
: : : : : : : : :
Konstruksi beton bertulang Pasangan batu bata diplester sebagian kayu Tidak ada Keramik Pasangan kaca rangka kayu Pasangan double triplek rangka kayu Triplek Seng gelombang Sirkulasi udara diruangan cukup
: : : : : : : : : : : :
Tersedia Tidak tersedia Tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia ± 2003 xx,xx % Kurang xx tahun xxx m2 Rp xxx.xxx.xxx,Rp xx.xxx.xxx,-
: : : : : : : : : : :
1 (satu) lantai Batu bata Beton dan kayu Pasangan batu bata dan sebagian kayu Pasangan batu bata (sebagian) Semen Pasangan kaca nako rangka kayu Pasangan kayu rangka kayu Triplek Seng gelombang Sirkulasi udara diruangan cukup
: : : : : : : : : : : : :
Tersedia Tidak tersedia Tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia ± 2003 xx,xx % Kurang xx tahun xx m2 xx m2 Rp. xx.xxx.xxx,Rp. xx.xxx.xxx,-
10) Bangunan Sekolah Jumlah lantai Pondasi Rangka Bangunan Dinding Partisi Lantai Jendela Pintu Plafond Atap Ventilasi Fasilitas Listrik Telepon Air bersih Penyejuk ruangan Pemadam kebakaran Tahun dibangun Depresiasi/Penyusutan Kondisi / Baru Umur ekonomis Luas Bangunan seluruhnya Biaya Reproduksi Baru Indikasi Nilai Pasar
: : : : : : : : : : :
1 (satu) lantai Batu bata Kayu Pasangan batu bata dan sebagian kayu Kayu Semen Pasangan kayu rangka kayu Pasangan kayu rangka kayu Triplek Seng gelombang Sirkulasi udara diruangan cukup
: : : : : : : : : : : :
Tersedia Tidak tersedia Tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia ± 2004 xx,xx % Kurang xx tahun xxx m2 Rp. xxx.xxx.xxx,Rp. xx.xxx.xxx,-
11) Bangunan Rumah Genset, 3 unit Jumlah lantai : Pondasi : Rangka Bangunan : Dinding : Partisi : Lantai : Jendela : Pintu : Plafond : Atap : Ventilasi : Fasilitas Listrik : Telepon : Air bersih : Penyejuk ruangan : Pemadam kebakaran : Tahun dibangun : Depresiasi/Penyusutan : Kondisi / Baru : Umur ekonomis : Luas Bangunan Per Unit : Luas Bangunan seluruhnya : Biaya Reproduksi Baru : 60
1 (satu) lantai Konstruksi kayu Kayu Tidak ada Semen Tidak ada Pasangan kayu rangka kayu Tidak ada Seng gelombang Sirkulasi udara diruangan cukup Tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia ± 2002 xx,xx % Kurang xx tahun x m2 xx m2 Rp. xx.xxx.xxx,-
Indikasi Nilai Pasar
:
12) Bangunan Rumah Pompa Jumlah lantai Pondasi Rangka Bangunan Dinding Partisi Lantai Jendela Pintu Plafond Atap Ventilasi Fasilitas Listrik Telepon Air bersih Penyejuk ruangan Pemadam kebakaran Tahun dibangun Depresiasi/Penyusutan Kondisi / Baru Umur ekonomis Luas Bangunan seluruhnya Biaya Reproduksi Baru Indikasi Nilai Pasar
13) Bangunan Pos Satpam, 4 unit Jumlah lantai Pondasi Rangka Bangunan Dinding Partisi Lantai Jendela Pintu Plafond Atap Ventilasi Fasilitas Listrik Telepon Air bersih Penyejuk ruangan Pemadam kebakaran Tahun dibangun Depresiasi/Penyusutan Kondisi / Baru 61
Rp.
xx.xxx.xxx,-
: : : : : : : : : : :
1 (satu) lantai Konstruksi kayu Kayu Tidak ada Semen Tidak ada Pasangan kayu rangka kayu Tidak ada Seng gelombang Sirkulasi udara diruangan cukup
: : : : : : : : : : : :
Tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia ± 2002 xx,xx % Kurang xx tahun x m2 Rp. x.xxx.xxx,Rp. x.xxx.xxx,-
: : : : : : : : : : :
1 (satu) lantai Batu kali Kayu Pasangan batu bata dan sebagian kayu Tidak ada Semen Tidak ada Pasangan kayu rangka kayu Triplek Seng gelombang Sirkulasi udara diruangan cukup
: : : : : : : :
Tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia ± 2002 xx,xx % Kurang
Umur ekonomis Luas Bangunan Per Unit Luas Bangunan seluruhnya Biaya Reproduksi Baru Indikasi Nilai Pasar
14) Bangunan Koperasi Jumlah lantai Pondasi Rangka Bangunan Dinding Partisi Lantai Jendela Pintu Plafond Atap Ventilasi Fasilitas Listrik Telepon Air bersih Penyejuk ruangan Pemadam kebakaran Tahun dibangun Depresiasi/Penyusutan Kondisi / Baru Umur ekonomis Luas Bangunan seluruhnya Biaya Reproduksi Baru Indikasi Nilai Pasar 15) Bangunan TPA (3 Unit) Jumlah lantai Pondasi Rangka Bangunan Dinding Partisi Lantai Jendela Pintu Plafond Atap Ventilasi Fasilitas Listrik Telepon Air bersih Penyejuk ruangan Pemadam kebakaran Tahun dibangun Depresiasi/Penyusutan Kondisi / Baru 62
: : : : :
xx tahun xx m2 xx m2 Rp. xx.xxx.xxx,Rp. xx.xxx.xxx,-
: : : : : : : : : : :
1 (satu) lantai Konstruksi kayu Kayu Kayu Semen Pasangan kaca nako rangka kayu Pasangan kayu rangka kayu Triplek Seng gelombang Sirkulasi udara diruangan cukup
: : : : : : : : : : : :
Tersedia Tidak tersedia Tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia ± 2004 xx,xx % Kurang xx tahun xx m2 Rp. xx.xxx.xxx,Rp. xx.xxx.xxx,-
: : : : : : : : : : :
1 (satu) lantai Konstruksi kayu Kayu Tidak ada Semen Pasangan kaca nako rangka kayu Pasangan kayu rangka kayu Triplek Seng gelombang Sirkulasi udara diruangan cukup
: : : : : : : :
Tersedia Tidak tersedia Tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia ± 2003 xx,xx % Kurang
Umur ekonomis Luas Bangunan per Unit Luas Bangunan seluruhnya Biaya Reproduksi Baru Indikasi Nilai Pasar
: : : : :
xx tahun xx m2 xxx m2 Rp. xxx.xxx.xxx,Rp. xx.xxx.xxx,-
Bangunan Perusahaan Biaya Reproduksi Baru Indikasi Nilai
: :
Rp. Rp.
x.xxx.xxx.xxx,x.xxx.xxx.xxx,-
b. Bangunan Perumahan terdiri dari : 1) Bangunan Rumah Manajer – G1, 1 unit Jumlah lantai : 1 (satu) lantai Pondasi : Batu kali Rangka Bangunan : Konstruksi kayu Dinding : Pasangan batu bata diplester sebagian kayu Partisi : Kayu Lantai : Semen Jendela : Pasangan kaca rangka kayu Pintu : Pasangan kayu rangka kayu Plafond : Triplek Atap : Seng gelombang Ventilasi : Sirkulasi udara diruangan cukup Fasilitas Listrik : Tersedia Telepon : Tidak tersedia Air bersih : Tersedia Penyejuk ruangan : Tidak tersedia Pemadam kebakaran : Tidak tersedia Pemanas air : Tidak tersedia Tahun dibangun : ± 2003 Depresiasi/Penyusutan : xx,xx % Kondisi / Baru : Kurang Umur ekonomis : xx tahun Luas Bangunan Per Unit : xxx m2 Biaya Reproduksi Baru : Rp. xxx.xxx.xxx,Indikasi Nilai Pasar : Rp. xx.xxx.xxx,2) Bangunan Rumah Askep/KTU – G1, (2 unit) Jumlah lantai : 1 (satu) lantai Pondasi : Batu kali Rangka Bangunan : Konstruksi kayu Dinding : Pasangan batu bata diplester sebagian kayu Partisi : Kayu Lantai : Semen Jendela : Pasangan kaca rangka kayu Pintu : Pasangan kayu rangka kayu Plafond : Triplek Atap : Seng gelombang Ventilasi : Sirkulasi udara diruangan cukup 63
Fasilitas Listrik Telepon Air bersih Penyejuk ruangan Pemadam kebakaran Pemanas air Tahun dibangun Depresiasi/Penyusutan Umur ekonomis Luas Bangunan Per Unit Luas Bangunan seluruhnya Biaya Reproduksi Baru Indikasi Nilai Pasar
: : : : : : : : : : : : :
Tersedia Tidak tersedia Tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia ± 2003 xx,xx % xx tahun xxx m2 xxx m2 Rp. xxx.xxx.xxx,Rp. xxx.xxx.xxx,-
3) Bangunan Rumah Asisten – G1, (3 unit) Jumlah lantai : 1 (satu) lantai Pondasi : Batu kali Rangka Bangunan : Konstruksi kayu Dinding : Pasangan batu bata diplester sebagian kayu Partisi : Kayu Lantai : Semen Jendela : Pasangan kaca rangka kayu Pintu : Pasangan kayu rangka kayu Plafond : Triplek Atap : Seng gelombang Ventilasi : Sirkulasi udara diruangan cukup Fasilitas Listrik : Tersedia Telepon : Tidak tersedia Air bersih : Tersedia Penyejuk ruangan : Tidak tersedia Pemadam kebakaran : Tidak tersedia Pemanas air : Tidak tersedia Tahun dibangun : ± 2003 Depresiasi/Penyusutan : xx,xx % Kondisi / Baru : Kurang Umur ekonomis : xx tahun Luas Bangunan Per Unit : xxx m2 Luas Bangunan seluruhnya : xxx m2 Biaya Reproduksi Baru : Rp. xxx.xxx.xxx,Indikasi Nilai Pasar : Rp. xxx.xxx.xxx,4) Bangunan Rumah Staff – G2, 2 unit Jumlah lantai : 1 (satu) lantai Pondasi : Batu kali Rangka Bangunan : Konstruksi kayu Dinding : Pasangan batu bata diplester sebagian kayu Partisi : Kayu Lantai : Semen Jendela : Pasangan kaca rangka kayu 64
Pintu Plafond Atap Ventilasi Fasilitas Listrik Telepon Air bersih Penyejuk ruangan Pemadam kebakaran Pemanas air Tahun dibangun Depresiasi/Penyusutan Kondisi / Baru Umur ekonomis Luas Bangunan Per Unit Luas Bangunan seluruhnya Biaya Reproduksi Baru Indikasi Nilai Pasar 5) Bangunan Rumah Karyawan Jumlah lantai Pondasi Rangka Bangunan Dinding Partisi Lantai Jendela Pintu Plafond Atap Ventilasi Fasilitas Listrik Telepon Air bersih Penyejuk ruangan Pemadam kebakaran Tahun dibangun Depresiasi/Penyusutan Kondisi / Baru Umur ekonomis Luas Bangunan seluruhnya Luas Bangunan seluruhnya Biaya Reproduksi Baru Indikasi Nilai Pasar
65
: : : :
Pasangan kayu rangka kayu Triplek Seng gelombang Sirkulasi udara diruangan cukup
: : : : : : : : : : : : : :
Tersedia Tidak tersedia Tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia ± 2003 xx,xx % Kurang xx tahun xxx m2 xxx m2 Rp. xxx.xxx.xxx,Rp. xxx.xxx.xxx,-
I – G5, 5 unit : 1 (satu) lantai : : Konstruksi kayu : Kayu : Kayu : Semen : Pasangan kaca nako rangka kayu : Pasangan kayu rangka kayu : Triplek : Seng gelombang : Sirkulasi udara diruangan cukup : : : : : : : : : : : : :
Tersedia Tidak tersedia Tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia ± 2002 xx,xx % Kurang xx tahun xxx m2 xxx m2 Rp. xxx.xxx.xxx,Rp. xxx.xxx.xxx,-
6) Bangunan Rumah Karyawan Jumlah lantai Pondasi Rangka Bangunan Dinding Partisi Lantai Jendela Pintu Plafond Atap Ventilasi Fasilitas Listrik Telepon Air bersih Penyejuk ruangan Pemadam kebakaran Tahun dibangun Depresiasi/Penyusutan Kondisi / Baru Umur ekonomis Luas Bangunan seluruhnya Luas Bangunan seluruhnya Biaya Reproduksi Baru Indikasi Nilai Pasar
II – G5, 6 unit : 1 (satu) lantai : : Konstruksi kayu : Kayu : Kayu : Semen : Pasangan kaca nako rangka kayu : Pasangan kayu rangka kayu : Triplek : Seng gelombang : Sirkulasi udara diruangan cukup : : : : : : : : : : : : :
Tersedia Tidak tersedia Tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia ± 2003 xx,xx % Kurang xx tahun xxx m2 x.xxx m2 Rp. xxx.xxx.xxx,Rp. xxx.xxx.xxx,-
7) Bangunan Rumah Pekerja I – G10, 10 unit Jumlah lantai : 1 (satu) lantai Pondasi : Rangka Bangunan : Konstruksi kayu Dinding : Kayu Partisi : Kayu Lantai : Kayu Jendela : Pasangan kaca rangka kayu Pintu : Pasangan kayu rangka kayu Plafond : Triplek Atap : Seng gelombang Ventilasi : Sirkulasi udara diruangan cukup Fasilitas Listrik : Tersedia Telepon : Tidak tersedia Air bersih : Tersedia Penyejuk ruangan : Tidak tersedia Pemadam kebakaran : Tidak tersedia Tahun dibangun : ± 2002 Depresiasi/Penyusutan : xx,xx % Kondisi / Baru : Kurang Umur ekonomis : xx tahun Luas Bangunan Per Unit : xxx m2 Luas Bangunan seluruhnya : x.xxx m2 66
Biaya Reproduksi Baru Indikasi Nilai Pasar
: :
Rp. Rp.
x.xxx.xxx.xxx,xxx.xxx.xxx,-
8) Bangunan Rumah Pekerja II – G10, 10 unit Jumlah lantai : 1 (satu) lantai Pondasi : Rangka Bangunan : Konstruksi kayu Dinding : Kayu Partisi : Kayu Lantai : Kayu Jendela : Pasangan kaca rangka kayu Pintu : Pasangan kayu rangka kayu Plafond : Triplek Atap : Seng gelombang Ventilasi : Sirkulasi udara diruangan cukup Fasilitas Listrik : Tersedia Telepon : Tidak tersedia Air bersih : Tersedia Penyejuk ruangan : Tidak tersedia Pemadam kebakaran : Tidak tersedia Tahun dibangun : ± 2003 Depresiasi/Penyusutan : xx,xx % Kondisi / Baru : Kurang Umur ekonomis : xx tahun Luas Bangunan Per Unit : xxx m2 Luas Bangunan seluruhnya : x.xxx m2 Biaya Reproduksi Baru : Rp. x.xxx.xxx.xxx,Indikasi Nilai Pasar : Rp. xxx.xxx.xxx,Bangunan Perumahan Biaya Reproduksi Baru Indikasi Nilai Pasar
: :
Rp. Rp.
x.xxx.xxx.xxx,x.xxx.xxx.xxx,-
3. Penilaian Sarana Prasarana a. Jalan Kebun Jalan utama : Terbuat dari tanah diperkeras laterit dengan panjang ± x.xxx m dan lebar xx m, perkerasan ± x m. Jalan produksi : Terbuat dari tanah diperkeras laterit dengan panjang ± xx.xxx m dan lebar x m, perkerasan ± x m. Jalan koleksi : Terbuat dari tanah diperkeras laterit dengan panjang ± xx.xxx m dan lebar x m, perkerasan ± x meter. b. Drainase Drainase, tipe B ( ... m x ... m x ... m) Drainase, tipe C ( ... m x ... m x ... m) Drainase,tipe D ( ... m x ... m x ... m)
: : :
Galian tanah dengan panjang ± xx.xxx m. Galian tanah dengan panjang ± xx.xxx m. Galian tanah dengan panjang ± xx.xxx m.
c. Jembatan & Gorong-Gorong Jembatan kayu Gorong-Gorong kayu
: : 67
Konstruksi kayu, xx unit Konstruksi kayu, xx unit
Kondisi
:
Biaya Reproduksi Baru Indikasi Nilai Pasar
4. Penilaian Alat Berat a. Unit Buldozer Merek/Buatan/Tahun Model No. Seri Tenaga penggerak Dilengkapi dengan Kondisi Indikasi Nilai Pasar
Cukup
: :
: : : : : : :
Rp. Rp.
x.xxx.xxx.xxx,x.xxx.xxx.xxx,-
Komatsu/Jepang/2001 D-85-SS Tidak terbaca Mesin diesel 165 Hp Peralatan standar Cukup Rp xxx.xxx.xxx,-
b. Unit Grader
Merek/Buatan/Tahun Model No. Seri Tenaga penggerak Dilengkapi dengan Kondisi Indikasi Nilai Pasar
: : : : : : :
c. Unit Tractor (2 unit) Merek/Buatan/Tahun Model Tipe Tenaga penggerak Dilengkapi dengan Kondisi Indikasi Nilai Pasar Merek/Buatan/Tahun Model Tipe Tenaga penggerak Dilengkapi dengan Kondisi Indikasi Nilai Pasar
: : : : : : : : : : : : : :
Massey Ferguson/2002 MF5355 4WD HDA78 Daya 82 HP Peralatan standar Cukup Rp xxx.xxx.xxx,Massey Ferguson/2003 MF5355 4WD Daya 82 HP Peralatan standar Cukup Rp xxx.xxx.xxx,-
: : : : : :
-/Lokal/2002 Kayu 3 ton Roda Ganda Cukup Rp xxx.xxx.xxx,-
d. Unit Trailer (3 unit)
Merek/Buatan/Tahun Konstruksi Kapasitas Dilengkapi dengan Kondisi Indikasi Nilai Pasar
Komatsu/Jepang/2002 GD 825A 716012 Daya 240 Hp, 7130 cc, 220 rpm Peralatan standar Cukup Rp xxx.xxx.xxx,-
68
Merek/Buatan/Tahun Konstruksi Kapasitas Dilengkapi dengan Kondisi Biaya Pengganti Baru Indikasi Nilai Pasar Alat Berat Indikasi Nilai Pasar
: : : : : : :
-/Lokal/2003 Besi 3 ton Roda Ganda Cukup Rp xx.xxx.xxx,Rp xx.xxx.xxx,-
:
Rp x.xxx.xxx.xxx,-
5. Penilaian Kendaraan a. 1 Unit Mobil Pick Up Double Cabin MEREK/BUATAN/TAHUN : MITSUBISHI/JEPANG/2002 TIPE
:
PICKUP
NO. POLISI
:
KT 4527
ISI SILINDER
:
2.977 CC
BAHAN BAKAR
:
BENSIN
KONDISI
:
CUKUP
Indikasi Nilai Pasar
:
Rp xxx.xxx.xxx,-
b. 1 Unit Mobil Pick Up Double Cabin MEREK/BUATAN/TAHUN : MITSUBISHI /JEPANG/2004 TIPE
:
PICKUP
NO. POLISI
:
KT 1347
ISI SILINDER
:
2.977 CC
BAHAN BAKAR
:
BENSIN
KONDISI
:
CUKUP
Indikasi Nilai Pasar
:
Rp xxx.xxx.xxx,-
MEREK/BUATAN/TAHUN
:
MITSUBISHI/JEPANG/2003
MODEL/TIPE
:
PS 120/FE 114
NO. POLISI
:
B 3884 AE & B 8923 AE
ISI SILINDER
:
3.907 CC
NO. RANGKA
:
FE349E-000092 & FE349E-000046
NO. MESIN
:
4D34-790092 & 4D34C-770046
BAHAN BAKAR
:
SOLAR
WARNA
:
BIRU
KONDISI
:
CUKUP
Indikasi Nilai Pasar
:
Rp xxx.xxx.xxx,-
c. 2 Unit Mobil Light Truck
d. 2 Unit Mobil Dump Truck
MEREK/BUATAN/TAHU
:
N
TOYOTA DYNA RINO/JEPANG/2002
TIPE
:
BY 43
NO. POLISI
:
KT 8763 ML, KT 8762 ML
ISI SILINDER
:
3.660 CC
69
NO. RANGKA
:
MHE31BY4300033466, MHE31BY4300033683,
NO. MESIN
:
14B-1497520, 14B-1499431
BAHAN BAKAR
:
SOLAR
WARNA
:
MERAH
KONDISI
:
CUKUP
Indikasi Nilai Pasar
:
Rp xxx.xxx.xxx,-
Kendaraan Nilai Pasar
: Rp xxx.xxx.xxx,-
6. Penilaian Utilitas a. 1 Unit Mesin Generator Set Merek/Buatan/Tahun Model No. Seri Kapasitas Tenaga penggerak Kondisi Biaya Pengganti Baru Indikasi Nilai Pasar
: : : : : : : :
b. 1 Unit Mesin Generator Set : Merek/Buatan/Tahun : Model : No. Seri : Kapasitas : Tenaga penggerak : Kondisi Biaya Pengganti Baru : Indikasi Nilai Pasar : c.
1 Unit Mesin Generator Set Merek/Buatan/Tahun Model No. Seri Kapasitas Tenaga penggerak Kondisi Biaya Pengganti Baru Indikasi Nilai Pasar
Synchronous/RRC/2002 Tidak terbaca Tidak terbaca 10 Kw Mesin Toyota Dyna, PS115, 6,2L (Eks Truk) Cukup Rp xx.xxx.xxx,Rp xx.xxx.xxx,-
: : : : : : : :
Synchronous/RRC/2003 STC-15 15 Kw, 2200 rpm Mesin Yanmar-TS230, 23 Dk Cukup Rp xx.xxx.xxx,Rp xx.xxx.xxx,-
: : : : : : : : :
Yanmar/-/2002 Niagara NS-80 TS 421 23 Dk 500 I/min Peralatan standar Cukup Rp xx.xxx.xxx,Rp xx.xxx.xxx,-
d. 1 Unit Pompa Air
Merek/Buatan/Tahun Model No. Seri Daya Kapasitas Dilengkapi dengan Kondisi Biaya Pengganti Baru Indikasi Nilai Pasar
Synchronous/RRC/2002 STC-15 E6875 / 52.4 15 Kw Mesin diesel Ford Tipe : 2725SE Cukup Rp xx.xxx.xxx,Rp xx.xxx.xxx,-
70
3 Unit Pompa Air Merek/Buatan/Tahun Model No. Seri Daya Kapasitas Dilengkapi dengan Kondisi Biaya Pengganti Baru Indikasi Nilai Pasar
: : : : : : : : :
Yanmar/-/2003 Niagara NS-80 TS 143 10,5 Dk 500 I/min Peralatan standar Cukup Rp xx.xxx.xxx,Rp xx.xxx.xxx,-
1 Unit Tangki BBM Merek/Buatan/Tahun Konstruksi Kapasitas Dilengkapi dengan Kondisi Biaya Pengganti Baru Indikasi Nilai Pasar
: : : : : : :
-/Lokal/2002 Besi 6.000 liter Peralatan standar Cukup Rp xx.xxx.xxx,Rp xx.xxx.xxx,-
Unit Tangki BBM Merek/Buatan/Tahun Konstruksi Kapasitas Dilengkapi dengan Kondisi Biaya Pengganti Baru Indikasi Nilai Pasar
: : : : : : :
-/Lokal/2003 Besi 10.000 liter Peralatan standar Cukup Rp xx.xxx.xxx,Rp xx.xxx.xxx,-
h. Unit Mesin Las Listrik Merek/Buatan/Tahun Dilengkapi dengan Kondisi Biaya Pengganti Baru Indikasi Nilai Pasar
: : : : :
Esab/Jepang/2002 Peralatan standar Cukup Rp xx.xxx.xxx,Rp xx.xxx.xxx,-
Merek/Buatan/Tahun Dilengkapi dengan Kondisi Biaya Pengganti Baru Indikasi Nilai Pasar
: : : : :
-/-/2002 Peralatan standar Cukup Rp xx.xxx.xxx,Rp xx.xxx.xxx,-
Utilitas Biaya Pengganti Baru Nilai Pasar
: :
Rp xx.xxx.xxx,Rp xx.xxx.xxx,-
e.
f.
g.
i.
1 Lot Peralatan Bengkel
7. Penilaian Perabotan dan Peralatan Kantor 5 Unit Meja biro, ligna 2 Unit Meja biro, golden 3 Unit Meja biro, golden 27 Unit Meja ½ biro, ligna 1 Set Meja meeting, bundar 71
1 10 51 3 1 12 6 3 1 1 1 2 4 4 4 1 1 4 1
Set Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit
Meja kursi Tamu, ligna Kursi kayu busa Kursi, chitose Kipas angin, national Exhause fan Jam dinding AC national, 2 pk Computer intel pentium Computer acer mate 486/g Printer epson LQ-2180 Printer laser jet, canon BJC-1000sp Mesin tik, Olympia Meja Komputer UPS, 500 Watt Filling Cabinet 4 laci, Lion Star TV Colour Panasonic 21” TV Colour Panasonic 14” Alat Komunikasi SSB ICOM Chub Safe Cobra
Kondisi Biaya Pengganti Baru Nilai Pasar
: : :
Cukup Rp xxx.xxx.xxx,Rp xx.xxx.xxx,-
8. Nilai Non Tanaman Berdasarkan proses penilaian seperti yang telah diuraikan di atas serta dengan mempertimbangkan adanya faktor-faktor lain yang berkaitan dengan nilai non tanaman, maka kami berpendapat bahwa Indikasi Nilai Pasar non tanaman yang dinilai pada tanggal... bulan... tahun... adalah : Rp xx.xxx.xxx.xxx,( Bilangan Rupiah )
N. PENILAIAN PABRIK KELAPA SAWIT Penilaian aset pabrik meliputi penilaian atas tanah, bangunan pabrik, bangunan perumahan, prasarana, mesin-mesin pabrik, kendaraan, alat berat, perabotan dan peralatan kantor. Tabel 27 Ringkasan Hasil Penilaian Aset Pabrik No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Uraian
Indikasi Nilai (Dalam Rupiah)
Tanah Bangunan-Bangunan Prasarana Mesin-mesin dan Peralatan Alat Berat Kendaraan Perabotan dan peralatan Kantor Total Nilai Pabrik Kelapa Sawit 72
Pasarr
x.xxx.xxx.xxx xx.xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xx.xxx.xxx.xxx x.xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xx.xxx.xxx.xxx
1. Penilaian Tanah a) Lokasi Dan Indentifikasi Properti
yang
dinilai
berada,
berada di dalam wilayah Desa Belimbing,
Kecamatan Longkali, Kabupaten Paser, Propinsi kalimantan Timur. Secara geografis lokasi objek penilaian tersebut terletak antara 112o52’ sampai dengan 114o41’ BT dan antara 12o02’ sampai dengan 13o00’ LU. Untuk menuju lokasi Perkebunan Kelapa Sawit tersebut dapat dilakukan dengan perjalanan darat dari Kota Propinsi Kalimantan Timur ke lokasi objek penilaian dengan jarak kurang lebih 60 Km atau lama perjalanan kurang lebih 1,5 jam dengan kondisi jalan berupa jalan aspal kurang lebih 50 km, jalan macadam kurang lebih 8 km, jalan tanah kurang lebih 2 km. b) Data Lingkungan Daerah
dimana
properti
berada
merupakan
daerah
Perkebunan
dan
pemukiman. c) Prasarana Umum Daerah dimana properti berada sudah dilayani dengan fasilitas penerangan listrik sumber sendiri, air bersih diperoleh dari sungai. Pelayanan angkutan penumpang umum dapat diperoleh di sepanjang Jalan desa sekitar 300 meter kearah Timur dari lokasi properti. Sarana pendidikan berupa sekolah taman kanak kanak hingga sekolah menengah terdapat di Desa Belimbing, Kecamatan Longkali, Kabupaten Paser, Propinsi Kalimantan Timur yang berjarak sekitar 1,5 kilometer dari lokasi properti perkebunan Kelapa Sawit, demikian pula dengan sarana pelayanan kesehatan serta pasar penyedia kebutuhan sehari-hari. d) Data Tanah Terdiri atas sebidang tanah dengan luas sekitar ± xx ha, yang tercakup dalam surat tanah sebagai berikut; Sertifikat Hak Guna Bangunan No …, yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten ……….pada tanggal ………….., berlaku sampai dengan tanggal ……….., terdaftar atas nama PT ……………… berkedudukan di ……... Uraian teknis mengenai tanah tertuang dalam Gambar Situasi No. ………, tanggal …….. Bentuk tanah tidak beraturan dengan panjang bagian depan sekitar xxx meter berada pada sisi timur Jalan ……….. dan lebar kedalam pada sisi utara sekitar xxx meter. Permukaan tanah rata dengan ketinggian kurang lebih sama dengan permukaan jalan dihadapannya. 73
e) Pemanfaatan Tanah Pada saat peninjauan dilakukan, diatas bidang tanah tersebut telah berdiri beberapa bangunan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) lengkap dengan prasarananya.
Bangunan-bangunan
tersebut
telah
memiliki
Surat
Izin
Mendirikan Bangunan No. ………… yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II …… tanggal ………. f) Penggunaan Terbaik Dan Tertinggi Berdasarkan pada peruntukkan penggunaan tanah di wilayah lokasi, manfaat ekonomis dan
keadaan fisik tanah itu sendiri, kami berpendapat bahwa
penggunaan tanah untuk lokasi Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit telah merupakan penggunaan tertinggi dan terbaiknya. g) Kesimpulan Berdasarkan pada prosedur penilaian seperti yang telah dijelaskan di muka serta setelah
mempertimbangkan
dengan
teliti
berbagai
faktor
lain
yang
mempengaruhi nilai tanah, kami berpendapat bahwa Indikasi Nilai Pasar untuk tanah seluas xx Ha pada tanggal penilaian tanggal...bulan...tahun... adalah : Rp x.xxx.xxx.xxx,( Bilangan Rupiah ) 2. Penilaian Bangunan Tabel 28 Ringkasan Hasil Penilaian Bangunan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
11. 12. 13.
14.
Uraian 1 Bangunan Pabrik PKS 1 Bangunan Kantor Pabrik 1 Pos Jaga 1 Gudang, Workshop dan Laboratorium 1 Rumah Pompa Air Waduk 1Rumah Pompa Water Treatment 1Musholla 1 Toilet Karyawan 1 Rumah Pompa CPO 1 Empty Bunch Hopper Jumlah Bangunan Pabrik Bangunan Perumahan : 1 Rumah Manager 3 Rumah Staf/ Asisten(Kopel/ G-2)
Indikasi Nilai Pasar Rp xx.xxx.xxx.xxx Rp xxx.xxx.xxx Rp xx.xxx.xxx Rp x.xxx.xxx.xxx Rp xx.xxx.xxx Rp xx.xxx.xxx Rp xx.xxx.xxx Rp xx.xxx.xxx Rp xx.xxx.xxx Rp xx.xxx.xxx Rp xx.xxx.xxx.xxx Rp Rp
xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx
12 Rumah Karyawan G-6 Jumlah Bangunan Perumahan Sarana Pabrik : Jalan Lingkungan
Rp Rp
x.xxx.xxx.xxx x.xxx.xxx.xxx
Rp
xxx.xxx.xxx
74
15. 16.
Drainase Pagar Keliling Jumlah Sarana Pabrik
Rp Rp Rp
xxx.xxx.xxx xx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx
3. Uraian Penilaian Bangunan URAIAN PENILAIAN BANGUNAN Uraian Indikasi Nilai Pasar (Rp) -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------BANGUNAN PERUMAHAN : 1 – RUMAH MANAGER G-1 Sebuah bangunan berlantai satu, tahun pembangunan 2011, konstruksi beton bertulang, pondasi batu kali dengan sloop beton bertulang, dinding batako plester diaci dan dicat, atap galvalum diatas kuda-kuda rangka kayu, langit-langit tripleks, lantai keramik 30x30, jendela kaca pada kusen kayu, pintu utama papan panel dan lainnya double tripleks pada kusen kayu. Bangunan terdiri dari ruang tamu, ruang makan, kamar tidur dan garasi mobil, dapur, dan kamar mandi/WC. Keseluruhan bangunan dicat dan dilengkapi dengan fasilitas penerangan listrik serta sarana air bersih. Bangunan masih dalam proses penyelesaian dan kemajuan pekerjaan mencapai sekitar xx%, luas lantai sekitar xxx meter persegi.
xxx.xxx.xxx
3 – RUMAH STAF ASISTEN MANAGER G-2 Sebuah bangunan berlantai satu, tahun pembangunan 2011, konstruksi beton bertulang, pondasi batu kali dengan sloop beton bertulang, dinding batako plester diaci dan dicat, atap galvalum diatas kuda-kuda rangka kayu, langit-langit tripleks, lantai keramik 30x30, jendela kaca pada kusen kayu, pintu utama papan panel dan lainnya double tripleks pada kusen kayu. Bangunan terdiri dari ruang tamu, ruang makan, 2 kamar tidur, dapur dan kamar mandi/WC. Keseluruhan bangunan dicat dan dilengkapi dengan fasilitas penerangan listrik serta sarana air bersih. Bangunan masih dalam proses penyelesaian dan kemajuan pekerjaan mencapai sekitar xx%, luas lantai sekitar xxx meter persegi.
xxx.xxx.xxx
9 – RUMAH KARYAWAN G-6 Sebuah bangunan berlantai satu, tahun pembangunan 2011, konstruksi beton kombinasi kayu, pondasi batu kali dengan sloop kayu, dinding cor penguatan kawat kasa, diplester diaci dan dicat, atap seng gelombang diatas kuda-kuda rangka kayu, langit-langit tripleks, lantai rabat halus, jendela kaca pada kusen kayu, pintu double tripleks pada kusen kayu. Bangunan terdiri dari ruang tamu, ruang makan, 2 kamar tidur, dapur, dan kamar mandi/WC. Keseluruhan bangunan dicat dan dilengkapi dengan fasilitas penerangan listrik. Bangunan dalam kondisi sangat baik, mempunyai luas lantai sekitar xxx meter persegi per unit. Jumlah Bangunan Perumahan 75
x.xxx.xxx.xxx ------------------------------x.xxx.xxx.xxx
PABRIK : 1 – KANTOR PABRIK Sebuah bangunan berlantai satu, tahun pembangunan 2010/11, konstruksi beton bertulang, pondasi batu kali dengan sloof beton bertulang, dinding dan partisi ruangan bata plester dan aci, atap genteng galvalum diatas kuda-kuda rangka kayu, langit-langit tripleks, lantai keramik 30 x 30 cm, jendela kaca pada kusen kayu, pintu utama panel dan lainnya tripleks pada kusen kayu. Bangunan terdiri dari ruang administrasi, ruang keuangan, ruang manajer, ruang komputer, ruang KTU, laboratorium, ruang timbangan, ruang SSB, dan kamar mandi/ WC. Keseluruhan bangunan dicat dan dilengkapi dengan fasilitas penerangan listrik, saluran air bersih dan sanitasi. Bangunan dirawat dengan baik dan dalam kondisi baik mempunyai luas lantai sekitar xxx meter persegi.
xxx.xxx.xxx
1 – POS JAGA Sebuah bangunan berlantai satu, tahun pembangunan 2010/11, konstruksi kayu, pondasi batu kali, dinding bata plester, atap galvalum diatas kuda-kuda rangka kayu, lantai keramik, jendela kaca pada kusen kayu, pintu panel pada kusen kayu. Bangunan dirawat dengan baik dan dalam kondisi baik mempunyai luas lantai sekitar xx meter persegi.
xx.xxx.xxx
1 – WORKSHOP, GUDANG DAN LABORATORIUM Sebuah bangunan berlantai satu, tahun pembangunan 2011, konstruksi rangka baja WF, dinding batako plester, pondasi setapak beton bertulang dengan sloof beton bertulang, dinding partisi batako plester, atap spandeks aluminium diatas kuda-kuda rangka baja C, pintu utama pelat baja dorong pada kusen baja. Bangunan terdiri dari ruang gudang, ruang bengkel, dan gudang sparepart serta laboratorium. Bangunan masih dalam tahap penyelesaian, kemajuan pekerjaan hingga saat ini sekitar xx% dan mempunyai luas lantai sekitar xxx meter persegi.
x.xxx.xxx.xxx
1 – RUMAH POMPA AIR WADUK Sebuah bangunan berlantai satu, tahun pembangunan 2011, konstruksi beton bertulang, pondasi batu kali dengan sloof beton bertulang, mempunyai dinding bata plester dan aci, atap seng gelombang diatas kuda-kuda rangka kayu, lantai rabat beton, pintu tripleks pada kusen kayu. Keseluruhan bangunan dicat dan dilengkapi dengan fasilitas penerangan listrik. Bangunan dirawat dengan baik dan dalam kondisi baik mempunyai luas lantai sekitar xx meter persegi.
xx.xxx.xxx
1 – RUMAH POMPA WATER TREATMENT Sebuah bangunan berlantai satu, tahun pembangunan 2011, konstruksi beton bertulang, pondasi batu kali dengan sloof beton bertulang, mempunyai dinding bata plester dan aci, atap seng gelombang diatas kuda-kuda rangka kayu, lantai rabat beton, pintu tripleks pada kusen kayu. 76
Keseluruhan bangunan dicat dan dilengkapi dengan fasilitas penerangan listrik. Bangunan dirawat dengan baik dan dalam kondisi baik mempunyai luas lantai sekitar xx meter persegi.
xx.xxx.xxx
1 – MUSHOLLA Sebuah bangunan berlantai satu, tahun pembangunan 2011, konstruksi beton bertulang, pondasi batu kali dengan sloof beton bertulang, mempunyai dinding bata plester dan aci, atap galvalum diatas kudakuda rangka kayu, lantai keramik, pintu tripleks pada kusen kayu. Bangunan dilengkapi dengan fasilitas penerangan listrik dan sanitasi. Bangunan masih dalam kondisi baik dan terawat dengan baik, mempunyai luas lantai sekitar xx meter persegi.
xx.xxx.xxx
1 – TOILET KARYAWAN Sebuah bangunan berlantai satu, tahun pembangunan 2011, konstruksi beton bertulang, pondasi batu kali dengan sloof beton bertulang, mempunyai dinding bata plester dan aci, atap seng gelombang diatas kuda-kuda rangka kayu, lantai keramik, pintu tripleks pada kusen kayu. Bangunan terdiri dari 2 pintu kamar mandi/WC dilengkapi dengan fasilitas penerangan listrik dan sanitasi. Bangunan masih dalam tahap penyelesaian dengan kemajuan pekerjaan sekitar xx% dan mempunyai luas lantai sekitar xx meter persegi.
xx.xxx.xxx
1 – RUMAH POMPA CPO Sebuah bangunan berlantai satu, tahun pembangunan 2011, konstruksi beton bertulang, pondasi batu kali dengan sloof beton bertulang, mempunyai dinding bata plester dan aci, atap asbes gelombang diatas kuda-kuda rangka kayu, lantai rabat beton, jendela kaca nako pada kusen kayu, pintu tripleks pada kusen kayu. Keseluruhan bangunan dicat dan dilengkapi dengan fasilitas penerangan listrik. Bangunan dirawat dengan baik dan dalam kondisi baik mempunyai luas lantai sekitar xx meter persegi.
xx.xxx.xxx
1 – BANGUNAN PABRIK Terdiri dari : - Loading Ramp Merupakan areal pembongkaran TBS, konstruksi lantai beton bertulang setebal xx cm, lengkap dengan retaining wall pada bagian sisinya. Luas lantai sekitar x.xxx meter persegi. - Bangunan Sterilisasi Sebuah bangunan berlantai satu, tahun pembangunan 2010/11, konstruksi rangka baja WF, tinggi bangunan x m, lebar bentangan xx,x m, pondasi setapak beton bertulang dengan sloof beton bertulang, atap spandeks aluminium diatas kuda-kuda rangka baja C, lantai beton bertulang lengkap dengan pondasi mesin. Bangunan terdiri dari ruang transfer carriage, ruang penerimaan buah, dan ruang sterilisasi. - Bangunan Proses Utama Sebuah bangunan berlantai satu, tahun pembangunan 2010/11, konstruksi rangka baja WF, tinggi bangunan xx m, lebar bentangan xx m, dinding sebagian spandeks aluminium, pondasi 77
setapak beton bertulang dengan sloof beton bertulang, atap spandeks aluminium diatas kuda-kuda rangka baja C, lantai beton bertulang. - Bangunan Klarifikasi Sebuah bangunan berlantai satu, tahun pembangunan 2010/11, konstruksi rangka baja WF, tinggi bangunan sekitar xx m, lebar bentangan xx m, dinding sebagian spandeks aluminium, pondasi setapak beton bertulang dengan sloof beton bertulang, atap spandeks aluminium diatas kuda-kuda rangka baja C, lantai beton bertulang lapis keramik 30 x 30. - Bangunan Power Plant Sebuah bangunan berlantai satu, tahun pembangunan 2010/11, konstruksi rangka baja WF, tinggi bangunan sekitar xx m, lebar bentangan xx m, dinding sebagian spandeks aluminium, pondasi setapak beton bertulang dengan sloof beton bertulang, atap spandeks aluminium diatas kuda-kuda rangka baja C, lantai beton bertulang lapis keramik 30 x 30. - Bangunan Rumah Boiler Sebuah bangunan berlantai satu, tahun pembangunan 2010/11, konstruksi rangka baja WF, tinggi bangunan xx m, lebar bentangan xx m, dinding sebagian spandeks aluminium, pondasi setapak beton bertulang dengan sloof beton bertulang, atap spandeks aluminium diatas kuda-kuda rangka baja C, lantai beton bertulang. Keseluruhan bangunan dicat dan dirawat dengan baik dan tampak dalam kondisi baik. Luas lantai keseluruhan sekitar x.xxx meter persegi. 1 – EMPTY BUNCH HOPPER AREA Sebuah bangunan berlantai satu, tahun pembangunan 2010/11, konstruksi lantai cor beton bertulang. Bangunan dalam kondisi baik, luas lantai sekitar x.xxx meter persegi. Jumlah Bangunan Pabrik
xx.xxx.xxx.xxx
xx.xxx.xxx ------------------------------xx.xxx.xxx.xxx
4. Sarana Pabrik URAIAN SARANA PABRIK Terdiri dari : - Jalan Lingkungan Konstruksi batu pecah/split dengan finishing aspal. Lebar perkerasan bervariasi sekitar x meter – hingga xx meter dengan luas area keseluruhan sekitar xxxx meter persegi. Jalan dirawat dengan baik dan dalam kondisi cukup baik.
xxx.xxx.xxx
- Drainase Konstruksi beton bertulang. Ukuran lebar sekitar x,x dan x,x meter, kedalamam bervariasi dan terdapat pada sisi lantai dalam areal pabrik dan luar areal pabrik. Saluran drainase dirawat dengan baik dan dalam kondisi cukup baik.
xxx.xxx.xxx
- Pagar Keliling
78
Konstruksi kawat ram dengan tiang penyangga, pondasi setapak dab sloof beton bertulang, panjang keliling sekitar xxx meter. Jumlah Sarana Pabrik
xx.xxx.xxx ------------------------------xxx.xxx.xxx
5. Penilaian Mesin dan Pearalatan PENILAIAN MESIN DAN PERALATAN RINGKASAN NILAI MESIN DAN PERALATAN Uraian Indikasi Nilai Pasar (Rp) ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Mesin dan Peralatan Pabrik PKS Rp. xx.xxx.xxx.xxx Kendaraan
Rp.
xxx.xxx.xxx
Alat Berat
Rp.
Perabot dan Peralatan Kantor
x.xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx
Rp. --------------------------------Rp. xx.xxx.xxx.xxx
Jumlah
79
6. Penialaian Mesin dan Peralatan Pabrik PKS PENILAIAN MESIN DAN PERALATAN PABRIK PKS
Uraian Indikasi Nilai Pasar (Rp) ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Unit pengolahan TBS kelapa sawit, kapasitas produksi 30 Ton TBS per jam (extendable to xx Ton TBS/ jam), tahun dibangun 2010/11, terdiri dari : BUNCH RECEPTION STATION Terdiri dari :
1 - Digital Weigh Bridge Avery, tipe J11-12 x 3 meter, buatan Inggris, kapasitas 40 ton, dilengkapi dengan plat form dari konstruksi pelat baja berukuran 12 m (p) x 3 m (l) x 10 mm (t), indikator avery berkel L255, set komputer dan printer, terpasang pada konstruksi beton bertulang. Kondisi sangat baik. 1 - Fruit Loading Ramp Konstruksi pelat baja pada rangka baja, masing-masing terdiri dari 20 bays (lobang), model pintu vertikal, kapasitas 3 ton TBS/ pintu, ukuran 950 mm x 450 mm, lengkap dengan pintu digerakkan dengan sistem hidrolik, Vickers, buatan Malaysia, motor listrik 10 Hp. 4 - Rail Way Track Konstruksi baja, model MS Channel, ukuran 100 x 50 x 6 mm, kapasitas 12 kg/m, panjang sekitar 135 m/line. 2 - Transfer Carriage Hidrolik pack, Vickers, buatan Malaysia, nomor PB5RK66, kapasitas 3 lori (35 ton), digerakkan dengan motor listrik 7,5 kW, dilengkapi motor traveling dan motor pusher, terpasang pada bak konstruksi beton bertulang. 4 – Winch Drum Hidrolik Vickers, buatan Malaysia, tahun 2011, kapasitas 7 ton, dilengkapi tali baja, gearbox, tenaga penggerak motor listrik CEM 180L4, kapasitas 22 kW. Unit dilengkapi dengan 2 starter panel loading ramp, 2 starter panel trasfer carriage, dan asesoris lainnya untuk operasi normal. Kondisi baik.
STERILIZER STATION Terdiri dari : 2 - Sterilizer Body buatan lokal, tahun 2010, tipe silinder horisontal, ukuran masingmasing 2,8 m (dia) x 26 m (p), kapasitas 4 lori (48 ton), konstruksi pelat baja dengan bahan insulasi glass wall, temperatur kerja 140 oC, pintu baja Uni Vesel, buatan Malaysia, terbuat dari baja tahan karat, lengkap dengan pipa-pipa uap masuk dan keluar, cat walk, serta panel kontrol pengoperasian. 18 - Lori Buah Tanpa pelat nama, tahun pembuatan 2010/11, konstruksi pelat baja, kapasitas masing-masing 12.000 kg, unit dilengkapi 4 roda baja dan perlengkapan standar lainnya untuk beroperasi secara normal. 1 - Kompressor Udara Puma, buatan Indonesia, tipe PK30-120, tekanan maksimum 8 kg/cm³, tangki udara 120 liter, tenaga penggerak motor listrik, kapasitas 3 Hp. 2 - Connecting Rail Track 80
x.xxx.xxx.xxx
Tanpa pelat nama, konstruksi baja, MS Channel ukuran 100x50x6 mm, kapasitas rail 12 kg/m. 3 - Capstand Tanpa pelat nama, konstruksi baja, kapasitas 4 lori (45 ton), terpasang pada beton bertulang. 3 - Guide Bollard Tanpa pelat nama, konstuksi pelat baja, buatan lokal, model Roller. 1 - Unit Blowdown Sylincer Buatan lokal, konstruksi pelat baja, model silinder vertikal, lengkap dengan muffler dan pipa steam blow, 5 m (t) x 800 mm, dan 2 - pompa kondensat, KEW pump, tipe SEK 40, tenaga penggerak motor listrik, kapasitas 5,5 kw. Unit dilengkapi dengan control system otomatis PLC Festo, starter panel, instrumen kontrol, dan peralatan lainnya untuk beroperasi secara normal. Kondisi sangat baik.
THRESSING STATION Terdiri dari : 1 - Tippler Tanpa pelat nama, konstruksi pelat baja, tipe horizontal drum, kapasitas 12 ton, ukuran sekita 2,7 m (dia) x 6 m (p), dilengkapi pompa hidrolik, vicker, buatan Malaysia, tenaga penggerak motor listrik 15 Hp, 1.450 Rpm. 1 - Bunch Scrapper Conveyor Tanpa pelat nama, buatan lokal, konstruksi pelat baja, tipe scrapper bar conveyor, ukuran 70 mm x 5 mm x 6 meter, dilengkapi dengan gear box, tenaga penggerak motor listrik 7,5 kW. 1 - Inclined Bunch Elevator Tanpa pelat nama, buatan lokal, tipe double chain, kapasitas 45 ton/jam, konstruksi pelat baja, ukuran 15 m (p) x 0,5 m (l), dilengkapi rantai ganda 4“, tenaga penggerak motor listrik 5,5 Hp, 1.440 Rpm. 1 – Existing Bunch Hopper Tanpa pelat nama, buatan lokal, konstruksi pelat baja pada rangka baja, tipe double chain, tenaga penggerak motor listrik. 1 – Bunch Conveyor Tanpa pelat nama, buatan lokal, konstruksi pelat baja pada rangka baja, tipe double chain, tenaga penggerak motor listrik. 2 - Thresser Buatan lokal, model horizontal shaft, konstruksi pelat baja , tipe rotary drum, kapasitas 30 ton/jam, ukuran sekitar6,2 m(p) x 2,2 m(dia), tenaga penggerak motor listrik 30 Hp, 1.440 Rpm, terpasang pada struktur rangka dan pelat baja. 1 - Conveyor Below Thresher Tanpa pelat nama, buatan lokal, konstruksi pelat baja, tipe worm screw conveyor, ukuran 10 m (p) x 0,3 m (dia), tenaga penggerak motor listrik 3 Hp, 1.425 Rpm. 2 - Under Thresher Conveyor Buatan lokal, tahun 2010, konstruksi pelat baja, tipe worm screw conveyor, ukuran 6800mm (p) x 600 mm (dia), dilengkapi gearbox, tenaga penggerak motor listrik 59 Rpm. 1 – Rethressing Conveyor Buatan lokal, model scrapper conveyor single deck, konstruksi pelat baja, ukuran 6 m (p) x 0,5 m(l), dihubungkan dengan rantai ganda 6”, tenaga penggerak motor listrik 7,5 Hp, 1.450 Rpm. 1 – Horizontal Empty Bunch Conveyor Buatan lokal, tahun 2010, konstruksi pelat baja, tipe scrapper conveyor, double chain, ukuran keseluruhan sekitar 85 m(p), dilengkapi gearbox, sprocket, tenaga penggerak motor listrik 7,5 kW. 81
x.xxx.xxx.xxx
Unit dilengkapi dengan struktur baja, kontrol sistem, starter panel, instrumen, dan asesoris lainnya untuk operasi normal. Kondisi sangat baik.
x.xxx.xxx.xxx
PRESSING STATION Terdiri dari : 1 – Bottom Cross Conveyor Buatan lokal, konstruksi pelat baja, tipe worm screw conveyor, ukuran 7 m(p) x 0,6 m(dia), digerakkan motor listrik 5.5 Hp, 1.440 Rpm. 1 - Fruit Scrapper Conveyor Buatan lokal, konstruksi pelat baja, tipe scrapper bottom deck, kapasitas 60 Ton/jam, digerakkan motor listrik 22 kW. 1 – Top Cross Conveyor Buatan lokal, tahun 2010, konstruksi pelat baja, tipe worm screw conveyor, ukuran 15 m(p) x 0,6 m(dia), digerakkan motor listrik 4 kW, 1.440 Rpm. 1 - Fruit Distributing Conveyor Buatan lokal, konstruksi pelat baja, tipe worm screw conveyor, ukuran 21 m(p) x 0,6 m(dia), tenaga penggerak motor listrik 7,5 kW. 2 – Digester Apindo, buatan Indonesia, tipe AD3500, no seri D3447/WNA/2010 dan D3446/WNA/ 2010, kapasitas masing-masing 3.500 liter, temperatur hingga 120°C, konstruksi pelat baja, dilapis rock wall dan pelat aluminium, tenaga penggerak motor listrik 22 kW, 1.450 Rpm, lengkap dengan pisau pencacah dan system pemipaan direct injection. 2 –Screw Press Apindo, buatan Indonesia, tahun 2010, tipe Ap-17, kapasitas masingmasing 15 - 16 ton/jam, lengkap dengan gear transmisi Flender, H3SH 10A, tenaga penggerak motor listrik Siemens, kapasitas 30 kW, sistem hidrolik Eaton, digerakkan oleh motor listrik Elektrim3 Hp, 1.460 Rpm. 1 - Crude Oil Gutter Tanpa pelat nama, buatan lokal, konstruksi pelat baja, tipe SS plate 304.4 milimeter, model talang tertutup, ukuran 6 m(p) x 0,3 m(dia). Unit dipasang pada konstruksi rangka baja, dilengkapi dengan maintenance beam, panel kontrol, jaringan pipa minyak, steam, dan air panas, serta alat bantu lain untuk beroperasi normal. Kondisi sangat baik.
x.xxx.xxx.xxx
CLARIFICATION STATION Terdiri dari : 1 - Sand Trap Tank Tanpa pelat nama, buatan lokal, tahun 2010/11, konstruksi pelat baja, bentuk persegi, kapasitas 30 m³ ukuran sekitar 7 m(p)x 1,5 mx 2,2 m(t), lengkap dengan saluran minyak dan pembuangan. 2 - Crude Oil Vibrating Screen Watermech, buatan Malaysia, tipe DDCS60/2 double deck screen, diameter 60”, mesh 40 dan 20, kapasitas 60 ton TBS/jam, konstruksi stainless steel, digerakkan motor listrik 4 Hp, 1.500 rpm, terpasang pada plat form konstruksi baja setinggi 1 meter. 1 - Crude Oil Vibrating Screen Watermech, buatan Malaysia, tipe DDCS60/1single deck screen, diameter 60”, kapasitas 60 ton TBS/jam, konstruksi stainless steel, digerakkan motor listrik 5 Hp, 1.500 rpm, terpasang pada plat form konstruksi baja setinggi 1 meter. 1 – Crude Oil Tank Buatan lokal, konstruksi pelat baja, bentuk persegi empat, kapasitas 20 m³, ukuran sekitar 4500 mm(p) x 3000 mm(l) x 1500 mm(t), dilengkapi sand cyclone, Alva Lafal, tipe STC 602-100 dan 2 – Crude oil pump, KEW, tipe 82
SEK-40, 30 m head, kapasitas 50 m³/jam, tenaga penggerak motor listrik, 11 Hp, 1450 rpm. 1 - Buffer Tank Buatan lokal, konstruksi pelat baja, bentuk persegi empat, ukuran 1500mm(p) x 1200mm(l) x 1000mm(t), kapasitas 1,5 m³. 1 – Screen Waste Conveyor Tanpa pelat nama, buatan lokal, tipe worm screw conveyor, konstruksi pelat baja, ukuran 3 m(p) x 0,3 m(dia), tenaga penggerak motor listrik 2 Hp, 1.425 Rpm. 1 – Continuous Setling Tank / Integrated Tank Buatan lokal, konstruksi pelat baja, bentuk silinder vertikal, ukuran sekitar4,5 m(dia) x 11,5 m(t), kapasitas 120 m³, lengkap dengan agitator tenaga penggerak motor listrik serta tangki : 2 – Pure Oil Tank Buatan lokal, konstruksi pelat stainless steel, bentuk silinder vertikal, kapasitas masing-masing 30 m³, ukuran 3000 mm(dia) x 6000 mm(t), lengkap dengan sistem pemipaan uap. 1 - Sludge Tank Buatan lokal, konstruksi pelat stainless steel, bentuk silinder vertikal, kapasitas 40 m³, ukuran 3000 mm(dia) x 7000 mm(t), lengkap dengan sistem pemipaan uap. 1 – Vibrating Separator Watermech, buatan Malaysia, tahun 2011, tipe DCCS60/1 single deck, diameter 60”, tenaga penggerak motor listrik, 5 Hp.. 2 – Pre Cleaner Pump – KEW, tipe SE3 SEK40C, kapasitas 40 m³/jam, tenaga penggerak motor listrik, 25 Hp, 1455 Rpm. 1 – Sand Cyclone Alfa Laval, tahun 2011, tipe single cyclone, kapasitas 30 m³/jam, tekanan 2 bar. 1 – Sludge Buffer Tank Buatan lokal, konstruksi pelat baja, bentuk silinder vertikal, kapasitas 10 m³/jam, ukuran sekitar 2000 mm(dia) x 2380mm(t). 3 – Sludge Centrifuge Charp Ngea, buatan Malaysia, tahun 2011, tipe CNC 123, tenaga penggerak motor listrik, Elektrim kapasitas 15 kW, 1448 Rpm. 1 – Daily Sludge Tank Buatan lokal, konstruksi pelat baja, bentuk persegi, kapasitas 3 m³, ukuran sekitar 1500 mm(p) x 2000 mm(l) x 1200 mm(t). 1 - Oil Collection Tank Buatan lokal, konstruksi pelat baja, kapasitas 4,5 m³, ukuran sekitar 2000 mm(p) x 2000 mm(l) x 1200 mm(t). 2 – Oil Collection Pump KEW Pump, tipe KS SE3, SEK-40, kapasitas 20 m³/ jam, head 20 m, tenaga penggerak motor listrik, Elektrim, 6 Hp. 1 – Hot Water Tank Buatan lokal, konstruksi baja MS, 6 mm, kapasitas 12 m³, bentuk silinder horisontal, ukuran sekitar 4500 mm(p) x 1900 mm(dia). 1 – Hot Well Tank Buatan lokal, konstruksi baja Mild steel, kapasitas 12 m³, bentuk persegi, ukuran sekitar 3000 mm(p) x 2000 mm(l) x 1200 mm(t). 2 – Hot Well Pump KEW Pump, tipe KS SR40-130, kapasitas masing-masing 20 m³/jam, tenaga penggerak motor listrik, Elektrim, EM 100L, kapasitas 5 Hp. 3 – Dried Oil Pump 83
Kew Pump, buatan Malaysia, tipe KS-SE3, SEK 4, kapasitas masing-masing 20 m³/jam, digerakkan oleh motor listrik, 4 kW, 1435 Rpm. 1 – Vacuum Dryer Alfa Laval, tahun 2010/11, kapasitas 15 Ton/ jam. 1 – Vacuum Pump Sihi terling, buatan tahun 2010, tipe LPHX, kapasitas 385 m³/jam, tenaga penggerak motor listrik, Elektrim, 11 kW. 2 – Oil Transfer Pump Sihi Sterling, tipe CEHA5103 AAAAEOBO, tenaga penggerak motor listrik, kapasitas 11 kW. 1 – Fat Pit Konstruksi beton, kapasitas 56 m³, ukuran sekitar 5000 mm(p) x 4500 mm(l) x 2300 mm(t), dilengkapi pipa steam, 2 – pompa fat pit, KEW Pump, tipe KS SE3, SEK 40, tenaga penggerak motor listrik Teco, kapasitas masing-masing 7,5 Hp, 1450 rpm. Unit dilengkapi dengan starter panel, panel kontrol, structure dan peralatan pembantu lain untuk dapat beroperasi secara normal. Kondisi sangat baik.
x.xxx.xxx.xxx
DEPERICARPING STATION Terdiri dari : 1 - Cake Breaker Conveyor Buatan lokal, konstruksi pelat baja, tipe worm screw conveyor, ukuran 24 m(p) x 0,8 m(dia), digerakkan oleh motor listrik 18,5 kW, 1.500 Rpm, melalui gear box. 1 - Depericarper & Nut Polishing Drum Buatan lokal, konstruksi pelat baja, tipe horizontal drum, diameter 800 mm, panjang sekitar 3 meter, tenaga penggerak motor listrik, kapasitas 7,5 kW, sistem pneumatic induced draught, yang dihubungkan dgn fan dan air lock system. 1 – Nut Auger Conveyor Buatan lokal, konstruksi pelat baja, tipe screw conveyor, ukuran 300 mm(dia) x 2150 mm(p), tenaga penggerak motor listrik, kapasitas 2,2 kW. 1 – Pneumatic Transport Buatan lokal, konstruksi pelat baja, terdiri dari fibre cyclone, ukuran 600 mm(dia) x 6000 mm(t), fan, airlock system, ukuran sekitar 750 mm(dia) x 13500 mm(t), tenaga penggerak motor listrik. Unit dilengkapi dengan strukstur baja, starter panel, panel kontrol, serta alat bantu lainnya untuk dapat beroperasi secara normal. Kondisi sangat baik.
x.xxx.xxx.xxx
NUT & KERNEL RECOVERY STATION Terdiri dari : 1 – Pneumatic Destoner Buatan lokal, konstruksi pelat baja, kapasitas 9 ton/jam, dilengkapi ducting ukuran diameter 12”, airlock system, fan, tenaga penggerak motor listrik Teco, kapasitas 40 Hp, 1.460 Rpm, melalui gear box. 1 – Nut Hopper Buatan lokal, konstruksi pelat baja pada rangka baja, kapasitas 60 m³, bentuk persegi, berdiri pada rangka baja siku. 2 - Ripple Mill KEW cracker, buatan Malaysia, tipe KCM6T, kapasitas masing-masing 6 ton/jam, tenaga penggerak motor listrik 15 Hp, 1.455 Rpm, melalui gear box, dilengkapi magnetic feeder, Enmin, tipe EVT-LD3. 1 – Cracked Mixture Conveyor 84
Buatan local, tipe screw conveyor, kapasitas 9 ton/ jam, ukuran sekitar 300 mm(dia) x 5000 mm(p), tenaga penggerak motor listrik Nord, 4 kW melalui gear box. 1 – Cracked Mixture Elevator Buatan lokal, tipe vertical single chain, ukuran 4350 mm(t) x 800 mm(p) x 450 mm(l), ditutup body pelat, tenaga penggerak motor listrik Nord, 4 kW melalui gear box. 1 – LTDS 1st Konstruksi pelat baja, bentuk ducting vertikal, lengkap dengan : 1 - Fan CVM, tipe ACW 180, kapasitas 18.000 m³, tenaga penggerak motor listrik 22 kW, 1.445 Rpm. 1 - Air Lock Rotating Sluice for Fiber Buatan lokal, konstruksi pelat baja, ukuran 400 mm (dia), tenaga penggerak motor listrik 2,2 kW, dengan gear box. 1 – Ducting Isap Buatan lokal, konstruksi pelat baja, ukuran 550 mm(dia) x 11000mm(t), tenaga penggerak motor listrik. 1 – LTDS 2nd Konstruksi pelat baja, bentuk ducting vertikal, lengkap dengan : 1 - Fan CVM, tipe ACW 180, kapasitas 18.000 m³, tenaga penggerak motor listrik 22 kW, 1.445 Rpm. 1 - Air Lock Rotating Sluice for Fiber Buatan lokal, konstruksi pelat baja, ukuran 400 mm (dia), tenaga penggerak motor listrik 2,2 kW, dengan gear box. 1 – Ducting Isap Buatan lokal, konstruksi pelat baja, ukuran 550 mm(dia) x 11000mm(t), tenaga penggerak motor listrik. 1 - Claybath Buatan lokal, konstruksi pelat baja pada rangka baja, ukuran 3700 mm(p) x 1320 mm(l) x 960 mm(t), kapasitas 3 ton/jam. Dilengkapi : 1 - Claybath Pump Kew Pump, buatan Malaysia, tipe SEK 80, kapasitas 10 m³/ jam, tenaga penggerak motor listrik Teco, 5,5 Hp, 1.440 Rpm. 1 - Claybath Agitator mixer Tenaga penggerak motor listrik, Energi power, model F5FC, kapasitas 1380 rpm dilkopel gearbox. 1 - Vibrating Screen Buatan lokal, konstruksi pelat baja mild steel 5 mm, grade mesh 8, tenaga penggerak motor listrik 3 Hp, 1.500 Rpm. 1 - Wet Kernel Conveyor Buatan lokal, konstruksi pelat baja mild steel 6 mm, ukuran 8000 mm(p) x 450 mm(dia), tipe full flight screw, tenaga penggerak motor listrik 4 kW, 1.420 Rpm. 1 - Wet Kernel Elevator Buatan lokal, konstruksi baja mild steel 6 mm, ukuran 800 mm(p) x 450 m(l) x 11.100 m(t), kapasitas 5 ton/jam, tenaga penggerak motor listrik 4 kW, 1.420 Rpm melalui gear. 1 - Dry Kernel Distribution Conveyor Buatan lokal, konstruksi pelat baja mild steel 6 mm, tipe screw conveyor, ukuran 5000 mm(p) x 300 mm(dia), tenaga penggerak motor listrik. 2 - Kernel Silo Dryer 85
Buatan lokal, konstruksi pelat baja, bentuk silinder vertical, ukuran 2860 mm(dia) x 7820 mm(t), masing-masing dilengkapi dengan : 1 – Heater Coil Novenco, buatan Malaysia, tipe LFD 10103-4-L1, thermometer gauge 120ºC, diameter 2”. 1 – Fan Blower Phoenix, konstruksi pelat baja, fan CVM, tipe H313, tenaga penggerak motor listrik 20 Hp, 1.450 Rpm dengan v belt. 1 – Dry Kernel Elevator Buatan lokal, konstruksi pelat baja mild steel 6 mm, tipe bucket, ukuran 800 mm(p) x 450 mm(l) x 10.400 mm(t). 1 - Shell Bin Buatan lokal, konstruksi pelat baja, bentuk prisma kerucut, kapasitas 40 m³, lengkap dengan shell discharge sistem manual. 1 – Bagging Hopper Buatan lokal, konstruksi pelat baja, bentuk silinder vertikal, kapasitas 100 m³. Unit dilengkapi dengan struktur baja dudukan peralatan dan mesin, starter panel, panel kontrol, serta peralatan bantu lainnya untuk beroperasi secara normal. Kondisi sangat baik.
x.xxx.xxx.xxx
STORAGE TANK & DESPATCH STATION Terdiri dari : 2 - Tangki Penyimpanan CPO Tanpa pelat nama, konstruksi pelat baja kapal, ketebalan variasi 6 mm – 10 mm, pada rangka baja, bentuk silinder vertikal, kapasitas masingmasing 2.500 ton, ukuran 19.100 mm(dia) x 10.500 mm(t), terpasang pada pondasi mini pile dan beton bertulang, dilengkapi dengan indikator level, agitator storage, steam coil, sistem pemipaan uap dan tangga kontrol. 2 - Despatch Oil Pump Kew Pump, tipe SEK 80, model SEK100R, digerakkan oleh motor listrik, Elektrim kapasitas 22 kW, lengkap dengan loading shed Unit dilengkapi dengan starter panel, panel kontrol, sistem pemipaan, rumah pengiriman CPO konstruksi baja ukuran sekitar 40 m² dan alat bantu lain untuk dapat beroperasi normal. Kondisi sangat baik.
x.xxx.xxx.xxx
BOILER STATION Terdiri dari : 1 - Steam Boiller Takuma, buatan Indonesia, model N1000 series, tipe water tube, konstruksi pelat baja dan bata tahan api, kapasitas 30 ton uap/jam, tekanan 23 Kg/Cm², suhu maksimum 280 ºC, dilengkapi dengan peralatan bantu lainnya untuk beroperasi secara normal, terdiri dari : 1 - Air Compressor Kapasitas 150 PSIG, tenaga penggerak motor listrik masing-masing 5 Hp, 2.900 Rpm. 1 – Primary Draft Fan Lisensi Chicago blower, size SQA-24-12, tenaga penggerak motor listrik 30 Hp. 1 – Secondary Draft Fan Lisensi Chicago blower, size SQA-36-12, tenaga penggerak motor listrik Teco, kapasitas 40 Hp. 1 - Induced Draft Fan/ IDF Boiler Lisensi Chicago blower, size D1910B.60, tenaga penggerak motor listrik Teco, kapasitas 200 Hp. 86
1 – Airlock Dust Colector 1 – Ash Conveyor Ukuran 681 mm(p) x 400 mm(dia) 1 – Fuel Fibre & Shell Conveyor Buatan lokal, konstruksi baja mild steel 6 mm, model screw conveyor, ukuran 33000 mm(p) x 750 mm(dia), tenaga penggerak motor listrik, kapasitas 11 kW. 1 – Fuel Distribution Conveyor Buatan lokal, konstruksi baja mild steel 6 mm, model screw conveyor, ukuran 23.500 mm(p) x 750 mm(dia), tenaga penggerak motor listrik, kapasitas 11 kW. 1 – Recycling Fibre Conveyor No.1 Buatan lokal, konstruksi baja mild steel 6 mm, model screw conveyor, ukuran 30.000 mm(p) x 750 mm(dia), tenaga penggerak motor listrik, kapasitas 4 kW. 1 – Recycling Fibre Conveyor No.2 Buatan lokal, konstruksi baja mild steel 6 mm, model screw conveyor, ukuran 30.000 mm(p) x 750 mm(dia), tenaga penggerak motor listrik, kapasitas 11 kW. Boiler water treatment plant : 1 - Elevated Feed Boiler Water TankKonstruksi pelat baja, bentuk silinder vertikal, kapasitas 180 ton, ukuran 3 m(dia) x 7,5 m(t), terpasang pada menara rangka baja setinggi 15 m. 2 - Boiler Feed Water Pump Sihi Pump, buatan Jerman, digerakkan oleh motor listrik. 2 - Water Softener Exchanger Konstruksi pelat baja mild steel, tipe silinder vertikal, winflow WSF-60, kapasitas masing-masing 60 ton/jam, terpasang pada rangka baja dengan pondasi beton bertulang. 2 - Softener Pump Southern Cross, tipe 100 x 80-160, tenaga penggerak motor listrik masingmasing 15 Hp. 1 - Elevated Deaerator Tank Konstruksi pelat baja, bentuk silinder horizontal, kapasitas 45.000 liter. 2 - Boiler Chemical Dosing Pump Kew Pump dan Southern Cross, digerakkan oleh motor listrik masingmasing 2.900 Rpm. Unit dilengkapi dengan sistim H-Level auto kontrol, starter panel, panel kontrol, structure serta peralatan bantu lain untuk beroperasi secara normal. Kondisi sangat baik.
POWER SUPPLY STATION Terdiri dari : 2 - Generator Set Caterpillar, buatan Amerika Serikat, tahun pembuatan 2010, kapasitas 400 KVA, pf 0,8, 230 volt, digerakkan oleh mesin diesel Caterpillar, buatan Amerika Serikat, dilengkapi dengan battery starter, dan radiator. 1 - Generator Set Olimpian, buatan Amerika Serikat, tahun pembuatan 2011, kapasitas 200 kva, pf 0,8, 230 volt, 1.500 rpm, digerakkan oleh mesin diesel Perkins, daya 160 kW, dilengkapi dengan battery starter dan radiator. 1 – Steam Turbin Generator Stamford, buatan China (Lisensi Inggris), seri X10LS10822, kapasitas 2.020 KVA, 1.500 Rpm, 380 V, digerakkan oleh steam turbin Shinko, buatan 87
xx.xxx.xxx.xxx
Jepang, tipe RB5, nomor seri 1045830, tahun pembuatan 2011, daya 1600 Kw, 5.208 rpm. 1 - Back Pressure Vessel Konstruksi pelat baja, ukuran sekitar 1,2 m(dia) x 6 m(p), model horizontal vessel, dilengkapi dengan kontrol tekanan, dan peralatan standar lain untuk beroperasi dengan normal. 1 - Steam Separator Tipe tentrainment separator, kapasitas 40 ton/jam . 1 - Diesel Fuel Storage Tank Tanpa pelat nama, konstruksi pelat baja pada rangka baja, kapasitas 10.000 liter, bentuk silinder vertikal, terpasang pada pondasi konstruksi beton bertulang, lengkap dengan pompa minyak dan flow meter. Unit dilengkapi dengan tangki BBM harian, kontrol panel genset, kapasitor bank, kontrol panel turbine, steam chart recorder, main distribution panel, sincronizing meter dan peralatan bantu lain untuk dapat beroperasi secara normal. Kondisi sangat baik.
WATER TREATMENT STATION Terdiri dari : Raw water treatment plant : 1 - Raw Water Reservoir Bendungan dengan tanggul terbuat dari timbunan tanah, kapasitas menampung air sekitar 250.000 ton, luas keseluruhan sekitar 65.000 m². 2 - River Pump Kew Pump, buatan Malaysia, model KS-SR 65-200, tipe sentrifugal, kapasitas masing-masing 120 ton/jam, masing-masing digerakkan oleh motor listrik kapasitas 20 Hp. 1 – Water Filter Pump Kew Pump, buatan Malaysia, model KS-SR 50-200, tipe sentrifugal, kapasitas 120 ton/jam, digerakkan oleh motor listrik kapasitas 20 Hp. 1 - Flocculation Pump Southern Cross, model 100 x 80, tipe sentrifugal, kapasitas 120 ton/jam, masing-masing digerakkan oleh motor listrik kapasitas 15 kW. 1 – Water Pump Kew Pump, buatan Malaysia, model KS-SR digerakkan oleh motor listrik kapasitas 15 kW. 1 – Hydrant Pump Kew Pump, buatan Malaysia, model KS-SR 50-260, tipe sentrifugal, kapasitas 120 ton/jam, digerakkan oleh mesin disel Yanmar, tipe 3TNV88-DSA, kapasitas 26,8 kW/ 3000 rpm. 1 - Elevated Treated Water Tank Konstruksi pelat baja, bentuk silinder vertikal, kapasitas 180 ton, terpasang pada menara rangka baja setinggi 19 m. 1 – Clarifier Tank Konstruksi pelat baja pada rangka baja, tahun pembangunan 2008/09, kapasitas 120 m³, dilengkapi inlet outlet. 1 - Elevated Raw Water Tank Konstruksi pelat baja, bentuk empat persegi panjang, kapasitas 60 ton, terpasang pada menara rangka baja setinggi 8 m. 3 - Chemical tank Konstruksi fiber glass, kapasitas masing-masing 1.000 liter, masingmasing dilengkapi dengan dosing pump yang digerakkan motor listrik. 1 – Clean Water Tank Konstruksi pelat baja pada rangka baja, tahun pembangunan 2010/11, kapasitas 200 m³, dilengkapi inlet outlet. 88
x.xxx.xxx.xxx
Unit dilengkapi dengan delivery pipe line sepanjang 300 meter, diameter pipa 8”, jaringan pemipaan, fire fighting pipe line, starter panel, panel kontrol, dan peralatan bantu lain untuk beroperasi normal. Kondisi sangat baik.
xx.xxx.xxx.xxx
EFFLUENT TREATMENT PLANT Terdiri dari : 1 - Effluent Pond Merupakan kolam-kolam penampungan limbah dengan tanggul timbunan tanah, terdiri dari 8 – pond, kapasitas keseluruhan sekitar 104.000 m³, luas area sekitar 48.732 m², dilengkapi dengan jaringan pipa-pipa HDPE, dan 2 pompa sirkulasi.
x.xxx.xxx.xxx
SISTEM PEMIPAAN Terdiri dari berbagai macam ukuran dan jenis pipa minyak, pipa air, pipa uap, elbow, valve, fitting, insulation, pengecatan, dan peralatan standar lainnya untuk standar pemipaan. Kondisi baik.
x.xxx.xxx.xxx
ELECTRICAL & LIGHTING INSTALATION Terdiri dari berbagai macam ukuran dan jenis kabel instalasi listrik, saklar, panel, trafo, electric switch, capasitor bank, lampu penerangan pabrik dan lingkungan, dan sistem penangkal petir. Kondisi baik.
x.xxx.xxx.xxx
PERALATAN LABORATORIUM Terdiri dari : 1 - Timbangan Ohaus, gold service, kapasitas 2 kg maks. 1 – Jar Test 4 mixer head 1 - Balance Sartorius, tipe TE214S, kapasitas 210 gram, d=0,1 mg. 1 – Vacuum PumpPalma, tipe VE125, 2,5 CFM, 5 pa, motor listrik ¼ Hp. 2 - Oven Memmert, ukuran 0,5 x 0,5 m 1 – Hot Plate Akebono, pemanas elektrik. 1 – Mouisture AnalyzerSartorius, tipe MA35. 1 – Aqua Destilation Watersteel 2004. 1 – Balance AND, tipe GR-200, kapasitas 210 gram, d 10 mg. 2 – Electro Thermal Thermo Scientific. Unit dilengkapi dengan peralatan standard untuk beroperasi secara normal.
xx.xxx.xxx ----------------------------
JUMLAH MESIN DAN PERALATAN PABRIK PKS
xx.xxx.xxx.xxx
89
7. Penilaian Kendaraan dan Alat Berat PENILAIAN KENDARAAN DAN ALAT BERAT
Uraian Indikasi Nilai Pasar (Rp) ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------KENDARAAN : 1 – Dump Truck Mitsubishi, buatan Jepang, tipe FE74HD, tahun pembuatan 2010, No. Polisi KB 9874 GB, warna kuning, nomor rangka MHMFE74P5AK028495, nomor mesin 4D34TF38048, 3.908 cc, bahan bakar solar. Kendaraan dalam kondisi cukup baik dan terawat. 1 – Pick Up Mitsubishi, Mega Cabn, tipe L200, tahun 2007, no. polisi BM 8436 ME, nomor rangka MMBCNK570, nomor mesin 4M40ZB0927, bahan bakar solar. Kondisi baik. 1 – Pick Up Ford, tipe, tahun 2011, no. polisi KB 9765 GB, warna, nomor rangka MNBLSFE409 W594505, nomor mesin WLAT1216420, bahan bakar solar. Kondisi baik. Jumlah Kendaraan
xxx.xxx.xxx
xxx.xxx.xxx
xxx.xxx.xxx ------------------------------xxx.xxx.xxx
ALAT BERAT : 1 – Wheel Loader Kawasaki, tipe 50ZV, tahun pembuatan 2011, warna kuning, jarak antar sumbu roda 2.600 mm, kapasitas bucket 1,3 m³, tenaga penggerak mesin disel cummins model B4,5T, kapasitas 96 Hp/ 71 kW/ 2.100 rpm,, dilengkapi sistem hidrolik, bahan bakar solar. Alat berat dalam kondisi sangat baik dan terawat.
x.xxx.xxx.xxx
PERABOT DAN PERALATAN KANTOR Terdiri atas seperangkat perabot dan peralatan kantor meliputi ; meja & kursi, lemari, rak, computer & pronter, mesin fotocopy, peralatan telepon dan facsimile. Jumlah
xxx.xxx.xxx x.xxx.xxx.xxx
90
O.Kesimpulan Nilai 1. Untuk mendapatkan hasil akhir yang sesuai dengan maksud dan tujuan dilakukannya penilaian aset Perkebunan Kelapa Sawit milik PT ABC ini, kamisebagai penilai properti Perkebunan Kelapa Sawit PT. ABC telah melakukan penilaian dengan mengacu pada Peraturan Bapepam-LK Nomor VIII.C.4 tentang Pedoman Penilaian Dan Penyajian Laporan Penilaian Properti di Pasar Modal dan Surat Edaran no……. tentang “Pedoman Penilaian dan Penyajian Laporan Penilaian Properti Perkebunan Kelapa Sawitdi Pasar Modal”, dan Standar Penilaian Indonesia. 2. Terkait dengan maksud dilakukannya penilaian ini yaitu untuk memperoleh Nilai Pasar aset Perkebunan Kelapa Sawit milik PT. ABC untuk kepentingan manajemensebagai referensi Perseroan dalam rangka …./..../..... oleh Perseroanuntuk memenuhi ketentuan yang berlaku di pasar modal, kami telah menerapkan Pendekatan,
Metode dan
Prosedur Penilaian yang kami yakini dan telah menggunakan data dan informasi yang relevan dengan Perkebunan Kelapa Sawit dan dapat dipertanggungjawabkan. 3. Inspeksi ke lokasi Perkebunan Kelapa Sawit PT. ABC yang dilakukan pada tanggal ...... hingga tanggal ...... dilaksanakan oleh tenaga-tenaga penilai dan asisten penilai kami yang memiliki kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang memadai untuk melakukan inspeksi aset Perkebunan Kelapa Sawit. 4. Seluruh data dan informasi yang kami manfaatkan sebagai unsur-unsur yang mendukung proses penilaian kami ambil dari sumber-sumber yang dapat diandalkan akurasinya dari otoritas perkebunan, Pemerintah Daerah, pelaku usaha perkebunan serta instansi lain yang terkait dengan usaha perkebunan di wilayah dimana aset Perkebunan Kelapa Sawit yang menjadi obyek penilaian berada. 5. Kami telah mempelajari dan melakukan penyesuaian yang layak terhadap proyeksi operasi Perkebunan Kelapa Sawit PT ABC yang disusun oleh pihak manajemen PT ABC. Penyesuaian dilakukan berdasarkan pada pertimbangan kewajaran dengan mengacu pada data, informasi serta pengalaman yang relevan yang kami miliki. Kami juga telah mengukur kehandalan serta melakukan rekonsiliasi hasil penilaian yang didapatkan dari penggunaan Pendekatan dan Metode Penilaian Perkebunan Kelapa Sawit. 6. Keyakinan terhadap hasil akhir yang berupa kesimpulan Nilai Pasar yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan dilandasi pada kedisiplinan dan konsistensi kami dalam menjalankan prosedur penilaian langkah demi langkah berdasarkan pada standar profesi dan Pedoman Pengendalian Mutu. 91
7. Dalam penyajian ilustrasi penilaian yang dimaksud dalam ilustrasi penyajian laporan ini khususnya untuk kendaraan dan alat berat dengan menggunakan Pendekatan Data Pasar tidak dilakukan rekonsiliasi karena hanya menggunakan satu pendekatan yang seharusnya melakukan rekonsiliasi terhadap nilai karena wajib menggunakan 2 (dua) pendekatan. 8. Setelah menimbang ketepatan, kualitas data dan ketepatan penggunaan Pendekatan dan Metode Penilaian dengan menggunakan asumsi dan kondisi pembatas maka dengan ini kami menyatakan opini Nilai Pasar pada Tanggal Penilaian 30 Juni 2011 adalah sebagai berikut: RINGKASAN HASIL PENILAIAN PROPERTI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT No. URAIAN LUAS INDIKASI NILAI PASAR 1. Aset Tanaman Bibit Tanaman Kelapa Sawit xx.xxx (pokok) xxx.xxx.xxx Tanaman Belum Menghasilkan x.xxx,xx (Ha) xx.xxx.xxx.xxx Tanaman Menghasilkan x.xxx,xx (Ha) xxx.xxx.xxx.xxx 2. Aset Non tanaman Tanah x.xxx,xx (Ha) xx.xxx.xxx.xxx Bangunan-Bangunan x.xxx.xxx.xxx Prasarana x.xxx.xxx.xxx Mesin-mesin dan Peralatan Alat Berat x.xxx.xxx.xxx Kendaraan xxx.xxx.xxx Utilitas xx.xxx.xxx Perabotan dan peralatan Kantor xx.xxx.xxx Total Nilai Kebun xxx.xxx.xxx.xxx 3.
Aset Pabrik Kelapa Sawit (Jika ada) Tanah Bangunan-Bangunan Prasarana Mesin-mesin dan Peralatan Alat Berat Kendaraan Perabotan dan peralatan Kantor Total Nilai Pabrik Kelapa Sawit TOTAL NILAI PROPERTI
92
xx Ha
x.xxx.xxx.xxx xx.xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xx.xxx.xxx.xxx x.xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx xx.xxx.xxx.xxx xxx.xxx.xxx.xxx