Penelitian ini menguji relevansi Teori Balance of Power milik Kenneth Waltz dengan metode studi kasus. Fenomena yang diteliti adalah stabilnya kawasan...
Tugas Review untuk Mata Kuliah Pengantar Ilmu Hubungan Internasional Nama : Rista Sanjaya NPM : 1006694555 Sumber: Joseph S. Nye, Jr., Understanding International Conflicts: An Introduction …Full description
TITASFull description
botani farmasi
latihan bahasa cina untuk kanak-kanak
Deskripsi lengkap
Ciri Khas Arsitektur Cina
konflik yang terjadi antra cina dan tauwanDeskripsi lengkap
CEMERLANG STUDI- BAHASA CINA PT3
Masyarakat Cina melihat kewujudan pendidikan aliran Cina sebagai satu survavaliti kepada kebudayaan mereka manakala kerajaan pula melihatnya sebagai satu kekangan ke arah pembentukan satu negara ma...
Terhadap Tamadun Malaysia
Petua seks dari istana Maharaja Cina - muat-turun eBuku ini bila anda mendaftar sebagai ahli di www.ebuku.cjb.netFull description
UNIVERSITAS INDONESIA
STUDI KASUS PERILAKU PERILAKU NEGARA PENGKLAIM DI LAUT LAUT CINA SELATAN TERKAIT ANCAMAN CINA: UJI TEORI BALANCE TEORI BALANCE OF POWER POWER (1991-2011)
SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
DIAN ADITYA NING LESTARI 0906492663
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL DEPOK DESEMBER 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
STUDI KASUS PERILAKU NEGARA PENGKLAIM DI LAUT CINA SELATAN TERKAIT ANCAMAN CINA: UJI TEORI BALANCE TEORI BALANCE OF POWER POWER (1991-2011)
SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
DIAN ADITYA NING LESTARI 0906492663
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL DEPOK DESEMBER 2013
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Dian Aditya Ning Lestari NPM : 0906492663 Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional Departemen : Ilmu Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jenis Karya : Skripsi demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada ( Non-exclusive Royalty-Free Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif ( Non-exclusive Right ) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Studi Kasus Perilaku Negara Pengklaim di Laut Cina Selatan terkait Ancaman Cina: Uji Teori Balance of Power (1991-2011)
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data ( database), merawat dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di :
Depok
Pada tanggal: 22 Januari 2014. Yang menyatakan
,
(Dian Aditya Ning Lestari)
KATA PENGANTAR
Dunia Abad ke-21, dunia yang telah berubah dan membutuhkan perspektif dan analisis baru dalam Ilmu Hubungan Internasional. Mulai dari tidak munculnya lagi balancing terhadap kekuatan hegemoni dunia (Amerika Serikat) sampai bertambah
relevannya signifikansi kawasan dalam isu-isu keamanan, seperti maraknya sengketa wilayah yang dapat memicu konflik, menjadi fenomena yang menghiasi dunia di masa sekarang, sehingga relevansi teori harus didorong untuk bisa menjawab kebutuhannya. Penulis berangkat untuk meneliti relevansi teori balance of power dengan studi kasus perilaku negara yang terlibat dalam salah satu sengketa wilayah yang berbahaya di kawasan, yaitu Sengketa Wilayah Laut Cina Selatan, untuk menjawab tantangan diatas. Teori klasik dan parsimoni seperti balance of power seharusnya relevan di semua kasus. Pun tidak, relevansi teori tersebut harus tetap dicari untuk memberikan dunia, peneliti, pembuat kebijakan, dan praktisi ilmu hubungan internasional lainnya, penjelasan mengenai keterbatasan teori ini. Pun induksi teori perlu dilakukan apabila kekhususan sebuah fenomena tidak mampu dijelaskan oleh teori ini. Fenomena perilaku negara terkait Sengketa Wilayah Laut Cina Selatan inipun merupakan sebuah anomali, karena ternyata hukum-hukum variabel balance of power tidak terjadi di dalamnya. Ketika seharusnya imbalance of power menciptakan instabilitas, bahkan perang besar, di lautan ini terjadi stabilitas. Selain itu, perilaku balancing dan bandwagoning negara-negara lebih lemah yang terlibat (Malaysia,
Filipina, Vietnam, dan Brunei) terkait ancaman Cina pun tidak sesuai dengan hukum yang diterapkan Kenneth Waltz. Ada apa dibalik negara-negara yang terlibat Sengketa Wilayah Laut Cina Selatan ini sehingga anomali itu tercipta? Seberapa relevankah teori balance of untuk meningkatkan power? Dapatkan teori baru diinduksi terhadap balance of power untuk relevansinya? Penulis maju untuk meneliti perilaku negara terkait fenomena yang komparabel dengan fenomena di Eropa pada masa Perang Dunia ini demi mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan diatas.
Dian Aditya Ning Lestari
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan segenap hati penulis mengucapkan terima kasih kepada individu-individu dibawah ini yang, tanpa dukungannya, baik dukungan moral maupun substansial, tidak akan pernah bisa skripsi ini diselesaikan oleh penulis:
1. Andi Widjajanto S.Sos., M.Sc., Ph.D., sebagai dosen pembimbing penulis, yang tanpa persetujuannya tidak akan pernah penulis maju sidang. Bantuan akademik serta contohnya yang baik sebagai peneliti yang baik akan selalu menjadi inspirasi bagi penulis; 2. Makmur Keliat Ph.D, orang yang juga membuat skripsi tentang Laut Cina Selatan, yang telah bersedia menjadi penguji ahli dalam sidang skripsi ini; 3. Nurul Isnaeni MA dan Andrew Mantong M.Sc., sebagai Ketua Program S1 dan Sekretaris Program S1 yang tanpa bantuannya disiplin birokrasi di Departemen tidak akan ditegakkan dan kelengkapan persuratan skripsi penulis tidak akan terselesaikan; 4. Dra. Evi Fitriani MA, MIA dan Dwi Ardhanariswari Sundrijo, S.Sos., MA, yang menjadi panutan penulis, juga Yeremia Lalisang S.Sos., M.Sc.
yang sedang menempuh studi S3, ketiganya adalah contoh bagi penulis tentang bagaimana kita harus selalu menjaga idealisme di dunia kerja; 5. Soeprapto Budisantoso M.Sc dan Dewi Yulia Nurhayati sebagai orang tua
penulis; tujuan penulis menyelesaikan skripsi ini adalah a dalah mereka, sebab semua orang tua tentu ingin anaknya menjadi sarjana, entah mengapa; 6. Andhyta Firselly Utami, sebagai teman penulis, Rizki Yuniarini yang ceria,
dan Hanifah Ahmad yang terdepan dalam profesionalitas, ketiganya merupakan contoh yang baik bagi penulis selama berada di masa kuliah; 7. Sahabat-sahabat Sahabat-sahabat di HI 2009 , 2007, 2008, 2010, 2011, dan 2012, terima kasih
segala pelajaran dan canda tawanya, dan untuk HI 2013 selamat datang di keluarga besar HI UI yang kucinta! 8. Segenap panitia IndonesiaMUN 2013, Global Festival 2011, segenap pengurus Indonesian Future Leaders, Leaders, serta seluruh pengurus HMHI; teman-teman teman-teman di tim UI for HNMUN 2011, 2012, 2012, murid-murid di tim HNMUN 2014, terima kasih atas pengalaman yang mendewasakan;
9. Semua sahabat penulis semenjak TK hingga sekarang , yang telah
mewarnai hidup penulis dan menemani petualangan penulis; dan 10. Terakhir, untuk Sindhu Partomo, penulis kehilangan kata-kata, terima kasih
atas segalanya; selesaikan kuliahmu, aku, Alex, Nikki, Dachs, Deutsch dan Kaiser, serta seluruh dunia yang tak sabar ingin kita benarkan salahnya, menunggu.
Tertanda, Dian Aditya Ning Lestari
ABSTRAK
Nama
: Dian Aditya Ning Lestari
Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional Judul
: Studi Kasus Perilaku Negara Pengklaim di Laut Cina Selatan terkait Ancaman Cina: Uji Teori Balance Teori Balance of Power Power (1991-2011) (1991-2011)
Penelitian ini menguji relevansi Teori Balance of Power milik Kenneth Waltz dengan metode studi kasus. Fenomena yang diteliti adalah stabilnya kawasan Laut Cina Selatan yang dikelilingi Negara-negara bersengketa dengan besaran power yang yang tidak berimbang. Hasil penelitian ini adalah bahwa Teori Balance of Power relevan dalam menjelaskan perilaku Brunei dan Filipina yang melakukan external balancing dengan Britania Raya dan Amerika Serikat, sehingga tercipta bipolaritas ganda. Teori ini irelevan dalam menjelaskan perilaku Malaysia dan Vietnam, dimana keduanya tidak melakukan internal balancing maupun external balancing , namun stabilitas tetap terjaga diantara mereka. Malaysia tidak menganggap Cina sebagai ancaman utama, sedangkan Vietnam memiliki pengalaman memenangi perang melawan negara besar. Menjelaskan perilaku Vietnam, penulis ini menawarkan konsep asymmetric balancing, yang membutuhkan penelitian lebih lanjut agar dapat mengembangkannya sebagai teori dalam ranah Ilmu Hubungan Internasional.
Kata kunci: Balance of Power, studi kasus, Brunei, Filipina, Malaysia, Vietnam, Laut Cina Selatan.
ABSTRACT
Name
: Dian Aditya Ning Lestari
Study Program : International Relations Title
: Case Study of Claimant States’ Behavior at The South China Sea related to the Threat of China: Testing the Balance of Power Theory (1991-2011)
This research tests the relevance of Kenneth Waltz’s Balance of Power Theory using the case study method. It studies the currently stable South China Sea, which is surrounded by claimant states highly diverse in term of power magnitude. The result is that Balance of Power Theory is relevant in explaining Brunei’s and Philippines’ external balancing with United States and United Kingdom, thus creating a dual bipolarity. The theory is irrelevant in explaining Malaysia and Vietnam’s behavior where they did not do neither internal nor external balancing, yet the stability has been there. Malaysia did not perceive China as the main threat; meanwhile Vietnam has had an experience of winning asymmetric war against greater power. Explaining the behavior of Vietnam, this research proposes the concept of asymmetric balancing, which need further research in order to make it a theory in the field of International Relations. Keywords: Balance of Power, case study, Brunei, Malaysia, Philippines, Vietnam, South China Sea
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................... .................................................................. .............................................. ......................... ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... ............................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ............................................ ................................................................... ................................ ......... iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS………………………………………v
KATA PENGANTAR ............................................ ................................................................... ........................................... ....................vi UCAPAN TERIMA KASIH .............................................. ..................................................................... ................................ ......... vii ABSTRAK ............................................ ................................................................... .............................................. ....................................... ................ix ................................................................... .............................................. ....................................... ................x ABSTRACT ............................................ DAFTAR ISI ........................................... ................................................................... ............................................... ................................... ............xi DAFTAR TABEL................................................ ....................................................................... .............................................. .........................xiii x iii DAFTAR GAMBAR ........................................... .................................................................. .............................................. ......................... xv 1. PENDAHULUAN.............................................. ..................................................................... ........................................... ....................1 1.1. Latar Belakang ................................................................ ....................................................................................... ......................... 1 1.2. Permasalahan ........................................... .................................................................. .............................................. ......................... 4 1.3. Kerangka Pemikiran ..................................... ............................................................ ........................................... ....................6 1.3.1 Teori Balance of Power .............................................. ................................................................. ................... 6 1.3.2 Permasalahan pada Teori Balance of Power ................................. ................................. 7 1.4. Metode Penelitian .................................................... ........................................................................... ................................ ......... 9 1.5.Tujuan dan Signifikansi Penelitian ......................................................... 12 1.6.Tinjauan Pustaka ………………………………………………………. 13 1.6.1 Soft Balancing…………………………………………………………..13 1.6.2 Kritik terhadap Soft Balancing……………………………………….. 17 1.6.3 Indirect Balancing dan Complex Balancing………………………...19 1.7. Rencana Pembabakan Penelitian ............................. .................................................... ................................ ......... 21 2. STUDI KASUS .................................................. ......................................................................... ........................................... ....................22 2.1. Sengketa Wilayah di Laut Cina Cin a Selatan Selat an ............................................. .................................................. ..... 22 2.1.1. Sejarah Sengketa .............................................. ..................................................................... ............................ ..... 23 2.1.2. Negara-Negara yang Bersengketa ............................................ ................................................. ..... 25 2.2. Imbalance of Power di Laut Cina Selatan ............................................. ............................................... 27 2.3. Stabilitas di Laut Cina Selatan ........................................ ............................................................... ......................... 33 2.4. Insentif Ins entif Konflik Kon flik di Laut Cina Selatan..... ............................................... ................................................. 35 2.4.1. Historical Enmity ............................................. .................................................................... ............................ ..... 36 2.4.1.1. Vietnam dan Cina ............................................ ........................................................ ............36 2.4.1.2. Filipina dan Cina ......................................... ......................................................... ................38 2.4.1.3. Malaysia – Cina - Vietnam Vietna m ......................................... .........................................39 2.4.1.4. Brunei - Malaysia Malay sia ............................................ ........................................................ ............40 2.4.2. Nilai Strategis Laut Cina Selatan ............................................ ................................................. ..... 41 2.4.2.1. Nilai Strategis Fisik .............................................. ....................................................... ......... 41 2.4.2.2. Nilai Geostrategis.......................................................... Geostrategis.......................................................... 42 2.4.2.3. Potensi Energi Laut Cina Selatan .................................. ..................................42 2.4.2.4. Inefektivitas Rezim/Institusi ......................................... .........................................43 3. ANALISIS................ ANALISIS................................................................... .......................................................................... ................................... ............49
3.1 Relevansi Teori Balance of Power di Laut Cina Selatan ........................ .......................... 49 3.1.1. Kekhususan Asia Tenggara ............................................... ........................................................... ............51 3.1.2. Kasus Filipina ............................................ ................................................................... ................................... ............53 3.1.3. Kasus Brunei ..................................................... ............................................................................ ............................ ..... 55 3.1.4. Struktur di Laut Cina Selatan ............................................ ........................................................ ............57 3.2. Irelevansi Teori Balance of Power .............................................. .......................................................... ............58 58 3.2.1. Kasus Malaysia ............................................. .................................................................... ................................ ......... 59 3.2.2. Kasus Vietnam: Assymetric Balancing ......................................... ......................................... 61 4. PENUTUP............................................... ...................................................................... .............................................. ................................ .........70 4.1. Kesimpulan .............................................. ...................................................................... ............................................... ................................... ............70 4.2. Rekomendasi ............................................ ................................................................... .............................................. ......................... 72 4.3. Refleksi terhadap Indonesia .................................................... .................................................................... ................73 4.4. Sumbangsih Sumbangs ih terhadap terhada p Ilmu Hubungan Internasional .............................. ..............................74 DAFTAR REFERENSI ............................................................ ................................................................................... ......................... 75
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1: Kapabilitas Militer yang Mengitari Laut Cina Selatan tahun 1991, 2003 dan 2011 ............................................ ................................................................... ....................................... ................3 Tabel 2.1: Balance of Force yang Mengitari Laut Lau t Cina Selatan 1991-2011 19 91-2011 ...... 28 Tabel 2.2: Lini Waktu Peristiwa di Laut Cina Selatan ....................................... .......................................33 Tabel 3.1: Perbandingan Perb andingan Kapabilitas Kap abilitas AS-Vietnam dalam Perang Vietnam ....... ....... 63 Tabel 3.2: Distribusi Jumlah Kapabilitas Cina sebagai Konsekuensi Force Deployment dalam Skenario Invasi Penyerangan Cina di Laut Cina Selatan .............................................. ..................................................................... .............................................. ....................................... ................67
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1: Langkah-Langkah Metodis Studi Kasus……................................12 Gambar 2.1: Kontestasi Klaim di Laut Cina Selatan .......................................... ..........................................23 Gambar 3.1: Proses Terciptanya Stabilitas di Laut Cina Selatan jika Teori Balance of Relevan.................................................... ......................... .. 49 Power Sepenuhnya Relevan............................. Gambar 3.2: Proses yang yan g Diindikasi Diindikas i terjadi dari Studi Kasus ............................ ............................ 50 Gambar 3.3: 3 .3: Bipolaritas Bipo laritas Ganda di Laut Cina Selatan ......................................... .........................................58 Gambar 3.4: Skenario Force Deployment Cina Cina Jika Menginvasi Laut Cina Selatan ............................................ ................................................................... .............................................. ......................... 66
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam studi Hubungan Internasional, khususnya kajian keamanan, terdapat berbagai mazhab menjelaskan bagaimana struktur dalam sistem internasional mempengaruhi
perilaku
aktor.
Salah
satunya
adalah
Realisme
Struktural
(Neorealisme). Realisme Struktural percaya bahwa perilaku aktor dipengaruhi keseimbangan kekuatan (balance of power) pada sistem internasional.1 Keseimbangan kekuatan tersebut dipercaya sebagai pembawa stabilitas pada sistem internasional, seperti apa yang terjadi di masa Perang Dingin, dimana distribusi kekuatan yang seimbang antara Amerika Serikat dan Uni Soviet menciptakan dunia global yang stabil.2 Walau demikian, anomali terjadi di tingkat regional, salah satunya di Kawasan Asia Pasifik. Berbagai penulis setuju bahwa di kawasan ini terjadi tiga hal. Yang pertama adalah adanya ad anya historical enmity. Mulai dari T.V Paul. Michael Leifer. sampai Evelyn Goh, mereka setuju bahwa ada kebencian historis yang ada karena kolonialisme yang satu terhadap yang lain.3 Yang kedua, kawasan ini masih melihat ancaman Eropa Abad 17-18, yaitu perebutan wilayah dalam bentuk sengketa perbatasan.4 Mulai dari Senkaku-Tiaoyu sampai Laut Cina Selatan, sengketa wilayah 1
Politics, (Masscachussets: Inti dari Kenneth Waltz, Theory of International Politics, (Masscachussets: Addison-Wesley Publishing Company, 1979). 2 Tentang hal ini, pendapat terbagi antara penganut unipolar stability, bipolar stability dan multipolar stability, stability, berdasarkan jumlah negara yang lebih kuat dari yang lain dalam sistem tersebut. Kenneth Waltz berargumen bahwa bipolar stability - lah yang bekerja, dimana adanya dua kekuatan yang saling bersaing, sebagai seb agai hasil dari da ri respon negara ne gara akan ancaman a ncaman (balancing/bandwagoning ), akan menjaga stabilitas. (Baca: Ibid ). ). 3 Evelyn Goh, “Great Powers and Hierarchical Order in Southeast Asia: Analyzing Regional Security Strategies,” dalam Internatio nal Security 32, No. 3 (Winter 2007/08), 2007/08), hal. 132-148; Michael Leifer, ”Stalemate in the South China Sea,” Publikasi Asia Research Ce nter, London School Eco nomics and Political Scienc es , diunduh dari http://community.middle http://community.middlebury.edu/~scs bury.edu/~scs/docs/leife /docs/leifer.pdf; r.pdf; dan Amitav Acharya , Constructin g Security C ommunity in S outheast As ia: ASEAN and the Problem o f Regional Order, (London: Routledge, 2001), Bab 5: “Managing Intra-Regional Intra-Regional Relations.” 4 Kawasan Asia Tenggara didominasi konflik-konflik konflik-konflik bilateral (seperti konflik Indonesia-Malaysia, Thailand-Kamboja, Thailand-Kamboja, etc) yang umumnya terjadi karena spillover effect dari konflik-konflik konflik-konflik dalam negeri, seperti konflik etnis dan konflik perbatasan (baca: Acharya, 2001). Konflik perbatasan ini menjadi isu keamanan yang lazim di Asia Tenggara dan menjadi bagus berbagai usaha CBM yang dilakukan institusi institusi keamanan, seperti ASEAN. Kawasan Asia Timur juga masih memiliki berbagai konflik perbatasan yang tidak dapat diselesaikan diselesaikan karena berbagai hambatan. Kompleksitas keamanan di Asia Timur masih didominasi oleh persaingan yang merupakan warisan historis pasca Perang Dunia II dan Perang Dingin, sehingga kawasan masih didominasi oleh hubungan enmity (baca: Barry Buzan dan Ole Weaver, Regions and Powers: The Structure o f Internation al Security, (Cambridge: Cambridge University Press: 2003), Bab 5: “Northeast and Southeast Asian RSCs during the Cold War,” dan Bab
terjadi sejak dua dekade lalu dan tidak pernah selesai. Yang ketiga, yaitu imbalance of power alias ketidakseimbangan kekuatan, yang terjadi antara negara terbesar di
kawasan, Cina, dengan negara-negara di sekitarnya. Tiga hal ini seharusnya memicu instabilitas, namun dua dekade terakhir tidak terjadi perang besar di kawasan ini. Kita ambil contoh Sengketa Wilayah Laut Cina Selatan sebagai salah satu sengketa wilayah berbahaya. Amitav Acharya menyebutkan Laut Cina Selatan sebagai flashpoint of conflict 5 dan Kaplan menyebutkan bahwa “the South China Sea is the future of conflict,” karena banyaknya kepentingan dan ketegangan disana, yang
seharusnya memicu konflik.6 Selain berbahaya, sengketa wilayah ini juga menjadi saksi historical enmity yang mendalam. Kebencian masyarakat Vietnam terhadap Cina bertahan hingga sekarang7 sebagai respon atas serangan militer tahun 1977 atas Kepulauan Paracel,8 dan konfrontasi 1987-1988 di Johnson Reef dan dan Fiery Cross Reef .910 6: “The 1990s and beyond: an emergent East Asian complex.”). Kondisi ini tentunya mempersulit berbagai usaha-usaha us aha-usaha penyelesaian penyelesa ian konflik perbatasan, p erbatasan, yang y ang merupakan merup akan isu yang ya ng sensitif bagi ba gi semua negara. Salah satu konflik yang melibatkan bukan hanya negara-negara di Asia Timur tapi juga Asia Tenggara, adalah Konflik Laut Cina Selatan. 5 Kesimpulan tersebut dibuatnya setelah mengamati potensi konflik konflik yang ada di Laut Cina Selatan, sebagai akibat dari inevektivitas rezim dan banyaknya kepentingan yang bertabrakan disana, inti Bab 5 “Managing Intra-Regional Relations,” dari: Amitav Acharya, Constructing Security Community in Southeast Asia: ASEAN and the Problem of Regional Order, (London: Routledge, 2001). 6 Robert D. Kaplan, “the South China Sea is the Future Conflict,” Foreign Po licy, terakhir kali dimodifikasi tanggal 15 Agustus Agustus 2011, diakses dari http://www.foreignpoli http://www.foreignpolicy.com/arti cy.com/articles/2011/08/ cles/2011/08/15/the_south_chi 15/the_south_china_sea_is_the_f na_sea_is_the_future_of_confli uture_of_conflict?pag ct?pag e=full 7 “South China Sea: Vietnamese hold anti-Chinese anti-Chinese protest, Reuters,” BBC.co.uk, terakhir dimodifikasi tanggal 5 Juni 2011, diakses dari http://www.bbc.co.uk/new http://www.bbc.co.uk/news/world-asi s/world-asia-pacific-1 a-pacific-13661779 3661779 8 Laut Cina Selatan telah menjadi rebutan sejak akhir masa kolonial dan berlanjut di masa Perang Dingin hingga sekarang. Cina merupakan negara paling asertif dalam usaha perebutannya. Salah satu contoh tindak asertifnya adalah operasi militer tahun 1974 atas Kepulauan Paracel. Dalam serangan tersebut, pasukan Vietnam Selatan dikalahkan dan mundur dari Kepulauan Paracel. Pasukan Vietnam Selatan kewalahan oleh pasukan Cina yang lebih superior dan dikalahkan dalam waktu dua hari. Sumber militer di Vietnam Selatan mengatakan bahwa 14 kapal perang Cina, termasuk empat guided missile destroyers , dikerahkan dalam misi itu berbarengan dengan empat MiG-21 dan MiG-23. Territorial Dispute: The Case of the South China Sea Sumber: Lo Chu-kin, “China’s Policy Towards Territorial Islands, “ (London: Routledge 1989), hal. 56. 9 Pada awal yahun 1978, sesungguhnya terjadi gencatan senjata antara dua negara, namun seiring memburuknya hubungan pada akhr 1978 gencatan senjata ini berakhir.(Lo, Chi-kin Hal. 105) Pada saat itulah kemudian sengketa –yang masih berada dalam ranah sengketa diplomatik itu—menjadi itu—menjadi isu yang resmi dan publik. Bermagai manuver diplomatik kemudian berganti menjadi aksi-aksi propaganda dan Ibid, hal.111); aksi-aksi propaganda tersebut terus berlanjut hingga konfrontasi-konfrontasi konfrontasi-konfrontasi militer ( Ibid, tahun 1980an, diiringi oleh peningkatan kapabilitas militer yang didukung oleh pembangunan basis (Ibid., dukungan militer di pesisir dan di masing-masing daerah yang diduduki di kepulatan tersebut Ibid., hal. 120); pada Februari dan Maret 1987, angkatan laut Vietnam dan Cina melakukan aksi saling tembak di area kepulauan Nansha (Spratlys), yang menimbulkan korban bagi kedua belah pihak. Pada Maret 1988 aksi saling tembak it akhirnya berubah menjadi konfrontasi konfrontasi militer yang serius antara kedua negara. Sumber: Ibid , hal. 100-120. 10 atoll (Johnson Reef) dan di Yongshu Jiao reef Konfrontasi tersebut terjadi di sekitar Chigua Jiao atoll (Johnson (Fiery Cross Reef), merupakan salah satu konflik yang paling menciptakan kebencian kebencian historis
Imbalance of power pun jelas mengitarinya. Tabel berikut menunjukkan
ketidakseimbangan distribusi kekuatan tersebut:
Tabel 1.1: Kapabilitas Militer yang Mengitari Laut Cina Selatan tahun 1991, 2003 dan 2011.