MAKALAH
STRUKTUR TROFIK Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekologi Yang Dibimbing Oleh Bapak Dr. Fatchur Rohman, M.Si dan Ibu Dr. Vivi Novianti, No vianti, S.Si, M.Si
Disusun oleh : Kelompok 8 Offering C Dara Norisha
(160341606096)
Zahra Zu Liba
(160341606029)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI Maret 2018
A. LATAR BELAKANG
Alam lingkungan manusia terdiri dari komponen - komponen makhluk hidup dan tak hidup (benda - benda mati). Dalam mempelajari lingkungan hidup kita perlu memahami konsep - konsep ekologi. Ekologi merupakan salah satu dasar ilmu lingkungan juga merupakan suatu cara pendekatan dalam mempelajari makhluk - makhluk hidup, sedangkan kajian dasar adalah populasi dan komunitas. Dalam ekologi kita mempelajari makhluk - makhluk hidup itu sebagai suatu kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.
Di dalam lingkungan hidup ini terdapat saling hubungan antar komponennya dan membentuk ekosistem. Sedangkan komponen penyusun ekosistem adalah produsen (tumbuhan hijau), konsumen (herbivor, karnivor dan omnivor) dan dekomposer atau pengurai (mikroorganisme). Di dalam suatu ekosistem senantiasa terjadi berbagai dinamika kehidupan seperti rantai makanan, jaring - jaring makanan, pembentukan biomassa, piramida makanan, siklus materi, aliran energi dan lain - lain. Dalam mengembangkan kesimpulan rantai makanan yaitu dengan adanya produsen, konsumen dan dekomposer maka dapat digunakan untuk membahas aliran energi dalam ekologi. Pada rantai makanan masing - masing kelompok organisme yang mempunyai jarak transfer makanan dari sumber energi akan menempati suatu tingkatan trofik tertentu. Pada umumnya produsen akan mempunyai tingkat trofik yang paling rendah. Sementara peran dalam setiap organisme dalam tingkatan trofik memiliki arti penting dalam menjaga keseimbangan.Jadi dalam bahasan ini, Tingkatan trofik meliputi, rantai makanan, jaring makanan dan spesies kunci.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagimana rangkaian proses rantai makanan yang terjadi di alam? 2. Bagaimana rangkaian proses jaring – jarring makanan yang terjadi di alam ? 3. Bagaimana suatu spesies berperan sebagain kunci spesies dalam tingkatan trofik ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui serangkaian proses rantai makanan yang terjadi di alam. 2. Mengetahui rangkaian proses jaring – jarring makanan yang terjadi di alam ? 3. Bagaimana suatu spesies berperan sebagain kunci spesies dalam tingkatan trofik ?
D. MATERI
1. RANTAI MAKANAN
Pengertian rantai makanan Energi yang disimpan oleh tumbuhan dilakukan di ekosistem dalam beberapa tahapan makan dan dimakan yang dikenal sebagai rantai makanan. Rantai makanan adalah deskriptif. Bila digambarkan secara diagramatis rantai makanan tersusun dari beberapa seri pananh, yang meghubungkan satu spesies ke spesies lain, yang menunjukan suatu urutan proses dimakan.terkadang , rantai makanan berhubungan menjadi suatu bentuk yang disebut jarring- jarring makanan. Yang bervariasi dalam ekosistem. ( Dharmawan , 2007)
Padi
burung emprit
burung elang
Gambar : suatu contoh rantai makanan di ekosistem sawah.
Komponen rantai makanan 1. Herbivore Herbivore adalah organisme yang makan jaringan tumbuhan, jadi kemampuan untuk mengubah energi yang disimpan dalam jaringan tumbuhan ke jaringan hewan. Peran mereka dalam ekosistem adalah esensial, karena organisme dalam tingkatan diatasnya tidak d apat lestari.
Herbivore teradaptasi untuk hidup dengan diet yang kaya. Kelompok herbivore yaitu hewan ruminansia, kelinci . ( Dharmawan , 2007)
2. Karnivor Herbivore adalah sumber energi bagi karnivor. Organisme yang memakan secara langsung herbivore dimakan karnivor tingkat satu atau konsumen tingkat dua . karnivor tingkat pertama merupakan sumber energi bagi karnivor tingkat dua, demikian seterusnya. ( Dharmawan , 2007)
3. Omnivore Omnivore mengkonsumsi materi tumbuhan dan hewan . serigala merah misalnya memakan beri, rodensia kecil, dan bagian organisme yang mati. Jadi makanan yang dimakan organisme tersebut meliputi tingkatan herbivore karnivor. ( Dharmawan , 2007)
4. Decomposer Fungsi dasar decomposer adalah mendekomposisi / melepaskan nutrient yang terdapat pad biomasa tumbuhan dan hewan dan mengembalikanya pada siklus nutrient. Kerja decomposer adalah kebalikan dari produsen yang mengubah energi dan nutrient menjadi biomasa tumbuhan. Proses dekomposisi merupakan suatu rangkaian seri dimana organismme pembususk menggunakan enegeri dan nutrient dari tumbuhan dan hewan mati. 2 kelompok decomposer makroorganisme dan mkroorganisme . makroroganisme contohnya jamur mikroorganisme contohnya bakteri. ( Dharmawan , 2007)
5. Kelompok pemakan lain Parasite , mengambil energi dari tubuh inangnya dengan tidak membunuh
inang. Sebab inang mati maka parasite ikut mati. Scavenger adalah hewan pemakan materi tumbuhan dan hewan yang sudah mati contoh ketam air laut, invertebrate laut yang memakan particle tumbuhan mati dalam air.
Saprofit tidak membutuhkan sinar matahari sebagai sumber energi , sehingga mereka dapat hidup di celah – celah gelap . contoh saprofit adalah jamur. . ( Dharmawan , 2007)
Jenis – jenis rantai makanan 1. Rantai makana pengurai Rantai makanan tipe destritus melibatkan sisa-sisa bagian tubuh mahkluk hidup yang terlepas dari tubuh berupa fragmen atau hancuran dan disebut sebagai detritus pada tingkatan trofik I, diikuti oleh hewan-hewan yang memakan detritus yang disebut detritivor ( seperti : bakteri, jamur, rayap, cacing tanah dll). Rantai makanan pengurai terdapat di semua ekositem. Di ekosistem terrestrial merupakan jalur utama aliran energi. Contoh pada hutan liriodendron produksi primer kotor dipakai perawatan respirasi, 13 % jaringan baru, 2% dikonsumsi herbivore, 35 % menuju rantai makanan pengurai ( Dharmawan , 2007).
Gambar : Rantai makanan perumput dan pengurai
2. Rantai makanan pemangsa Dalam rantai pemangsa, landasan utama produsen. Rantai pemangsa dimulai dari hewan yang bersifat herbivor sebagai konsumen I, dilanjutkan
dengan hewan karnivor yang memangsa herbivor sebagai konsumen II, dan berakhir pada hewan pemangsa karnivor maupun herbivor sebagai konsumen III atau IV. Rantai pemangsa seperti sapi makan rumput, kambing makan rumput. Rantai makanan
pemangsa tidak hanya pada
terestrial tapi beberapa aquatik.. Misalnya pemangsa protozoa yang memakan alga mengkonsumsi 99% dari populasi dalam 7-14 hari, ditemukan bahwa penggunaan langsung produktivitas primer oleh zooplanton ssangat intensif dan efisiensi perpindahan energinya tinggi ( Dharmawan , 2007).
Gambar : rantai makanan pemangsa yang dimulai dari tanaman sebagai produsen, herbivore sebagai konsumen tingkat 1 dan konsumen terakhir nya beru a karnivore 3. Rantai makanan suplemen Kelompok pemakan lain seperti parasit dan scavenger mebentuk rantai makanan suplemen di dalam komunitas. beberapa parasit dipindahkan dari satu inang ke inang lain melalui predator dalam rantai makanan. Contoh. beberapa parasit dipindahkan oleh insekta dari inang ke inang lainya melalui darah atau cairan tumbuhan ( Dharmawan , 2007)..
2. JARING MAKANAN
Hubungan antar tingkatan trofik di lingkungan alam tidak sederhana , tetapi merupakan hubungan rantai- rantai maknan. Beberapa rantai makanan berhungungan membentuk suatu jaringan makanan yang kompleks dengan rantai yang di mulai dari produsen . Jaring makanan berbeda dari rantai makanan karena melibatkan seri, linear urutan yang lebih kompleks yang terhubung secara makan-memakan. Sebuah jaring makanan bertujuan untuk menggambarkan gambaran yang lebih lengkap tentang hubungan makan, dan dapat dianggap sebagai gabungan dari banyak rantai makanan yang saling berhubungan. Produsen mendukung beberapa konsumen primer, konsumen primer mendukung beberapa konsumen yang diatasnya. Sangat sulit untuk menerapkan konsep tingkatan trofik terhadap jaring- jaring makanan, karena beberapa organisme makan terhadap lebih dari satu tingkatan trofik . Jadi bagaimana po sisis organisme tersebut ? Misalnya burung jalak, burung ini makana buah – buahan dan juga makan serangga . Sebagai pemakan buah- buahan berarti burung jalak terdapat pada trofik kedua. Tetapi sebagai pemakan serangga burung jalak terdapat pada kedudukan tingkatan trofik ketiga
Ahli ekologi bekerja dengan jaring- jaring makanan dengan pandangan berbeda dengan tingkatan trofik. Mereka menjadikan suatu spesies di dalam jaring – jaring makan
pada
tingkatan
yang
sama
berdasarkan
pada
diet
sama
dan
mengklasifikasikanya dalam basal, intermediate, top spesies. Spesies basal meliputi produser primer dan detritus , berada di dasar jarring – jaring makanan dan tidak ada spesies yang memakanya. Spesies intermediate adalah spesies yang tidak termasuk basan dan top , mereka memakan pada lebih dati satu trofik. ( Dharmawan , 2007)..
3. SPESIES KUNCI
PENGERTIAN Menurut Paine (1989) dalam Mills, et al., (1993) spesies kunci adalah spesies yang sebagian besar merupakan predator teratas dalam tingkatan tropik, yang menekan ketidak seimbangan penyebab dari keberadaan, distribusi, dan kepadatan suatu populasi spesies tertentu dalam komunitas. Roughgarden (1983) mendifinisikan spesies kunci sebagai spesies yang menghilangkan ketidak seimbangan dari spesies-spesies dalam komunitas.
PERANAN Melindungi spesies kunci adalah prioritas bagi usaha konservasi, karena hilangnya spesies kunci juga dapat mengakibatkan hilangnya sejumlah besar spesies lain. Spesies kunci memberikan kontrol k uat pada struktur komunitas tidak melalui keunggulan jumlah, namun melalui peran ekologis, atau relung (niche), yang teramat penting. Salah satu cara mengidentifikasi spesies kunci adalah percobaan yang meyoroti nilai penting spesies kunci dalam mempertahankan keanekaragaman komunitas antar pasang (Campbell dan Reece, 2008). Hilangnya spesies kunci berdampak serangkaian kepunahan yang saling terkait dikenal dengan extinction cascade atau kepunahan beruntun. Akibat kepunahan beruntun terjadi degradasi ekosistem dan keanekaragaman hayati pada tiap tingkatan trofik menurun (Primarck, 2007). Spesies kunci dapat memberikan dampak besar pada proses perbaikan oleh kelestarian truktur dan fungsi ekosistem. Selama suksesi komunitas, serangkaian
spesies kunci transisi, juga disebut sebagai ikatan spesies (nexus species), dapat ditentukan lintasan suksesi dari ekosistem. Spesies kunci umumnya berperan penting dalam suksesi sehingga terkait dengan perbaikan ekologis. Spesies kunci dapat menentukan komposisi dari komunitas dan mengatur kelimpahan dari spesies yang ada (Greipsson, 2011).
CONTOH TUMBUHAN : komunitas hutan humida, pohon beringin digolongkan sebagai spesies kunci karena mempunyai musim buah yang berlangsung lama dan memberikan sumber pakan bagi banyak populasi burung dan mamalia.
HEWAN : kasus pemburuan Gray Wolf dan predator tingkat teratas yang menimbulkan meledaknya populasi rusa. Rusa memakan berbagai vegetasi sehingga hilangnya tumbuh-tumbuhan tersebut berdampak buruk bagi rusa dan herbivora lainnya, termasuk kelas insekta. Banyaknya pohon yang hilang jugas menimbulkan terjadinya erosi tanah, sehingga populasi hewan tanah dan permukaan tanah yang subur menghilang (Primarck, 2007).
JENIS Mills, et al ., (1993) menggolongkan spesies kunci menjadi 5 jenis berdasarkan pada keberagaman tingkat trofik spesies kunci dari berbagai ekosistem. A. Keystone predator Pentingnya keberadaan spesies kunci yang berperan sebagai predator adalah predator memakan dan mengontrol kepadatan dari konsumen primer dan konsumen mampu mempengaruhi spesies lain dalam komunitas.
B. Keystone prey Spesies mangsa dapat menjaga keberadaan predasi sehingga berdampak pada struktur komunitas oleh penyeimbangan kepadatan predator, sehingga mereduksi kepadatan mangsa lain.
C. Keystone mutualist Beberapa spesies menjadi spesies kunci karena adanya simbiosis mutualisme antara keduanya. Hubungan berpindah yang dikenalkan oleh Gilbert (1980) dalam Mills, et al ., (1993) adalah hewan yang merupakan faktor signifikan pada beberapa spesies tumbuhan dan saling mendukung satu sama lain dalam jaring makanan.
D. Keystone host Jika hubungan berpindah atau spesies kunci mutualis tergantung pada kepentingan ekologi tanaman inang, kemudian mengikuti perkembangan inang.
E. Keystone modifiers Jika modifikasi habitat berdampak pada perjuangan hidup banyak spesies, dan memodifikasi struktur dari spesies tersebut maka disebut dengan spesies modifikasi.
MEKANISME : Top-Down Control dan Bottom-Up Control
Top-Down C ontrol Mekanisme top-down control dalam ekosistem disediakan oleh predator yang berperan sebagai spesies kunci. Predator bekerja dengan mengontrol jumlah populasi dari mangsa. Memusnahkan predator dalam sebuah ekosistem dapat menimbulkan naiknya populasi mangsa yang pada akhirnya akan menghabiskan sumber makanan, atau produsen, sehingga terjadi penurunan populasi beruntun pada proses ekologis (Greipsson, 2011). Kontrol populasi mangsa oleh predator yang kemudian berefek pada penurunan jumlah populasi level selanjutnya pada jejaring makanan disebut dengan penurunan trofik atautrophic cascade (Greipsson, 2011)...
Gambar : Mekanisme Top-Down Control
Bottom-Up Control Mekanisme bottom-up control yang mempostulasikan pengaruh searah dari tingkat trofik yang lebih rendah ke tingkat lebih tinggi. Dalam hal ini harus mengubah biomassa di tingkat trofik yang lebih rendah, dan membiarkan berbagai perubahan merambat ke tingkat ke trofik lebih tinggi melalui jejaring makanan (Greipsson, 2011).
Gambar : Mekanisme Bottom-Up Control
E. KESIMPULAN.
Energi yang disimpan oleh tumbuhan dilakukan di ekosistem dalam beberapa tahapan makan dan dimakan yang dikenal sebagai rantai makanan. Komponen rantai makanan meliputi heerbivor, karnivor, omnivore, decomposer, dan kelompok pemakan lain. Jenis – jenis rantai makanan meliputi kelompok makanan pengurai, rantai makanan pemangsa, rantai makanan suplemen. Sementara kumpulan dari beberapa rantai makanan membentuk jarring – jarring makanan.Kunci spesies dalam suatu tingkatan trofik harus diidentifikasi Karena, Kunci spesies memegang peranan penting dalam suatu keseimbangan ekosistem.
F. DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N. A. dan Reece, J. B. 2008. Biology Eight Edition. New York: Pearson Education, Inc. Dharmawan, Agus. 2007.Ekologi Hewan. FMIPA : Universitas Negeri Malang. Greipsson, S. 2011. Restoration Ecology. Ontario: Jones&Barlett Learning. Mills, et al., 1993. The Key-Stone Species Concept in Ecology and Conservation. BioScience, Vol. 43(4): hlm. 219-224. Michael, M. 1992. Ekologi Umum. Jakarta: Universitas Indonesia. Molles, M. C. 2008. Ecology : Concepts and Application, 4th ed. United States McGrawHill. Primarck, R. B., Indrawan, M. dan Supriatna, J. 2007. Biologi Konservasi Edisi Revisi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.