MAKALAH STRUKTUR GEOLOGI DAERAH BOJONEGORO
Oleh : Robet Hardiansyah Maulana P. 165090707111027
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah yang masih memberikan kesehatan dan kes empatan-Nya kepada kita semua, terutama kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Berikut ini, penulis persembahkan sebuah makalah tentang geologi struktur di daerah Bojonegoro. Penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua, terutama bagi penulis sendiri. s endiri. Apabila terdapat salah penulisan ataupun salah sala h dalam memaparkan ilmu penulis memohon maaf. Dengan demikian, tak lupa penulis ucapkan terimakasih, kepada para pembaca. Semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga benar-benar bermanfaat.
Malang, 15 Desember 2017
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun deformasi batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai akibat dari gaya yang bekerja di dalam bumi. Secara umum pengertian geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk arsitektur a rsitektur batuan sebagai bagian dari kerak bumi serta menjelaskan proses pembentukannya. Beberapa kalangan berpendapat bahwa geologi struktur lebih ditekankan pada studi mengenai unsur-unsur struktur geologi, seperti perlipatan (fold), rekahan (fracture), patahan (fault), dan sebagainya yang merupakan bagian dari satuan tektonik (tectonic unit), sedangkan tektonik dan geotektonik dianggap sebagai suatu studi dengan skala yang lebih besar, yang mempelajari obyek-obyek geologi seperti cekungan sedimentasi, rangkaian pegunungan, lantai samudera, dan sebagainya. Sebagaimana diketahui bahwa batuan-batuan yang tersingkap dimuka bumi maupun yang terekam melalui hasil pengukuran geofisika memperlihatkan bentuk bentuk arsitektur yang bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Bentuk arsitektur susunan batuan di suatu wilayah pada umumnya merupakan batuan-batuan yang telah mengalami deformasi sebagai akibat gaya yang bekerja pada batuan tersebut. Deformasi pada batuan dapat berbentuk lipatan maupun patahan/sesar. Dalam ilmu geologi struktur dikenal berbagai bentuk perlipatan batuan, seperti sinklin dan antiklin. Jenis perlipatan dapat berupa lipatan simetri, asimetri, serta lipatan rebah (recumbent/overtune), sedangkan jenis-jenis patahan adalah patahan normal (normal fault), patahan mendatar (strike slip fault), dan patahan naik (trustfault). Proses yang menyebabkan batuan-batuan mengalami deformasi adalah gaya yang bekerja pada batuan batuan tersebut. Pertanyaannya adalah dari mana gaya tersebut berasal? Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam teori “Tektonik Lempeng” dinyatakan bahwa kulit bumi tersusun dari lempeng-lempeng yang saling bergerak satu dengan lainnya. Pergerakan lempeng-lempeng tersebut dapat berupa pergerakan yang saling mendekat (konvergen), saling menjauh (divergen), dan atau saling berpapasan (transform). Pergerakan lempeng-lempeng inilah yang merupakan sumber asal dari gaya yang bekerja pada batuan kerak bumi. Berbicara mengenai gaya yang
bekerja pada batuan, maka mau tidak mau akan berhubungan dengan ilmu mekanika batuan, yaitu yaitu suatu ilmu yang mempelajari sifat-sifat fisik batuan yang terkena oleh suatu gaya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipapaprkan di atas, didapatkan beberapa rumus masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi penampang wilayah Bojonegoro? 2. Jenis-jenis batuan apa saja yang terdapat di Bojonegoro? 3. Formasi apa saja yang menyusun permukaan Bojonegoro?
1.3 Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan serta gambaran tentang penampang wilayah Jawa Timur bagian utara khususnya wilayah Bojonegoro kepada pembaca. Dan pembuatan makalah ini juga guna memenuhi tugas mata kuliah Geologi Struktur.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Peta Geologi Lembar Bojonegoro Jawa Timur
2.2 Penampang Bojonegoro Selatan (Natapura Madiun hingga Atasangin)
Pada umumnya di daerah Jawa Timur bagian utara khususnya wilayah Bojonegoro umumnya banyak dijumpai batuan sedimen, seperti yang telah diketahui di daerah Bojonegoro bagian utara tidak dijumpai adanya aktivitas vulkanik kemudian di daerah Bojonegoro bagian selatan di sekitar Kecamatan Bubulan terdapat intrusive rock yang menembus batuan diatasnya. Berikut adalah potongan melintang Bojonegoro bagian selatan Kecamatan Bubulan (daerah natapura hingga daerah atas angin)
Pada potongan tersebut ditunjukkan dari A (selatan) adalah natapura hingga B (utara) adalah atas angin, termasuk kedalam mendala geologi kendeng. Pada daerah Natapura terdapat formasi notopuro yaitu berupa formasi yang terdapat tuff, batu pasir tufan, dan konglomerat. Formasi notopuro terbentuk pada zaman kuarter tepatnya pleistosen tengah dan formasi ini adalah formasi yang lain paling muda sesuai dengan Hukum Superposisi bahwa dalam suatu urutan perlapisan batuan, maka lapisan batuan yang terletak di bawah umurnya umurnya relatif lebih tua dibanding dibanding lapisan diatasnya selama lapisan batuan tersebut belum mengalami deformasi atau masih dalam keadaan normal, lalu dibawahnya hingga kedalaman -1000 mdpl berturut-turut terdapat formasi kabuh, formasi pucangan, formasi sonde, dan formasi klitik. Kemudian di utaranya tepatnya pada sekitar Sungai Piji nampak formasi kabuh yang berada pada permukaan. Pada formasi kabuh banyak dijumpai batuan konglomerat, batu pasir, setempat bersisipan lempung dan napal. Formasi kabuh terbentuk pada zaman kuarter tepatnya pleistosen tengah dan formasi ini berada pada kedalaman 0 mdpl hingga -500 mdpl. Formasi pucangan terdapat pada sebelah utara formasi kabuh. Formasi ini menopang 2 formasi diatasnya lalu pada daerah Kedungbrubus Kedun gbrubus formasi ini baru muncul di permukaan. Formasi pucangan penyusun batuannya berupa breksi dan batu pasir tufan yang terbentuk pada zaman pliosen atas hingga pleistosen.
Formasi sonde merupakan formasi paling kecil diantara formasi lainnya yang nampak pada permukaan. Seperti terlihat pada gambar diatas formasi notopuro dan formasi kabuh tebentuk setelah formasi sonde. Formasi sonde terdapat perselingan perselingan batu lempung dan batu pasir tufan yang terbentuk pada zaman pliosen tengah. Di utara formasi sonde terdapat formasi klitik yang terdapat batuan gamping, klastika bersisipan napal dan batu lempung yang terbentuk pada zaman pliosen tengah. Lalu diutaranya terdapat formasi kerek yang banyak dijumpai batuan pasir, batuan lempung, tuf aspal dan batuan gamping yang terbentuk pada zaman miosen tengah hingga miosen atas. Formasi kalibeng merupakan formasi yang paling tebal dibanding formasi yang tertampung diatasnya. Formasi ini pada umumnya banyak d ijumpai batuan napal, setempat sisipan tuf, batu pasir dan napal yang terbentuk pada zaman miosen atas hingga pliosen bawah. Pada formasi kalibeng terdapat sesar geser yang dampaknya terlihat pada formasi kerek berubah dari bentuk semulanya. Formasi kerek merupakan formasi induk pada daerah ini karena formasi ini menopang semua formasi pada daerah ini. Pada bagian tengah terdapat sinklin yang membentang sepanjang formasi ini (timur-barat). Formasi kerek terdapat perselingan batuan pasir, batuan lempung, tuf aspal dan batuan gamping yang terbentuk pada zaman pliosen bawah. Formasi ini diapit oleh formasi kalibeng yang membentang cukup luas serta mendominasi pada Bojonegoro Selatan yakni Kecamatan Ngraho – Ngraho – Tambakrejo – Tambakrejo – Bubulan – Bubulan – Dander. Dander. Lalu di utara formasi kerek terdapat formasi anggota atas angin batu pasir tufan dan breksi, bersisipan napal, batu lempung, dan napal yang terbentuk pada zaman pliosen bawah. Pada daerah tengah terdapat antiklin dan juga mengalami men galami pergeseran akibat terjadi sesar geser. Kemudian pada sisi ujung utara terdapat patahan di daerah Kalimas.
2.3 Penampang Bojonegoro Selatan (Sekar hingga Dander)
Pada gambar diatas penampang melintang pada titik C (Gunung Sumbergayam) sampai titik E (Dander). Bedrock pada daerah ini adalah formasi kerek berupa batuan kalkarenit, napal, setempat sisipan tuf, dan batua pasir tufan. Formasi ini terbentuk pada zaman miosen tengah hingga miosen atas. Formasi ini mengalami lipatan sebelum terjadi proses sedimentasi diatasnya seperti yang terlihat pada gambar diatas. Pada daerah Gunung Sumbergayam terdapat formasi pucangan yaitu penyusun batuannya berupa breksi dan batu pasir tufan yang terbentuk pada zaman pliosen atas hingga pleistosen di ketinggian ± 400 mdpl. Di formasi pucangan terdapat sesar geser dengan arah timur laut – tengggara. Sebelah tenggara formasi pucangan terdapat formasi sonde yaitu berupa perselingan batu lempungdan batu pasir tufan, dan sisipan batuan gamping yang terbentuk pada zaman pliosen tengah. Kemudian berikutnya adalah formasi selorejo yaitu berupa perselingan batu gamping pasiran dan batu pasir gampingan yang tersusun pada zaman pliosen. Formasi ini berada pada ketinggian ± 400 mdpl Formasi kalibeng merupakan formasi yang paling tebal dibanding formasi yang tertampung diatasnya. Formasi ini pada umumnya banyak d ijumpai batuan napal, setempat sisipan tuf, batu pasir dan napal yang terbentuk pada zaman miosen atas hingga pliosen bawah. Formasi pandan berada diatas formasi kalibeng batuan penyusunnya yaitu breksi gunung api yang terbentuk pada zaman plistosen. Di formasi ini terdapat 3 gunung api yang sudah mati yaitu Gunung Pandan, Gunung Buntung, dan Gunung Nangka. Hal tersebut tergolong muda disbanding formasi yang lainnya karena terdapat batuan intrusive yang menembus formasi kalibeng dan formasi kerek. Batuan intrusive banyak dijumpai andesit piroksen. Pada daerah celebung terdapat sesar oblique dan formasi lidah yang membentang hingga Kecamatan Dander berupa batuan gamping, setempat bersisipan pasir, dan batu lempun g. Formasi ini terbentuk pada zaman pliosen atas hingga plistosen
Anggota dander, formasi lidah batu gamping terumbu, dan batu gampingan yang terbentuk pada zaman pliosen atas. Formasi ini berada diatas diata s formasi celebung yang tidak terlalu tebal dan pada kisaran ketinggian ±0 mdpl.
2.4 Penampang Bojonegoro Utara (Cepu hingga Wonocolo)
Pada gambar penampang diatas terlihat bahwa daerah tersebut adalah lipatan dari barat daya hingga timur laut. Kemudian terdapat sesar di sekitar Kali Samburejo, hal tersebut diduga batuan sudah mencapai titik keelastisannya ketika terjadi proses lipatan Formasi paling dasar pada daerah ini adalah formasi tawun. Formasi tawun batuan penyusunnya adalah batu lempung pasiran dengan sisipan batu pasir, dan batu gamping yang terbentuk pada zaman miosen tengah. Diatas formasi tawun terdapat formasi ngrayong. Penyusunnya merupakan perselingan batu pasir dan batu lempung pasiran dengan sisipan batu lempung karbonatan dan setempat batu gamping yang terbentuk pada zaman miosen tengah. Pada formasi bulu penyusun formasi ini adalah batuan kalkarenit yang terbentuk pada zaman miosen tengah hingga miosen atas. Kemudian formasi ini muncul di permukaan pada daerah Beji dan terdapat mikro fosil. Formasi wonocolo penyusun batuan ini adalah napal, bersisipan kalkarenit, dan batu lempung yang terbentuk pada zaman miosen atas. Pada formasi inilah terdapat satu – satu – satunya satunya di dunia sumber minyak yang letak kedalaman reservoirnya diatas ± 0 mdpl. Formasi ledok penyusun formasi ini merupakan perselingan kalkarenit, batu pasir dan napal yang terbentuk pada zaman miosen atas. Kemudian formasi ini muncul di permukaan yang membentuk antiklin pada daerah Ledok Kecamatan Kasiman. Formasi mundu batuannya penyusunnya Nepal yang terbentuk pada zaman pliosen bawah hingga pliosen tengah. Pada formasi ini terdapat sinklin di daerah Kedinding/Cepu
Formasi selorejo batuannya perselingan batu gamping pasiran, dan batu pasir gampingan yang terbentuk pada zaman pliosen atas. Formasi ini penyebarannya di daerah Cepu tidak merata, namun ketinggian formasi ini rata – rata – rata rata pada ± 0 mdpl. Formasi lidah batuannya berupa batu lempung, setempat bersisipan batu pasir, dan batu gamping yang terbentuk pada zaman pliosen atas hingga plistosen. Formasi ini persebarannya sangat luas hingga daerah Bojonegoro bagian tengah. Formasi ini berada pada ketinggian rata – rata – rata pada ± 0 mdpl. Aluvium batuannya penyusunnya merupakan lempung, pasir, kerikil, dan kerakal yang terbentuk pada zaman holosen. Aluvium merupakan endapan yang terjadi pada permukaan dan formasi ini persebarannya sepanjang bantaran Sungai Bengawan Solo termasuk daerah Kota Bojonegoro. Kedalaman alluvium berkisar antara ± 0 mdpl hingga ± -100 mdpl.
2.5 Penampang Bojonegoro Utara (Malo hingga Parengan Tuban)
Apabila dilihat pada gambar penampang diatas formasi yang menyusun daerah tersebut sama persis dengan daerah Cepu – Cepu – Wonocolo Wonocolo namun bentuk morfologinya berbeda Formasi paling dasar pada daerah ini adalah formasi tawun. Formasi tawun batuan penyusunnya adalah batu lempung pasiran dengan sisipan batu pasir, dan batu gamping yang terbentuk pada zaman miosen tengah. Formasi ini muncul ke permukaan pada ketinggian ± 400 mdpl di daerah Parengan Tuban. Dan formasi ini menopang semua formasi pada daerah ini. Diatas formasi tawun terdapat formasi ngrayong. Penyusunnya merupakan perselingan batu pasir dan batu lempung pasiran dengan sisipan batu lempung karbonatan dan setempat batu gamping yang terbentuk pada zaman miosen tengah. Pada formasi ini terdapat sesar geser yang berarah barat laut – laut – tenggara tenggara dan di sekitar sesar geser terdapat sumber mata air panas solfatara. Pada formasi bulu penyusun formasi ini adalah batuan kalkarenit yang terbentuk pada zaman miosen tengah hingga miosen atas. Formasi bulu mengalami dampak yang terlihat dengan jelas akibat proses sesar geser.
Formasi wonocolo penyusun batuan ini adalah napal, bersisipan kalkarenit, dan batu lempung yang terbentuk pada zaman miosen atas. Pada formasi ini banyak terjadi perubahan dan disisi timur bentuknya mengalami tak beraturan. Formasi ledok penyusun formasi ini merupakan perselingan kalkarenit, batu pasir dan napal yang terbentuk pada zaman miosen atas. Kemudian formasi ini juga sama dengan formasi wonocolo yang mengalami bentuk tak beraturan disisi timur karena banyak mengalami patahan dan pergeseran. Formasi mundu batuannya penyusunnya Nepal yang terbentuk pada zaman pliosen bawah hingga pliosen tengah. Pada formasi ini persebarannya terdapat pada Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban dan Kecamatan Malo yang membentang hingga Kecamatan Kedewan Kabupaten Bojonegoro. Formasi lidah batuannya berupa batu lempung, setempat bersisipan batu pasir, dan batu gamping yang terbentuk pada zaman pliosen atas hingga plistosen. Formasi ini persebarannya sangat luas hingga daerah Bojonegoro bagian tengah. Formasi ini mengelilingi Kota Bojonegoro pada bagian utara yang membentang kearah barat sampai Cepu dan diteruskan ke bagian selatan hingga Dander. Aluvium batuannya penyusunnya merupakan lempung, pasir, kerikil, dan kerakal yang terbentuk pada zaman holosen. Aluvium merupakan endapan yang terjadi pada permukaan dan formasi ini persebarannya sepanjang bantaran Sungai Bengawan Solo termasuk daerah Kota Bojonegoro. Kedalaman alluvium berkisar antara ± 0 mdpl hingga ± -100 mdpl.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa daerah Bojonegoro merupakan daerah yang umumnya tersusun oleh batuan sedimen. Dari sepanjang bagian utara daerah Bojonegoro tersusun oleh batuan karbonatan dan disepanjang bantaran Sungai Bengawan Solo tersusun oleh alluvial. Kemudian pada bagian selatan daerah Bojonegoro juga didominasi oleh batuan karbonatan ka rbonatan namun namu n pada pad a daerah dae rah Kecamatan Sekar dijumpai adanya intrusive batuan yang menembus formasi kalibeng yang tersusun umumny batuan napal, sisipan tuf, dan batu pasir. Di Kecamatan Sekar terdapat 3 gunung api yang sudah mati yaitu Gunung Pandan, Gunung Buntung, dan Gunung Nangka.
3.2 Saran
Dengan letak geografis Indonesia yang berada jalur ring of fire fire diperlukan pemahaman mengenai kondisi struktur geologi suatu wilayah. Seperti yang telah diketahui pada akhir – akhir – akhir akhir tahun 2017 banyak dijumpai bencana alam yang terjadi. Maka dari itu alangkah baiknya masyarakat minimal mengetahui tentang kondisi struktur geologi suatu wila yah.
DAFTAR PUSTAKA
Noor, Djauhari. 2009. Buku 2009. Buku Pengantar Geologi. Geologi. Bogor: CV. Graha Ilmu. Pringgoprawiro, H. dan Sukido. 1992. Peta 1992. Peta Geologi Lembar L embar Bojonegoro Jawa Timur . Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.