BAB VIII
REKONSTRUKSI LIPATAN
Tujuan
Mengetahui bagian-bagian dan klasifikasi perlipatan.
Merekonstruksi lipatan berdasarkan singkapan batuan yang ditemukan dengan menggunakan interpolasi Higgins dan interpolasi Busk.
Dasar Teori
Secara umum, lipatan (fold) adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya tegasan sehingga batuan pindah dari kedudukannya semula membentuk lengkungan. Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur garis atau bidang didalam bahan tersebut.
Pada umumnya unsur yang terlibat didalam lipatan adalah struktur bidang, misalnya bidang perlapisan atau foliasi.
Lipatan merupakan gejala yang penting, yang mencerminkan sifat dari deformasi terutama, gambaran geometrinya berhubungan dengan aspek perubahan bentuk (distorsi) dan perputaran (rotasi).
Lipatan terbentuk bilamana unsur yang telah ada sebelumnya terubah menjadi bentuk bidang lengkung atau garis lengkung (Anonim, 2013).
Perlipatan adalah deformasi yang tidak seragam (inhomogeneous) yang terjadi pada suatu bahan yang mengandung unsur garis atau bidang. Walaupun demikian, suatu deformasi yang menghasilkan lipatan pada suatu keadaan, tidak selalu demikian pada kondisi yang lain.
Suatu masa batuan yang tidak mempunyai unsur struktur garis atau bidang tidak menunjukkan tanda perlipatan. Perlu juga dipertimbangkan bahwa suatu unsur yang sebelumnya berbentuk lengkungan dapat berubah menjadi bidang atau garis lurus, atau suatu unsur dapat tetap sebagai struktur bidang atau garis lurus setelah terjadi deformasi.
Terdapat beberapa definisi lipatan menurut ahli geologi struktur, antara lain :
Hill (1953)
Lipatan merupakan pencerminan dari suatu lengkungan yang mekanismenya disebabkan oleh dua proses, yaitu bending (melengkung) dan buckling (melipat). Pada gejala buckling, gaya yang bekerja sejajar dengan bidang perlapisan, sedangkan pada bending, gaya yang bekerja tegak lurus terhadap bidang permukaan lapisan.
Billing (1960)
Lipatan merupakan bentuk undulasi atau suatu gelombang pada batuan permukaan.
Hob (1971)
Lipatan akibat bending, terjadi apabila gaya penyebabnya agak lurus terhadap bidang lapisan. Sedangkan pada proses buckling, terjadi apabila gaya penyebabnya sejajar dengan bidang lapisan. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa pada proses buckling terjadi perubahan bentuk batuan, dimana pada bagian puncak lipatan antiklin berkembang suatu rekahan yang disebabkan akibat adanya tegasan tensional (tarikan). Sedangkan pada bagian bawah bidang lapisan terjadi tegasan kompresi yang menghasilkan Shear Joint. Kondisi ini akan terbalik pada sinklin.
Park (1980)
Lipatan adalah suatu bentuk lengkungan (curve) dari suatu bidang lapisan batuan.
(Furqon, 2012).
Struktur lipatan sendiri adalah merupakan salah satu struktur geologi yang paling umum dijumpai pada batuan sedimen klastik, dan sering pula ditemukan pada batuan vulkanik dan metamorf atau bentuk yang terjadi pada lipatan bidang-bidang datar dimana kekakuan dan kekuatannya terletak pada keseluruhan bentuk itu sendiri. Bentuk lipatan ini mempunyai kekakuan yang lebih dibandingkan dengan bentuk-bentuk yang datar dengan luas yang sama dan dari bahan yang sama pula.
*Sumber : ipsdismp.wordpress.com, 2009
Gambar 8.1
Lipatan (Fold)
Lipatan merupakan salah satu struktur geologi yang paling umum dijumpai pada batuan sedimen, dan dapat pula ditemukan pada batuan beku dan metamorf. Salah satu ciri khas batuan sedimen adalah dijumpainya bidang perlapisan batuan yang terbentuk pada saat sedimentasi. Apabila kita perhatikan pada singkapan batuan di lapangan, bidang perlapisan tersebut mempunyai bidang kedudukan yang bervariasi, hal ini tergantung pada tektonik yang melatarbelakanginya.
Dalam dunia pertambangan, lipatan sangat dicari dan menguntungkan karena pada lipatan terdapat bahan tambang yang berharga. Lipatan yang dicari biasanya yang berbentuk antiklin dan sinklin karena berhubungan dengan endapan gas dan minyak bumi.
Sebelum suatu urutan batuan sedimen mengalami perlipatan, batuan tersebut diendapkan dalam keadaan mendatar, tetapi ada kalanya batuan tersebut sudah mengalami perubahan bentuk. Hal ini disebabkan oleh keadaan cekungannya yang sifat permukaannya tidak rata. Kemudian saat pengendapannya, lapisan-lapisan sedimen tersebut telah mengalami tekanan-tekanan atau tarikan-tarikan oleh gaya-gaya yang berasal dari dalam. Kebanyakan berupa gaya tekan. Dengan kata lain, sedimen tersebut secara terus menerus mengalami perubahan-perubahan sepanjang sejarah pembentukannya, dan mengakibatkan terjadinya lipatan-lipatan berukuran besar ataupun kecil.
Lipatan yang berukuran besar dapat mencapai berkilo-kilometer untuk melaluinya, sedangkan yang berukuran kecil hanya beberapa meter sampai sentimeter. Struktur lipatan di samping mempunyai ukuran yang bervariasi mulai dari yag terkecil (mikro fold) hingga berukuran regional (mega fold) juga memiliki bentuk yang bermacam-macam. Adanya variasi ukuran dan bentuk tersebut tergantung pada sifat fisik batuan yang terlipat, sistem tegasan, dan mekanisme pembentukanya serta waktu serta besarnya gaya yang bekerja. (Anonim, 2013).
Mekanisme yang menyebabkan terbentuknya lipatan ada dua macam, yaitu :
Buckling (Melipat)
Buckling disebabkan oleh gaya tekan yang arahnya sejajar dengan permukaan lempeng.
*Sumber : geologiunpad2010kel3.blogspot.com, 2013
Gambar 8.2
Buckling
Bending (Pelengkungan)
Bending disebabkan oleh adanya gaya tekan yang arahnya tegak lurus permukaan lempeng.
*Sumber : geologiunpad2010kel3.blogspot.com, 2013
Gambar 8.3
Bending
Pengklasifikasian lipatan antara lain :
Secara diskriptif atau secara geometris
Klasifikasi ini didasarkan pada kedudukan dari bidang sumbu (axial plane/surface) dan garis sumbu (fold axis). Contohnya lipatan tegak, lipatan miring, lipatan menunjam dan sebagainya.
Secara morfologi
Klasifikasi ini didasarkan pada bentuk lipatan keseluruhan atau bentuk penampang/kenampakan denah (plan view). Contohnya lipatan simetri, lipatan paralel.
Mekanisma cara terjadinya
Klasifikasi ini didasarkan pada sifat pelenturan yang terjadi pada proses perlipatan. Proses ini akan tergantung pada sifat bahan dan perlapisannya, misalnya sifat perlipatan pada perlapisan batulempung yang sifatnya ductile dan batupasir yang sifatnya brittle, akan menimbulkan pengaruh yang berbeda. Contohnya Flexur, Shear, Flow folding.
Klasifikasi ini juga akan tercermin pada sifat pada klasifikasi morfologi, misalnya lapisan yang seragam, bersifat brittle akan membentuk lipatan yang paralel.
Berdasarkan proses lipatan dan bentuk lipatan secara morfologi, lipatan dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
Concentric Fold (Parallel Fold)
Concentric Fold (Parallel Fold) adalah sebutan untuk perlapisan dimana jarak-jarak (tebal) tiap lapisan yang terlipat tetap sama.
*Sumber : homepage.ufp, 2006
Gambar 8.4
Parallel Fold
Similar Fold
Similar Fold adalah sebutan untuk perlipatan dimana lapisan-lapisan yang terlipat atau dilipat dengan bentuk-bentuk yang sama sampai ke dalam.
*Sumber : www.see.leeds.ac.uk, 2013
Gambar 8.5
Similar Fold
Supratenuous Fold
Supratenuous Fold adalah lipatan yang terbentuk karena adanya perbedaan kompaksi sedimen pada saat pengendapan terjadi di punggung bukit.
Berdasarkan bentuk lengkungannya, lipatan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu antiklin dan sinklin.
Antiklin
Antiklin merupakan punggung lipatan yang kemiringan kedua sayapnya ke arah saling berlawanan dan saling menjauh (bentuk concav dengan cembung ke atas). Bagian tengah dari antiklin disebut inti antiklin.
*Sumber : Anonim, 2013
Gambar 8.6
Antiklin
Sinklin
Sinklin merupakan lembah lipatan yang kemiringan kedua sayapnya menuju ke suatu arah dan saling mendekat (bentuk concav dengan cekungnya mengarah ke atas. Bagian tengah dari sinklin disebut inti sinklin.
*Sumber : Anonim, 2013
Gambar 8.7
Sinklin
Berdasarkan mekanisme gaya yang terjadi, lipatan dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu :
Lipatan Tegak
Lipatan tegak adalah lipatan yang garis sumbunya membagi secara simetris atau sama besar antara antiklin dan sinklin.
*Sumber : http://chestofbooks.com, 2013
Gambar 8.8
Lipatan Tegak
Lipatan tegak juga terbagi menjadi :
Lipatan simetri, yaitu lipatan dimana axial plane-nya vertikal.
Lipatan asimetri, yaitu lipatan dimana axial plane-nya condong.
Overturned fold, yaitu lipatan dimana axial plane-nya condong dan kedua sayapnya miring ke arah yang sama dan biasanya pada sudut yang berbeda.
Recumbent fold, yaitu lipatan dimana axial plane-nya horisontal.
Vertical isoclinal fold, yaitu lipatan dimana axial plane-nya vertical.
Isoclined isoclinal fold, yaitu lipatan dimana axial plane-nya condong.
Recumbent isoclinal fold, yaitu lipatan dimana axial plane-nya horisontal.
Box fold, yaitu lipatan dimana crest-nya luas dan datar.
Fan fold, yaitu lipatan dimana sayapnya membalik.
Monocline, yaitu lipatan dimana kemiringan lapisan secara lokal terjal.
Structure terrace, yaitu lipatan dimana kemiringan lapisan secara lokal dianggap horisontal.
Homocline, yaitu lapisan yang miring dalam satu arah pada sudut yang relatif sama.
Lipatan Miring
Lipatan miring adalah lipatan yang garis sumbunya tidak simetris, membentuk sudut.
*Sumber : http://chestofbooks.com, 2013
Gambar 8.9
Lipatan Miring
Lipatan Menggantung
Lipatan menggantung adalah lipatan mirip lipatan miring, tetapi bagian puncaknya terdorong sangat tinggi sehingga bentuknya seperti menggantung.
*Sumber : http://chestofbooks.com, 2013
Gambar 8.10
Lipatan Menggantung
Lipatan Isoklinol
Lipatan isoklinol adalah lipatan dengan sayap sejajar yang disebabkan oleh tekanan yang terus menerus.
*Sumber : http://chestofbooks.com, 2012
Gambar 8.11
Lipatan Isoklinol
Lipatan Rebah
Lipatan rebah adalah lipatan yang mendapat tekanan terus menerus, dan menyebabkan puncaknya melandai seperti rebahan.
*Sumber : http://chestofbooks.com, 2013
Gambar 8.12
Lipatan Rebah
Lipatan Kelopak
Lipatan kelopak adalah lipatan yang bagian dalamnya bekerja daya tekanan dan sayap tengah tidak menjadi tipis.
*Sumber : http://chestofbooks.com, 2012
Gambar 8.13
Lipatan Kelopak
Selain yang telah disebutkan di atas, masih ada lagi jenis-jenis lipatan yang lainnya, antara lain :
Lipatan disharmonik, yaitu lipatan yang tidak teratur karena lapisannya tersusun dari bahan-bahan yang berlainan.
Lipatan ptigmatik, yaitu lipatan yang terbalik terhadap sumbunya.
Lipatan chevron, yaitu lipatan bersudut dengan bidang planar.
Lipatan klin bands, yaitu lipatan bersudut tajam yang dibatasi oleh permukaan planar.
Lipatan Seretan (drag fold), yaitu lipatan yang terbentuk sebagai akibat seretan suatu sesar.
Ada juga struktur lipatan akibat adanya tegasan ekstensional, yang dimaksud tegasan ekstensional adalah sebenarnya bukan merupakan akibat langsung dari aktifitas tekotniknya namun merupakan akibat sekunder karena adanya gaya berat dari tubuh batuan itu sendiri. Struktur lipatan ini selalu terjadi pada zona sesar normal.
Berdasarkan genetiknya lipatan dapat terbentuk dari gaya tektonik atau non tektonik tetapi kedua hal tersebut memiliki perbedaan yaitu karena lipatan yang dibentuk akibat aktifitas tektonik seringkali pola lipatannya teratur, pada permukaan bidang lapitan bebatuan sering dijumpai sejumlah slicken side dan pembentukannya setelah batuan tersebut terbentuk. Sedangkan lipatan yang terbentuk akibat non tektonik umumnya pola lipatannya tidak teratur, tida dijumpai slicken side pada permukaan bidang lapisan batuan dan pembentukannya terjadi pada saat pengendapan (slump structure), atau dapat juga terjadi setelah batuannya terbentuk.
Unsur-unsur struktur lipatan, yaitu :
Antiklin, adalah puncak lipatan.
Sinklin, adalah lembah lipatan.
Core, bagian dari suatu lipatan yang letaknya disekitar sumbu lipatan.
Crest, daerah tertinggi dari suatu lipatan biasanya selalu dijumpai pada antiklin.
Depresion, daerah terendah dari puncak lipatan.
Culmination, daerah tertinggi dari puncak lipatan.
Enveloping Surface, gambaran permukaan (bidang imajiner) yang melalui semua Hinge Line dari suatu lipatan.
Limb (sayap), bagian dari lipatan yang terletak Downdip (sayap yang dimulai dari lengkungan maksimum antiklin sampai hinge sinklin), atau Updip (sayap yang dimulai dari lengkungan maksimum sinklin sampai hinge antiklin). Sayap lipatan dapat berupa bidang datar (planar), melengkung (curve), atau bergelombang (wave).
Fore Limb, sayap yang curam pada lipatan yang simetri.
Back Limb, sayap yang landai.
Hinge Point, titik yang merupakan kelengkungan maksimum pada suatu perlipatan.
Hinge Line, garis yang menghubungkan Hinge Point pada suatu perlapisan yang sama.
Hinge Zone, daerah sekitar Hinge Point.
Trough, daerah terendah pada suatu lipatan, selalu dijumpai pada sinklin.
*Sumber : Anonim, 2013
Gambar 8.14
Unsur-Unsur Struktur Lipatan
Axial line (hinge line), adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik pelengkungan maksimum pada setiap permukaan lapisan dari suatu struktur lipatan.
Axial surface (hinge surface), adalah bidang yang khayal dimana terdapat semua axial line dari suatu lipatan. Pada beberapa lipatan, bidang ini dapat merupakan suatu bidang planar dan dinamakan axial plane.
Crystal line, adalah suatu garis khayal yang terdapat pada setiap permukaan suatu antiklin.
Crystal surface, adalah suatu bidang khayal dimana terletak semua crystal line dari suatu antiklin.
Trough line, adalah suatu garis khayal yang menghubungkan titik-titik terendah pada suatu sinklin.
Trough surface, adalah suatu bidang khayal dimana terletak semua trough line dari semua sinklin.
Plunge, adalah sudut penunjaman dari axial line terhadap bidang horisontal dan diukur pada bidang vertikal.
Bearing, adalah sudut horisontal yang dihitung terhadap arah tertentu dan merupakan arah dari penunjaman suatu axial line.
Rake, adalah sudut antara axial line atau hinge line dengan bidang atau garis horisontal yang diukur pada axial surface.
Lipatan juga dapat diklasifikasikan berdasarkan besarnya kemiringan dari axial plane menjadi 3, yaitu recumbent fold, inclined fold dan upright fold, yaitu :
Bentuk recumbent fold utamanya diperlihatkan dengan posisi axial plane yang horisontal, walupun tidak murni horisontal memang. Sudut yang dibentuk oleh axial plane ini sendiri berkisar antara 00-100.
Bentuk inclined fold ditunjukkan oleh posisi axial plane yang yang miring dan membentuk sudut 100-700.
Bentuk upright fold, sudut yang dibentuk adalah 700-900yang itu berarti posisi dari axial plane tersebut hampir vertikal. Walaupun sebagian besar dari struktur lipatan memiliki anticlinal maupun synclinal axes yang relatif membulat, ada juga beberapa dari struktur lipatan tersebut yang tajam serta bersiku-siku. Struktur yang demikian ini disebut dengan chevron folds.
Lipatan berdasarkan porosan lipatan atau garis sumbu dan bentuknya terbagi atas 12 jenis, yaitu :
Lipatan Paralel adalah lipatan dengan ketebalan lapisan yang tetap.
Lipatan Similar adalah lipatan dengan jarak lapisan sejajar dengan sumbu utama.
Lipatan disharmonik adalah lipatan yang tidak teratur karena lapisannya tersusun dari bahan-bahan yang berlainan.
*Sumber : mydollarkuh.blogspot.com, 2013
Gambar 8.15.
Lipatan Disharmonik
Lipatan Ptigmatik adalah lipatan terbalik terhadap sumbunya.
*Sumber : http://upload.wikimedia.org, 2013
Gambar 8.16.
Lipatan Ptigmatik
Lipatan chevron adalah lipatan bersudut dengan bidang planar.
Lipatan isoklin adalah lipatan dengan sayap sejajar yang disebabkan oleh tekanan yang terus menerus.
Lipatan klin bands adalah lipatan bersudut tajam yang dibatasi oleh permukaan planar.
*Sumber : http://geologiunpad2010.files.wordpress.com, 2013
Gambar 8.17.
Lipatan Klin Band
Lipatan tegak adalah lipatan yang garis sumbunya membagi secara simetris atau sama besar antara antiklin dan sinklin.
Lipatan miring adalah lipatan yang garis sumbunya tidak simetris, membentuk sudut.
Lipatan menggantung adalah lipatan mirip lipatan miring tetapi bagian puncaknya terdorong sangat tinggi sehingga bentuknya seperti menggantung.
Lipatan rebah adalah lipatan yang tertekan terus menerus menyebabkan puncaknya melandai seperti rebahan.
Lipatan kelopak adalah lipatan yang bagian dalamnya bekerja daya tekanan dan sayap tengah tidak menjadi tipis.
Lipatan Seretan (Drag folds) adalah lipatan yang terbentuk sebagai akibat seretan suatu sesar
*Sumber : http://aanpambudi.files.wordpress.com, 2013
Gambar 8.18.
Macam – macam jenis Lipatan
Bentukan – bentukan khas yang terjadi pada lipatan adalah :
Bentukan berupa pola aliran trellis, pada bagian terdahulu telah dikemukan mengenai pola pengaliran trellis itu terdiri atas lembah-lembah besar yang sejajar satu sama lain (lembah subsekwen), dan anak-anak sungainya yang bermuara tegak lurus pada sungai yang sejajar tersebut. Anak-anak sungai tersebut merupakan lembah obsekuen, resekwen atau konsekwen.
Bentukan berupa punggungan antiklinal (anticlinal ridge), Merupakan punggungan atau pegunungan yang bertepatan dengan sinklinal. Pada umumnya deretan pegunungan itu sejalan dengan sumbu atau strike dari antiklinal itu. Bentuk punggungannya membulat dan relief halus, dengan lerengnya berupa dip dari struktur.
Bentukan berupa lembah antiklinal (anticlinal valley), merupakan lembah-lembah yang berkembang sepanjang sumbu antiklinal. Bentukan ini benar-benar menunjukkan pembalikan relief.
Bentukan lembah sinklinal (synclinal valley), merupakan lembah yang berkembang sepanjang sumbu sinklinal.
Bentukan punggungan sinklinal (synclinal ridge), Merupakan punggungan yang berkembang sepanjang sumbu sinklin. Ini pun menunjukkan adanya pembalikan relief yang sempurna. Punggungannya biasanya lebar dengan lereng yang curam.
Bentukan berupa punggungan homoklinal (homoclinal ridge), Punggungan homoklinal merupakan punggungan yang terdapat disetiap antiklinal/sinklinal akibat pengirisan lembah pada saya dan sepanjang sayap itu.
Bentukan berupa lembah homoklinal (homoclinal valley), Merupakan lembah yang berkembang pada sayap antiklin atau sinklin. Sayap antiklin yang berkembang menjadi lembah ini disebabkan oleh proses erosi atau denudasi yang kuat.
Sesuai penyaluran gayanya, bentuk-bentuk dasar konstruksi lipatan, yaitu piramidal, prismatis, dan semi-prismatis, yaitu :
Bentuk prismatis adalah bentuk yang terdiri dari bidang-bidang datar bersudut siku-siku dan bidang-bidang yang melintang tegak lurus pada kedua belah sisi ujung bidang datar bersudut siku-siku.
Bentuk piramidal adalah bentuk yang terdiri dari bidang-bidang datar berbentuk segi tiga.
Bentuk semi-prismatis adalah bentuk yang terjadi dari gabungan bentuk prismatis dan bentuk piramidal.
(Furqon, 2012)
H
H
*Sumber : Anonim, 2013
Gambar 8.19.
Unsur-Unsur Struktur Lipatan
Keterangan :
HS = Hinge surface
HA = Strike of hinge surface
HL = Hinge line
HB = Bearing of hinge line
α = Dip of hinge surface
β = Plunge of hinge line
γ = Rake of hinge line
Berdasarkan besarnya sudut kemiringan hinge surface dan sudut penunjang hinge line, lipatan dibedakan seperti pada tabel di bawah ini :
Tabel 8.1.
Hinge Surface dan Hinge Line
Angel
Term
Dip of Hinge Surface
Plunge of Hinge Line
00
Horizontal
Recumbent fold
Horizontal fold
10 – 100
Subhorizontal
Recumbent fold
Horizontal fold
100 – 300
Gentle
Gentle inclined fold
Gentle flunging fold
300 – 600
Moderate
Moderately inclined fold
Moderately plunging fold
600 – 800
Steep
Steeply inclined fold
Steeply plunging fold
800 – 890
Subvertical
Upright fold
Vertical fold
900
Vertikal
Upright fold
Vertical fold
Analisis lipatan dilakukan untuk mengetahui arah lipatan, kedudukan bidang sumbu dan garis sumbu, bentuk lipatan, penunjaman, dan pola tegasan yang berpengaruh terhadap pembentukan lipatan.
Untuk analisa lipatan berukuran kecil (micro fold), analisa dapat dilakukan di lapangan dengan cara mengukur langsung unsur-unsurnya, baik itu kedudukan garis-garis sumbu, bentuk lipatan, dan arah penunjaman. Untuk lipatan berskala besar (mayor fold), dimana sering terdapat bentuk utuhnya tidak dapat diamaati secara langsung atau struktur lipatan tersebut telah terkikis, maka akan dilakukan analisis sebagai berikut :
Mengukur kedudukan struktur bidang yang terlipat, yaitu bidang perlapisan (bedding atau lentation) pada batuan sedimen dan bidang-bidang foliasipada batuan metamorf.
Mengukur bidang-bidang dan garis-garis sumbu lipatan-lipatan kecil (hinge line of small fold).
Mengukur kedudukan deavage, yakni rekahan yang bervariasi sejajar dan umumnya sejajar pula dengan kedudukan bidang sumbu lipatan.
Mengukur perpotongan bidang-bidang perlapisan dengan deavage.
Metoda Rekonstruksi Lipatan
Untuk mempelajari lipatan, dapat dilakukan dengan pengukuran langsung dan merekontruksikannya dalam bentuk penampang atau analisa danmenggunakan diagram beta, phi diagram dan diagram kontur. Rekonstruksi lipatan umumnya dilakukan pada suatu lintasan atau pembuatan penampang pada peta geologi. Adapun cara yang dilakukan berdasarkan bentuk dan sifat batuan :
Metode Tangan Bebas (Free Hand Method)
Metode ini digunakan untuk lipatan pada batuan yang incompetent, dimana akan terjadi penipisan dan penebalan yang tidak teratur. Cara menggambarkannya dengan menghubungkan batas-batas lapisan mengikuti orientasi kemiringan.
Metode Busur Lingkar
Metode ini digunakan untuk lipatan pada batuan yang competent, misalnya lipatan paralel. Dasar dari metode ini adalah anggapan bahwa lipatan merupakan bentuk busur dari suatu lingkaran dengan pusatnya adalah perpotongan antara sumbu-sumbu kemiringan yang berdekatan. Untuk batas-batas lapisan yang dijumpai berulang pada lintasan yang direkontruksi, maka pembuatan busur lingkaran dilakukan dengan interpolasi.
Alat dan Bahan
Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
Clipboard
Pensil Mekanik
Rapido 0,3
Penggaris
Penggaris sablon 0,3
Penghapus
Busur
Jangka
Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah kertas A4s.
Praktikum Geologi Struktur
Rekonstruksi Lipatan
M. Faisal Amiruddin
H1C112251