Oleh : Yudi Purnomo, M.Kes,Apt.
Beberapa fungsi Susunan saraf pusat (SSP) dapat mengalami Stimulasi & Depresi krn pengaruh obat. Struktur Anatomi & Fisiologi SSP terlebih dahulu perlu dipahami utk memudahkan mempelajari efek obat SSP.
1.
Serebrum (Otak besar) Pusat tertinggi susunan saraf & mrp pusat kesadaran, ingatan, sensoris, pusat penyesuaian diri & pengatur refleks. Rangkaian fungsional antara sensoris, motoris & pengaturannya.
2. Hipotalamus Terletak di bawah talamus yg mrp stasiun pengatur susunan saraf otonom, suhu tubuh, cairan tubuh, metabolisme lemak, karbohidrat, tidur, kelenjar hiposfisis. Di daerah hipotalamus tdp sistem retikuler yg mengatur kewaspadaan, perhatian, kesiapan individu, gerakan otot lurik (otot sadar).
3. Talamus Terletak di bagian bawah serebrum yg berfungsi sbg pengatur memori otomatis. 4. Serebelum (otak kecil) Pengatur keseimbangan otot, shg dpt berdiri tegak. Kerusakan serebelum menyebabkan px tdk dpt berdiri tegak dg menutup mata
5. Medula Oblongata Pusat pengaturan sistem pernapasan, kardiovaskular, refleks, indera, kelenjar. 6. Medula spinalis Pusat refleks dari setiap bagian tubuh dan ekstermitas
SUSUNAN SARAF OTONOM
Obat SSP menekan / menstimulasi seluruh atau bagian tertentu dari SSP. Jika terdapat penekanan thd pusat sensorik tjd kelelahan, mengantuk berlanjut dg kehilangan kesadaran. Bila penekanan thd motorik tjd kelemahan otot lurik, kelumpuhan ringan hingga kelumpuhan total
Stimulasi pusat sensorik akan timbul kegembiraan, kegelisahan, sulit tidur, mudah marah, pikiran kacau, hingga ilusi dan halusinasi. Stimulasi motorik terjadi tremor, kekejangan otot lurik hingga serangkaian konvulsi dimana pasca konvulsi diikuti kelelahan otot (paralisa). Keadaan ini diawali tdk terkendalinya gerakan motorik (ggn gerakan kasar-halus)
Obat yg menekan SSP secara selektif : 1. Analgesik & Antipiretik (pusat suhu & hipotalamus) 2. Antipsikotik (hipotalamus & retikuler) 3. Narkotika (korteks, talamus, dan hipotalamus) 4. Obat anti epilepsi epilepsi (sumber perangsangan dr fokus)
Obat yg merangsang seluruh SSP tdk dikenal tapi kebanyakan obat perangsang SSP bersifat selektif dan menjadi perangsang umum pada toksisitas. Obat yg bersifat merangsang SSP : 1. Stimulan Psikomotor (Xantin, Nikotin, Kokain, Amfetamin) 2. Stimulan Psikomimetik (Halusinogen : THC, Fenilsiklidin, LSD)
Obat Stimulan susunan saraf pusat dpt dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu : 1. Stimulan Psikomotor
2. Psikotomimetik (Halusinogen)
Metilxantin
Nikotin
Kokain
Amfetamin
Golongan Stimulan psikomotor mpy efek : - Eksitasi dan euforia, - Mengurangi perasaan lelah dan - Meningkatkan aktivitas motorik
Gol Metilxantin : Teofilin, Kafein & Teobromin. Mekanisme kerja : Translokasi Ca ekstrasel, ↑ cAMP & cGMP dg akibat penghambatan fosfodiesterase. Efek pada SSP : Dosis Kafein 122-200 mg : ↑ kesiagaan mental o.k rangsangan pd korteks & otak. Dosis 1,5 g kafein (12-15 cangkir kopi) menimbulkan ansietas & gemetar.
Sistem Kardiovaskular : Kafein dosis tinggi tjd ↑ denyut nadi dan kontraktilitas jantung. Sistem GIT : ↑ sekresi asam lambung HCl Sistem Diuretik : ↑ produksi Na, K, Cl urine. Penggunaan dalam Terapi (Tx) ; Teofilin utk Melemaskan otot polos bronkus (bronkodilator) pd penderita asma.
Farmakokinetika : - Metilxantin (MX) per oral mudah diabsorpsi & didistribusikan. - Obat dpt didistribusikan ke seluruh tubuh termasuk Otak dan dapat melewati plasenta ke janin & diekresikan via ASI. - MX dimetabolisme dlm hati - MX diekresikan melalui urine.
Efek Samping : -Dosis sedang : Ansietas, Insomnia, Agitasi -Dosis tinggi : Muntah & konvulsi -Dosis letal : Aritmia jantung -Pada penggunaan kafein secara rutin (> 600 mg kopi ~ 6 cangkir kopi / hari), penghentian mendadak sakit kepala “gejala putus obat”
Zat aktif pd tembakau, tdk digunakan utk terapi kecuali Tx penghentian rokok. Mekanisme kerja : Dosis rendah stimulasi ganglion. Dosis tinggi penghambatan ganglion. Efek SSP : Dosis rendah : euforia, ↑ Kesadaran, ↑ atensi relaksasi, ↑ daya belajar, ↑ kecepatan reaksi Dosis tinggi : paralisa pernapasan & hipotensi
Efek perifer : Stimulasi ganglion simpatik & medula ↑ tekanan Darah & nadi Stimulasi ganglion parasimpatik : ↑ aktifitas motorik saluran Cerna
Farmakokinetika : - Mudah m’nembus sawar otak. - Metabolisme di hati & paru diekresi via urine Efek samping : ↑ Denyut jantung & tekanan Darah ↑ Metabolisme beberapa Obat
Obat yg bersifat sangat adiktif, tidak mahal, mudah diperoleh dan sering disalahgunakan.
Mekanisme Kerja : - Bekerja di sentral & perifer dg inhibisi i nhibisi ambilan balik NE, serotonin & dopamin ke tempat transmiter tersebut dilepaskan. - P’hambatan (inhibisi) ini ↑ respon SSP . - Pemanjangan efek dopaminergik plg byk terjadi m’bawa efek kenikmatan dlm otak & rasa gembira yg berlebihan.
Efek pada SSP : - Perangsangan pada Korteks & sambungan otak. - ↑ kesadaran mental, perasaan sehat, euforia, halusinasi, paranoid. - Memacu aktifitas motorik - Pada dosis tinggi tremor, kejang, depresi pernapasan & vasomotor Efek saraf Simpatik : - ↑ kerja norepinefrin & menghasilkan sindrom “fight & flight” yg khas utk stimulasi adrenergik - Takikardi, hipertensi, midriasis, vasokontriksi
Penggunaan dlm Terapi : - Anestesi lokal tindakan bedah mata & THT - Satu-satunya anestesi lokal yg bersifat vasokontriksi. Farmakokinetika : - Rute pemakaian : dikunyah, di kunyah, dihirup, rokok, injeksi I.V. - Efek puncak 15-20 menit per inhalasi. i nhalasi. - I.V efek cepat & lama kerja pendek.
III.
Efek samping : - Ansietas - Kejang - Aritmia jantung - Kecepatan respirasi ↑ - Depresi, setelah m’stimulasi SSP diikuti periode depresi mental. - Pecandu yg m’hentikan pemakaian kokain memperlihatkan depresi emosional, fisik serta agitasi.
III.
Mekanisme Kerja : - Efek pada SSP & SSP (perifer) secara tdk langsung artinya tgt pd ↑ kadar transmiter. - Amfetamin m’hambat monoamin oksidase (MAO) peningkatan respon SSP & atkivasi NE & anti depresi obat. - Efek euforia berlangsung 4-6 jam atau 4-8 kali lebih lama dari kokain.
Efek SSP : - Memacu serebrospinalis keseluruhan korteks, batang otak & medula. - ↑ kesiagaan, berkurangnya keletihan, menekan nafsu makan, insomnia. - Pada dosis tinggi : menimbulkan kejang Efek Saraf simpatik : - M’pengaruhi sistem adrenergik - Memacu reseptor scr tak langsung melalui Norepinefrine.
Penggunaan dalam terapi : - Sindrom kurang atensi - Narkolepsi - Pengatur nafsu makan - Terapi depresi. Farmakokinetika : - Amfetamin diabsorbsi dalam sal. Cerna - Dimetabolisme di hati - Di ekskresikan melalui urine.
Efek Samping : a. Efek pusat : Insomnia, Iritabel, lemah, pusing, gemetar, adiksi, refleks hiperaktif, sakit kepala, menggigil. b. Efek Kardiovaskular : Palpitasi, aritmia, hipertensi, angina c. Efek pencernaan : Anoreksia, mual, muntah, kram perut, diare.
Golongan Psikotomimetik (halusinogen) dapat menimbulkan : - Perubahan pola pemikiran - Perubahan perasaan - Sedikit b’pengaruh pada batang otak & sumsum tulang belakang.
Stimulan SSP sedikit digunakan dalam klinik tetapi penting dlm penyalahgunaan obat, selain obat golongan depresan SSP.
Terdapat 3 contoh senyawa Halusinogen : 1. Asam lisergik dietilamid (LSD) 2. Tetrahidrocanabinol (THC) 3. Fensiklidin (PCP)
Efek utama obat golongan ini adalah menimbulkan perubahan persepsi & mimpi. Perubahan a.l : ruang, warna, sinar, bentuk Individu di bwh pengaruh obat ini tdk t dk dpt mengambil keputusan scr normal. Senyawa ini dikenal sbg zat halusinogen atau Psikotomimetik.
Terjadi aktivasi saraf simpatik yg menyebabkan - dilatasi pupil - ↑ suhu tubuh - ↑ tekanan darah
- bulu roma berdiri
Dosis rendah LSD : Halusinasi dg warna berkilauan & perub. perasaan & pikiran.
Dapat menimbulkan toleransi, adiksi Efek non klinik : hiperrefleksi, mual, kelemahan otot, perubahan psikotik.
Alkaloid utama pd Ganja (Cannabis
sativa)
Mekanisme kerja THC blm diketahui pasti.
Efek THC menyebabkan : - Euforia yg diikuti mengantuk & relaksasi - ↓ memori jangka pendek & aktv. mental - ↓ kekuatan otot & aktivitas motorik. - ↓ nafsu makan - Mulut kering, halusinasi visual, delusi - ↑ aktivitas sensorik
Efek maksimal setelah 20 menit secara inhalasi & setelah 3 jam hilang efek tsb hilang. Efek samping : - ↑ denyut jantung - ↑ tekanan darah - Konjuctiva merah
Dosis tinggi : Psikosis toksik
Penggunaan berulang : toleransi & adiksi
Penggunaan dalam terapi : anti emetik yg poten utk penderita Ca yg di kemoterapi.
Analog senyawa ketamin menyebabkan anestesi disosiasi ( kehilangan sensasi nyeri tanpa kehilangan kesadaran) & analgesik. Terjadi gangguan melangkah, bicara kaku, otot kaku & kekacauan. Peningkatan dosis : anestesi, stupor, koma tapi mata tetap terbuka. Peningkatan sensitivitas SSP dpt terjadi sampai 1 minggu. Efek adiksi > kuat dibandingkan THC & LSD
SEKIAN & TERIMA KASIH
SELAMAT MEMPERSIAPKAN UTS
MINGGU DEPAN