BAB I PENDAHULUAN
Katarak berasal dari Katarrhakies (Yunani), Cataract (Inggris), dan Cataracta (Latin) yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh . Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa. !enuaan merupakan penyebab katarak yang terbanyak, tetapi banyak juga "aktor lain yang mungkin terlibat, antara lain trauma, toksin, penyakit sistemik, merokok, dan herediter. Katarak dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu berdasarkan maturitas katarak, berdasarkan lokasi terjadinya katarak, berdasarkan usia, dan berdasarkan #aktu temuan klinis$. %erdasarkan maturitas katarak, katarak dibagi menjadi empat jenis, yaitu katarak insipien, katarak immatur, katarak matur, dan katarak hipermatur. %erdasarkan letak terjadinya katarak, katarak dibagi menjadi tiga jenis, yaitu katarak kortikal, katarak subkapsular posterior, dan katarak sklerotik nuklear. %erdasarkan usia, katarak dibagi menjadi tiga jenis, yaitu katarak in"antil, katarak ju&enil, dan katarak senilis. Dan berdasarkan #aktu temuan klinis, katarak dibagi menjadi dua, yaitu katarak kongenital dan katarak didapat. 'alah satu penyebab katarak didapat adalah pemakaian kortikosteroid jangka panjang$. Kortikosteroid merupakan deri&at hormon kortikosteroid yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Kortikosteroid hormonal dapat digolongkan menjadi glukokortikoid dan mineralokortikoid. %erdasarkan cara penggunaannya, kortikosteroid dapat dibagi dua, yaitu kortikosteroid sistemik dan kortikosteroid topikal . Kortikosteroid banyak dipakai oleh penderita penyakit sistem imun dan penyakit atopik. !ada penyakitpenyakit tersebut, biasanya kortikosteroid digunakan dalam jangka panjang. !emakaian kortikosteroid dalam jangka panjang dapat menginduksi terjadinya katarak yang disebut steroid-induced cataract$. *leh karena itu, penulis akan membahas lebih lanjut menge nai steroid-induced cataract sehingga dapat memberikan in"ormasi untuk mengenali katarak terinduksi kortikosteroid tersebut.
BAB II 1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
ANATOMI LENSA
Anatomi
Lensa kristalina adalah struktur yang jernih, transparan, dan bikon&eks yang mempunyai "ungsi untuk mempertah ankan kejernihannya sendiri, membiaskan cahaya, dan menyediakan daya akomodasi. Lensa tidak mempunyai suplai darah atau persyara"an setelah perkembangan janin dan bergantung kepada a+ueous humor untuk memenuhi kebutuhan metabolik dan memba#a pergi limbahnya . Lensa terletak di posterior iris dan di anterior badan &iterous. Lensa dipertahankan kedudukannya oleh -onula inn yang mengandu ng serat halus dan kuat yang melekat pada badan siliaris. Lensa terdiri dari kapsul, sel epitel lensa, korteks, dan nukleus.
/ambar . !enampang lensa kristalina, menunjukkan hubungan lensa ke sekitar struktur lensa
Kutub anterior dan kutub posterior lensa disatukan melalui garis imajiner yang disebut aksis optik, yang mele#ati melalui kedua kutub tersebut. /aris pada permukaan yang berjalan dari satu kutub ke kutub lainnya disebut meridian . Lensa dapat membiaskan cahaya karena indeks biasnya berbeda dari a+ueous dan &itreous yang berada disekitarnya. !ada keadaan tidak berakomodasi, lensa berkontribusi sekitar 0$1 dioptri (D) dari sekitar 21 D kekuatan bias kon&ergen pada mata manusia kebanyakan3 kornea menyediakan 10 D .
2
/ambar $. 'truktur lensa manusia normal
Lensa terus tumbuh selama kehidupan. 'aat lahir, ukuran lensa antarekuator sekitar 2, mm dan tebal sekitar ,0 mm dengan berat sekitar 41 mg. !ada orang de#asa kebanyakan berukuran 4 mm antarekuator dan tebal 0 mm dengan berat sekitar $00 mg. %erjalan usia, ketebalan korteks lensa bertambah3 lensa juga mengadopsi bentuk yang semakin melengkung sehingga lensa yang lebih tua memiliki lebih banyak kekuatan bias. 5amun, indeks bias menurun bersamaan dengan bertambahnya usia. Dengan demikian, mata dapat menjadi lebih hiperopi atau lebih miopi dengan usia, bergantung dengan perubahanperubahan perla#anan. Histologi
'ecara histologis, lensa memiliki tiga komponen utama 06 . Kapsul lensa
3
Lensa dibungkus oleh simpai tebal (1$1 7m), homogen, re"raktil, dan kaya akan karbohidrat, yang meliputi permukaan luar selsel epitel. Kapsul ini merupakan suatu membran basal yang sangat tebal san terutama terdiri atas kolagen tipe I8 dan glikoprotein. Kapsul lensa paling tebal berada di ekuator ( 7m) dan paling tipis pada kutub posterior ( 7m). Kapsul lensa bersi"at semipermeabel, artinya sebagian -at dapat mele#ati lensa dan sebagian lagi tidak0. $. 9pitel su bkapsular 9pitel subkapsular terdiri atas sel epitel kuboid yang hanya terdapat pada permukaan anterior lensa. 9pitel subkapsular yang berbentuk kuboid akan berubah menjadi kolumnar di bagian ekuator dan akan terus memanjang dan membentuk serat lensa. Lensa bertambah besar dan tumbuh seumur hidup dengan terbentuknya serat lensa baru dari selsel yang terdapat di ekuator lensa. 'elsel epitel ini memiliki benyak interdigitasi dengan seratserat lensa0. . 'erat lensa 'erat lensa tersusun memanjang dan tampak sebagai struktur tipis dan gepeng. 'erat ini merupakan selsel yang sangat terdi"erensiasi dan berasal dari selsel subkapsular. 'erat lensa akhirnya kehilangan inti serta organelnya dan menjadi sangat panjang. 'elsel ini berisikan sekelompok protein yang disebut kristalin0.
/ambar . :istologi lensa6 ) kapsul yang mengandung kolagen tipe I83 $) 9pitel subkapsular yang berupa sel epitel kuboid3 ) 'erat lensa yang telah kehilangan inti dan berisi crystallins
2.2.
FISIOLOGI LENSA
4
'elama kehidupan, sel epitel lensa di ekuator membelah dan berkembang menjadi serat lensa, mengakibatkan pertumbuhan lensa yang terus menerus. 'el lensa dengan tingkat metabolisme tertinggi ditemukan pada sel epitel dan korteks bagian luar. 'el super"isial ini meman"aatkan oksigen dan glukosa untuk transport akti" elektrolit, karbohidrat, dan asam amino ke lensa. Karena lensa a&askular, tugas menjaga kejernihan lensa memiliki beberapa tantangan. 'el yang lebih tua, yang ditemukan menuju ke pusat lensa, harus mampu berkomunikasi dengan selsel super"isial dan lingkungan luar lensa. Komunikasi ini dilakukan melalui low-resistance gap junction yang mem"asilitasi pertukaran molekul molekul kecil dari sel ke sel. 'el serat lensa juga mempunyai kanal air yang melimpah di membrannya, terbuat dari Major Intrinsic Protein (;I!3 a+uaporin 1). ;asih belum jelas apakah ;I! ber"ungsi utama sebagai kanal air, sebagai molekul adesi yang meminimalisir ruang ekstraseluler antarsel serat, atau sebagai keduanya di lensa. ;eminimalisir ruang ekstraseluler antarsel serat penting untuk mengurangi hamburan cahaya saat cahaya mele#ati lensa. Mn!aga "sim#angan ai$ %an "ation lnsa
Lensa mengalami dehidrasi dan mempunyai kadar ion kalium (K
>
) dan asam amino
yang lebih tinggi dari sekitar a+ueous dan &iterous. 'ebaliknya, lensa mempunyai kadar ion natrium (5a >), ion klorida (Cl ), dan air lebih rendah dari lingkungan sekitarnya. Keseimbangan kation antara bagian dalam dan luar lensa merupakan hasil dari si"at 5
permeabilitas membran sel lensa dan akti&itas pompa natrium yang berada dalam membran sel epitel lensa dan antarsel lensa. !ompa natrium ber"ungsi mengeluarkan ion natrium saat menarik ion kalium masuk. ;ekanis me ini bergantung dengan pemecahan dari adenosine
triphosphate (!) dan diatur oleh en-im 5a >, K>!ase. Keseimbangan ini mudah terganggu oleh penghambat !ase tertentu. Inhibisi 5a >, K>!ase mengakibatkan kehilangan keseimbangan kation dan peningkatan kadar air di lensa .
Pump-leak theory Kombinasi transport akti" dan permeabilitas membran sering disebut sebagai sistem
pump-leak lensa. %erdasarkan pump-leak theory, kalium dan beberapa molekul lain, seperti asam amino, ditransportasi secara akti" ke lensa melalui epitel secara anterior. Kemudian, natrium mengalir masuk melalui belakang sel epitel (posterior). Di anterior lensa didapatkan kedua ion3 kalium terkonsentrasi di anterior lensa, natrium terkonsentrasi di posterior lensa . A"omo%asi
6
/ambar . %entuk saat melihat dekat dan berakomodasi ('umber6 ###.optiknisna.in"o)
2.*.
STEROID-INDUCED CATARACT
2.*.1. DEFINISI
Steroid-induced cataract adalah kekeruhan pada lensa akibat penggunaan obat kotikosteroid baik sistemik maupun topikal dengan dosis sedangtinggi dalam jangka panjang.
Steroid-induced cataract
terkenal merupakan komplikasi dari pemakaian
2
kortikosteroid sistemik .
2.*.2. ETIOLOGI
Steroid-induced cataract disebabkan oleh pemakaian kortikosteroid, baik topikal maupun sistemik. !eningkatan risiko untuk terjadinya katarak subkapsular posterior telah lama diketahui pada pengobatan kortikost eroid sistemik. !ada pemakaian kortikosteroid sistemik, telah dilaporkan terjadinya katarak ada setelah pemakaian selama minimal $ bulan.
7
%iasanya membutuhkan #aktu bulanan hingga tahunan penggunaan kotrikosteroid sistemik untuk terjadinya katarak @. !ada penelitian %lack dkk (421), terdapat kasus
steroid-induced cataract
subkapsular posterior (!'C) pada @ pasien yang diterapi secara sistemik dengan kortikosteroid dan mengalami !'C bilateral. Kasus katarak tersebut muncul setelah sekitar tahun terapi dan ditemukan pada $4= penggunaan regimen kortikosteroid moderate (0144 mgAhari kortisol) dan @0= pada pengguna regimen steroid dosis tinggi (B11 mgAhari kortisol atau BmgAhari dexamethasone).
2.*.*. PATOGENESIS
;ekanisme terjadinya steroid-induced cataract masih belum jelas. 5amun ada beberapa teori yang mungkin merupakan mekanisme terjadinya steroid-induced cataract, yaitu akti&asi reseptor glukokortikoid, penghambatan proli"erasi dan di"erensiasi normal sel epitel lensa, dan ikatan langsung steroid dengan protein lensa . ;enurut bahasan obling dan
cadherin, protein yang terlibat di adhesi sel ke matriks ekstraseluler dan di jalur signal G catenin seluler.
/ambar 0. Hormasi katarak steroid6 alurApotensial "aktor yang berkontribusi dalam "ormasi steroid-induced
posterior subcapsular cataract
2.*.+. GEJALA KLINIS
Kekeruhan lensa dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala dan dijumpai pada pemeriksaan mata rutin. /ejala katarak yang sering dikeluhkan adalah6 . !enurunan tajam penglihatan $. 'ilau . Diplopia monokular atau polipia . !englihatan halo 0. !enurunan sensiti&itas kontras
?abel . Katarak dan 9"eknya pada ?ajam !englihatan 9
Laju pertumbuhan
Kesilauan
9"ek pada penglihatan jauh
9"ek pada penglihatan dekat
Induksi miopia
Kortikal
'edang
'edang
Eingan
Eingan
?idakada
5uklear
Lambat
Eingan
'edang
?idak ada
'edang
Cepat
elas
Eingan
elas
'ubkapsular posterior
?idakada
2.*.,. PEME-IKSAAN PENUNJANG Pm$i"saan %ngan Slitlamp
Slitlamp adalah sebuah mikroskop binokular yang terpasang pada meja dengan sumber cahaya khusus yang dapat diatur. 'eberkas cahayacelah pijar yang lurus dijatuhkan pada bola mata dan menyinari potongan sagital optik mata. Karena berkas cahayacelah menampakkan potongan sagital optik mata, dapata ditentukan lokasi anteroposterior yang tepat dari suatu kelainan dalam setiap struktur mata yang jernih (misal kornea, lensa, badan &itreous)$.
Shadow Test
Shadow test adalah suatu pemeriksaan untuk mengetahui tingkat maturitas dari katarak dengan melihat bayangan iris. ika shadow test positi", katarak tersebut immatur. 'ebaliknya, jika shadow test negati", katarak tersebut matur.
2.*.. DIAGNOSIS
!enegakan diagnosis pada katarak dapat dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan "isik, dan pemeriksaan penunjang. !ada anamnesis, didapatkan keluhan seperti penurunan tajam penglihata n, silau, penglihatan halo, penurunan sensiti&itas kontras, dan lebih mudah melihat pada kondisi remang. !ada anamnesis juga dapat didapatkan ri#ayat penyakit yang berkaitan dengan sistem imun (misal reumatoid arthritis, 'L9), ri#ayat penyakit atopik (misal dermatitis atopik, asma), dan ri#ayat penggunaan obat kortikosteroid jangka lama baik topikal maupun sistemik. !ada pemeriksaan "isik dapat didapatkan penurunan &isus dan lensa keruh. !ada pemeriksaan penunjang dapat dilakuk an pemeriksaan dengan slitlamp untuk 10
melihat kejernihan lensa dan bagian lensa mana yang keruh (lokasi katarak) dan shadow test untuk menilai tingkat maturitas dari katarak tersebut $,,2@.
2.*./. PENATALAKSANAAN Non)a$ma"ologis
!enurunan dosis atau penghentian pemakaian obat kortikosteroid@. Tin%a"an O&$ati) E"st$a"si "ata$a" int$a"a&s(la$ , suatu tindakan mengangkat seluruh lensa berikut
kapsulnya, jarang dilakukan pada saat ini. Insiden terjadinya ablatio retinae pascaoperasi jauh lebih tinggi dengan tindakan ini dibandingkan dengan pascabedah ekstrakapsular. 5amun, bedah intrakapsular tetap merupakan suatu prosedur yang berguna, khususnya bila tidak tersedia "asilitas untuk melakukan bedah ekstrakapsular$. E"st$a"si "ata$a" "st$a"a&s(la$, suatu tindakan mengangkat seluruh lensa dengan
meninggalkan bagian posterior kapsul lensa. ;etode ini yang umum dipilih untuk katarak de#asa atau anakbesar. !enanaman lensa intraokular (I*L) merupakan bagian dari prosedur ini. Lensa intraokular memiliki banyak jenis, tetapi sebagian besar desain terdiri atas sebuah optik bikon&eks di sentral dan dua buah kaki (haptik) untuk mempertahankan optik di posisinya. !osisi lensa intraokular yang optimal adalah di dalam kantung kapsular setelah dilakukannya prosedur ekstrakapsular $.
2.*.0. P-OGNOSIS
*perasi katarak kontemporer memiliki tingkat keberhasilan yang sangat baik, baik meningkatkan tajam penglihatan maupun meingkatkan "ungsi &isual subjekti". Lebih dari 41= mencapai ketajaman &isual sebesar $1A1 atau lebih baik. ?ingkat pencapaian ketajaman pascaoperasi dari $1A1 atau lebih baik untuk semua mata adalah 0= dan telah dilaporkan tingkat pencapaian 4= pada mata dengan kondisi komorbid, seperti retinopati diabetikum, glaukoma, dan degenerasi makula terkait usia .
2.*.. KOMPLIKASI 11
Komplikasi dari operasi katarak dapat terjadi selama operasi (intraoperati") dan setelah operasi (postoperati"). Komplikasi yang terjadi intraoperati" adalah 6 . Euptur kapsul posterior atau -onula $. Kehilangan &itreousA&itrektomi anterior atau aspirasi . ?rauma pada irisAbadan siliaris . :ilangnya material nukleus ke &itreous 0. !erdarahan suprakoroidal 2. !erdarahan retrobulbar Komplikasi yang terjadi postoperati" adalah 6 . C;9 $.
BAB III 12
KESIMPULAN
Steroid-induced cataract disebabkan oleh pemakaian kortikosteroid, baik topikal maupun sistemik. !ada pemakaian kortikosteroid sistemik, telah dilaporkan terjadinya katarak ada setelah pemakaian selama minimal $ bulan. ;ekanisme yang mungkin untuk terjadinya steroid-induced cataract adalah akti&asi reseptor glukokortikoid, penghambatan proli"erasi dan di"erensiasi normal sel epitel lensa, dan ikatan langsung steroid dengan protein lensa. Katarak dapat diterapi dengan penurunan dosis atau penghentian pemakaian kortikosteroid dan tindakan operati" ekstraksi katarak intrakaps ular (ICC9) dan ekstraksi katarak ekstrakapsular (9CC9). Keberhasilan operasi katarak sangat baik. Lebih dari 41= mencapai ketajaman &isual sebesar $1A1 atau lebih baik. ?ingkat pencapaian ketajaman pascaoperasi dari $1A1 atau lebih baik untuk semua mata adalah 0= dan telah dilaporkan tingkat pencapaian 4= pada mata dengan kondisi komorbid (Eetinopati diabetikum, glaukoma, dan degenerasi makula terkait usia).
DAFTA- PUSTAKA
13
. Ilyas, '. $11. Katarak dalam uku Ilmu Penyakit Mata !disi Ketiga. akarta6 %alai !enerbit HKFI. $. :arper, E.<. dan .!. 'hock. $114. "ensa dalam uku #aughan $ %sbury& 'ftalmologi
umum. akarta6 9/C. . ohan, E. $10. Penggunaan Kortikosteroid (opikal yang (epat. I
and Clinical Science Course %merican %cademy of 'phthalmology. Italia6 (he !ye M)*) %ssociation. 0. un+ueira, L.C. $11@. +istologi *asar& (eks dan %tlas !disi ,. akarta6 9/C. 2. 'uh, '.Y., .I. Kim, '.. Kim, dan Y.'. Yu. $1. Systemic steroid-induced cataracts in
children& long-term changes in morphology and .isual acuity .
Systemic Corticosteroids. 9lse&ier, @0@00. . ames, 9.E. $11@. (he !tiology of Steroid Cataract . ournal o" *cular !harmacology and ?herapeutic, &olume $ no.06 1.
14