STANDAR TATA RUANG BIOSKOP DITINJAU DARIPENGARUHNYA DARIPENGARUHNYA TERHADAP KESEHATAN MANUSIA PENGETAHUAN LINGKUNGAN HIDUPOLEH :
I Nyoman Heriana (0804405024) I Komang Surya Satria D. (0804405041) Putu Rusdi Ariawan (0804405050) I Kadek Sastrawan (0804405051) I. A. Kade Sita Laksmita (0804405059) Kadek Agus Nata R. (0804405081) I Putu Wiranata N. (0804405083) Made Agus Widiartha (0804405085) (0804405085) I Dw Gd. Suganda H. (0804405098) JURUSAN TEKNIK ELEKTROFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANADENPASAR2010
STANDAR TATA RUANG BIOSKOP DITINJAU DARI PENGARUHNYA TERHADAP KESEHATAN MANUSIA (Suatu Kajian Pustaka) Mahasiswa Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Bali, 80361
Abstrak
Sarana umum dapat dinyatakan memenuhi syarat kesehatan lingkungan apabila telahmemenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni dan masyarakat sekitarnya, selain itu harus memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya kecelakaan. Gedung bioskop adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya dengan membayar dapat menonton film di tempat tersebut. Sanitasi Bioskop memberikan berbagai indikator yang harus diperhatikan dengan indikator dan parameter antara lain Letak gedung, Lingkungan Bioskop dengan parameter sanitasi antara lain mencakup persyaratan pada halaman dan gedung. Sound system yang baik digunakan di gedung bioskop adalah sound system stereo dengan peletakan pengeras suara pada dinding dalam jarak yang sama antara yang satu dengan yang lain, sehingga suara akan diterima merata oleh penonton. Suara diukur dengan satuan decibel (dB) antara 80 – 85 dB. Sistem pencahayaan tidak boleh menyilaukan mata maksimal 150 lux. Jarak ideal layar dengan proyektor ±40 m sedangkan jarak antara layar dengan kursi terdepan adalah minimal 10 m. Bagian tepi layar atas, bawah dan samping kiri dan kanan berturut-turut maksimum membentuk sudut 60º-80º dengan titik mata untuk penonton terdepan. Tiap penonton harus
STANDAR TATA RUANG BIOSKOP DITINJAU DARI PENGARUHNYA TERHADAP KESEHATAN MANUSIA (Suatu Kajian Pustaka) Mahasiswa Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Bali, 80361
Abstrak
Sarana umum dapat dinyatakan memenuhi syarat kesehatan lingkungan apabila telahmemenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni dan masyarakat sekitarnya, selain itu harus memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya kecelakaan. Gedung bioskop adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya dengan membayar dapat menonton film di tempat tersebut. Sanitasi Bioskop memberikan berbagai indikator yang harus diperhatikan dengan indikator dan parameter antara lain Letak gedung, Lingkungan Bioskop dengan parameter sanitasi antara lain mencakup persyaratan pada halaman dan gedung. Sound system yang baik digunakan di gedung bioskop adalah sound system stereo dengan peletakan pengeras suara pada dinding dalam jarak yang sama antara yang satu dengan yang lain, sehingga suara akan diterima merata oleh penonton. Suara diukur dengan satuan decibel (dB) antara 80 – 85 dB. Sistem pencahayaan tidak boleh menyilaukan mata maksimal 150 lux. Jarak ideal layar dengan proyektor ±40 m sedangkan jarak antara layar dengan kursi terdepan adalah minimal 10 m. Bagian tepi layar atas, bawah dan samping kiri dan kanan berturut-turut maksimum membentuk sudut 60º-80º dengan titik mata untuk penonton terdepan. Tiap penonton harus
dapat melihat dengan sudut pandang maksimal 30˚. Jarak antara kursi penonton dengan kursi lain minimal 40 cm.
Kata kunci : Tata Ruang Bioskop, Standar Perangkat Bioskop.
PENDAHULUAN
Sarana dan bangunan umum merupakan tempat dan atau alat yang dipergunakan oleh masyarakat umum untuk melakukan kegiatannya, oleh karena
itu
perlu
dikelola
demi
kelangsungan
kehidupan
dan
penghidupannya untuk mencapai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial, yang memungkinkan penggunanya hidup dan bekerja dengan produktif secara social ekonomis. Sarana dan bangunan umum dinyatakan memenuhi syarat kesehatan lingkungan apabila memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni, dan masyarakat sekitarnya, selain itu harus memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya kecelakaan. Jenis jenis tempat umum yang sangat memerlukan memerlukan pengawasan pengawasan antara lain Hotel, Restourant, Kolamrenang, Pasar, Bioskop, tempat-tempat rekreasi, tempat-tempat ibadah, pertokoan, pemangkas rambut, salon, Stasiun kereta api atau bus, dan rumah sakit. Dan pada saat ini penulis akan membahas lebih rinci mengenai sanitasi di Bioskop. Yang dimaksud dengan gedung biosko padalah suatu tempat termasuk fasilitasnya dimana umum dengan membayar dapat menonton film ditempat tersebut. Dasar pelaksanaan
Penyehatan
Lingkungan
Bioskop
adalah
Kep.
Menkes288/Menkes/SK/III Menkes288/Menkes/SK/III/2003 /2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan
Bangunan Umum. Gedung pertunjukan merupakan suatu tempat yang mempunyai bangunan atau gedung dengan konstruksi tertentu dimana umum berkumpul dan dapat melihat pertunjukan pada sebuah panggung. Sanitasi Bioskop memberikan berbagai indikator yang harus diperhatikan dengan indikator dan parameter antara lain Letak gedung, Lingkungan Bioskop dengan parameter sanitasi antara lain mencakup persyaratan pada halaman dan gedung. Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas,
dapat
dirumuskan
permasalahannya
sebagai
berikut:
Bagaimanakah standar tata ruangbioskop? Karya Ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh peralatanbioskop
memancarkan
radiasi
gelombangelektromagnetik
terhadap kesehatan manusia.
METODE PENELITIAN
Tipe penelitian ini tergolong kedalam penelitian hukum normatif dan penelitian hokum kepustakaan maka titik berat penelitian mempergunakan bahan hukum bukan data, sehingga data primer yang dipergunakan hanya bersifat memperkuat, melengkapi dan menunjang, kemudian sumber data sekunder dilakukan melalui sumber data kepustakaan (library research) yang terdiri dari bahan hokum primer dan bahan hukum sekunder. Adapun bahan hukum primer yang digunakan terutama berpusat dan bertitik tolak pada peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia seperti Kep.
Menkes288/Menkes/SK/III/2003
tentang
Pedoman
Penyehatan
Sarana dan Bangunan Umum. Berikutnya dipergunakan pula bahan hokum sekunder berupa pendapat hasil-hasil penelitian, kegiatan ilmiah dan
beberapa informasi dari media masa. Pendekatan masalah yang dipakai terhadap penelitian ini, adalah beberapa pendekatan yangdikenal dalam hukum normatif, yaitu pendekatan kasus (the case approach), pendekatan perundang-undangan (the statute approach), pendekatan analisis konsep hukum
(analiticalconceptual
approach).
Jenis
bahan
hukum
yang
dipergunakan berupa bahan-bahan hukum primer seperti peraturan perundang-undangan, surat keputusan Menteri, dan peraturan daerah, sedangkan bahan-bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya
dengan
bahan-bahan
hokum
primer
dapat
membantu
menganalisis dan memahami hukum primer adalah : a). hasil karya ilmiah para sarjana. b). hasil penelitian. c). laporan-laporan, media massa, bahan-bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi tentang bahan-bahan hukum primer dan bahan hokum sekunder meliputi bibliografi.
Adapun metode pengumpulan bahan hokum dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode gabungan antara bola salju (snowball methode) dengan metode sistematis (systematic methode). Dari hasil pengumpulan data, kemudian data dianalisis, dikontruksi dan diolah sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan, kemudian disajikan secara deskriptif. Dalam penelitian hukum normatif, yang dianalisis
bukanlah
data,
melainkan
dilakukan
secara
deskriptif,
interpretatif, evaluatif, argumentatif dan sistematis. Bahan hukum yang dikumpulkan akan disajikan secara utuh, kemudian dianalisis. Adapun
analisis yang dikemukakan bersifat deskriptif artinya uraian apa adanya terhadap suatu kondisi atau posisi dari proporsi-proporsi hukum atau non hukum. Interpretatif adalah analisis dengan cara menginterprestasi atau menjelaskan penggunaan jenis-jenis penafsiran dalam ilmu hukum, seperti penafsiran yang sistematis dan gramatikal. Penafsiran secara sistematis artinya terdapa thubungan antara pasal satu dengan pasal-pasal yang lainnya. Sedangkan penafsiran secara gramatikal adalah penafsiran berdasarkan artikata. Evaluatif yakni melakukan evaluasi atau penilaian tepat atau tidak tepat, setuju atau tidak setuju, benar atau salah, sah atau tidak oleh peneliti terhadap suatu pandangan, proporsi, pernyataan rumusan, norma, keputusan baik yang tertera dalam bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder. Sedangkan analisis yang bersifat argumentatif tidak bisa dilepaskan dari teknik evaluasi karena penilaian harus didasarkan pada alasan-alasan yang bersifat penalaran hukum. Dalam pembahasan permasalahan hukum makin banyak argumen makin menunjukkan kedalam penalaran hukum. Sistematis, adalah berupa upaya mencari kaitan rumusan suatu konsep hukum atau proposisi hukum antara peraturan perundang-undangan yang sederajat maupun antara yang tidak sederajat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bioskop adalah tempat atau gedung dengan segala fasilitas didalamnya, dimana masyarakat dapat berkumpul dan menonton film dengan membayar tiket masuk.
Hubungan Bioskop Dengan Kesehatan Manusia Bioskop mempunyai peranan penting dalam penularan penyakit, timbulnya kecelakaan dan gangguan-gangguan lain. Gangguan-gangguan yang dapat ditimbulkan antara lain : 1. Letak kursi bagian terdpan yang terlalu dekat dengan layar (kurang dari 6m) dapat merusak mata. 2. Letak pintu, jendela, dan lobang ventilasi yang keliru menimbulkan gerak angin yang keras dan penonton dapat sakit karenanya. 3. Ventilasi yang kurang baik, menimbulkan tidak adanya gerak udara dalam gedung, sehingga keadaan dalam gedung dapat panas sekali dan menimbulkan pusing kepala. 4. Letak lampu bahaya diatas pintu-pintu yang menyilaukan dapat mengganggu mata para penonton. 5. Kurangnya
pemeliharaan
kebersihan
pada
tempat-tempat
duduk/kursi, menjadikan kursi tersebut menjadi tempat bersarang dan berkembang biaknya binatang pengganggu antara lain kutu busuk, yang dapat menimbulkan gangguan kepada parapenonton. 6. Pemakaian film proyektor yang rusak (misalnya bergetar) atau lensa yang sudah kabur akan menimbulkan kerusakan mata. 7. Lantai
yang
tidak
memenuhi
syarat,
misalnya
licin,
akan
menimbulkan kecelakaan kepada penonton, dan lantai yang berdebu akan mengganggu penonton. 8. WC dan urinoir yang tidak dirawat akan menimbulkan bau tidak sedap dan mengganggu keyamanan penonton.
Persyaratan Bioskop 1. Bagian Luar Gedung a). Letak Gedung Bioskop Letak atau lokasi gedung biskop perlu diperhatikan karena letak berpengaruh terhadap kenyamanan dari gedung bioskop. Bentuk letak ini perlu diperhatikan sebagai berikut :
Ditempat yang luas dengan alasan agarmemberikan tampat untuk parkir mobil dan lain-lain kendaraan, serta memberikan keleluasan dan kepuasan para pengunjunguntuk mamandang keindahan sekitarnya. Agar kendaraan dapat diparkir dengan rapih/teratur perlu adanya rambu untuk tempat parkir.
Ditempat
yang
strategis
yaitu
ditengah-tengah
dekat
perumahan penduduk agar mudah dicapai dengan berjalan atau dengan kendaraan, serta ditengah-tengah tempat rekreasi lain.
Ditempat yang jauh dari faktor penganggu,seperti tempat pembuangan sampah, industriyang gaduh dan terlalu ramai.
Ditempat yang tinggi dan kering, tidak dekatrawa atau derah banjir.
b). Halaman Gedung Bioskop Halaman sangat penting untuk gedung bioskop, digunakan untuk parkir kendaraan dan hendaknya cukup luas.
Halaman harus bersih, tidak terdapat sampah-sampah yang berserakan, genangan air, oli, dll.
Pagi malam hari halaman bioskop perlu penerangan minimal 3cm pada permukaan tanah.
Halaman perlu diberi pagar sebagai pembatas.
Arah-arah lalu lintas dibuat teratur baik untuk penonton maupun untuk kendaraan-kendaraan yang keluar masuk halaman.
Sisa peralatan yang tidak digunakan untuk parkir dapat dibuat pertamanan
dengan
tumbuh-tumbuhan,
bunga-bunga
untuk menambah keindahan sekitarnya.
c). Tempat Sampah Tersedianya tempat-tempat sampah dan tempat pengumpulan sampah sementara. Penempatan dan jumlah tempat sampah memadai. Adapun syarat-syarat dari tempat sampah tersebut adalah:
Kedap Air
Ertutup rapat
Mudah diangkat
Dapat menampung jumlah sampai pada setiap pertunjukan.
d). Saluran Pembuangan Air Hujan Saluran air hujan unuk gedung bioskop perluada hal ini untuk menjaga agar air hujan tidak menggenang. Karena dengan terdapatnya genangan air akan dapat menimbulkan gangguan
kepada para penonton, selain itu genangan airakan dapat digunakan untuk perkembangbiakan vektor panyakit.
2. Bagian Dalam Gedung Bioskop Sebenarnya yang dimaksud dengan gedungbioskop adalah bagian luar gedung bioskop (Eterior Gedung) dan bagian dalam gedung bioskop (interior Gedung) A. Exterior Gedung : Halaman yang ada didalam gedung bioskoptatapi terletak diluar ruangan
pertunjukan
(
diluardinding
yang
membatasi
tempat
pertunjukan) dibioskop yang modern, maka pada exterior gedung terdapat berbagai macam fasilitas antaralain :
Restoran
Tempat berpesta
Snack bar- Kamar tunggu
WC/urinoir
Kamar pemadam kebakaran
Kamar telepon.
Demikian untuk exterior gedung minimal terdapat wc/urinior, kamar telepon, pemadam kebakaran, kamar tunggu dan exterior traffic.
1). WC dan urinoir Persyaratan dari WC adalah :
Jumlah WC (Jamban) adalah minimal 1 buah untuk setiap 200 kursi
Jamban untuk laki-laki dan jamban untuk wanita harus terpisah.
Harus
tersedia
air
yang
cukup
banyak
untuk menggelontor maupun untuk membersihkan.
Keadaan jamban harus selalu dalam keadaan bersih dan terpelihara.
Penerangan minimal 5 fc pada permukaan lantai.
Persyaratan dari urinoir :
Jumlah minimal 1 buah untuk 100 kursi.
Tersedia air pembersih yang cukup.
Penerangan minimal 5 fc pada lantai.
Keadaan selalu bersih dan terpelihara.
Urinoir
yang
baik
adalah
type
single
urinoir,cara
membersihkannya secara berkala 5 menit atau 10 menit sekali dapat dipakai “intermittentautomatic flushing device”. Ditempat
tersebut sebaiknya terdapat wash tafel (tempat cuci tangan) dilengkapi dengan sabun dan tissue.
2). Ruang Telepon Telepon untuk gedung bioskop adalah penting sekali. Biasanya telepon
ada
di
ruangan
direksi,
dengan
demikian
pengunaannya kurang baik bila digunakan untuk umum. Oleh karena itu perluadanya telepon sifatnya untuk umum dan perlu ditempatkan dikamar tersendiri. Adapun kegunaan telepon adalah :
Keperluan pemesanan karcis
Keperluan pribadi penonton dengan penonton, dan lain lain.
3) Pemadam Kebakaran Didalam gedung bioskop harus tersedia alat pemadam kebakaran yang masih berfungsi dandiletakkan ditempat yang mudah dilihat dan mudah dijangkau oleh umum. Pada setiap alat pemadam kebakaran perlu adanya penjelasan tentang cara
penggunaannya.
Jumlah
pemadam
kebakaran
disesuaikan dengan besar kecilnya gedung bioskop.
4) Ruang Tunggu Kamar tunggu digedung bioskop perlu sekali karena :
Memberikan tempat bagi para pengunjungyang telah untuk beristirahat.
Memberikan
tempat
bagi
para
penonton
untuk menunggu gilirannya menonton film. Oleh
sebab
itu,
maka
kamar
tunggu
perlu
dijaga
kebersihannya, disediakan tempat sampah yang cukup, kursi diatur sedemikian rupa, diberi pot-pot bunga sehingga ruang tunggu tersebut bentuknya menarik dan menyenangkan.
5) Exterior Traffic Eksterior traffic sangat penting, karena akan melancarkan lalu lintas penonton untuk menuju ke bagian-bagian lain di lingkungan exterior gedung tersebut. Tanpa adanya eksterior traffic lalu lintas penonton akan terganggu. Beberapa hal yang harus mendapatkan perhatian dari exterior traffic adalah :
Hendaknya jalan-jalan tersebut dibuat cukup lebar.
Hendaknya jalan-jalan yang menghubungkan dari bagian kebagian lain cukup jelas dan teratur.
Agar keluar masuknya pengunjung teratur maka pintu yang menuju ke ruang pertunjukkan dan pintu yang keluar daritempat pertunjukkan hendaknya terpisah.
Perlu diperhatikan pencahayaan yang cukup agar tidak panas perlu dipasang ventilasi buatan.
Untuk menjaga kebersihan perlu disediakan tempattempat atau rokok maupun puntung rokok.
B. Interior Gedung : Adalah ruangan didalam gedung bioskop dimana terdapat tempat duduk para penonton untuk melihat film (tempat pertunjukkan). Yang perlu mendapatkan perhatian didalam interior gedung ini antara lain adalah : 1. Dinding Dinding gedung pertunjukkan dibuat anti gema suara dengan menerapkan sistem “acoustic” dengan maksud :
Mencegah
gema
suara
yang
memantul
danmenggaduhkan bunyi asli.
Mencegah penyerapan suara (absorpsi) sehingga suara hilang dan menjadi kurang jelas.
Membantu resonansi (menguatkan suara).
2. Lantai Lantai dibuat dari bahan yang kedap air, keras, tidak licin, dan mudah sehingga
dibersihkan.
Kemiringan
pemandangan
dibuat
penonton
sedemikian yang
rupa
dibelakang
tidak terganggu oleh penonton yang didepan. Menurut hasil penyelidikan yang dilakukan oleh Departemen Penerangan bersama
Lembaga
Ilmu
Pengetahuan
Indonesia
(LIPI)
menyatakan bahwa : Jarak antara sandaran kursi adalah
lebihkurang 90 cm, dengan sudut penurunan ideal kearah layar 6,28 terhadap garis horizontal, berarti perbedaan tinggi kepala kursi yang berurutan 10cm.
3. Ventilasi Ventilasi untuk gedung bioskop adalahpenting oleh karena untuk mengatur sirkulasi udara, agar udara kotor dalam ruangan keluardan udara bersih masuk sehingga penonton merasa
nyaman.
kelembaban
Untuk
yang
atau baik
kamar
normal
adalah
27˚C
dan
40%”. (Soebagio
Reksosoebroto, 2009) “Suhu ruang antara 20-25˚C, dengan kelembaban diantara 40%- 50%”. (Rudi Gunawan, 2008) Sistem ventilasi pada umumnya terbagi atas dua yaitu: a). Ventilasi Alami (Natural Ventilation System) Ventilasi alam ini dapat dibuat dengan jalan memasang jendela
dan
lubang-lubang
angin
atau
dengan
menggunakan bahan bangunan yang berpori-pori. b). Ventilasi Buatan (Artificial VentilationSystem) Untuk ventilasi buatan ini dapat berupa : Fan (kipas angin), fungsinya hanya memutar udara didalam ruangan, sehingga masih diperlukan ventilasi alamiah. Exhauster (pengisap udara), prinsip kerjanya adalah mengisap
udara kotor dalam ruangan sehingga masih diperlukan ventilasi alamiah. Air Conditioning (AC), AC yang baik untuk gedung bioskop adalah menggunakan AC central. Air
Conditioning
(AC),
prinsip
kerjanya
adalah
penyaringan, pendinginan, pengaturan kelembaban, serta pengaturan suhu dalam ruangan. Yang perlu diperhatikan bila menggunakan AC adalah ruangan harus tertutup rapat dan orang tidak boleh merokok didalam ruangan.
4. Tempat Duduk atau Kursi Persyaratan dari tempat duduk atau kursi adalah : Konstruksi cukup kuat dan tidak mudah untuk bersarangnya binatang pengganggu antara lain kutu busuk atau serangga lainnya. Ukuran kursi yaitu : i.
Lebih kurang 40-50 cm.
ii.
Tinggi kursi dari lantai sebaiknya 48 cm.
iii.
Tinggi sandaran 38-40 cm dengan lebar sandaran disesuaikan dengan kenyamanan.
iv.
Sandaran tangan berfungsi juga sebagai pembatas.
v.
Sandaran pengguna tidak boleh terlalu tegak. Letak kursi agar diatur sedemikian rupa sehingga semua penonton dapat melihat gambar secara penuh dengan tidak terganggu. Jarak antara kursi dengan kursi didepannya minimal 40 cm yang berfungsi untuk jalan ketempat kursi yang dituju. Tiap
penonton
harus
dapat
melihat
dengan
sudut
pandang maksimal 30˚.
Penonton yang duduk di baris terdepan harus masih dapat melihat seluruh gambar sepenuhnya. Artinya bagian tepi layar atas, bawah dan samping kiri dan kanan berturut-turut maksimum membentuk sudut 60º-80º dengan titik mata.
5. Pintu darurat Persyaratan pintu darurat adalah:
Lebar minimal pintu darurat adalah 2 kali lebar pintu biasa (160 cm).
Jarak pintu darurat yang satu dengan lain sedikitdikitnya 5 m dengan tinggi 1,8 dan membuka kearah ke luar.
Letak pintu darurat sebelah kiri dan sebelah kanan ruang pertunjukkan harus simetris.
Selama pertunjukan berlangsung pintu darurat tidak boleh di kunci.
Di atas pintu harus dipasang lampu merah dengan tulisan yang jelas “Pintu Darurat”.
6. Pencahayaan Pada dasarnya pencahayaan diperlukan sebelum dan setelah pertunjukkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan pencahayaan adalah:
System pencahayaan tidak boleh menyilaukan mata maksimal 150 lux dan tidak boleh bergetar.
Tersedia
cukup
cahaya
untuk
kegiatan
pembersihan gedung pertunjukkan.
Kekuatan penerangan pada tangga adalah 3 fc.
7. Sound System Sound system adalah suatu alat elektronik yang digunakan untuk mengeraskan suara sehingga bisa terdengar jelas oleh seluruh penonton. Sound system yang baik digunakan di gedung bioskop adalah sound system stereo dengan peletakan pengeras suara pada dinding dalam jarak yang sama antara yang satu dengan yang lain, sehingga suara akan diterima merata oleh penonton. Suara diukur dengan satuan decibel (dB) antara 80-85 dB.(Prisanti Putri, 2009). Prinsip dasar peletakan speaker yang digunakan untuk menghasilkan aliran suara yang konsisten di semua tempat dalam bioskop kurang lebih seperti di bawah ini. Speaker yang ada dibelakang layar diletakkan mengarah ke bagian ruangan yang terletak 2/3 kedalaman ruangan. Sedangkan tinggi speaker berada di 1/3
dari tinggi ruangan. Speaker surround terdekat dari layar, minimal berjarak 1/3 dari kedalaman ruangan.
tampak atas
tampak samping
tampak samping
Gedung konser pada umumnya tidak memiliki surround sound, karena suara dari arah yang berbeda dengan panggung akan menimbulkan gangguan dalam menikmati bunyi. Oleh karena itu, penonton konser lebih suka tempat duduk yang dekat dengan panggung. Berbeda dengan gedung bioskop, surround sound justru merupakan elemen penting untuk membuat susasana
spasial
dalam
ruangan
yang
tentunya
tidak
bertabrakan dengan suara dari speaker yang ada di depan. Dikatakan bahwa total energi yang berasal dari surround speaker haruslah mengimbangi speaker yang ada di depan. Posisi speaker harus diarahkan ke arah yang berlawanan dari tempat speaker berasal sehingga speaker dapat menghasilkan minimum perbedaan kekuatan antara dinding dan kursi penonton sebesar -3 dB. Suara yang dihasilkan dari surround speaker tidak boleh terdengar sama dengan suara yang berasal dari speaker depan. Maka dari itu, waktu delay dari speaker surround terhadap speaker yang ada di depan biasanya adalah 1 ms untuk jarak 340 mm. Berarti, suatu ruangan bioskop dengan panjang 34 m akan mempunyai waktu delay sebesar 100 ms atau 1/10 s. Selain teknologi suara, baik tidaknya akustik ruangan bioskop sangat mempengaruhi terdengarnya suara dari film. George Augspurger seorang ahli akustik mengatakan bahwa dalam akustik ada 3R yang harusdiperhatikan, antara lain: 1. Room resonance (resonansi ruang). 2. Early reflections (refleksi).
3. Reverberation time (waktu dengung).
Absorpsi merupakan hal terpenting dalam objektif perancangan sebuah bioskop. Berbeda dengan gedung konser di mana suara harus dipantulkan sebanyak mungkin, maka pada gedung bioskop suara justru harus diserap sebanyak mungkin. Pada gedung bioskop, pantulan suara harus diminimalisasi. Penyerapan suara biasanya disiasati dengan pemasangan kain tirai pada dinding samping kiri dan kanan, serta dinding pada bagian belakang. Selain itu bahan jok dan sandaran kursi harus dipilih yang tidak menyerap suara, tetapi tetap membuat penonton nyaman. Prinsipnya, dalam keadaan kosong atau diduduki, diusahakan agar tingkat penyerapan suara sama. Waktu dengung adalah rentang waktu antara saat bunyi terdengar hingga melenyap. Gedung bioskop dianggap baik ketika memiliki waktu dengung sekitar 1,1 detik.
Kebanyakan
pemasangan
tirai
pada
dinding
berhasil
mengabsorpsi suara dengan frekuensi tinggi, tetapi kurang memperhatikan diberlakukan
frekuensi
prinsip1/4λ.
rendah. Bahan
Oleh
penyerap
Karena suara
itu, yang
digunakan harus diletakkan sejauh 1/4λ dari frekuensi terendah yang diserap. Pada contoh di bawah ini, jika frekuensi terendahnya adalah 42 Hz, maka bahan penyerap suara sebaiknya diletakkan pada jarak 2 meter dari dinding. Untuk materialnya, dapat digunakan rock wool (fibreglass) yang dikatakan merupakan material dengan kemampuan absorpsi yang cukup tinggi. Material ini dikatakan dapat membuat sebuah ruangan hampir mendekati ruangan anechoic, dengan harga yang cukup murah. Hal yang harus diperhatikan lainnya adalah penghitungan Critical Distance atau Jarak kritis. Jarak kritis merupakan batas jarak di mana suara langsung yang berasal dari speaker dan suara pantul memiliki energi yang sama. Jarak kritis ini berbeda-beda di segala frekuensi. Semakin tinggi tingkat absorpsi suara di ruangan tersebut, maka semakin jauh pulalah jarak kritisnya. Desain ruangan akustik yang baik diusahakan memiliki Critical Distance sejauh mungkin
dari
sumber
suara.
Selain
itu,
ada
standard
kenyamanan sistem audio yang disebut THX. Speakernya sistem satelit, artinya speakernya tersebar di seluruh ruang bioskop itu. Untuk mendapatkan efek suara optimal system akustiknya juga harus mendukung. Jadi aliran suara bagi penonton yang duduk di depan maupun di belakang bisa merata. Selain itu Di Indonesia sendiri, bioskop yang sudah
mendapat akreditasi THX adalah Blitz Megaplex dan The Premiere. THX pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Holman dari Lucas FIlm. Eksperimen ini dibuat dikarenakan George
Lucas
yang
menginginkan
Star
Wars
(1983)
ditayangkan dibioskop-bioskop dengan standar kenyaman menonton yang cukup baik. THX menyatakan standar kualitas bangku penonton, jumlah air-conditioning, sistem teknologi (surround) dan tata letak (akustik) speaker. Sekarang ini, Holman yang juga merupakan pengajar di University of Southern California sedang mengembangkan teknologi 10.2 channel surround sound. Sistem 10.2 ini menggunakan 12 speaker di 10 lokasi pemasangan dan 2 subwoofers untuk menciptakan kualitas suara yang dikatakan ada di luar batas imajinasi kita.
8. Layar Film Layar film merupakan alat yang pokok dan penting dalam bioskop. Adapun syarat-syarat layar yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
Layar sebaiknya berwarna putih dan diberi warna gelap di tepi.
Ukuran harus disesuaikan dengan proyeksi dari proyektor film yang digunakan.
Permukaan harus licin dan bersih.
Jarak antara layar dengan proyektor harus sesuai sehingga gambar yang di proyeksikan pada layar benar-benar baik (focus harus tepat) sehingga tidak menghasilkan gambar yang kabur.
9. Proyektor Film dan Ruangan Persyaratan proyector dan ruangan adalah :
Proyektor tidak boleh bergetar, sehingga gambarpun akan ikut bergetar.
Proyektor
harus
dapat
memproyeksikan
harus
mempunyai
gambar
dengan jelas.
Ruang
proyektor
cukup
untuk
tersebut
pertukaran
(10% – 20%)
udara
dari
luas
ventilasiyang
didalamruangan lantai
sehingga
petugas / operator tidak merasa pengap atau panas.
10. Pemadam Kebakaran
Didalam gedung bioskop harus tersedia pemadam kebakaran yang masih berfungsi.
Diletakkan di tempat yang mudah dilihat dan mudah di jangkau oleh umum.
Jumlah disesuaikan dengan besar kecilnya gedung bioskop.
Pada setiap alat pemadam kebakaran perlu adanya penjelasan tentang cara pemakaiannya.
11. Sistem Lalu Lintas Dalam Gedung (Traffic System) Sistem lalu lintas dalam ruangan perlu diatur untuk kelancaran keluar masuknya penonton sebaiknya dibuat arus lalu lintas searah. Lalu lintas (Traffic) yang baik untuk gedung bioskop dibuat menjadi 4 bagian yaitu :
Lintas utama (maintraffic) / lebar minimal 2 meter.
Lintas block (blocktraffic) lebar minimal 80cm.
Lintas antar kursi (between chair traffic) lebar minimal 40 cm.
Lintas keliling ruangan (Round the cornertraffic) lebar minimal 50 cm.
12. Keadaan Yang Bebas Serangga dan Binatang Pengerat Pencegahan terhadap serangga dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Kebersihan umum baik di luar dan di dalamg edung harus di jaga.
Pemasangan kawat-kawat kasa pada lubang-lubang angin.
Pengaturan barang-barang harus teratur jangan sampai ada sudut-sudut mati yang menyulitkan pembersihan.
Pencahayaan
harus
sempurna
agar
sinar
dapat
menyinari secara merata keseluruhan ruangan.
Pencegahan
terhadap
binatang
pengerat
dapatdilakukan
dengan cara sebagai brikut :
Menjaga kebersihan ruangan.
Menghindari adanya sudut-sudut mati dan ruangan yang gelap.
Menghindari tempat-tempat yang bisa digunakan untuk bersarangnya binatang pengerat.
Memasang terali pada lubang ventilasi bagian bawah.
3. Peryaratan Lain Yang Diperlukan Di Gedung Bioskop Sanitasi Bioskop memberikan berbagai indikator yang harus diperhatikan dengan indicator dan parameter antara lain : Letak gedung, Lingkungan Bioskop dengan parameter sanitasi antara lain mencakup persyaratan pada halaman dan gedung. Beberapa persyaratan aspek sanitasi dengan karakteristik khusus dapat kita temukan pada sanitasi bioskop ini antara lain :
Pada Pintu Darurat / Pintu Bahaya dengan indikator antra lain Jarak satu dengan yang lain: 5 m, Simetri : kanan-kiri ruangan, Daun pintu dapat dibuka lebar, Ada label “PINTUBAHAYA”. Tidak
boleh dikunci selama pertunjukan
Layar film : Berwarna putih dengan warna gelap ditepi, Ukuran sesuai dengan kekuatan proyektor, Permukaan bersih & licin, Jarak ideal layar dengan proyektor ± 40 m.
Sound system : Suara 80-85 dB, Simetris di kanan –kiri dinding gedung.
Pemadam
kebakaran
:
Perlu
disediakan
di
dlm
gedung
pertunjukan, Diletakkan terpencar, mudah dilihat, mudah dicapai, Perlu disertai petunjuk cara penggunaan.
Tempat duduk : Dibuat untuk perorangan, Ada sandaran belakang, tangan + kaki, Tidak berhimpitan, Jarak dengan tempat duduk depannya 40 cm (berfungsi sebagai jalanp engunjung), Baris terdepan min 6 m dari layar, dengan sudut pandang < 30º, Tinggi tempat duduk dan lantai sebaiknya 48 cm dengan sandaran 38-40 cm, Tempat duduk dibuat empuk, mudah dibersihkan
Lalu lintas dlm gedung : Lalu lintas utama (4m), Lintas block (80 cm), Lintas antar kursi (40cm), Lintas keliling ruangan (50 cm).
Proyektor film & ruangannya : Sebaiknya ada 2 buah proyektor sehingga tidak ada jeda saat pergantian antar rol film, harus baik, tidak bergetar, terang sehingga tidak merusak mata, Ruang untuk proyektor disesuaikan dengan ukuran proyektor dan jumlah petugas, Kelembaban & suhu yang diperhatikan.
4. Sanitasi di tempat-tempat bioskop sangat diperlukan Perlunya sanitasi di tempat - tempat bioskop karena : a. Adanya kumpulan manusia yang berhubunganlangsung dengan lingkungan. b. Kurangnya
pengertian
dari
masyarakatmengenai
masalah
kesehatan c. Kurangnya fasilitas sanitasi yang baik . d. Adanya kemungkinan besar terjadinya penularan penyakit. e. Adanya kemungkinan terjadinya kecelakaan. f. Adanya tuntutan physical dan mental confort.
5. Aspek penting dalam penyelenggaraan sanitasi tempat-tempat umum. a. Aspek teknis /hukum (persyaratan H dan S, Peraturan dan perundang-undangan sanitasi. b. Aspek sosial, yang meliputi pengetahuan tentang : kebiasaan hidup, adat istiadat, kebudayaan, keadaan ekonomi, kepercayaan, komunikasi, dan lain-lain. c. Aspek administrasi dan management, yang meliputi penguasaan pengetahuan tentang cara pengelolaan STTU yang meliputi : Man, Money, Method, Material dan Machine.
SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan : 1. Tiap penonton harus dapat melihat dengansudut pandang maksimal 30˚ terhadap layar.
2. Suara yang diterima merata oleh penontonsebaiknya antara 80 –85 dB. 3. Suhu ruang antara 20˚C -25˚C, dengan kelembaban diantara 40%50%. 4. Gedung bioskop adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya dimana umum dengan membayar dapat menonton film di tempat tersebut. Dasar pelaksanaan Penyehatan Lingkungan Bioskop adalah Kep. Menkes
288/Menkes/SK/III/2003tentang
Pedoman
Penyehatan
Sarana dan Bangunan Umum. 5. Pencahayaan Umum untuk ruangan dan area yang jarang digunakan dan/atau tugas-tugas atau visual sederhana khususnya gedung bioskop sebesar 150lux. 6. Hubungan bioskop dengan manusia, gangguan-gangguan tersebut dapat dicegah antara lain : a. Letak kursi terdepan dengan layar yang terlalu dekat dengan jarak minimal 10meter. b. Letak pintu, jendela dan ventilasi dengan jarak yang satu dengan lain sedikit-dikitnya 5 m dengan tinggi 1,8 dan membuka kearah luar. c. Ventilasi yang baik digunakan adalah crossventilasi terutama ruang proyektor harus mempunyai ventilasi yang cukup untuk pertukaran udara didalam ruangan tersebut (10% –20%)
dari luas lantai sehingga petugas / operator tidak merasa pengap atau panas. d. Letak lampu pada plafon dengan jarak lampu yang satu dengan lampu yang lain maksimal 2,5 meter dengan intensitas cahaya minimal 150 lux. e. Pemeliharaan
kebersihan
dengan
menempatkan
tempat
sampah di dekat pintu keluar. f. Lantai yang memenuhi syarat dibuat dari bahan yang kedap air, keras, tidak licin dan mudah dibersihkan. Tidak memakai film proyektor yang rusak (lensa yang sudah kabur) dan tidak boleh bergetar. WC harus dirawat agar tidak menimbulkan bau.
7. Persyaratan di bioskop dibagi menjadi bagian yaitu : a. Bagian luar gedung Bioskop : letak gedung, bioskop dalam gedung, bioskop tempat sampah saluran pembuangan air hujan. b. Bagian dalam gedung bioskop Exterior gedung, misalnya : WC, ruang telepon, runag tunggu, pemadam kebakaran, exterior traffic. Interior gedung : dinding, lantai, ventilasi, tempat duduk atau kursi, pintu darurat, pencahayaan, sound system, layar film, projektor film dan ruangan, pemadam kebakaran, sistem lalu lintas dalam gedung.
Saran : Untuk lebih meningkatkan kualitas lingkungan gedung sehingga menjadi lebih baik perlu diadakan pengawasan yang lebih teratur lagi, sehingga dapat tercipta lingkungan tempat hiburan yang aman, nyaman dan bersih bagi pengunjungnya serta terlindung dari bahaya kesehatan. DAFTAR PUSTAKA [1]
Eep
.
2008Membangun
Bioskop
di
Rumah(http://eepinside.com/?p=1396 diakses 25april 2010) [2]Moskie.
2009.
Lokasi
Duduk
dengan
nyamandi
Bioskop(http://www.adandu.com/blog/moskie/lokasi_duduk_dengan_nyam an_di_bioskop.html, diakses 25 april 2010) [1] Mukono, H. 2006.Prinsip dasar kesehatan lingkungan edisi ke 2.Surabaya : Airlangga University Press. [3]Munif,
Arifin.
2009.
Inspeksi
SanitasiBioskop
(Online).(http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2009/02/ inspeksi-sanitasibioskop.html diakses 25April 2010). [4]Riefsie.
2008.
Sistem
Audio-videoAudotorium
Bioskop(http://forum.kompas.com/sains/2592-sistem-audio-videoaudotorium-bioskop.htmldiakses25 April 2010) [5] -----. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Keputusan MenteriKesehatan
Republik
Indonesia
Nomor288/Menkes/SK/III/2003
Tentang Pedomanpenyehatan sarana dan bangunan umum.Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.