STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN PROFESI DOKTER SPESIALIS PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
KOLEGIUM ILMU PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH 2016
7 Januari 2017
1
Kolegium Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah ... + ... hal ... cm x ... cm ISBN No...
Hak cipta dipegang oleh para penulis dan dilindungi oleh undang-undang. Dilarang memperbanyak, mencetak, dan menerbitkan sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara dan dalam bentuk apapun juga tanpa seijin dari penulis dan penerbit.
© 2016 Kolegium Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Edisi Pertama Tahun Edisi Kedua Tahun 2016 Penerbit: Penyelaras Naskah:
7 Januari 2017
2
KATA SAMBUTAN KETUA KOLEGIUM ILMU PENYAKIT JANTUNG & PEMBULUH DARAH MASA BAKTI 2016-2018 Seiring dengan kemajuan yang di capai oleh Program Studi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah , yang telah memiliki 12 Pusat-pusat Pendidikan Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah yang telah mandiri dan yang tersebar di daerah-daerah, maka telah diselesaikan Buku Standar Nasional Pendidikan Kedokteran khususnya untuk Profesi Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah. Buku ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi seluruh peserta pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah terutama yang berada di Pusat-pusat pendidikan yang telah mandiri untuk menghasilkan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dengan profesional, kompetensi, dan dedikasi yang tinggi. Sesuai dengan Undang-undang No.12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi dalam pasal 24 memuat ketentuan tentang Standar Nasional Pendidikan untuk Pendidikan Akademik dan Pendidikan Profesi. Standar Nasional Pendidikan Kedokteran (SNPK) mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan Tinggi yang ditetapkan oleh Menristekdikti ; Standar Pendidikan Profesi Dokter, Standar Pendidikan Dokter Spesialis yang disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia SNPK sendiri terdiri dari pokok-pokok yang disahkan oleh KKI ditambah dengan standar khusus yang ada pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi yaitu standar pengabdian rakyat, standar penelitian dan standar biaya pendidikan. Standar Kompetensi lulusan pada SNPK adalah standar kompetensi yang disahkan oleh KKI. Bidang Kardiologi dan Kedokteran Vaskular sangat luas yaitu meliputi pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang merupakan inti dari kurikulum standar pendidikan ilmu penyakit jantung dan pembuluh darah dalam upaya mencapai tingkat kompetensi klinik sebagai dokter spesialis penyakit jantung dan pembuluh darah ( cardiologist ), dimana setiap dokter yang telah menyelesaikan pendidikan Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah harus memiliki berbagai kompetensi seperti yang diuraikan dalam buku ini. Kami sangat mengharapakan buku ini dapat menjadi standarisasi untuk pengembangan standar umum pendidikan dokter SpJP. Akhir kata, kami mohon maaf apabila masih terdapat banyak kekurangan dalam buku ini . Jakarta, Maret 2017 Kolegium Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
DR. Dr. Anwar Santoso, SpJP(K), FIHA Ketua
7 Januari 2017
3
Kata Sambutan Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia Masa Bakti 2016 – 2018
Assalamualaikum Wr. Wb, Pertama-tama kami panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang dengan rahmat-Nya maka buku “Standar Nasional Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah” ini dapat diselesaikan. Buku Standar Nasional Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah ini akan menjadi acuan bagi seluruh pusat-pusat Pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah di Indonesia. Selain itu buku standar ini dapat digunakan sebagai penjaga mutu serta menilai perbaikan kualitas proses Pendidikan Dokter SpJP (PPDS) oleh Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah. Hendaknya buku standar ini terus dievaluasi, dan direvisi bilamana perlu sesuai dengan kemajuan dan perkembangan ilmu dan teknologi. Semoga buku standar ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia
DR. Dr. Ismoyo Sunu, SpJP(K), FIHA Ketua
7 Januari 2017
4
Daftar Isi
Kata Pengantar Kata Sambutan Ketua Kolegium Kata Sambutan Ketua PP PERKI
Bab I
Pendahuluan
Bab II
Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah 1. Standar Kompetensi Lulusan 2. Standar Isi 3. Standar Proses 4. Standar Penilaian 5. Standar Penerimaan Mahasiswa Baru 6. Standar Dosen dan Tenaga Kependidikan 7. Standar Sarana dan Prasarana 8. Standar Pengelolaan 9. Standar Pembiayaan 10. Standar Rumah Sakit Pendidikan 11. Standar Wahana Pendidikan
Bab III
Standar Penelitian
Bab IV
Standar Pengabdian Masyarakat
Bab V
Standar Penilaian/Evaluasi Program
Bab VI
Standar Kontrak Kerja Sama Fakultas Kedokteran, Rumah Sakit Pendidikan Utama, dan Rumah Sakit Jejaring Pendidikan Program Studi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Bab VII
Standar Pemantauan dan Pelaporan Pencapaian Program Pendidikan Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Bab VIII
Standar Pola Pemberian Insentif untuk Peserta Didik Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Bab IX
Penutup
7 Januari 2017
5
BAB I Pendahuluan 1. Sejarah Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah di Indonesia sejak tahun 1980 telah menduduki peringkat pertama sebagai penyebab kesakitan maupun kematian. Data yang diperoleh Federasi Jantung Dunia (World Heart Federation) menyatakanbahwa persentase kematian penyakit kardiovaskular di negara berkembang meningkat dari 16,0% pada tahun 1985 menjadi 17,0% pada tahun 1990 dan 24,0% pada tahun 1997. Demikian juga di Indonesia seperti yang dilaporkan Badan Litbang Departemen Kesehatan RI, persentase kematian meningkat dari 5,9% (1975) menjadi 9,1% (1981), 16,0% (1986), 19,0% (2000) dan 24,3% (2002),sedangkan di negara maju (developed country) menurundari 51,0% pada tahun 1985 menjadi 48,0% pada tahun 1990 dan 46,0% pada tahun 1997. Dua pertiga beban penyakit kardiovaskular justru berada di negara berkembang termasuk kawasan Asia Pasifik dan Asia Tenggara. Pelayanan Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah di Indonesia mulai berkembang dengan berdirinya Perkumpulan Kardiologi Indonesia (Indonesia Heart Association) pada tanggal 16 November 1957 dengan pemikiran visioner dari Ketua PERKI pertamabahwa lahan kardiologi ini sebegitu luasnya, hingga bagi para internis umum tidak mungkin lagi dapat tetap mengikuti dan menguasai kemajuan-kemajuan dalam lapangan ini. Oleh karena fakta-fakta tersebut, maka seharusnyalah Ilmu Kardiologi terpisah dari Ilmu Penyakit Dalam, dan mendapatkan tempat sendiri di samping Ilmu Penyakit Dalam, dan tentulah dengan kerja sama yang seerat-eratnya. Saat ini konsep tersebut telah mendasari pendidikan Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah (SpJP) atau Cardiologist di dunia terutama di negara-negara Eropa, Amerika dan Asia. PERKI adalah satu-satunya Perhimpunan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular) yang diakui IDI sejak tahun 1957 di Indonesia, tahun 1980 di negara ASEAN (AFC – Asean Federation of Cardiology), di Asia Pasifik (APSC - Asia Pacific Society of Cardiology) 7 Januari 2017
6
maupun di dunia (World Heart Federation). Demikian juga Kolegium Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah adalah satu-satunya Kolegium yang bertanggungjawab dalam bidang Kardiovaskular di Indonesia dan telah disahkan oleh KKI dengan SK No.072/S.Kep/MKKI/IX/2006. Memahami situasi nasional dan kecenderungan globalisasi maka sangat rasional Pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah secara langsung dari dokter umum yang telah dimulai sejak tahun 1968 dengan berdirinya Lembaga Kardiologi Nasional (LAKARNAS) terus dikembangkan. Pendidikan dokter spesialis tidak dapat dipisahkan dengan pendirian institusi pendidikan. Oleh karena itu LAKARNAS kemudian menjadi Bagian Kardiologi FKUI. Keputusan pendirian Bagian Kardiologi secara saah dikukuhkan dengan SK Rektor UI No.064/SK/R/UI/76 tanggal 10 November 1976. Di Surabaya pendidikan dokter Spesialis Jantung dan pembuluh Darah mengikuti pola yang sama termasuk berdirinya Bagian Kardiologi FKUNAIR dan sampai saat ini tidak ada lagi Sub Bagian Kardiologi Penyakit Dalam. SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 076/U/1980 bertanggal 10 Maret 1980 menyatakan Program Studi Ilmu Penyakit Jantung adalah salah satu dari 14 program studi (Sp1), antara lain Pulmonologi dan Ilmu Penyakit Dalam serta lainnya, diakui sejajar sebagai program studi dokter spesialis lainnya di Indonesia. Untuk program Sp1 Penyakit jantung berada di Universitas Indonesia di Jakarta dan Universitas Airlangga di Surabaya. Program Studi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah saat ini telah berlangsung secara penuh di 12 Pusat Pendidikan yang telah mandiri yaitu: FK Universitas Indonesia Jakarta, FK Universitas Airlangga Surabaya, FK Universitas Sumatera Utara Medan, FK Universitas Padjajaran Bandung, FK Universitas Gajah Mada Yogyakarta, FK Universitas Udayana Bali, FK Universitas Diponegoro Semarang, FK Universitas Andalas Padang, FK Universitas Hasanuddin Makassar, FK Universitas Brawijaya Malang, FK Universitas Sam Ratulangi Manado, dan FK Universitas Sebelas Maret Solo.
7 Januari 2017
7
2. Latar Belakang Pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu dijabarkan secara baik. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan dijamin dalam Undang-Undang Dasar sebagai cita-cita luhur dari para pendiri Republik Indonesia. Penjabaran yang konkrit dalam bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat. Bidang kardiologi klinik bertujuan memberikan pelayanan dan pengobatan sesuai dengan tingkat kompetensi bagi pasien dengan penyakit/kelainan jantung, pembuluh darah arteri dan vena. Pada umumnya patologi kardiovaskuler adalah proses aterosklerosis yang berefek kepada sistem arteri koroner dan sistem arteri seluruh tubuh. Pemahaman mengenai faktor risiko dan modifikasinya (prevensi primer dan sekunder) untuk meminimalisir efek buruk jangka panjang dari proses aterosklerosis adalah komponen utama bidang kardiologi. Penyakit miokardium, perikardium, katup jantung, dan penyakit jantung rematik menampilkan perbedaan patologis yang memerlukan modalitas pencitraan (imaging) dan pengobatan yang berbeda dibanding penyakit aterosklerosis. Gangguan irama jantung sering didapatkan dan bervariasi dari yang jinak sampai yang bersifat fatal. Pengetahuan yang bersifat komprehensif dan analitik terhadap berbagai kelainan di atas serta pengobatan yang semakin berkembang merupakan hal yang sangat penting dalam penyusunan kurikulum inti. Penyakit pembuluh darah termasuk hipertensi sistemik, hipertensi pulmonal dan penyakit pembuluh aorta, arteri perifer dan vena, serta kelainan jantung bawaan merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari termasuk modalitas pengobatannya. Pencitraan jantung dan pembuluh darah merupakan komponen penting dalam bidang ilmu general cardiology modern. Bidang kardiologi demikian luasnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang merupakan inti dari kurikulum standar pendidikan ilmu penyakit jantung
7 Januari 2017
8
dan pembuluh darah dalam upaya mencapai tingkat kompetensi klinik sebagai dokter spesialis penyakit jantung dan pembuluh darah (cardiologist). Dokter SpJP sebagai salah satu komponen utama pemberi pelayanan kesehatan jantung dan pembuluh darah di masyarakat mempunyai peran yang sangat penting dan terkait secara langsung dengan proses pelayanan kesehatan dan mutu pelayanan yang diberikan berlandaskan penguasaan ilmu pengetahuan kardiovaskular, keterampilan, sikap dan perilaku sebagai kompetensi yang didapat selama pendidikan. Kompetensi yang dimiliki merupakan landasan utama bagi dokter SpJP untuk dapat melakukan profesinya. Pendidikan kedokteran pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan mutu kesehatan bagi seluruh masyarakat. World Federation of Medical Education (WFME) mempromosikan suatu standar keilmuan dan etika yang tinggi yang juga harus diterapkan di Indonesia termasuk dalam menerapkan metode pembelajaran dan sarana instruksional baru, serta manajemen yang inovatif pada pendidikan kedokteran. Pendidikan dokter demikian juga pendidikan dokter SpJP berbasis akademik dan profesi. Pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah adalah jenjang pendidikan lanjut dari pendidikan dokter. Sesuai dengan visi awal, serta perkembangan di dunia maka untuk menempuh pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah tidak perlu menyelesaikan pendidikan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (internis) dahulu, sehingga setiap dokter yang telah mempunyai latar belakanggeneral internal medicine sudah dapat mengikuti pendidikan SpJP, namun demikian terbuka lebar bagi seorang internisuntuk mengikuti pendidikan dan memperoleh kompetensi sebagai seorang SpJP pada akhir pendidikan, demikian juga bagi seorang Dokter Spesialis Anak berlaku ketentuan yang sama. Sampai tahun 2010 telah dihasilkan 508 dokter SpJP. Di antaranya 67 berasal dari Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan 11 dari Dokter Spesialis Penyakit Anak.
3. Landasan Hukum Dalam ketentuan umum Undang Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan yang berlaku di wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Agar lulusan pendidikan dokter spesialis di Seluruh Indonesia mempunyai mutu yang
7 Januari 2017
9
setara maka perlu ditetapkan standar nasional pendidikan profesi dokter spesialis. Dalam penjelasan pasal 7 ayat 2 Undang Undang Praktik Kedokteran, No.20 Tahun 2004 disebutkan bahwa standar umum pendidikan profesi dokter dan dokter gigi adalah standar yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan sistem pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian, apabila setiap komponen pendidikan yang terkait dengan pendidikan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah mempunyai standar yang sama maka dokter spesialis jantung dan pembuluh darah yang dihasilkan akan dijamin mempunyai mutu yang sama pula. PERMENRISTEKDIKTI Standar Nasional pendidikan tinggi wajib dipenuhi oleh setiap perguruan tinggi.. dll. Telah disetujuinya katalog Program Studi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah disusun pada KOPERKI I tahun 1974 di Jakarta selanjutnya dibukukan pada bulan Oktober bersama dengan Program Studi yang sudah ada. Selanjutnya pada tahun 1980 dengan diterbitkannya SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 076/U/1980 tentang Program Pendidikan Dokter Spesialis I dan Program Studi yang dibina, memutuskan: butir 2 Universitas Indonesia dan 6 Universitas Airlangga: 1. Ilmu Bedah, 2. Ilmu Penyakit Dalam, 3. Ilmu Kesehatan Anak, 4. Obsetri dan Ginekologi, 5. Ilmu Penyakit Saraf, 6. Psikiatri, 7. Ilmu Penyakit Mata, 8. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, 9. Ilmu Penyakit THT, 10. Ilmu Penyakit Jantung, 11. Ilmu Penyakit Paru, 12. Radiologi, 13. Anestesiologi, 14. Ilmu Kedokteran Forensik tahun 1980 yang intinya Bagian Kardiologi, Bagian Pulmonologi dan Bagian Ilmu Penyakit Dalam serta ke 14 Program Studi Sp1 diakui sejajar. Keputusan Majelis Wali Amanat UI No 005/SK/MWA-UI/2007 tanggal 25 April 2007menegaskan: Meniadakan terjadinya tumpang tindih program studi dengan kompetensi lulusan yang sama dari semua fakultas dan/atau program pascasarjana. Sehingga di FKUI seyogyanya hanya ada 1 (satu) program pendidikan Sp1 untuk dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah maupun subspesialisasinya.
4. Pengertian Umum
7 Januari 2017
10
Standar nasional pendidikan profesi Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah (SpJP) di Indonesia adalah perangkat penyetara pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah yang dibuat dan disepakati bersama oleh pemangku kepentingan pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah yaitu Kolegium Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). Standar tersebut merupakan suatu perangkat yang dapat digunakan untuk menjaga mutu serta menilai perbaikan kualitas proses pendidikan dokter SpJP (PPDS) oleh Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah (IPD-SpJP) yang bertanggungjawab untuk hal tersebut. Di samping itu, standar merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur tercapainya tujuan pendidikan sesuai kompetensi yang ditetapkan. Standar dapat pula dipakai oleh IPD-SpJP untuk menilai dirinya sendiri, maupun sebagai dasar perencanaan program perbaikan kualitas proses pendidikan secara berkelanjutan.
5. Pengertian Standar Kompetensi Dokter Spesialis Standar Profesi SpJP adalah kriteria kemampuan (knowledge, skill and professional attitude) keahlian spesifik penyakit jantung dan pembuluh darah (Kardiovaskular) minimal yang harus dipelajari dan dicapai. Sertifikasi yang dikeluarkan oleh Kolegium Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah adalah pemberian pengakuan bahwa pemegang sertifikat telah memenuhi standar profesi SpJP. Dokter SpJP adalah tenaga kesehatan yang mampu (kompeten) melakukan pemeriksaan, pengobatan maupun melakukan tindakan/prosedur dan intervensi sesuai Kurikulum Program Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (Kardiovaskular) merupakan salah satu bidang spesialisasi di dalam ilmu kedokteran yang lulusannya diberi nama Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah (SpJP). Kolegium Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah menyusun Standar Profesi Pendidikan Nasional dan Kompetensi Pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan
7 Januari 2017
11
Pembuluh Darah bersama Institusi Pendidikan Kardiologi dan Kedokteran Vaskular (Departemen/Bagian Kardiologi dan Kedokteran Vaskular ). Kolegium menyusun Kurikulum Inti Kardiovaskular minimal. Ketua Program Studi dan Institusi Pendidikan menjabarkannya dan boleh memodifikasi dengan muatan lokal tidak lebih dari 20%. Kurikulum Inti Kardiovaskular bertujuan menyediakan suatu kerangka acuan dalam penyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis di bidang Kardiologi dan Kedokteran Vaskular yang disepakati. Selain itu, kurikulum inti kardiovaskular juga berfungsi sebagai acuan untuk Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB) bagi para dokter SpJP yang telah berpraktik atau sedang menjalani pendidikan. Kolegium Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah melakukan bench marking dengan The European Society of Cardiology/ESC, sehingga dalam menyusun standar nasional pendidikan profesi dokter spesialis jantung dan pembuluh darah yang mengacu pada Core Sylabus ESC 2013, termasuk subyek materi yang dimasukkan sebagai bagian dari spesialisasi dengan tujuan: 1. Menetapkan batasan kompetensi spesialisasi dan, 2. Menentukan batasan pengetahuan sebagai acuan untuk pembuatan Kurikulum. Selanjutnya, Kurikulum Inti Kardiovaskular mempunyai fungsi lanjutan dengan menetapkan batas pengetahuan, keahlian dan perilaku yang harus dicapai bagi seorang dokter SpJP (general cardiologist). Lebih luas, Kurikulum Inti Kardiovaskular juga berfungsi sebagai landasan untuk struktur aktivitas pendidikan Peserta Program Dokter Spesialis (PPDS) Kardiologi dan Kedokteran Vaskular di Indonesia, baik peserta dalam negeri maupun peserta adaptasi. Dengan tujuan dasar untuk meningkatkan standar pendidikan akademik dan profesionalisme bagi dokter SpJP, Kurikulum Inti Kardiovaskular bermanfat sebagai masukan yang bertujuan memperbaiki pelayanan kesehatan bagi pasien penyakit jantung dan pembuluh darah di seluruh Indonesia. PERKI dan Kolegium memiliki komitmen untuk mempelajari ulang dan merevisi Kurikulum secara teratur. Kajian dan revisi ulang akan memasukkan perkembangan dalam modalitas diagnostik dan tata laksana yang berubah sangat cepat di bidang kardiovaskular.
7 Januari 2017
12
Proses pembuatan dan revisi Kurikulum Inti Kardiovaskular menggunakan batasan yang dinamis. Di Indonesia dengan berkembangnya keilmuan Kardiovaskular dan bidang spesialisasi lainnya, terdapat berbagai tingkatan kurikulum yang berbeda dan bersinggungan, selain itu subyek atau aktivitas yang dianggap bagian utama spesialisasi juga bervariasi secara bermakna antar daerah. Di Indonesia seorang SpJP yang telah menyelesaikan pendidikan diharapkan untuk mampu secara mandiri melakukan pemeriksaan diagnostik koroner (diagnostic coronary angiography), sedangkan untuk melakukan intervensi disyaratkan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan lanjutan. Subspesialis di bidang Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah adalah: 1. Kardiologi Intervensi 2. Kardiovaskular Intensif dan Kegawatan 3. Kardiologi Nuklir dan Pencitraan 4. Ekokardiografi 5. Aritmia 6. Vaskular 7. Kardiologi Pediatrik dan Kelainan Bawaan 8. Prevensi dan Rehabilitasi
Sesuai dengan bench marking maka subspesialisasi hendaknya dilaksanakan dalam bentuk fellowship training. Dalam menyusun Kurikulum, Kolegium berusaha tidak menggunakan batasan yang terendah, melainkan batasan yang lebih tinggi namun beralasan. Kolegium menyadari bahwa beberapa kompetensi dalam modul tertentu mungkin dianggap terlalu tinggi sehingga dianggap ”sebaiknya dimiliki” – bukan ”seharusnya dimiliki” oleh Peserta Didik di beberapa daerah untuk jangka pendek. Seiring perkembangan, terutama ketersediaan tekhnologi, variasi antar daerah ini diharapkan dapat dikurangi. Kurikulum Inti Kardiovaskular bertujuan menentukan apa yang seharusnya dikuasai semua dokter SpJP di Indonesia, yang terbagi dalam Kriteria Umum dan Khusus.
6. Manfaat
7 Januari 2017
13
Manfaat Standar Kompetensi Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah adalah: a. Bagi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Sesuai dengan Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang mengatakan bahwa kurikulum program studi menjadi wewenang institusi pendidikan kedokteran, maka Standar Kompetensi Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah merupakan kerangka acuan utama bagi institusi pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dalam mengembangkan kurikulumnya masing-masing. Walaupun kurikulum berbeda, tetapi Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah yang dihasilkan dari berbagai institusi pendidikan diharapkan memiliki kesetaraan dalam hal penguasaan kompetensi.
b. Bagi Pengguna Standar Kompetensi Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dapat dijadikan kerangka acuan utama bagi Departemen Kesehatan maupun Dinas Kesehatan Propinsi ataupun Kabupaten dalam pengembangan sumber daya manusia kesehatan, dalam hal ini Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dapat memberikan pelayanan kesehatan yang optimal. Dengan adanya Standar Kompetensi Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, DepKes dan Dinas Kesehatan sebagai pihak yang akan memberikan lisensi dapat mengetahui kompetensi apa yang telah dikuasai oleh Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dan kompetensi apa yang perlu ditambah, sesuai dengan kebutuhan spesifik di tempat kerja. Dengan demikian pihak Departemen Kesehatan dan Dinas Kesehatan dapat menyelenggarakan pembekalan atau pelatihan jangka pendek sebelum memberikan ijin praktik.
c. Bagi Peserta Didik Standar Kompetensi Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dapat digunakan oleh peserta didik untuk mengarahkan proses belajarnya, karena peserta didik mengetahui sejak awal kompetensi yang harus dikuasai di akhir
7 Januari 2017
14
pendidikan. Dengan demikian proses pendidikan diharapkan dapat berjalan lebih efektif dan efisien.
d. Bagi Departemen Pendidikan Nasional dan Badan Akreditasi Nasional Standar Kompetensi Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi kriteria pada akreditasi program studi pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah.
e. Bagi Kolegium Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Indonesia Standar Kompetensi Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dapat dijadikan acuan dalam menyelenggarakan program pengembangan profesi secara berkelanjutan.
f. Program Adaptasi bagi Lulusan Luar Negeri Standar Kompetensi Dokter Spesalis Jantung dan Pembuluh Darah dapat digunakan sebagai acuan untuk menilai kompetensi Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah lulusan luar negeri
7 Januari 2017
15
BAB II Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
1. Standar Kompetensi lulusan 1.1.Kompetensi Inti 1.1.1. Kompetensi dalam Area Etika, Moral, Profesionalisme dan Medikolegal 1. Berperilaku profesional dalam praktik kedokteran serta mendukung kebijakan kesehatan 2. Bermoral dan beretika serta memahami isu-isu etik maupun aspek medikolegal dalam praktik kedokteran
1.1.2. Kompetensi sebagai Ilmuwan/Peneliti Sekurang-kurangnya mencakup: 1. Menilai secara kritis sumber-sumber informasi medik 2. Melakukan sendiri atau bekerjasama dengan profesi lain dalam melaksanakan penelitian bidang jantung dan pembuluh darah 3. Mengembangkan, mengimplementasikan dan memantau strategi pendidikan untuk diri sendiri yang berkelanjutan 4. Memfasilitasi pembelajaran mahasiswa kedokteran dan tenaga profesional lain 5. Berkontribusi dalam pengembangan ilmu kardiovaskular baru 6. Penilai sebaran penyakit jantung dan pembuluh darah di daerahnya
1.1.3. Kompetensi dalam Area Komunikasi Efektif Mampu menggali dan bertukar informasi (verbal dan non verbal) dengan pasien pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega dan profesi lain.
1.1.4. Kompetensi dalam Area Landasan Ilmiah dan Ketrampilan Klinis 7 Januari 2017
16
A. Area Landasan Ilmiah Mengidentifikasi, menjelaskan dan merancang penyelesaian masalah kesehatan mutakhir untuk mendapat hasil yang optimum.
B. Area Ketrampilan Klinis 1. Memperoleh riwayat penyakit, melakukan pemeriksaan fisik serta membuat rekam medis 2. Melakukan prosedur klinis dan pemeriksaan laboratorium dasar, seta menafsirkan hasilnya 3. Memilih pemeriksaan penunjang sesuai dengan kebutuhan pasien 4. Memilih dan melakukan ketrampilan terapeutik, serta tindakan prevensi sesuai dengan kewenangannya
1.1.5. Kompetensi dalam Area Pengelolaan Masalah Kesehatan Mengelola masalah kesehatan pada individu, keluarga, ataupun
masyarakat secara
komprehensif, holistik, berkesinambungan, koordinatif dan kolaboratif dalam konteks pelayanan kesehatan tingkat primer.
1.1.6. Kompetensi dalam Area Pengelolaan Informasi Mengakses, mengelola, menilai secara kritis kesahihan dan kemampu-terapan informasi untuk menjelaskan dan memecahkan masalah atau mengambil keputusan dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan di tingkat primer.
1.1.7. Kompetensi dalam Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri 1. Melakukan praktik kedokteran dengan penuh kesadaran atas kemampuan dan keterbatasannya 2. Mengatasi masalah emosional, personal, kesehatan dan kesejahteraan yang dapat mempengaruhi kemampuan profesinya 3. Belajar sepanjang hayat 4.
Merencanakan,
menerapkan
dan
memantau
perkembangan
profesi
secara
bersinambung
7 Januari 2017
17
1.1.8. Kompetensi Manajerial (di SNPK tidak ada) Sekurang kurangnya mencakup: 1. Menggunakan dan memanfaatkan sumber daya secara efektif, efisien dan seimbang guna: pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah, pemeriksaan, pengobatan dan pemeriksaan pasien, kebutuhan belajar, aktivitas di luar. 2. Bekerja secara efektif dan efisien dalam suatu unit organisasi kesehatan. 3. Menggunakan tekhnologi informasi dan buletin klinik yang terbaik untuk mengoptimalkan tatalaksana pasien, pembelajaran yang berkesinambungan, peningkatan mutu pelayanan, dan kegiatan-kegiatan lain. 4. Memimpin suatu unit pelayanan kesehatan jantung dan pembuluh darah. 1.2. Komponen Kompetensi Seorang dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah (SpJP) memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam bidang-bidang di bawah ini: 1. Elektrokardiografi 2. Ekokardiografi dan Pencitraan 3. Kateterisasi Jantung dan angiografi dan intervensi non bedah 4. Genetik kardio vaskular 5. Farmakologi klinik kardio vaskular 6. Pencegahan penyakit kardio vaskular 7. Hipertensi 8. Penyakit jantung diabetes 9. Sindroma koroner akut 10. Penyakit jantung iskemik (PJK) 11. Uji latih jantung beban 12. Penyakit miokardial 13. Penyakit perikardial 14. Tumor jantung 15. Kehamilan pada penyakit jantung 16. Demam rematik dan penyakit jantung katup
7 Januari 2017
18
17. Infektif endokarditis 18. Gagal jantung 19. Hipertensi arteri pulmoner 20. Rehabilitasi dan fisiologi latihan 21. Aritmia 22. Fibrilasi atrium 23. Sinkope 24. Kematian jantung mendadak dan resusitasi 25. Penyakit aorta dan trauma pd aorta 26. Penyakit vaskular 27. Penyakit tromboembolik vena 28. Emboli paru dan tromboemboli kronik 29. Kardiovaskular akut 30. Kardiologi pediatrik dan Penyakit Jantung Bawaan 31. Kardio vaskular intensif 32. Kardiologi nuklir,pencitraan kardiovaskular, CT Kardio, MRI, dan CMR
1.3. Kemampuan yang Diharapkan pada Akhir Pembelajaran Untuk menilai bahwa capaian yang diinginkan secara minimal telah terpenuhi, maka pada akhir pendidikan peserta didik harus dapat memenuhi kompetensi sesuai tabel di bawah ini, di mana kompetensi dasar adalah standar minimal yang harus dicapai untuk manjadi seorang Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, sedangkan untuk mencapai kompetensi lanjutan diperlukan pendidikan dan pelatihan lanjutan.
(file tabel kompetensi dasar dan lanjutan)
2. Standar Isi Standar isi berikut ini menjabarkan kriteria minimal yang harus dipenuhi di masingmasing komponen kompetensi dari sisi Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap yang harus dimiliki seorang dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah untuk mencapai Tujuan pembelajaran yang ditentukan.
7 Januari 2017
19
2.1. Elektrokardiografi Tujuan Memilih, melakukan dan menginterpretasi masing-masing teknik EKG non-invasif: - EKG 12 lead standard - EKG jangka panjang ambulatory - Pemeriksaan EKG latihan - Cardio-Pulmonary Exercise Testing (CPX) Pengetahuan EKG 12 Lead Mekanisme selular dan molekular yang terlibat dalam aktivitas listrik jantung Anatomi dan fisiologi sistem konduksi Vektor-vektor elektrik di sepanjang siklus karidak EKG normal dan bagaimana masing-masing vektor-vektor elektrik mempengaruhinya Artefak dan lead terbalik yang umum pada EKG Penampakkan khas dari, dan penjelasan untuk, EKG pada pasien dengan: (a) Hipertrofi bilik (b) Iskemia dan infark (c) Penilaian penyakit sisi kanan atau posterior jantung melalui EKG 15 atau 18 lead dengan penempatan lead prekordial alternatif (d) Gangguan konduksi o Left Bundle Branch Block, Right Bundle Branch Block o Hemi-Fascicular Block o Kelambatan konduksi intraventrikular jenis lain o Blok AV (e) Takikardia dan bradikardia (f) Pre-eksitasi (g) Channelopathies o Abnormalitas QT (QT pendek, QT panjang) o Pola EKG Brugada o Repolarisasi awal (h) Gangguan repolarisasi lainnya o Abnormalitas elektrolit o Obat-obat antiaritmia dan obat-obatan lain o Hipotermia (i) Perikarditis, pericardial effusion, miokarditis (j) Kardiomiopati aritmogenik (k) Peralatan pacemaker, ICD, dan CRT, dan kerusakannya EKG Jangka Panjang Ambulatory Indikasinya
7 Januari 2017
20
Keterbatasannya Pemeriksaan EKG Latihan Indikasi utamanya - Evaluasi iskemia - Evaluasi respons pengobatan - Evaluasi kapasitas fungsional (CPX) - Evaluasi aritmia yang inducible - Evaluasi respons hemodinamik non-invasif terhadap latihan (misalnya respons kronotropik, respons tekanan darah) Kontraindikasi Kriteria untuk menghentikan pemeriksaan Komplikasi dan tatalaksana Cardiopulmonary Exercise Testing Indikasi utamanya (a) Evaluasi toleransi latihan (b) Diferensiasi antara etiologi kardiovaskular dan pulmonar pada intoleransi latihan (c) Kapasitas aerobik dan batasan anaerobik, slope VE/VCO2 (d) Evaluasi pada pasien dengan penyakit kardiovaskular (i) Evaluasi fungsional dan prognosis pasien dengan gagal jantung (ii) Seleksi untuk transplantasi jantung (iii) Monitoring rehabilitasi jantung Keterampilan EKG 12 Lead Kemampuan untuk melakukan pemeriksaan EKG dan menginterpretasi secara sistematis dalam konteks klinis EKG Jangka Panjang Ambulatory Kemampuan untuk melakukan pemeriksaan EKG ambulatory dan menginterpretasinya Pemeriksaan EKG Latihan Kemampuan untuk: - Melakukan pemeriksaan EKG latihan dan menginterpretasinya dalam konteks klinis - Menatalaksana komplikasi dan melakukan RJP dan Advanced Cardiac Life Support (ACLS) Cardiopulmonary Exercise Testing Melakukan pemeriksaan CPX dan menginterpretasinya dalam kasus-kasus yang rutin Sikap - Kesadaran akan pengaruh kemungkinan pre-test terhadap kemungkinan post-test (hukum Bayes) - Menyemangati dan meyakinkan pasien selama pemeriksaan
7 Januari 2017
21
2.2. Ekokardiografi dan Pencitraan Tujuan Memilih dengan tepat dari lima modalitas imaging: - Ekokardiografi - Cardiovascular Magnetic Resonance (CMR) - Cardiac Computed Tomography (CT) - Nuclear imaging - Vascular modality dan mengintegrasikan hasilnya ke dalam penanganan pasien secara individual. Pengetahuan Menjelaskan kegunaan berbagai modalitas tersebut untuk mengukur struktur dan fungsi jantung serta pembuluh darah arteri dan vena: o Dimensi ruang dan dinding jantung o Massa ventrikel kiri (LV) o Volume ventrikel o Fraksi ejeksi/regurgitasi o Regional wall motion abnormalities o Estimasi ukuran shunt o Perhitungan stenosis katup o Estimasi regurgitasi katup o Estimasi fungsi diastolik LV o Kalsifikasi arteri koroner o Perfusi miokard o Penyakit miokard o Coronary artery disease o Penyakit perikard o Tumor kardiak o Penyakit jantung kongenital o Noninvasive coronary angiogram Menjelaskan berbagai teknik pengukuran dan atau pemakaian modalitas o M-mode o 2 dimensional (2D) mode o Doppler o Contrast echocardiografi o Compression Ultrasound o Hyperemi Test o Segmental limb pressure measurement • Mengetahui berbagai indikasi pengukuran dan atau penilaian: o Volume dan shunt o Evaluasi fungsi sistolik dan diastolik (termasuk ejection fraction) o Regional wall motion abnormalities o Massa LV o Dimensi ruang dan dinding 7 Januari 2017
22
o o o o o o o
Regurgitasi katup Fungsi diastolik LV Penyakit jantung kongenital Iskemi ekstremitas dan organ viseral Venous Tromboembolism Disfungsi endotel, insufisiensi vena, stiffness aorta AVfistel, malformasi, spasme
Modalitas: o TTE o TEE o Doppler o Stress test o Stress ekokardiografi Keterampilan Keterampilan dijelaskan pada tiap modalitas Untuk mencapai kompetensi tersebut disesuaikan pengalaman yaitu mampu melakukan pemeriksaan dan interpretasi sesuai standar yang disepakati baik secara nasional maupun internasional Sikap Memilih teknik imaging yang cocok untuk situasi klinis spesifik termasuk pengertian mendalam dari pendekatan Bayesian. Memilih teknik, modalitas dan protokol imaging yang berguna secara klinis dan costeffective, menghindari penggunaan yang berlebihan atau tidak optimal (over- and under-utilisation). Integrasi data dari teknik non-invasif yang berbeda maupun dari imaging invasif. Mengenali dan tetap berada pada perkembangan imaging non-invasif. Mengenali kekuatan dan kelemahan Doppler vascular echocardiography dalam suatu situasi klinis. Bekerjasama dengan kardiologis intervensional, elektrofisiologis, anestesiolog dan spesialis lain yang terlibat dalam emergency medicine dan intensive care dan dengan bedah jantung. Menjelaskan pada pasien tentang hasil tes ekokardiografi, Doppler vaskuler. 2.3. Kateterisasi Jantung dan Angiografi dan Intervensi Non Bedah Tujuan Mampu melakukan dan menginterpretasi angiogram koroner native dan conduit/graft bedah dan angiogram ventrikel kiri Mampu melakukan dan menginterpretasi kateterisasi jantung kanan dan kiri Pengetahuan Menjelaskan prinsip pencitraan fluoroskopi, fisika radiasi dan keamanan Menjelaskan komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi pada kateterisasi jantung dan
7 Januari 2017
23
angiografi (termasuk hipotensi, gagal jantung, aritmia, iskemik miokard, reaksi kontras, emboli kolesterol, gagal ginjal, komplikasi-komplikasi vaskuler dan perdarahan retroperitoneal dan tamponade jantung). Memahami anatomi radiologis dari jantung, aorta, pembuluh-pembuluh darah besar dan arteri koroner, demikian juga arteri femoral, radial dan brachial yang digunakan untuk akses pembuluh darah selama kateterisasi Mengenal bentuk gelombang tekanan yang diperoleh selama kateterisasi jantung Menjelaskan data-data hemodinamik dan oksimetri yang rutin dikumpulkan dan bagaimana menghitung cardiacoutput, resistensi vaskuler, area katup dan shunt arteriovenous dari hasil pengukuran Menjelaskan bermacam-macam teknik kateterisasi perkutan dan cut-down Menjelaskan bermacam-macam tipe kateter yang digunakan dalam angiografi koroner dan kateterisasi jantung Menjelaskan peralatan-peralatan dan teknik yang digunakan untuk kateterisasi transeptal dan diskusi aplikasinya Menjelaskan kapan dan bagaimana cara melakukan pacu jantung dan pericardiocentesis dan komplikasi-komplikasi yang berhubungan dengan tindakan Mengerti prinsip-prinsip dasar dan indikasi ultrasound intrakoroner, Doppler dan penilaian tekanan
Keterampilan Menunjukkan pemahaman mengenai peralatan-peralatan di laboratorium kateterisasi (monitoring fisiologi, transducer, analisis gas darah, powerinjector) Mendapatkan akses arterial perkutan (femoral, radial, brachial) dan akses vena dan pencapaian hemostasis setelah kateterisasi Melakukan kateterisasi jantung kiri termasuk angiografi koroner, ventrikulografi , angiografi graft by pass koroner, dan intervensi non bedah diperlukan pengalaman minimal yang terdokumentasi Melakukan kateterisasi jantung kiri termasuk angiograf koroner, ventrikulografi, angiografi graft by pass koroner dan intervensi non bedah; diperlukan dokumentasi pengalaman minimal Melakukan bedside kateterisasi jantung kanan termasuk pengukuran cardiac output, pengukuran tekanan dan oksimetri; diperlukan dokumentasi pengalaman minimal Menunjukkan keahlian dalam mengatasi aritmia yang mengancam jiwa dan keadaan emergensi lainnya di laboratorium kateterisasi termasuk resusitasi dan pengukuran bantuan hidup (life support) Mengevaluasi angiografi koroner, ventrikulogram, aortogram dan angiografi pulmonal, yang normal dan patologis. Harus mencapai tingkat kompetensi III Sikap Mampu melakukan pemilihan modalitas penatalaksanaan yang tepat (medis, perkutan atau bedah) berdasarkan data angiografi Menunjukkan tanggung jawab dalam permintaan, melakukan dan menginterpretasi test invasif dengan mempertimbangkan secara tepat risiko dan keuntungan tindakan
7 Januari 2017
24
Mengenal risiko ion radiasi terhadap pasien dan petugas medis. Mengenal kekuatan dan kelemahan prosedur diagnostik invasif dan menginterpretasikan dengan data klinis lainnya Konsultasi dengan perawat dan teknisi dan dokter spesialis seperti intervensionis, elektofisiologis, atau pediatrik kardiologis
2.4. Genetik Kardiovaskular Tujuan Mampu untuk melakukan penilaian dan pengobatan kardiologik umum terhadap pasien dengan kelainan kardiovaskular karena familial atau keturunan. Pengetahuan Menjelaskan insidens dan prevalensi dari kelainan kardiovaskular karena keturunan di komunitas lokal Mempunyai pengetahuan dasar tentang embriologi kardiak dan gen familial utama yang turut dalam kardiogenensis Menjelaskan prinsip-prinsip tentang keturunan Mendelian Menjelaskan prinsip-prinsip penyakit kardiovaskular poligenik (seperti: hipertensi, diabetes dan dislipidemia) Mengingat kembali tentang penyakit kardiovaskular monogenik utama; kardiomiopati hipertropik; aortopati familial, seperti sindroma Marfan, Ehler-Danlos dan William; kardiomiopati dilatasi familial, ”familial channelopathies”, kelainan familial dari proses septasi, ’familial basis of conotruncal anomalies; trisomi khususnya trisomi 21, dislipidemia familial, khususnya ”low density lipoprotein receptor” Menjelaskan dasar familial tentang tumor kardiak yang diturunkan. Keterampilan Mengambil anamnesa yang relevan dan membuat pemeriksaan yang sesuai Menilai riwayat keluarga yang relevan dan membuat silsilah keluarga Membedakan autosomal dominan, autosomal resesif, “X-linked”, dan pola mitokondrial dari warisan Memberikan penyuluhan terhadap anggota keluarga tentang kasus-kasus kelainan kardiovaskular genetik dan risiko kemungkinan terkena kelainan tersebut Mengenali masalah-masalah dengan interpretasi silsilah seperti penetrasi yang tidak lengkap, variasi ekspresi serta pola-pola ekspresi yang berhubungan dengan usia Tatalaksana ketidakpastian yang berhubungan dengan pemeriksaan genetik Merujuk pasien serta keluarga ke pusat-pusat kesehatan yang sesuai dengan kelainan yang dimiliki Sikap Bekerja sama dengan ahli genetika klinik Mengembangkan metode yang sistematik untuk pendekatan terhadap keluarga yang potensial memiliki kelainan kardiovaskular yang diturunkan Menggunakan teknik konseling yang sesuai untuk menjelaskan, mengedukasi dan
7 Januari 2017
25
menginformasikan pasien tentang perjalanan penyakit yang dimiliki, pemeriksaanpemeriksaan diagnostik yang digunakan serta keuntungan dan kelemahan dari pemeriksaan diagnostik tersebut pada pasien-pasien yang berisiko Konsultasi dengan pasien dan keluarga untuk memperbaiki pengetahuan dan tatalaksana dari penyakit kardiovaskular yang diturunkan Konsultasi dengan tenaga medis profesional dari spesialistik lain pada pasien dengan kelainan genetik
2.5. Farmakologi Klinik Kardiovaskular Tujuan Menguasai teori dan praktek dari seni terapi farmakologik dari penyakit kardiovaskular Pengetahuan Mengenai klasifikasi serta mekanisme kerja dan obat-obat (dengan penekanan pada penghambat EKA, penghambat reseptor angiotensin, anatagonis aldosteron, obat-obat anti aritmia, penghambat beta, anatagonis kalsium, diuretik, obat-obat penurun lemak, obat anti platelet, anti koagulan, inotropik, digitalis, nitat, obat-obat vasodilator lain, obat-obat dengan toksisitas terhadap jantung, serta obat-obat dengan dengan mekanisme lain) Mengenali, untuk obat-obat yang telah disebut diatas. - Farmakokinetik, (absorbsi, bioavailabilitas, distribusi, biotransformasi, ekskresi) - Farmakogenetik - Indikasi - Kontraindikasi - Interaksi - Efek samping dan toksisitas Melakukan dan menginterpretasikan tes diagnostic untuk menilai efektivitas dan keamanan dari obat (tes laboratorium, EKG, monitoring, hemodinamik, ekokardiografi) Menggambarkan pengetahuan dasar tentang percobaan klinik acak dan ilmu kedokteran berbasis bukti Keterampilan Mengambil anamnesa yang relevan dari regimen pengobatan pasien termasuk obat yang dibeli bebas Menilai risiko dan manfaat dari regimen obat-obatan untuk kondisi kardiovaskular tertentu Mengamati efek yang diinginkan serta efek samping dari terapi pasien. Dari hal ini, mampu membuat modifikasi yang sesuai pada regimen pengobatan Mengenali dan menangani interaksi obat yang mungkin terjadi Mengevaluasi desain dan hasil dari percobaan-percobaan klinik yang telah dipublikasikan Mengidentifikasi dan menginterpretasi kegunaan terapi herbal yang digunakan oleh pasien 7 Januari 2017
26
Sikap Mengaplikasikan prinsip-prinsip pedoman-pedoman pengobatan berbasis bukti yang terbaru dalam praktik klinik Komunikasi dengan pasien beserta anggota keluarganya untuk meningkatkan komplain pasien dan memastikan pengenalan dini dari efek samping yang mungkin terjadi Mempertimbangkan efektivitas biaya dan ketersediaan dari obat-obatan yang diresepkan 2.6. Pencegahan Penyakit Kardiovaskular Tujuan Untuk memeriksa dan menatalaksana pasien dengan faktor risiko kardiovaskular Untuk dapat mengevaluasi bagaimana metode pencegahan yang berbeda-beda dapat bermanfaat Untuk berperan serta dalam usaha global dalam rangka menurunkan mortalitas kardiovaskular dengan cara mengkomunikasikan pesan-pesan metode pencegahan kepada publik Pengetahuan Menjelaskan insiden dan prevalensi penyakit kardiovaskular di komunitas lokal Menjelaskan faktor-faktor risiko Menjelaskan penilaian risiko pada prevensi primer, interaksi risiko multifaktorial dan table penghitungan skor risiko Menjelaskan pola makan dan nutrisi dalam hubungannya dengan penatalaksanaan risiko penyakit kardiovaskular Menjabarkan tatalaksana khusus/strategi prevensi untuk merokok, dislipedemi, diabetes melitus, hipertensi, inaktivitas fisik, hipertrofi ventrikel kiri, obesitas, sindrom, metabolic, faktor psikososial Mengenali bahwa faktor risiko sering ditemui berkelompok dan memerlukan pendekatan komprehensif Menjelaskan penilaian risiko dalam prevalensi sekunder termasuk terapi obat Mengenali komplikasi dan konsekuensi pada tiap faktor risiko tertentu Keterampilan Mengambil riwayat penyakit yang relevan dan menampilkan pemeriksaaan klinis yang tepat Menatalaksana faktor risiko dengan tepat dan mengkomunikasikan betapa pentingnya kepada pasien, keluarga dan komunitas yang lebih luas Mengevaluasi risiko penyakit kardiovaskular pada seorang pasien Mengevaluasi keuntungan intervensi faktor risiko pada seorang pasien Sikap Menghargai pentingnya penatalaksanaan faktor risiko Menghargai beragamnya faktor risiko penyakit kardiovaskular lintas populasi, 7 Januari 2017
27
sosila ekonomi, gender dan ras Melalui edukasi pasien, menganjurkan gaya hidup yang lebih sehat dengan penekanan spesifik untuk mengendalikan faktor risiko Mengajukan saran dan dukungan kepada anggota keluarga dengan penyakit kardiovaskular yang diturunkan Bekerjasama dengan spesialis lain seperti Ahli Gizi, Diabetologist dan Perawatan Spesialis Berpartisispasi aktif dalam program prevensi penyakit Kardiovaskular Mempertimbangkan cost-effectacy dalam peresepan regimen obat
2.7. Hipertensi Tujuan Untuk mendiagnosa dan mengobati brbagi jenis hipertensi arterial Untuk menilai komplikasi jantung dan target organ lain pada pasien dengan hipertensi arterial Pengetahuan Menjelaskan epidemilogi, etiologi dan patofisiologi hipertensi esensial Menjabarkan komplikasi dan konsekuensi hipertensi esesensial Menjabarkan diagnosis dan pemeriksaan hipertensi esensial: Pengukuran tekanan darah Gejala dan tanda kerusakan organ target Prosedur diagnostik lain Menjabarkan penatalaksanaan hipertensi esensial Menerangkan hipertensi sekunder dngan mengingat berbagai penyebabnya : Hipertensi renovaskular Hipertensi penyakit parenkim ginjal bilateral Hipertensi akibat kantrasepsi hormonal dan estrogen terkojugasi Bentuk lain hipertensi sekunder Menjelaskan secara garis besar biologi sel hipertrofi ventrikel kiri Keterampilan Mengambil riwayat yang relevan dan menampilkan pemeriksaan klinis yang tepat Menghitung tekanan darah menggunakan metode yang tepat untuk diagnosis dan kontrol terapi termasuk pengukuran tekanan darah ambulatoar Menasehati pasien untuk mengubah gaya hidup dan memperbaiki ketaatan minum obat Menasehati pasien untuk menghitung tekanan darahnya sendiri Menampilkan skrining yang hemat biaya untuk hipertensi sekunder Memilih terapi yang adekuat untuk menurunkan tekanan darah hingga nilai target dan mencegah dan mengobati kerusakan target organ Memilih parameter yang tepat untuk menjabarkan profil risiko pada seorang pasien dengan hipertensi Mengidentifikasi kerusakan organ sekunder (terutama jantung, syaraf, ginjal dan
7 Januari 2017
28
atherosklerosis) yang disebabkan hipertensi Menatalaksana dengan regimen terapi multiobat sesuai komorbid dan efek samping yang mungkin Sikap Mengetahui bahwa diagnosis dan tatalaksana hipertensi memerlukan pendekatan multidisiplin Mampu untuk memotivasi pasien untuk mempertahankan ketaatan minum obat antihipertensi Menghargai bahwa hipertensi sering tidak terdiagnosa dan tidak diterapi secara adekuat Mengenali kumpulan faktor risiko termasuk hipertensi dalam rangka pendekatan holistik penatalaksanaan pasien 2.8. Penyakit Jantung dengan Kelainan Endokrinologi dan Metabolik Tujuan Mendiagnosis dan menerapi komplikasi kardiovaskular pada pasien diabetes yang bervariasi mulai dari gangguan toleransi glukosa sampai insulin dependen diabetes dan komplikasinya. Pengetahuan Definisi diabetes mellitus Menjabarkan peran diabetes terhadap terjadinya penyakit jantung koroner yang meliputi : - epidemiology - patofisiologi komplikasi kardiovaskular - peran dari intervensi factor risiko - skrining dari CAD pada pasien diabetes - skrining diabetes pada pasien CAD (tes glukosa oral) Menjabarkan patofiologi dari diabetes dan komplikasi kardiak dan non-kardiak Menjabarkan terapi meliputi diet, olahraga, obat hipoglikemik dan insulin. Menjelaskan perkembangan baru mengenai konsep sindroma metabolik Keterampilan Membuat anamnesis dan melakukan pemeriksaan fisik yang tepat Mengelola prevensi, diagnosis dan terapi dari diabetes dan komplikasi kardiovaskular Secara aktif berpartisipasi pada kerjasama dokter – dokter secara multidisiplin dan mendukung staf medis dalam mengelola pasien diabetes dengan tepat berdasarkan status penyakitnya dan komplikasinya. Sikap Mengerti dengan pendekatan multidisiplin pada pasien dengan diabetes Menyadari pentingnya pengenalan akan perjalanan penyakit dari prevensi dini sampai pada terapi pada kerusakan organ permanent Mengetahui pentingnya mengelola pasien asymptomatik untuk meningkatkan prognosis
7 Januari 2017
29
2.9. Sindroma Koroner Akut Tujuan Dapat melakukan penilaian spesialistik dan penatalaksanaan penderita Sindroma Koroner Akut (SKA): - STEMI - NSTEMI - APTS Pengetahuan Memahami aspek-aspek patofisiologi Sindrome Koroner Akut: iskemik miokard, aterosklerosis pada arteri koroner epikardial, faktor presipitasi SKA, PJK non atrheromatous. Memahami secara baik tanda-tanda klinis SKA; nyeri dada iskemik, pemeriksaan sistem kardiovaskuler pada SKA, iskemia terselubung dan infark miokard. Memahami secara baik dalam menegakkan diagnosis APTS dan NSTEMI: analisis keluhan dan tanda-tanda klinis, diagnosis banding, rekam EKG 12 lead, pemeriksaan laboratorium, modalitas pencitraaan. Memahami secara baik prosedur-prosedur dalam menegakkan diagnosis IMA: analisis keluhan dan tanda-tanda klinis, diagnosis banding, rekam EKG 12 lead, pemeriksaan laboratorium, modalitas pencitraaan. Memahami komplikasi potensial yang dapat terjadi pada IMA, iskemik miokard, aritmia dan komplikasi mekanik Dapat menjelaskan dengan baik pilihan tatalaksana pada IMA: prehospitalisasi dan terapi farmakologis tambahan paska hospitalisasi. Intervensi koroner perkutan, bedah pintas koroner Keterampilan Dapat anamnesis yang mengarah dan melakukan pemeriksaan klinis yang memadai Memahami dengan baik faktor-faktor risiko, karakteristik klinis oklusi koroner dan tanda-tanda klinis lainnya yang menyertai Dapat melakukan interpretasi marka biokimiawi dari kerusakan otot miokard Dapat melakukan interpretasi EKG dan modalitas pencitraaan dalam mendeteksi serta menentukan lokasi iskemia atau infark Memahami pentingnya monitoring dalam penanganan penderita dengan SKA Memiliki kemampuan yang baik dalam penatalaksanaan dan terapi farmakologis ; analgetik, antiplatelet, antitrombotik dan anti iskemia Memahami indikasi dan kontraindikasi dalam melakukan tindakan reperfusi akut dan dapat membuat keputusan yang tepat Mampu menyeleksi tindakan kateterisasi pada penderita SKA Memiliki kemampuan pnatalaksanaan pasien dengan gagal jantung dan syok kardiogenik termasuk monitoring hemodinamik secara invasif. Memiliki pemahaman terhadap resusitasi kardiopulmonal tahap lanjut dan penatalaksanaan aritmia yang mengancam jiwa Sikap Mampu bekerja sama dalam organisasi tim yang baik yang dibutuhkan dalam 7 Januari 2017
30
mengelola penderita SKA secara optimal Mampu memberikan keputusan yang cepat dalam pengelolaan penderita SKA saat di emergensi hingga tindakan terapi definitif (misal, meminimalkan waktu door to ballon/needle) Menyadari kecemasan yang ditimbulkan ACS bagi pasien dan keluarga Memiliki kontribusi didalam meningkatkan kewaspadaan masyarakat awam terhadap keluhan nyeri dada dan pentingnya deteksi dini dari keluhan tersebut Mengetahui indikasi dan saat yang tepat dalam merujuk penderita untuk tindakan revaskularisasi 2.10. Penyakit Jantung Iskemik (PJK) Tujuan Mampu melakukan penilaian dan tatalaksana pasien dengan dalam taraf spesialis Mengevaluasi pasien dan menginterpretasi hasil prsedur diagnostik Menyeleksi dan memberikan terapi yang tepat Mampu melakukan tes exercise atau farmakologis secara terpisah atau bersama dengan modalitas pencitraan Pengetahuan Mendeskripsikan epidemiologi penyakit jantung iskemik dan factor risikonya Menjelaskan biologi molekuler dan selular dari Penyakit Jantung Iskemik Kronik, patologi, perkembangan dan efek dari iskemik terhadap miosit kardiak Menjelaskan peristiwa yang dapat mencetuskan serangan angina Menjelaskan prognosis Penyakit Jantung Iskemik Menjelaskan penilaian krinis dari Penyakit Jantung Iskemik Kronik yang telah diketahui dan dicurigai termasuk evaluasi nyeri dada, gejala dan tanda lain, dan prosedure diagnostik Menjelaskan manajemen dari Penyakit Jantung Iskemik Kronik termasuk gaya hidup dan farmakologis: obat yang dapat memodifikasi penyakit dan obat yang dapat mengendalikan gejala Menjelaskan peran dan kegunaan terapi medical dan revaskularisasi (intervensi koroner perkutan atau operasi bypass) pada pasien dengan penyakit jantung iskemik kronik Menjelaskan peran dari pelayanan kesehatan dalam manajemn penyakit jantung iskemik kronik Menjelaskan secara garis besar prinsip dari fisiologi koroner Menjelaskan mekanisme kerja vasolidator dan obat inotropik yang digunakan untuk tes stress Keterampilan Dapat mengambil anamnesa yang relevan dan melakukan pemeriksaan klinis yang tepat Dapat mendemonstrasikan kemampuan untuk menstratifikasi risiko individual pada pasien dan menyeleksi strategi manajemen yang tepat Menyeleksi penggunaan dan menginterpretasi penunjang diagnostik yang invasif maupun non-invasif, viabilitas, struktur ventrikel kiri, fungsi dan anatomi koroner 7 Januari 2017
31
Mengidentifikasi dan mengurang faktor risiko untuk Penyakit janting Iskemik Kronik Menginterpretasi EKG untuk deteksi iskemia dan atau aritmia Mampu melakukan tatalaksana aritmia yang mengancam hidup atau keadaan darurat termasuk ACLS, selama tes dilakukan
Sikap
Mengenali pentingnya manajemen risiko dan prevensi sekunder Konsultasi dengan spesialis seperti kardiolog intervensionis, dokter bedah jantung dan diabetologis untuk saran mengenai individual manajemen yang tepat untuk pasien Memilih modalitas stress yang tepat untuk pasien – pasien tertentu.
2.11. Uji Latih Jantung Beban Tujuan Mampu melakukan uji latih jantung dengan atau tanpa obat atau dengan modalitas pencitraan Menguraikan tentang prosedur klinik uji latih jantung dengan treadmill dan tujuan penggunaannya dalam klinis termasuk indikasi dan kontraindikasi Melakukan uji latih jantung beban dan interpretasinya Pengetahuan Menjelaskan prinsip dasar dari fisiologi koroner Menggambarkan prinsip-prinsip fisiologi latihan. Menggambarkan berbagai mekanisme dari obat fasodilator, inotropik yang digunakan dalam uji latih. Memahami indikasi dari uji latih jantung dalam upaya menilai kelainan berbagai penyakit jantung termasuk kelainan katup, aritmia dan gagal jantung Keterampilan Mengintepretasi gambaran EKG Isemia dan ataupun Aritmia. Mampu mengatasi berbagai keadaan aritmia yang membahayakan isemia atau keadaan emergensi termasuk ACLS sewaktu melakuakn uji latih.Dapat mengambil anamnesa yang relevan dan melakukan pemeriksaan klinis yang tepat Mampu menjelaskan penilaian klinis PJK yang dicurigai (laten) atau telah diketahui termasuk evaluasi nyeri dada (khas atau tipikal), gejala dan tanda lain, serta prosedur diagnostik yang diperlukan Menjelaskan anatomi dan fisiologi arteri koronaria Menjelaskan fisiologi dasar latihan (exercise) aerobik (dinamik) akut dan kronis Memahami indikasi dan kontraindikasi uji latih jantung dlm upaya menilai penyakit jantung iskemik Mahir menginterpretasikan perubahan EKG , mengukur tingkat kemampuan fisik dan memberikan panduan latihan maupun pemeriksaan lanjut yg diperlukan Sikap
Mampu menyeleksi secara tepat modalitas uji latih jantung untuk pasien tertentu.
7 Januari 2017
32
2.12. Penyakit Miokardial Tujuan Dapat melakukan penilaian dan terapi spesialistik pada pasien dengan kardiomipati dan miokarditis Pengetahuan Kardiomiopati Definisi dan menjabarkan epidemiology dari kardiomipati dilatasi, hipertrofi, restriktif dan infiltrasi dan penyakit endomiokard obliterasi Menjabarkan patofisiologi meliputi genetik, gambaran klinis dan kriteria diagnosis dari kardiomiopati dan penyakit endomiokard obliterasi Membahas terapi medik dan invasive (bedah, elektrofisiologi dan intervensi) dari kardiomipati dan penyakit endomiokard obliterasi : indikasi, kontraindikasi, kemungkinan efek samping Identifikator faktor prognosis Miokarditis Definisi miokarditis dan etiologinya Menjabarkan gambaran klinis, patologi dan kriteria diagnosis dari miokarditis infektif dan non infektif Mengingatkan kembali terapi pasien dengan miokarditis dan komplikasinya. Keterampilan Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang tepat Interpretasi data diagnosis (EKG, EKG Ambulatoar, ekokardiografi, treadmill, roentgen, kateterisasi, korangiografi, MRI dan radionuklir, biopsy endomiokardial, pemeriksaan genetik) Memilih terapi yang tepat dan mendukung modalitas terapi (medik, intervensi, bedah, ICD / CRT, alat Bantu, ballon atau terapi yang lainnya) Menilai prognosis tiap individu dalam hubungannya denga keperluan transplantasi Evaluasi pasien terhadap biopsi endomiokardial, mengetahui hasil diagnosis dan potensi risiko untuk tiap prosedur. Sikap
Membangun kerjasama medis dengan tenaga medis proffesional (imunologi, bekteriologi, genetic, bedah toraks, kardiologi dan imaging) untuk diferensiasi diagnosis penyakit miokardial dan terapi lanjutan Konseling pasien dan keluarga untuk penyakit kardiomipati dan risikonya.
2.13. Penyakit Perikardial Tujuan Mampu memeriksa, mendiagnosa, mengobati serta mencegah penyakit perikardial. Pengetahuan
7 Januari 2017
33
Mengklasifikasi serta mendefinisikan : o Perikarditis akut ( infektif, idiopatik, atau keganasan) o Perikarditis kronik o Perikarditis konstriktif Mendeskripsikan epidemiologi, patofisiologi, dan etiologi ( kelainan infektif, inflamasi, neoplastik) Mendeskripsikan pemeriksaan yang relevan : non invasif dan invasif Menjelasikan serta menyusun diagnosis banding dari perikarditis konstriktif dengan kardiomiopati restriktif Mendeskripsikan tatalaksanan perikarditis Mengetahui komplikasi yang berhubungan : efusi perikard, tamponade jantung serta konstruksi
Keterampilan Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang sesuai Mendemonstrasikan pengetahuan mengenai kelainan EKG pada perikarditis akut Memilih dan menggunakan berbagai modalitas pencitraan baik non invasif : ekokardiografi, CMR, CT scan maupun prosedur invasif untuk mendiagnosa penyakit perikardial Mengevaluasi status hemodinamik Menentukan etiologi dari efusi perikard Mampu membedakan perikarditis dengan iskemia miokard secara klinis Melakukan perikardiosintesis pada pasien-pasien yang sesuai Sikap
Mempertimbangkan penyakit perikardial dalam diagnosa banding pasien-pasien dengan penyakit kardiovaskular Tanggap terhadap berbagai strategi diagnostik dan terapi yang dibutuhkan pada tiap-tiap kasus Bekerja sama dengan radiologis, bedah jantung serta onkologis
2.14. Tumor Jantung Tujuan Mampu melaksanakan pemeriksaan spesialistik dan tatalaksanan pasien-pasien dengan tumor jantung Pengetahuan Mengklasifikasikan dan mendeskripsikan epidemiologi dari : Tumor jantung primer Tumor jantung metastasis termasuk limfoma Mendeskripsikan patofisiologi dari: Tumor jinak, tumor ganas Efek dari ukuran, lokasi serta tipe tumor Merinci presentasi klinis termasuk : Gangguan fungsi jantung Manifestasi sistemik 7 Januari 2017
34
Emboli sistemik dan pulmonal Tanda dari obstruksi mekanis aliran darah ( contoh : miksoma atrial) Keterlibatan perikardial- konstriksi dan tamponade Mengetahui pemeriksaan diagnostik : rotgen thorax, ekokardiografi, CT scan, MRI Mendeskripsikan tatalaksana : Eksisi tumor komplit Reseksi parsial + kemoterapi/radioterapi Transplantasi jantung Tatalaksanan paliatif Keterampilan Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang sesuai Memilih dan memanfaatkan pemeriksaan pencitraan yang sesuai Memikirkan diagnosis banding dari keterlibatanneoplasma primer maupun sekunder pada jantung Mengenali massa jantung lain termasuk trombus yang mirip dengan suatu neoplasma Sikap Berkolaberasi secara efektif dengan ahli bedah jantung dan dengan spesialisasi lain yang berurusan dengan penyakit neoplasma Memahami pentingnya dukungan keluarga dan konseling kepada keluarga dan pasien 2.15. Kehamilan pada Penyakit Jantung(Penyakit Jantung Bawaan Dewasa digabung ke dalam PJB – no. 30) Tujuan Mampu melakukan evaluasi jantung dan merawat wanita dengan kehamilan Mampu melakukan follow-up jantung pada wanita hamil dengan penyakit jantung Mampu melakukan penilaian dan penatalaksanaan spesialistik pada pasien jantung setelah kehamilan Dapat memberikan saran untuk dilakukan kontrasepsi pada pasien jantung dan jika perlu, carilah saran dari ahli Pengetahuan Untuk setiap objektif yang tertera,pertimbangkan kondisi klinik yang dapat mempengaruhi wanita hamil seperti penyakit jantung bawaan,penyakit katup didapat,katup buatan, penyakit jantung koroner, kardiomyopati, aritmia, hipertensi, sindrom Marfan, diseksi aorta Tentukan kontraindikasi dari jantung untuk hamil (atau lakukan terminasi awal) Mengingat kembali indikasi untuk konseling genetic pada penyakit keturunan Identifikasi wanita yang memiliki risiko hamil yang tinggi berhubungan dengan komplikasi jantung dan yang memerlukan tindakan intervensi sebelum merencanakan kehamilan Membuat garis besar untuk tindakan follow-up untuk jantung pada wanita hamil Identifikasi keadaan yang memerlukan terapi medikal
7 Januari 2017
35
Identifikasi keadaan dimana di butuhkan intervensi jantung Tentukan cara persalinan Menjelaskan penggunaan terapi antikoagulan Menjelaskan modalitas follow-up selama periode setelah melahirkan Mengingat kembali efikasi, risiko dan kontraindikasi untuk berbagai macam metode kontrasepsi berdasarkan pada jenis penyakit jantungnya Keterampilan Anamnesis yang terarah dan melakukan pemeriksaan fisik yang tepat Melakukan evaluasi klinik dan menginterpretasikan hasil dari tindakan diagnostic untuk menilai risiko jantung pada kehamilan Mengindikasikan intervensi jantung preventif, jika diperlukan Melakukan evaluasi klinis dan tindakan non-invasif untuk menilai toleransi jantung pada kehamilan Memilih terapi obat yang mana yang dapat di gunakan pada masa kehamilan Evaluasi risiko fetus dan ibu pada tindakan intervensi jantung Menilai prognosis fetus Menganalisa kondisi jantung setelah kehamilan Menilai risiko jantung terhadap kehamilan berikutnya Dapat mengindikasikan metode kontrasepsi yang tepat Sikap Mengenali pentingnya edukasi untuk wanita dengan penyakit jantung akan bahaya potensial dari kehamilan. Bekerja sama dengan dokter spesialis obstetri dan bidan untuk mendeteksi wanita hamil dengan tidak di ketahui adanya penyakit jantung dan meingidentifikasi mereka yang memiliki risiko tinggi. Mengenali pentingnya edukasi pasien mengenai gejala-gejala yang timbul akibat toleransi jantung yang lemah Mengedukasi ahli obstetric dan bidan akan gejala-gejala pada penyakit jantung yang belum terdeteksi, sehingga memungkinkan untuk dilakukan tindakan identifikasi yang tepat apakah pasien membutuhkan tindakan jantung segera. Bekerjasama dengan ahli obtetri dan ahli anestesi untuk merencanakan persalinan (tanggal, metode, terapi obat, lingkungan medis) Menginformasikan pada ahli obtetri dan bidan mengenai risiko perburukan status jantung pada periode awal setelah melahirkan Bekerjasama dengan ahli ginekologi Mengenali pentingnya edukasi pasien mengenai hal kontrasepsi 2.16. Demam Rematik dan Penyakit Katup Jantung Tujuan 1. Mampu menilai dan menangani pasien dengan demam rematik (DR) akut. 2. Mampu menilai, menangani dan merujuk sesuai dengan kondisinya pasien denga penyakit jantung rematik (PJR) dan penyakit jantung katup lainnya. 3. Mampu melakukan penilaian spesialistik dan pengobatan pasien dengan kelainan 7 Januari 2017
36
katup berupa: Stenosis Aorta Regurgitasi aorta Stenosis katup mitral Regurgitasi katup mitral Stenosis trikuspid Regurgitasi trikuspid Penyakit katup pulmonal 4. Mampu melakukan follow up pasien setelah operasi katup atau intervensi non bedah termasuk perawatan pasca bedah dan penanganan jangka panjang pasien dengan katup buatan. 5. Mampu merencanakan dan melakukan pencegahan primer dan sekunder Demam Rematik dan Penyakit Jantung Rematik Pengetahuan 1. Menerangkan etiologi, patofisiologi, patologi-anatomi, kelainan katup pada demam rematik, peny jantung rematik dan penyakit jantung katup lainnya. 2. Mampu menjelaskan perjalanan alamiah & perkembangan penyakit 3. Menerangkan kelebihan dan keterbatasan teknik diagnosis invasif dan non invasif 4. Mengingat aspek utama dari Intervensi bedah & intervensi non bedah 5. Menjelaskan hasil dan indikasi pengobatan medis, bedah dan intervensi non bedah 6. Menjelaskan garis besar penanganan pasca bedah 7. Memahami perubahan yang terjadi pada fungsi ventrikel dan resistensi pembuluh darah paru setelah bedah atau intervensi non bedah 8. Memahami penggunaan antikoagulan, diuretik dan obat vasoaktif lainnya 9. Memahami etiologi, komplikasi dan farmakologi untuk pencegahan primer dan sekunder Demam Ramtik & Penyakit Jantung Rematik 10. Memahami insidens dan prevalensi Demam Ramtik dan Penyakit Jantung Rematik di Indonesia Keterampilan 1. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang sesuai 2. Memilih tehnik invasif maupun non invasif yang tepat 3. Mampu menginterpretasikan hasil prosedur diagnostik 4. Dapat memutuskan indikasi dan waktu operasi yang tepat 5. Mampu melakukan anamnesis dan melakukan pemeriksaan fisik yang tepat 6. Memilih tehnik diagnostik invasif maupun non invasif yang tepat 7. Melakukan interpretasi prosedur diagnostik 8. Mengetahui dan mampu menangani komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan katup buatan 9. Mampu memberikan penyuluhan dan edukasi pada pasien dengan Demam Rematik dan Penyakit Jantung Rematik, keluarga serta masyarakat sekitarnya Sikap 1. Memilih strategi penanganan yang mencerminkan pendekatan multifaktorial
7 Januari 2017
37
2. 3.
4. 5. 6.
termasuk evakuasi klinis, hasil prosedur diagnostik dan pertimbangan risiko dan keuntungan intervensi Kerjasama dengan bedah kardiovaskular, intervensivist kardiologi dan radiolog Memahami pentingnya edukasi pasien berdasarkan perjalanan alamiah penyakit jantung katup, pemberian antikoagulan, pencegahan endokarditis bakterial dan pemilihan katup buatan sesuai kebutuhan Bekerjasama dengan bedah jantung dan anestesi Mengetahui follow up yang tepat berdasarkan kondisi klinis post operasi atau intervensi Memahami pentingnya edukasi pasien berdasarkan perjalanan alamiah Demam Rematik dan Penyakit Jantung Rematik
2.17. Infektif Endokarditis Tujuan Menilai, menegakkan diagnosis dan pengobatan pasien-pasien dengan infektif endokarditis (katup alamiah dan katup buatan) Pengetahuan Menjelaskan patologi, patogenesis dan mikrobiologi endokarditis Mengetahui gambaran klinis infektif endokarditis Menjelaskan pemeriksaan laboratorium termasuk hasil mikrobiologi Menjelaskan kegunaan prosedur diagnostik kardiak maupun ekstra kardiak Menjelaskan pemilihan dan penanganan terapi antibiotik Menjelaskan peranan bedah katup pada pasien dengan endokarditis Menjelaskan penanganan komplikasi Mengenal pasien dengan risiko tinggi Dapat mengidentifikasi indikasi profilaksis antibiotika Keterampilan Melakukan anamnesis yang relevan dan melakukan pemeriksaan fisik yang tepat Melakukan evaluasi klinis Memilih pemeriksaan laboratorium yang tepat dan prosedur diagnostik yang tepat Mempunyai kemampuan untuk menggabungkan informasi dari berbagai disiplin ilmu untuk menegakkan diagnosis Memilih regimen antibiotik yang tepat Dapat menentukan waktu dan kepentingan intervensi bedah Mampu mengatasi komplikasi Meresepkan antibiotik yang tepat untuk profilaksis Sikap Melakukan pendekatan multidisiplin dengan ahli bedah jantung dan ahli bakteri untuk diagnosis dan penanganan Mengetahui pentingnya edukasi pasien untuk profilaksis Memberikan semangat untuk pasien dalam pencegahan endokarditis
7 Januari 2017
38
2.18. Gagal Jantung Tujuan Untuk mengenali dampak gagal jantung pada morbiditas dan mortalitas pada populasi lokal maupun umum Mampu mengenali sebab-sebab yang mendasari gagal jantung Mampu melakukan penilaian dan penanganan spesialistis pada pasien dengan gagal jantung. Pengetahuan Memaparkan epidemiologi, patofisiologi dan prognosis gagal jantung Mengenali komplikasi Mengingat kembali klasifikasi internasional tentang keterbatasan fungsional (misal klasifikasi NYHA) Menguraikan prosedur diagnostik pada pasien yang diketahui atau dicurigai gagal jantung, termasuk natriuretic peptide, echokardiografi, EKG, ambulatory ECG, stress testing, kateterisasi jantung Memaparkan penatalaksanaan medikamentosa gagal jantung akut Memaparkan penatalaksanaan medikamentosa gagal jantung kronis (blokade neurohumoral) Menguraikan penatalaksanaan menggunakan alat pada gagal jantung : CRT, ICD Menerangkan peran bedah jantung termasuk transplantasi jantung Mengidentifikasi peran program uji latih pada pasien gagal jantung Mengenali pentingnya pengelolaan multidisiplin pada gagal antung termasuk home base nursing Menentukan tindak lanjut yang sesuai pada pasien gagal jantung Mengenali pentingnya status volume dan evaluasi fungsi ginjal dan elektrolit pada pasien gagal jantung Keterampilan Melakukan anamnesis yang relevan dan melakukan pemeriksaan klinis yang sesuai Dapat memilih dan menggunakan teknik diagnostik untuk membedakan penyebab yang mendasari gagal jantung Mampu melakukan saran pola hidup dan strategi penatalaksanaan di rumah pada pasien gagal jantung Mampu melakukan stratifikasi risiko paien gagal jantung, dan memilih obat-obatan yang sesuai dan terapi yang lain (ICD, CRT, pembedahan) Mampu mengevaluasi pasien gagal jantung selama perawatan dan melakukan penyesuaian terapi dengan benar dan berkelanjutan Sikap Menekankan pentingnya pola hidup, olahraga dan penurunan berat badan Membantu penderita untuk mengerti pentingnya pengobatan yang lama dan kompleks Mengapresiasikan pentingnya rehabilitasi Mengembangkan dan menjaga hubungan dengan pasien gagal jantung kronis 7 Januari 2017
39
Melatih pasien, keluarga dan perawat tentang penatalaksanaan gagal jatung Mengenali keterbatasan ICD, CRT dan transplantasi
2.19. Hipertensi Arteri Pulmoner Tujuan Dapat mendiagnosa hipertensi arteri pulmoner Dapat menatalaksana secara optimal pasien dengan hipertensi arteri pulmoner Dapat membedakan antara berbagai penyebab hipertensi arteri pulmoner Pengetahuan Mendefinisikan hipertensi arteri pulmoner dan klasifikasi fungsionalnya Menjelaskan epidemiologi hipertensi arteri pulmoner: insidensi, prevalensi, etiologi, genetik, kelompok risiko tinggi Menjelaskan patologi dan patofisiologi hipertensi arteri pulmoner Menjelaskan gambaran klinis hipertensi arteri pulmoner Memahami kriteria diagnosis hipertensi arteri pulmoner Mengidentifikasi petanda prognostik Menjelaskan tatalaksana hipertensi arteri pulmoner (medis, bedah dan intervensional termasuk Ballon atrial septostomy: indikasi, kontraindikasi dan kemungkinan efek samping) Keterampilan Memperoleh riwayat yang relevan dan melakukan pemeriksaan klinis yang sesuai Mengenali tanda-tanda klinis kecurigaan hipertensi arteri pulmoner Melakukan dan menginterpretasikan penilaian medis yang akurat ( menggunakan hasil laboratorium termasuk analisa gas darah, tes fungsi pulmoner, EKG, echocardiografi, Uji beban kardiopulmoner, Ventilation-perfusion lung scan, CT spiral, MRI, Kateterisasi jantung dan angiografi pulmoner, biopsi paru Meresepkan tatalaksana medikal dan invasif (bedah, intervensional) Mengevaluasi petanda prognostik klinis dan hemodimanik
Sikap Membina kerjasama dengan dokter keluarga dan profesional kesehatan lainnya untuk mengenali secara dini hipertensi arteri pulmoner primer Secara efektif berkolaborasi dengan spesialis lain (kedokteran keluarga, bedah thorax, kardiologi invasive, pencitraan) untuk diagnosa differensial hipertensi arteri pulmoner dan merujuk sesuai waktu ke penatalaksanaan bedah Menjaga keterlibatan jangka panjang pasien dan anggota keluarganya dalam kegiatan pendukung untuk kedekatan dengan gaya hidup sehat dan komplian pengobatan Mengapresiasi peningkatan prevalensi hipertensi arteri pulmoner pada kondisi medis lainnya seperti skleroderma Merujuk ke spesialis tentang hipertensi arteri pulmoner ketika dibutuhkan
7 Januari 2017
40
2.20. Rehabilitasi dan Fisiologi Latihan Tujuan Dapat menyediakan rehabilitasi pasien dengan penyakit kardiovaskular, khususnya paska infark jantung, bedah jantung paska PCI, gagal jantung dan angina Pengetahuan Mendefinisikan populasi target dan stratifikasi risiko pasien secara individual Mengidentifikasi komponen-komponen program rehabilitasi termasuk edukasi pasien, uji latihan dan latihan fisik Mengenali prinsip-prinsip swatatalaksana penyakit kronik Menjelaskan program pada populasi khusus pada situasi yang tepat Mengidetifikasi keluaran dan metode penilaian Mendefinisikan hal-hal keamanan Memonitor keikutsertaan dan kedekatan terhadap program Keterampilan Memperoleh riwayat yang relevan dan melakukan pemeriksaan klinis yang sesuai Menunjukkan keterlibatan sebagai anggota yang aktif pada tim rehabilitasi multidisiplin Mengantisipasi kepedulian pasien tentang pekerjaan, latihan dan sex Mendiskusikan hal-hal sensitif seperti masalah seks dengan cara yang mudah dimengerti Melakukan/membuat program rehabilitasi Sikap
Mengenali pentingnya rehabilitasi untuk kembali bekerja, mengemudi dan sex Mengenali pentingnya edukasi pasien Mengenali hubungan aspek fisiologis dan aspek psikologis penyakit jantung Mengenali peran profesional lainnya termasuk perawat, spesialis. Fisioterapis, ahli gizi, dokter umum dalam rehabilitasi jantung Mengenali tantangan populasi khusus: penuaan, gender, status sosioekonomi, kebudayaan
2.21. Aritmia Tujuan Mampu melakukan penilaian dan penatalaksanaan pasien dengan aritmia Elektrofisiologi Memiliki pemahaman diagnosis dan penatalaksanaan elektrofisiologi dalam penanganan pasien dengan aritmia Pacu Jantung Mampu menetukan penilaian terhadap pasien yang memerlukan tindakan pemasangan pacu jantung.
7 Januari 2017
41
Mampu melakukan pemasangan pacu jantung secara mandiri dan aman. Implantable Cardioverter Defibrillator (ICD) Mampu melakukan penilaian terhadap pasien yang memerlukan pemasangan ICD Pengetahuan Mengklasifikasi dan mendefinisikan: - Bradikardia - Takikardia : o Suparventrikuler o Ventrikuler Menggambarkan epidemiologi, patofisiologi genetik, diagnostik dan tampilan klinik dari berbagai aritmia Mengidentifikasi prognosis, termasuk meliputi evaluasi risiko Menjelaskan prinsip – prinsip elektrokardiografi dan elektrofisiologi pada berbagai aritmia Mendeskripsikan farmakologi dari jenis – jenis obat anti aritmia Menggambarkan prisip penatalaksanaan invasive dan alat bantu pada aritmia, meliputi : o Ablasi kateter o Alat pacu jantung (temporer dan permanan) o Terapi ICD o Terapi bedah
Keterampilan Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang tepat Memiliki kompetensi dalam resusitasi jantung paru Mengklasifikasi berbagai aritmia berdasarkan elektrokardiogram standar Penatalaksanaan aritmia akut dengan obat Penatalaksanaan aritmia akut dengan kardioversi Meresepkan obat preventif yang tepat Melakukan dan menilai monitoring elektrokardigrafi Interpretasi hasil pemeriksaan elektrofisiologi study Merujuk pasien untuk ablasi kateter dan melakukan follow up setelah ablasi Pacu Jantung dan ICD Pemasangan pacu jantung temporer Pemasangan pacu jantung 1 ruang dan 2 ruang permanent (tercatat 50 kasus untuk mencapai level kompetensi) Menentukan secara tepat pasien – pasien dengan pacu jantung biventrikel Melakukan follow up pasien – pasien dengan pacu jantung meliputi anamnesis dan pemrograman alat Menggunakan hasil anamnesis, pemeriksaan dan imaging kardiak untuk menentukan pasien yang memerlukan ICD Sikap
7 Januari 2017
42
Mengapresiasikan ketegangan yang diraskan pasien dengan aritmia dan berbagai metode seperti ablasi kateter, pemasangan pacu jantung dan ICD Mengapresiasi pentingnya penyakit jantung struktural yang menyertai termasuk meliputi penyakit arteri koroner dalam hubungan dengan penatalaksanaan aritmia Mengapresiasi kemampuan paliatif dan efek samping potensial dari penatalaksanaan non farmakologis
2.22. Fibrilasi Atrium Tujuan Agar mampu melakukan penilaian dan memberikan perawatan sebagai seorang spesialis terhadap pasien dengan Fibrilasi Atrium/Atrial Fibrilation (AF) Pengetahuan Jelaskan mengenai epidemiologi, prognosis, dan patofisiologi AF Klasifikasikan AF Jelaskan mengenai diagnosa, gambaran klinis, dan pengaruhnya terhadap kualitas hidup Identifikasi kondisi penyerta lain Buat kerangka prosedur diagnostik : o Evaluasi minimal o Penyelidikan / pemeriksaan tambahan Ingat kembali mengenai komplikasi embolik Jelaskan mengenai penatalaksanaan : o Terapi koagulan o Kontrol ritme VC laju jantung o Konversi menjadi irama sinus o Pencegahan terhadap laju ventrikel o Terapi defibrilator pacu jantung o Ablasi kateter o Pembedahan Keterampilan Mendapatkan riwayat yang relevan dan melakukan pemeriksaan klinis yang tepat Lakukan atau interpretasikan o Elektrokardiogram o Ekokardiogram transesofageal o Pemantauan / monitoring EKG yang diperpanjang (contohnya pemantauan / monitoring holter) Penatalaksanaan Susunlah strategi antitrombotik yang tepat untuk pencegahan stroke iskemik dan embolisme sistemik Pilihlah pasien dengan tepat untuk kardiokonversi dan lakukan secara : o Farmakologis o Elektris Secara kompeten 7 Januari 2017
43
Lakukan terapi control ritme : o Secara farmakologis Lakukan terapi control laju : o Secara farmakologis Pilih dan rujuk pasien untuk : o Pemeriksaan elektrofisiologis o Ablasi pembedahan o Pemasangan pacu jantung dan defibrilator o Ablasi dan pemacuan persimpangan arteriovena
Sikap
Mampu menilai kecemasan yang diderita pasien dengan AF dan gengan beberapa metode tata laksana, contohnya ablasi kateter dan pemacuan Menyadari pentingnya keberadaan penyakit penyerta struktural jantung terhadap hasil akhir dan penatalaksanaan AF Mampu menilai keterbatasan dan risiko yang mungkin timbul akibat terapi dengan obat antiaritmia pada AF Mampu menilai tingkat kepentingan terapi antikoagulan Nilailah sifat paliatif dan efek yang tidak diharapkan yang mungkin timbul akibat terapi non farmakologis Nilailah metode yang lebih baru untuk mengatasi AF dan kapankah saat yang tepat untuk merujuk pasien untuk mendapatkan perawatan spesialis, misalnya untuk ablasi perkutan atau pembedahan.
2.23. Sinkope Tujuan Mendefinisikan sinkope Membedakan sinkope dari penyebab lain hilangnya kesadaran Menilai dan mengobati pasien dengan sinkope Pengetahuan Menggambarkan epidemiologi dan memahami prevalensi penyebab – penyebab yang berbeda dari sinkope Menggambarkan patofisiologinya Menggolongkan sebab – sebab hilangnya kesadaran (contohnya sinkope yang diperantarai oleh refleks saraf, serangan Adams-stokes, hipotensi ortostatik) Mengidentifikasi prognosisnya. Mendeskripsikan evaluasi diagnostik : o Strategi evaluasi o Evaluasi awal (riwayat, pemeriksaan fisik, EKG baseline) o Ekhokardiogram o Uji latih beban o Uji tegak (Tilt testing) o Pemantauan EKG (EKG jangka panjang, perekam eksternal dan implantable loop recorder) o Uji elektrofisiologi 7 Januari 2017
44
Mendeskripsikan pengobatan, berdasar alat atau farmakologi : o Refleks sinkope yang diperantarai saraf o Hipotensi ortostatik o Aritmia jantung sebagai penyebab primer o Struktur jantung atau penyakit kardiopulmonal
Keterampilan Diagnosis Mengambil riwayat yang relevan dan melaksanakan pemeriksaan klinik yang tepat Mengerjakan atau mengintepretasikan : ekhokardigram, pemijatan sinus karotis, uji tegak, pemantauan elektrokardigrafi (EKG jangka – panjang, perekam eksternal dan implantable loop recorder ), uji elektrofiologi, uji latih beban, kateterisasi jantung dan angigrafi koroner Melakukan stratifikasi risiko Pengobatan Memilih pengobatan yang tepat : o Pendidikan dan penyuluhan, manufer fisik, terapi obat, implantasi alat Sikap Mengapresiasikan dampak sinkope terhadap gaya – hidup pasien Mengapresiasikan bahwa sinkope merupakan gejala semestara dan bukan merupakan suatu penyakit Konsultasi dengan spesialis lain Mengenali kriteria diagnostik untuk sebab - sebab sinkope Mengenali penyelidikan yang tepat pada berbagai sub kelompok pasien dengan sinkope Mengenali bagaiman pasien dengan sinkope harus distratifikasi risiko Mengapresiasi bagaimana pasien dengan sinkope harus dirawat di rumah sakit Mengenali pengobatan yang nampaknya efektif dalam mencegah keberulanagn sinkope Diagnosis Mengapresiasi bahwa diagnosis sinkope seringkali presumptive (dugaan) Mengapresiasi bahwa nilai diagnosis (sensitivity dan spesifisiti) dari uji untuk sinkope tidak sempurna Mengapresiasi bahwa observasi selama kejadian merupakan kunci penting Mengapresiasi bahwa hasil diagnosis dari tes tergantung pada ketepatan pemilihannya (probability per – test)
Terapi
Mengenali bahwa sebagian besar pasien tidak memerlukan terapi spesifik diluar dari pendidikan dan penyuluhan Mengenali bahwa terapi obat seringkali tidak efektif Mengenali risiko/manfaat dan biaya pacujantung, ICD dan terapi ablasi kateter.
7 Januari 2017
45
2.24. Kematian Jantung Mendadak dan Resusitasi Tujuan Kematian mendadak karena jantung: Untuk menagani pasien dengan ancaman atau kejadian dini kematian mendadak karena jantung meliputi stratifikasi risiko, penyelidikan dan terapi Resusitasi Agar dapat menangani cardiac life support dasar dan lanjutan. Pengetahuan Kematian mendadak karena jantung: Menentukan kematian mendadak dan mengetahui serta mengerti epidemiologi, etiologi, patologi, patofisiologi dan presentasi klinis dari kondisi yang berbeda yang dapat menyebabkan kematian mendadak karean jantung. Menentukan prinsip dari penanganan akut pada pasien – pasien dengan kematian mendadak karena jantung Menentukan prinsip dari penegakan diagnosis dan stratifikasi risiko pada pasien berhasil ditolong. Memilih terapi jangka panjang yang sesuai Mengidentifikasi, menstratifikasi risiko dan menangani orang yang meningkat risikonya termasuk anggota keluarga dari pasien dengan kematian mendadak karena jantung. Resusitasi : Menjelaskan metode dan acuan dari life support dasar dan lanjutan meliputi penanganan jalan nafas, pemakaian obat yang sesuai, defibrilasi dan pemacuan. Keterampilan Kematian mendadak karena jantung: Menentukan kematian mendadak dan mengetahui serta mengerti epidemiologi, etiologi, patologi, patofisiologi dan presentasi klinis dari kondisi yang berbeda yang dapat menyebabkan kematian mendadak karean jantung. Menentukan prinsip dari penanganan akut pada pasien – pasien dengan kematian mendadak karena jantung Menentukan prinsip dari penegakan diagnosis dan stratifikasi risiko pada pasien berhasil ditolong. Memilih terapi jangka panjang yang sesuai Mengidentifikasi, menstratifikasi risiko dan menangani orang yang meningkat risikonya termasuk anggota keluarga dari pasien dengan kematian mendadak karena jantung. Resusitasi : Menjelaskan metode dan acuan dari life support dasar dan lanjutan meliputi penanganan jalan nafas, pemakaian obat yang sesuai, defibrilasi dan pemacuan. Sikap 7 Januari 2017
46
Kematian mendadak karena jantung: Mengenali kepentingan yang mendesak dari penanganan henti jantung Mengenali pentingnya dan gejala prodromal Menyadari kecemasan pasien dan keluarganya. Menyadari pentingnya edukasi pasien dan pencegahan sekunder. Resusitasi Menyadari pentingnya kerjasama dalam sebuah tim dengan paramedis, dan personal medis lainnya selama resusitasi. Mengerti pentingnya audit secara berkala dari program BLS dan ACLS 2.25. Penyakit Aorta dan Trauma pada Aorta Tujuan Memiliki pengertian yang benar mengenai penyakit – penyakit aorta dan trauma pada aorta dan jantung Dapat melakukan penanganan secara medical, intervensi atau bedah dengan tepat Pengetahuan Memahami epidemiologi, etiologi, patologi, dan presentasi klinik penyakit – penyakit aorta dan trauma pada aorta dan jantung, termasuk : o Sindroma Aortik Akut o Diseksi Aorta o Hamatoma intramural o Transeksi aorta traumatic o Diseksi aorta kronik o Aneurysma Aorta Torakalis o Penyakit aorta atheromatous o Aortitis o Trauma pada jantung (rtermasuk kontusi miokard) Mengenali kelebihan maupun kekurangan dari berbagi macam pemeriksaan imaging Menerangkan strategi tatalaksana secara medikal, intervensi atau bedah dengan tepat. Keterampilan Memahami epidemiologi, etiologi, patologi, dan presentasi klinik penyakit – penyakit aorta dan trauma pada aorta dan jantung, termasuk : o Sindroma Aortik Akut o Diseksi Aorta o Hamatoma intramural o Transeksi aorta traumatic o Diseksi aorta kronik o Aneurysma Aorta Torakalis o Penyakit aorta atheromatous o Aortitis o Trauma pada jantung (rtermasuk kontusi miokard)
7 Januari 2017
47
Mengenali kelebihan maupun kekurangan dari berbagi macam pemeriksaan imaging Menerangkan strategi tatalaksana secara medikal, intervensi atau bedah dengan tepat. Sikap Bekerjasama dengan dokter bedah kardiovaskular dan kardiologi intervensional demikian juga dengan dokter spesialis radiology untuk keperluan diagnosis dan pengobatan. Mengenali potensi kegawatan yang memerlukan tata laksana penderita dengan penyakit Aorta dan trauma Jantung 2.26. Penyakit Vaskular Tujuan Tersedianya akses untuk memberikan terapi pada pasien – pasien dengan penyakit Vaskuler dan arteri Perifer. Menguraikan tentang pengetahuan klinis dan prosedur klinis dalam mengevaluasi penyakit vaskular perifer (yang mencakup sistem arteri, vena dan limfe) serta tatalaksananya yang mencakup prinsip tatalaksana noninvasif maupun invasif. Pengetahuan Menjelaskan mengenai Epidemiologi dan Patologi penyakit vaskular arteri perifer Menjelaskan mengenai diagnosis dan penilaian penyakit vaskular arteri perifer Memahami mengenai penyakit vaskular perifer termasuk pada arteri-arteri ekstremitas, karotis, vertebralis serta arteri-arteri viseral. Menjelaskan mengenai terapi medis dan invasif (intervensi dan bedah) managemen dan pertimbangan relative terhadap situasi yang berbeda pada penyakit vaskular arteri perifer Identifikasi Prognosis penyakit vaskular arteri perifer Mengetahui penyebab acute limb ischemic dan urgensi dalam managemennya. Mendeskripsikan epidemiologi dan faktor risiko penyakit varises vena dalam kaitannya dalam kondisi klinis seperti : kehamilan, penggunaan pil kontrasepsi, kehamilan, imobilitas yang lama, obesitas Mampu mendeskripsikan perubahan anatomi, hemodinamik dalam kaitannya terhadap perubahan di tingkat molecular pada penyakit varises vena Mendeskripsikan presentasi klinis berkaitan dengan komplikasi klinis yang dapat terjadi Menginterpretasikan diagnosis penyakit varises vena dari hasil pemeriksaan: o Doppler Ultrasound vena tungkai bawah o Ambulatory Venous pressure monitoring Dapat menentukan/ memilih pengobatan yang tepat dengan menggunakan : o Kompresi hosiery o Sclerotherapi o Minimal Invasif (Ultrasound guided sclerotherapy) o Radio frekwensi ablasi o Endo venous laser treatment
7 Januari 2017
48
Mampu mendiagnosis dan melakukan tata laksana prinsip berbagai penyakit limfe terutama limfedema (yang paling umum dijumpai) Keterampilan Adanya keterkaitan antara anamnese dan pemeriksaan fisik yang tepat terutama mengenai pemeriksaan nadi perifer Identifikasi faktor – faktor risiko dan memilih strategi managemen yang tepat, dimana manifestasi penyakit vaskular perifer umumnya merupakan suatu atherosclerosis Memilih, menggunakan dan menginterpretasikan alat diagnostik yang digunakan secara tepat, seperti : ultrasound (duplex scanning dan pemeriksaan Doppler lainnya seperti : ankle brachial index), MR angiography, CI angiography, angiography perifer Mampu mendapatkan anamnesis dan melakukan pemeriksaan klinis yang tepat Mampu menginterprestasikan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan khusus penyakit varises vena Mampu menentukan pengobatan penderita penyakit varises vena Mampu melakukan tindakan-tindakan yang tepat dalam kaitannya terhadap pengobatan penyakit varises vena Sikap Mampu menilai proses natural atherosclerosis dan implikasinya terhadap pasienpasien dengan penyakit yang termasuk dalam cakupannya. Mampu menilai pentingnya modifikasi faktor risiko dalam pencegahan Dapat menganjurkan pada pasien untuk mengikuti gaya hidup yang sehat dengan menekan faktor risiko yang spesifik. Mampu bekerjasama dengan spesialis seperti cardiologist intervensi, radiologi, bedah vaskular dan diabetologist Memahami kesulitan dan melakukan diagnosis yang hanya berdasarkan keluhan klinis Bekerjasama dengan dokter konsultan subspesialisasi vaskular dalam melakukan pemeriksaan tambahan (special imaging) 2.27. Penyakit Tromboembolik Vena Tujuan Mampu mendiagnosa memberikan terapi serta melakukan upaya preventif terhadap: o Trombosis vena dalam o Emboli paru Pengetahuan Mendeskripsikan epidemiologi serta faktor risiko trombolisis vena dalam pada kasus – kasus pemulihan pasca bedah atau trauma, imobilisasi lama, penggunaan kontrasepsi oral, kehamilan, serta perjalanan di udara Menjelaskan peningkatan resistensi pembuluh darah paru – paru serta ketidaksesuaian ventilasi – perfusi Mendeskripsikan presentasi klinis dari trombosis vena dalam dan emboli paru 7 Januari 2017
49
Menjabarkan diagnosis dari penyakit tromboemboli vena dengan – petanda biokimia : D -dimer dan troponin o EKG o Ekokardiografi o Ultrasound dan Doppler vena tungkai dan pinggul o CT scan spiral o Scanning ventilasi-perfusi o MR angigrafi o Angiografi paru - paru Mendeskripsikan terapi : heparin, anti koagulan baru, warfarin, trombolisis, embolektomi dan fragmentasi Mendeskripsikan upaya – upaya preventif : Stoking kompresi, heparin Mendeskripsikan tatalaksana hipertensi pulmonal kronis termasuk tromboendarterektomi
Keterampilan Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang sesuai Menginterpretasikan EKG, ekokardiografi, CT spiral serta scaning ventilasi – perfusi tanda – tanda hipertensi pulmonal dan tromboemboli pulmonal Memilih terapi yang tepat untuk emboli paru akut Diagnosis dan tatalaksana trombosis vena dalam akut dan kronis Menetukan durasi pemberian antikoagulan pada pasien – pasien dengan trombosis vena dalam akut dan kronis Menentukan durasi pemberian antikoagulan pada pasien – pasien dengan trombosis vena dalam Sikap
Menyadari kesulitan – kesulitan mendiagnosis emboli paru berdasarkan keluhan dan gejala Kolaborasi dengan ahli radiologi dan kedokteran nuklir.
2.28. Emboli Paru dan Tromboemboli Kronik Tujuan 1. Mampu mendiagnosis, mengobati dan melakukanprevensi pada penyakit emboli paru/pulmoner akut (Acute Pumonary Embolism) 2. Mampu mendiagnosis, mengobati dan melakukan prevensi pada penyakit hipertensi pulmoner tromboemboli kronik (Chronic Thrombo Embolic Pulmonary Hypertension/CTEPH) Pengetahuan Mendeskripsikan epidemiologi dan faktor risiko penyakit emboli paru akut kaitannya dengan kondisi klinis seperti : gangguan hemoreologi, imobilisasi lama, trombosis vena dalam dll Mampu mendeskripsikan perubahan anatomi , hemodinamik dalam kaitannya dengan perubahan di tingkat molekular pada penyakit emboli paru akut 7 Januari 2017
50
Mendeskripsikan presentasi klinis emboli paru akut Menginterpretasikan diagnosis emboli paru akut berdasarkan hasil pemeriksaan : - ekokardiografi - elektrokardiografi - CT scan angio (MSCT) - MR angioraphy - Cine Angiography Mendeskripsikan pengobatan penyakit emboli paru akut Mendeskripsikan tindakan preventif penyakit emboli paru akut Mendeskripsikan epidemiologi dan faktor risiko penyakit hipertensi pulmoner tromboemboli kronik kaitannya dengan kondisi klinis seperti : gangguan hemoreologi, imobilisasi lama, trombosis vena dalam dll Mampu mendeskripsikan perubahan anatomi , hemodinamik dalam kaitannya dengan perubahan di tingkat molekular pada penyakit hipertensi pulmoner tromboemboli kronik Mendeskripsikan presentasi klinis hipertensi pulmoner tromboemboli kronik Menginterpretasikan diagnosis hipertensi pulmoner tromboemboli kronik berdasarkan hasil pemeriksaan : - ekokardiografi - elektrokardiografi - CT scan angio (MSCT) - MR angioraphy - Cine Angiography Mendeskripsikan pengobatan penyakit hipertensi pulmoner tromboemboli kronik Mendeskripsikan tindakan preventif penyakit hipertensi pulmoner tromboemboli kronik
Keterampilan Mampu mendapatkan anamnesis dan melakukan pemeriksaan klinis yang tepat Mampu menginterpretasikan pemeriksaan non invasif dan invasif pada penyakit emboli paru akut Mampu menentukan pengobatan penderita penyakit emboli paru akut Mampu melakukan tindakan-tindakan yang tepat dalam kaitannya terhadap pengobatan emboli paru akut Mampu mendapatkan anamnesis dan melakukan pemeriksaan klinis yang tepat Mampu menginterpretasikan pemeriksaan non invasif dan invasif pada penyakit emboli paru akut Mampu menentukan pengobatan penderita penyakit emboli paru akut Mampu melakukan tindakan-tindakan yang tepat dalam kaitannya terhadap pengobatan emboli paru akut Sikap Memahami kesulitan dan kendala dalam menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan Bekerja sama dengan dokter konsultan vaskular dalam melakukan pemeriksaan tambahan (spesialis imaging non invasif maupun invasif)
7 Januari 2017
51
Memahami kesulitan dan kendala dalam menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan Bekerja sama dengan dokter konsultan vaskular dalam melakukan pemeriksaan tambahan (spesialis imaging non invasif maupun invasif)
2.29. Kardiovaskular Akut Tujuan Mampu mengenali dan menatalaksana secara intensif penyakit kardiovaskular yang mengalami serangan akut. Pengetahuan 1. Pengetahuan dasar dari ilmu pengetahuan dasar klinis thd perawatan pasien dengan nyeri dada dan penyakit kardiovaskular akut . 2. Mampu menakses dan menevaluasi secara kritis mengenai informasi medis terkini dan bukti ilmiah yang berhubungan dengan penanganan kardiovaskular akut 3. Mengerti indikasi dari terapi antikoagulan agresif dan terapi antithrombotik berikut mekanisme dari beragam agen lainnya. 4. Memahami prinsip fisiolgis & patofisiologis dari monitoring hemodinamik invasive beserta indikasinya 5. Dapat membangun & memperlihatkan pemahaman yg mendalam mengenai prinsip diagnosa dan tatalaksana pasien dengan krisis hipertensi; sindroma koroner akut,; gagal jantung akut; kardiak aritmia, penyakit jantung katup & penyakit jantung bawaan 6. Dapat membangun dan memperlihatkan, pemahaman yang mendalam mengenai indikasi, prinsip, komplikasi dan interpertasi dari EKG, monitoring ritme, studi elektrofisologi, ekokardiogram transthoracic, ekokardiogram transesofageal, pencitraan nuklir, katerisasi jantung kanan dan kiri, angiografi koroner & intervensi perkutan. Keterampilan 1. Mampu membuat ringkasan riwayat penyakit dan melakukan pemeriksaan fisik secara seksama dan akurat dengan fokus kardiovaskular 2. Mampu mengenali temuan klinis dan penanganan pasien dengan gagal jantung kronik gagal jantung akut, regurgitasi mitral, stenosis mitral, stenosis aorta, regurgitasi aorta, regurgitasi tricuspid, diseksi aorta, emboli pulmonal dan iskemia tungkai akut. 3. Mampu menulis riwayat penyakit serta perkembangan pasien secara tepat dan akurat dengan fokus kardiovaskular. 4. Mampu melakukan menyusun tatalaksana pasien dengan nyeri dada yang belum terdiagnosa termasuk pemilihan diagnostik test yang sesuai. 5. Mampu melakukan dan mengenal abnormalitas utama pada stress test kardiak, ekokardiogram, dan angiografi koroner. 6. Mampu menginterpreasi kompleks EKG dan rekaman “lead” panjang 7. Mampu memberikan terapi emergensi fibrinolitik. 8. Mampu melakukan resusitasi kardio-pulmonal dasar dan lanjutan (BCLS & ACLS) 9. Partisipasi dan kemudian dapat memimpin diskusi mengenai issue mengakhiri kehidupan dengan keluarga
7 Januari 2017
52
Sikap 1. Mampu berkomunikasi secara efektif ke keluarga pasien yang sedang dalam suasana stress perawatan intensif 2. Mampu berkomunikasi secara efektif ke teman sejawat dn anggota dari profesi kesehatan lainnya agar pasien mendapat pelayanan yang tepat waktu dan komprefensif 3. Mampu berkomunikasi secara efektif ke teman sejawat ketika membuat ringkasan medis untuk transfer pasien. 4. Mampu berkomunikasi secara efektif dengan pasien dan keluarga pasien yang dalam suasana kritis. 5. Mampu berkomunikasi dengan sejawat dokter dan anggota medis lainnya agar pasien mendapatkan pelyanan yang cepat dan lengkap. 6. Mampu berkomunikasi dengan sejawat ketika pasien dipindahkan keruang perawatan lain 2.30. Kardiologi Pediatrik dan Penyakit Jantung Bawaan (mencakup PJB fetus, bayi, anak, dan dewasa) Tujuan Mampu menilai, menangani dan merujuk pasien anak usia 0 – 18 tahun dengan penyakit jantung bawaan Mampu menilai, menangani dan merujuk pasien anak usia 0 – 18 tahun dengan penyakit jantung didapat Mampu menilai, menangani dan merujuk sesuai kondisinya, semua pasien anak dan dewasa dengan penyakit jantung bawaan. Mampu menilai, menangani dan merujuk sesuai kondisinya semua pasien yang telah menjalani operasi koreksi penyakit jantung bawaan Mampu menilai, menanangani dan merujuk sesuai kondisinya semua pasien dewasa dengan komplikasi akibat penyakit jantung bawaan. Pengetahuan Penyakit Jantung Bawaan: - Menjabarkan epidemiologi, etiologi, pencegahan, patoanatomi, patofisiologi, nomenklatur, embriologi, sirkulasi janin dan sirkulasi transisi. - Menjabarkan diagnosis dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan. - Menjelaskan prinsip penatalaksanaan. - Memahami kelainan genetika dan herediter yang menyertai penyakit jantung bawaan - Mengidentifikasi patologi, menjabarkan diagnosis dan menjelaskan penatalaksanaan dari kondisi spesifik: Atrial Septal Defect (ASD) Ventricular Septal Defect (VSD) Patent Ductus Arteriosus (PDA) Atrioventricular Septal Defect (AVSD) Aorto-Pulmonary Window Kelainan katup pulmonal bawaan Kelainan katup aorta bawaan
7 Januari 2017
53
Kelainan katup mitral bawaan Kelainan katup trikuspid bawaan Stenosis pulmonal bawaan Stenosis aorta bawaan Atresia pulmonal Atresia trikuspid Anomali Ebstein katup trikuspid Atresia mitral Atresia aorta Kelainan hubungan atrioventrikuler Tetralogi Fallot Double Outlet Right Ventricle (DORV) Double Outlet Left Ventricle (DOLV) Transposition of the Great Arteries (TGA) Corrected Transposition of the Great Arteries (TGA) Truncus arteriosus Malformasi arteri koroner bawaan Malformasi arteri pulmonal bawaan Malformasi arteri sistemik bawaan Malformasi koneksi vena pulmonalis bawaan Malformasi koneksi vena sistemik bawaan Kelainan arkus aorta Kelainan jantung bawaan kompleks Gangguan konduksi listrik jantung bawaan
Penyakit jantung didapat : Memahami epidemiologi, etiologi, pencegahan, patoanatomi dan patofisiologi Menjabarkan diagnosis dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan. Menjelaskan prinsip penatalaksanaan. Mengidentifikasi patologi, menjabarkan diagnosis dan menjelaskan penatalaksanaan dari kondisi spesifik: - Demam rematik dan penyakit jantung rematik. Lihat modul demam rematik dan penyakit jantung katup. - Penyakit Kawasaki - Penyakit Takayashu - Penyakit jantung akibat penyakit infeksi, imunologi dan penyakit sistemik lainnya Keterampilan Penyakit Jantung Bawaan - Mendapatkan riwayat penyakit yang relevan - Mampu melakukan pemeriksaan fisik dan klinis yang sesuai. - Mampu memilih teknik penunjang diagnosis yang sesuai - Mampu melakukan dan menginterpretasi pemeriksaan penunjang non invasif dan invasif yang diperlukan untuk diagnosis. - Mampu memberikan terapi sesuai dengan kondisi kelainan yang ditemukan. 7 Januari 2017
54
- Mampu menangani kegawatan yang mungkin terjadi. - Mampu melakukan intervensi invasif darurat untuk tata laksana jika diperlukan. - Setelah menegakkan diagnosis dan terapi, mampu mengadakan follow up jangka panjang, termasuk monitor pasien dan nasihat gaya hidup. - Mampu melakukan rehabilitasi terhadap pasien anak dan dewasa dengan penyakit jantung bawaan yang belum dan sudah dilakukan operasi Penyakit Jantung Didapat - Mendapatkan riwayat penyakit yang relevan - Mampu melakukan pemeriksaan fisik dan klinis yang sesuai. - Mampu memilih teknik penunjang diagnosis yang sesuai - Mampu melakukan dan menginterpretasi pemeriksaan penunjang non invasif dan invasif yang diperlukan untuk diagnosis. - Mampu memberikan terapi sesuai dengan kondisi kelainan yang ditemukan. - Mampu menangani kegawatan yang mungkin terjadi. - Mampu melakukan intervensi invasif darurat untuk tata laksana jika diperlukan. - Setelah menegakkan diagnosis dan terapi, mampu mengadakan follow up jangka panjang, termasuk monitor pasien dan nasihat gaya hidup. - Mampu melakukan rehabilitasi terhadap pasien yang belum dan sudah dilakukan intervensi bedah dan non bedah. Sikap - Memahami pentingnya merujuk pasien untuk konsultasi spesialis. - Memahami pentingnya konseling genetik. - Memahami kesulitan sosial dan emosional yang dialami orang tua si pasien ataupun pasien dewasa itu sendiri dengan penyakit jantung bawaan atau yang didapat. 2.31 Kardiovaskular Intensif Tujuan Mampu mengenali dan menatalaksana secara intensif penyakit kardiovaskular yang mengalami serangan akut. Pengetahuan 1. Memahami prinsip fisiolgis & patofisiologis dari monitoring hemodinamik invasive beserta indikasinya 2. Dapat membangun dan memperlihatkan pemahaman yang mendalam dari tatalaksana pasien dengan penyakit kardiovaskular seperti yang ditemukan “Intensif Cardiovascular Care Unit” (ICVCU) 3. Memahami rasional penggunaan, indikasi serta kontraindikasi : kateter, swan-ganz, IABP dan CRRT. 4. Memahami dan mampu mengunakan ventilasi mekanik non invasive dan ventilasi mekanik invasif sederhana. 5. Dapat membangun dan memperlihatkan, pemahaman yang mendalam mengenai indikasi, prinsip, komplikasi dan interpertasi dari EKG, monitoring ritme, studi elektrofisologi, ekokardiogram transthoracic, ekokardiogram transesofageal,
7 Januari 2017
55
pencitraan nuklir, katerisasi jantung kanan dan kiri, angiografi koroner dan intervensi perkutan. 6. Mengerti secara mendalam mengenai prinsip penilaian risiko kardiovaskular seumur hidup & risiko kardiovaskular prevensi Keterampilan 1. Mampu membuat ringkasan riwayat penyakit dan melakukan pemeriksaan fisik secara seksama dan akurat dengan fokus kardiovaskular 2. Mampu menulis riwayat penyakit serta perkembangan pasien secara tepat & akurat dg fokus kardiovaskular. 3. Mampu memformulasikan daftar masalah secara tepat dan akurat dengan diagnosa banding serta rencana tatalaksana pasien dengan penyakit kardiovaskular. 4. Mampu menginterpreasi kompleks EKG dan rekaman “lead” panjang 5. Mampu melakukan tatalaksana ventilator mekanik dasar, non-invasif dan invasif. 6. Mampu melakukan tatalaksana CRRT (continous renal replacement therapy) 7. Mampu memasang dan menatalaksana kateter swan-ganz dan alat pacu jantung sementara. 8. Mampu memberikan terapi emergensi fibrinolitik. 9. Mampu melakukan resusitasi kardio-pulmonal dasar dan lanjutan (BCLS & ACLS) 10. Mampu melakukan prosedur rutin ICVCU; prosedur yang dimaksud : Pemasangan alat pacu jantung temporer, Vena sentral line dengan akses femoral, subklavia dan internal jugular arterial line. intubasi endotrakeal ventilasi mekanik dasar Mendpt kesempatan utk membantu pemasangan : CVP, Kateter Swan-Ganz, IABP dan CRRT 11. Partisipasi dan kemudian dapat memimpin diskusi mengenai issue mengakhiri kehidupan dg keluarga Sikap 1. Mampu berkomunikasi secara efektif ke keluarga pasien yang sedang dalam suasana stress perawatan intensif 2. Mampu berkomunikasi secara efektif ke teman sejawat dn anggota dari profesi kesehatan lainnya agar pasien mendapat pelayanan yang tepat waktu dan komprefensif 3. Mampu berkomunikasi secara efektif ke teman sejawat ketika membuat ringkasan medis untuk transfer pasien. 4. Mampu berkomunikasi secara efektif dengan pasien dan keluarga pasien yang dalam suasana kritis. 5. Mampu berkomunikasi dengan sejawat dokter dan anggota medis lainnya agar pasien mendapatkan pelyanan yang cepat dan lengkap. 6. Mampu berkomunikasi dengan sejawat ketika pasien dipindahkan keruang perawatan lain. 2.32. Kardiologi Nuklir, Pencitraan Kardiovaskular, CT Kardio, dan CMR
7 Januari 2017
56
Tujuan Mampumelakukan pemeriksaan, interpretasi dan analisa hasil pemeriksaan non invasif imaging untuk menyokong diagnosis klinik, prognostik dan evaluasi penyakit jantung dan pembuluh darah. Pengetahuan CMR: •Menjelaskan berbagai teknik pengukuran dan atau pemakaian modalitas o 2D mode o Perfusion imaging o Late enhancement Mengetahui berbagai indikasi pengukuran dan atau penilaian : o Volume o Ejection fraction o LV mass o Shunt o Penyakit Vaskuler Perifer Modalitas: o Cine-MR o MR angiografi o TI imaging CT: 1. Mengetahui dasar-dasar CT Scan Kardiak 2. Mengetahui indikasi serta kontra-indikasi CT Kardiak 3. Mengetahui fisiologi dan patofisiologi kardiovaskular ( segala hal yang terjadi selama systole dan diastole ) 4. Mengetahui anatomi arteria dan vena koroner serta cabang-cabangnya dan berbagai variasi normal dari cabang arteri dan vena tersebut 5. Mengetahui proses terjadinya atherosclerosis dan anatomi dari plaque (atheroma) serta komplikasinya ( rupture plaque, diseksi, dsb ) yang manifestasi klinik dapat berupa angina pectoris maupun infark miokard akut 6. Mengetahui penilaian fungsi jantung global maupun regional 7. Mengetahui kelainan jantung lain (Non-Koroner) seperti Penyakit Jantung Kongenital dengan ‘’shunt’’(ASD, VSD, PDA), Emboli Paru, Efusi Perikardial, Anomali Arteri Koroner, Aneurisma Aorta (termasuk diseksi aorta), Ko-Arktasio Aorta, Stenosis Vena Pulmonalis dsb 8. Menjelaskan berbagai teknik pengukuran dan atau pemakaian modalitas : 2D mode dan 3D mode 9. Mengetahui berbagai indikasi pengukuran dan atau penilaian o Calcium score o Penyakit Jantung Koroner o Penyakit Jantung Kongenital o Anomali Arteri dan Vena Kongenital Penyakit Vaskuler perifer 10. Modalitas : Ultrafast CT dan Coronary angiogram 11. Menguasai teknik : pemeriksaan dengan metode 2D dan 3D mode
7 Januari 2017
57
12. Memahami dan menguasai metode pengukuran dan analisa calcium score dan penyakit jantung koroner 13. Memahami dan menguasai pemilihan serta analisa modalitas pemeriksaan ultrafast CT dan coronary angiogram Nuklir: 1. Mampu menyebutkan indikasi dari pemeriksaan kardiologi nuklir 2. pengunaan yang aman dari bahan dasar nuklir 3. mengetahui prinsip dasar instrumen yang di pakai 4. Mengetahui dasar dari quality control dari gambar yang di hasilkan 5. mengetahui bagaimana mengunakan hasil yang di peroleh dari pemeriksan kardiologi nuklir dalam management dari pasien Keterampilan CMR Evaluasi pemeriksaan CMR dalam konteks klinis (terdokumentasi 20 kasus dan dianjurkan suatu sesi selama 8 setengah hari untuk mencapai kompetensi level I) CT: 1. Dapat memepersiapkan pemeriksaan CT Kardiak 2. Dapat melaksanakan pemeriksaan CT Kardiak (skor kalsium dan CT arteriografi koroner) 3. Dapat mengatasi masalah yang timbul akibat efek samping bahan kontras 4. Dapat analisis dan interpretasi hasil skor kalsium 5. Dapat analisis dan interpretasi hasil arteriografi koroner 6. Dapat analisis fungsi LV 7. Dapat analisis penyakit jantung kon-koroner seperti aneurisma aorta dengan/tanpa Diseksi, Ko-Arktasio Aorta, Emboli Paru, Penyakit Kongenital dengan ‘’shunt’’ (ASD, VSD dan PDA), Trombus dan Tumor Jantung, Efusi Perikardiak 8. Mengetahui Penemuan Insidential Non-Kardiak misalnya Tumor Paru, dll. Nuklir: 1. Mampu melakukan prosedur pemeriksaan kardiologi nuklir 2. Mampu menginterpretasikan dan menjelaskan hasil pemeriksaan kardiologi nuklir secara lengkap 3. Evaluasi pemeriksaan nuklir jantung dalam konteks klinis dan dalam referensi dengan pendekatan non-invasif dan invasif lain (terdokumentasi 50 kasus dan dianjurkan suatu sesi selama 20 setengah-hari untuk mencapai kompetensi level I) 4. Stress testing. Sikap CMR 1. Memilih teknik imaging yang sesuai untuk situasi klinis spesifik, termasuk pemahaman mendalam pendekatan Bayesian 2. Memilih teknik imaging, modalitas dan protokol secara cost-effective, menghindari penggunaan yang berlebihan atau kurang optimal.
7 Januari 2017
58
3. Integrasi data dari hasil berbagai teknik non invasif serta invasif 4. Mengenali perkembangan imaging non-invasif CT: 1. Dapat menjelaskan prosedur dan kegunaan pemeriksaan CT Kardiak pada penderita dan keluarga dengan bahasa yang sderhana serta meminta penderita menanda-tangani persetujuan yang dipahami (inform consent) 2. Dapat menerangkan hasil CT Kardiak dengan bahasa yang sederhana dan sikap empati serta memberikan anjuran yang sesuai hasil tes dikombinasikan dengan hasil pemeriksaan yang lain. Nuklir: 1. 2. 3.
Memilih modalitas stress yang tepat untuk pasien tertentu. Bekerjasama dengan spesialis dan teknisi kedokteran nuklir. Mengenali risiko radiasi ion terhadap pasien dan personil
3. Standar Proses Program pendidikan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah 4 tahun mencakup : 1. Prasyarat 1 tahun Kedokteran Klinik Umum yang terdiri dari Ilmu Penyakit Dalam (Klinik Umum, Endokrinologi, Nefrologi, Hematologi dan Pulmonologi) dan Ilmu Kesehatan Anak. 2. Tahap I dan tahap II selama 36 bulan merupakan pendidikan kardiologi dan kedokteran vaskuler. 3. Pendidikan Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler Tahap I minimal harus diselenggarakan melalui pengalaman klinis kedokteran umum selama 1 tahun di rumah sakit yang terakreditasi. Hal ini dapat dilakukan sebelum atau setelah diterima menjadi PPDS Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler. 4. Peserta program berasal dari Dokter Umum, Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak. 5. Peserta program yang berasal dari Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak tidak perlu menjalani tahap I. 6. Peserta pendidikan dari luar negeri akan dinilai terlebih dahulu, apakah langsung adaptasi (1 tahun) atau harus menyelesaikan dahulu modul yang belum didapatkan di luar negeri sehingga lama pendidikan dapat lebih dari satu tahun. 7. Semua peserta harus mengikuti Ujian Nasional (National Board of Examination) termasuk yang melakukan adaptasi.
7 Januari 2017
59
8. Bagi yang ingin mengikuti pendidikan lanjutan dalam bidang-bidang kepakaran atau majoring atau kekhususan dapat ditempuh dalam 2 (dua) semester atau paling lama 4 (empat) semester.
4. Standar Penilaian Evaluasi peserta disesuaikan dengan acuan dari Konsil Kedokteran Indonesia. Selama mengikuti program pendidikan peserta akan dievaluasi secara berkala : 1. Sebelum memulai pendidikan. 2. Evaluasi pada tiap modul pendidikan (awal – pertengahan – akhir) 3. Pada akhir menjalankan pendidikan pada tiap-tiap tahap pendidikan. 4. Evaluasi akhir pendidikan di institusi. 5. Ujian Nasional. Ujian Nasional dilaksanakan untuk semua peserta program yang sudah lulus dari Pusat-Pusat Pendidikan. 6. Peserta program dapat dikeluarkan selama pendidikan apabila dianggap tidak mampu.
7 Januari 2017
60
5. Standar Penerimaan Mahasiswa Baru 5.1. Persyaratan Syarat-syarat untuk menjadi peserta program adalah sebagai berikut : 1.
Seorang dokter umum yang memiliki ijazah yang diakui pemerintah Republik Indonesia.
2.
Seorang Dokter Spesialis Penyakit Dalam atau Spesialis Ilmu Kesehatan Anak yang terdaftar pada Majelis Dokter Spesialis (MDSP).*
3.
Mempunyai reputasi etik yang baik dengan rekomendasi dari IDI.
4.
Umur maksimal 35 tahun pada waktu masuk program pendidikan regular.Untuk program perluasan umur bisa lebih dari 35 tahun asalkan memenuhi persyaratan dan tidak lebih dari 45 tahun (hanya di FKUI).
* PPDS yang berasal dari Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Dokter Spesialis Penyakit Anak diutamakan bagi yang akan menjadi staff di Departemen/Bagian Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler dari suatu institusi pendidikan.
5.2. Pendaftaran Peserta Calon peserta mengajukan permohonan melalui Sekretariat Bersama Forum Dekan Fakultas Kedokteran Negeri, dengan alamat : Sekretariat Bersama Forum Dekan Fakultas Kedokteran Negeri Jalan Salemba Raya No. 6. Jakarta Pusat 10430 Telp. 021 – 3100354 – 3907411; Fax. 021 – 3907411
Dengan melampirkan persyaratan administratif sebagai berikut : 1. Surat permohonan/lamaran PPDS dari yang bersangkutan bagi peserta perorangan dan atau surat permohonan dari Instansi yang bersangkutan bagi yang dikirim dari instansi, ditujukan kepada Sekretariat Bersama Forum Dekan Fakultas Kedokteran Negeri
2. Mengisi Formulir lamaran PPDS (4 rangkap) 3. Pasfoto ukuran 4 x 6 = 4 lembar 4. Materai Rp. 6.000,- = 4 lembar 5. Fotokopi ijazah yang disahkan/dilegalisir oleh Fakultas (4 lembar) 7 Januari 2017
61
6. Fotokopi transkrip nilai yang disahkan/dilegalisir oleh Fakultas (4 rangkap) 7. Surat keterangan selesai PTT dari DEPKES dan/atau surat keterangan akan menyelesaikan PTT bagi yang belum menyelesaikan masa baktinya. Surat keterangan penundaan PTT dari Dinkes Tk. I Dep.Kes setempat (surat ijin untuk mengikuti seleksi PPDS bagi yang Pra PTT) (4 lembar). 8. Surat rekomendasi dari perhimpunan profesi kedokteran yang menyatakan tidak pernah melakukan malpraktik atau pelanggaran kode etik kedokteran (4 lembar). Untuk peserta Pra PTT tidak diberlakukan. 9. Uang pendaftaran sebesar Rp. 100.000,-* disetor kepada Bank BNI Cabang UI Salemba : No. Rekening
: 273.130.384.001
Atas nama
: PPDS/CHS
(Slip bank bukti pembayaran 1 lembar diserahkan bersama formulir PPDS). 10. Surat permohonan dan formulir lamaran PPDS dengan lampirannya disusun menjadi 4 set sesuai dengan warnanya masing-masing, selanjutnya diserahkan kepada Sekretariat Bersama. 11. Bagi pelamar yang sudah pernah mendaftar sebelumnya dan belum diterima, supaya melampirkan surat penolakannya. (*) harga ini dapat berubah sewaktu waktu.
Catatan : 1. Foto dan materai ditempel pada formulir lamaran PPDS serta ditandatangani 2. Untuk pembayaran uang pendaftaran, slip bank asli disertakan dengan formulir lamaran PPDS 3. Untuk nomor 8, bila fotokopi harus dilegalisir asli.
5.3. Seleksi Peserta Penerimaan calon peserta program pendidikan dokter spesialis kardiovaskular sesuai dengan jalur penerimaan yang telah ditetapkan dengan peraturan yang berlaku. Seleksi penerimaan peserta diubah mengikuti aturan dari Konsil Kedokteran Indonesia, yaitu seleksi nasional oleh Kolegium. Seleksi dilakukan oleh panitia yang dibentuk oleh Ketua
7 Januari 2017
62
Departemen/Bagian untuk menyeleksi peminat yang sudah mengajukan permohonan untuk mengikuti pendidikan, sesuai ketentuan yang ditetapkan meliputi : 1. Seleksi kelengkapan persyaratan administratif. 2. Seleksi fisik dan psikoemosional, tes kesehatan dokter termasuk audiogram. 3. Seleksi untuk pemohon yang sudah memiliki ijazah Dokter Spesialis Penyakit Dalam atau Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak dilakukan untuk menilai dan menentukan kompetensi dan pengalaman apa yang sudah dimiliki dan dapat diakui. 4. Seleksi untuk pemohon yang sudah memiliki ijazah Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari senter di luar negeri dilakukan untuk menilai dan menentukan kompetensi dan pengalaman apa yang sudah dimiliki. 5. Sertifikat ujianReal TOEFLdengan skor minimal 500. Sertifikat TOEFL dikeluarkan oleh lembaga pembelajaran bahasa Inggris resmi yang ditunjuk oleh masing-masing pusat pendidikan. 6. Mempunyai nilai indeks prestasi minimal 2.75 (dinilai oleh masing-masing senter) 7. Umur tidak lebih dari 35 tahun saat mengikuti pendidikan (melampirkan fotokopi akte kelahiran) 8. Lulus dalam ujian seleksi masuk yang meliputi : 8.1.
Ujian Kemampuan Akademik (Ujian Tulis)
8.2.
Psikotest
8.3.
Tes Wawancara
5.4. Penerimaan Peserta 5.4.1. Jalur Penerimaan Calon Peserta Penerimaan calon peserta program pendidikan dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah di fakultas kedokteran melalui tahapan sebagai berikut : 1.
Telah melengkapi persyaratan administratif pada waktu mengisi formulir lamaran PPDS di Sekretariat Bersama Forum Dekan Fakultas Kedokteran Negeri
7 Januari 2017
63
2.
Formulir lamaran disediakan di kantor wilayah kesehatan/Sekretariat Bersama Forum Dekan Fakultas Kedokteran Negeri. Calon peserta diberi kesempatan untuk memilih : 1. Tempat Pendidikan (FKN pilihan I dan pilihan II) 2. Program Studi (pilihan I dan pilihan II)
3.
Sekretariat Bersama Forum Dekan Fakultas Kedokteran Negeri akan meneruskan lamaran yang memenuhi syarat kepada Dekan Fakultas Kedokteran Negeri pilihan I (pertama) seperti yang tertulis dalam lamaran calon. Dari Dekan FKN kemudian diteruskan lagi ke Tim Koordinasi Penyelenggara Program Studi FKN (TK PPDS-1 FKN).
4.
Surat lamaran dari TK PPDS-1 FKN dikirim ke Departemen/Bagian Kardiologi untuk diseleksi. Penyelenggaraan seleksi dilaksanakan oleh Ketua Program Studi (KPS) dengan melibatkan staf pengajar selaku staf penilai.
5.
Hasil seleksi dilaporkan oleh KPS kepada TK PPDS-1 FKN untuk diteruskan kepada Dekan FKN yang akan menerima peserta program studi untuk semester tersebut.
5.4.2. Waktu Penerimaan Calon Peserta Waktu seleksi dan penerimaan akademis pada bulan Februari dan September atau disesuaikan dengan jadwal di setiap pusat pendidikan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah.
7 Januari 2017
64
5.4.3. Bagan Jalur Penerimaan Peserta* CALON PESERTA
PENGISIAN FORMULIR PENDAFTARAN PADA SEKRETARIAT BERSAMA FORUM DEKAN FAKULTAS KEDOKTERAN NEGERI DENGAN PILIHAN FAKULTAS KEDOKTERAN NEGERI DAN PROGRAM STUDI
DEKAN FKN (2) SEMESTER BERIKUT
DEKAN FKN (1)
1. 2. 3. 4.
Prasyarat Pengirim Peruntukan Rekomendasi
TK PPDS-1 FKN
KETUA PROGRAM STUDI (1)
PROSES SELEKSI DAN EVALUASI CALON PESERTA (JUMLAH CALON : KAPASITAS)
KETUA PROGRAM STUDI (2) SEMESTER BERIKUT
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
8. DIKEMBALIKAN
PERSYARATAN AKADEMIK PERSYARATAN ADMINISTRATIF PRESTASI PENDIDIKAN PRESTASI KERJA UJIAN KEMAMPUAN AKADEMIK / UJIAN TULIS TES PSIKOTEST TES WAWANCARA a. KELUARGA b. SIKAP PRIBADI c. KEPEKAAN NILAI d. PENILAIAN DIRI REKOMENDASI / REFERENSI
DITERIMA SEGERA / SEMESTER BERIKUT
(*) Sampai saat ini 6. Standar Dosen dan Tenaga Kependidikan Definisi Staf Pengajar Staf Pengajar adalah para Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah yang diberi wewenang untuk membimbing, mendidik dan menilai peserta PPDS Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
6.1. Pembimbing Staf pengajar yang mempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan bimbingan dalam peningkatan keterampilan peserta PPDS tetapi tidak diberi tanggung jawab atas bimbingan peningkatan bidang ilmiah (kognitif) dan berkewajiban melaporkan perkembangan bimbingannya kepada penilai yang membawahinya atau kepada pengelola program studi.
7 Januari 2017
65
Kualifikasi: 1. Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah yang diangkat oleh Pimpinan FK berdasarkan usulan Ketua Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK. 2. Telah menyandang ijazah Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah selama minimal 3 (tiga) tahun 3. Bekerja di rumah sakit jejaring FK yang dipergunakan sebagai instalasi dan sarana pendidikan.
6.2. Pendidik Staf pengajar yang selain mempunyai tugas sebagai pembimbing, juga bertanggungjawab atas bimbingan peningkatan bidang ilmiah (kognitif) peserta PPDS dan berkewajiban melaporkan hasil pendidikannya kepada penilai yang membawahinya atau kepada pengelola program studi..
Kualifikasi: 1. Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah yang telah menjadi pembimbing selama minimal 3 (tiga) tahun. 2. Bekerja di rumah sakit jejaring FK yang dipergunakan sebagai instalasi dan sarana pendidikan.
6.3. Penilai Staf pengajar yang selain mempunyai tugas sebagai pembimbing dan pendidik, juga diberi wewenang untuk menilai hasil pembelajaran peserta PPDS.
Kualifikasi: 1. Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah yang telah menjadi pendidik minimal selama 5 (lima) tahun. 2. Bekerja di Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK atau yang oleh kesepakatan staf pengajar departemen dinilai layak untuk diberi wewenang tersebut walaupun bekerja ditempat lain.
7 Januari 2017
66
7. Standar Sarana dan Prasarana Standar sarana dan prasarana pembelajaran Program Pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah merupakan kriteria minial tentang sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan isi dan proses pembelajaran dalam rangka pemenuhan capaian pembelajaran lulusan pendidikan spesialis jantung dan pembuluh darah. RS pendidikan yang dipergunakan untuk pelatihan keprofesian ilmu penyakit jantung dan pembuluh darah adalah rumah sakit terakreditasi A dan Rumah Sakit Jejaring Pendidikan adalah rumah sakit terakreditasi B menurut standar Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Fasilitas fisik Institudi Pendidkan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah di RS Pendidikan harus memenuhi syarat akreditasi yang ditentukan Kolegium Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah dan Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes). Prasarana pembelajaran Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah terdiri dari ruang pembelajaran (ruang konferensi), ruang diskusi, ruang perpustakaan, ruang skills-lab, dan kamar jaga peserta didik. Sarana pembelajaran Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah terdiri atas sistem informasi RS, teknologi informasi, sistem dokumentasi, audiovisual, buku teks, buku elektronik, peralatan pendidikan, media pendidikan, dan kasus penyakit jantung dan pembuluh darah sesuai dengan materi pembelajaran.
7.1. Pusat Pendidikan atau Daftar IPDS Sampai saat ini terdapat 12 Pusat Pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, yaitu : 1.
Departemen Kardiologi & Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Pusat Jantung Nasional Rumah Sakit Harapan Kita, Jl. Letjen S Parman Kav. 87, Jakarta 11420.
2.
Bagian
Kardiologi
&
Kedokteran
Vaskular
Fakultas
Kedokteran
Universitas Airlangga, Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No. 6-8 Surabaya 60286.**
7 Januari 2017
67
3.
Bagian
Kardiologi
&
Kedokteran
Vaskular
Fakultas
Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, RSUP H. Adam Malik, Jl. Bunga Lau No. 17 Medan 20136, Sumatera Utara. 4.
Bagian
Kardiologi
&
Kedokteran
Vaskular
Fakultas
Kedokteran
Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Kampus Tamalanrea KM 10 Makassar 90245. 5.
Bagian
Kardiologi
&
Kedokteran
Vaskular
Fakultas
Kedokteran
Universitas Andalas, Pusat Jantung Regional, RS. Dr. M. Djamil, Jl. Perintis Kemerdekaan Padang 25127. 6.
Bagian
Kardiologi
&
Kedokteran
Vaskular
Fakultas
Kedokteran
Universitas Diponegoro Jl. Dr. Sutomo No.16, Semarang 50231 7.
Bagian
Kardiologi
&
Kedokteran
Vaskular
Fakultas
Kedokteran
Universitas Brawijaya, Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 2, Malang 65111 8.
Bagian
Kardiologi
&
Kedokteran
Vaskular
Fakultas
Kedokteran
Universitas Udayana, RS. Sanglah Jl. Diponegoro, Denpasar, Bali 9.
Bagian
Kardiologi
&
Kedokteran
Vaskular
Fakultas
Kedokteran
Universitas Padjajaran, RS. Dr. Hasan Sadikin, Jl. Pasir Kaliki No. 190 Bandung 40161 10. Bagian
Kardiologi
&
Kedokteran
Vaskular
Fakultas
Kedokteran
Fakultas
Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115 11. Bagian
Kardiologi
&
Kedokteran
Vaskular
Universitas Gadjah Mada, Jl. Kesehatan No. 1, Yogyakarta 12. Bagian Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Jl. Kol. Sutarto 132, Solo 13. Bagian
Kardiologi
&
Kedokteran
Vaskular
Fakultas
Kedokteran
Universitas Syah Kuala, RS Zainoel Abidin (masih dalam persiapan). ** PPDS yang berasal dari Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Dokter Spesialis Penyakit Anak dan dari luar negeri (adaptasi) hanya dilakukan di Departemen/Bagian Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI dan FK UNAIR
8. Standar Pengelolaan Pendidikan Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah merupakan strukturdi bawah Universitas dan Fakultas Kedokteran.
7 Januari 2017
68
Program Studi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran dan dikelola oleh Ketua Program Studi dibantu Sekretaris Program Studi dan Staf Pendidik. Ketua Program Studi bertanggungjawab terhadap terlaksananya program pendidikan yang dievaluasi secara berkesinambungan oleh Dekan Fakultas Kedokterand an Tim Koordinasi Program Pendidikan Dokter Spesialis. Penyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dilaksanakan menurut panduan yang ditetapkan oleh Kolegium Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah tentang struktur dan isi kurikulum, proses pembelajaran, evaluasi pendidikan, dan kompetensi peserta didik. Sertifikasi untuk lulusan Program Pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dibeirkan berupa ijazah oleh Dekan Fakultas Kedokteran dan sertifikat uji kompetensi oleh Kolegium Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dinilai secara berkala dan berkesinambungan oleh Unit Penjamin Mutu Fakultas Kedokteran dan Kolegium Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. Akreditasi Program Studi dilakukan secara berkala oleh Lembaga Akreditasi Program Studi Spesialis (LAMPTKes) untuk menilai kelayakan Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dalam melaksanakan pendidikan. Kebijakan pendidikan pada Program Pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah mencakup aspek pengembangan dan implementasi kurikulum, regulasi penilaian mahasiswa, evaluasi internal tingkat Program Studi, pengembangan kompetensi pendidik, dan inovasi pendidikan. Kebijakan penelitian mencakup aspek prioritas berdasarkan visi misi program studi, penyediaan dana penelitian, review program penelitian, etika publikasi, dan diseminasi hasil penelitian. Kebijakan pengabdian masyarakat mencakup aspek prioritas program pengabdian masyarakat berdasarkan visi misi program studi, tersedianya dana pengabdian masyarakat, kerja sama dengan institusi mitra, etika, dan publikasi hasil pengabdian masyarakat.
7 Januari 2017
69
9. Standar Pembiayaan Fakultas Kedokteran wajib berkontribusi mendanai pendidikan dokter spesialis di RS Pendidikan. Fakultas Kedokteran bertanggungjawab untuk mengalokasikan dana untuk pengembangan inovasi pendidikan dalam rangka peningkatan mutu berkelanjutan dan selanjutnya menentukan dan menyampaikan satuan biaya yang dikeluarkan untuk biaya investasi satuan pendidikan, biaya pegawai, biaya operasional, dan biaya maintenance secara transparan. Dana pendidikan Program Studi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah didapat dari Fakultas Kedokteran sebagai bagian pembiayaan untuk pengembangan pendidikan kedokteran. Program Studi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah setiap tahun melakukan penyusunan anggaran kegiatan Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dalam bentuk Rencana Kerja Anggaran Tahunan (RKAT) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB). Program Studi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah juga mengajukan biaya rutin kegiatan pembelajaran dan pengembangan Prodi, kemudian diajukan kepada Dekan Fakultas Kedokteran untuk mendapatkan realisasi dana tersebut. Selanjutnya dana yang diperoleh tersebut dikelola berdasarkan rencana anggaran yang sudah ditetapkan dan dipergunakan untuk pengembangan Prodi, pembelian barang untuk keperluan pembelajaran, penelitian, investasi sarana, prasarana, dan SDM.
10. Standar Rumah Sakit Pendidikan Program Studi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran yang memiliki akreditasi A. Rumah Sakit Pendidikan tempat dilaksanakannya pendidikan dan pelatihan bagi peserta didik ilmu penyakit jantung dan pembuluh darah juga merupakan Rumah Sakit Pendidikan dengan akreditasi A.
Rumah Sakit Pendidikan yang dimaksud telah memiliki: a. Visi, misi, dan komitmen rumah sakit yang mengutamakan pelayanan, pendidikan, dan penelitian. b. Keterpaduan manajemen dan administrasi untuk pelayanan dan pendidikan. c. Sumber daya manusia yang mampu mengelola pelayanan bagi pasien-pasien ilmu
7 Januari 2017
70
penyakit jantung dan pembuluh darah sekaligus dapat memberikan pelatihan dan pengalaman klinis bagi peserta didik. d. Sarana penunjang pendidikan yang mencukupi untuk memberikan pengetahuan akademik sesuai dengan kurikulum pendidikan. e. Perancangan yang memenuhi persyaratan untuk pelaksanaan pendidikan klinik yang berkualitas dalam upaya memberikan kompetensi bagi peserta didik.
Rumah Sakit Pendidikan Utama tempat pendidikan dan pelatihan peserta didik Program Studi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah harus melakukan koordinasi yang baik serta pembinaan terhadap wahana pendidikan yang ada di dalam rumah sakit tersebut (laboratorium klinik, radiologi, unit gawat darurat, instalasi gizi, dan lain-lain) sehingga dapat menunjang berlangsungnya pendidikan sebagaimana mestinya. Rumah Sakit Pendidikan Utama Program Studi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah memiliki kerja sama dengan Rumah Sakit Jejaring Pendidikan yang dituangkan dalam Nota Kesepahaman yang ditandatangani oleh pimpinan Rumah Sakit Pendidikan Utama, Dekan Fakultas Kedokteran, dan pimpinan Rumah Sakit jejaring pendidikan.
11. Standar Wahana Pendidikan Wahana Pendidikan Kedokteran adalah fasilitas selain Rumah Sakit Pendidikan yang digunakan sebagai tempat penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran. Wahana pendidikan bagi dokterdan dokter spesialis dapat berupa Puskesmas, laboratorium, klinik, dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya selain Rumah Sakit Pendidikan yang memenuhi persyaratan proses pendidikan. Wahana Pendidikan yang digunakan merupakan wahana yang memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Fasilitas pelayanan kesehatan sebagai wahana pendidikan harus dapat memberikan pelayanan secara holistik dan komprehensif, meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif secara terintegrasi dan berkesinambungan. Fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan sebagai wahana pendidikan harus
7 Januari 2017
71
sudah terakreditasi oleh lembaga yang berwenang yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan untuk menjamin pencapaian kompetensi sesuai kurikulum pendidikan dokter.Fasilitas pelayanan kesehatan yang sudah terakreditasi tersebut harus memenuhi kriteria kelayakan, persyaratan umum berupa persyaratan dasar dan persyaratan pendidikan, serta persyaratan khusus bagi wahana pendidikan dokter. Fakultas Kedokteran berkewajiban melatih pembimbing lapangan yang berasal dari wahana pendidikan dan/atau Fakultas Kedokteran, untuk menjamin tercapainya kompetensi sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia dan Standar Kompetensi Dokter Layanan Primer Indonesia.
7 Januari 2017
72
(halaman kosong)
7 Januari 2017
73
BAB III Standar Penelitian Fakultas Kedokteran wajib melaksanakan penelitian dalam ruang lingkup ilmu kedokteran dan ilmu kedokteran gigi yang disesuaikan dengan kemajuan perkembangan ilmu kedokteran.Penelitian kedokteran yang menggunakan manusia dan hewan percobaan sebagai subjek penelitian harus memenuhi lolos kaji etik.Fakultas Kedokteran harus memiliki kebijakan yang mendukung keterkaitan antara penelitian, pendidikan, dan pengabdian pada masyarakat serta menetapkan prioritas penelitian beserta sumber daya penunjangnya. Fakultas Kedokteran harus memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan penelitian di bawah bimbingan dosen.Fakultas Kedokteran harus mengalokasikan anggaran untuk menjamin aktivitas penelitian yang mendukung pendidikan kedokteran minimal 5% dari seluruh anggaran operasional institusi pendidikan kedokteran, dan harus ditingkatkan secara bertahap. Fakultas Kedokteran dalam pelaksanaan penelitian harus memenuhi standar penelitian yang terdiri atas:
1.Standar hasil penelitian 1.1.Standar hasil penelitian merupakan kriteria minimal tentang mutu hasil penelitian. 1.2.Hasil penelitian di institusi pendidikan kedokteran harus diarahkan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, serta meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat dan daya saing bangsa. 1.3.Hasil penelitian di institusi pendidikan kedokteran hendaknya bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan mengajar, meningkatkan suasana akademik, memberikan dasar-dasar proses penelitian yang benar pada mahasiswa, perbaikan kurikulum, dan upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat. 1.4.Hasil penelitian yang tidak bersifat rahasia, tidak mengganggu dan/atau tidak membahayakan kepentingan umum atau nasional wajib disebarluaskan dengan cara diseminarkan, dipublikasikan, dipatenkan, dan/atau cara lain yang dapat digunakan untuk menyampaikan hasil penelitian kepada masyarakat. 7 Januari 2017
74
2. Standar isi penelitian 2.1. Standar isi penelitian merupakan kriteria minimal tentang kedalaman dan keluasan materi penelitian. 2.2. Kedalaman dan keluasan materi penelitian harus memuat prinsip-prinsip kemanfaatan, kemutahiran, dan mengantisipasi kebutuhan masa mendatang.
3. Standar proses penelitian 3.1. Standar proses penelitian merupakan kriteria minimal tentang kegiatan penelitian yang terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan. 3.2. Kegiatan penelitian merupakan kegiatan yang memenuhi kaidah dan metode ilmiah secara sistematis sesuai dengan otonomi keilmuan dan budaya akademik dan mempertimbangkan standar mutu, keselamatan kerja, kesehatan, kenyamanan, serta kemandirian peneliti, masyarakat, dan lingkungan. 3.3. Kegiatan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa dalam rangka melaksanakan tugas akhir, skripsi, tesis, atau disertasi harus mengarah pada terpenuhinya capaian hasil akhir pendidikan, serta memenuhi ketentuan dan peraturan di institusi pendidikan kedokteran.
4. Standar penilaian penelitian 4.1. Standar penilaian penelitian merupakan kriteria minimal penilaian terhadap proses dan hasil penelitian. 4.2. Penilaian terhadap proses dan hasil penelitian dilakukan secara terintegrasi dengan prinsip penilaian yang bersifat edukatif, objektif, akuntabel, dan transparan, serta harus memperhatikan kesesuaian dengan standar hasil, standar isi, dan standar proses. 4.3. Penilaian penelitian yang dilaksanakan oleh mahasiswa dalam rangka penyusunan laporan tugas akhir, skripsi, tesis, atau disertasi diatur berdasarkan ketentuan dan peraturan di institusi pendidikan kedokteran.
5. Standar peneliti 5.1. Standar peneliti merupakan kriteria minimal kemampuan peneliti untuk
7 Januari 2017
75
melaksanakan penelitian. 5.2. Peneliti wajib memiliki kemampuan tingkat penguasaan metodologi penelitian yang sesuai bidang keilmuan, serta tingkat kerumitan dan kedalaman penelitian. 5.3. Standar peneliti ditentukan berdasarkan kualifikasi akademik dan hasil penelitian yang menentukan kewenangan melaksanakan penelitian.
6. Standar sarana dan prasarana penelitian 6.1. Standar sarana dan prasarana penelitian merupakan kriteria minimal sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang kebutuhan isi dan proses penelitian dalam rangka memenuhi hasil penelitian. 6.2. Sarana dan prasaran penelitian merupakan fasilitas institusi pendidikan kedokteran yang digunakan untuk memfasilitasi penelitian yang terkait dengan bidang ilmu kedokteran. 6.3. Sarana dan prasaran penelitian merupakan fasilitas institusi pendidikan kedokteran yang dimanfaatkan juga untuk proses pembelajaran dan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. 6.4. Sarana dan prasaran penelitian harus memenuhi standar mutu, keselamatan kerja, kesehatan, kenyamanan, dan keamanan peneliti, masyarakat, dan lingkungan.
7. Standar pengelolaan penelitian 7.1. Standar pengelolaan penelitian merupakan kriteria minimal tentang perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pemantauan dan evaluasi, serta pelaporan kegiatan penelitian. 7.2. Pengelolaan penelitian dilaksanakan oleh unit kerja dalam bentuk kelembagaan yang bertugas untuk mengelola penelitian dengan kewajiban: a. menyusun dan mengembangkan rencana program penelitian sesuai dengan rencana strategis penelitian Institusi Pendidikan Kedokteran; b. menyusun dan mengembangkan peraturan, panduan, dan sistem penjaminan mutu internal penelitian; c. memfasilitasi pelaksanaan penelitian; d. melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan penelitian; e. melakukan diseminasi hasil penelitian;
7 Januari 2017
76
f. memfasilitasi peningkatan kemampuan peneliti untuk melaksanakan penelitian, penulisan artikel ilmiah, dan perolehan hak kekayaan intelektual (HKI); g. memberikan penghargaan kepada peneliti yang berprestasi; dan h. melaporkan kegiatan penelitian yang dikelolanya. 7.3.Institusi Pendidikan Kedokteran: a. memiliki rencana strategis penelitian yang merupakan Bagian dari rencana strategis institusi pendidikan kedokteran; b. menyusun kriteria dan prosedur penilaian penelitian paling sedikit menyangkut aspek peningkatan jumlah publikasi Ilmiah, penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, serta jumlah dan mutu bahan ajar; c. menjaga dan meningkatkan mutu pengelolaan lembaga atau fungsi penelitian dalam menjalankan program penelitian secara berkelanjutan; d. melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap lembaga atau fungsi penelitian dalam melaksanakan program penelitian; e. memiliki panduan tentang kriteria peneliti dengan mengacu pada standar hasil, standar isi, dan standar proses penelitian; f. mendayagunakan sarana dan prasarana penelitian pada lembaga lain melalui program kerja sama penelitian; g. malakukan analisis kebutuhan yang menyangkut jumlah, jenis, dan spesifikasi sarana dan prasarana penelitian; dan h. menyampaikan laporan kinerja lembaga atau fungsi penelitian dalam menyelenggarakan program penelitian paling sedikit melalui pangkalan data institusi pendidikan kedokteran.
8. Standar pendanaan dan pembiayaan penelitian 8.1. Standar pendanaan dan pembiayaan penelitian merupakan kriteria minimal sumber dan mekanisme pendanaan dan pembiayaan penelitian. 8.2. Institusi pendidikan kedokteran wajib menyediakan dana penelitian internal. 8.3. Pendanaan penelitian dapat pula bersumber dari pemerintah, kerjasama dengan lembaga lain baik di dalam maupun di luar negeri, atau dana dari masyarakat.
7 Januari 2017
77
8.4. Pendanaan penelitian digunakan untuk membiayai: a. perencanaan penelitian; b. pelaksanaan penelitian; c. pengendalain penelitian; d. pemantauan dan evaluasi penelitian; e. pelaporan hasil penelitian; dan f. diseminasi hasil penelitian. 8.5. Institusi pendidikan kedokteran wajib menyediakan dana pengelolaan penelitian yang digunakan untuk membiayai: a. manajemen penilitan yang terdiri atas seleksi proposal, pemantauan dan evaluasi, pelaporan penelitian, dan diseminasi hasil penelitian; b. peningkatan kapasitas peneliti; dan c. insentif publikasi Ilmiah atau insentif hak kekayaan intelektual (HKI). 8.6. Mekanisme pendanaan dan pembiayaan penelitian diatur berdasarkan ketentuan di institusi pendidikan kedokteran.
7 Januari 2017
78
(Halaman Kosong)
7 Januari 2017
79
BAB IV Standar Pengabdian Masyarakat 4.1. Kegiatan pengabdian masyarakat merupakan aspek yang penting dan tidak dapat dipisahkan dalam proses pengembangan ilmu dan pendidikan tenaga kesehatan. Proses penelitian diperlukan untuk senantiasa meningkatkan kualitas dan akses pelayanan kesehatan dengan ilmu dan strategi inovatif. Pengabdian pada masyarakat akan mendekatkan akademisi pada kebutuhan sebenarnya yang ada di masyarakat. Oleh karena itu pelaksanaan dan pemanfaatan kedua kegiatan ini sangat diperlukan. Dengan pendekatan yang integratif, kegiatan ini akan dapat bermanfaat secara optimal dan efektif 4.2. Pengabdian masyarakat di Program Studi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah dilakukan di bawah koordinasi penyelenggara pendidikan dan pelatihan ilmu penyakit jantung dan pembuluh darah untuk melaksanakan suatu kegiatan pengabdian masyarakat dalam bentuk penyuluhan dan pengobatan yang bersifat massal (tulisan/artikel di media cetak dan elektronik, bakti sosial, dll) 4.3. Kegiatan pengabdian masyarakat diselenggarakan dengan kerja sama instansi terkait, mengutamakan keselamatan pasien dan masyarakat, serta mendapatkan izin dari instansi berwenang. Kegiatan ini dikelola oleh Program Studi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah dengan membentuk panitia yang terdiri dari Staf Pendidik, Staf Kependidikan, dan peserta didik untuk mempersiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam kegiatan tersebut. 4.4. Standar pengabdian masyarakat terdiri atas: f. Standar hasil pengabdian masyarakat Standar hasil pengabdian masyarakat merupakan kriteria minimal hasil pengabdian kepada masyarakat dalam menerapkan, mengamalkan, membudayakan ilmu pengetahuan dan teknologi, guna memajukan kesejahteraan umum, dan mecerdaskan kehidupan bangsa. Hasil pengabdian masyarakat adalah berupa penyelesaian masalah yang dihadapi masyarakat, pemanfaatan teknologi tepat guna, bahan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi atau bahan ajar sebagai sumber belajar. 7 Januari 2017
80
g. Standar isi pengabdian masyarakat Standar isi pengabdian masyarakat merupakan kriteria minimal tentang kedalaman dan keluasan materi pengabdian masyarakat. Hal tersebut mengacu pada standar hasil pengabdian masyarakat dan bersumbeh dari hasil penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan teknologi sesuai kebutuhan masyarakat. h. Standar proses pengabdian masyarakat Standar proses pengabdian masyarakat merupakan kriteria minimal tentang kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan kegiatan. Kegiatan dapat berupa pelayanan kepada masyarakat, penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kapasitas, atau pemberdayaan masyarakat. i. Standar penilaian pengabdian masyarakat Standar penilaian pengabdian masyarakat merupakan kriteria minimal tentang penilaian terhadap proses dan hasil terhadap pengabdian masyarakat. Penilaian proses dan hasil pengabdian masyarakat dilakukan secara terintegrasi dengan prinsip penilaian edukatif, objektif, akuntabel, dan transparan, serta dapat mewakili ukuran ketercapaian kinerja proses dan pencapaian kinerja hasil pengabdian masyarakat. j. Standar pelaksanaan pengabdian masyarakat Standar pelaksanaan pengabdian masyarakat merupakan kriteria minimal kemampuan pelaksana untuk melaksanakan pengabdian masyarakat. Pelaksana pengabdian masyarakat wajib menguasai metodologi penerapan keilmuan sesuai bidang keahlian jenis kegiatan serta kerumitan sasaran kegiatan. Kemampuan pelaksanaan pengabdian masyarakat ditentukan berdasarkan kualifikasi akademik dan hasil pengabdian masyarakat. k. Standar sarana dan prasarana pengabdian masyarakat Standar sarana dan prasarana pengabdian masyarakat merupakan kriteria minimal tentang sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang proses pengabdian masyarakat. Standar ini merupakan fasilitas perguruan tinggi yang digunakan untuk memfasilitasi pengabdian masyarakat terkait penerapan bidang ilmu dari program studi yang dikelola perguruan tinggi.
7 Januari 2017
81
l. Standar pengelolaan pengabdian masyarakat Standar pengelolaan pengabdian masyarakat merupakan kriteria minimal tentang perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pemantauan, dan evaluasi, serta pelaporan kegiatan pengabdian masyarakat. Pengelolaan pengabdian masyarakat dilaksanakan oleh unit kerja dalam kelembagaan yang bertugas mengelola pengabdian masyarakat. m. Standar pendanaan dan pembiayaan pengabdian masyarakat Standar pendanaan dan pembiayaan pengabdian masyarakat merupakan kriteria minimal sumber dan mekanisme pendanaan dan pembiayaan pengabdian masyarakat. Perguruan tinggi wajib menyediakan dana internal untuk pengabdian masyarakat di samping dana yang bersumber dari pemerintah, kerja sama dengan lembaga lain, baik di dalam maupun di luar negeri, atau dana dari masyarakat.
7 Januari 2017
82
(Halaman Kosong)
7 Januari 2017
83
BAB V Standar Penilaian/Evaluasi Program 5.1. Standar penliaian pembelajaran merupakan kriteria minimal tentang penilaian proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka pemenuhan capaian pembelajaran lulusan. 5.2. Untuk mengetahui pencapaian tujuan pendidikan harus dilakukan evaluasi/penilaian terhadap kemajuan pendidikan peserta didik. Evaluasi dilaksanakan secara teratur dan periodik meliputi aspek kognitif, psikomotor, dan attitude melalui pengamatan secara terus-menerus dan evaluasi secara terjadwal (ujian stase, ujian semester, ujian akhir). 5.3. Penilaian yang dilakukan meliputi penilaian terhadap keterampilan dalam membuat diagnosis, pengelolaan pasien, dan keterampilan tindakan serta analisis terhadap kemampuan untuk bekerjasama, hubungan interpersonal, dan tanggung jawab (attitude). 5.4. Penilaian proses dan hasil belajar peserta didik di Institusi Pendidikan Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah mencakup: a. Prinsip penilaian menerapkan prinsip edukatif, otentik, objektif, akuntabel, dan transparan, yang dilakukan secara terintegrasi. b. Teknik penilaian terdiri dari pengamtan dan penilaian langsung saat melakukan kegiatan perawatan pasien (poliklinik, UGD, rawat inap), visite, kegiatan ilmiah, penilaian log book, serta evaluasi terjadwal. Penilaian dalam skala nasional dilakukan dalam bentuk ujian OSCE, ujian kognitif, dan ujian komprehensif. c. Mekanisme penilaian dilakukan secara terjadwal dalam bentuk ujian semester, ujian kenaikan tahap, ujian karya tulis akhir, ujian lokal, dan ujian nasional. Prosedur penilaian mencakup tahap perencanaan, pemberian tugas atau soal, penilaian kinerja, dan pemberian nilai akhir. d. Pelaksanaan penilaian dilakukan sesuai dengan rencana pembelajaran dan dapat dilakukan oleh Staf Pendidik atau Tim Penguji. Untuk pelaksanaan penilaian akhir atau ujian nasional dilakukan secara terjadwal 4 kali setahun dalam bentuk ujian nasional tulis dan ujian nasional oral dengan mengikutsertakan Tim Penguji eksternal dari Institusi Pendidikan Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah lain. e. Penilaian pada evaluasi peserta didik diserahkan kepada Ketua Program Studi untuk selanjutnya dilaporkan secara online ke Sistem Informasi Administrasi Terpadu 7 Januari 2017
84
Fakultas Kedokteran dan merupakan nilai dalam transkrip akademik. Pelaporan penilaian keberhasilan peserta didik dinyatakan dalam kisaran: i. Huruf A setara dengan angka 4 berkategori sangat baik ii. Huruf B setara dengan angka 3 berkategori baik iii. Huruf C setara dengan angka 2 berkategori cukup iv. Huruf D setara dengan angka 1 berkategori kurang v. Huruf E setara dengan angka 0 berkategori sangat kurang f. Peserta didik Program Pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dinyatakan lulus apabila telah menempuh seluruh beban belajar yang ditetapkan dan memiliki capaian pembelajaran lulusan yang ditargetkan oleh Program Studi dengan IPK ≥3.0. Kelulusan peserta didik Program Studi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah dinyatakan dalam bentuk ijazah dokter spesialis jantung dan pembuluh darah (SpJP) yang diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran dan sertifikat kompetensi spesialis jantung dan pembuluh darah yang diterbitkan oleh Kolegium Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. g. Cara penilaian dan pemberian angka, huruf mutu, dan nilai mutu menggunakan acuan patokan sebagai berikut: Angka
Huruf Mutu
Nilai Mutu
80 – 100
A
4.00
70 – 79
B
3.00
50 – 69
C
2.00
40 – 49
D
1.00
<40
E
0
Peserta didik lulus ujian bila mendapatkan nilai B.
7 Januari 2017
85
BAB VI Standar Kontrak Kerja Sama Fakultas Kedokteran, Rumah Sakit Pendidikan Utama, dan Rumah Sakit Jejaring Pendidikan Program Studi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah 6.1. Pimpinan Fakultas Kedokteran wajib memiliki Perjanjian kontrak Kerja Sama secara tertulis dengan Rumah Sakit Pendidikan Utama dalam rangka Pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah. 6.2. Untuk keperluan tersebut, Rumah Sakit Jejaring Pendidikan wajib memiliki kontrak kerja sama secara tertulis dengan Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit Pendidikan Utama 6.3. Kerja sama yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran, Rumah Sakit Pendidikan Utama, dan Rumah Sakit Jejaring Pendidikan adalah dalam bentuk nota kesepahaman (MoU) dan ditandatangani oleh Dekan Fakultas Kedokteran dan Direktur Utama Rumah Sakit Pendidikan Utama dan Jejaring. 6.4. Nota kesepahaman sekurang-kurangnya mengatur tentang: n. Jaminan ketersediaan sumber daya yang mendukung terlaksananya proses pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. o. Penyelenggaraan proses pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. p. Pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. q. Penciptaan suasana akademik yang kondusif. r. Aspek medikolegal, manajemen pendidikan, dan daya tampung peserta didik. s. Jangka waktu perjanjian kontrak kerja sama. 6.5. Perjanjian kerja sama memuat tujuan, ruang lingkup, tanggung jawab bersama, hak dan kewajiban, pembiayaan, penelitian, rekruitmen Staf Pendidik, tanggung jawab hukum, jangka waktu kerja sama, dan penyelesaian perselisihan. 6.6. Program Studi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah memiliki kerja sama dengan beberapa Rumah Sakit Jejaring Pendidikan dengan tujuan memenuhi kompetensi yang telah ditentukan dalam kurikulum pendidikan.
7 Januari 2017
86
6.7. Rumah Sakit Jejaring Pendidikan yang termasuk dalam kerja sama Fakultas Kedokteran dan Rumah Sakit Pendidikan Utama minimal terakreditasi B dan harus memiliki dokter spesialis jantung dan pembuluh darah yang memenuhi kriteria sebagai Staf Pendidik.
7 Januari 2017
87
BAB VII Standar Pemantauan dan Pelaporan Pencapaian Program Pendidikan Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah 7.1. Sistem penjaminan mutu di Fakultas Kedokteran dirancang dan dilaksanakan untuk menjamin mutu akademik yang ditetapkan. Sistem penjaminan mutu memastikan lulusan memiliki kompetensi yang ditetapkan dalam spesifikasi program studi. 7.2. Program Studi Ilmu Penyakit Jantug dan Pembuluh Darah memiliki Tim Penjaminan Mutu Internal yang dipimpin oleh Ketua Program Studi yang bertanggungjawab atas terjaminnya mutu akademik melalui proses pembelajaran yang bermutu, evaluasi pelaksanaan proses pembelajaran, evaluasi hasil proses pembelajaran, tindakan perbaikan proses pembelajaran, dan penyempurnaan secara berkelanjutan. 7.3. Penerapan Sistem Penjaminan Mutu di Program Studi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah mengacu pada Sistem Penjaminan Mutu Internal Direktorat Pendidikan Tinggi tahun 2010. Sistem Penjaminan Mutu Internal yang diterapkan merupakan upaya sistem evaluasi yang dilakukan secara berkala dan berkelanjutan dalam upaya mencapai keselarasan pendidikan dengan visi, misi, dan tujuan program studi. 7.4. Butir penjaminan mutu yang dievaluasi secara berkala terdiri dari: 7.5. Manajemen kendali mutu Program Studi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah menggunakan model Plan, Do, Check, Action (PDCA) yang akan diikuti dengan kegiatan Standard, Do, Check, Action (SDCA). Apabila hasil audit telah mencapai standar mutu (S dala SDCA) maka proses perencanaan (P dalam PDCA) berikutnya standar mutu harus ditinggikan. Bila hasil evaluasi negatif dan standar mutu tidak tercapai maka Staf Pendidik harus melakukan tindakan (A dalam PDCA) yang dapat berupa pengulangan pembahasan pokok bahasan terkait sampai tujuan instruksional khusus dapat dicapai. Evaluasi dan perencanan ini dilakukan secara simultan melalui rapat Program Studi yang dilakukan setiap tahun. 7.6. Tim Penjaminan Mutu Internal bertugas untuk menjalankan manajemen penjaminan mutu serta melapokran hasil evaluasi dan perencanaan selanjutnya dalam rapat kerja
7 Januari 2017
88
tahunan ilmu penyakit jantung dan pembuluh darah. 7.7. Evaluasi program pendidikan dilakukan melalui akreditasi oleh Lembaga Akreditasi Mandiri Perguruan Tinggi Ilmu Kesehatan (LAM-PTKes). LAM-PTKes mempunyai tugas menjamin mutu proses pendidikan dan lulusan pendidikan tinggi kesehatan, memenuhi kebutuhan masyarakat berupa kegiatan penilaian program studi, serta menentukan kelayakan program studi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Tujuan akreditasi oleh LAMPTKes bukan hanya untuk memberikan status dan peringkat akreditasi program studi saja, tetapi utamanya untuk menumbuhkan kesadaran, motivasi, dan langkah-langkah konkret yang akhirnya bermuara pada budaya peningkatan mutu berkelanjutan (cultures of continuous quality improvement). 7.8. Akreditasi yang diselenggarakan oleh LAM-PTKes dilaksanakan oleh tim penilai bidang kesehatan yang terdiri dari fasilitator, asesor, dan validator. Beberapa Staf Pendidik Program Studi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah telah mendapat pelatihan untuk menjadi tim penilai pada LAM-PTKes.
7 Januari 2017
89
BAB VIII Standar Pola Pemberian Insentif untuk Peserta Didik Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah 8.1. Dalam pasal 31 UU Republik Indonesia No.20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran
disebutkan
bahwa
setiap
peserta
didik
berhak
memperoleh
perlindungan hukum dalam meingkuti proses belajar-mengajar, baik di Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi maupun di Rumah Sakit Pendidikan dan Wahana Pendidikan Kedokteran. 8.2. Setiap peserta didik juga berhak memperolah insentif di Rumah Sakit Pendidikan dan Wahana Pendidikan Kedokteran bagi mahasiswa program dokter layanan primer, dokter spesialis-subspesialis, dan dokter gigi spesialis-subspesialis, dan memperoleh waktu istirahat sesuai dengan waktu yang ditentukan. 8.3. Insentif merupakan imbalan dalam bentuk materi yang diberikan oleh Rumah Sakit Pendidikan dan Wahana Pendidikan Kedokteran atas jasa pelayanan medis yang dilakukan sesuai kompetensinya. 8.4. Pemberian insentif pada peserta didik Program Pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah berdasarkan beban kerja yang diperhitungkan berdasarkan kelayakan beban studi sesuai dengan pencapaian kompetensi. 8.5. Standar pola pemberian insentif ditetapkan oleh Rumah Sakit Pendidikan tempat diselenggarakannya Program Pendidikan Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
7 Januari 2017
90
BAB IX Penutup Dengan ditetapkannya Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, diharapkan mutu lulusan Program Pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dapat meningkat dan merata di seluruh institusi Pendidikan Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah di Indonesia. Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah ini merupakan acuan bagi Fakultas Kedokteran dalam menyelenggarakan Program Pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah. Standar ini juga menjadi acuan dalam perumusan indikator untuk evaluasi internal dan evaluasi eksternal penyelenggaraan Program Pendidikan Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah. Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah ini bersifat dinamis, tidak statis, dan akan dikembangkan dan dievaluasi serta ditingkatkan secara berkelanjutan dari waktu ke waktu dalam upaya peningkatan dan pemerataan mutu Pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah khususnya dan mutu pendidikan kedokteran pada umumnya di seluruh Indonesia.
7 Januari 2017
91