STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN INFLUENZA OLEH : MARTINI K HENUKH (01 09 00084) MENI F HAUMENI (01 09 00085) NAIMA ARKIAN (01 09 00086)
KONSEP DASAR PENYAKIT A. Pengertian
Influenza adalah :
Suatu penyakit infeksi akut saluran pernapasan terutama ditandai oleh demam, menggigil, sakit otot, sakit kepala dan sering disertai pilek, sakit tenggorokan dan batuk nonproduktif.
B. Epidemiologi
Influenza adalah penyakit virus akut yang dapat diprediksi dan penyakit periodic yang menyebabkan epidemic diseluruh dunia. Epidemic terjadi setiap 2 sampai 3 tahun dengan tingkat keparahan yang bervariasi. Selama epidemic, peningkatan rata- rata mortalitas umum dilihat sebagai kontribusi langsung pada influenza dan menyertai
pneumonia dan kardiopulmonal
kronik lain sebagai akibatnya. Diperkirakan lebih dari 70.000 kematian antara tahun 1977 dan 1988 disertai influenza atau gejala sisanya pada kelompok rentan.
C. Etiologi.
Penyebab dari influenza adalah virus influenza. Ada tiga tipe yakni tipe A, B dan C. Ketiga tipe ini dapat dibedakan dengan complement fixation test . Tipe A merupakan virus penyebab influenza yang bersifat epidemik. Tipe B biasanya hanya menyebabkan penyakit yang lebih ringan daripada tipe A dan kadang-kadang saja sampai mengakibatkan epidemik. Tipe C adalah tipe yang diragukan patogenesisnya untuk manusia, mungkin hanya menyebabkan
gangguan ringan saja. Virus penyebab influenza merupakan suatu orthomyxovirus golongan RNA. Struktur antigenik virus influenza meliputi antara lain 3 bagian utama yaitu : Antigen S (soluble Antigen), hemaglutinin dan Neuramidase. Antigen S merupakan suatu inti partikel virus yang terdiri atas ribonuldeoprotein. Antigen ini spesifik untuk masing-masing tipe. Hemaglutinin dan neuramidase berbentuk seperti duri dan tampak menonjol pada permukaan virus. Hemaglutinin diperlukan untuk lekatnya virus pada membran sel penjamu sedangkan neuromidase diperlukan untuk pelepasan virus dari sel yang terinfeksi. D. Patofisiologi
Virus influenza A, B dan C masing-masing dengan banyak sifat mutagenik yang mana virus tersebut dihirup lewat droplet mukus yang terarolisis dari orang-orang yang terinfeksi. Virus ini menumpuk dan menembus permukaan mukosa sel pada saluran napas bagian atas, menghasilkan sel lisis dan kerusakan epithelium silia. Neuramidase mengurangi sifat kental mukosa sehingga memudahkan penyebaran eksudat yang mengandung virus pada saluran napas bagian bawah. Di suatu peradangan dan nekrosis bronchiolar dan epithelium alveolar mengisi alveoli dan exudat yang berisi leukosit, erithrosit dan membran hyaline. Hal ini sulit untuk mengontrol influenza sebab permukaan sel antigen virus memiliki kemampuan untuk berubah. Imunitas terhadap virus influenza A dimediasi oleh tipe spesifik immunoglobin A (lg A) dalam sekresi nasal. Sirkulasi lg G juga secara efektif untuk menetralkan virus. Stimulus lg G adalah dasar imunisasi dengan vaksin influenza A yang tidak aktif. Setelah nekrosis dan desquamasi terjadi regenerasi epithelium secara perlahan mulai setelah sakit hari kelima. Regenerasi mencapai suatu maximum kedalam 9 sampai 15 hari, pada saat produksi mukus dan celia mulai tamapk. Sebelum regenerasi lengkap epithelium cenderung terhadap invasi bakterial sekunder yang berakibat pada pneumonia bakterial yang disebabkan oleh staphiloccocus Aureus. Penyakit pada umumnya sembuh sendiri. Gejala akut biasanya 2 sampai 7 hari diikuti oleh periode penyembuhan kira-kira seminggu. Penyakit ini penting karena sifatnya epidemik dan pandemik dan karena angka kematian tinggi bersama sekunder. Resiko tinggi pada orang tua dan orang yang berpenyakit kronik
pathway Virus
Infeksi
Anoreksi
Demam
a
Menggig
Sakit
Otot
il
kepela
luka
batuk
Kekurang
hiperter
Pembatasa
Inefektif
an volume
mia
n mobilitas
jalan
fisik
napas
cairan
Intoleransi aktifitas
E. Manifestasi klinik.
Pada umumnya pasien mengeluh demam, sakit kepala, sakit otot, batu, pilek dan kadangkadang sakit pada waktui menelan dan suara serak. Gejala-gejala ini dapat didahului oleh peraasaan malas dan rasa dingin.
F. Komplikasi.
a. Viral pneumonia primer Ditandai dengan dyspnea, cyanosis, hemoptysis b. Bacterial pneumonia sekunder Ditandai dengan : dyspnea, cyanosis, hemoptysis dan sputum berdarah. RANTAI KEJADIAN DALAM PENYEBARAN INFLUENZA
Kejadian
Menyebar dalam pandemik, epidemik, penyakit menular setempat dan kasus-kasus sporadik ; tinggi pada musim dingin pada zona temperatur. Tiga tipe virus (A, B dan C) masing-masing
Agent Etiologi
dengan sifat turunan.
Reservoir
Manusia ; beberapa mamalia dicurigai sebagai sumber sifat-sifat turunan virus.
Transmisi
Transmisi langsung oleh inhalasi virus dalam nukus kotor yang berterbangan.
Periode inkubasi 24-27 jam. Periode kommunicabilitas 3 hari dari symptom onset/serangan. Kelemahan dan resisten Universal
:
infeksi
menghasilkan
imunitas
terhadap suatu sifat turunan spesifik virus, tetapi durasi
imunitas
tergantung
antigenic pada sifat turunan.
pada
simpanan
Laporan
kasus-kasus
mandatory/yang
diperintahkan.
Lapor pada dinas kesehatan setempat
G. Studi diagnostik
Test Diagnostik
Penemuan
Tes Laboratorium Kultur jaringan nasal atau sekret pharyngeal Kultur sputum
Positif untuk virus infuenza
Positif untuk bakteri pada infeksi sekunder
Fluorescent
antibody
yang
Positif untuk virus infuenza
mengotori sekret Hemagglutination
inhibition
or
Meningkat 4 x pada antibody
complement fixation test
antara tahap akut dan pemulihan.
Urinalysis
Albuminuria
Kecepatan sedimentasi meninggi
Erythrosit
Jumlah WBC
3
Leukopenia ( 5000 mm ) atau 3
leukositosis (11.000-15.000 mm ).
Hemoglobin
Meningkat
Hematocrit
Meningkat
H. Penatalaksanaan / medical manajemen Manajemen umum
Oksigen, cairan IV, dan elektrolit untuk komplikasi.kabut dingin untuk kongestif. Terapi obat
Antipyretic :ASA 600 mg secara oral, 4 jam bagi dewasa; acetaminophen bagi anakanak. Agent adrenergic : Phenylephrine (Neo-Synephrine), 0,25%, 2 tetes pada tiap-tiap nostril bagi kongesti nasal. Agent antitussive : Terpin hydrat dengan codeine, 5-10 ml PO q 3-4 jam untuk dewasa apabila batuk. Agent antiinfektif : Amantadine 100 mg PO atau untuk durasi epidemic (3-6 minggu) untuk orang-orang beresiko tinggi berumur diatas 9 tahun bisa juga diberikan kepada orang-orang berumur diatas 65 tahun tetapi takaran dikurangi untuk orang dengan gagal fungsi. Imunisasi aktif :
Vaccine, 0,5ml IM untuk dewasa; 0,25 ml untuk bayi 6-35 bulan; 0,5 ml IM untuk anak-anak 3-12 tahun; untuk bayi dan anak-anak berikan 2 dosis pada interval 4 minggu. Vaksin ini harus diulangi secara tahunan pada individu-individu yang sudah tua, orang-orang dewasa yang sakit kronis, anak-anak dengan jantung kronis atau penyakit pulmonary, perawatan rumah penduduk dan fasilitas-fasilitas pelayanan kronis, dan penyediaan pelayanan kesehatan dengan mengontak pasien-pasien beresiko tinggi.
KONSEP PROSES KEPERAWATAN 1. Pengkajian keperawatan
a. Kepala dan leher Observasi :
Memungkinkan adanya konjungtivitis.
Wajah memerah
Kemungkinan adanya lymphadenopathy cervival anterior
Sakit kepala, photophobia dan sakit retrobulbar
b. Pernapasan Observasi :
Mulanya ringan : sakit tenggorokan; substernal panas; batuk nonproduktif; coryza. Kemudian : batuk keras dan produktif; erythema pada langit-langit yang lunak, langit-langit yang keras
bagian
belakang,
kerongkongan/tekak
bagian
hulu belakang,
peningkatkan RR, rhonchi dan crackles. c. Abdominal Observasi : Anorexia dan malaise (rasa tidak enal badan). d. Neurologi Observasi : Myalgia khususnya pada punggung dan kaki. e. Suhu tubuh 0
0
0
0
Observasi : Tiba-tiba serangan demam (38 hingga 39 C < 102 hingga 103 F) yang secara bertahap turun dan naik lagi pada hari ketiga.
2. Diagnosa keperawatan
1) Inefektif perubahan jalan napas b.d obstruksi brhonchial Data Subyektif : Data Obyektif : Rhonchi, crackles (rales), tachypnea, batuk (mulanya non-produktif, kemudian produktif), demam. 2) Kurang volume cairan b.d hyperthermia dan intake yang inadekuat. Data Subyektif :
Keluhan-keluhan haus dan anorexia
Data Obyektif :
Hyperthemia (38 -39 C; 102 -103 F), wajah memerah; panas, kulit
0
0
0
0
kering; mukosa membran dan lidah kering; menurunnya output urine b.d kehilangan berat badan 3) Intoleransi terhadap aktivitas b.d adanya kelemahan. Data Subyektif :
Keluhan myalgia, kelelahan, sakit kepala dan photophobia
Data Obyektif :
Menurunnya tingkat aktivitas
4) Hyperthermia b.d proses inflamatory Data Subyektif :
Keluhan rasa panas.
Data Obyektif :
Meningkatnya suhu tubuh (38 -39 C; 102 -103 F) kulit kering dan
0
0
0
0
panas. 3. Perencanaan keperawatan
Tujuan-tujuan pasien a. Jalan udara pasien akan menjadi tetap dengan bunyi napas jelas. b. Volume cairan pasien akan menjadi adekuat. c. Pasien akan mampu untuk melakukan aktivitas harian tanpa kelemahan. d. Suhu tubuh pasien akan berada dalam batas normal.
4. Implementasi keperawatan
a. Inefektif perubahan jalan napas b.d obstruksi brhonchial. Intervensi :
Auskultasi paru-paru untuk rhonchi dan crackles R/ Menentukan kecukupan pertukaran gas dan luasan jalan napas terhalangi oleh sekret.
Kaji karakteristik sekret : kuantitas, warna, konsistensi, bau. R/ Adanya infeksi yang dicurigai ketika sekret tebal, kuning atau berbau busuk.
Kaji status hidrasi pasien: turgor kulit, mukosa membran, lidah, intake dan output selama 24 jam, hematocrit. R/ Menentukan kebutuhan cairan. Cairan dibutuhkan jika turgor kulit jelek. Mukosa membran lidah dan kering, intake output, hematocrit tinggi.
Bantu pasien dengan membatuk bila perlu. R/ Membatuk mengeluarkan sekret.
Posisi pasien berada pada body aligment yang benar untuk pola napas optimal 0
0
(kepala tempat tidur 45 , jika ditoleransi 90 ). R/ Sekresi bergerak oleh gravitasi selagi posisi berubah. Meninggikan kepala tempat
tidur
menggerakan
isi
abdominal
menjauhi
diaphragma
untuk
meningkatkan kontraksi diaphragmatis.
Menjaga lingkungan bebas allergen (misal debu, bulu
unggas, asap) menurut
kebutuhan individu. R/ Sekresi bergerak oleh gravitasi selagi posisi berubah. Meninggikan kepala tempat
tidur
menggerakan
isi
abdominal
menjauhi
diaphragma
meningkatkan kontraksi diaphragmatis.
Tingkatkan kelembaban ruangan dengan dingin ringan. R/ Melembabkan dan menipiskan sekret guna memudahkan pengeluarannya.
Berikan decongestans (NeoSynephrine) seperti pesanan.
untuk
R/ Memudahkan pernapasan melalui hidung dan cegah kekeringan membran mukosa oral.
Mendorong meningkatkan intake cairan dari 1 ½ sampai 2 l/hari kecuali kontradiksi. R/ Mencairkan sekret sehingga lebih mudah dikeluarkan.
b. Kurang volume cairan b.d hyperthermia dan intake yang inadekuat. Intervensi :
Timbang pasien R/ Periksa tambahan atau kehilangan cairan.
Mengukur intake dan output cairan. R/ Menetapkan data keseimbangan cairan.
Kaji turgor kulit. R/ Kulit tetap baik berkaitan dengan inadekuat cairan interstitial.
Observasi konsistensi sputum. R/ Sputum tebal menunjukkan kebutuhan cairan.
Observasi konsentrasi urine. R/ Urine terkonsentrasi mungkin menunjukkan kekurangan cairan.
Monitor hemoglobin dan hematocrit. R/ Peninggian mungkin menunjukkan hemokonsentrasi tepatnya kekurangan cairan.
Observasi lidah dan mukosa membran. R/ Kekeringan menunjukkan kekurangan cairan.
Bantu pasien mengidentifikasi cara untuk mencegah kekurangan cairan. R/ Mencegah kambuh dan melibatkan pasien dalam perawatan.
c. Intoleransi terhadap aktivitas b.d adanya kelemahan. Intervensi :
Observasi respon terhadap aktivitas. R/ Menentukan luasan toleransi.
Identifikasi faktor-faktor yang mendukung aktivitas intoleransi, misal demam, efek samping obat. R/ Menghilangkan
faktor-faktor
kontribusi
mungkin memecahkan
aktivitas
intoleran.
Kaji pola tidur pasien. R/ Kurang tidur kontribusi terhadap kelemahan.
Periode rencana istirahat antara aktivitas. R/ Mengurangi kelelahan.
Lakukan aktivitas bagi pasien hingga pasien mampu melakukannya. R/ Penuhi kebutuhan pasien tanpa menyebabkan kelelahan.
d. Hyperthermia b.d proses inflamatory. Intervensi :
Ukur temperatur tubuh. R/ Menunjukkan adanya demam dan luasannya.
Kaji temperatur kulit dan warna. R/ Hangat, kering, kulit memerah menunjukkan suatu demam.
Monitor jumlah WBC. R/ Indikasi leukopenia dibutuhkan untuk melindungi pasien dari infeksi tambahan. Leukocytosis menujukkan suatu inflamatory atau adanya proses infeksi.
Ukur intake dan output. R/ Tentukan keseimbangan cairan dan perlu meningkatkan intake.
Berikan antipiyretic seperti dipesan. R/ Kurangi demam melalui tindakan pada hypothalmus.
Tingkatkan sirkulasi udara dalam ruangan dengan fan.
R/ Memudahkan kehilangan panas oleh konveksi
Berikan sebuah permandian dengan spon hangat/suam-suam. R/ Memudahkan kehilangan panas oleh evaporasi.
Kenakan sebuah kantong es yang ditutup dengan sebuah handuk pada axilla atau selangkang. R/ Memudahkan kehilangan panas oleh konduksi.
Selimuti pasien hanya dengan seperei. R/ Mencegah kedinginan; mengigil akan meningkatkan lebih lanjut kecepatan metabolis
5. Evaluasi keperawatan Hasil Pasien
Data Yang Menunjukkan Bahwa Hasil Dicapai
Jalan napas patent
Jalan napas bersih dan pernapasan berlangsung tanpa hambatan. Tidak ada batuk. Bunyi napas jelas.
Volume cairan berada
Intake cairanmeningkat. Kulit lembab. Membran
dalam
mukosa oral lembab. Hemoglobin = 15,5
batas-batas
normal.
untuk pria. 13,7
1,1 g/dl
1,0 g/dl untuk wanita. Hematocrit
= 42%-50% untuk pria, 35%-47% untuk wanita. Output urine normal dengan konsentrasi normal. Tidak ada albuminuria. Aktivitas tanpa
dilakukan
kelelahan
atau
ketidaknyaman. Suhu
badan
batas normal.
Pasien menunjukkan kemampuan untuk melakukan aktivitas
harian
tanpa
kelelahan
ketidaknyamanan. Tenaga pulih. dalam
0
0
Suhu tubuh normal 38 C (98,6 F).
atau
PENDIDIKAN PASIEN.
1. Mendorong pasien untuk mempertahankan bed rest selama 2-3 hari setelah suhu kembali normal. 2. Ajari pentingnya minum paling kurangnya sehari 2/4 cairan guna meneruskan sekret mudah dikeluarkan. 3. Instruksikan pasien untuk memberitahukan dokter tentang gejala-gejala infeksi tahap kedua, termasuk sakit telinga, purulent atau sputum berdarah, sakit dada atau demam. 4. Beri informasi tentang obat yang diresepkan seperti nama, dosis, tindakan, frekuensi pemakaian dan efek samping. 5. Mendorong orang-orang beresiko tinggi untuk mendapatkan vaksin influenza sebelum musim flu mulai.
DAFTAR PUSTAKA
Wilson F. Susan, dkk, (1990) “Respiratory Disorders” by Mosby-Year Book. Inc. Brunner & Suddarth,Buku Ajar Keperwatan Medical Bedah, 2001, EGC: Jakarta Debra Daly – Gawenda, Medical Surgical Nursing, 1996, Mosby: Philadelpia Jurnal Nursing, Nursing The Series For Clinical Excellence, 2011