BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
“ Professionalism has become something of an contemporary preoccupation. The public’s public’s persistent worry about professionals, often somewhat misleadingly described as concern about professional “ethics,” is in fact fact a suspic suspicion ion that that prof profesio esional nalss have have brok broken en faith faith with with the public public.. Freuently, Freuently, especially in popular !ournalism, the accusation is that professionals have abandoned the public, they have become self"protective and aloof from the significance of what they .”1 Etika Medis adalah kepedulian dan tanggungjawab moral dokter terhadap hidup dan kesehatan kesehatan pasiennya. pasiennya. Sejak jaman Hipokrates, Hipokrates, bahkan bahkan sebelum sebelum jaman tersebut hubungan dokter – pasien sudah diatur oleh kaidahkaidah moral dan etika. Hal yang berkaitan dengan etika kedokteran berkembang sejal sejalan an deng dengan an kema kemaju juan an jaman jaman dan dan ilmu ilmu kedo kedokt ktera eran. n. Seba Sebaga gaii !ont !ontoh oh salah salahsa satu tu buti butirr kode kode etik etik kedo kedokt kter eran an "meri merika ka## $he $he "meri! meri!an an Medi Medi!al !al "sso!iation "sso!iation %1&'() yang dikutip dikutip oleh Samsi *a!obalisi# *a!obalisi# “The “ The obidience of a patient to the prescriptions of his physician should be prompt and implicit.#e should never permit his own crude opinions as to their fitness, to influence his attention to them$.” them$. ” yang pada intinya intinya berarti bahwa pasien harus patuh kepada dokteranya se!ara mutlak# dan yang dikutip dari "meri!an Medi!al "sso!iaion +ulletin, %1-) , yang menyatakan# “ %o “ %o one should be permitted to practice medicine who is not suffucuently trained to recogni&e disease, since a proper diagnoses is essential for any treatment regardless of methods employed .” .”
1
Cruess R, Cruess S, Sleinert Sle inert Y. Y. Educating Educatin g the Public about Professionalism: Professi onalism: From Rhetoric to Reality. In eaching !edical Professionalism. Ed:Cruess R, Cruess S, Steinert Steiner t Y. Cambridge, Cambri dge, "e# Yor$, !elbourne, !el bourne, !adrid, ! adrid, Ca%e C a%e o#n, o#n, Singa%ore, Sao Paulo, &elhi.'())*+ P.(1 ( -merican !edical -ssociaion ulletin '/ol '/ol 0 Se%tember 10, 1*)*+ yang diterbit$an %ada $onfrensi $onfrensi !edical !edical Education -meri$a di Chicago
1
/ada konteks konteks ini dan dalam ba!aan lebih lanjut tidak membahas membahas tentang tentang hak hak pasien, tetapi masih banyak mengulas tentang pembelajaran 0lmu dasar, diagnosis dan penatalaksanaan pasien semata. +en!ana merupakan peristiwa yang biasanya mendadak %bisa perlahan) disertai jatuhnya banyak korban dan bila tidak ditangani dengan tepat akan menghambat, mengganggu dan merugikan masyarakat, pelaksanaan dan hasil pembangunan. 0ndonesia merupakan super market ben!ana. +en!ana pada dasarny dasarnyaa karena karena gejala gejala alam dan akibat akibat ulah ulah manusi manusia. a. ntuk ntuk men!eg men!egah ah terj terjad adin iny ya
akib akibat at
dari dari
ben! ben!an ana, a,
khus khusu usny snya
untu untuk k
mengu engura rang ngii
dan dan
menyelamatkan korban ben!ana, diperlukan suatu !ara penanganan yang jelas %e2ekti2, e2isien dan terstruktur) untuk mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan dengan kesiap kesiapsiag siagaan aan dan penang penanggul gulang angan an ben!an ben!ana. a. 3iting 3itingkat kat nasion nasional al ditetapkan ditetapkan +akornas/+ +akornas/+/ / %sekarang %sekarang +anas), +anas), Satkorlak/ Satkorlak/+/ +/ dipropinsi dipropinsi dan Satlak/+/ dikabupaten kota. nsur kesehatan tergabung didalamnya. 3alam keadaan keadaan seharihari seharihari maupun maupun ben!ana, ben!ana, penanganan penanganan pasien gadar meli meliba batk tkan an pela pelaya yana nan n pra pra 4S, 4S, di 4S maup maupun un antar antar 4S. 4S. Meme Memerlu rluka kan n penanganan terpadu ter padu dan pengaturan dalam sistem. 3itetapkan S/53$S S/53$S dan S/53$+ %seharihari dan ben!ana) dalam 6epres dan ketentuan pemerintah lainnya. 3isadari 3isadari untuk peran jajaran kesehatan kesehatan mulai mulai tingkat tingkat pusat hingga hingga desa memerlu memerlukan kan kesiaps kesiapsiag iagaan aan dan berper berperan an pentin penting g dalam dalam penang penanggul gulang angan an ben!ana, mengingat dampak yang sangat merugikan masyarakat. ntuk itu seluruh seluruh jajaran jajaran keseha kesehatan tan perlu perlu menget mengetahu ahuii tujuan tujuan dan langla langlahla hlangk ngkah ah kegiata kegiatan n keseha kesehatan tan yang yang perlu perlu ditemp ditempuh uh dalam dalam upaya upaya kesiap kesiapsiag siagaan aan dan penanggulangan se!ara menyeluruh.
1.2. Rumusan Masalah
1. "pakah "pakah de2i de2inis nisii dari S/53 S/53$ $7 . "pakah "pakah tuju tujuan an dari dari S/53$ S/53$ 7 8. +agaimana +agaimana persepsi persepsi mengenai mengenai S/53$ S/53$ 7 (. +agaimana +agaimana pembagian pembagian sistem sistem pelayanan pelayanan medik medik dalam S/53$ S/53$ 7
(
/ada konteks konteks ini dan dalam ba!aan lebih lanjut tidak membahas membahas tentang tentang hak hak pasien, tetapi masih banyak mengulas tentang pembelajaran 0lmu dasar, diagnosis dan penatalaksanaan pasien semata. +en!ana merupakan peristiwa yang biasanya mendadak %bisa perlahan) disertai jatuhnya banyak korban dan bila tidak ditangani dengan tepat akan menghambat, mengganggu dan merugikan masyarakat, pelaksanaan dan hasil pembangunan. 0ndonesia merupakan super market ben!ana. +en!ana pada dasarny dasarnyaa karena karena gejala gejala alam dan akibat akibat ulah ulah manusi manusia. a. ntuk ntuk men!eg men!egah ah terj terjad adin iny ya
akib akibat at
dari dari
ben! ben!an ana, a,
khus khusu usny snya
untu untuk k
mengu engura rang ngii
dan dan
menyelamatkan korban ben!ana, diperlukan suatu !ara penanganan yang jelas %e2ekti2, e2isien dan terstruktur) untuk mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan dengan kesiap kesiapsiag siagaan aan dan penang penanggul gulang angan an ben!an ben!ana. a. 3iting 3itingkat kat nasion nasional al ditetapkan ditetapkan +akornas/+ +akornas/+/ / %sekarang %sekarang +anas), +anas), Satkorlak/ Satkorlak/+/ +/ dipropinsi dipropinsi dan Satlak/+/ dikabupaten kota. nsur kesehatan tergabung didalamnya. 3alam keadaan keadaan seharihari seharihari maupun maupun ben!ana, ben!ana, penanganan penanganan pasien gadar meli meliba batk tkan an pela pelaya yana nan n pra pra 4S, 4S, di 4S maup maupun un antar antar 4S. 4S. Meme Memerlu rluka kan n penanganan terpadu ter padu dan pengaturan dalam sistem. 3itetapkan S/53$S S/53$S dan S/53$+ %seharihari dan ben!ana) dalam 6epres dan ketentuan pemerintah lainnya. 3isadari 3isadari untuk peran jajaran kesehatan kesehatan mulai mulai tingkat tingkat pusat hingga hingga desa memerlu memerlukan kan kesiaps kesiapsiag iagaan aan dan berper berperan an pentin penting g dalam dalam penang penanggul gulang angan an ben!ana, mengingat dampak yang sangat merugikan masyarakat. ntuk itu seluruh seluruh jajaran jajaran keseha kesehatan tan perlu perlu menget mengetahu ahuii tujuan tujuan dan langla langlahla hlangk ngkah ah kegiata kegiatan n keseha kesehatan tan yang yang perlu perlu ditemp ditempuh uh dalam dalam upaya upaya kesiap kesiapsiag siagaan aan dan penanggulangan se!ara menyeluruh.
1.2. Rumusan Masalah
1. "pakah "pakah de2i de2inis nisii dari S/53 S/53$ $7 . "pakah "pakah tuju tujuan an dari dari S/53$ S/53$ 7 8. +agaimana +agaimana persepsi persepsi mengenai mengenai S/53$ S/53$ 7 (. +agaimana +agaimana pembagian pembagian sistem sistem pelayanan pelayanan medik medik dalam S/53$ S/53$ 7
(
9. +agaimana +agaimana kebijakan kebijakan dan penanganan penanganan krisis krisis pada kondisi kondisi 5awat 3arurat 3arurat dan +en!ana 7 :. "pakah "pakah pengertia pengertian n etika kedokteran kedokteran 7 '. +agaimana +agaimana etika seorang seorang dokter untuk untuk menjadi menjadi dokter yang yang pro2esional pro2esional 7 &. +agaimana +agaimana etik etik pro2esi pro2esi kedokteran kedokteran 7 . +agaimana +agaimana bentuk bentuk etika kedokteran kedokteran 7 1-. +agaim +agaimana ana etika etika seoran seorang g dokter dokter jika permasala permasalahan han;ai ;aib b pasien pasien diketahui diketahui oleh orang lain 7 11. 11. +agaimana +agaimana !ara !ara dokter dokter menghormat menghormatii pasien pasien 7 1. +agiam +agiamana ana penatalak penatalaksana sanaan an gawat gawat darura daruratt sesuai sesuai dengan dengan etika, etika, hukum, hukum, dan disiplin pro2esi kedokteran 7
1.3. Tujuan Peneltan
1. Mengetahui de2inisi dari S/53$ . Mengetahui tujuan tujuan dari S/53$ 8. Menjelaskan persepsi mengenai S/53$ (. Menjelaskan sistem pelayanan medik dalam S/53$ 9. Menjelaskan kebijakan dan penanganan krisis pada kondisi 5awat 3arurat dan +en!ana :. Mengetahui Mengetahui pengert pengertian ian etika etika kedokteran. kedokteran. '. Mengetahui Mengetahui etika seorang seorang dokter dokter untuk menjadi menjadi dokter yang pro2esional pro2esional.. &. Mengetahui Mengetahui etik pro2esi pro2esi kedokteran. kedokteran. . Mengetahui Mengetahui bentuk bentuk etika kedokt kedokteran. eran. 1-. Mengetahui Mengetahui etika seorang dokter dokter jika permasalahan;aib permasalahan;aib pasien diketahui diketahui oleh orang lain 7 11. Mengetahui !ara dokter menghormati pasien. 1. Mengetahui penatalaksanaan gawat darurat sesuai dengan etika, hukum, dan disiplin pro2esi kedokteran 7
1.!. "egunaan Peneltan
3isamping ada tujuan penelitian, karya tulis ini juga mempunyai kegunaan sebagai berikut < 1. Sebagai in2ormasi pemba!a# . ntuk menambah pengetahuan pemba!a dan penulis# 8. Sebagai a!uan pemba!a yang ingin membuat suatu karya tulis#
2
BAB II TIN#AUAN PU$TA"A
2.1. Pengertan $P%DT
S/53$ adalah sebuah sistem penanggulangan pasien gawat darurat yang terdiri dari unsur, pelayanan pra 4umah Sakit, pelayanan di 4umah Sakit dan antar 4umah Sakit. /elayanan berpedoman pada respon !epat yang menekankan time sa=ing is li2e and limb sa=ing, yang melibatkan pelayanan oleh masyarakat awam umum dan khusus, petugas medis, pelayanan ambulans gawat darurat dan sistem komunikasi. 2.2. Pem&agan $P%DT
S/53$ dibagi menjadi < a) S/53$S %SehariHari) S/53$S adalah rangkaian upaya pelayanan gawat darurat yang saling terkait yang dilaksanakan ditingkat /ra 4umah Sakit – di 4umah Sakit – antar 4umah Sakit dan terjalin dalam suatu sistem. +ertujuan agar korban;pasien tetap hidup. Meliputi berbagai rangkaian kegiatan sebagai berikut < 1. /ra 4umah Sakit i. 3iketahui adanya penderita gawat darurat oleh masyarakat. ii. /enderita gawat darurat itu dilaporkan ke organisasi pelayanan penderita gawat darurat untuk mendapatkan pertolongan medik. iii. /ertolongan di tempat kejadian oleh anggota masyarakat awam atau awam khusus %satpam, pramuka, polisi, dan lainlain). i=. /engangkutan penderita gawat darurat untuk pertolongan lanjutan dari tempat kejadian ke rumah sakit %sistim pelayanan ambulan).
0
. 3alam 4umah Sakit i.
/ertolongan di unit gawat darurat rumah sakit
ii.
/ertolongan di kamar bedah %jika diperlukan)
iii.
/ertolongan di 0>;0>>
8. "ntar 4umah Sakit i. ii.
4ujukan ke rumah sakit lain %jika diperlukan) ?rganisasi dan komunikasi
2.3. Pem&agan $stem Pela'anan Me(k
a) Sistem /elayanan Medik /ra 4umah Sakit 1. /ubli! Sa2ety >enter 3idalam penyelenggaraan sistem pelayanan pra rumah sakit harus membentuk atau mendirikan pusat pelayanan yang bersi2at umum dan bersi2at emergen!y dimana bentuknya adalah suatu unit kerja yang disebut /ubli! Sa2ety >enter %/S>), ini merupakan suatu unit kerja yang memberi pelayanan umum terutama yang bersi2at emergen!y bisa merupakan /$ 3inas 6esehatan 6abupaten atau 6ota, yang sehariharinya se!ara operasional dipimpin oleh seorang direktur. Selain itu pelayanan pra rumah sakit bisa dilakukan pula dengan
membentuk
satuan
khusus
yang
bertugas
dalam
penanganan ben!ana dimana disaat ini sering disebut dengan +rigade
Siaga
+en!ana
%+S+),
pelayanan
ambulans
dan
komunikasi. 3alam pelaksanaan /ubli! Ser=i!e >enter dapat dilakukan oleh masyarakat untuk kepentingan masyarakat, dimana pengorganisasiannya
dibawah
pemerintah
daerah,
sedangkan
sumber daya manusianya terdiri dari berbagai unsur, seperti unsur kesehatan, unsur pemadam kebakaran, unsur kepolisian, unsur linmas serta masyarakat sendiri yang bergerak dalam bidang upaya
3
pertolongan pertama, sehingga memiliki 2ungsi tanggap !epat dalam penganggulangan tanggap darurat. . +rigade Siaga +en!ana %+S+) Merupakan suatu unit khusus yang disiapkan dalam penanganan pra rumah sakit khususnya yang berkaitan dengan pelayana kesehatan dalam penanganan ben!ana. /engorganisasian dibentuk oleh jajaran kesehatan baik di tingkat pusat maupun daerah %depkes, dinkes, rumah sakit) petugas medis baik dokter maupun perawat juga petugas non medis baik sanitarian gi@i, 2armasi dan lainlain. /embiayaan didapat dari instansi yang ditunjuk dan dimasukkan anggaran rutin "/+A maupun "/+3. 8. /elayanan "mbulans 6egiatan pelayanan terpadu didalam satu koordinasi yang memberdayakan ambulans milik puskesmas, klinik swasta, rumah bersalin,
rumah sakit pemerintah
maupun swasta,
institusi
kesehatan swasta maupun pemerintah %/$. *asa Marga, *asa 4aharja, /olisi, /M0, Bayasan dan lainlain). 3ari semua komponen ini akan dikoordinasikan melalui pusat pelayanan yang disepakati bersama antara pemerintah dengan non pemerintah dalam rangka melaksanakan mobilisasi ambulans terutama bila terjadi korban massal. (. 6omunikasi 3idalam melaksanakan kegiatan pelayanan kasus gawat darurat seharihari memerlukan sebuah sistem komunikasi dimana si2atnya adalah pembentukan jejaring penyampaian in2ormasi jejaring koordinasi maupun jejaring pelayanan gawat darurat sehingg seluruh kegiatan dapat berlangsung dalam satu sistem yang terpadu terkoordinasi menjadi satu kesatuan kegiatan.
4
b) /elayanan /ada 6eadaan +en!ana /elayanan dalam keadaan ben!ana yang menyebabkan korban massal memerlukan halhal khusus yang harus dilakukan. Halhal yang perlu dilakukan dan diselenggarakan adalah < 1. 6oordinasi dan 6omando 3alam keadaan ben!ana diperlukan pola kegiatan yang melibatkan unitunit kegiatan lintas sektoral yang mana kegiatan ini akan menjadi e2ekti2 dan e2isien bila berada didalam suatu komandio dan satu koordinasi yang sudah disepakati oleh semua unsur yang terlibat. . Eskalasi dan Mobilisasi Sumber 3aya 6egiatan ini merupakan penanganan ben!ana yang mengakibatkan korban massal yang harus melakukan eskalasi atau berbagai peningkatan. 0ni dapat dilakukan dengan melakukan mobilisasi sumber daya manusia, mobilisasi 2asilitas dan sarana serta mobilisasi semua pendukung pelayanan kesehatan bagi korban. 8. Simulasi 3iperlukan ketentuan yang harus ada yaitu prosedur tetap %protap), petunjuk pelaksana %juklak) dan petunjuk tekhnis %juknis) operasional yang harus dilaksanakan oleh petugas yang merupakan standar pelayanan. 6etentuan tersebut perlu dikaji melalui simulasi agar dapat diketahui apakah semua sistem dapat diimplementasikan pada kenyataan dilapangan. (. /elaporan, Monitoring dan E=aluasi /enanganan
ben!ana
perlu
dilakukan
kegiatan
pendokumentasian, dalam bentuk pelaporan baik yang bersi2at manual maupun digital dan diakumulasi menjadi satu data yang digunakan untuk melakukan monitoring maupun e=aluasi, apakah
yang bersi2at keberhasilan ataupun kegagalan, sehingga kegiatan selanjutnya akan lebih baik.
!) Sistem /elayanan Medik 3i 4umah Sakit Harus diperhatian penyediaan sarana, prasarana yang harus ada di 53, 0>,kamar jena@ah, unitunit pemeriksaan penunjang, seperti radiologi, laboratorium, klinik, 2armasi, gi@i, ruang rawat inap, dan lainlain. 1. Hospital 3isaster /lan 4umah sakit harus membuat suatu peren!anaan untuk menghadapi kejadian ben!ana yang disebut Hospital 3isaster /lan baik bersi2at yang kejadiannya didalam rumah sakit maupun eksternal rumah sakit. . nit 5awat 3arurat %53) 3i dalan 53 harus ada organisasi yang baik dan lengkap baik pembiayaan, S3M yang terlatih, sarana dengan standar yang baik, sarana medis maupun non medis dan mengikuti teknologi pelayanan medis. /rinsip utama dalam pelayanan di 53 adalah respone time baik standar nasional maupun standar internasional. 8. +rigade Siaga +en!ana 4S %+S+ 4S) 3idalam rumah sakit juga harus di bentuk +rigade Siaga +en!ana dimana ini merupakan satuan tugas khusu yang mempunyai tugas memberikan pelayanan medis pada saatsaat terjadi ben!ana baik di rumah sakit maupun di luar rumah sakit, dimana si2at kejadian ini menyebabkan korban massal. (. High >are nit %H>) Suatu bentuk pelayanan rumah sakit bagi pasien yang sudah stabil baik respirasi hemodinamik maupun tingkat kesadarannya, tetapi masih memerlukan pengobatan perawatan dan pengawasan *
se!ara ketat dan terus menerus, H> ini harus ada baik di rumah sakit tipe > dan tipe +. 9. 0ntensi=e >are nit %0>) Merupakan suatu bentuk pelayanan di rumah sakit multi disiplin. +ersi2at khusus untuk menghindari an!aman kematian dan memerlukan berbagai alat bantu untuk memperbaiki 2ungsi =ital dan memerlukan sarana tekhnologi yang !anggih dan pembiyaan yang !ukup besar. :. 6amar *ena@ah /elayanan bagi pasien yang sudah meninggal dunia, baik yang meninggal di rumah sakit maupun luar rumah sakit, dalam keadaan normal seharihari ataupun ben!ana. /ada saat kejadian massal di perlukan pengorganisasian yang bersi2at komplek dimana akan di lakukan pengidenti2ikasian korban baik yang dikenal maupun yang tidak dikenal dan memerluikan S3M yang khusus selain berhubungan dengan halhal aspek legalitas.
d) Sistem /elayanan Medik "ntar 4umah Sakit +erbentuk jejaring rujukan yang dibuat berdasarkan kemampuan rumah sakit dalam memberikan pelayanan baik dari segi kualitas maupun kuantitas, untuk menerima pasien dan ini sangat berhubungan dengan kemampuan S3M, ketersediaan 2asilitas medis didalam sistem ambulans. 1. E=akuasi +entuk layanan transportasi yang ditujukan dari pos komando, rumah sakit lapangan menuju ke rumah sakit rujukan atau transportasi antar rumah sakit, baik dikarenakan adanya ben!ana yang terjadi di rumah sakit, dimana pasien harus di e=akuasi ke rumah sakit lain. /elaksanaan e=akuasi tetap harus menggunakan 1)
sarana yang terstandar memenuhi kriteriakriteria yang sudah ditentukan berdasarkan standar pelayanan rumah sakit. . Syarat – Syarat E=akuasi 6orban berada dalam keadaan paling stabil dan memungkinkan untuk di e=akuasi 6orban telah disiapkan;diberi peralatan yang memadai untuk transportasi. Casilitas kesehatan penerima telah di beritahu dan siap menerima korban. 6endaraan dan pengawalan yang dipergunakan merupakan yang paling layak tersedia. 8. +eberapa +entuk E=akuasi E=akuasi darat, dimana para korban harus se!ara !epat dipindahkan, karena lingkungan yang membahayakan, keadaan yang mengan!am jiwa, membutuhkan pertolongan segera, maupun bila terdapat sejumlah pasien dengan an!aman jiwa yang memerlukan pertolongan. E=akuasi segera, korban harus segera dilakukan penanganan, karena adanya a!aman bagi jiwanya dan tidak bisa dilakukan dilapangan, misal pasien syok, pasien stres dilingkungan kejadian dan lainlain. *uga dilaukan pad pasienpasien yang berada di linkungan yang mengakibatkan kondisi pasien !epat menurun akibat hujan, suhu dingin ataupun panas. E=akuasi biasa, dimana korban biasanya tidak mengalami an!aman jiwa, tetapi masih perlu pertolongan di rumah sakit, dimana pasien akan di e=akuasi bila sudah dalam keadaan baik atau stabil dan sudah memungkinkan bisa dipindahkan, ini khususnya pada pasienpasien patah tulang.
11
(. 6ontrol Dalu Dintas ntuk mem2asilitasi pengamanan e=akuasi, harus dilakukan !ontrol lalu lintas oleh kepolisian, untuk memastikan jalur lalulintas antar rumah sakit dan pos medis maupun pos komando. /os medis dapat menyampaikan kepada pos komando agar penderita dapat dilakukan e=akuasi bila sudah dalam keadaan stabil. Maka kontrol lalu lintas harus seiring dengan proses e=akuasi itu sendiri.
2.!. "e&erhaslan Penanggulangan Pasen %a)at Darurat
6eberhasilan
/enanggulangan
/asien
5awat
3arurat
$ergantung
6e!epatan< 1. 6e!epatan ditemukan adanya penderita 53 . 6e!epatan 3an 4espon /etugas 8. 6emampuan dan 6ualitas (. 6e!epatan Minta $olong 6emungkinan yang terjadi jika terlambat melakukan resusitasi <
1(
(
2.*. Pengertan Etka "e(+kteran
Etik %Ethi!s) berasal dari kata Bunani ethos, yang berarti akhlak, adat kebiasaan, watak, perasaan, sikap, yang baik, yang layak. Etika adalah ilmu pengetahuan tentang a@as akhlak.8 Etika adalah < 1. 0lmu tentang apa yang baik, apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral . 6umpulan atau seperangkat asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak 8. Ailai yang benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat ( Etika adalah pengetahuan tentang perilaku yang benar dalam satu pro2esi.9 0stilah etika dan etik sering dipertukarkan pemakaiannya dan tidak jelas perbedaan antara keduanya. Bang dimaksud dengan etika adalah ilmu yang mempelajari a@as akhlak, sedangkan etik adalah seperangkat asas atau nilai yang berkaitan dengan akhlak seperti dalam 6ode Etik. 0stilah etis biasanya digunakan untuk menyatakan sesuatu sikap atau pandangan yang se!ara etis dapat diterima %ethi!ally a!!eptable) atau tidak dapat diterima %ethi!ally una!!eptable, tidak etis). /ro2esi kedokteran merupakan pro2esi yang tertua dan dikenal sebagai pro2esi yang mulia karena ia berhadapan dengan hal yang paling berharga dalam hidup seseorang yaitu masalah kesehatan dan kehidupan. 3alam pekerjaan pro2esi sangat dihandalkan etik pro2esi dalam memberikan pelayanan kepada publik. Etik pro2esi merupakan seperangkat perilaku anggota pro2esi dalam hubungannya dengan orang lain. /engamalan etika membuat kelompok menjadi baik dalam arti moral. /raktik 6edokteran pro2esi kedokteran adalah suatu pekerjaan kedokteran yang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan, kompetensi yang diperoleh
5amus 6mum ahasa Indonesia 'Pur#adarminta, 1*0+ 5amus esar ahasa. Indonesia dari &e%artemen Pendidi$an dan 5ebudayaan '1*+ 0 5amus 5edo$teran '5amali dan Pamunca$,1*4+ 2
1
melalui pendidikan berjenjang dan kode etik yang bersi2at melayani masyarakat.: Hakikat pro2esi kedokteran adalah bisikan nurani dan panggilan jiwa %!alling), untuk mengabdikan diri pada kemanusiaan berlandaskan moralitas yang kental. /rinsip prinsip kejujuran, keadilan, empati, keikhlasan, kepedulian kepada sesama dalam rasa kemanusiaan, rasa kasih sayang %!ompassion), dan ikut merasakan penderitaan orang lain yang kurang beruntung. 3engan demikian, seorang dokter tidaklah boleh egois melainkan harus mengutamakan kepentingan orang lain, membantu mengobati orang sakit %altruism). Seorang dokter harus memiliki 0ntelle!tual ?uothwt %0), Emotional uotient %E), dan Spiritual uotient %S) yang tinggi dan berimbang. Etik pro2esi kedokteran merupakan seperangkat perilaku para dokter dalam hubungannya dengan pasien, keluarga, masyarakat, teman sejawat dan mitra kerja. 4umusan perilaku para anggota pro2esi disusun oleh organisasi pro2esi bersamasama pemerintah menjadi suatu kode etik pro2esi yang bersangkutan. $iaptiap jenis tenaga kesehatan telah memiliki 6ode Etiknya, namun 6ode Etik tenaga kesehatan tersebut menga!u pada 6ode Etika 6edokteran 0ndonesia %6?3E60).
3
Pasal 1 butir 11 6ndang 6ndang "omor (* ahun ())2
12
2.,. Bagamana Etka $e+rang D+kter Untuk Menja( D+kter -ang Pr+es+nal /
ntuk menjadi dokter yang pro2esional berdasarkan etika kedokteran, ada beberapa kewajiban yang harus di laksanakan oleh seorang dokter, yaitu kewajiban umum, kewajiban dokter terhadap penderita, kewajiban dokter terhadapan sejawatnya, dan kewajiban dokter terhadap teman sejawatnya. 3an harus memenuhi beberapa !iri para dokter untuk menjadi pro2esional. 3alam 6ode Etik 6edokteran 0ndonesia %6?3E60) tertulis < “Setiap dokter senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani.” Aamun dalam sumpah dokter, terdapat pernyataan< “Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan.” 3alam pernyataan ini, yang dimaksud makhluk insani masih belum dapat ditentukan dengan jelas dan pasti, mulai kapan awal kehidupan ditentukan, sehingga menimbulkan pertentangan. 6arena itu /engurus +esar 0katan 3okter 0ndonesia %/+ 030) masih mengadakan perundingan tentang la2al sumpah dokter 0ndonesia melalui hasil re2erendum dari anggota 030 untuk memilih apakah kata “mulai dari saat pembuahan” hendak dihilangkan atau diubah. Sikap etis pro2esional berarti bekerja sesuai standar, melaksanakan ad=okasi, menjamin keselamatan pasien, menghormati terhadap hakhak pasien. 6riteria perilaku pro2esional antara lain men!akup bertindak sesuai keahlian dan didukung oleh keterampilan, bermoral tinggi, memegang teguh etika pro2esi, serta menyadari ketentuan hukum yang membatasi gerak. 3i dalam praktek kedokteran terdapat aspek etik dan aspek hukum yang sangat luas, yang sering tumpangtindih pada suatu issue tertentu, seperti pada in2ormed !onsent, wajib simpan rahasia kedokteran, pro2esionalisme, dll. +ahkan di dalam praktek kedokteran, aspek etik seringkali tidak dapat dipisahkan dari aspek hukumnya, oleh karena banyaknya norma etik yang
10
telah diangkat menjadi norma hukum, atau sebaliknya norma hukum yang mengandung nilainilai etika. "spek etik kedokteran yang men!antumkan juga kewajiban memenuhi standar pro2esi mengakibatkan penilaian perilaku etik seseorang dokter yang diadukan tidak dapat dipisahkan dengan penilaian perilaku pro2esinya. Etik yang memiliki sanksi moral dipaksa berbaur dengan kepro2esian yang memiliki sanksi disiplin pro2esi yang bersi2at administrati2. 6eadaan menjadi semakin sulit sejak para ahli hukum menganggap bahwa standar prosedur dan standar pelayanan medis dianggap sebagai domain hukum, padahal selama ini pro2esi menganggap bahwa memenuhi standar pro2esi adalah bagian dari sikap etis dan sikap pro2esional. 3engan demikian pelanggaran standar pro2esi dapat dinilai sebagai pelanggaran etik dan juga sekaligus pelanggaran hukum. 6emungkinan terjadinya peningkatan ketidakpuasan pasien terhadap layanan dokter atau rumah sakit atau tenaga kesehatan lainnya dapat terjadi sebagai akibat dari %a) semakin tinggi pendidikan ratarata masyarakat sehingga membuat mereka lebih tahu tentang haknya dan lebih aserti2, %b) semakin tingginya harapan masyarakat kepada layanan kedokteran sebagai hasil dari luasnya arus in2ormasi, %!) komersialisasi dan tingginya biaya layanan kedokteran dan kesehatan sehingga masyarakat semakin tidak toleran terhadap layanan yang tidak sempurna, dan %d) pro=okasi oleh ahli hukum dan oleh tenaga kesehatan sendiri.
13
2.0. Etk Pr+es "e(+kteran
Etik pro2esi kedokteran mulai dikenal sejak 1&-- tahun sebelum Masehi dalam bentuk >ode o2 Hammurabi dan >ode o2 Hittites, yang penegakannya dilaksanakan oleh penguasa pada waktu itu. Selanjutnya etik kedokteran mun!ul dalam bentuk lain, yaitu dalam bentuk sumpah dokter yang bunyinya berma!amma!am, tetapi yang paling banyak dikenal adalah sumpah Hippo!rates yang hidup sekitar (:-8'- tahun SM. Sumpah tersebut berisikan kewajibankewajiban dokter dalam berperilaku dan bersikap, atau sema!am !ode o2 !ondu!t bagi dokter. 6ode Etik 6edokteran 0nternasional berisikan tentang kewajiban umum, kewajiban terhadap pasien, kewajiban terhadap sesama dan kewajiban terhadap diri sendiri.' Selanjutnya, 6ode Etik 6edokteran 0ndonesia dibuat dengan menga!u kepada 6ode Etik 6edokteran 0nternasional. Selain 6ode Etik /ro2esi di atas, praktek kedokteran juga berpegang kepada prinsipprinsip moral kedokteran, prinsipprinsip moral yang dijadikan arahan dalam membuat keputusan dan bertindak, arahan dalam menilai baikburuknya atau benarsalahnya suatu keputusan atau tindakan medis dilihat dari segi moral. /engetahuan etika ini dalam perkembangannya kemudian disebut sebagai etika biomedis. Etika biomedis memberi pedoman bagi para tenaga medis dalam membuat keputusan klinis yang etis %!lini!al ethi!s) dan pedoman dalam melakukan penelitian di bidang medis. Ailainilai materialisme yang dianut masyarakat harus dapat dibendung dengan memberikan latihan dan teladan yang menunjukkan sikap etis dan pro2esional dokter, seperti autonomy %menghormati hak pasien, terutama hak dalam memperoleh in2ormasi dan hak membuat keputusan tentang apa yang akan dilakukan terhadap dirinya), bene2i!en!e %melakukan tindakan untuk kebaikan pasien), non male2i!en!e %tidak melakukan perbuatan yang
4
7orld !edical -ssociation dalam &e$larasi 8ene9a %ada tahun 1*3
14
memperburuk pasien) dan justi!e %bersikap adil dan jujur), serta sikap altruisme %pengabdian pro2esi). /endidikan etik kedokteran, yang mengajarkan tentang etik pro2esi dan prinsip moral kedokteran, dianjurkan dimulai dini sejak tahun pertama pendidikan kedokteran, dengan memberikan lebih ke arah tools dalam membuat keputusan etik, memberikan banyak latihan, dan lebih banyak dipaparkan dalam berbagai situasikondisi etikklinik tertentu %!lini!al ethi!s), sehingga !ara berpikir etis tersebut diharapkan menjadi bagian pertimbangan dari pembuatan keputusan medis seharihari. $entu saja kita pahami bahwa pendidikan etik belum tentu dapat mengubah perilaku etis seseorang, terutama apabila teladan yang diberikan para seniornya bertolak belakang dengan situasi ideal dalam pendidikan. 030 %0katan 3okter 0ndonesia) memiliki sistem pengawasan dan penilaian pelaksanaan etik pro2esi, yaitu melalui lembaga kepengurusan pusat, wilayah dan !abang, serta lembaga M6E6 %Majelis 6ehormatan Etik 6edokteran) di tingkat pusat, wilayah dan !abang. Selain itu, di tingkat sarana kesehatan %rumah sakit) didirikan 6omite Medis dengan /anitia Etik di dalamnya, yang akan mengawasi pelaksanaan etik dan standar pro2esi di rumah sakit. +ahkan di tingkat perhimpunan rumah sakit didirikan pula Majelis 6ehormatan Etik 4umah Sakit %Makersi). /ada dasarnya, suatu norma etik adalah norma yang apabila dilanggar “hanya” akan membawa akibat sanksi moral bagi pelanggarnya. Aamun suatu pelanggaran etik pro2esi dapat dikenai sanksi disiplin pro2esi, dalam bentuk peringatan hingga ke bentuk yang lebih berat seperti kewajiban menjalani pendidikan ; pelatihan tertentu %bila akibat kurang kompeten) dan pen!abutan haknya berpraktik pro2esi. Sanksi tersebut diberikan oleh M6E6 setelah dalam rapat;sidangnya dibuktikan bahwa dokter tersebut melanggar etik %pro2esi) kedokteran.
1
2.. Bentuk Etka "e(+kteran
+entukbentuk etika kedokteran antara lain< 1. Etika 3okter $erhadap Sang 6halik< Seorang 3okter Muslim haruslah benarbenar menyadari bahwa dirinya adalah hamba "llah semata. 3an betapa tidak berarti dirinya beserta ilmunya tanpa ijin "llah S"F. Mengenai etika terhadap 6halik disebutkan bahwa< G 3okter muslim harus meyakini dirinya sebagai khali2ah 2ungsionaris "llah dalam bidang kesehatan dan kedokteran G Melaksanakan pro2esinya karena "llah G Bang melakukan pengobatan dan penyembuhan hanyalah "llah G Melaksanakan pro2esinya dengan iman supaya tidak merugi
. Etika 3okter $erhadap /asien< Hubungan antara dokter dengan pasien adalah hubungan antar manusia dan manusia. 3alam hubungan ini mungkin timbul pertentangan antara dokter dan pasien, karena masingmasing mempunyai nilai yang berbeda. Masalah sema!am ini akan dihadapi oleh 3okter yang bekerja di lingkungan dengan suatu sistem yang berbeda dengan kebudayaan pro2esinya. ntuk melaksanakan tugasnya dengan baik, tidak jarang dokter harus berjuang lebih dulu melawan tradisi yang telah tertanam dengan kuat. 3alam hal ini, seorang 3okter tidak mungkin memaksakan kebudayaan pro2esi yang selama ini dianutnya. Mengenai etika kedokteran terhadap orang sakit antara lain disebutkan bahwa seorang 3okter wajib< G Memperlihatkan jenis penyakit, sebab musabab timbulnya penyakit, kekuatan tubuh orang sakit, keadaan tubuh yang tidak sewajarnya, umur
1*
si sakit dan obat yang !o!ok dengan pasien itu, negeri si sakit dan keadaan buminya, iklim di mana ia sakit, daya penyembuhan obat itu G 3i samping itu dokter harus memperhatikan mengenai tujuan pengobatan, obat yang dapat melawan penyakit itu, !ara yang mudah dalam mengobati penyakit. G Selanjutnya seorang dokter hendaknya membuat !ampuran obat yang sempurna, mempunyai pengalaman mengenai penyakit jiwa dan pengobatannya, berlaku lemah lembut, menggunakan !ara keagamaan dan sugesti, tahu tugasnya.
8. Etika 3okter $erhadap Sejawatnya< /ara 3okter di seluruh dunia mempunyai kewajiban yang sama. Mereka adalah kawankawan seperjuangan yang merupakan kesatuan aksi dibawah panji perikemanusiaan untuk memerangi penyakit. /enemuan dan pengalaman baru dijadikan milik bersama. /anggilan su!i yang menjiwai hidup dan perbuatan telah mempersatukan mereka menempatkan para 3okter pada suatu kedudukan yang terhormat dalam masyarakat. Halhal tersebut menimbulkan rasa persaudaraan dan kesediaan tolongmenolong yang senantiasa perlu dipertahankan dan dikembangkan. Mengenai etika yang bagi 3okter kepada Sejawatnya yaitu < G 3okter yang baru menetap di suatu tempat, wajib mengunjungi teman sejawatnya yang telah berada di situ. *ika di kota yang terdapat banyak praktik dokter, !ukup dengan memberitahukan tentang pembukaan praktiknya kepada teman sejawat yang berdekatan. G Setiap 3okter menjadi anggota 030 setia dan akti2. 3engan menghadiri pertemuanpertemuan yang diadakan. G Setiap 3okter mengunjungi pertemuan klinik bila ada kesempatan. Sehingga dapat dengan mudah mengikuti perkembangan ilmu teknologi kedokteran. ()
Si2atsi2at penting lain yang harus dimiliki oleh seorang 3okter ialah < G "danya belas kasihan dan !inta kasih terhadap sesama manusia, perasaan sosial yang ditunjukkan kepada masyarakat. G Harus berbudi luhur, dapat diper!aya oleh pasien, dan memupuk keyakinan pro2esional. G Seorang dokter harus dapat dengan tenang melakukan pekerjaannya dan harus mempunyai keper!ayaan kepada diri sendiri. G +ersikap mandiri dan orisinal karena pengetahuan yang diwarisi se!ara turun temurun dari bukubuku masih jauh memadai. G 0a harus mempunyai kepribadian yang kuat, sehingga dapat melakukan pekerjaanya di dalam keadaan yang serba sulit. 3an tentunya tidak menyimpang dari ketentuanketentuan agama. G Seorang dokter dilarang membedabedakan antara pasien kaya dan pasien miskin. G Seorang dokter harus hidup seimbang, tidak berlebihlebihan, tidak membuang waktu serta energi dengan menikmati kesenangan dan kenikmatan. G Sebagian besar waktunya harus di!urahkan kepada pasien, G Seorang dokter harus lebih banyak mendengar dan lebih sedikit bi!ara, G Seorang dokter tidak boleh berke!il hati dan harus merasa bangga akan pro2esinya karena semua agama menghormati pro2esi dokter.
(1
2.. Bagamana Etka $e+rang D+kter #ka PermasalahanA& Pasen Dketahu 4leh 4rang Lan /
*ika permasalahan;aib pasien diketahui oleh orang lain se!ara otomatis pasien tersebut akan mendapatkan stigma dan deskriminasi dari masyarakat maupun lingkungannya. ?leh sebab itu dokter mempunyai peran dan menerapkan etika kedokterannya untuk menghadapi masalah tersebut. 3okter dapat memberikan saran dan nasehat kepada pasien, agar tidak minder karena stigma dan diskriminasi yang diperoleh dari luar dan dokter
dapat melakukan penyuluhan dan sosialisaswi mengenai hal yang bersangkutan dengan permasalahan yang sama yang dialami oleh pasien. /ermasalahan ini berhubungan dengan 4ahasia /ro2esi 3okter. +erdasarkan agama islam, menyimpan rahasia orang lain diperintahkan bagi setiap muslim lebihlebih jika
ia dokter,
karena
dengan
sengaja
membeberkan rahasia dan perasaannya kepada dokter mereka serta per!aya terhadap pro2esi dokter. 3okter harus membubuhkan stempel rahasia pada semua in2ormasi yang diperoleh melalui penglihatan, pendengaran, atau kesimpulan. Semangat islam juga mengajar agar ketentuan hukum menekankan hak pasien agar melindungi
rahasiarahasia
yang
diper!ayakan
kepada
dokternya.
/embo!oran rahasia akan merugikan praktek kedokteran, disamping merintangi beberapa pasien dalam men!ari pertolongan kedokteran.
((
2.15. Bagamana 6ara D+kter Mengh+rmat Pasen /
Seorang dokter harus dapat menghormati pasien, agar pasien merasa nyaman dengan pelayanan yang diberikan oleh dokter tersebut. "dapun yang perlu diperhatikan dalam menghormati pasien adalah mengenai hak hak pasien. a. Hak /asien atas 0n2ormasi /enyakit dan $indakan Medis dari "spek Etika 6edokteran. $erkait dengan pemberian in2ormasi kepada pasien ada beberapa yang harus diperhatikan < 1. 0n2ormasi harus diberikan, baik diminta ataupun tidak. . 0n2ormasi tidak boleh memakai istilah kedokteran karena tidak dimengerti oleh orang awam. 8. 0n2ormasi harus diberikan sesuai dengan tingkat pendidikan, kondisi, dan situasi pasien. (. 0n2ormasi harus diberikan se!ara lengkap dan jujur, ke!uali dokter menilai bahwa in2ormasi tersebut dapat merugikan kepentingan atau kesehatan pasien atau pasien menolak untuk diberikan in2omasi %6?3E60, pasal 9) 9. ntuk tindakan bedah %operasi) atau tindakan in=asi=e yang lain, in2ormasi harus diberikan oleh dokter yang akan melakukan operasi. "pabila dokter yang bersangkutan tidak ada, maka in2ormasi harus diberikan oleh dokter yang lain dengan sepengetahuan atau petunjuk dokter yang bertanggng jawab. 6ewajiban dokter terkait dengan in2ormasi adalah memberikan in2ormasi yang adekuat dan besikap jujur kepada pasien tentang perlunya tindakan
medis
yang
bersangkutan
ditimbulkannya.&
5&E5I, %asal 4b
(
serta
risiko
yang
dapat
Salah satu kewajiban rumah sakit terhadap pasien adalah harus memberikan penjelasan mengenai apa yang diderita pasien, dan tindakan apa yang harus dilakukan.
b. Hak /asien atas 0n2ormasi /enyakit dan $indakan Medis dari "spek Hukum 6edokteran. /asien dalam menerima pelayanan praktik kedokteran mempunyai hak mendapatkan penjelasan se!ara lengkap tentang tindakan medis yang akan diterimanya %ndanndang Ao. tahun --( tentang /raktik 6edokteran pasal 9). /enjelasan tersebut sekurangkurangnya men!akup < 1. 3iagnosis dan tata !ara tindakan medis . $ujuan tindakan medis yang dilakukan 8. "lternati2 tindakan lain dan resikonya (. 4esiko dan komplikasi yang mungkin terjadi 9. /rognosis terhadap tindakan yang dilakukan. 3okter dalam memberikan pelayanan tindakan kedokteran terlebih dahlu harus memberikan penjelasan kepada pasien tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan dan mendapat persetujuan pasien. 1/asien berhak menolak tindakan yang dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah memperoleh in2ormasi yang jelas tentang penyakitnya. /emberian obatobatan juga harus dengan persetujuan pasien dan bila pasien meminta untuk dihentikan pengobatan, maka terapi harus dihentikan ke!uali dengan penghentian terapi akan mengakibatkan keadaan gawat darurat atau kehilangan nyawa pasien
*
5&ERSI, ab III Pasal 1) PER!E"5ES "o.121*;!E"5ES;PER;())0 tentang Penyelenggaraan Pra$ti$ &o$ter dan &o$ter 8igi %asal 14 1)
(2
3alam /edoman /enegakkan 3isiplin 6edokteran tahun --& seorang dokter dapat dikategorikan melakukan bentuk pelanggaran disiplin kedokteran apabila tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis, dan memadai %adeuate in2ormation) kepada pasien atau keluarganya dalam melakukan praktik kedokteran.
!. Hak /asien atas 0n2ormasi dalam 4ekam Medik +erdasarkan /E4MEA6ES 40 Ao. :;MEA6ES;/E4;000;--& tentang 4ekam medik /asal 1 dikatakan bahwa berkas rekam medi! adalah milik sarana pelanayan kesehatan dan isi rekam medik adalah milik rekam medik . +entuk ringkasan rekam medi! dapat diberikan, di!atat atau di!opy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak untuk itu. Aamun boleh tidaknya pasien mengetahui isi rekam medi! tergantung kesanggupan pasien untuk mendengar in2ormasi mengenai penyakit yang dijelaskan oleh dokter yang merawatnya.
d. 6omunikasi 3okter /asien yang +aik Menurut /etunjuk /raktek 6edokteran yang +aik %3E/6ES,--&) komunikasi yang baik antara dokter pasien terkait dengan hak untuk mendapatkan in2ormasi meliputi < 1. Mendengarkan keluhan, menggali in2ormasi, dan menghormati pandangan serta keper!ayaan pasien yang berkaitan dengan keluhannya. . Memberikan in2ormasi yang diminta atau yang diperlukan tentang kondisi, diagnosis, terapi dan prognosis pasien, serta ren!ana perawatannya dengan !ara yang bijak dan bahasa yang dimengerti pasien. $ermasuk in2ormasi tentang tujuan pengobatan, pilihan obat yang diberikan, !ara pemberian serta pengaturan dosis obat, dan kemungkinan e2ek samping obat yang mungkin terjadi# dan
(0
8. Memberikan in2ormasi tentang pasien serta tindakan kedokteran yang dilakukan kepada keluarganya, setelah mendapat persetujuan pasien. (. *ika seorang pasien mengalami kejadian yang tidak diharapkan selama dalam perawatan dokter, dokter yang bersangkutan atau penanggunjawab pelayanan kedokteran %jika terjadi di sarana pelayanan kesehatan) harus menjelaskan keadaan yang terjadi akibat jangka pendek atau panjang dan ren!ana tindakan kedokteran yang akan dilakukan se!ara jujur dan lengkap serta memberikan empati. 9. 3alam setiap tindakan kedokteran yang dilakukan, dokter harus mendapat persetujuan pasien karena pada prinsipnya yang berhak memberika persetujuan dan penolakan tindakan medis adalah pasien yang bersangkutan. ntuk itu dokter harus melakukan pemeriksaan se!ara teliti, serta menyampaikan ren!ana pemeriksaan lebih lanjut termasuk resiko yang mungkin terjadi se!ara jujur, transparan dan komunikati2. 3okter harus yankin bahwa pasien mengerti apa yang disampaikan sehingga pasien dalam memberikan persetujuan tanpa adanya paksaan atau tekanan.
2.11. Penatalaksanaan %a)at Darurat $esua Dengan Etka7 Hukum7 (an Ds8ln Pr+es "e(+kteran
Setiap dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan pro2esinya sesuai dengan standar pro2esi yang tertinggi, yaitu sesuai dengan perkembangan 0/$E6 kedokteran, etika umum, etika kedokteran, hukum dan agama, sesuai tingkat;jenjang pelayanan kesehatan dan situasi setempat.11 3alam Ao. tahun --(, pasal (9 ayat 1, setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan. 1. /asal 11 /eraturan Menteri 6esehatan tentang 0n2ormed >onsent menyatakan, dalam hal pasien tidak sadar;pingsan serta tidak didampingi oleh keluarga terdekat 11
5&E5I %asal ( 66 Prado$, ())2
1(
(3
dan se!ara medik berada dalam keadaan gawat darurat dan atau darurat yang memerlukan tindakan medik segera untuk kepentingannya, tidak diperlukan persetujuan dari siapapun.18 3alam penanganan penderita gawat darurat yang terpenting bagi tenaga kesehatan adalah mempertahankan jiwa penderita, mengurangi penyulit yang mungkin timbul, meringankan penderitaan korban, dan melindungi diri dari kemungkinan penularan penyakit menular dari penderita. 1( Seorang tenaga kesehatan yang melakukan tindakan medik tanpa persetujuan apapun dapat dianggap melakukan penganiayaan, diatur dalam pasal 891 6H/. "pabila mengakibatkan matinya orang, maka yang bersalah dipidana penjara paling lama tujuh tahun. Aamun, dokter dalam melaksanakan praktik kedokteran juga memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar pro2esi dan standar prosedur operasional.19 Sesuai dengan kaidah dasar bioetik, kewajiban menolong pasien gawat darurat termasuk dalam konsep bene2i!en!e. 3alam penanganan pasien gawat darurat, dokter harus memperhatikan standar pro2esi dan standar prosedur operasional. /elayanan terhadap pasien gawat darurat harus dilaksanakan sesegera mungkin, mengingat jiwa pasien mungkin saja gagal diselamatkan apabila penanganan terlambat. "pabila pasien tidak sadar dan tidak disertai keluarganya, maka dokter berhak untuk memutuskan tindakan medik yang akan diambil tanpa persetujuan siapapun, dan didasarkan pada kebutuhan medik pasien. "pabila setelah dilakukan tindakan medis pasien meninggal, berarti hal ini merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan %6$3). /erlu analisis lebih lanjut, apakah kejadian ini akibat dari medi!al error atau tidak. Mungkin saja 6$3 terjadi akibat risiko tindakan medis yang telah dianggap 1
Per. !en$es, 1** Sud
(4
paling aman dan e2ekti2 dalam pengobatan pasien. 3alam hal seperti ini, 6$3 tidak dapat digolongkan sebagai malpraktik. 3okter dan tenaga kesehatan lain juga memperoleh perlindungan hukum, sepanjang tindakan yang diambil sudah didasarkan pada standar pro2esi dan standar prosedur operasional yang sesuai. +erbagai ma!am aspek dapat menjadi
dasar
pertimbangan keputusan
medis,
dari etika, hukum
%yuridisIpemerintah dan instansi, maupun agama), dan disiplin pro2esi.
2.12. 9s Penuls
$er!apainya pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu bagi setiap anggota masyarakat yang berada dalam keadaan gawat darurat, serta memiliki perilaku pro2esional dalam praktik kedokteran yang menerapkan program keselamatan pasien maupun dalam kerjasama yang berperan pada pelayanan kesehatan sesuai dengan kode etik kedokteran 0ndonesia.
2.13. Ms Penuls
1.
Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kepedulian masyarakat dan pro2esi.
. 8.
Mampu melindungi masyarakat dalam keadaan kedaruratan seharihari. Melindungi masyarakat dalam situasi ben!ana maupun atas dampak akibat terjadinya ben!ana, sehingga ter!ipta perilaku masyarakat dan lingkungan sekitarnya untuk ter!iptanya situasi sehat dan aman.
(.
Mendorong ter!iptanya gerakan masyarakat untuk menjadi sehat, aman dan sejahtera.
9.
Mampu men!egah kematian dan !a!at pasien, hingga dapat hidup dan ber2ungsi kembali dalam masyarakat sebagaimana mestinya.
:.
Men!iptakan hubungan baik antra dokterpasien, dokterkeluarga, komunitas, sejawat, dan tenaga pro2esi lainnya.
(
'.
Mengidenti2ikasi, menjelaskan dan meran!ang penyelesaian masalah kesehatan se!ara ilmiah menurut ilmu kesehatan mutakhir untuk mendapat hasil yang optimum dengan mempertimbangkan aspek etis dan bio psiko sosial budaya pasien dan keluarganya maupun masyarakat.
&.
Melakukan praktik kedokteran dengan penuh kesadaran atas kemampuan dan keterbatasannya.
.
Mengatasi masalah emosional, personal kesehatan, dan kesejahteraaan yang dapat mempengaruhi kemampuan pro2esi kedokteran.
1-. Mau belajar sepanjang hayat. 11. "kan berperilaku pro2esional dalam praktek kedokteran serta akan mendukung kebijakan kesehatan. 1. "kan mengenali, memahami masalah isu dan dilema etik dalam praktek kedokteran. 18. Memperhatikan norma, lo!al wisdom, =alue pasien dan menggunakan pertimbangan dalam meme!ahkan masalah etik. 1(. Memiliki kemampuan komunikasi dan empati saat berinteraksi dengan pasien, keluarga dan masyarakat. 19. Memiliki prilaku mawasdiri. 1:. Memiliki prilaku etis sehingga memahami isuisu etik dan medikolegal dalam praktek kedokteran. 1'. Mampu mengembangkan kepribadian karena keimanan dan ketakwaan terhadap $uhan Bang Maha Esa. 1&. 3alam melaksanakan tugas sehari hari di masyarakat, akan menjunjung tinggi nilai Moral dan Etika 1. Memikul tanggungjawab pelayanan pasien; keluarga; masyarakat sesuai dengan kewenangan yang diberikan -. +ekerja dibawah batas kewenangan hukum dan etika
(*
1. Menghargai nilainilai, baik yang datang dari ras, suku maupun agama yang berbedabeda. Sikap itu harus ter!ermin dalam tindakan pro2esi yang akan dilakukan terhadap pasien.
)
BAB III PENUTUP
3.1. "esm8ulan
Setelah kita menjabarkan mulai dari pengertian S/53$ sampai dengan Etika dan hukum kedokteran maka dapatlah kita simpulkan bahwa sesuai standar pro2esi dan standar prosedur operasional kedokteran, penatalaksanaan pasien gawat darurat dapat dilaksanakan tanpa persetujuan tindakan medik %in2ormed !onsent) dari siapapun. $enaga kesehatan harus mengusahakan seoptimal mungkin agar pasien dapat bertahan hidup dan pulih dari keadaan gawat darurat. 3alam 6$3, sepanjang dokter dan paramedis telah berpegang pada konsep standar pro2esi dan prosedur operasional, tindakan medis yang dilakukan tidak dapat disebut malpraktik, dan tenaga kesehatan terlindung dari sanksi hukum oleh peraturan kesehatan yang berlaku. /eran S/53$ dan etika dan hukum 6edokteran yang ada dijelaskan dalam karya tulis ini sudah sesuai dengan =isi serta misi penulis. *adi, pelayanan S/53$ di 0ndonesia telah optimal dan sesuai syarat maupun kode etik kedokteran. 3.2. $aran
3iharapkan untuk wilayah yang !enderung sering mengalami ben!ana alam, untuk menyiagakan pos gawat darurat yang bertujuan untuk meminimalisir adanya jumlah korban. Serta diharapkan penulis mampu melaksanakan =isi dan misinya yang berkaitan dengan S/53$ dan Etika kedokteran agar ter!iptanya masyarakat yang aman dan sejahtera.
DA:TAR PU$TA"A 1