SPESIFIKASI TEKNIS Pasal-1 Uraian Pekerjaan
1.1. Pekerjaan yang dilaksanakan meliputi : Pembangunan Pembangunan Gudang dan Lantai Jemur ...............
1.2. Pekerjaan tersebut pada pasal 1 ayat 1 diatas diatas dilaksanakan sesuai dengan : -
Uraian dan syarat-syarat kerja (Bestek)
-
Gambar situasi, Detail dan gambar susulan bila ada
-
Rízala rapat penjelasan (Aanwijzing)
-
Petunjuk-petunjuk Petunjuk-petunjuk dari direksi pelaksanaan dengan kondisi lapangan. Pasal-2 Lokasi Pekerjaan
2.1. Lokasi pekerjaan ................................ ................................................ ........................ ........ 2.2. Tempat pekerjaan pekerjaan akan ditunjukkan ditunjukkan kemudian oleh Direksi Direksi 2.3. Lokasi pekerjaan akan dijelaskan pada Pemborongan pada saat Aanwijzing berlangsung berdasarkan gambar-gambar perencanaan Pasal-3 Umum
3.1
Gambar, Spesifikasi Spesifikasi Teknis, dan HPS HPS merupakan merupakan sesuatu kesatuan kesatuan yang saling mengikat dan melengkapi. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas mutu bahan (material) dan kualitas hasil pekerjaan. p ekerjaan.
3.2
Kontraktor Kontraktor wajib bertanggung jawab atas semua s emua pekerjaan.
3.3
Sebelum memulai memulai pekerjaan, pihak Kontraktor Kontraktor harus memberikan memberikan pemberitahuan pemberitahuan secara tertulis kepada pihak direksi.
3.3
Penanggung jawab pelaksanaan pekerjaan harus selalu s elalu berada di tempat pekerjaan dan dapat mengambil keputusan dengan dikonsultasikan bersama direksi, demi kelancaran pekerjaan.
3.4
Penyedia jasa wajib tidak diperbolehkan bekerja di waktu malam hari.
3.5
Penyedia jasa tidak diperbolehkan mengambil material di lokasi pekerjaan dan menjaga lingkungan di lokasi pekerjaan
1
Pasal-4 Gambar
4.1
Perbedaan Gambar - Kontraktor Kontraktor wajib mengikuti/memenuhi mengikuti/memenuhi semua semua persyaratan persyaratan yang ditulis dalam spesifikasi teknis ini, juga wajib memenuhi persyaratan umum yang dikeluarkan oleh Pemberi Tugas. - Apabila ada hal-hal hal-hal yang disebutkan disebutkan kembali kembali pada bagian bab/gambar lain, lain, maka ini ini harus harus diartikan bukan untuk menghilangkan satu terhadap yang lain tetapi malah untuk lebih menegaskan masalahnya. Kalau terjadi hal yang saling bertentangan antar gambar atau terhadap spesifikasi teknis maka Kontraktor wajib berkonsultasi dengan direksi dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) - Perbedaan-perbedaan Perbedaan-perbedaan tersebut tidak boleh dijadikan alasan bagi kontraktor untuk untuk mengadakan claim pada waktu pelaksanaan.
4.2
Perubahan Gambar Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor wajib meneliti/memeriksa meneliti/memeriksa Gambar Perencanaan dan Spesifikasi Teknis; dan jika Kontraktor menemukan kesalahan dalam gambar-gambar Perencanaan dan/atau spesifikasi teknisnya, maka Kontraktor wajib memberitahukan kepada Pemberi Tugas secara tertulis untuk mendapatkan penjelasan sebelum masalah tersebut dilaksanakan di lapangan. Pasal-5 Perbedaan
5.1
Apabila dalam dalam dokumen dokumen pengadaan pengadaan tertulis/tercant tertulis/tercantum, um, sedangkan dalam gambar gambar belum tercantum maka dokumen pengadaan yang mengikat.
5.2.
Apabila dalam dalam gambar tertulis tertulis sedang dokumen pengadaan belum tercantum/tertulis tercantum/tertulis maka gambar yang mengikat.
5.3.
Jika ada perbedaan perbedaan antara antara gambar rencana dan gambar gambar detailnya, maka maka Penyedia Penyedia Jasa wajib minta pertimbangan pertimbangan kepada kepada Direksi.
5.4
Apabila dalam rencana dan dokumen pengadaan tidak tercantum, maka Direksi dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang menentukan.
2
Pasal-6 Penyediaan Air
Air yang diperlukan diperlukan harus disediakan disediakan oleh penyedia barang/jasa barang/jasa termasuk termasuk penyediaan peralatan peralatan dan perpipaan antara ukuran dan gambarnya, maka segera diminta petunjuk direksi untuk menetapkan ukuran yang benar. Pasal-7 Penyediaan Material
7.1
Penyedia
barang/jasa
harus
menyediakan
sendiri
material
seperti
yang
disebutkan dalam daftar volume pekerjaan. Material-material yang disediakan oleh direksi atau pemberi perintah akan ditentukan tersendiri dalam syarat-syarat khusus atau dalam rapat penjelasan. 7.2
Penyedia barang/jasa harus memeriksa terlebih dahulu meterial-meterial tersebut dan harus bertanggung jawab atas pengangkutan sampai di lokasi pekerjaan. Penyadia barang/jasa harus mengganti kalau material itu rusak yang diakibatkan oleh cara pengangkutan yang salah, hilang atau berkurangnya material yang diangkut kelalaian penyedia barang/jasa. Pasal-8 Perlindungan Terhadap Cuaca
Penyedia barang/jasa harus mengusahakan atas tanggungannya sendiri, langkah-langkah peralatan yang perlu untuk melindungi pekerjaan dan bahan-bahan yang digunakan agar tidak rusak atau berkurangnya mutu karena pengaruh cuaca. Pasal-9 Rencana Kerja
Penyedia barang/jasa harus menyiapkan status rencana kerja dan harus disampaikan kepada direksi, rencana kerja tersebut harus mencakup : 9.1 Tanggal mulai, serta selesai pekerjaan konstruksi dan atau pemasangan kegiatan pekerjaan termasuk pengujiannya. 9.2 Jam kerja bagi bagi tenaga yang disediakan disediakan oleh penyedia barang/jasa barang/jasa 9.3 Jumlah dari tenaga yang dipakai pada setiap tahap pekerjaan dengan disertai latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja. 9.4
Macam serta jumlah mesin-mesin serta alat-alat yag akan dipakai pada pelaksanaan pekerjaan.
9.5
Cara pelaksanaan pekerjaan.
3
P a s a l - 10 Pemberitahuan Untuk Memulai Pekerjaan
Penyedia barang/jasa diharuskan untuk memberikan keterangan secara tertulis akan memulai pekerjaan kepada direksi selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan. Dalam keadaan apapun tidak diperkenankan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya permanen tanpa terlebih dahulu mendapat persetujuan direksi, pemberitahuan lengkap dan jelas harus terlebih dahulu disampaikan kepada direksi dan dalam jangka waktu yang cukup sebelum dimulainya pekerjaan tersebut. P a s a l - 11 SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN I. PEKERJAAN PERSIAPAN 1. Pemasangan Papan Proyek
a. Penyedia barang/jasa harus membuat dan memasang Papan Proyek pada lokasi pekerjaan dengan ukuran 120 cm x 80 cm, sebagai papan pemberitahuan yang berisikan informasi pekerjaan yang akan dilaksanakan, pembiayaan, jangka waktu pelaksanaan dan nama penyedia barang/jasa pekerjaan. 2. Pembersihan Lokasi
2.1 Sebelum melaksanakan pekerjaan lokasi harus dibersihkan dari segala kotoran dan setelah pekerjaan selesai harus dibersihkan dari segala sisa bahan dan lain-lain. 2.2 Selama periode pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa harus memelihara pekerjaan bebas dari akumulasi sisa bahan bangunan, kotoran dan sampah, yang diakibatkan oleh operasi pelaksanaan. 2.3 Penyedia Jasa tidak diperkenankan mengubur sampah atau sisa bahan bangunan di lokasi kegiatan tanpa persetujuan dari Direksi Pekerjaan. 2.4 Penyedia Jasa tidak diperkenankan membuang sisa bahan bangunan ke dalam sungai atau saluran air. 3. Administrasi, Dokumentasi dan Pelaporan
Apabila jangka waktu masa pemeliharaan pekerjaan sudah berakhir, pekerjaan akan diterima apabila sudah memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut : 3.1 Pihak Penyedia Jasa sudah melaksanakan perbaikan-perbaikan terhadap kerusakan/cacat – cacat dari kategori bencana alam, dan hasil perbaikan oleh pelaksana tersebut sudah dapat diterima oleh Pemberi Pekerjaan dalam kualitas/kuantitas sesuai dengan syarat-syarat teknis. 3.2 PIHAK PENYEDIA JASA sudah mengajukan permohonan tertulis sebelum tanggal 4
ditetapkan penyerahan II (KEDUA) pekerjaan kepada Pemberi Tugas, untuk diadakan pemeriksaan terhadap hasil perintah tertulis
atau dan pada buku harian sewaktu
penyerahan (PERTAMA) pekerjaan. 3.3 Penyedia Jasa harus membuat dokumentasi pekerjaan mulai tahap 0 %, 50 % dan 100 % dengan pengambilan gambar pada sudut pandang yang sama,
termasuk
tahapan
pekerjaan yang penting. Dokumentasi ini dibuat 3 (tiga) set dan disusun rapi pada album sesuai urutan dan jenis pekerjaan. 3.4 As
Built Drawing (gambar bangunan terpasang/jadi) dan laporan kemajuan
pekerjaan (harian, mingguan dan bulanan), serta back up data harus dipersiapkan pada saat penyerahan pertama pekerjaan untuk keperluan pemeriksaan dan harus sudah diserahkan pada Direksi pada saat penyerahan kedua, sebanyak 3 rangkap (1 asli + 2 salinan), semuanya atas biaya Penyedia Jasa. 3.5 Penyedia Jasa wajib memiliki Kontrak (SPK) lengkap dengan gambar bestek,perubahan Kontrak (Amandemen) lengkap dengan Gambar Perubahan (Bila Ada). 4. Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank
4.1 Bouwplank dibuat dari kayu terentang (kayu hutan kelas IV) ukuran minimum 3/20 cm yang utuh dan kering. Bouwplank dipasang dengan tiang-tiang dari kayu sejenis ukuran 5/7 cm dan dipasang pada setiap jarak satu meter. Papan harus lurus dan diketam halus pada bagian atasnya. 4.2 Bouwplank harus benar-benar datar (waterpas) dan tegak lurus. Pengukuran harus memakai alat ukur yang disetujui Konsultan Pengawas. 4.3 Bouwplank harus menunjukkan ketinggian
0.00 dan as kolom/dinding. Letak dan
ketinggian permukaan bouwplank harus dijaga dan dipelihara agar tidak berubah selama pekerjaan berlangsung. 4.4 Ukuran-ukuran pokok dan detail tertera pada gambar penyedia barang/jasa harus mentaati ukuran tersebut dan ikut menelitinya apabila ada perbedaan/penggambaran harus dibicarakan dengan Direksi. 4.5 Semua pekerjaan pengukuran/pematokan yang bertalian dengan pekerjaan ini menjadi tanggung jawab penyedia barang/jasa dan dilaksanakan dengan alat ukur yang baik. 4.6 Penyedia barang/jasa herus mengerjakan pematokan untuk menetukan kedudukan dan peil bangunan sesuai dengan gambar rencana. Pekerjaan ini harus seluruhnya telah disetujui oleh direksi sebelum memulai pekerjaan selanjutnya. 4.7 Direksi dapat melakukan revisi pemasangan patok tersebut bila dipandang perlu. Penyedia barang/jasa harus mengerjakan revisi tersebut sesuai petunjuk direksi.
5
4.8 Sebelum memulai pekerjaan pemasangan pematokan tersebut, penyedia barang/jasa harus memberitahukan kepada direksi dalam waktu tidak kurang dari 24 jam sehingga direksi dapat menyiapkan peralatan yang perlu untuk melakukan pengawasan. 4.9 Pekerjaan pematokan yang telah diukur oleh penyedia barang/jasa untuk kemudian disetujui oleh direksi. 4.10 Hasil pengukuran yang disetujui oleh direksi dapat dilaksanakan dasar pembayaran. II. PEKERJAAN TANAH DAN PASIR 1. Galian Tanah Biasa Sedalam 1 Meter
1.1 Lingkup Pekerjaan Galian Tanah Biasa : Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, alat-alat dan pengangkutan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan galian tanah untuk pondasi , seperti yang disyaratkan dalam gambar rencana dan spesifikasi ini. 1.2 Syarat-syarat Pelaksanaan : a. Dimensi galian tanah pondasi minimal sama dengan gambar kerja atau maksimal sampai kedalaman 1 meter. Kecuali tanah dasar/keras melebihi dua kali kedalaman yang telah ditentukan, maka Direksi/Pengawas Teknik dapat mengambil kebijaksanaan untuk merubah konstruksi dan atau dimensi galian tanpa mengurangi kekuatan pondasi nantinya. b. Untuk menjaga keamanan pekerjaan, tanah galian dibuang sejauh minimal 3 meter dari tepi lubang galian. c. Jika pada galian terdapat air tergenang, harus dipompa keluar. Untuk ini Kontraktor harus menyediakan pompa air yang siap pakai. d. Semua tanah galian yang tidak dipakai harus diangkut keluar lokasi pekerjaan. Apabila terjadi kesalahan dalam penggalian tanah untuk dasar pondasi sehingga dicapai kedalaman yang melebihi apa yang telah ditentukan dalam gambar, maka kelebihan pada galian harus diurug kembali dengan pasir, dan dipadatkan biaya akibat pekerjaan tersebut menjadi beban Kontraktor. 2. Urugan Tanah Kembali Sisi Pondasi
2.1 Lingkup Pekerjaan : Pekerjaan ini meliputi semua penimbunan kembali bekas galian untuk pasangan pondasi. Urugan harus dilakukan selapis demi selapis dengan ketebalan tidak lebih dari 20 cm untuk setiap lapisan dan ditimbris sampai padat. 2.2 Pelaksanaan : a. Jika terdapat tempat-tempat tertentu pada lokasi pekerjaan yang menurut Direksi perlu 6
ditimbun, maka Kontraktor harus menimbun sampai mencapai ketinggian yang ditentukan, dengan menggunakan bahan timbunan yang cukup baik, bebas dari rumput, akar-akar dan lain-lain. b. Dalam hal ini harus mengikuti petunjuk-petunjuk Pengawas Teknik. c. Semua urugan tanah harus dipadatkan sambil disiram air sampai jenuh, sehingga mendapatkan angka kepadatan maksimal. d. Pengurugan kembali tidak boleh dilaksanakan sebelum pondasi, instalasi/pipa-pipa dan lain-lain yang bakal tertutup tanah diperiksa oleh Konsultan Pengawas. 3. Urugan Pasir Bawah Pondasi
3.1 Lingkup Pekerjaan a. Menyediakan tenaga kerja, peralatan dan alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan ini dengan hasil yang baik dan sempurna. b. Pekerjaan ini meliputi : 1) Urugan pasir bawah pondasi 2) Pemadatan urugan pasir tersebut di atas 3.2 Persyaratan Bahan Pasir urug harus pasir yang bersih dari akar-akar, kotoran-kotoran, tidak mengandung tanah dan tidak mengandung bahan kimia yang dapat merusak bahan bangunan lainnya. 3.3 Syarat-syarat Pelaksanaan Lapisan urugan pasir harus disiram dengan air sehingga menjadi padat. Ukuran dari ketinggian urugan pasir yang tercantum dalam gambar adalah ukuran jadi (sesudah dalam keadaan padat). 4. Urugan Pasir Bawah Lantai Bangunan
4.1 Lingkup Pekerjaan a. Menyediakan tenaga kerja, peralatan dan alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan ini dengan hasil yang baik dan sempurna. b. Pekerjaan ini meliputi : 1) Urugan pasir di bawah lantai dan urugan pasir lainnya yang dianggap perlu 2) Pemadatan urugan pasir tersebut di atas 4.2 Persyaratan Bahan Pasir urug harus pasir yang bersih dari akar-akar, kotoran-kotoran, tidak mengandung tanah dan tidak mengandung bahan kimia yang dapat merusak bahan bangunan lainnya. 4.3 Syarat-syarat Pelaksanaan Lapisan urugan pasir harus disiram dengan air sehingga menjadi padat. Ukuran dari ketinggian urugan pasir yang tercantum dalam gambar adalah ukuran jadi (sesudah dalam 7
keadaan padat). 5. Urugan Tanah Bawah Lantai Bangunan
5.1 Lingkup Pekerjaan : Pekerjaan ini meliputi semua penimbunan sebagai peninggian tanah untuk nol lantai dan pada bagian-bagian pekerjaan yang kondisinya mengharuskan adanya pekerjaan urugan tanah. 5.2 Pelaksanaan : a. Jika terdapat tempat-tempat tertentu pada lokasi pekerjaan yang menurut Direksi perlu ditimbun, maka Kontraktor harus menimbun sampai mencapai ketinggian yang ditentukan, dengan menggunakan bahan timbunan yang cukup baik, bebas dari rumput, akar-akar dan lain-lain. b. Dalam hal ini harus mengikuti petunjuk-petunjuk Pengawas Teknik. c. Semua urugan tanah harus dipadatkan sambil disiram air sampai jenuh, sehingga mendapatkan angka kepadatan maksimal. d. Urugan tanah yang digunakan ialah tanah bekas galian yang terdapat di lokasi. III.PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN 1. Pasang Pondasi Batu Kosong
1.1 Umum a. Uraian Pekerjaan pondasi meliputi penyediaan batu maupun pasangan batu kosong pada landasan yang disetujui sesuai dengan detail yang ditunjukkan dalam gambar dan memenuhi spesifikasi ini. Pemasangan harus dilakukan pada permukaan yang terdiri dari bahan yang tidak mudah terkena erosi. 1.2 Bahan a. Batu Batu untuk pasangan batu kosong, harus terdiri dari batu yang keras dan awet dengan penyerapan air tidak lebih dari 4%. Memiliki dimensi maksimum 20 cm. b. Pengisi untuk pasangan batu kosong Pengisi ini berupa pasir urug yang memenuhi syarat dan bersih dari segala kotoran, sperti yang disyratkan dari spesifikasi ini. 1.3 Pelaksanaan a. Pasangan batu kosong harus dibuat pada pondasi yang kuat dan pada garis dan arah yang tercantum dalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi. b. Lubang-lubang pada pondasi harus diisi oleh bahan yang baik dan dipadatkan lapis per 8
lapis setebal 15 cm. Bila pondasinya telah disetujui oleh Direksi, maka lapisan dasar berupa lapisan pasir setebal seperti yang tercantum dalam gambar harus dibuat. c. Lapisan pasir harus sesuai dengan spesifikasi teknis dan diletakkan dengan tebal yang sama dan rata, sehingga menjadi dasar yang kuat untuk pemasangan batu kosong. d. Rongga besar yang terbuka diantara batu pecah harus dihindari. Harus diusahakan agar semua batu belah/batu pecah dipasang dengan baik pada bidang yang datar. Batu pecah yang digunakan tidak boleh melebihi volume yang dibutuhkan untuk mengisi rongga diantara batu belah. 2. Pasangan Pondasi Batu Kali 1 PC : 4 Ps
2.1 Umum a. Uraian Pekerjaan pondasi meliputi penyediaan batu maupun pasangan pondasi batu kali yang disetujui sesuai dengan detail yang ditunjukkan dalam gambar dan memenuhi spesifikasi ini. 2.2 Bahan a. Batu Kali Batu kali yang digunakan adalah batu pecah, tidak berpori serta mempunyai kekerasan sesuai dengan syarat-syarat dalam SK. SNI 1991. Ukuran batu kali maksimum 20 cm. b. Pasir Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas dari bahan-bahan organis, lumpur, tanah lempung dan sebagainya. c. Semen Portland Semen yang digunakan harus dari mutu, terdiri dari satu jenis merk atau atas persetujuan Konsultan Pengawas. Semen yang telah mengeras sebagian/seluruhnya tidak dibenarkan untuk digunakan. d. Air Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak asam, alkali dan bahan-bahan lain yang dapat menurunkan mutu pekerjaan. 2.3 Pelaksanaan a. Batu Kali yang digunakan untuk pondasi harus batu pecah, sudut runcing, berwarna abu-abu hitam, keras dan tidak porous. b. Sebelum pondasi dipasang terlebih dahulu dibuat profil-profil pondasi dari kayu pada setiap pojok galian, yang bentuk dan ukurannya sesuai dengan penampang pondasi. c. Pondasi Batu Kali menggunakan adukan dengan campuran 1 PC : 4 Pasir pasang d. Adukan harus mengisi rongga diantara batu kali sedemikian rupa sehingga tidak ada 9
bagian dari pondasi yang berongga/tidak padat. e. Untuk sloof dibagian atas pondasi batu kali dibuat stek-stek sedalam 30 cm tiap 1 m’ dengan diameter besi minimum 10 mm. 3. Pasangan Batu Bata 1 PC : 5 Ps
3.1 LINGKUP PEKERJAAN Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, peralatan, alat – alat bantu yang dibutuhkan, bahan dan semua pasangan batu bata pada tempat – tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau disyaratkan dalam Spesifikasi Teknis ini. 3.2 STANDAR / RUJUKAN a. American Society for Testing and Materials (ASTM) b. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982) b. Standar Nasional Indonesia (SNI) 3.3 PROSEDUR UMUM a. Keterangan. Pekerjaan ini mencakup seluruh pekerjaan dinding yang terbuat dari batu bata yang disusun ½ bata, meliputi penyediaan bahan, tenaga dan peralatan untuk pekerjaan ini. b. Pengiriman dan Penyimpanan. 1) Semua bahan harus disimpan dengan baik, terlindung dari kerusakan. 2) Bata harus disusun dengan baik dan teratur dengan tinggi maksimal 150 cm. 3) Semen harus dikirim dalam kemasan aslinya yang tertutup rapat dimana tertera nama pabrik serta merek dagangnya. 4) Penyimpanan semen harus dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis. 3.4 BAHAN - BAHAN a. Batu Bata. Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi dalam negeri eks daerah setempat dari kualitas yang baik dengan ukuran 5 x 10,5 x 22 c m yang dibakar dengan baik, warna merah merata, keras dan tidak mudah patah, bersudut runcing dan rata, tanpa cacat atau mengandung kotoran. Meskipun ukuran bata yang bisa diperoleh di suatu daerah mungkin tidak sama dengan ukuran tersebut diatas, harus diusahakan supaya ukuran bata yang akan dipakai tidak terlalu menyimpang. Kualitas bata harus sesuai dengan pasal 81 dari A.V. 1941. Kontraktor harus menunjukkan contoh terlebih dahulu kepada Konsultan MK. Konsultan MK berhak menolak bata dan menyuruh bongkar pasangan bata yang tidak memenuhi syarat. Bahan-bahan yang ditolak harus segera diangkut keluar dari tempat pekerjaan.
10
Bata merah yang digunakan harus mempunyai kuat tekan minimal 25 kg/cm2, sesuai ketentuan SNI 15-2094-2000. Produk Lokal atau yang Setara. b. Adukan dan Plesteran. 1) Adukan terdiri dari semen, pasir dan air dipakai untuk pemasangan dinding batu bata. Komposisi adukan adalah 1 pc : 4 pasir untuk dinding biasa. 2) Semen PC yang dipakai adalah produk dalam negeri yang terbaik (Indocement, Semen Padang, Tiga Roda atau produk daerah setempat yang mempunyai kualitas standar konstruksi). 3) Adukan harus dibuat dalam alat tempat mencampur, diatas permukaan yang keras, bukan langsung diatas tanah. Bekas adukan yang sudah mulai mengeras tidak boleh digunakan kembali. 4) Adukan dan plesteran untuk pasangan batu bata harus memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis. 3.5 PELAKSANAAN PEKERJAAN a. Bata yang akan dipasang harus direndam dalam air terlebih dahulu sampai jenuh. b. Tidak diperkenankan memasang batu bata : 1. Menggunakan Air bersih untuk keperluan sehari-hari seperti minum, mandi/buang air dan kebutuhan lain para pekerja. Kualitas air yang disediakan untuk keperluan tersebut harus cukup terjamin. 2. Batu Bata yang ukurannya kurang dari setengahnya 3. Batu Bata lebih dari 1 (satu) meter tingginya setiap hari di satu bagian pemasangan 4. Pada waktu hujan di tempat yang tidak terlindung atap 5. Setiap luas pasangan dinding bata mencapai 12 m2 harus dipasang beton praktis (kolom, dan ring balk) c. Bata dipasang tegak lurus dan berada pada garis-garis yang seharusnya dengan bentang benang yang sipat datar. Kayu penolong harus cukup kuat dan benar-benar dipasang tegak lurus. d. Dinding yang menempel pada kolom beton harus diberi angker besi setiap jarak 40 cm. Permukaan beton harus dibuat kasar. Pemasangan bata diatas kusen harus dibuat balok lantai 12/12 atau dilengkapi dengan pasangan rollaag. Pemasangan harus dijaga kerapihannya, baik dalam arah vertikal maupun horizontal. Sela-sela disekitar kusenkusen harus diisi dengan aduk e. Perawatan dan Perlindungan. Pasangan batu bata harus dibasahi terus menerus selama sedikitnya 7 hari setelah didirikan. 11
Pasangan batu bata yang terkena udara terbuka, selama waktu – waktu hujan lebat harus diberi perlindungan dengan menutup bagian atas dari tembok. Siar atau celah antara dinding dengan kolom bangunan, dinding dengan bukaan dinding atau dinding dengan peralatan, harus ditutup dengan bahan pengisi celah. f. Plesteran dan Pengacian. Plesteran dan pengacian harus dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis. 4. Plesteran 1 PC : 5 Ps Tebal 15 mm
Bagian ini meliputi seluruh pekerjaan plesteran Dinding dengan komposisi 1 Pc : 5 Ps 4.1 Material : a. Pasir untuk plesteran harus diayak cukup halus, dan pasir laut atau pasir yang memiliki kandungan tanah tidak diperkenankan untuk digunakan. b. Semen yang digunakan harus baru, tidak ada bagian yang membatu serta dalam kemasan standard pabrik dan terlindung. c. Air untuk adukan 4.2 Pelaksanaan : a. Sebelum pekerjaan plesteran dimulai, semua bidang yang akan diplester harus disiram air sampai jenuh. b. Tebal plesteran Dinding ditentukan dengan ketebalan 1,5 cm, dikerjakan dengan lurus dan rata, jika terdapat bidang-bidang dinding yang berombak/retak harus dibongkar dan diperbaiki. c. Plesteran harus diberi kesempatan yang maksimum untuk mengering sebelum pengecatan dimulai. d. Pada keadaan cuaca kering dan panas plesteran harus dilindungi terhadap pengeringan yang tidak merata atau berlebihan. 5. Acian Plesteran
5.1 Material : a. Semen yang digunakan harus baru, tidak ada bagian yang membatu serta dalam kemasan standard pabrik dan terlindung. b. Air untuk adukan 5.2 Pelaksanaan : a. Pekerjaan acian PC dilaksanakan setelah plesteran selesai dan permukaan dibersihkan dari kotoran kemudian dilanjutkan dengan acian. b. Pengacian dilakukan setelah plesteran disiran air sampai jenuh sehingga plesteran menjadi rata, halus, tidak ada bagian yang bergelombang, tidak ada bagian yang retak dan setelah plesteran berumur 8 (delapan) hari atau sudah kering betul. 12
c. Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai dilakukan, Kontaktor harus selalu menyiram bagian permukaan yang diaci dengan air sampai jenuh, sekurang-kurangnya 2 (dua) kali setiap harinya. IV.PEKERJAAN BETON 1. Beton Bertulang Sloof 12/20 K 225 2. Beton Bertulang Kolom 12/12 K 225 3. Beton Bertulang Ringbalok 12/20 K 225
IV.1 Bagian pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan dari Sloof 12/20, Kolom 12/12, Ringbalok 12/20 pekerjaan-pekerjaan lain yang nyata-nyata termasuk dalam pekerjaan ini. Pekerjaan Beton Bertulang dengan adukan 1 Pc : 2 Ps : 3 Krl. Adapun kekuatan mutu beton yang digunakan ialah Beton K 225. IV.2 Referensi : Semua pekerjaan yang tercantum dalam bab ini, kecuali tercantum dalam gambar atau diperinci, harus memenuhi edisi terakhir dari peraturan, standard dan spesifikasi berikut ini : a. SNI 2847 : 2013 : PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG b. PUBI – 1982
Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
c. ACI - 304
ACI 304.1R-92, State-of-the Art Report on Preplaced Aggregate Conc. for Str uctural and Mass Concrete, Part 2 ACI 304.2R-91, Placing Concrete by Pumping Methods, Part 2 d. ASTM - C94 Standard Specification for Ready-Mixed Concrete e. ASTM - C33
Standard Specification for Concrete Aggregates
f. ACI - 318
Building Code Requirements for Reinforced Concrete
g. ACI - 301 Specification for Structural Concrete of Building h. ACI - 212 ACI 212.IR-63, Admixture for Concrete, Part 1 ACI 212.2R-71, Guide for Use of Admixture in Concrete, Part 1 i. ASTM - C143
Standard Test Method for Slump of Portland Cement Concrete
j. ASTM - C231 k. ASTM - C171
Standard Test Method for Air Content of Freshly Mixed Concrete by the Pressure Method Standard Specification for Sheet Materials for Curing Concrete
l. ASTM - C172
Standard Method of Sampling Freshly Mixed Concrete
m. ASTM - C31
Standard Method of Making and Curing Concrete Test Specimens in the Field 13
n. ASTM - C42
Standard Method of Obtaining and Testing Drilled Cores and Sawed Beams of Concrete
o. ASTM - C309
Standard Specification for Liquid Membrane Compounds for Curing Concrete
p. ASTM - D1752
Standard Specification for Performed Spange Rubberand Cork Expansion Joint Fillers for Concrete Paving and Structural Construction
q. ASTM - D1751
Standard Specification for Performed Expansion Joint Fillers for Concrete Paving and Structural Construction (Non-extruding and Resilient Bituminous Types)
r. SII
Standard Industri Indonesia
s. ACI - 315
Manual of Standard Practice for Reinforced Concrete
t. ASTM - A185
Standard Specification for Welded Steel Wire Fabric for Concrete Reinforcement.
u. ASTM - A165
Standard Specification for Deformed and Plain Billet Steel Bars for Concrete Reinforcement, Grade 40, deformed, for reinforcing bars, Grade 40, for stirrups and ties.
Forming
v. Petunjuk-petunjuk lisan maupun tertulis yang diberikan oleh Konsultan Pengawas. IV.3 Material : a. Bahan-bahan/material yang dipergunakan untuk pekerjaan ini harus memenuhi syaratsyarat sebagai berikut : 1) Agregat Halus : a) Pasir untuk beton harus menggunakan pasir alam/hasil pemecahan batu yang memiliki kadar air yang merata dan stabil, dan harus terdiri dari butiran yang keras, padat, tidak terselaput oleh material lain. b) Pasir tidak dapat digunakan sebelum mendapat persetujuan Pengawas mengenai mutu dan jumlahnya. c) Pasir harus bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan tanah liat, alkalis, bahanbahan organik dan kotoran-kotoran lainnya yang merusak. 2) Agregat Kasar (Koral) : a) Agregat kasar untuk beton dapat berupa koral dari alam, batu pecah, atau campuran dari keduanya. Koral yang dipakai harus mempunyai kadar air yang merata dan stabil, keras, padat, tidak porous dan tidak terselaput material lain. b) Koral yang sudah tersedia tidak dapat langsung digunakan sebelum mendapat persetujuan Pengawas mengenai mutu dan jumlahnya. 14
c) Kontraktor diwajibkan memperhatikan pengaturan komposisi material untuk adukan, baik dengan menimbang ataupun volume, agar dapat dicapai mutu beton yang direncanakan. 3) S e m e n : a) Semen yang digunakan adalah jenis Portland Semen type 1 yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam Standard Industri Indonesia (SII 0013-81). Semen harus diperoleh dari satu pabrik yang telah disetujui direksi dan dikirim ke tempat pekerjaan dengan kantong tersegel dan utuh. Bila karena sesuatu hal terpaksa menggunakan semen dari pabrik lain, harus mendapat persertujuan terlebih dahulu dari direksi. b) Semen harus disimpan dalam gudang dengan ventilasi yang cukup dan tidak bocor, serta diletakkan di atas lantai yang ditinggikan minimal 30 cm dari tanah. Kantong-kantong semen tidak diperbolehkan ditumpuk/ditimbun melebihi 2 (dua) meter. c) Untuk pelaksanaan pekerjaan beton ini Kontraktor harus mengusahakan hanya menggunakan satu merk semen saja. d) Kontraktor harus menunjukkan sertifikat dari produsen untuk setiap pengiriman semen, untuk menunjukkan bahwa semen tersebut telah memenuhi suatu test/standar. e) Pengawas berhak untuk memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada setiap waktu sebelum dipergunakan dan dapat untuk menerima atau menolak semen-semen tersebut. 4) A i r : a) Air yang dipakai untuk adukan harus bersih, dalam arti tidak mengandung lumpur dan bahan-bahan kimia yang dapat mempengaruhi kekuatan beton khususnya garam. b) Kontraktor tidak diperkenankan menggunakan air dari rawa, sumber air yang berlumpur ataupun air laut. c) Penggunaan air kerja harus mendapat persetujuan pengawas. 5) Bahan pencampur (admixtures) a) Penggunaan bahan admixtures harus dengan ijin tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas, dan admixtures ini harus merupakan bagian yang integral dari adukan beton yang dibuat. b) Biaya tambahan akibat penggunaan bahan-bahan pencampur (admixtures) menjadi tanggung jawab Kontraktor. 15
6) Mutu dan Konsistensi Beton Kekuatan ultimate tekan beton silinder 150 mm X 300 mm umur 28 hari, kecuali ditentukan lain, harus seperti berikut : Semua Beton Bertulang
: K 225
IV.4Pelaksanaan a. Proporsi : 1) Adukan beton harus mencapai Kekuatan Tekan Beton K-225 untuk semua beton bertulang. 2) Sebelum pelaksanaan pekerjaan beton dimulai, pihak Kontraktor harus mengadakan Mix Design untuk menjadi acuan dalam komposisi campuran. Untuk mengontrol kekuatan/mutu yang dicapai pada pelaksanaan, Kontraktor harus mengambil contoh kubus untuk diadakan test laboratorium menurut syaratsyarat PBI 1971 pasal 4.6 dan 4.7. Pengujian beton yang dilakukan dapat meliputi slump test dan akan dilakukan pada setiap akan memulai pekerjaan pengecoran.
Slump yang diizinkan dalam pelaksanaan adalah antara 8 – 12 cm. 3) Bila ternyata hasil test kubus beton menunjukkan tidak tercapainya mutu yang disyaratkan, maka Pengawas berhak untuk memerintahkan hal-hal sebagai berikut : a) Mengganti komposisi adukan untuk pekerjaan yang tersisa. b) Memperlama proses penjagaan dalam masa pengerasan beton. c) Berhak memerintahkan pembongkaran beton yang dinyatakan tidak memenuhi syarat. 4) Sedikitnya 3 (tiga) minggu sebelum dimulainya pekerjaan pengecoran beton, Kontraktor harus mengajukan usulan komposisi adukan yang akan digunakannya kepada Pengawas. Asal-usul dan gradasi dari agregat, komposisi adukan, metoda pengadukan yang dipakai, metoda pengecoran, harus turut diberitahukan kepada Direksi/Konsultan Pengawas. b. Pengecoran Beton : 1) Pengecoran beton tidak boleh dimulai sebelum direksi memeriksa dan menyetujui cetakan, bekisting (formwork), tulangan, angker-angker dan lain-lain dimana beton akan dituang/dicor. Tempat dimana beton akan dituangkan harus bebas dari segala macam kotoran, puing-puing, potongan-potongan, kayu, air dan sebagainya. 2) Kontraktor harus menyediakan, memelihara dan menggunakan alat pengaduk mekanis (beton mollen) yang harus selalu berada dalam kondisi baik, sehingga dapat dihasilkan mutu adukan yang homogen. 3) Air (genangan) harus dibuang dari tempat/ruangan yang akan diisi/dicor beton. Air 16
yang mengalir ke dalam galian harus dikontrol/dibuang dengan cara yang disetujui direksi pelaksanaan. 4) Isi dari mixer yang dikeluarkan pada suatu operasi continuous harus diangkat tanpa menimbulkan degradasi. Beton harus diangkat dalam gerobak yang bersih dan kedap air. Metoda yang digunakan harus disetujui direksi pelaksanaan, setelah pemborong mengajukan proposal/usulan cara-cara pengangkutan. 5) Alat-alat dan tempat yang digunakan untuk pengangkutan harus dibersihkan dan dicuci bila pekerjaan terhenti lebih lama dari 30 menit dan pada setiap akhir pekerjaan. Semua campuran beton di tempat pekerjaan harus diletakkan/dicor dan dipadatkan pada tempatnya dalam waktu 40 menit setelah penuangan air ke dalam mixer. 6) Air untuk pencampur adukan beton dapat diberikan sebelum dan sewaktu pengadukan dengan kemungkinan penambahan sedikit air pada waktu proses pengeluaran dari adukan. Penambahan air yang berlebihan yang dimaksudkan untuk menjaga kekentalan yang disyaratkan, tidak dapat dibenarkan. 7) Pengadukan adukan dengan cara manual tidak diperkenankan, kecuali untuk jumlah yang kecil sekali dan hal inipun setelah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas. 8) Adukan beton tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian lebih dari 1,50 cm dan segera sesudah pengecoran dimulai, lapisan-lapisan beton dipadatkan dengan penggetar (internal concrete vibrator). Kecepatan vibrator dalam adukan harus tetap dan konstan serta penggunaannya tidak boleh kena besi tulangan. 9) Tidak diperkenankan melakukan pengecoran untuk suatu bagian dari pekerjaan beton yang bersifat permanen tanpa dihadiri Pengawas atau wakil dari Pengawas (inspector). 10)Beton, acuan penulangan tidak boleh diganggu selama minimal 24 jam setelah pengecoran, kecuali dengan direksi pelaksanaan. Semua pengecoran harus dilaksanakan di siang hari dan pengecoran beton dari suatu bagian pekerjaan jangan dimulai apabila tidak dapat diselesaikan pada siang hari, kecuali atas izin Direksi. 11)Peraturan-peraturan mengenai pelaksanaan pekerjaan beton yang tidak tercantum dalam RKS ini, dipakai peraturan yang termuat dalam PBI 1971 s ebagai syarat. 12)Bekisting baru boleh dibongkar setelah beton bersangkutan mengalami periode pengerasan sebagaimana diatur pada PBI 1971, dan sementara itu penyiraman beton harus selalu dilaksanakan. c. Penyambungan Beton 17
Apabila oleh karena sesuatu dan lain hal pengecoran beton diputuskan sebelum selesai, sebelum melanjutkan pengecoran pada beton yang telah mengeras, permukaan yang akan disambung harus dikasarkan dan dibersihkan, bekisting dikencangkan kembali dan penyambungannya menggunakan air semen atau bonding agent yang disetujui Direksi/Pengawas. d. Pemeliharaan Beton : 1) Beton baru harus dilindungi dari hujan lebat, aliran dan dari kerusakan yang disebabkan oleh alat-alat. Semua beton hendaknya selalu dalam keadaan basah, selama paling sedikit 7 (tujuh) hari, dengan cara menyiramkan air pada pipa yang berlubang atau cara lain yang menjadikan bidang permukaan beton itu selalu dalam keadaan basah. 2) Bekisting kayu dibiarkan terpasang agar beton itu tetap basah selama perawatan untuk mencegah retak pada sambungan dan pengeringan beton yang terlalu cepat. Air yang dipergunakan untuk perawatan harus bersih dan sama sekali bebas dari unsur-unsur kimia yang dapat menyebabkan kerusakan atau perubahan warna pada beton. IV.5 Bahan Additive : Pemakainan bahan additive harus disertai percobaan laboratorium guna mendapatkan hasil yang baik dan disetujui Direksi/Pengawas. Bahan additive ini harus memenuhi persyaratan ASTM atau JIS. IV.6
Sebelum pelaksanaan pemasangan, terlebih dahulu Kontraktor harus memberikan contoh-contoh material yang akan dipakai guna mendapatkan persetujuan dari Direksi/Pengawas.
4. Beton Lantai Bangunan, Tebal 5 cm, K 175
4.1 Pelaksanaan : a. Beton cor bawah lantai keramik dibuat dari campuran beton mutu K 175 dengan ketebalan mimimum 5 cm atau sesuai dengan gambar bestek. b. Beton cor bawah lantai dikerjakan pada posisi lantai 1 atau pada posisi dimana di bawah lantai tidak terdapat komponen plat beton. c. Hasil pekerjaan beton cor bawah lantai harus benar-benar elevasi dan hal ini harus dibuktikan dengan pekerjaan waterpassing. d. Hasil pekerjaan pengecoran beton bawah lantai harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
18
5. Pekerjaan Pembesian
5.1 Percobaan dan Pemeriksaan (Test and Inspections) a. Setiap pengiriman harus berasal dari pemilihan yang disetujui dan harus disertai surat keterangan percobaan dari pabrik. b. Segala macam kotoran, karat, cat, minyak atau bahan-bahan lain yang merugikan terhadap kekuatan rekatan harus dibersihkan. c. Tulangan harus ditempatkan dan dipasang cermat dan tepat dan diikat dengan kawat dari baja lunak. d. Sebelum pengecoran beton, lakukan pemeriksaan dan persetujuan dari pembesian, termasuk jumlah, ukuran, jarak, selimut, lokasi dari sambungan dan panjang penjangkaran dari penulangan baja oleh Konsultan Manajemen Konstruksi. e. Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan, maka pada saat pemesanan baja tulangan kontraktor harus menyerahkan sertifikat resmi dari Laboratorium. Khusus ditujukan untuk keperluan proyek ini. 5.2 Persiapan Pekerjaan/Perakitan Tulangan a. Pembengkokkan dan pembentukan. Pemasangan tulangan dan pembengkokan harus sedemikian rupa sehingga posisi dari tulangan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun tempat selama pengecoran berlangsung. b. Pembuatan dan pemasangan tulangan sesuai dengan PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 2847 : 2013). c. Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan dengan persyaratan PERSYARATAN BETON STRUKTURAL UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 2847 : 2013) atau A.C.I. 315. 5.3 Pemasangan Tulangan Tulangan harus dipasang sedemikian rupa diikat dengan kawat baja, hingga sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempatnya. c. Tulangan pada dinding dan kolom-kolom beton harus dipasang pada posisi yang benar dan untuk menjaga jarak bersih digunakan spacers/penahan jarak. b. Tulangan pada balok-balok footing dan pelat harus ditunjang untuk memperoleh lokasi yang tepat selama pengecoran beton dengan penjaga jarak, kursi penunjang dan penunjang lain yang diperlukan. c. Tulangan-tulangan yang langsung di atas tanah dan di atas agregat (seperti pasir, kerikil) dan pada lapisan kedap air harus dipasang/ditunjang hanya dengan tahu beton yang mutunya paling sedikit sama dengan beton yang akan dicor. 19
d. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton. Untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor. Penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang sebanyak minimum 4 buah setiap m^2 cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak ini harus tersebar merata. e. Pada pelat-pelat dengan tulangan rangkap, tulangan atas harus ditunjang pada tulangan bawah oleh batang-batang penunjang atau ditunjang langsung pada cetakan bawah atau lantai kerja oleh blok-blok beton yang tinggi. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan letak dari tulangan-tulangan pelat yang dibengkok yang harus melintasi tulangan balok yang berbatasan. f. Semua tulangan harus dipasang dengan posisi yang tepat sehingga tidak berubah tempat atau bergeser sebelum dan selama pengecoran. Selimut tulangan minimal 3 cm. 5.4 Panjang penjangkaran dan panjang penyaluran. a. Baja tulangan mutu U-24 (BJTP-24) Panjang penjangkaran
= 30 diameter dengan kait
Panjang penyaluran
= 30 diameter dengan kait
b. Baja tulangan mutu U-40 (BJTD-40) Panjang penjangkaran
= 40 diameter tanpa kait
Panjang penyaluran
= 40 diameter tanpa kait
c. Penyambungan tidak boleh diadakan pada titik dimana terjadi tegangan terbesar. Sambungan untuk tulangan atas pada balok dan pelat beton harus diadakan di tengah bentang, dan tulangan bawah pada tumpuan. Sambungan harus ditunjang dimana memungkinkan. d. Ketidak-lurusan rangkaian tulangan kolom tidak boleh melampaui perbandingan 1 terhadap 10. e. Standard Pembengkokan Semua standar pembengkokan harus sesuai dengan Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung (SNI 2847 : 2013), kecuali ditentukan lain. 6. Pekerjaan Bekisting
6.1 Bekisting-bekisting tidak boleh bocor dan cukup kaku mencegah pergeseran atau perubahan/kelongsoran penyangga. Permukaan bekisting harus halus dan rata, tidak boleh melendut atau cekung. Sambungan-sambungan bekisting harus diusahakan agar lurus dan rata dalam arah horisontal dan vertikal. 6.2 Bekisting yang digunakan dibuat dari kayu kelas III tebal sesuai kebutuhan dan dapat 20
dipakai maksimal untuk 2 kali pengecoran beton, acuan ini diberi penguat kaso 5/7 untuk menjaga kestabilan dari bekisting tersebut. 6.3 Kontraktor harus menyerahkan kepada Pengawas semua perhitungan dan gambar rencana bekistingnya untuk mendapat persetujuan bilamana diminta Pengawas, sebelum pekerjaan di lapangan dimulai. Dalam hal bekisting ini, walaupun Pengawas telah menyetujui untuk digunakannya suatu rencana bekisting dari Kontraktor, segala sesuatunya yang diakibatkan oleh bekisting tadi tetap sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor. 6.4 Bila diperkirakan akan terendam air, Pemborong harus membuat bekisting kedap air dengan melapisinya menggunakan bahan yang tidak tembus air sesuai petunjuk Pengawas. 6.5 Semua material yang selesai digunakan sebagai bekisting harus dibersihkan dengan teliti sebelum digunakan kembali, dan bekisting yang telah digunakan berulang kali dan kondisinya sudah tidak dapat diterima Pengawas, harus segera disingkirkan untuk tidak dapat dipergunakan lagi. 6.6 Konstruksi dari bekisting, seperti sokongan-sokongan dari perancah dan lain-lain yang memerlukan perhitungan harus diajukan dan disetujui Pengawas. 6.7 Bagian dalam dari bekisting boleh dipoles dengan minyak bekisting dengan sepengetahuan Konsultan Pengawas. Pelumasan tadi harus dilakukan dengan hati-hati agar cairan minyak tidak mengenai bidang dasar pondasi dan juga pembesian. 6.8 Bekisting kayu bilamana tidak dipoles minyak seperti tersebut di atas, harus dibasahi hingga benar-benar basah sebelum pengecoran beton. 6.9 Ketentuan diperkenankannya pembukaan suatu bekisting bila dihitung sejak selesai pengecoran : a. Sisi-sisi balok yang tidak dibebani
: 3 hari
b. Plat Beton (penyangga tidak dibuka)
: 7 hari
c. Tiang-tiang penyangga plat bila plat tidak mendapat beban :
21 hari
d. Tiang-tiang penyangga balok yang tidak dibebani
28 hari
e. Tiang-tiang penyangga cantilever
:
: 28 hari
6.10 Lain-lain dari jenis tersebut di atas harus dengan persetujuan direksi. V. PEKERJAAN KAYU
1. Lingkup Pekerjaan : Bagian pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan kayu-kayu untuk konstruksi rangka kusen pintu/jendela, bingkai pintu,kayu untuk pek. Gazebo, pek. Bantaya, kuda- kuda, gording, rangka atap dan pekerjaan kayu lainnya yang tertera dalam gambar kerja.
21
2. Material : a. Jenis : Kayu yang dipakai pada pekerjaan ini terdiri atas 2 jenis kayu yaitu - Kayu yang mempunyai kelas keawetan I dan kelas kuat I sesuai dengan SKBI3.6.53.1987 UDC : 674.048. Yaitu Kayu Ulin untuk konstruksi bagian bawah dermaga - Kayu yang mempunyai kelas keawetan II dan kelas kuat II sesuai dengan SKBI3.6.53.1987 UDC : 674.048. untuk konstruksi bangunan dan bagian atas dermaga b. Mutu : Kayu yang dipakai harus lurus kering, memiliki serat yang teratur, tidak terdapat mata kayu/cacat-cacat lainnya serta tidak terdapat bidang-bidang yang lemah. c. Ukuran : Ukuran-ukuran kayu yang dipergunakan harus sesuai dengan yang terdapat pada gambar detail. d. Kadar Air : Kayu-kayu yang dipergunakan hanya boleh mengandung kadar air maksimum 25 % untuk ukuran tebal lebih dari 7 cm dan kadar air maksimum 19 % untuk tebal kurang dari 7 cm. e. Pengikat-pengikat : Bahan pengikat digunakan dari kayu paku galvanis, baut atau plat besi. Apabila menggunakan perekat, bahan perekat yang digunakan harus terbuat dari lem tahan air setaraf dengan merk "Herferin". 3. Pelaksanaan : a. Semua pekerjaan kosen, daun pintu dan jendela pada bagian-bagian tertentu harus diserut rata dan halus, dan pada bagian-bagian pertemuan harus dikerjakan dengan rapi dan tidak berongga. b. Semua pekerjaan harus bertaraf kelas satu dengan hasil yang baik dan rapi, untuk profil panjang harus menggunakan mesin potong. c. Semua lubang-lubang bekas paku, baut dan sebagainya harus ditutup dengan dempul hingga rapi kembali. VI. KUNCI DAN PENGGANTUNG
1. Lingkup Pekerjaan : Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan/material, tenaga kerja dan pemasangan kunci serta alat-alat penggantung, seperti : engsel, kunci, handle dan sebagainya. 2. Material : a Semua daun pintu dipasang kunci tanam buatan dalam negeri 2 (dua) slaag kualitas baik, 22
setara Yale. b Engsel yang digunakan pada pekerjaan ini adalah untuk daun pintu engsel Nylon Ring 4", untuk jendela engsel nylon ring 3". c Grendel tanam lengkap untuk Pintu 2 daun, grendel biasa untuk pintu tunggal dan jendela. Semua Grendel buatan dalam negeri dengan kualitas baik. d Semua daun jendela dilengkapi satu pasang Haq Angin buatan dalam negeri. e Sebelum dipasang, kunci-kunci dan alat-alat penggantung harus diperlihatkan contohnya kepada Direksi/Pengawas. 3. Pelaksanaan : a Semua daun pintu menggunakan engsel Stainless Steel Ring 4" buatan dalam negeri masing masing 3 (tiga) buah. b Untuk pintu-pintu 2 (dua) daun harus dilengkapi dengan grendel tanam yang dipasang pada bagian atas dan bawah. c Semua daun jendela bingkai menggunakan engsel nylon ring 3" buatan dalam negeri masing-masing 2 (dua) buah, haq angin 2 (dua) buah dan untuk pengunci dipasang grendel 1 (satu) buah. d Kunci-kunci harus berfungsi dengan baik dan pada saat diserahkan anak kunci harus diserahkan lengkap dengan cadangannya. VII. PEKERJAAN PLAFOND DAN ATAP 1. Pasang Rangka Aluminium + Plafond Gypsum 2. Pasang List Profil L15 cm 3. Pasang Papan Gypsum + Rangka Aluminium
1.1 Keterangan Pekerjaan ini mencakup pembuatan dan pemasangan langit-langit,list profil plafon dan pemasangan papan Gypsum untuk finishing tampak atap dengan berbagai bahan penutup langit-langit sesuai dengan gambar dan RKS, meliputi penyediaan alat, bahan dan tenaga untuk keperluan pekerjaan ini. 1.2 Lingkup Pekerjaan Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan, tenaga kerja, peralatan bantu dan pemasangan papan gipsum dan aksesori pada tempat-tempat seoperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini. 1.3 Standar/Rujukan Australian Standard (AS) American Standard for Testing and Materials (ASTM). 23
1.4 Prosedur Umum a. Contoh Bahan dan Data Teknis Bahan Contoh dan data teknis/brosur bahan yang akan diguanakan harus diserahkan terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui sebelum dikirimkan ke lokasi proyek. b. Gambar Detail Pelaksanaan Kontraktor harus menyerahkan Gambar Detail Pelaksanaan seabelum pekerjaan dimulai, untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas. Gambar Detail Pelaksanaan harus mencakup penjelasan mengenai jenis/data bahan, dimensi bahan, ukuran-ukuran, jumlah bahan, cara penyambungan, cara febrikasi, cara pemasangan dan detail lain yang diperlukan. c. Pengiriman dan Penyimpanan Papan GYPSUM dan aksesori harus didatangkan kelokasi sesaat sebelum pemasangan untuk mengurangi resiko kerusakan. Papan GYPSUM harus ditumpuk dengan rapi dan kuat diatas penumpu yang ditempatkan pada setiap jarak 40 X 40 cm, dengan penumpu bagian ujung berjarak tidak lebih dari 15 cm terhadap ujung tumpukan. Papan GYPSUM dan aksesori harus disimpan ditempat terlindung, lepas dari muka tanah, diatas permukaan yang rata dan dihindarkan dari pengaruh cuaca. d. Ketidaksesuaian Kontraktor wajib memeriksa Gambar Kerja yang ada terhadap kemungkinan kesalahan/ketidaksesuaian, baik dari segi dimensi jumlah maupun pemasangan dan lainnya. Bila bahan-bahan yang didatangkan atau difabrikasi ternyata menyimpang atau tidak sesuai yang telah disetujui, maka akan ditolak dan Kontraktor wajib menggantinya dengan yang sesuai. Biaya yang ditimbulkan karena hal diatas menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya. 1.5 Bahan-bahan a. Pemasangan GYPSUM Papan GYPSUM
- Papan GYPSUM harus dari produk yang memiliki teknologi yang sesuai untuk daerah tropis dan memliki ketebalan 9 mm. Ukuran modul sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja, dari produk Shunda Plafond atau setara.
24
- Papan GYPSUM harus dari tipe standar yang memenuhi ketentuan AS 2588, BS 1230 atau ASTM C 36. Rangka. Rangka untuk pemasangan dan penumpu papan GYPSUM harus dibuat dari bahan baja ringan lapis seng dan alumunium dalam bentuk dan ukuran yang dibuat khusus untuk pemasangan papan GYPSUM, seperti buatan Jof Metal, Buman, Jayabord . Alat Pengencang. Alat pengencang berupa sekrup dengan tipe sesuai jenis pemasangan harus sesuai rekomendasi dari pabrik pembuat papan GYPSUM yang memenuhi ketentuan AS 2589. List Profil List standar siku yang sesuai dengan jenis plafond GYPSUM. Perlengkapan Lainnya. Perlengkapan lainnya untuk pemasangan papan GYPSUM harus sesuai rekomendasi dari pabrik pembuat papan GYPSUM : Dan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan agar papan GYPSUM terpasang dengan baik. 1.6 Pelaksanaan Pekerjaan a. Umum. Sebelum papan GYPSUM dipasang, Kontraktor harus memeriksa kesesuaian tinggi/kerataan permukaan, pembagian bidang, ukuran dan konstruksi pemasangan terhadap ketentuan Gambar Kerja, serta lurus dan waterpas pada tempat yang sama. Pemasangan papan GYPSUM dan kelengkapannya harus sesuai dengan petunjuk pemasangan dari pabrik pembuatnya. Jenis/bentuk tepi papan GYPSUM harus dipilih berdasarkan jenis pemasangan seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja. b. Pemasangan. Rangka papan GYPSUM untuk pemasangan di langit-langit yang terdiri dari bahan baja yang sesuai dari standar pabrik pembuatnya yang dibuat khusus untuk pemasangan papan GYPSUM seperti disebutkan dalam Spesifikasi Teknis ini. Papan GYPSUM dipasang kerangkanya dengan sekrup atau dengan alat pengencangan yang direkomendasikan, dengan diameter dan panjang yang sesuai. Sambungan antara papan GYPSUM harus menggunakan perekat serta dikerjakan sesuai petunjuk pelaksanaan dari pabrik pembuat papan GYPSUM. Pada pertemuan langit-langit dan tembok dipasang list profil sesuai gambar rencana. 25
4. Pasang Atap Rangka Baja + Atap Soka Roof
4.1 Umum : Pekerjaan pemasangan atap baja ringan meliputi : a. Pengukuran bentang bangunan sebelum dilakukan fabrikasi. b. Pekerjaan pembuatan kuda-kuda dikerjakan di workshop permanen (fabrikasi). c. Penyediaan tenaga kerja serta alat atau bahan lain yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan. d. Pekerjaan pemasangan seluruh rangka atap kuda-kuda, meliputi struktur rangka kudakuda (truss), balok tembok (top plate/murplate), reng, sekur overhang, ikatan angin dan braching (ikatan pengaku). e. Pemasangan jurai dalam (valley gutter). f. Pemasangan Penutup Atap. g. Talang selain jurai dalam h. Accesories atap 4.2 Persyaratan Material : a. Material struktur rangka atap Properti mekanikal baja b. Lapisan Anti Karat Material harus dilapisi perlindungan terhadap serangan korosi c. Dimensi : Ukuran chanel 1 x 40 tebal = 0,75 mm Ukuran reng 30 x 40 tebal = 16 mm Merk : smarttruss atau setara d. Material penutup atap : 1) Acrylic overglass 2) Stone chips 3) Acrylic base coat 4) Epoxy primer 5) Merek : Soka Roof atau setara 6) Panjang : 1600 mm 7) Lebar : 740 mm 8) Berat : 5 kg/m2 9) Per lembar 2 x 5 : 10 daun 10)1 meter persegi : 1,3 lembar 26
4.3 Persyaratan Pra Konstruksi : a. Kontraktor wajib memberikan pemaparan produk sebelum pelaksanaan pemasangan atap baja ringan, sesuai dengan Spesifikasi Teknis. b. Produk yang dipaparkan sesuai dengan surat dukungan dan brosur yang dilampirkan pada dokumen tender. c. Kontraktor wajib menyerahkan gambar kerja yang lengkap beserta detail dan bertanggung jawab terhadap semua ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar kerja. d. Perubahan bahan/detail karena alasan apapun harus diajukan ke Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan tertulis. 4.4 Persyaratan Pelaksanaan : a. Pembuatan dan pemasangan kuda-kuda dan bahan lain terkait, harus dilaksanakan sesuai gambar dan desain yang telah dihitung dengan aplikasi khusus perhitungan baja ringan. b. Semua detail dan konektor harus dipasang sesuai dengan gambar kerja. c. Pihak Kontraktor harus menyiapkan semua struktur balok penopang dengan kondisi rata air (waterpas level) untuk dudukan kuda-kuda sesuai dengan desain sistem rangka atap. d. Pihak Kontraktor harus menjamin kekuatan dan ketahanan semua struktur yang dipakai untuk tumpuan kuda-kuda. 5. Pasang Bubungan Atap
Material Rabung/Bubungan Penutup Atap : 5.1 Material rabung, nok atau bubungan atap adalah dari bahan Soka Roof roof dengan spesifikasi sesuai gambar bestek. 5.2 Kontraktor Pelaksana harus mempelihatkan dan menyediakan contoh material rabung atau nok untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas. 5.3 Warna dapat diganti dan diubah oleh Konsultan Perencana dan Owner pada masa pelaksanaan konstruksi. 5.4 Pada setiap lembar material nok/rabung harus dicantumkan merk dagang, tipe produksi, jenis produksi dan ketebalan material. 5.5 Setiap lembaran material nok/rabung atap yang didatangkan ke lokasi pekerjaan harus dalam keadaan baik, tidak cacat permukaan catnya dan tidak melengkung lapisan aluminium sengnya. 5.6 Bentuk material nok/rabung atap harus sesuai dan serasi dengan bentuk dan model atap. 5.7 Material nok/rabung harus disimpan dalam gudang material jika tidak langsung 27
digunakan. Material nok/rabung tidak boleh basah/lembab dan berhubungan langsung dengan tanah. 6. Pasang Listplank Woodplank
6.1 Listplank adalah dari papan Woodplank 6.3 Lebar Listplank adalah 30 cm 6.4 Listplank dipasang pada posisi ujung rangka kuda-kuda baja ringan dengan tumpuan gording dan alat sambung paku ukuran 2 – 2,5 inchi. 6.5 Listplank harus dipasang dengan lurus dan datar tidak boleh melengkung. 6.6 Sambungan-sambungan listplank harus dibuat sedemikian rupa atau saling berkait sehingga kuat menahan gaya tarik. VIII. PEKERJAAN PENGECATAN 1. Cat Tembok
1.1 KETERANGAN Pekerjaan ini mencakup semua pekerjaan yang berhubungan dengan pengecatan memakai bahan-bahan emulsi, cat dasar, dan plamur baik yang dilaksanakan sebagai pekerjaan permulaan, ditengah-tengah dan akhir. Yang dicat adalah semua permukaan plesteran tembok dan beton, dan permukaan-permukaan lain yang disebut dalam gambar dan RKS. Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, tenaga dan
semua peralatan yang
diperlukan untuk pekerjaan ini. 1.2 LINGKUP PEKERJAAN Lingkup pekerjaan ini mencakup pengangkutan dan pengadaan semua peralatan, tenaga kerja dan bahan-bahan yang berhubungan dengan pekerjaan pengecatan selengkapnya, sesuai dengan Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini. Kecuali ditentukan lain, semua permukaan eksterior dan interior harus dicat dengan standar pengecatan minimal 1 (satu) kali cat dasar dan 2 (dua) kali cat akhir. 1.3 STANDAR / RUJUKAN Steel Structures Painting Council (SSPC). Swedish Standard Institution (SIS). British Standard (BS). Petunjuk pelaksanaan dari pabrik pembuat. 1.4 PROSEDUR UMUM a. Data Teknis dan Kartu Warna.
28
Kontraktor harus menyerahkan data teknis/brosur dan kartu warna dari cat yang akan digunakan, untuk disetujui terlebih dahulu oleh Konsultan Pengawas. Semua warna ditentukan oleh Konsultan Pengawas dan akan diterbitkan secara terpisah dalam suatu Skema Warna. b. Contoh dan Pengujian. Cat yang telah disetujui untuk digunakan harus disimpan di lokasi proyek dalam kemasan tertutup, bertanda merek dagang dan mencantumkan identitas cat yang ada didalamnya, serta harus disetrahkan tidak kurang 2 (dua) bulan sebelum pekerjaan pengecatan, sehingga cukup dini untuk memungkinkan waktu pengujian selama 30 (tiga puluh) hari. Pada saat bahan cat tiba di lokasi, Kontraktor dan Konsultan Pengawas mengambil 1 liter contoh dari setiap takaran yang ada dan diambil secar acak dari kaleng/kemasan yang masih tertutup. Isi dari kaleng/kemasan contoh harus diaduk dengan sempurna untuk memperoleh contoh yang benar-benar dapat mewakili. Untuk pengujian, Kontraktor harus membuat contoh warna dari cat-cat tersebut di atas 2 (dua) potongan kayu lapis atau panel semen berserat berukuran 30 cm x 30 cm untuk masing-masing warna. 1 (satu) contoh disimpan Kontraktor dan 1 (satu) contoh lagi disimpan Konsultan Pengawas guna memberikan kemungkinan untuk pengujian di masa mendatang bila bahan tersebut ternyata tidak memenuhi syarat setelah dikerjakan. Biaya pengadaan contoh bahan dan pembuatan contoh warna menjadi tanggung jawab Kontraktor. 1.5 BAHAN – BAHAN a. Umum. Cat harus dalam kaleng/kemasan yang masih tertutup patri/segel, dan masih jelas menunjukkan nama/merek dagang, nomor formula atau Spesifikasi cat, nomor takaran pabrik, warna, tanggal pembuatan pabrikpetunjuk dari pabrik dan nama pabrik pembuat, yang semuanya harus masih absah pada saat pemakaiannya. Semua bahan harus sesuai dengan Spesifikasi yang disyaratkan pada daftar cat. Cat dasar yang dipakai dalam pekerjaan ini harus berasal dari satu pabrik/merek dagang dengan cat akhir yang akan digunakan. Untuk menetapkan suatu standar kualitas, disyaratkan bahwa semua cat yang dipakai harus berdasarkan/mengambil acuan pada cat-cat hasil produksi Avitex atau setara . b. Cat Dasar Cat dasar yang digunakan harus sesuai dengan daftar berikut : 29
- Avitex atau setara untuk permukaan pelesteran, beton dan papan kalsiboard. c. Cat Penutup Cat penutup yang digunakan harus sesuai dengan daftar berikut, atau yang setara :
-
Avitex untuk permukaan interior plesteran dan beton.
-
Avitex untuk permukaan eksterior plesteran dan beton.
1.6 PELAKSANAAN PEKERJAAN a. Pembersihan, Persiapan dan Perawatan Awal Permukaan. Umum.
- Semua peralatan gantung dan kunci serta perlengkapan lainnya, permukaan polesan mesin, pelat, instalasi lampu dan benda-benda sejenisnya yang berhubungan langsung dengan permukaan yang akan dicat, harus dilepas, ditutupi atau dilindungi, sebelum persiapan permukaan dan pengecatan dimulai.
- Pekerjaan harus dilakukan oleh orang-orang yang memang ahli dalam bidang tersebut.
- Permukaan yang akan dicat harus bersih sebelum dilakukan persiapan permukaan atau pelaksanaan pengecatan.
- Pekerjaan pembersihan dan pengecatan harus diatur sedemikian rupa sehingga debu dan pencemar lain yang berasal dari proses pembersihan tersebut tidak jatuh diatas permukaan cat yang baru dan basah. Permukaan Pelesteran dan Beton. Permukaan plesteran umumnya hanya boleh dicat sesudah sedikitnya selang waktu 4 (empat) minggu untuk mengering di udara terbuka. Semua pekerjaan plesteran atau semen yang cacat harus dipotong dengan tepi-tepinya dan ditambal dengan pelesteran baru hingga tepi-tepinya bersambung menjadi rata dengan plesteran sekelilingnya. Sesaat sebelum pelapisan cat dasar dilakukan, permukaan plesteran dibasahi secara menyeluruh dan seragam dengan tidak meninggalkan genangan air. Hal ini dapat dicapai dengan menyemprotkan air dalam bentuk kabut dengan memberikan selang waktu dari saat penyemprotan hingga air dapat diserap. Permukaan Kalsiboard Permukaan Kalsiboard harus kering, bebas dari debu, oli atau gemuk dan permukaan yang cacat telah diperbaiki sebelum pengecatan dimulai.
30
Kemudian permukaan Kalsiboard tersebut harus dilapisi dengan cat dasar khusus untuk Kalsiboard, untuk menutup permukaan yang berpori, seperti ditentukan dalam Spesifikasi Teknis. Setelah cat dasar ini mengering dilanjutkan dengan pengecatan sesuai ketentuan Spesifikasi ini. b. Selang Waktu Antara Persiapan Permukaan dan Pengecatan. Permukaan yang sudah dibersihkan, dirawat dan/atau disiapkan untuk dicat harus mendapatkan lapisan pertama atau cat dasar seperti yang disayaratkan, secepat mungkin setelah persiapan-persiapan di atas selesai. Harus diperhatikan bahwa hal ini harus dilakukan sebelum terjadi kerusakan pada permukaan yang sudah disiapkan di atas. c. Pelaksanaan Pengecatan. Umum.
- Permukaan yang sudah dirapikan harus bebas dari aliran punggung cat, tetesan cat, penonjolan, gelombang, bekas olesan kuas, perbedaan warna dan tekstur.
- Usaha untuk menutupi semua kekurangan tersebut harus sudah sempurna dan semua lapisan harus diusahakan membentuk lapisan dengan ketebalan yang sama.
- Perhatian khusus harus diberikan pada keseluruhan permukaan, termasuk bagian tepi, sudut dan ceruk/lekukan, agar bisa memperoleh ketebalan lapisan yang sama dengan permukaan-permukaan di sekitarnya. Proses Pengecatan.
- Harus diberi selang waktu yang cukup di antara pengecatan berikutnya untuk memberikan kesempatan pengeringan yang sempurna, disesuaikan dengan kedaan cuaca dan ketentuan dari pabrik pembuat cat dimaksud. Pengecatan harus dilakukan dengan ketebalan minimal (dalam keadaan cat kering). Penyimpanan, Pencampuran dan Pengenceran.
- Pada saat pengerjaan, cat tidak boleh menunjukkan tanda-tanda mengeras, membentuk selaput yang berlebihan dan tanda-tanda kerusakan lainnya.
- Cat harus diaduk, disaring secara menyeluruh dan juga agar seragam konsistensinya selama pengecatan.
- Bila disyaratkan oleh keadaan permukaan, suhu, cuaca dan metoda pengecatan, maka cat boleh diencerkan sesaat sebelum dilakukan pengecatan dengan 31
mentaati petunjuk yang diberikan pembuat cat dan tidak melebihi jumlah 0,5 liter zat pengencer yang baik untuk 4 liter cat.
- Pemakaian zat pengencer tidak berarti lepasnya tanggung jawab kontraktor untuk memperoleh daya tahan cat yang tinggi (mampu menutup warna lapis di bawahnya). Metode Pengecatan.
- Cat dasar untuk permukaan beton dan plesteran diberikan dengan kuas dan lapisan berikutnya boleh dengan kuas atau rol.
- Cat dasar untuk permukaan papan kalsiboard diberikan dengan kuas dan dan lapisan berikutnya boleh dengan kuas atau rol. Pemasangan Kembali Barang-barang yang dilepas. Sesudah selesainya pekerjaan pengecatan, maka barang-barang yang dilepas harus dipasang kembali oleh pekerja yang ahli dalam bidangnya. XI. PEKERJAAN LISTRIK 1. Umum
1.1 Uraian Pekerjaan Pekerjaan listrik ini mencakup persyaratan teknis untuk pelaksanaan pemasangan, peralatan dan tenaga kerja sehingga seluruh sistem listrik dapat beroperasi dengan sempurna. 1.2 Lingkup Pekerjaan Lingkup pekerjaan listrik ini mencakup pengadaan dan pemasangan armature sesuai dengan gambar. 1.3 Ketentuan a. Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh tenaga ahli yang berpengalaman dan mengerti listrik b. Kontraktor harus menyediakan peralatan bantu untuk pelaksanaan guna kelancaran pekerjaan. c. Standar dan referensi yang dipakai adalah : Peralatan Umum Instalasi Listrik (PUIL) tahun 2000, SNI 04-0225-2000 2. Material
2.1 Setiap armature lampu/saklar/stop kontak harus menggunakan box dus dengan mutu yang bagus sebagaimana standar kelistrikan. 2.2 Armature lampu sesuai dengan jenis penggunaan, sesuai gambar buatan pabrik Artolite atau Lomm atau setara. 32